PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:...

32
PAJAK PENGHASILAN UMUM PENDAHULUAN Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh) berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang-undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Undang-Undang Pajak Pengahasilan (PPh) mangatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang PPh disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau terakhir dalam tahun pajak. Undang-Undang PPh menganut asas materil, artinya penentuan mengenai pajak yang terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak. SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang menjadi Subjek Pajak adalah:

Transcript of PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:...

Page 1: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

PAJAK PENGHASILAN UMUM

PENDAHULUAN

Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh) berlaku sejak 1

Januari 1984. Undang-undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir kali diubah

dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Undang-Undang Pajak Pengahasilan (PPh) mangatur pengenaan Pajak Penghasilan

terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun

pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek

pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang PPh disebut Wajib

Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu

tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila

kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau terakhir dalam tahun pajak.

Undang-Undang PPh menganut asas materil, artinya penentuan mengenai pajak yang

terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak.

SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK

Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau

diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang menjadi Subjek Pajak adalah:

1. a. Orang pribadi;

b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;

2. Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD

dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi politik, atau organisasi lainnya, lembaga,

dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif.

3. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi:

1. SUbjek Pajak dalam negeri yang terdiri dari:

a. Subjek Pajak orang pribadi, yaitu:

Page 2: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus

delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu 12 bulan, atau

Orang pribadiyang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat

bertempat tinggal di Indonesia.

b. Subjek Pajak badan, yaitu:

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari

badan pemerintah yang memenuhi criteria:

1) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2) Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah;

dan

3) Penerimaanya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;

dan

4) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara;

c. Subjek Pajak Warisan, yaitu:

Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

2. Subjek Pajak luar negeri yang terdiri dari:

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan

b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau

memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak. Subjek pajak

badan dalam negeri menjadi Wajib Pajak sejak saat didirikan, atatu bertempat kedudukan di

Indonesia.

Page 3: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

Perbedaan Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri, antara lain

adalah:

Wajib Pajak dalam negeri Wajib Pajak luar negeri

Dikenakan pajak atas penghasilan baik

yang diterima atau diperoleh dari

Indonesia dan di luar negeri

Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan

netto

Tarif pajak yang digunakan adalah tarif

umum (Tarif UU PPh pasal 17)

Wajib menyampaikan SPT

Dikenakan pajak hanya atas

pengahsilan yang berasal dari sumber

penghasilan di Indonesia.

Dikenakan pajak berdasarkan

penghasilan bruto

Tarif pajak yang digunakan adalah

tarif sepadan (tarif UU PPh pasal 26).

Tidak wajib menyampaikan SPT

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

Berikut ini diberikan tabel mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif.

MULAI BERAKHIR

Subjek Pajak Dalam Negeri Orang

Pribadi:

Saat dilahirkan.

Saat berada di Indonesia atau bertempat

tinggal di Indonesia.

Subjek Pajak dalam Negeri Badan:

Saat didirikan atau bertempat kedudukan

di Indonesia.

Subjek Pajak Dalam Negeri Orang

Pribadi:

Saat meninggal.

Saat meninggalkan Indonesia untuk

selama-lamanya.

Subjek Pajak Dalam Negeri Badan:

Saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat

kedudukan di Indonesia.

Subjek Pajak Luar Negeri Melalui BUT:

Saat menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan melalui BUT di Indonesia.

Subjek Pajak Luar Negeri Melalui BUT:

Saat tidak lagi menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui BUT di

Indonesia.

Subjek Pajak Luar Negeri Tidak Melalui

BUT:

Saat menerima atau memperoleh

penghasilan dari Indonesia.

Subjek Pajak Luar Negeri Tidak Melalui

BUT:

Saat tidak lagi menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Warisan Belum Terbagi: Warisan Belum Terbagi:

Page 4: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

Saat timbulnya warisan yang belum

terbagi.

Saat warisan telah selesai di bagikan.

TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK

Yang tidak termasuk subjek pajak adalah:

1. Kantor perwakilan Negara asing.

2. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing, dan orang-

orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-

sama mereka, dengan syarat:

Bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh

penghasilan penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia.

Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

3. Organisasi internasional, dengan syarat:

Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.

Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia

selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para

anggota.

4. Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat:

Bukan warga Negara Indonesia.

Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di

Indonesia.

OBJEK PAJAK

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setip tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

1. Penggatian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh

termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau

imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini;

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, penghargaan;

3. Laba usaha;

4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

Page 5: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

a. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya

sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

b. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang

diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

c. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,

pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

d. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang

diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan

keagamaan, badan pendidikan, badan social termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi

yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,

kepemilikan, atau penguasan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan

e. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan,

tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;

5. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran

tambahan pengembalian pajak;

6. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

7. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi

kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

8. royalty atau imbalan atas penggunaan hak;

9. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

10. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

11. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentuyang ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah;

12. keuntungan selisih kurs mata uang asing;

13. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

14. premi asuransi;

15. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak

yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

16. tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

17. penghasilan dari usaha berbasis syariah;

18. imbalan bungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai

ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

Page 6: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

19. surplus bank Indonesia.

Penghasilan tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan keja dan pekerjaan bebas, seperti gaji, honorarium,

penghasilan dari hasil prakter dokter, notaries, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebaginnya.

2. Penghasilan dari usaha atau kegiatan.

3. Penghasilan dari modal atau penggunaan harta, seperti sewa, bunga, dividen, royalty,

keuntungan dari penjualan harta yang tidak digunakan, dan sebagainya.

4. Penghasilan lain-lain, yaitu penghasilan yang tidak dapt diklasifikasikan ke dalam salah satu

dari tiga kelompok penghasilan di atas, seperti:

a. Keuntungan karena pembebasan utang.

b. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

c. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

d. Hadiah undian

Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri, yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Sedangkan bagi Wajib Pajak luar Negeri, yang

menjadi Objek Pajak hanya penghasilan yang berasal dari Indonesia saja.

TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:

1. a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga

amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima

zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang

diakui di I ndonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan

oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang

ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

b. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,

badan keagamaan, badan pendidikan, badan social termasuk yayasan, koperasi, atau orang

pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,

pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

2. warisan;

Page 7: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

3. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai

pengganti penyertaan modal;

4. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh

dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang

diberikan oleh buka Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib

Pajak yang menggunakan norma perhitungan khusus (deemed profit);

5. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi

kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;

6. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak

dalam negeri, koperasi, badan usaha milik Negara, atau badan usaha milik daerah, dari

penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia

dengan syarat:

a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

b. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik Negara dan badan usaha milik daerah yang

menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah

25% dari jumlah modal yang disetor;

7. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendirinya telah disahkan Menteri

Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

8. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada angka

7, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

9. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya

tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk

pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

10. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari

badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,

dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

a. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam

sector-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Indonesia;

11. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

12. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang

pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi

Page 8: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan

pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun

sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan; dan

13. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Waji

Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Oeraturan

Menteri Keuangan.

DASAR PENGENAAN PAJAK DAN CARA MENHITUNG PENGHASILAN KENA

PAJAK

Dasar Pengenaan Pajak

Untuk dapat menghitung PPh, terlebih dahulu harus diketahui dasar pengenaan pajaknya.

Untuk Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menjadi dasar pengenaan

pajak adalah Penghasilan Kena Pajak. Sedangkan untuk Wajib Pajak luar negeri adalah penghasilan

bruto. Dalam bab ini yang akan dibahas hanya Wajib Pajak dalam negeri saja.

Besarnya Pengahasilan Kena Pajak untuk wajib Pajak badan dihitung sebesar penghasilan

netto. Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi dihitung sebesar penghasilan netto dikurangi

dengan PEnghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Penghasilan Kena Pajak (WP Badan) = penghasilan netto

Penghasilan kena pajak (WP orang pribadi) =penghasilan netto-PTKP

Cara menghitung Penghasilan Kena Pajak

Perhitungan besarnya Penghasilan Netto bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk

usaha tetap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Menggunakan pembukuan.

2. Menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Netto.

Pembukuan adalah proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan

data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya, serta

jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan

keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir. Wajib Pajak badan

Page 9: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

dan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas diwajibkan

menyalenggarakan pembukuan.

Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan

pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan:

Diperbolehkan menghitung penghasilan netto dengan menggunakan Norma Perhitungan

Penghasilan Netto, dan

Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Pembukuan atau pencatatan harus:

Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan

usaha yang sebenarnya.

Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang

Rupiah, dan

Disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

Menghitung Penghasilan Kena Pajak dengan Menggunakan Pembukuan

Untuk Wajib Pajak badan besarnya Penghasilan Kena Pajak sama dengan penghasilan

netto, yaitu penghasilan bruto dikurangi dengan biaya-biaya yang diperkenankan oleh Undang-

Undang PPh. Sedangkan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi besarnya Penghasilan Kena Pajak sama

dengan penghasilan netto dikurangi denga PTKP. Rumus:

Penghasilan Kena Pajak (WP Orang Pribadi)

= Penghasilan Netto-PTKP

= (Penghasilan bruto-biaya yang diperkenankan UU PPh) - PTKP

Penghasilan Kena Pajak (WP Badan)

= Penghasilan Netto

= Penghasilan bruto-Biaya yang diperkenankan UU PPh

Besarnya Penghasilan Kena Pajak Bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,

ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan, termasuk:

1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:

Page 10: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

a. biaya pembelian bahan;

b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,

gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;

c. bunga, sewa, dan royalty;

d. biaya perjalanan;

e. biaya pengolahan limbah;

f. premi asuransi;

g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Kementrian

Keuangan;

h. biaya administrasi;dan

i. pajak, kecuali Pajak Penghasilan;

2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas

pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa mamfaat lebih

dari 1 tahun;

3. iuran kepada dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;

4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan

atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

5. kerugian selisih kurs mata uang asing;

6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;

7. biaya basiswa, magang, dan pelatihan;

8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat

Jenderal Pajak; dan

c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah

yang menangani piutang Negara, atau dengan adanya perjanjian tertulis mengenai

penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan,

atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, atau adanya pengakuan dari

debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;

d. Syarat sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak

tertagih debitur kecil;

9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Pemerintah;

Page 11: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembngan yang dilakukan di Indonesia yang

ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

11. biaya pembangunan infrastruktur social yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;dan

13. sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan

Pemerintah;

14. Kompensasi kerugian fiscal tahun sebelumnya (maksimal 5 tahun)

Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan

bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangi:

1. Pembagian laba dengan nama dan bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang

dibagikan oleh perusahaan asuransikepada pemegan polis, dan pembagian sisa hasil usaha

koperasi.

2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,sekutu,

atau anggota.

3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan

kredit, sewa guna usaha dan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan

anjak piutang;

b. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan social yang dibentuk oleh

badan penyelanggara jaminan social;

c. Cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan;

d. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;

e. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;dan

f. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk

usaha pengolahan limbah industri,yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau

berdasarkan peraturan menteri keuangan;

4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi

beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja

dan premi asuransi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk

natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta

penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang

Page 12: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan;

6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak

yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang

dilakukan.

7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, kecuali:

Sumbangan yang diperbolehkan dikurangkan

Zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau

disahkan oleh pemerintah

Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia,

yang diterima oleh lembaga keamanan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah;

8. Pajak Penghasilan.

9. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang

yang menjadi tanggungannya.

10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang

modalnya tidak terbagi atas saham.

11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang

berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

12. Biaya-biaya (pengeluaran) untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang:

Dikenakan PPh yang bersifat final.

Bukan objek PPh.

13. Biaya-biaya (pengeluaran) untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang

PPh-nya dihitung dengan menggunakanNorma Perhitungan Penghasilan Netto.

