Paper Penggabungan Usaha 2
-
Upload
hani-rizky-savitri -
Category
Documents
-
view
119 -
download
5
Embed Size (px)
Transcript of Paper Penggabungan Usaha 2

PENGGABUNGAN USAHA, LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI, INVESTASI
PERUSAHAAN ASOSIASI, SPECIAL PURPOSE ENTITY
I. Penggabungan Usaha
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 9 tentang perseroan terbatas, kombinasi
bisnis adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva
dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada
perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum perseroan
yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. Menurut PSAK No. 22 kombinasi
bisnis terjadi ketika suatu entitas memperoleh pengendalian atas entitas lain yang berupa
bisnis. Pengendalian yang dimaksud adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan
keuangan dan operasi suatu entitas demi memperoleh manfaat dari aktivitas entitas
tersebut.
Langkah-langkah penggabungan usaha menurut pasal 127 UU No. 40 Tahun 2007
adalah sebagai berikut :
1. Menurut keputusan RUPS yang diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat,
dimana keputusan adalah sah jika disetujui oleh ½ dari jumlah suara yang
dikeluarkan, kecuali undang-undang dan atau anggaran dasar menentukan bahwa
keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar.
2. Direksi perseroan yang akan melakukan penggabungan wajib mengumumkan
ringkasan rancangan paling sedikit dalam satu surat kabar dan mengumumkan
secara tertulis kepada karyawan yang akan melakukan penggabungan dalam
jangka waktu 30 hari sebelum pemanggilan RUPS.
3. Melakukan pengumuman atas pemberitahuan bahwa pihak yang berkepentingan
dapat memperoleh rancangan penggabungan di kantor perseroan terhitung sejak
tanggal pengumuman sampai tanggal RUPS dilaksanakan.
4. Kreditor dapat mengajukan keberatan pada perseroan dalam jangka waktu 14 hari
setelah pengumuman. Apabila dalam jangka waktu tersebut kreditur tidak
mengajukan keberatan maka kreditur dianggap menyetujui penggabungan.

5. Direksi Perseroan yang akan diambil alih dan Perseroan yang akan mengambil
alih dengan persetujuan Dewan Komisaris masing-masing menyusun rancangan
pengambilalihan yang memuat sekurang-kurangnya:
a. Nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih
dan Perseroan yang akan diambil alih
b. Alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan
Direksi Perseroan yang akan diambil alih;
c. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a
untuk tahun buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambil alih dan
Perseroan yang akan diambil alih;
d. Tata cara penilaian dan konversi saham dari Perseroan yang akan diambil
alih terhadap saham penukarnya apabila pembayaran pengambilalihan
dilakukan dengan saham;
e. Jumlah saham yang akan diambil alih;
f. Kesiapan pendanaan;
g. Neraca konsolidasi performa Perseroan yang akan mengambil alih setelah
pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
h. Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap
Pengambilalihan;
i. Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan
Komisaris, dan karyawan dari Perseroan yang akan diambil alih;
j. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengambilalihan, termasuk jangka
waktu pemberian kuasa pengalihan saham dari pemegang saham kepada
Direksi Perseroan;
k. Rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan hasil Pengambilalihan
apabila ada.

II. Metode Kombinasi Bisnis
Entitas mencatat setiap kombinasi bisnis dengan menerapkan metode akuisisi,
penerapan metode akuisisi mensyaratkan :
1. Pengidentifikasian pihak pengakuisisi
Untuk setiap kombinasi bisnis, salah satu dari entitas yang bergabung
diidentifikasikan sebagai pihak pengakuisisi yaitu entitas yang memperoleh
pengendalian atas pihak diakuisisi. Pihak pengakuisisi dan entitas target. Pihak
pengendali mungkin memperoleh pengendalian atas pihak yang diakuisisi dengan
beberapa cara, seperti :
1. Dengan mengalihkan kas, setara kas, atau aset lainnya (termasuk aset netto
yang merupakan suatu bisnis).
2. Dengan menimbulkan lilibilitas/kewajiban
3. Dengan menerbitkan kepentingan ekuitas
4. Dengan memberikan lebih dari satu jenis imbalan
5. Tanpa mengalihkan imbalan, termasuk yang termasuk kontrak.
2. Penentuan tanggal pengakuisisi
Pihak pengakuisisi mengidentifikasi tanggal akuisisi yaitu tanggal pihak
pengakuisisi memperoleh pengendalian atas pihak diakuisisi. Secara hukum
mengalihkan imbalan, memperoleh aset, dan mengambil-alih lialibilitas pihak
diakuisisi yaitu tanggal penutupan. Namun demikian, pihak pengakuisisi mungkin
memperoleh pengendalian pada tanggal sebelum atau setelah tanggal penutupan. Serta
pihak pengakuisisi mempertimbngkan semua fakta dan keadaan terkait dalam
menentukan tanggal akuisisi.
3. Pengakuan dan pengukuran aset teridentifikasi yang diperoleh, lialibilitas
yang diambil alih, dan kepentingan pihak diakuisisi
a. Prinsip pengakuan
Pada tanggal akuisisi, pihak pengakuisisi mengakui, terpisah dari goodwill,
aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih dan kepentingan
non pengendali pihak yang diakuisisi.

