3.1. objek pajak

55
Apakah barang seperti di gambar tersebut merupakan penghasilan?

Transcript of 3.1. objek pajak

Page 1: 3.1. objek pajak

Apakah barang seperti di gambartersebut merupakan penghasilan?

Page 2: 3.1. objek pajak

OBJEK PAJAK

Pasal 4 s.d. 15 UU PPh

BAB III

Page 3: 3.1. objek pajak

OBJEK PAJAK

Penghasilan

setiap tambahan kemampuan ekonomis yg diterima atau diperoleh WP baik yg berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia yg dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk

menambah kekayaan WP yg bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Konsep Penghasilan dalam arti luas

Ps.4(1) UU PPh

Page 4: 3.1. objek pajak

Konsep Penghasilan dalam arti luas (world wide income)

realized economic-power accretion design RUU PPh 1984

comprehensive concept of

income

Mendefinisikan penghasilansecara luas dan komprehensif tanpa

memperhatikan sumber, caraperolehan, dan pemanfaatan, serta

nama dan bentuk penghasilan

Gunadi, Pajak Internasional: Edisi Revisi (2007) hal. 17

R. Mansury, Pajak Penghasilan lanjutan: 1996 hal. 64

Bukan “accretion concept” murni

Page 5: 3.1. objek pajak

PENGHASILAN

Dikenakan Pajak dengan Tarif Umum/Tarif Ps.17(1)

Dikenakan Pajak dengan Tarif Khusus dan Bersifat

Final

Objek Pajak

Dikecuali-kan dari /

Bukan Objek Pajak

Tidak digabungkan dengan

Penghasilan yang dikenakan Pajak

dengan Tarif Umum

Page 6: 3.1. objek pajak

PENGHASILAN (Ph) BRUTO

PENGELUARAN/BIAYA

Ph-OP Non Final

Ph-OP Final

Ph-BOP

terkait terkaitterkait

Boleh Dikurangkan

(Ps.6(1) UU PPh)

Tidak Boleh Dikurangkan(PP 94/2010)

Tidak boleh dikurangkan berdasarkan

Ps. 9(1) UU PPhdan Peratutan

Pelaksanaan lainnya

Page 7: 3.1. objek pajak

Pengeluaran yg mempunyai

masa manfaat tidak lebih dari

1 tahun

Pengeluaran yg mempunyai

masa manfaat lebih dari 1

tahun

Biaya tahun ybs.

Pembebanannya melalui

penyusutan/ amortisasi

Penjelasan Ps. 6 (1) UU PPh

Page 8: 3.1. objek pajak

PENGHASILAN

Sumber Penggunaan

dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan

pekerjaan bebas

dari usaha dan kegiatan

dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak

gerak

lain-lain

konsumsi

menambah kekayaan Wajib Pajak

Penjelasan Ps.4(1) UU PPh

Page 9: 3.1. objek pajak

Diskusi: Kerugian dari Luar Negeri

• UU PPh menganut konsep pengertianpenghasilan dalam arti luas.Bagaimana perlakuan PPh atas kerugian yang diderita di luar negeri oleh WP Dalam Negeri?

Page 10: 3.1. objek pajak

semua jenis Ph yg diterima atau diperoleh dlm suatu th pajak digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak.

UU PPh Menganut Pengertian Penghasilan yg Luas

Untuk menghitung PPh

apabila suatu jenis Ph dikenai pajak dgn tarif yang bersifat final atau dikecualikan dari obyek pajak, maka Ph tsb tidak boleh digabungkan dgn Ph lain yg dikenai tarif umum.

apabila dlm satu th pajak suatu usaha atau kegiatan menderita kerugian, kerugian tsb dikompensasikan dgn Ph

lainnya (kompensasi horizontal), kecuali kerugian yg diderita di luar negeri.

Penjelasan Ps.4(1) UU PPh

Page 11: 3.1. objek pajak

Kerugian di Luar Negeri/ Mancanegara

• Tidak boleh dikompensasikan (kompensasihorisontal)/digabungkan dengan Ph DalamNegeri.

