BAB IV HASIL PENELITIAN VDAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN VDAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...
BAB IV
HASIL PENELITIAN VDAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Gorontalo. Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Gorontalo terbentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata kerja
Lembaga Teknis Daerah Kota Gorontalo. Pembentukan Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah sebagai salah satu lembaga teknis daerah
yang dilatarbelakangi oleh perubahan pengelolaan keuangan daerah, yaitu Kepala
Daerah diwajibkan menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan daerah
yang terdiri dari laporan realisasi APBD, lingkungan pengendalian daerah,
informasi dan komunikasi dan pemantauan. Konsekuensi logis dari perubahan
pertanggungjawaban tersebut maka dibentuklah organsiasi BPKD yang telah
dirubah namanya menjadi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah guna terintegrasinya pengelolaan keuangan yang meliputi pencatatan dan
pertanggungjawaban penerimaan kas dan pengeluraan kas, serta aset/barang
daerah.
Otonomi daerah dan peningkatan persaingan antar daerah telah memaksa
organisasi pemerintah daerah melakukan perubahan-perubahan yang inovatif
menuju pemerintahan yang baik dan mandiri. Perubahan yang paling mendasar
45
yakni pengelolaan keuangan daerah yang menuntut alokasi anggaran disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat. Disisi lain, permasalahan manajemen keuangan
sektor publik selama ini belum dapat ditangani secara komprehensif dalam
mewujudkan suatu tata kepemerintahan yang baik (good governance).
Upaya reformasi birokrasi telah berlangsung yang mencakup antara lain
pengelolaan keuangan, namun masih terdapat permasalahan yang dihadapi di
bidang pengeloaan keuangan daerah di Kota Gorontalo, yaitu: 1) kelembagaan
pengelolaan keuangan masih belum sepenuhnya berdasarkan prinsip-prinsip
organisasi yang efisien dan rasional, sehingga struktur organisasi kurang
proporsional; 2) sistem manajemen keuangan daerah belum mampu mendorong
peningkatan profesionalitas dan kompetensi, sesuai dengan tanggungjawab dan
beban kerja; 3) sistem dan prosedur kerja di lingkungan badan pengelola
keuangan belum efisien, efektif, dan berperilaku hemat; 4) pelayanan publik
belum sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat; 5) terabaikannya nilai-
nilai etika dan budaya kerja dalam birokrasi sehingga melemahkan disiplin kerja,
etos kerja, dan produktivitas kerja.
4.1.2 Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada DPPKAD
kota Gorontalo yang terlibat langusung dalam proses penyusunan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah yaitu kepala dinas, kepala bidang, kepala
seksi, kepala seksi, kepala sub bagian, kuasa BUD, dan pegawai staf keuangan
dan akuntansi. Jumlah responden yang yang dapat menjadi subyek penelitian
berkaitan dengan partisipasinya dalam penelitian ini yaitu adalah sebanyak 37
responden. Kuesioner yang disebar sebanyak 37 kuesioner, dari 37 kusioner
yang dibagi semuanya kembali namun yang tidak diisi sebanyak 5 kuesioner
sedangkan 32 kusioner lainya diisi lengkap dan dapat digunakan untuk olah data
selanjutnya. Data demografi responden dalam tabel 5 di bawah ini menyajikan
beberapa informasi umum mengenai kondisi responden yang ditemukan di
lapangan. Tabel tersebut berisi informasi yang disajikan, antara lain usia, tingkat
pendidikan, dan masa kerja.
Tabel 5: Demografi Responden
Keterangan Jumlah % Jenis Kelamin
1. Laki-Laki 2. Perempuan
17 orang 15 orang
53,13% 46,88%
Usia 1. < 30 2. 30-40 3. 41-50 4. > 50
5 orang
20 orang 6 orang 1 orang
15,63% 62.50% 18,75% 3,13%
Tingkat Pendidikan 1. SMU sederajat 2. Diploma 3. Sarjana 4. Magister
2 orang 4 orang
21 orang 5 orang
6,25%
12,50% 65,63% 15,63%
Masa Kerja 1. 1-2 tahun 2. 3-4 tahun 3. 5-6 tahun 4. 7-10 tahun 5. > 10 tahun
3 orang 2 orang 3 orang
11 orang 13 orang
9,38% 6,25% 9,38%
34,38% 40,63%
Sumber: Olahan, 2013
Berdasarkan tabel diatas, diketahui responden yang paling banyak ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini adalah responden perempuan yaitu sebanyak 17
orang (53,13%) sedangkan responden Laki-laki sebanyak 15 orang (46,88%).
