TaxSys PRIMA MANDIRI - · PDF filePage 2 Outline Subjek Pajak Objek Pajak Penggabungan...
Transcript of TaxSys PRIMA MANDIRI - · PDF filePage 2 Outline Subjek Pajak Objek Pajak Penggabungan...
TaxSys – PRIMA MANDIRI
Page 2
Outline
Subjek Pajak
Objek Pajak
Penggabungan penghasilan Keluarga
Pembukuan - Pencatatan
Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
Penghitungan Pajak
Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25
SPT PPh OP
Page 3
Dasar Hukum
Page 4
SUBJEK PAJAK
Page 5
PPh dikenakan terhadap….? (Pasal 1 UU PPh)
Subjek Pajak PenghasilanDiterima/Diperolehdalam Tahun Pajak
Page 6
Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU PPh
Orang Pribadi
Warisan yang yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak
Badan
Bentuk Usaha Tetap
Subjek
Pajak
Orang
Pribadi
Subjek
Pajak
Badan
Page 7
Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2) UU PPh
Subjek PajakDalam Negeri
(SPDN)
Subjek Pajak LuarNegeri (SPLN)
Page 8
SPDN Vs SPLN
Bertempat tinggal atau berada di Ina > 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
Dalam suatu tahun pajak berada di Ina & mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
SPDN OP atau Badan yang tidak memenuhi kriteria SPDN
SPLN
PER-43/2011 tgl 28 Des 2011
Page 9
Subjek Pajak = Wajib Pajak……???
SubjekPajak
ObjekPajak
WajibPajak
Page 10
Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan
yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan
objektif.
( Penjelasan UU PPh Pasal 2 ayat (2))
Page 11
Perbedaan WP DN dan WP LN
Dikenai PPh daripenghasilan di Ina dandari luar Ina
Dikenai berdasarkanpenghasilan neto
Dikenai tarif umum
Wajib menyampaikanSPT
WP DN Dikenai PPh dari
penghasilan dari Ina
Dikenai berdasarkanpenghasilan bruto
Dikenai tarif pajaksepadan
Tidak wajibmenyampaikan SPT
WP LN
Page 12
Warisan yang belum terbagi
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak:
Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan
oleh pribadi sebagai SPDN
Dianggap sebagai SPDN mengikutistatus pewaris
Menggantikan kewajiban ahli warisyang berhak
Bila warisan sudah dibagi,kewajiban perpajakannya beralihkepada ahli waris
Page 13
Tidak Termasuk Subjek Pajak OP (PMK 15/PMK.03/2010)
Pejabat perwakilan diplomatikdan konsulat atau
pejabat lain dari negara asingdan
orang-orang yang diperbantukankepada mereka yang bekerja
dan bertempat tinggal bersama-sama mereka
• Bukan WNI
• Di Indonesia tidakmenerima/memperolehpenghasilan di luar jabatanatau pekerjaannya
• Negara ybs memberikanperlakuan timbal balik
Pejabat perwakilanorganisasi
internasional
• Bukan WNI
• Tidakmenjalankanusaha, kegiatanatau pekerjaanlain untukmemperolehpenghasilan dariIndonesia
Page 14
MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI ORANG PRIBADI
MULAI:
• SAAT DILAHIRKAN
• BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA
BERAKHIR:• SAAT MENINGGAL DUNIA
• MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK SELAMA-
LAMANYA
Page 15
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
BADAN
MULAI:
• SAAT MENJALANKAN USAHA
BERAKHIR:• SAAT TIDAK LAGI MENJALANKAN USAHA
MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
Page 16
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI ORANG PRIBADI/BADAN
MULAI:
- SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH
PENGHASILAN DI INDONESIA
- MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT
BERAKHIR:- SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/MEMPEROLEH
PENGHASILAN DI INDONESIA
- TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT
MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
Page 17
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF WARISAN YANG BELUM TERBAGI
MULAI:
SAAT TIMBULNYA
WARISAN
BERAKHIR:SAAT WARISAN SELESAI DIBAGI
Page 18
OBJEK PAJAK
Page 19
P E N G H A S I L A N
DENGAN NAMA DAN DALAM
BENTUK APAPUN
OBJEK PAJAK Pasal 4 ayat (1)
Page 20
SUMBER PENGHASILAN BAGI WP OP
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan
kerja seperti gaji, honorarium;
2. Penghasilan dari pekerjaan bebas ; penghasilan
dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan,
pengacara, dan sebagainya;
3. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
4. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak
ataupun harta tak gerak, seperti bunga, dividen,
royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta
atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha;
5. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang
dan hadiah.