• Alasan praktis administratif, kesulitan meyakinkankebenaran angka kerugian mancanegara (dideritadi LN).

• Alasan dalam praktik kerugian tersebut dapatdikompensasikan di negara sumber (kompensasivertikal) mengeliminasi double dipping.

Gunadi, Pajak Internasional: Edisi Revisi (2007) hal. 142

Page 12: 3.1. objek pajak

Contoh-Contoh Penghasilan

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh

b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan

termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU PPh

c. laba usaha

Ps. 4(1) UU PPh

Page 13: 3.1. objek pajak

1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal

3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dgn nama dan dalam bentuk apa pun

Ps. 4(1) UU PPh: Penghasilan

2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya

4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yg diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yg menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK (PMK No. 245/PMK.03/ 2008 tgl 31-12-2008), sepanjang tidak ada hubungan dgn usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak ybs.

5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dlm pembiayaan, atau permodalan dlm perusahaan pertambangan

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan hartatermasuk:

Page 14: 3.1. objek pajak

(3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:

a. 1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh

badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

Pasal 4(3)a UU PPh

Page 15: 3.1. objek pajak

(1) Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi

Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:

g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sdd Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

Pasal 9(1)g UU PPh

Page 16: 3.1. objek pajak

PT A PT BJual Mesin

H Jual : Rp 0,6 MH Perolehan: Rp 2 MAkm. Pyst: Rp 1,5 MH Pasar: Rp 0,8 M

Kasus 1

Kasus 2 Sama dengan kasus 1, akan tetapi PT B merupakan pemegang sahamPT A sebesar 60%.

Bagaimana perlakuan PPh bagi PT A dan PT B untuk kasus 1 dan kasus 2 tersebut di atas?

Diskusi: Penjualan Harta

Page 17: 3.1. objek pajak

Harga Perolehan dan Harga Penjualandalam Transaksi Jual Beli

Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beliharta yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sdd Pasal 18

ayat (4) adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atauditerima, sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalahjumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima.

Ps. 10 (1) UU PPh

Termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut, seperti beamasuk, biaya pengangkutan dan biaya pemasangan.

Page 18: 3.1. objek pajak

Diskusi: Pengalihan Harta Kepada Pegawai

• PT A menjual peralatan kantor kepadapegawainya yang merupakan staf administrasidengan harga Rp25.000.000.

Peralatan tersebut telah disusutkan PT A dannilai sisa bukunya pada saat dijual sebesarRp20.000.000. Harga pasar peralatan kantortersebut sebesar Rp35.000.000.

• Bagaimana perlakuan PPh bagi PT A danpegawainya?

Page 19: 3.1. objek pajak

Dalam hal terjadi pengalihan harta perusahaan kpd pegawainya,

maka keuntungan berupa selisih antara harga pasar harta tsb dgn nilai sisa buku merupakan penghasilan bagi perusahaan.

Ps. 3 PP 94/2010

Page 20: 3.1. objek pajak

• PT A merupakan supplier bahan baku PT B yang bergerakdalam bidang usaha manufaktur. Untuk menjaga loyalitaspelanggan, sekali tempo PT A menyumbangkan bahan bakukepada PT B yang dulunya diperoleh dengan hargaRp50.000.000. Harga Pasar bahan baku tersebut pada saatdisumbangkan sebesar Rp55.000.000.

• Bagaimana Perlakuan PPh bagi PT A dan PT B?

Diskusi: Sumbangan

Kasus 1

Page 21: 3.1. objek pajak

• Gagah Prakoso, Direktur PT X mempunyai anak sulungbernama Gathot Wicaksono yang merupakan Direktur PT Y. Apabila PT X memberikan sumbangan kepada PT Y, makasumbangan tersebut bukan merupakan Objek Pajak. Lain halnya apabila PT X memberikan hibah kepada PT Y makaharta hibahan tersebut bagi PT Y merupakan Objek PajakPenghasilan.

• Apakah pernyataan tersebut benar?