Selanjutnya responden dikelompokkan berdasarkan usia, diketahui bahwa
mayoritas responden yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini adalah
responden yang berusia diantara 30-40 tahun yaitu sebanyak 20 orang (62,50%),
kemudian mereka yang berusia 41-50 sebanyak 6 orang (18,75%), yang berusia
<30 tahun sebanyak 5 orang (15,63%) dan yang berusia > 50 sebanyak 1 orang
(3,13%). Berdasarkan tingkat pendidikan, diketahui bahwa mayoritas responden
dalam penelitian ini adalah mereka yang berpendidikan sarjana yaitu sebanyak
21, kemudian mereka yang berpedidikan S2 sebanyak 5 orang (15,63%), yang
berpendidikan D3 (diploma) sebanyak 4 orang (12,50%) dan yang berpendidikan
SMA sederajat sebanyak 2 orang (6,25%). Selanjutnya responden dikelompokkan
berdasarkan masa kerja, diketahui mayoritas responden dalam penelitian ini yaitu
respoden dengan masa kerja lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 13 orang
(40,63%), kemudian yang mempunyai masa kerja 7-10 tahun sebanyak 11 oranga
(34,38%), 5-6 tahun dan 1-2 tahun masing-masing sebanyak 3 orang (9,38%) dan
yamg memiliki masa kerja 3-4 tahun sebanyak 2 oranga (9,38%).
4.1.3 Uji Kualitas Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam memperoleh data dalam penelitian ini
adalah Kuesioner. Oleh karena itu untuk meyakinkan akan kualitas data yang akan
diolah, terlebih dahulu diuji validitas dan realibilitas sebagai berikut.
4.1.4.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ukuran yang menunjukkan
tingkat keandalan suatu alat ukur. Alat ukur yang valid berarti memiliki validitas
yang rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga-harga
korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara
mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap skor butir. Dengan taraf signifikan 5% dan jumlah responden 32 orang, maka
angka kritis dari rtabel (tabel r product moment) yang didapat adalah sebesar 0,349
jika koefisien yang diperoleh (rhitung) lebih besar dari rtabel maka pertanyaan
tersebut valid, nilai rtabel dapat dilihat pada lampiran pada tabel r Product moment.
Berdasarkan pengujian validitas yang telah dilakukan ternyata pertanyaan dalam
instrumen penelitian dinyatakan valid. Hasil pengujian validitas untuk variabel Y
penerapan PP No 71 tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 6: Hasil Uji Validitas Variabel X (Penerapan PP No 71 tahun 2010)
Indikator Item r- Hitung r-Tabel Ket.
PSAP 01 1 0,696 0,349 Valid 2 0,398 0,349 Valid 3 0,479 0,349 Valid
PSAP 02 4 0,553 0,349 Valid 5 0,413 0,349 Valid
PSAP 03
6 0,588 0,349 Valid 7 0,592 0,349 Valid 8 0,764 0,349 Valid 9 0,639 0,349 Valid
PSAP 04 10 0,842 0,349 Valid 11 0,681 0,349 Valid
PSAP 05 12 0,602 0,349 Valid 13 0,510 0,349 Valid
PSAP 06 14 0,536 0,349 Valid 15 0,628 0,349 Valid
PSAP 07 16 0,603 0,349 Valid 17 0,591 0,349 Valid 18 0,536 0,349 Valid
PSAP 08 19 0,791 0,349 Valid
PSAP 09 20 0,649 0,349 Valid 21 0,861 0,349 Valid 22 0,392 0,349 Valid
PSAP 10 23 0,495 0,349 Valid PSAP 11 24 0,745 0,349 Valid
PSAP 12 25 0,698 0,349 Valid 26 0,752 0,349 Valid
Sumber: Olahan 2013
Berdasarkan tabel tersebut hasil perhitungan nilai korelasi antara item
variabel X penerapan PP No 71 tahun 2010 pada tabel di atas menunjukkan untuk
seluruh butir pernyataan diperoleh nilai koefisien korelasi rhitung lebih besar dari
nilai rtabel yaitu 0,349. Hasil ini mennunjukan semua pernyataan yang digunakan
untuk mengukur variabel X (Penerapan PP No 71 tahun 2010) valid dan dapat
digunakan pada analisis selanjutnya.
Hasil pengujian validitas untuk variabel y (Akuntabilitas kinerja) dapat
dilihat ada tabel 7 berikut:
Tabel 7: Hasil Uji Validitas Variabel Y (Akuntabilitas kinerja)
Indikator Item r- Hitung r-Tabel Ket.