Page 21
Klasifikasi Penghasilan
Penghasilan
1. Dikenai Tarif Umum Ps. 17
2. Dikenai PPh Bersifat Final
3. Dikecualikan dari Objek Pajak
Page 22
Dikenai Tarif Umum Pasal 17
Page 23
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (1)
Penggantian /imbalan berkenaan dgn pekerjaan/jasa ygditerima/diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, /imbalandlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini
Hadiah dari pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
Laba usaha
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihanharta
Page 24
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (2)
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
Bunga termasuk premium, diskonto danimbalan karena jaminan pengembalian utang
Dividen dengan nama dan dalam bentukapapun termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis danpembagian SHU Koperasi, kecuali dividen
yang dibayarkan kepada Orang Pribadi
Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
Page 25
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (3)
Sewa dan penghasilan lain sehubungandengan penggunaan harta
Penerimaan atau perolehan pembayaranberkala
Keuntungan karena pembebasan hutangkecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan PP
Keuntungan selisih kurs mata uang asing
Page 26
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (4)
Selisih lebih karena penilaian kembaliaktiva
Premi asuransi
Iuran yang diterima/diperolehperkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari WP yang menjalankan usaha ataupekerjaan bebas
Tambahan kekayaan neto yang berasaldari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
Page 27
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (5)
Penghasilan dari usahaberbasis syariah (PP No 25 th
2009)
Imbalan bunga sebagaimanadimaksud dalam UU KUP
Surplus Bank Indonesia
Page 28
Dikenai Pajak Bersifat Final
Page 29
Konsekuensi Pengenaan PPh Final
penghasilan tidak dihitung kembali
pada saat penghitungan
pajak akhir tahun
pajak yang dibayar tidak
dapat dikreditkan
biaya-biaya terkait tidak
dapat menjadipengurang
Page 30
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (1)No Jenis
Penghasilan
Tarif DPP Peraturan
1 Bunga deposito,
tabungan, &
diskonto SBI
20% Jumlah Bruto PP 131/2000
2 Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto PP 132/2000
3 Bunga simpanan
Koperasi
•0% (s.d Rp 240.000)
•10% (> Rp 240.000)
Jumlah Bruto PP 15/2009
4 Bunga Obligasi Bunga Obligasi
•15% (WP DN dan BUT)
•20%/tarif P3B (WP LN)
jumlah bruto bunga PP16/2009
diskonto dari Obligasi dengan kupon
•15% (WP DN dan BUT)
•20%/tarif P3B (WP LN)
selisih lebih harga
jual/nilai nominal di
atas harga perolehan
(bunga)
diskonto dari Obligasi tanpa bunga
•15% (WP DN dan BUT)
•20%/tarif P3B (WP LN)
selisih lebih harga jual
/nilai nominal di atas
harga perolehan /
bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang
diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan
•0% 2009 – 2010
•5% 2011 – 2013
•15% 2014
Page 31
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (2)
No Jenis
Penghasilan
Tarif DPP Peraturan
5 Penjualan Saham di
Bursa Efek
0,1% Jumlah Bruto PP 14/1997
0,5% tambahan untuk saham pendiri Jumlah Bruto
6 Pengalihan Tanah dan
atau bangunan bagi
OP/yayasan dan
organisasi sejenisyang
usaha pokoknya
melakukan transaksi
pengalihan hak atas
tanah dan/atau
bangunan
5% Jumlah Bruto nilai
pengalihan atau
NJOP mana yang
lebih tinggi
PP 71/2008
7 Persewaan Tanah
atau Bangunan
10% Jumlah Bruto PP 5/ 2002
8 Jasa Konstruksi •Pelaksana 2% (kualifikasi us. kecil)
•Pelaksana 4% (tidak memiliki
kualifikasi usaha)
•Pelaksana 3% (untuk selain a dan b)
•Perencana/Pengawas 4% (memiliki
kualifikasi usaha)
•Perencana/Pengawas 6% (tidak
memiliki kualifikasi usaha)
PP40/2009 jo
PP 51/2008
9 Dividen yang
diterima oleh OP
10% Jumlah yang
diterima
PP Nomor 19
tahun 2009
Page 32
Dikecualikan dari Objek Pajak
(Pasal 4 ayat 3)
Page 33
Dikecualikan dari Objek Pajak (1)
bantuan atau sumbangan, termasuk zakat (PP 18 Tahun 2009)
harta hibahan, diterima oleh keluarga sedarahdalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keagamaan, pendidikan dan sosial termasuk yayasan, koperasi dan OP yang mejalankan usaha
mikro dan kecil
warisan
harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai penggantipenyertaan modal
Page 34
Dikecualikan dari Objek Pajak (2)
Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasayang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ataukenikmatan, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yangdikenakan pajak secara Final, dan WP yang menggunakannorma
pembayaran perusahaan asuransi kepada OP: asuransikesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa
dividen /bagian laba yang diterima /diperoleh PT sebagai WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
•Dari R/E
•PT/BUMN/BUMD,
•kepemilikan saham paling rendah 25%
Page 35
Dikecualikan dari Objek Pajak (3)
iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang pendiriannyatelah disahkan Menteri Keuangan
penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan
bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroankomanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasukpemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
Page 36
Dikecualikan dari Objek Pajak (4)
beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK 154/PMK.03/2009)
sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaganirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau
bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar padainstansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/ataupenelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama
4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut
bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh BadanPenyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu
(PMK-247/PMk.03/2008)
Page 37
PEMBUKUAN-PENCATATAN
Page 38
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)
• WP OP (kegiatan usaha/ pekerjaanbebas)
• WP BadanSiapa?