b. Klasifikasi pengakuan :
1. Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih
memenuhi definisi aset dan liabilitas dalam kerangka dasar pengukuran
KDPPLK pada tanggal akuisisi.
2. Dalam menentukan aset yang dieroleh atau liabilitas yang diambil alih
diperoleh dari pertukaran dengan pihak diakuisisi serta aset dan lialibilitas
(jika ada) hasil transaksi terpisah dicatat sesuai dengan sifatnya dan SAK
terkait.
3. Pihak pengakuisisi dapat mengakui suatu aset dan liabilitas yang
sebelumnya yang tidak diakui pihak akuisisi sebagai aset dan liabilitas
dalam laporan keuangannya.
4. Pragraf B28-B40 memberiksan panduan dalam pengakuan sewa operasi
dan aset ak berwujud. Paragraf 22-28 menentukan jenis aset teridentifikasi
dan liabilitas yang termasuk pos-pos yang diberikan pengecualian terbatas
oleh pernytaan ini terkait prinsip dan ketentuan pengakuan.
c. Prinsip pengukuran :
1. Pihak pengakuisisi mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh dan
liabilitas yang diambil alih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi.
2. Pihak pengakuisisi mengukur kepentingan non pengendali pada pihak
diakuisisi baik pada nilai wajar ataupun pada proporsi kepemilikan.
Kepentingan non pengendali atas aset netto teridentifikasi dari pihak
diakuisisi.
3. Yang termasuk dalam pengecualian dari prinsip pengakuan dan
pengukuran yaitu pajak penghasilan, imbalan kerja, aset identifikasi dan
yang termasuk pengecualian dari prinsip pengukuran (hak yang diperoleh
kembali, penghargaan pembayaran berbasis saham, aset dimiliki untuk
dijual), juga didalam paragraf B41-45 yaitu aset dengan arus kas yang
tidak pasti, aset yang terkait dengan sewa operasi yang mana pihak yang
diakuisisi merupakan lessor, aset tidak digunakan atau digunakan dengan

cara berbeda dengan pemakaian pelaku pasar lain, kepentingan non
pengendali pihak diakuisisi.
d. Pengecualian dari prinsip pengakuan dan pengukuran
Pihak pengakuisisi mencatat pos-pos dengan menerapkan
ketentuan provisi, liabilitas kontijensi dan aset kontijensi diakui
dengan hasil berbeda jika menerapkan prinsip dan ketentuan
pengakuan diatas dengan menerapkan ketetntuan pengakuan
sebagai tambahan dan diukur pada suatu jumlah selain nilai wajar
pada tanggal akuisisi.
4. Pengakuan dan pengukuran goodwill atau keuntungan dari pembelian
dengan diskon
Pihak pengakuisisi dapat mengakui goodwill pada tanggal akuisisi yang diukur
sebagai selisih lebih (a) atas (b) dibawah ini :
a. Nilai agregrat dari :
(i) Imbalan yang dialihkan yang diukur sesuai dengan pernyataan ini, yang pada
umumnya mensyaratkan nilai wajar tanggal akuisisi.
(ii) Jumlah setiap kepentingan nonpengendali pada pihak diakuisisi yang diukur
sesuai dengan pernyataan ini; dan
(iii) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, nilai wajar pada
tanggal akuisisi kepentingan ekuitas yang sebelumnya dimiliki oleh pihak
pengakuisisi pada pihak diakuisisi.
b. Selisih jumlah dari aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang
diambil alih pada tanggal akuisisi.
Pihak pengakuisisi dan pihak diakusisi menukarkan hanya kepentingan ekuitas,
nilai wajar tanggal akuisisi dari kepentingan ekiutas pihak diakusisi mungkin
dapat diukur secara lebih andal daripada nilai wajar tanggal akuisisi dari
kepentingan ekuitas pihak pengakuisisi.

c. Pembelian dengan diskon
a. Pihak pengakuisisi melakukan pembelian dengan diskon, bila melebihi nilai
agregat dari jumlah yang dinyatakan.
b. Bila dalam kombinasi binis yang merupakan penjualan terpaksa yang terjadi
karena pihak penjual melakukannya karena diwajibkan.
c. Pihak pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat
seluruh aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih serta mengakui setiap
aset atau liabilitas tambahan yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali
tersebut.
d. Imbalan yang dialihkan
a. Imbalan yang dialihkan dalam suatu kombinasi bisnis diukur pada nilai wajar,
yang dihitung sebagai hasil penjumlahan dari nilai wajar tanggal akuisisi atas
seluruh aset yang dialihkan oleh pihak pengakuisisi, liabilitas yang diakui oleh
pihak pengakuisisi kepada pemilik sebelumnya dan kepentingan ekuitas yang
diterbitkan oleh pihak pengakuisisi.
b. Imbalan yang dialihkan mungkin termasuk aset atau liabilitas dari pihak
pengakuisisi yang memiliki nilai tercatat yang berbeda dari nilai wajarnya pada
tanggal akuisisi. Jika demikian, pihak pengakuisisi mengukur kembali aset atau
liabilitas yang dialihkan pada nilai wajarnya pada tanggal akuisisi dan mengakui
keuntungan dan kerugian yang dihasilkan, jika ada dalam laba rugi. Namun
demikian kadang aset atu liabilitas yang dialihkan tetap berada dalam entitas
hasil penggabungan setelah kombinasi bisnis, dan oleh karena itu pihak
pengakuisisi tetap mengendalikan aset atau liabilitas tersebut.
5. Panduan Tambahan Untuk Menerapkan Metode Akuisisi untuk Jenis
Kombinasi Bisnis Tertentu.
Kombinasi Bisnis yang Dilakukan Secara Bertahap
a. Dalam suatu kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, pihak
pengakuisisi mengukur kembali kepentingan ekuitas yang dimiliki
sebelumnya pada pihak diakuisisi pada nilai wajar tanggal akuisisi dan