Diskusi: Sumbangan

Kasus 2

Page 22: 3.1. objek pajak

• PT C merupakan pemegang saham PT B sebesar 50%. Sedangkan PT B merupakan pemegang saham PT E sebesar40%. Apabila PT C memberikan sumbangan kepada PT E, makasumbangan tersebut merupakan Objek Pajak Penghasilan bagiPT E.

• Apakah pernyataan tersebut benar?

Diskusi: Sumbangan

Kasus 3

Page 23: 3.1. objek pajak

(1) Hubungan di antara pihak-pihak ybs sdd Ps. 4 ayat (3)huruf a UU PPh

dapat terjadi karena ketergantungan atau keterikatansatu dgn yang lain secara langsung atau tidak langsungberkenaan dgn:

a. usaha;

b. pekerjaan; atau

c. kepemilikan atau penguasaan.

Ps. 8 PP 94/2010

Yang dimaksud dengan "pihak-pihak yang bersangkutan" adalah Wajib Pajak pemberi dan Wajib Pajak penerima bantuan atau sumbangan, termasuk zakat atau

sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, dan atau harta hibahan.

Page 24: 3.1. objek pajak

HUBUNGAN USAHA

(2) Hubungan di antara pihak-pihak ybs berkenaan dgn usahasdp ayat (1) huruf a antara WP pemberi dgn WPpenerima,

dapat terjadi apabila terdapat transaksi yg bersifatrutin antara kedua belah pihak.

Ps. 8 PP 94/2010

Transaksi yang bersifat rutin antara kedua belah pihak adalah

berupa pembelian, penjualan, atau pemberian imbalan lain dengan

nama dan dalam bentuk apapun.

Page 25: 3.1. objek pajak

HUBUNGAN PEKERJAAN

(3) Hubungan di antara pihak-pihak ybs berkenaandgn pekerjaan sdp ayat (1) huruf b antara WPpemberi dgn WP penerima

terjadi apabila tdp hubungan yg berupapekerjaan, pemberian jasa, atau pelaksanaankegiatan

scr langsung atau tidak langsung antarakedua pihak tsb.

Ps. 8 PP 94/2010

Page 26: 3.1. objek pajak

HUBUNGAN PEKERJAAN LANGSUNG

Tuan B merupakan direktur PT X dan Tuan Cmerupakan pegawai PT X.

Dalam hal ini, antara PT X dengan Tuan Bdan/atau Tuan C terdapat hubungan pekerjaanlangsung.

Jika Tuan B dan/atau Tuan C menerima bantuanatau sumbangan dari PT X atau sebaliknya, makabantuan atau sumbangan tersebut merupakanobjek Pajak Penghasilan bagi yang menerimakarena antara PT X dengan Tuan B dan/atau TuanC mempunyai hubungan pekerjaan langsung.

Ps. 8 PP 94/2010

Page 27: 3.1. objek pajak

HUBUNGAN PEKERJAAN TIDAK LANGSUNG

Tuan A bekerja sebagai petugas dinas luar asuransidari perusahaan asuransi PT X.

Meskipun Tuan A tidak berstatus sebagai pegawaiPT X, namun antara PT X dan Tuan A dianggapmempunyai hubungan pekerjaan tidak langsung.

Jika Tuan A menerima bantuan atau sumbangandari PT X atau sebaliknya, maka bantuan atausumbangan tersebut merupakan objek PajakPenghasilan bagi pihak yang menerima karenaantara PT X dan Tuan A mempunyai hubunganpekerjaan tidak langsung.

Ps. 8 PP 94/2010

Page 28: 3.1. objek pajak

HUBUNGAN KEPEMILIKAN/PENGUASAAAN

(4) Hubungan di antara pihak-pihak ybs berkenaandgn kepemilikan atau penguasaan antara WPpemberi dgn WP penerima sdp ayat (1) huruf c

terjadi apabila tdp:

a. penyertaan modal scr langsung atau tidaklangsung sdd Ps. 18 ayat (4) huruf a UUPPh; atau

b. hubungan penguasaan scr langsung atautidak langsung sdd Pasal 18 ayat (4) hurufb UU PPh.