• WP OP Norma (peredaran < Rp 4,8 M)
• WP OP tidak melakukan kegiatanusaha/pekerjaan bebas
Pengecualian(Tetap Wajib Pencatatan)
Page 39
Karakteristik Pembukuan menurut UU Pajak(Pasal 28 UU KUP)
Itikad baik dan mencerminkan keadaansebenarnya
Di Indonesia, huruf latin, angka Arab, matauang Rupiah, bahasa Indonesia
Stelsel Akrual atau Stelsel Kas
Catatan atas: harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya
Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perpajakan menentukan
lain
1
2
3
4
5
6
Page 40
HANYA WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI
SYARAT
* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang
dari Rp 4.800.000.000,00
* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam
jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pajak ybs.
Apabila tidak memberitahukan, dianggap memilih
Pembukuan
* Wajib menyelenggarakan Pencatatan
Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN Pasal 14 ayat (2), (3) dan (4)
Page 41
PERBANDINGAN
Kelebihan memakai pencatatan (norma penghitungan)
– Sederhana dalam penghitungan
– Sederhana dalam pengadministrasian catatan
– Tidak perlu menguasai akuntansi
Kerugian :
– Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi
– Mempunyai risiko tarif norma lebih tinggi daripada penghitungan normal
PETUNJUK PELAKSANAAN PENCATATAN BAGI WP OP :
PERDIRJEN NO: PER – 4/PJ/2009
Page 42
TARIF NORMA
Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkanmenurut wilayah sebagai berikut :
• 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;
• ibukota propinsi lainnya;
• daerah lainnya.
Kep.Dirjen Pajak No.536/PJ/2000
Page 43
PENGHITUNGAN PAJAK
Page 44
Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Page 45
PhKP BAGI
WP DALAM NEGERI (yg
menyelenggarakan
Pembukuan
PhKP BAGI
WP DALAM NEGERI YG
DIHITUNG DGN
NORMA
PENGHASILAN DIKURANGI
DENGAN BIAYA YANG
DIPERKENANKAN,
KOMPENSASI KERUGIAN, PTKP
DIHITUNG DENGAN NORMA
PENGHITUNGAN DARI PEREDARAN
BRUTO, PTKP
PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4)
Page 46
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
No Besaran Keterangan
1 Rp 15,840,000 Untuk diri WP OP
2 Rp 1,320,000 Tambahan untuk WP yang kawin
3 Rp 15,840,000 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami
4 Rp 1,320,000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak untuk 3 orang
Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
Warisan yang belum terbagi tidak mendapat PTKP
Sauami istri yang hidup terpisah diperlakukan seperti WP Tidak Kawin
s/d 31 Desember 2012
Page 47
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
No Besaran Keterangan
1 Rp 24,300,000 Untuk diri WP OP
2 Rp 2,025,000 Tambahan untuk WP yang kawin
3 Rp 24,300,000 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami
4 Rp 2,025,000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak untuk 3 orang
Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
Warisan yang belum terbagi tidak mendapat PTKP
Sauami istri yang hidup terpisah diperlakukan seperti WP Tidak Kawin
Mulai 1 Januari 2013
Page 48
Page 49
PhKP bagi WPOP PEMBUKUAN
Contoh :
Penghasilan Bruto Rp300.000.000
-/- Biaya2 (3M) Rp255.000.000
Laba Usaha Rp 45.000.000
-/- Kompens Kerugian Rp 2.000.000