mengakui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan jika ada di dalam laba
rugi. Dalam periode pelaporan sebelumnya, pihak pengakuisisi mungkin
telah mengakui perubahan nilai kepentingan ekuitasnya pada pihak
diakuisisi dalam pendapatan komprehensif lain. Jika demikian, jumlah
yang telah diakui dalam komprehensif lain diakui dengan dasar yang sama
sebagaimana dipersyaratkan, jika pihak pengakuisisi telah mengakui
secara langsung kepentingan ekuitas yang dimiliki sebelumnya.
Kombinasi Bisnis yang Dilakukan Tanpa Pengalihan Imbalan
a. Pihak pengakuisisi kadang memperoleh pengendalian atas pihak diakuisisi
tanpa adanya pengalihan imbalan. Kondisi tersebut termasuk :
1. Pihak diakuisisi membeli kembali sahamnya sendiri dengan jumlah
yang memadai sehingga investor yang ada memperoleh pengendalian.
2. Hilangnya hak veto minoritas, yang sebelumnya menghalangi pihak
pengakuisisi untuk mengendalikan pihak diakuisisi, dimana pihak
pengakuisisi memiliki hak suara mayoritas.
3. Pihak pengakuisisi sepakat untuk mengkombinasikan bisnisnya dengan
kontrak semata.
b. Dalam kombinasi bisnis yang dilakukan dengan kontrak semata, pihak
pengakuisisi mengatribusikan kepada pihak diakuisisi sejumlah aset neto
pihak diakuisisi. Dengan kata lain kepentingan ekuitas pada pihak
diakuisisi dimiliki oleh pihak selain pihak pengakuisisi adalah kepentingan
non pengendali dalam laporan keuangan setelah kombinasi pihak
pengakuisisi, bahkan jika hasilnya adalah bahwa seluruh kepentingan
ekuitas pada pihak diakuisisi diatribusikan kepada kepentingan non
pengendali.
HARGA AKUISISI
Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya terkait
akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka kombinasi bisnis,
yang meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya professional atau
konsultasi lainnya, serta biaya administrasi umum termasuk biaya pemeliharaan departemen

akuisisi internal yang dicatat sebagai beban pada periode akuisisi. Khusus biaya pendaftaran
serta penerbitan efek utang dan efek ekuitas sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2006) :
Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran.
Akuisisi saham akan diikuti dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham pada
dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga akuisisi.
biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi diperlakukan sebagi
pengurang tambahan modal disetor.
ALOKASI HARGA AKUISISI
PSAK 22 revisi 2010 mengharuskan pihak pengakuisisi menilai aset teridentifikasi
yang diperoleh dan kewajiban/liabilitas yang diambil alih dengan niali wajar pada tanggal
akuisisi. Selain itu PSAK 22 juga mengharuskan pihak pengakuisisi untuk mengukur
kepentingan nonpengendali atas aset neto teridentifikasi pihak yang diakuisisi. Penilaian pada
nilai wajar umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan harga akuisisi yang wajar. Prinsip
historical cost mengharuskan entitas menyajikan aset berdasarkan harga perolehan, tetapi
ketika terjadi akuisisi saham, neraca entitas yang diakuisisi harus dinilai berdasarkan harga
wajarnya oleh penilai independen. Nilai wajar yang lebih tinggi akan menyebabkan harga
akuisisi (niai investasi) menjadi lebih tinggi. Kondisi dimana nilai wajar aset lebih tinggi dari
nilai buku atau nilai buku utang lebih besar dari nilai wajarnya disebut undervalue. Apabila
nilai wajar aset lebih kecil dari nilai buku atau nilai wajar utang lebih tinggi dari nilai buku
yang tercatat, maka hal itu disebut sebagai overvalue.
GOODWILL DAN DISKON PEMBELIAN
Harga ekuitas yang diakuisisi xxxx
Harga wajar kepentingan non pengendali xxxx
Total harga wajar xxxx
Total nilai wajar ntitas yang diakuisisi (xxxx)
Goodwill xxxx
Goodwill adalah suatu aset yang mencerminkan manfaat ekonomi masa depan yang
timbul dari aset lainnya yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak dapat
diidentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah.

