TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

16
Tm ke 2

Transcript of TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Page 1: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Tm ke 2

Page 2: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara serta tempat-tempat tertentu di ZEE dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku UU ke Pabeanan.

Page 3: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

Page 4: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru, atau kegiatan mengolah sumber daya alam termasuk menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan kegiatan itu.

Page 5: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha sebagaimana maksud di atas melakukan penyerahan BKP dan atau JKP yang dikenakan pajak menurut undang-undang PPN, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih menjadi PKP.

Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan PPN.

Page 6: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

penyerahan BKP atau JKP di dalam daerah pabean :◦ Penyerahan BKP karena suatu perjanjian; ◦ Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli

atau perjanjian leasing; ◦ Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau

melalui juru lelang; ◦ Pemakaian sendiri dan atau pemberian Cuma-Cuma atas

BKP; ◦ Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula

tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran, sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan

◦ Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan antar cabang;

◦ Penyerahan BKP secara konsinyasi. ◦ penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan

yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP.

Page 7: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Tidak termasuk pengertian BKP atau JKP di dalam daerah pabean :

◦ penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud UU Hukum Dagang,

◦ penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang;◦ penyerahan BKP dalam hal PKP memperoleh izin

pemusatan tempat pajak terutang. ◦ pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah PKP; dan

◦ BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan, : YAITU BKP YG TIDAK BERHUBUNGAN LANGSUNG DGN KEGIATAN USAHA DAN SEDAN SERTA SEJENISNYA

Page 8: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

Impor BKP. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang

dilakukan oleh Pengusaha. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah

Pabean di dalam Daerah pabean; Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean di dalam

Daerah pabean; Ekspor BKP oleh PKP; Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak

dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya oleh pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehan dapat dikreditkan. Pasal 16 D UU PPN

Page 9: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Kelompok Barang Tidak Kena Pajak pasal 4 ayat 2 UU PPN dan PP No. 144 tahun 2000 :

◦ Barang hasil pertambangan, atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, misalnya : minyak mentah, gas bumi, pasir dan kerikil, bijih besi, bijih timah, bijih emas dsb.

◦ Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan rakyat banyak, misalnya : beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, dan garam beryodium/tidak.

◦ Makanan dan minum yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya (baik dikonsumsi di tempat ataupun dibawa pulang), menjadi objek Pajak Pembangunan (Pajak Daerah).

◦ Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

Page 10: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Jasa Tidak Kena Pajak , psl 4 (3) UU PPN dan PP No. 144 /2000:◦ Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik,◦ Jasa di bidang pelayanan social;◦ Jasa di bidang pengiriman perangko;◦ Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha

dengan hak opsi;◦ Jasa di bidang keagamaan;◦ Jasa di bodang pendidikan;◦ Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan

pajak tontonan;◦ Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;◦ Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;◦ Jasa di bidang tenaga kerja, SE -05/PJ.53/2003 :

Jasa tenaga kerja Jasa penyediaan tenaga kerja Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja

◦ Jasa di bidang perhotelan;◦ Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka menjalankan

pemerintahan secara umum.

Page 11: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Pengusaha Kena Pajak (PKP) Pengusaha yang memilih menjadi PKP

(PMPKP) Orang Pribadi atau Badan yang

melakukan Pembangunan Rumah sendiri dengan Persyaratan Tertentu.

Page 12: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000, KMK No. 571/KMK.03/2003

Page 13: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

◦ Melaporkan usahanya (mendaftarkan usahanya) untuk dikukuhkan menjadi PKP

◦ Memungut PPN/PPnBM yang terutang.◦ Menyetor PPN yang masih harus dibayar

apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar dari pada pajak masukan yang dapat dikreditka, serta PPnBM yang terutang.

◦ Melaporkan penghitungan PPn PPnBM (menyampaikan dalam SPT Masa PPN PPnBM.

Page 14: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Pengusaha Kecil yang menyerahkan BKP & JKP tidak wajib menjadi PKP tetapi boleh memilih menjadi PKP.

Apabila sampai dengan suatu bulan dalam satu tahun buku, peredaran bruto (omset) Pengusaha Kecil telah melewati batasan sebagaimana di atas, pengusaha kecil tesebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP, selambat-lambatnya akhit bulan berikutnya.

Apabila dalam satu tahun buku peredaran bruto PKP tidak melebihi batasan Pengusaha Kecil, maka PKP yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pencabutan sebagai PKP

Page 15: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Proses Pencabutan PKP adalah : Dirjen Pajak akan melakukan pemeriksaan

terlebih dahulu. Keputusan akan diberikan dalam jangka

waktu 2 bulan sejak permohonan diterima. Jika Dirjen Pajak tidak memberikan

keputusan dalam jangka waktu 2 bulan, maka permohoanan tersebut dianggap dikabulkan dan keputusan pencabutan akan diberikan selambat-lambatnya 1 bulan setelah jangka 2 bulan tersebut berakhir.

Page 16: TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya

Sanksi bagi Pengusaha yang tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP yang apabila telah seharusnya menjadi PKP ◦ Pasal 14 ayat 1 UU KUP No. 6 tahun 1983 yang

diubah menjadi UU No. 28 tahun 2007, yaitu : harus menyetorkan PPN terutang tidak diperkenankan menghitung pajak masukannya ditambah sanksi 2 % dari DPP yang timbul sebelum

pengusaha tersebut dikukuhkan menjadi PKP.