-/- PTKP (TK/0) Rp 24.300.000
Penghasilan Kena pajak Rp 18.700.000
Page 50
PhKP bagi WPOP Norma
Contoh :
Penghasilan Bruto dokter di Jkt Rp 100.000.000
Norma Penghitungan Penghasilan Neto dokter d Jkt 45 %
Penghasilan Neto : 45% x Rp 100.000.000 = Rp 45.000.000
-/- PTKP (TK/0) Rp 24.300.000
PhKP Rp 20.700.000
Page 51
Menghitung PPh Terutang
Page 52
Penghasilan Kena Pajak(dibulatkan ke bawah dalam ribuan Rupiah penuh)
Tarif PPh
PPh Terutang
(ditambah dengan Pengembalian PPh Pasal 24 yang telah dikreditkan)
X
=
Page 53
TARIF PAJAK
WP ORANG PRIBADI
LAPISAN PKP TARIF PAJAK
• - s/d Rp 50 juta 5%
• Rp 50 juta s/d Rp 250 juta 15%
• DIATAS Rp 250 juta s/d Rp 500 juta 25%
• DIATAS Rp 500 juta dikenakan 30%
Page 54
Contoh penghitungan
Contoh penghitungan pajak terutang untuk Wajib
Pajak orang pribadi: Jumlah Penghasilan Kena
Pajak Rp600.000.000,00. Pajak Penghasilan
terutang:
5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00
25% x Rp250.000.000,00 = Rp 62.500.000,00
30% x Rp100.000.000,00 = Rp 30.000.000,00
Rp 125.000.000,00
Page 55
Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar
Page 56
PPh Terutang
Kredit Pajak + PPh yang dibayar sendiri
PPh Kurang/Lebih Bayar
-
=
Page 57
Kredit Pajak
PPh yg dipotong/
dipungut pihak lain
(PPh Psl. 21/22/23/24)
PPh yg dibayar/
diangsur sendiri
(PPh Psl. 25)
• Pembayaran pajak yang telah dilakukanselama periode Januari s.d. Desember(Termasuk PPh yang ditanggungPemerintah)
• Pengurang PPh terutang
Page 58
dikreditkan berdasarkan
bukti pemotongan pajak,
(bukan PPh Final)
PPh Pemotongan/Pemungutan- Witholding Tax -
PPh Psl. 21
PPh Psl. 22
PPh Psl. 23
PPh Psl. 24
PPh (tdk bersifat final) yang dipotong/
dipungut pihak ketiga, dan merupakan
pembayaran pajak dimuka.
Page 59
PPh Pasal 21
Kredit PPh Pasal 21 adalah jumlah PPh yang telah
dipotong oleh pemotong pajak PPh 21 dalam tahun pajak
ybs, baik thd WP sendiri maupun istri WP yang bekerja
pada lebih dari satu pemberi kerja, dan anak/anak angkat
yang belum dewasa;
Jumlah PPh 21 yang dikreditkan diambil dari Bukti Potong
PPh 21, Formulir 1721-A1 atau 1721-A2, tidak termasuk
PPh 21 yang bersifat final dan PPh 21 dari anak/anak
angkat yang belum dewasa yang memperoleh penghasilan
dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha
orang yang mempunyai hubungan istimewa;
Page 60
PPh Pasal 21
Bukti pemotongan PPh Psl. 21
Form. 1721 – A1 Form. 1721 – A2
Pegawai Swasta
(Non PNS)
PNS, ABRI, &
Pensiunannya
Bukti Potong PPh Psl. 21/26
Pegawai Tdk. Tetap yang
menerima penghasilan
Page 61
PPh Pasal 22Kredit Pajak PPh Pasal 22 adalah jumlah yang telah dipungut
dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh :
a. Bank devisa dan Ditjen Bea Cukai, atas impor barang;
b. Ditjen anggaran, Bendaharawan Pemerintah atas pembelian
barang;
c. Badan usaha yang bergerak di industri semen, kertas, baja,
otomotif, yang ditunjuk oleh kepala KPP atas penjualan hasil
produksinya di dalam negeri;
d. Pertamina, atas penjualan hasil produksi berupa premium,
solar, pelumas, minyak tanah, dan gas LPG kepada pembeli
yang bukan sebagi penyalur/aden/dealer;
e. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, dan perikanan atas pembelian bahan-
bahan dari pedagang pengumpul.