Goodwill yang diakui sebelumnya
Harga ekiutas yang diakuisisi Rp. 5.600.000.000
Harga wajar kepentingan nonpengendali Rp. 1.360.000.000
Total harga wajar Rp. 6.960.000.000
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (Rp. 6.800.000.000)
Goodwill Rp. 160.000.000
Goodwill pihak pengakuisisi (Rp. 160.000.000)
Goodwill nonpengendali Rp. 0
Entitas menerapkan pernyataan ini, secara prospektif untuk goodwill yang diperleh dari
kombinasi bisnis yang tanggal akuisisinya sebelum tanggal 1 Januari 2011. Oleh karena itu ,
entitas :
a. Menghentikan amortisasi goodwill sejak awal periode tahun buku yang dimulai pada
atau setelah tanggal 1 Januri 2011;
b. Mengeliminasi jumlah tercatat yang terkait dengan akumulasi amortisasi sehubungan
penurunan goodwill pada awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 januari 2011; dan
c. Melakukan uji penurunan nilai atas goodwill sesuai dengan PSAK 48 : Penurunan
Nilai Aset sejak awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari
2011.
Goodwill Negatif yang Diakui Sebelumnya
Pada awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011
yang berasal dari kombinasi bisnis yang tanggal akuisisinya sebelum tanggal 1 Januri
2011, jumlah tercatat goodwill negatif dihentikan pengakuannya dengan melakukan

penyesuaian terhadap saldo laba awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 januari 2011.
Diskon Pembelian
Kadangkala, pihak pengakuisisi melakukan pembelian dengan diskon yaitu suatu
kombinasi bisnis dimana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga wajar
kepentingan non pengendali lebih kecil dari nilai wajar total ekuitas entitas yang diakui.
Sebelum mengakui keuntungan dari pembelian dengan diskon, pihak pengakuisisi menilai
kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset yang diperoleh dan
liabilitas yang diambil alih, serta mengakui setiap aset atau liabilitas tambahan yang dapat
diidentifikasi dalam penyajian kembali tersebut. PSAK 22 mensyaratkan pihak
pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang digunakan untuk mengukur jumlah
yang diakui pada tanggal akuisisi sebagai berikut:
a. Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih
b. Kepentingan non pengendali pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
c. Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, kepentingan ekuitas pihak
pengakuisisi yang dimiliki sebelumnya pada pihak yang diakuisisi; dan
d. Imbalan yang dialihkan
Jika selisish wajar entitas yang diakui tetap ada, pihak pengakuisisi mengakui
keuntungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akuisisi.
Keuntungan tersebut diatribusikan pada pihak pengakuisisi sehingga diskon
pembelian pada dasarnya merupakan kemampuan negosiasi pihak pengakuisisi atau
timbul dari kombinasi bisnis yang terpaksa. Kondisi ini membuat bargaining power
pihak pengakuisisi lebih tinggi sehingga harga akuisisi lebih rendah. Dengan
demikian diskon pembelian diakui sebagai keuntungan bagi pihak pengakuisisi saja.

Pembukuan Entitas Pengakuisisi Setelah Kombinasi Bisnis
Prosedur akuntansi investasi pihak pengakuisisi dalam ekuitas entitas yang diakuisisi dalam
banyak hal dilakukan sesuai dengan PSAK 15 (revisi 2009): investasi dalam entitas asosiasi
yang mensyaratkan penerapan metode ekuitas dimana investasi pada awalnya dicatat sebesar
biaya perolehan dan jumlah tercatat tersebut ditambah atau dikurangi untuk mengakui bagian
investor yang dalam hal ini adalah pihak pengakuisisi, atas laba atau rugi investee setelah
tanggal perolehan.
Investasi dalam Ekuitas xxx
Pendapatan Investasi xxx
Distribusikan laba atau deviden yang diterima dari investee mengurangi nilai tercatat
investasi yang dicatat investor sebagai berikut:
Piutang Deviden xxx
Investasi dalam Ekuitas xxx
Oleh karena itu persamaannya sebagai berikut:
Investasi akhir = Investasi Awal + Pendapatan Investasi – Deviden Investee
Jika terdapat perubahan proporsi bagian investor atas investee yang timbul dari pendapatan
komprehensif lainnya bagi investee. Investor akan mencatat:
Investasi dakam Ekuitas xxx
Pendapatan Komprehensif Lainnya xxx
Pendapatan Investasi dalam laporan Keuangan Individu
Walaupun pihak pengakuisisi setelah kombinasi bisnis diharuskan mencatat dan
menyesuaikan nilai investasinya dengan metode ekuitas sesuai PSAK revisi 2009 tetapi
PSAK 4 tetap mengijinkan entitas pengakuisisi menggunakan metode biaya ketika menyusun
laporan tersendiri atau laporan individu dalam batas sebagai infomasi tambahan sesuai
dengan PSAK 55: instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran. Pencatatan dengan

metode biaya menyajikan nilai investasi sebesar harga perolehan dan mengabaikan
pengembangan investasi dalam entitas anak.
Metode biaya disebut juga metode pendapatan dimana berpandangan bahwa perusahaan
investee adalah sumber pendapatan investor. Bila investee mengumumkan laba, hal itu
belumlah menjadi pendapatan bagi perusahaan investor. Berdasarkan teori akuntansi,
pendapatan itu harus dibuktikan dengan adanya aliran masuk kas atau bukti akan menerima
kas (piutang). Pengumuman laba entitas investee tidak serta merta menjadi tanda aliran kas
masuk bagi investor kecuali investee berniat membagikan laba tersebut kepada pemegang
saham (deviden). Jadi, laba entitas investee tidak boleh diakui sebagai pendapatan oleh
investor. Karena itu tidak ada ayat jurnal penyesuaian yang dibuat entitas investor atas
pengumuman laba investee.
Jika pihak investee mengumumkan deviden hal ini merupakan bukti pendapatan bagi investor
yakni pendapatan deviden.
Piutang Deviden xxx
Pendapatan Deviden xxx
Dalam metode biaya sumper pendapatan investasi adalah laba dibagikan oleh investee.
Penerapan metode ini dilakukan dengan alasan tertentu yakni:
1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena alasan perusahaan anak dibeli
dengan tujuan dijual kembali dalam jangka pendek.
2. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga mempengaruhi
secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana kepada perusahaan induk.
3. Penggunaan metode ekuitas atas investee tidak lagi sesuai dengan alasan-alasan
tertentu.

A. LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Laporan keuangan konsolidasi merupakan laporan asumsi yang memandang makna
suatu entitas ekonomi. Laporan keuangan konsolidasi menggambarkan aspek ekonomi entitas
yang beroperasi secara individu tetapi berada dalam suatu pengendalian. Pengendalian ini
akan menimbulkan apa yang disebut hubungan entitas induk-anak dimana entitas induk
disebut sebagai entitas pengendali sedangkan entitas anak merupakan entitas yang
dikendalikan. Karena entitas yang digabung ini dalam pengendalian tetap beroperasi secara
independen maka SAK mensyaratkan disusunnya suatu laporan keuangan gabungan yang
disebut laporan keuangan konsolidasi. Di indonesia Penyusunan laporan keuangan
konsolidasi mengacu pada PSAK 4 revisi 2009. PSAK 4 mewajibkan entitas yang
mengendalikan entitas lain untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi. Entitas induk
tidak lagi menyusun laporan keuangan individual sendiri. Dalam menyusun laporan keuangan
konsolidasian entitas menggabungkan laporan keuangan entitas induk dan entitas anak satu
per satu dengan menjumlahkan pos-pos sejenis dari aset, liabilitas,ekuitas, penghasilan dan
beban. Langkah-langkah konsolidasi yang dilakukan sebagai berikut:
a) Jumlah tercatat investasi entitas induk pada setiap entitas anak dengan porsi entitas
induk atas ekuitas entitas anak dieliminasi ( lihat PSAK 22: kombinasi bisnis yang
menjelaskan pengakuan goodwiil yang dihasilkan)
b) Kepentingan non pengendali atas laba rugi entitas anak yang dikonsolidasikan selama
periode pelaporan diidentifikasi.
c) Kepentingan dan pengendali dan bagian kepemilikan entitas induk atas aset neto
entitas anak yang dikosolidasikan diindentifikasikan secara terpisah. kepentingan non
pengendali atas aset neto terdiri dari :
i. Jumlah kepentingan non pengendali pada tanggal kombonasi bisnis awal yang
dihitung sesuai PSAK 22, dan
ii. Bagian kepentingan non pengendali atas perubahan ekuitas sejak tanggal
kombinasi bisnis tersebut.

B. PRINSIP SUBSTANCE OVER FORM DAN LAPORAN KONSOLIDASI
PSAK 4 revisi 2009 menyatakan bahwa pengendalian atas entitas lain merupakan
acuan dalam menentukan apakah suatu entitas diwajibkan menyusun laporan konsolidasi.
Pengendalian biasanya ada ketika entitas induk memiliki secara langsung atau tidalk
langsung melalui entitas anak lebih dari setengah suara entitas lain. Akan tetapi, PSAK juga
menjelaskan bahwa tidak semua kepemilikan lebih dari 50%, baik secara langsung maupun
tidak langsung menunjukkan adanya pengendalian. Kadang bisa saja kepemilikan diatas 50%
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui entitas anak, tidak menimbulkan
pengendalian hal ini terjadi jika ada:
1) Kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai dengan perjanjian dengan
investor lain
2) Kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas berdasakan
anggaran dasar atau perjanjian.
3) Kekuasaan untuk menunjuk atau menganti sebaian besar dewan direksi atau dewan
komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui dewan atau
organ tersebut.
4) Kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan direksi atau dewan
komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui dewan atau
dewan direksi atau dewan komisaris atau organ tersebut.
Sebaliknya, kepemilikan entitas induk diatas 50% tidak menunjukkan pengendalian jika:
1) Kepemilikan dimaksudkan untuk sementara atau akan dialihkan dalam jangka pendek.
2) Entitas anak dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sangat mempengaruhi
kemampuannya dalam mentransfer dana pada entitas induk.
C. PROSEDUR KONSOLIDASI
a. Periode Laporan Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi disusun atas dasar satu tahun yakni per 1 januari
sampai 31 desember tiap tahun, apabila akuisisi entitas anak terjadi pada awal tahun, maka