Ps. 8 PP 94/2010

Page 29: 3.1. objek pajak

Tn. E Tn. B jr

Tn. C

Tn. A

Tn. B

PT AA

PT YPT X

Penguasaan Manajemen Secara Langsung

Dir

PT X dan PT Y mempunyai hub. penguasaan manajemen scr langsung.

Anak BungsuKom Dir

PT Y dan PT AA mempunyai hub. penguasaan manajemen scr langsung.

Hubungan penguasaan manajemen hanya terjadi antara entitas ygpengurusnya sama atau memiliki hubungan keluarga. Sedangkan antarapengurus dalam entitas tersebut tidak memilki hubungan penguasaan.

Jika PT X memberikan bantuan atau sumbangan kepada PT Y atausebaliknya, PT AA memberikan sumbangan kpd PT Y atau sebaliknya, makabantuan atau sumbangan tsb merupakan OP bagi pihak yg menerima.

Page 30: 3.1. objek pajak

Tn. PTn.OPT X

PT AB

Penguasaan Manajemen Secara Tidak Langsung

Tn. O dan Tn. P nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukankebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam rangka menjalankankegiatan PT X, misalnya berwenang menandatangani kontrak dgn pihakketiga, menandatangani cek, dan sebagainya walaupun Tuan O dan/atauTuan P tidak tercantum namanya dalam susunan pengurus yg terteradalam akte pendirian maupun akte perubahan PT X.

PT AB dan PT X mempunyai hubungan penguasaan manajemen secaratidak langsung.

mengambil kebijaksanaan/keputusan

mengambil kebijaksanaan/keputusan

Jika PT X menerima bantuan atau sumbangan dari PT AB atau sebaliknyamaka bantuan atau sumbangan tsb merupakan objek pajak bagi pihak ygmenerima.

Page 31: 3.1. objek pajak

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yg telah dibebankan sbg biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak

f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang

Ps. 4(1) UU PPh: Penghasilan

Page 32: 3.1. objek pajak

• Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham termasuk dalam pengertian dividen yang merupakan objek pajak.

• Apakah pernyataan tersebut benar?

Diskusi: Saham Bonus

Page 33: 3.1. objek pajak

Ps. 4(1) UU PPh : Penghasilan

g. dividen, dgn nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi

Page 34: 3.1. objek pajak

1) pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun;

2) pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor;

3) pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham; (ada pengecualian berdas. PP 94/2010)

4) pembagian laba dalam bentuk saham;

5) pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;

6) jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan;

Termasuk Pengertian Dividen

Page 35: 3.1. objek pajak

7) pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;

8) pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut;

9) bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;10) bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;11) pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;12)pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang

saham yang dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Termasuk Pengertian Dividen

Page 36: 3.1. objek pajak

Tidak Termasuk Pengertian Dividen(Ps. 2 PP 94/2010)

Objek pajak berupa dividen sdd Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPhtidak termasuk pemberian saham bonus yang dilakukantanpa penyetoran yang berasal dari:

a. kapitalisasi agio saham kepada pemegang saham yang telah menyetor modal atau membeli saham di atas harga nominal, sepanjang jumlah nilai nominal saham yang dimilikinya setelah pembagian saham bonus tidak melebihi jumlah setoran modal; dan

b. kapitalisasi selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) UU PPh.

Page 37: 3.1. objek pajak

i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta

h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak

j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dgn jumlah tertentu yg ditetapkan dengan PP (PP 130 Tahun 2000 tgl 15-12-2000)

Ps. 4(1) UU PPh : Penghasilan

Page 38: 3.1. objek pajak

Royalti(Penjelasan Ps. 4 (1) huruf h UU PPh)

Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak, sebagai imbalan atas:1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang

kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya;

2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah;

3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial;

Page 39: 3.1. objek pajak

4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa:

a) penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;

b) penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;

c) penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi;

Royalti(Penjelasan Ps. 4 (1) huruf h UU PPh)

Page 40: 3.1. objek pajak

5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan

6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.