BUKTI POTONG PPH Ps. 22 ATAU SSP
Page 62
PPh Pasal 23
Pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga,royalty, dan imbalan jasa-jasa tertentu;
PPh Pasal 23 merupakan pembayaran pajak dimukayang pada umum nya dapat dikreditkan pada SPTTahunan oleh WP yang menerima penghasilan/WPyang dipotong pajak (kecuali atas PPh yang bersifatfinal);
WP akan menerima Bukti Pemotongan setiap kalidilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh pihakpemotong pajak
BUKTI POTONG PPH Ps. 23
Page 63
PPh Pasal 24
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeriatas penghasilan dari luar negeri yang diterimaatau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri bolehdikreditkan terhadap pajak yang terutangberdasarkan Undang-undang PPh dalam tahunpajak yang sama
Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah sebesar pajak penghasilanyang dibayar atau terutang di luar negeri tetapitidak boleh melebihi penghitungan pajak yangterutang berdasarkan Undang-undang PPh
Pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan
terhadap pajak yang terutang di Indonesia hanyalah
pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
Page 64
PPh Pasal 24
Pilih yang terkecil antara:
Pajak yang dipotong di luar negeri; atau
Max.Kedit Pajak Luar Negeri (MKPLN)
MKPLN =Pengh. LN
PKPPPh TerutangX
Page 65
PPh Yang Dibayar Sendiri
PPh Pasal 25 (angsuran bulanan pembayaranpajak yang dilaporkan sebagai SPT Masa);
PPh Pasal 25 ayat 7 (angsuran bulanan khususpengusaha tertentu);
STP PPh Pasal 25 (hanya atas pokok pajak).
Page 66
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25
Pokok Pajak ……..
Sanksi Admin…….
2.000.000
80.000
Jumlah …………… 2.080.000
Dapat
dikreditkan
Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan
Page 67
ANGSURAN PPh PASAL 25
Page 68 6812 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
BESAR ANGSURAN PPh PASAL 25 SETIAP BULAN
DIKURANGI
PPh YANG
DIPOTONG ATAU
DIPUNGUT :
PPh PSL 21
PPh PSL 22
PPh PSL 23
PPh YANG
TERUTANG ATAU DIBAYAR
DI LUAR NEGERI YANG BOLEH
DIKREDITKAN
(PPh PSL 24)
DIBAGI
PPh TERUTANG MENURUT
SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALANPasal 25 ayat (1)
Page 69
Cara Umum Menghitung PPh Pasal 25
Contoh ;
Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2009 Rp50.000.000,00 dikurangi :
a. Pajak Penghasilan yang dipotong pemberi Kerja (Pasal 21) Rp
15.000.000,00
b. Pajak Penghasilan yang dipungut oleh pihak lain (Pasal 22) Rp
10.000.000,00
c. Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak lain (Pasal 23) Rp
2.500.000,00
d. Kredit Pajak Penghasilan luar negeri (Pasal 24) Rp 7.500.000,00
(+) Jumlah kredit pajak Rp35.000.000,00
(-) Selisih Rp15.000.000,00
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk
tahun 2010 adalah sebesar Rp1.250.000,00 (Rp15.000.000,00 dibagi 12).
Page 70 Puspenpa 2000 70
SAMA BESARNYA DENGAN :
- Angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu
CONTOH :
- SPT TAHUNAN PPh 2010 DISAMPAIKAN MARET 2011 ANGSURAN PPh DESEMBER 2010
Rp 1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2011 DAN PEBRUARI
2011 SEBESAR Rp 1.000.000,00
ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)
Page 71
Bayar dan Lapor PPh Pasal 25
Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 dilakukan paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Misalnya untuk masa Juni, pembayaran angsuran PPh Pasal
25 harus dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan Juli;
Pelaporan dilakukan paling lambat pada tanggal 20 setelah
dilakukan pembayaran;
Page 72
Bayar dan Lapor PPh Pasal 25
Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran dan pelaporan
bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari
libur nasional, maka pembayaran dan pelaporan dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Pembayaran pajak harus dilakukan dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang
disamakan dengan Surat Setoran Pajak.
SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah
disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang
berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi.
Page 73
Bayar dan Lapor PPh Pasal 25
Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal 25
pada tempat pembayaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 dan SSP nya telah mendapat validasi dengan NTPN,
maka Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25 dianggap
telah disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan
tanggal validasi yang tercantum pada SSP;
Wajib Pajak dengan jumlah angsuran PPh Pasal 25 Nihil
atau angsuran PPh Pasal 25 dalam bentuk satuan mata uang
selain rupiah atau yang melakukan pembayaran tidak secara
on-line dan tidak mendapat validasi dengan NTPN, tetap
harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal
25 sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
SSP PPh Pasal 25 juga berfungsi sebagai SPT Masa PPh
Pasal 25;
Page 74
SPT PPh OP
SPT PPh OP
Page 75
Setor dan Lapor
• Setor : Tgl 15 bln berikutnya
• Lapor : Tgl 20 bln berikutnya
SPT Masa(PPh Ps.