penyusunan laporan keuangan kosolidasi tidak bermasalah. Namun, bila akuisisi tersebut
tidak terjadi pada awal atau akhir tahun maka akan timbul masalah penyusunan laporan
keuangan konsolidasi pada akhir tahun pertama setelah terjadi hubungan entitas induk anak.
Laporan keuangan konsolidasi terdiri dari :
Laba rugi konsolidasi
Neraca konsolidasi
Laba ditahan konsolidasi
Arus kas konsolidasi
Pada tanggal akuisisi hanya neraca konsolidasi yang disusun, sementara laba rugi
entitas anak menjadi hak entitas induk pada periode setelah akuisisi. Laporan laba rugi dan
laporan konsolidasi entitas anak lainnya dikonsolidasi pada periode setelah diakuisisi.
b. Transaksi antar perusahaan
Transaksi antar perusahaan menimbulkan keterkaitan akun-akun dalam laporan
keuangan entitas induk dan anak. Transaksi penjualan induk dan anak akan menyebabkan
akun pada “ penjualan “ entitas induk dan akun “ pembelian “, entitas anak saling terkait.
Begitupun untuk transaksi utang-piutang dan lain-lain. Transaksi antar perusahaan
merupakan transaksi internal dari sudut pandang konsolidasi. Apabila entitas induk menjual
aset kepada entitas anak maka sama artinya entitas induk menjual aset pada dirinya sendiri
karena entitas anak dan induk adalah satu. Laporan keungan konsolidasi tidak mengakui
transaksi seperti ini dan menganggap penjualan tersebut semata-mata segai pemindahan atau
transfer aset saja. Karena itu dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi nantinya transaksi-
transaksi seperti ini harus dikonsolidasi.
c. Kepentingan nonpengendali
PSAK 4 Revisi 2009 mendefinisikan kepentingan nonpengendali sebagai ekuitas
entitas anakk tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung kkepada
entitas induk. Keentingan nonpengendali akan berubah seiring dengan perubahan ekuitas
anak yang disebabkan pengumuman laba dan dividen oleh entitas anak.
III. Investasi Perusahaan Asosiasi
Investasi pada entitas asosiasi terdiri dari perusahaan yang berinvestasi pada
perusahaan yang berasosiasi kecuali perusahaan yang dimiliki oleh:
a. Organisasi modal ventura atau

b. Reksadana, unit perwalian, dan entitas sejenis termasuk dana asuransi terhubung
investasi.
yang pada saat pengakuan awal ditetapkan pada nilai wajar melalui laba rugi atau
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan.
Entitas asosiasi adalah suatu entitas termasuk entitas non korporasi seperti persekutuan,
dimana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak
ataupun bagian partisipasi dalam ventura bersama.
Pengaruh Signifikan
Jika investor memiliki secara langsung maupun tidak langsung, 20% atau lebih hak
suara investee maka investor dianggap memiliki pengaruh signifikan kecuali dapat dibuktikan
dengan jelas bahwa entitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Sebaliknya, jika
investor memiliki secar langsung ataupun idak langsung kurang dari 20% hak suara investee
maka investor dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan kecuali pengaruh signifikan
tersebut dapat dibuktikan dengan jelas.
Keberadaaan pengaruh signifikan oleh investor umumnya dibuktikan dengan satu atau
lebih cara berikut ini:
a. Keterwakilan dalam dewan direksi dan dewan komisaris atau organ setara di investee.
b. Partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk partisipasi dalam
pengambilan keoputusan tentang deviden atau distribusi lainnya.
c. Adanya transaksi material antara investor dengan investee.
d. Pertukaran personel manajerial atau
e. Penyediaan informasi teknis pokok.
Entitas mungkin memiliki warrant, opsi beli saham, instrument utang ekuitas yang dapat
dikonversi menjadi saham biasa atau instrument sejenis lain yang mempunyai potensi (jika
dieksekusi atau dikonversi) untuk menambah hak suara entitas atau mengurangi hak suara
pihak lain atas kebijakan keuangan dan operasional entitas lainnya (yaitu hak suara
potensial). Hak suara potensial tidak dapat dieksekusi atau dikonversi ketika misalnya hak

suara tersebut tidak dapat dieksekusi atau dikonversi sampai dengan suatu tanggal dimasa
depan.
Untuk menilai apakah hak suara potensial berkontribusi terhadap pengaruh signifikan, maka
entitas menguji semua fakta dan keadaan (termasuk syarat eksekusi hak suara potensial dan
perjanjian kontraktual lain apakah dipertimbangkan secara individual atau dalam kombinasi)
yang mempengaruhi hak potensial, kecuali maksud manajemen dan kemampuan keuangan
untuk mengeksekusi atau mengkonversi.
Entitas kehilangan pengaruh signifikan atas investee ketika entitas kehilangan kekuasaan
untuk berpartisipasi dakam keputusan kebijakan keuangan dan operasional investee.
Hilangnya pengaruh signifikan dapat terjadi dengan atau tanpa perubahan dalam tingkat
kepemilikan secara absolut atau relatif.
Metode Ekuitas
Dalam metode ekuitas, investasi pada entitas asosiasi pada awalnya diakui sebesar biaya
perolehan dan jumlah tercatat tersebut ditambah atau dikurangi untuk mengakui bagian
investor atas laba rugi investee setelah tanggal perolehan. Bagian investor atas laba rugi
investee diakui dalam laba rugi investor. Penerimaan distribusi dari investee mengurangi nilai
tercatat investasi. Penyesuaian terhadap jumlah tercatat tersebut juga diperlukan jika terdapat
perubahan dalam proporsi bagian investor atas investee yang timbul dari pendapatan
komprehensif lain investee.
Ketika terdapat hak suara potensial, maka bagian investor atas laba rugi investee dan
perubahan dalam ekuitas investee ditentukan berdasarkan bagian kepemilikan saat ini dan
tidak mencerminkan kemungkinan eksekusi atau konversi hak suara potensial.
Penerapan Metode Ekuitas
Rugi Penurunan Nilai
Karena goodwill yang membentuk nilai tercatat investasi dalam entitas asosiasi tidak diakui
secara terpisah maka tidak dilakukan pengujian penurunan nilai secara terpisah, sebagai
gantinya seluruh nilai tercatat investasi diuji penurunan nilai berdsarakan PSAK 48 dengan
membandingkan antar jumlah tepulihkan dengan jumklah tercatat. Rugi penurunan nilai yang
diakui pada keadaan tersbut tidak dialokasikan pada setiap aset termasuk goodwill yang
membntuk bagian dari nilai tercatat investasi pada entitas asosiasi. Dengan demikian