Royalti(Penjelasan Ps. 4 (1) huruf h UU PPh)

Page 41: 3.1. objek pajak

Pasal 1

Dalam PP ini, yg dimaksud dengan Utang Debitur Kecil adalah utang usaha yg jumlahnya tidak lebih dari Rp 350.000.000,00, termasuk :

a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra), yaitu kredit lunak untuk usaha ekonomi produktif yg diberikan kepada Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera I (alasan ekonomi hasil pendataan KS) yang telah menjadi peserta Takesra dan tergabung dalam kegiatan kelompok Prokesra-OPPKS;

b. Kredit Usaha Tani (KUT), yaitu kredit modal kerja yg diberikan oleh bank kepada koperasi primer baik sebagai pelaksana (executing) maupun penyalur (channeling) atau kepada LSM sebagai pelaksana pemberian kredit, untuk keperluan petani yg tergabung dalam kelompok tani guna membiayai usaha taninya dalam rangka intensifikasi padi, palawija dan hortikultura;

c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS), yaitu kredit yg diberikan oleh bank kepada masyarakat untuk pemilikan RSS;

d. Kredit Usaha Kecil (KUK), yaitu kredit yg diberikan kepada nasabah usaha kecil; dan

e. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.

PP 130 Tahun 2000

Page 42: 3.1. objek pajak

• Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing diakuisebagai penghasilan atau biaya berdasarkan sistempembukuan yg dianut dan dilakukan secara taat asas sesuaidgn SAK yg berlaku di Indonesia.

• Apakah pernyataan tersebut benar?

Diskusi: Selisih Kurs

Page 43: 3.1. objek pajak

Ps. 4(1) UU PPh: Penghasilan

e. Kerugian selisih kurs mata uang asing

Ps. 6(1) UU PPh: Boleh dikurangkan

l. keuntungan selisih kurs mata uang asing

Page 44: 3.1. objek pajak

KEUNTUNGAN (KERUGIAN) SELISIH KURS

(1) Keuntungan atau kerugian selisih kurs matauang asing diakui sebagai penghasilan ataubiaya berdasarkan sistem pembukuan yg dianutdan dilakukan secara taat asas sesuai dgn SAKyg berlaku di Indonesia.

(2) Keuntungan atau kerugian selisih kurs matauang asing sdp ayat (1) yg berkaitan langsung dgnusaha WP yg:

a. dikenakan PPh yg bersifat final; atau

b. tidak termasuk objek pajak,

tidak diakui sebagai penghasilan atau biaya.

Ps. 9 PP 94/2010

Page 45: 3.1. objek pajak

Contoh:

PT A bergerak di bidang penyewaan apartemen. Sesuai dgn kontrak,

sewa apartemen tiap bulan adalah US$1,000 dan diterbitkan invoice

setiap tgl 1.

Pada tgl 1 September 2010 PT A menerbitkan invoice sebesar US$

1,000 kpd penyewa. Pada tgl tsb, kurs yg berlaku adalah Rp9.000,00

per 1 US$.

Pada tgl 1 September 2010 tsb PT A mengakui penghasilan atas sewa

apartemen Rp9.000.000,00 (US$ 1,000 x Rp9.000,00).

Pada tgl 15 September 2010 penyewa membayar sewa apartemen.

Pada tgl tsb, kurs yg berlaku adalah Rp8.700,00 per 1 US$, shg nilai

sewa yg dibayar adalah Rp8.700.000,00 (US$ 1,000 x Rp8.700,00).

Atas perbedaan waktu antara tgl penerbitan invoice dan tgl

pembayaran timbul kerugian selisih kurs bagi PT A sebesar

Rp300.000,00 ((Rp9.000,00 - Rp8.700,00) x US$ 1,000)).

Atas kerugian selisih kurs tsb tidak diakui sbg biaya bagi PT A karena

berasal dari penyewaan apartemen yg telah dikenai PPh bersifat final.

Ps. 9 PP 94/2010

Page 46: 3.1. objek pajak

KEUNTUNGAN (KERUGIAN) SELISIH KURS

(3) Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata

uang asing sdp ayat (1) yg tidak berkaitanlangsung dgn usaha WP yg:

a. dikenakan PPh yg bersifat final; atau

b. tidak termasuk objek pajak,

diakui sebagai penghasilan atau biayasepanjang biaya tsb dipergunakan untuk 3Mpenghasilan.