25)
• Setor : Akhir Maret thn berikutnya
• Lapor : Akhir Maret thn berikutnya
SPT Tahunan
Page 76
Format
• Yang mempunyai penghasilan dari satupemberi kerja dan tidak lebih dari 60 juta.
• Tidak punya penghasilan lain kec bungabank/koperasi
1770 SS
• Yang mempunyai penghasilan dari satu/lebihpemberi kerja
• Penghasilan DN lainnya
• Penghasilan yang dikenakan PPhFinal/Bersifat Final
1770 S
• Dari usaha/pekerjaan bebas
• penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja
• Penghasilan yang dikenakan PPhFinal/Bersifat Final
• Penghasilan Lain
1770
Wajib Pajak
Orang Pribadi
Pengusaha
Tertentu
( WPOP PT )
Page 78
Adalah……..
Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha
di bidang perdagangan grosir dan atau eceran
barang-barang konsumsi melalui tempat
usaha/ gerai (outlet) yang tersebar di
beberapa lokasi,
tidak termasuk perdagangan kendaraan
bermotor dan restoran
Page 79
Kewajiban
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP bagi
setiap tempat usaha/ gerai (outlet) di Kantor
Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi:
– tempat usaha/ gerai (outlet) tersebut (KPP lokasi) &
– di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal Wajib Pajak (KPP domisili)
juga berlaku dalam hal tempat usaha/ gerai (outlet)
dan tempat tinggal Wajib Pajak yang
bersangkutan berada dalam wilayah kerja
Kantor Pelayanan Pajak yang sama.
Page 80
Kewajiban – cont’d
wajib menyampaikan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan dengan melampirkan daftar
jumlah penghasilan dan pembayaran Pajak
Penghasilan Pasal 25 dari masing-masing
tempat usaha/ gerai (outlet) kepada Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
(KPP domisili).
Page 81
Besarnya Angsuran PPh Pasal 25
sebesar 0,75 % (Nol koma tujuh puluh lima
persen) dari jumlah peredaran bruto
berdasarkan pembukuan atau pencatatan
setiap bulan, yang dibayarkan atas nama dan
Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing
tempat usaha/ gerai (outlet).
Page 82
Angsuran PPh Psl 25 merupakan:
Kredit Pajak atas Pajak Penghasilan yang
terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan
WP OP Pengusaha Tertentu tidak melakukan
usaha sebagai pedagang pengecer di tempat
tinggalnya TIDAK WAJIB menyampaikan SPt
Masa PPh Pasal 25 di Kantor pelayanan Pajak yg
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
Page 83
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTUPasal 25 ayat(7) UU PPh jo PMK-255/PMK.03/2008 jo. Per Dirjen No. Per-32/PJ/2010
MENDAFTARKAN DIRI UNTUK MEMPEROLEH NPWP DI SETIAP TEMPAT USAHA:
KPP DOMISILI (MELIPUTI TEMPAT TINGGAL WP) DAN,
KPP LOKASI (MELIPUTI TEMPAT USAHA/GERAI; TIAP GERAI WAJIB MENDAFTARKAN NPWP)
WP OP MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PEDAGANG PENGECER =>
OP YG MELAKUKAN PENJUALAN ECERAN/GROSIR DAN ATAU PENYERAHAN JASA
MEMPUNYAI 1(satu) ATAU LEBIH TEMPAT USAHA (GERAI);
WAJIB
ANGSURAN
PPh PASAL 25
SEBESAR
0,75 % DARI JML PEREDARAN BRUTO TIAP BULAN;
DIBAYAR ATAS NAMA DAN NPWP MASING MASING TEMPAT USAHA
dilunasi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
dilaporkan ke KPP Lokasi paling lambat tanggal 20
Page 84
Contoh
Pak Agus mempunyai beberapa gerai penjualan pakaian
dengan omzet tahun 2009 sbb:
– Tanah Abang Blok A: Rp. 2 milyar
– Tanah Abang Blok F: Rp. 1 milyar
– ITC Permata Hijau Rp. 400 juta
– Blok Mall : Rp. 1,3 milyar
Selain itu juga memperoleh penghasilan sehubungan
penjualan tanah dengan harga jual Rp. 500 juta dan bunga
deposito Rp. 4 juta serta warisan dari orang tua sebesar
Rp.5 Milyar
Berapa setoran bulanan PPh Pasal 25 Pak Agus dan
bagaimana harus melaporkannya dalam SPT Tahunan
Page 85
Angsuran PPh Pasal 25 WP OP Pengusaha Tertentu merupakan Kredit Pajak pada Tahun Pajak Bersangkutan
JIKA Pembayaran Angsuran WP, SSP-nya sudah divalidasi dg NTPN oleh Bank Persepsi /Kantor Pos
DIANGGAP TELAH LAPOR
Pembayaran PPh Pasal 25 lewattgl tgl 15 tapi belum melewati tgl20 bulan berikutnya setelahberakhirnya masa pajak
dikenaiSANKSI
BUNGA
JIKA Pembayaran Angsuran WP,
SSP-nya tidak divalidasi oleh
Bank Persepsi /Kantor Pos
Wajib Lapor SPt Masa
PPh Psl. 25 max tgl
20 bln berikutnya
Pembayaran PPh Pasal 25 lewat
tgl 15 melewati tgl 20 bulan
berikutnya setelah berakhirnya
masa pajak
DIKENAI SANKSI
BUNGA & DENDA
Page 86
PPh 25 WP OPPT menerimapenghasilan lain yang dikenakan PPhyang bersifat tidak final
Sebesar perbandingan antara
penghasilan lain neto dengan total
penghasilan neto dikalikan besar
angsuran yang terutang berdasarkan SPT
Tahunan tahun sebelumnya
Page 87
Penghitungan besarnya angsuran PPh Pasal 25 jika mempunyai penghasilan lain
Uraian Perdagangan Penghasilan Lain Jumlah
Peredaran Bruto
HPP dan Biaya lain
Penghasilan Neto
PTKP (K/2)
Peng Kena Pajak
PPh Terutang (tarif Ps.
17 UU PPh)
‘Kredit PPh'
PPh Kurang Bayar
600.000.000
(500.000.000)
100.000.000
200.000.000
(120.000.000)
80.000.000
800.000.000
(620.000.000)
180.000.000
(16.800.000)
163.200.000
27.050.000