Menghitung Penghasilan Kena Pajak dengan Menggunakan Norma Perhitungan

Penghasilan Netto

Apa bila dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak-nya Wajib Pajak menggunakan Norma

Perhitungan Penghasilan Netto, besarnya penghasilan netto adalah sama besarnya dengan besarnya

(persentase) Norma Perhitungan Penghasilan Netto dikalikan dengan jumlah peredaran usaha atau

penerimaan bruto pekerjaan bebas setahun.

Page 13: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

Pedoman untuk menentukan penghasilan netto, dibuat dan disempurnakan terus-menerus

serta diterbitkan oleh Direktur Jendral Pajak berdasarkan pegangan yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan.

Wajib Pajak yang boleh menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Netto adalah Wajib

Pajak orang pribadi yang memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Peredaran bruto kurang dari Rp 4.800.000.000,00 per tahun.

2. Mengajukan permohonan dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun buku.

3. Menyelenggarakan pencatatan.

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

Besarnya PTKP setahun yang berlaku saat ini adalah:

1. Rp 15.840.000,00 untuk Wajib Pajak orang pribadi.

2. Rp 1.320.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.

3. Rp 15.840.000,00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan

penghasilan suami, denga syarat:

Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu pemberi kerja yang

telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang PPh pasal 21, dan

Pekerjaan istri tidak ada hubunganya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau

anggota keluarga yang lain.

4. Rp 1.320.000,00 tambahan untuk setiap angggota keluarga semenda dalam garis keturunan

lurus satu derajat serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang).

Perhitunga PTKP ditentukan menurut keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian

tahun pajak. Perhitungan PTKP untuk pegawai lama (tahun sebelumnya sudah bekerja di Indonesia)

dilakukan dengan melihat keadaan pada awal tahun takwin (1 januari). Bagi pegawai yang baru

datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun takwin, besarnya PTKP tersebut berdasarkan

keadaan pada awal bulan dari bagian tahun takwin yang bersangkutan.

Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri.

Dalam hal karyawati tidak kawin, pengurangan PTKP selain untuk dirinya juga PTKP untuk

keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

TARIF PAJAK

1. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri

Page 14: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang

pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%

Di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan

Rp 250.000.000,00

15%

Di atas Rp 250.000.000,00 sampai

dengan Rp 500.000.000,00

25%

Di atas Rp 500.000.000,00 30%

Tarif tertinggi bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dapat diturunkan menjadi

paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap

Sedangkan tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak

badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%. Tarif pajak bagi Wajib Pajak badan

dalam negeri dan bentuk usaha tetap, mulai berlaku sejak tahun pajak 2010, diturunkan menjadi

25%.

Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40%

dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan

memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tariff sebesar 5% lebih rendah daripada

tariff yang berlaku.

CARA MENGHITUNG PAJAK

Pajak Penghasilan (bagi Wajib Pajakdalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap) setahun

dihitung dengan cara mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan Tarif pajak sebagaimana diatur

dalam UU PPh pasal 17. untuk menhitung PPh dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Pajak Penghasilan (Wajib Pajak badan)

= Penghasilan Kena Pajak x tariff pasal 17

= Penghasilan Netto x tariff pasal 17

= (PEnghasilan Bruto-biaya yang diperkenankanUU PPh) x tariff pasal 17

Pajak Penghasilan (WP Orang Pribadi)

= Penghasilan kena pajak x tariff pasal 17

Page 15: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

= (Penghasilan netto-PTKP) x tariff pasal 17

= [(Penghasilan Bruto-biaya yang diperkenankan UU PPh)-PTKP] x tariff pasal 17

PEMOTANGAN ATAU PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN YANG

BERSIFAT FINAL

Dalam ketentuan mengenai Pajak Penghasilan yang berlaku saat ini, ada beberapa jenis

penghasilan (objek pajak) yang dikenakan pemotongan atau pemungutan pajak yang bersifat final.