pembalikan dari penurunan nilai diakui sepanjang jumlah terpulihkn dari investasi tersebut
kemudian meningkat.
Pengungkapan
1. Nilai wajar investasi pada entitas asosiasi yang tersedia kuotasi harga publikasian.
2. Ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi, termasuk jumlah agregat aset,
liabilitas, pendapatan, dan laba rugi.
3. Alasan mengapa anggapan investor yang tidak memiliki pengaruh signifikan jika
investor memiliki kurang dari 20% hak suara atau hak suara potensial investee secara
langsung atau tidak langsung melalui entitas anak, namun disimpulkan bahwa
investor tersebut memiliki pengaruh signifikan.
4. Alasan mengapa anggapan investor yang memiliki pengaruh signifikan jika investor
memiliki lebih dari 20% hak suara atau haks suara potensial investee secara langsung
tidak langsung melalui entitas anak, namun dismpulkan bahwa investor tersebut tidak
memiliki pengaruh signifikan.
5. Akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitas asosiasi, ketika laporan
keuangan tersebut digunakan dalam menerapkan metode ekuitas dan tanggal atau
periode yang berbeda dengan investor, dan alasan menggunakan tanggal atau periode
yang berbeda.
6. Sifat dan tingkatan setia pembatasan signifikan (misalnya hasil dari perjannjian
pinjaman yang diterima atau persyaratan regulator) atas kemampuan entitas asosiasi
untuk mentransfer dana kepada investor dalam bentuk deviden tunai, atau
pembayaran kembali pinjaman yang diberikan atau uang muka.
7. Bagian rugi entitas asosiasi yang tidak diakui, baik untuk periode terjadinya kerugian
tersebut maupun secara kumulatif jika investor menghentikan pengakuan bagiannya
atas rugi entitas asosiasi, dan
8. Ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi secara individual atau dalam
kelompok, yang tidak dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, termasuk jumlah
total aset, total liabilitas, pendapatan, dan laba rugi.

Investasi pada entitas asosiasi yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas
diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Bagian investor atas laba rugi entitas asosiasi,
dan jumlah tercatat investasi, diungkpkan secara terpisah. Bagian investor dari setiap
operasi yang dihentikan dari entitas asosiasi juga diungkapkan secara terpisah.
Bagian investor atas perubahan yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain entitas
asosiasi diakui oleh investor dalam pendapatan komprehensif lain.
D. KONSOLIDASI ENTITAS BERTUJUAN KHUSUS (EBK)
Referensi ISAK 7 dari:
PSAK 4 : Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri.
PSAK 24 : Imbalan Kerja
PSAK 25 : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
PSAK50 : Instrumen Keuangan: Penyajian
PSAK 53 : Pembayaran Berbasis Saham
ISAK 7 mendefinisikan bahwa suatu Entitas Bertujuan Khusus (EBK) atau Special
Purpose Entities (SPE) dapat berbentuk perusahaan, Firma atau bahkan entitas yang
berbentuk hukum, EBK umunya dibentuk dengan ketentuan kontraktual yang mengatur
secara ketat atau memberikan batasan tetap atas kewenangan pimpinan, wali amanat, atau
manajemen untuk membuat keputusan mengenai pengoperasian EBK. Ketentuan ini
seringkali menjelaskan bahwa kebijakan dalam mengoperasikan EBK tidak dapat
dimodivikasi atau diubah ( beroperasi dengan autopilo), kecuali mungkin oleh pendiri atau
sponsornya.
Sponsor (entitas yang diwakili oleh EBK) sering kali mengalihkan atau menjual
asetnya ke EBK, memperoleh hak pemakain aset yang dikuasai oleh EBK, atau memberikan
jasa kepada EBK, sementara pihak lain ( “ penyedi moda “) mungkin menyediakan dana
kepada EBK. Entitas yang bertransaksi dengan EBK ( seringkali adalah pendiri atau sponsor )
mungkin secara substansi mengendalikan EBK. Hak atas manfaat ( benevicial interes ) dalam
suatu EB, misalnya dapat berupa instrumen utang, instrumen ekuitas, hak partisipasi, hak
residual atau sewa. Beberapa hak atas manfaat, mungkin memberikan tingkat imbal hasil