(12.000.000)
15.050.000
Besar Angsuran (1/12 x 15.050.000)
Besar Angsuran untuk penghasilan Lain
(80.000.000 / 180.000.000) x 1.254.167
1.254.167
557.408
Page 88
Q & A
Page 89
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
Page 90
BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
Page 91
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (1)
1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
a. biaya pembelian bahan;
b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
c. bunga, sewa, dan royalti;
d. biaya perjalanan;
e. biaya pengolahan limbah;
f. premi asuransi;
g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
h. biaya administrasi; dan
i. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
Page 92
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (2)
2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan
Pasal 11A
3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan;
4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki
dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
Page 93
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (3)
5. kerugian selisih kurs mata uang asing;
6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan
yang dilakukan di Indonesia;
7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
Page 94
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (4)
8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
» telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
» Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
» telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
» syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
Page 95
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (5)
9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
10. sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
Page 96
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (6)
12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
14. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya-biaya di atas didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun
Page 97
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (7)
15. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, yang
sifatnya :
a. penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ;
b. penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan di daerah tertentu;
c. pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan
dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja
atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, seperti
pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam
petugas keamanan (Satpam), antar jemput karyawan serta
penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya;
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK 83/PMK.03/2009)
Page 98
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (8)
16. harta hibahan, bantuan, sumbangan yang diterima
oleh ;a. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat,
b. badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi,
c. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
sepanjang “ada” hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
Dan bagi yang menerima dianggap sebagai Objek PPh
Page 99
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (9)
17. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan
berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (8) UU PPN
kecuali :
a. WP tidak dapat membuktikan bahwa PM tersebut
telah dibayar;
b. PM berkenaan dengan pengeluaran yang tidak
dapat dikurangkan dalam menghitung PhKP sdd Pasal
9 ayat (1) UU PPh.
PP 138 Tahun 2000
Page 100
PPh Orang Pribadi
BIAYA YANG TIDAK
DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN
BRUTO
Page 101
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (1)
1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk
apapun seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota;
Page 102
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (2)
3. pembentukan atau pemupukan dana cadangan,
kecuali:
• cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
• cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
• cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
• cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
• cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
• cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
Page 103
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (3)
4. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
6. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
Page 104
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (4)
7. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
8. Pajak Penghasilan
Page 105
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (5)
9. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
10. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
11. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan.