Penghasilan yang dikenakan pemotongan atau pemungutan PPh yang bersifat final, tetap dilaporkan

dalam Surat Pemberitahuan (SPT), hanya saja jumlahnya tidak dijumlahkan dengan penghasilan

lainnya. Pajak yang sudah dipotong tidak diperhitungkan sebagai Kredit Pajak.

CARA MELUNASI PAJAK

Pada dasarnya, Wajib Pajak dapat menghitung dan melunasi Pajak Penghasilan melalui dua

cara, yaitu:

1. Pelunasan pajak tahun berjalan, yaitu pelunasan pajak dalam Masa Pajak yang meluputi:

a. Pembayaran sendiri oleh Wajib Pajak (PPh Pasal 25) untuk setiap Masa Pajak.

b. Pembayaran pajak melalui pemotongan/pemungutan pihak ke tiga (orang pribadi atau

badan baik swasta maupun pemerintah) berupa kredit pajak yang dapat diperhitungkan

dengan jumlah pajak terutang selama tahun pajak, yaitu:

1) Pemotongan PPh atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, atau kegiatan (PPh Pasal 21).

2) Pemungutan PPh atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di

bidang lain, dan pembayaran atas penyerahan barang kepeda badan pemerintah(PPh

Pasal 22).

3) Pemotongan PPh atas penghasilan dari modal atau penggunaan harta oleh orang lain,

jasa, hadiah, dan penghargaan (PPh Pasal 23).

4) Pelunasan PPh di luar negeri atas penghasilan di luar negeri (PPh Pasal 24)

5) Pemontongan PPh atas penghasilan yang terutang atas Wajib Pajak luar negeri (PPh

Pasal 26)

6) Pemotongan penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya,

penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari

pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya

(PPh Pasal 2 ayat (2). Untuk PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dapat dikreditkan.

Page 16: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

2. pelunasan pajak sesudah akhir tahun.

Pelunasan pajak sesudah tahun pajak berakhir diberlakukan dengan cara:

a. Membayar pajak yang kurang disetor yaitu dengan menghitung sendiri jumlah Pajak

Penghasilan terutang untuk suatu tahun pajak dikurangi dengan jumlah kredit pajak tahun

yang bersangkutan.

b. Membayar pajak yang kurang disetor berdasarkan surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan

Pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak, apabila terdapat bukti bahwa jumlah

Pajak Penghasilan terutang tidak benar.

BAGIAN 2

BENTUK USAHA TETAP

Bentuk usaha tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang

tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183

hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukam

di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

BUT dapat berupa:

1. tempat kedudukan manajemen;

2. cabang perusahaan;

3. kantor perwakilan;

4. gedung kantor;

5. pabrik;

6. bengkel;

7. gudang;

8. ruang untuk promosi dan penjualan;

9. pertambngan dan penggalian sumber alam;

10. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

11. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

12. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

13. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih

dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan;

14. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;

Page 17: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

15. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung resiko di Indonesia;

dan

16. computer, elektronik, atau peralatan ekonomis praktis yang dimiliki, disewa, atau digunakan

oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

OBJEK PAJAK PENGHASILAN BUT

Yang menjadi objek pajak penghasilan BUT adalah:

1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai.

2. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di

Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan BUT di Indonesia.

3. penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor

pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang

memberikan penghasilan dimaksud.

PENENTUAN LABA BUT

Dalam menentukan besarnya laba suatu BUT ada beberapa ketentuan yang harus

diperhatikan, yaitu:

1. biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan dibebankan adalah biaya yang berkaitan

dengan usaha atau kegiatan BUT, yang besarnya ditetapkan Direktur Jendral Pajak.

2. Pembayaran oleh BUT kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan dibebankan sebagai biaya

adalah:

a. royalty atau imbalan lain sehungan dengan penggunaan harta, paten, atau hak-hak lainnya

b. imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya

c. bunga, kecuali bunga ynag berkenan dengan usaha perbankan.