Ps. 9 PP 94/2010

Page 47: 3.1. objek pajak

Contoh:

PT A, usaha penyewaan apartemen, bulan September 2010

mendapatkan pinjaman US$10,000,000 yg digunakan:

US$ 9,000,000 untuk membangun apartemen,

US$ 1,000,000 untuk membeli alat transportasi yg akan

dipergunakan untuk usaha jasa angkutan.

Atas keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing yg berasal

dari pinjaman sebesar US$ 1,000,000 tsb dapat diakui sebagai

penghasilan atau biaya karena:

a. tidak berkaitan langsung dengan usaha PT A di bidang penyewaan

apartemen yang atas penghasilannya dikenai PPh bersifat final; dan

b. merupakan pengeluaran untuk 3M penghasilan lainnya berupa

usaha jasa angkutan yang atas penghasilannya dikenai PPh dgn tarif

Pasal 17 UU PPh.

Ps. 9 PP 94/2010

Page 48: 3.1. objek pajak

p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

n. premi asuransi

o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

q. penghasilan dari usaha berbasis syariah

r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU KUP

s. surplus Bank Indonesia

Ps. 4(1) UU PPh: Penghasilan

Page 49: 3.1. objek pajak

(1) Surplus BI yg mrpk objek PPh adalah surplus BImenurut laporan keuangan audit setelahdilakukan penyesuaian atau koreksi fiskal sesuaidgn UU PPh dgn memperhatikan karakteristikBI.

(2) Ketentuan mengenai tata cara penghitungan dan pembayaran PPh atas surplus BI sdp ayat (1)

diatur dgn PMK.

Ps. 7 PP 94/2010

Karakteristik Bank Indonesia terkait surplus Bank Indonesia antara

lain selisih kurs, penyisihan aktiva, dan penyusutan aktiva tetap.

Page 50: 3.1. objek pajak

Pinjaman Tanpa Bunga

Page 51: 3.1. objek pajak

PINJAMAN TANPA BUNGA DARI PEMEGANG SAHAM

(1) Pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham yg diterimaoleh WP berbentuk PT diperkenankan apabila:

a. pinjaman tsb berasal dari dana milik pemegang saham itu sendiri dan bukan berasal dari pihak lain;

b. modal yg seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah disetor seluruhnya;

c. pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi; dan

d. perseroan terbatas penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan untukkelangsungan usahanya.

Ps. 12 PP 94/2010

Page 52: 3.1. objek pajak

(2) Apabila pinjaman yg diterima oleh WP berbentuk PT daripemegang sahamnya tidak memenuhi ketentuan sdpayat (1), atas pinjaman tsb terutang bunga dgn tingkatsuku bunga wajar.

Ps. 12 PP 94/2010

Yang dimaksud dengan "tingkat suku bunga wajar" adalah tingkat suku bunga yg berlaku yg ditetapkan sesuai dgn prinsip kewajaran dan kelaziman (best practice) jika transaksi dilakukan di antara pihak yg tidak mempunyai

hubungan istimewa sdd Ps. 18 ayat (4) UU PPh

PINJAMAN TANPA BUNGA DARI PEMEGANG SAHAM

Page 53: 3.1. objek pajak

Pembagian Laba

Page 54: 3.1. objek pajak

Pembagian laba scr langsung dan/atau tidak langsung yg berasal dari saldo laba termasuk saldo laba berdasarkan

proyeksi laba tahun berjalan merupakan objek pajak,

kecuali bagian laba sdd Pasal 4 ayat (3)

huruf f UU PPh.

Ps. 6 PP 94/2010

Page 55: 3.1. objek pajak

Penghasilan yg Dikecualikan dari Objek Pajak

f. dividen atau bagian laba yg diterima atau diperoleh PT sbg WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pd badan usaha yg didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dgn syarat:

1. dividen berasal dari cadangan laba yg ditahan; dan

2. bagi PT, BUMN dan BUMD yg menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yg memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yg disetor;

Ps. 4(3) UU PPh