Page 106
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (6)
12.Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang bukan
merupakan Objek Pajak;
13.Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang dikenakan
PPh Final;
14.Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan bagi WP yang
menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto dan Norma Penghitungan
Khusus;
Page 107
PENGURANG YANG TERKAIT DENGAN PEKERJAAN
1. Biaya Jabatan
yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan sebesar 5% dari
penghasilan bruto sebagaimana dimaksud PMK
250/PMK.03/2008, dengan jumlah maksimum
yang diperkenakan sejumlah Rp 6.000.000
setahun atau Rp 500.000 sebulan
Page 108
PENGURANG YANG TERKAIT DENGAN PEKERJAAN
2. Biaya Pensiun
yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara uang pensiun sebesar 5% dari
penghasilan bruto berupa uang pensiun dengan
jumlah maksimum yang diperkenankan sejumlah
Rp 2.400.000 setahun atau Rp 200.000 sebulan
Page 109
PENGURANG YANG TERKAIT DENGAN PEKERJAAN
3. Iuran pensiun/Jaminan Hari Tua, yaitu iuran yang
terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai
kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan
penyelenggara Tabungan Hari Tua atau jaminan
Hari Tua yang dipersamakan dengan dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan
Page 110
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
KELUARGA
Page 111
PENGHASILAN ISTRI
PENGHASILAN
KEPALA KELUARGA
KELUARGA MERUPAKAN SATU KESATUAN EKONOMIS
PENGHASILAN ANAK
YANG BELUM
DEWASA
Page 112
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA
YANG TELAH KAWIN
DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU
KERUGIAN SUAMINYA
KECUALI
PENGHASILAN ISTRI DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA:
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH
DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh
PASAL 21, DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA
LAINNYA
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)
Page 113
TN Yono MEMPEROLEH PENGHASILAN Rp 200JT MEMPUNYAI ISTRI Ny. Yono
SBG KARYAWAN SWASTA DGN PENGHASILAN SEBESAR Rp 25JT
PENGHASILAN Ny. Yono TDK DIGABUNG DGN PENGHASILAN TN Yono DAN
DIANGGAP FINAL JIKA :
-. PENGH. TSB DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA YANG TELAH DIPOTONG PPh
21
-. PEKERJAAN TSB TDK ADA HUB. DGN USAHA/PEKERJAAN BEBAS SUAMI/ANGGOTA
KELUARGA LAIN Ny.A.
BILA Ny. Yono, SELAIN MENJADI PEGAWAI JUGA MEMPUNYAI USAHA BUTIK DGN
PENGHASILAN SEBESAR Rp 100JT, MAKA SELURUH PENGH. Ny. Yono SEBESAR Rp
125JT (25JT + 100JT) DIGABUNGKAN DGN PENGH. TN Yono. DGN DEMIKIAN TOTAL
PENGHASILAN KELUARGA Yono YG DIKENAKAN PPh SEBESAR Rp 325JT
((POTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN ISTRI DAPAT DIKREDITKAN (TIDAK
BERSIFAT FINAL) DLM SPT TAHUNAN PPh ))
CONTOH PENGHASILAN KELUARGA
Page 114
JENIS PENGHASILAN DAN SPT:
NO SUAMI ISTRI
Ph Yg Masuk Dlm
Penghitungan PKP
Pada Akhir Tahun
SPT
1 Pegawai Pegawai Suami 1770S/SS
2 Pegawai Wiraswasta Suami + Istri 1770
3 Wiraswasta Pegawai Suami 1770
4 Pegawai Pegawai &
Wiraswasta
Suami + Istri 1770
5 - Pegawai ------ 1770S/SS
6 - Pegawai &
Wiraswasta
Istri 1770
Page 115
HIDUP BERPISAH
MENGADAKAN PERJANJIAN
PEMISAHAN HARTA DAN
PENGHASILAN SECARA
TERTULIS
PENGHITUNGAN PAJAKNYA
BERDASAR- Penghasilan Neto suami isteri
digabung
- Besar pajak yg harus dilunasi oleh
masing-masing suami-isteri, sebanding
dgn Penghasilan Neto
PENGHITUNGAN PKP DAN
PENGENAAN PAJAK
DILAKUKAN SENDIRI-
SENDIRI
SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK
SECARA TERPISAHPasal 8 ayat (2) dan (3)
Page 116
DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUA NYA
PENGHASILAN ANAK YANG
BELUM DEWASA
(DI BAWAH 18 THN DAN BELUM MENIKAH)Pasal 8 ayat (4)