Sebagai konsekuensinya, atas pembayaran seperti tersebut di atas, yang diterima atau

diperoleh BUT dari kantor pusat tidak dianggap sebagai Objek Pajak, kecuali bunga yang

berkenaan dengan usaha perbankan.

PERLAKUAN PAJAK ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK DARI SUATU BUT

YANG DITANAMKAN KEMBALI DI INDONESIA

Page 18: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak penghasilan dari suatu Bentuk Usaha

Tetap di Indonesia, akan dikenakan PPh pasal 26 sebesar 20% (bersifat final), kecuali penghasilan

tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.

Penanaman kembali tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah dikurangi Pajak

Penghasilan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan

berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pediri;

2. Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagaimana dimaksud pada

huruf a, harus secara efektif melakukan kegiatan usaha sesuai dengan akte pendirinya, paling

lam 1 tahun sejak perusahaan tersebut didirikan;

3. penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau paling lama tahun pajak

berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut; dan

4. tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling singkat dalam jangka

waktu 2 tahun sesudah perusahaan baru tersebut telah berproduksi komersial.

Page 19: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada awal kemerdekaan dan selama revolusi, tidak ada pemungutan pajka yang

berarti walau ada kantor iuran Negara yang menerima pajak dari beberapa pedagang.

Sesudah kedaulatan RI, peraturan perpajakan Belanda digunakan kembali sambil

dilakukan penataan dan perluasan. Undang-undang PPh terbaru yakni undang-undang

Nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas undang-undang nomor 7 tahun

1983 tentang pajak penghasilan. Dengan undang-undang ini, aspek penghitungan

penghasilan dlama ketentuan materialnya lebih banyak terserap. Sedangkan aspek

hukumnya digeser ke dalam Undang-undang Nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan

kedua atas Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara

perpajakan. Hal ini didasarkan pada logika bahwa menghitung pajka penghasilan pada

dasarnya tidak membicarakan masalah hukum, melainkan bagaimana menghitung

penghasilan. Untuk menghitung penghasilan wewenangnya ada pada Akuntan, dengan

sendirinya perangkat akuntansi harus digunakan. Dengan kata lain, pajak penghasilan

erat hubungannya dengan fungsi akuntan, karena menerapkan pajak penghasilan

didasarkan atas penghitungan penghasilan. Subjek pajak penghasilan terbagi menjadi

dua yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. menurut Undang-

undang perpajakan, penghasilan adalah setiap tambahan yang diterima atau diperoleh

wajib, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai

Page 20: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dan dalam

bentuk apapun.

Dari segi ekonomi penghasilan pada umumnya timbul karena adanya tindakan

ekonomi. Namun dari segi Undang-undang pajak penghasilan memiliki arti yang

lebih luas. Penghasilan dapat terjadi sebagai akibat di luar tindakan ekonomi atau

diluar suatu peristiwa yang dikaitkan dengan atau dilakukan oleh suatu objek yang

sering menjadi pelaku ekonomi (Moenaf H. Regar, 1995).

Yang disebut subjek pajak dalam hal ini segala sesuatu yang mempunyai potensi

untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak

penghasilan. Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan

yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang menjadi subjek pajak

adalah:

1) a. Orang pribadi;

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantika yang berhak;

2) Badan adalah sekumpulan orang dan atua modal yang merupakan kesatuan baik

yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi: perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD, firma,

kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan organisasi

massa, organisasi social politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk

usaha tetap, dan bentuk lainnya termasuk reksadana.

3) Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak

lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan

kegiatan di Indonesia.

3.2 saran

Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

sebagai mahasiswa intelek tentunya mengharapkan sebuah prestasi gemilang dalam

menggapai tujuan, apalagi nantinya setelah meninggalkan UNG pastinya di perhadapkan

Page 21: PAJAK PENGHASILAN · Web viewTIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

dengan publik masyarakat oleh karenanya materi yang berhubungan dengan pajak

penghasilan tentunya harus di kuasai dengan sematang-matangnya agar bisa amalkan

dengan sebaik-baiknya.