yang tetap atau pasti kepada pemegangnya, sementara yang lain memberikan akses terhadap
keuntungan ekonomi dimasa depan dari kegiatan EBK.
Suatu EBK dikonsolidasikan jika substansi hubungan antara suatu entitas dengan
EBK mengindikasikan adanya pengendalian EBK oleh entitas tersebut. Subtansi hubungan
tersebut yakni:
a) Secara subtansi, kegiatan dari EBK dijalanan untuk mewakuli suatu entitas sesuai
denagan kebutuhan khususnya, sehingga entitas tersebut memperoleh manfaat dari
operasi EBK.
b) Secara substani, entitas mempinyai kekuasaan dalam pengambilan keputusan untuk
memperoleh sebagian besar manfaat dari kegiatan EBK, atau dengan cara membuat
mekanisme autoilop, entitas telah mendelegasikan keuasaan dalam pengambilan
keputusan ini.
c) Secara substansi, entitas mempunyai hak untu mempunyai hak untuk memperoleh
sebagian besar manfaat dari EBK dan oleh karena itu, juga menanggung resiko dari
aktifitas EBK, atau
d) Secara substansi, entitas memperoleh mayoritas hak residual dan menanggung resikon
kepemilikan terkait dngan EBK atau asetnya untuk memperpleh manfaat dari aktifitas
EBK.
Jika secara substansi suatu entitas mengendalikan EBK walaupun tidak
menempatkan modal dalam EBK tersebut, entitas tersebut diwajibkan menyusun laporan
konsolidasi. Laporan konsilidasi itu harus disusun sesuai denga PSAK 4. Jika tidak ada
kepemilikikan dalam EBK, seluruh ekuitas pemilik EBK disajikan sebagai kepentingan non
pengendali pada sisi ekuitas neraca konsolidasi. Jika terdapat penempatan modal atau
investasi entitas dalam EBK investasi tersebut dieliminasi dengan ekuitas EBK. Bila tidak
semua ekitas EBK dimiliki entitas induk maka terdapat kepentingan non pengendali.
PEMBAHASAN KASUS
Kasus Cherry
1. Menurut ISAK 7 EBK adalah membentuk entitas anak tanpa berbadan hukum dimana entitas anak dibatasi oleh suatu perjanjian. Sehingga sangat mempengaruhi kemampuannya dalam mentransfer dana.

2. Menurut ISAK no.7 EBK dikonsolodisakan jika suatu entitas memiliki hubungan dengan EBK dan mengindikasikan adanya pengendalian EBKoleh entitas tersebut. Laporan konsolidasi dibuat mengacu pada PSAK No.4 paragraf 10 dan 15.
3. Perlakuan Cherry terhadap entitas baru dianggap sebagai investasi, seharusnya tidak boleh dianggap sebagai investasi. Dalam PSAK no.4 paragraf 15 (a) yang menyatakan bahwa jumlah tercatat investasi entitas induk pada setiap entitas anak dengan porsi entitas induk atas ekuitas entitas anak dieliminasi.
4. Pendanaan lepas neraca pada kasus cherry adalah aset yang dikelola perusahaan namun tidak dilaporkan pada neraca melainkan dilaporkan secara terpisah dari laporan keuangan. Aset tersebut disembunyikan karena dibiayai oleh hutang yang tidak tercatat pada neraca.
Kasus Kertagama
1. Menurut kelompok kami, PT Kertagama harus mengkapitalisasi sewa tersebut karena menurut PSAK 30 paragraf 10 c dimana masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomi aset meskipun hak milik tidak dialihkan. Menurut PSAK 30 paragraf 19 mengakui biaya sewa sebagai aset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan sebesar nilai wajar aset sewaan atau nilai kini dari sewa minimum.
Perhitungan :
1. Membuat jurnal koreksi.
Jurnal ini dibuat pada tanggal 1 Januari 2009 (pembayaran angsuran pertama dimana Rp. 80.000.000 diakui sebagai pemabayaran sewa)
Leese liabilities Rp.80.000.000Retain Earning Rp.80.000.000
Retain Earning Rp. 54.166.666Akumulasi Depresiasi Rp. 54.166.666
Beban penyusutan = Rp. 650.000.000/12 tahun = Rp. 54.166.666
Penjelasan : Jurnal koreksi ini dibuat karena mesin cor ini sudah diakui sebagai leese aset maka kita juga harus mengakui beban penyusutannya sesuai dengan umur ekonomis mesin cor selama 15 tahun.

2. Membuat jurnal pengakuan.
Diketahui : Angsuran 1 : Rp. 80.000.000 Bunga : 7% + 9% = 8%
2Jangka sewa : 12 tahun Present Value = Rp. 80.000.000 x PV (8%,12)
= Rp. 80.000.000 x 8,13896 = Rp. 651.116.800
Menurut PSAK 30 paragraf 19 jika nilai kini (present value) lebih tinggi dari nilai wajar aset sewaan maka kita mengakui nilai wajar aset sewaan.
Aset sewaan Rp. 651.116.800Kewajiban sewaan Rp.651.116.800
2. Kami akan tetap mengkapitalisasi karena dalam SFAS No. 13 paragraf 7 c yang menyatakan bahwa aset sewaan akan dikapitalisasi bila jangaka waktu sewaan sama dengan 75% atau lebih dari umur ekonomis aset sewaan tersebut. Pada kasus PT. Kertagama perusahaan menyewa mesin cor selama 12 tahun dengan umur ekonomis 15 tahun maka maka jangka waktu sewa sebesar 80% atau melebihi dari 75%.
3.
Kriteria SFAS 13 PSAK 30 (2009)
Jangka waktu sewaan >75% dari umur ekonomis (Paragraf 7c)
Tidak ada penjelasan rinci (Par. 10c)