Ekonomi 1 0,583 0,349 Valid 2 0,503 0,349 Valid 3 0,764 0,349 Valid
Efisiensi
4 0,621 0,349 Valid 5 0,659 0,349 Valid 6 0,503 0,349 Valid 7 0,812 0,349 Valid
Efektivitas
8 0,580 0,349 Valid 9 0,674 0,349 Valid 10 0,573 0,349 Valid 11 0,356 0,349 Valid
Hasil
12 0,745 0,349 Valid 13 0,804 0,349 Valid 14 0,798 0,349 Valid 15 0,652 0,349 Valid
Sumber: Olahan 2013
Berdasarkan tabel diatas perhitungan nilai korelasi antara item variabel Y
akuntabilitas kinerja menunjukkan untuk seluruh butir pernyataan diperoleh nilai
koefisien korelasi rhitung lebih besar dari nilai rtabel yaitu 0,349. Hasil ini
mennunjukan semua pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel y
(akuntabilitas kinerja) valid dan dapat digunakan pada analisis selanjutnya.
4.1.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dipakai
dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya relatif sama
maka alat ukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan
konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Pada penelitian
pengambilan keputusan berdasarkan nilai Cronbach’s Alpha. Jika nilai alpha sama
dengan atau lebih dari 0,60 maka pernyataan variabel tersebut reliabel dan
sebaliknya apabila nilai alpha kurang dari 0,60 pernyataan variabel tersebut tidak
reliabel (Arikunto, 2005) Adapun hasil dari pengujian reliabilitas ditunjukan oleh
tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8: Tabel Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nilai Cronbach’s Alpha
Ket.
Penerapan PP No 71 tahun 2010 Akuntablilitas Kinerja
0.752 0.756
Reliabel Reliabel
Sumber: Data Olahan 2013
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa variabel penerapan PP No 71
tahun 2010 (X) dan akuntabilitas kinerja (Y) memiliki status reliabel. Hal ini
dikarenakan nilai Alpha Cronbach variabel tersebut lebih besar dari 0,6. Kondisi
ini juga memberikan arti bahwa seluruh variabel tersebut dapat digunakan pada
analisis selanjutnya.
4.1.4 Transformasi Data
Data mengenai variabel-variabel penelitian yang terkumpul melalui
kuesioner adalah data yang berskala ordinal, sedangkan syarat untuk dapat
digunakan statistika regresi sebagai analisis utama dalam penelitian ini adalah
sekurang-kurangnya data yang berskala interval. Sebelum dilakukan analisis lebih
lanjut, data ordinal yang dikumpulkan selanjutnya dijadikan data interval melalui
method successive intervals (MSI). Hasil MSI untuk setiap item Pertanyaan dalam
penelitian ini selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 3. Untuk memudahkan
dalam melakukan transformasi data ordinal ke Interval digunakan bantuan
Program Aplikasi MSI dengan Ms.Exel 2007.
4.1.5 Analisis Deskriptif Tingkat Penerapan PP No. 71 Tahun 2010 dan
Akuntabilitas Kinerja
Masing-masing Indikator dari setiap variabel dalam penelitian ini akan
dilakukan analisis deskriptif mengenai criteria jawaban responden. Langkah awal
untuk mendeskripsikan setiap indikator adalah membuat tabel kategori atau skala
penilaian untuk masing-masing item pertanyaan. Perhitungan mengenai skala
penilaian ini didasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh Riduwan
(2003:15) bahwa perhitungan skor tiap komponen yang diteliti adalah dengan
mengalikan seluruh frekuensi data dengan nilai bobotnya. Selanjutnya dapat
dibuatkan skala penilaian untuk masing-masing item pertanyaan dengan terlebih
dahulu menghitung rentang skalanya. Adapun hasil perhitungannya, yaitu:
Bobot terendah x item x jumlah responden = 1 x 1 x 32 = 32
Bobot tertinggi x item x jumlah responden = 5 x 1 x 32 = 160
Rentang skalanya yaitu : 160-32
= 53,33 = 53 (dibulatkan) 3
Berdasarkan hasil perhitungan rentang skala tersebut, maka dapat
dibuatkan skala penilaian seperti pada tabel 9 berikut:
Tabel 9: Skala Penilaian Jawaban Responden
Range Kategori 32 - 85 Kurang
86 - 138 Cukup 139 -160 Baik
Riduwan (2003:15)
Adapun deskripsi jawaban responden terhadap masing-masing pertanyaan
pada masing-masing indikator pada variabel penerapan PP No 71 tahun 2010
disajiakan pada tabel 10 adalah sebagai berikut:
Tabel 10: Hasil Analsis Jawaban Respoden Penerapan PP No 71 tahun 2010
Dimensi Indikator Skor-5 skor-4 Skor-3 Skor-2 Skor-1 Bobot Skor Kategori
PSAP 01
Item 1 1 14 13 4 0
108 Cukup 3.13% 43.75% 40.63% 12.50% 0.00%
Item 2 6 13 12 1 0
120 Cukup 18.75% 40.63% 37.50% 3.13% 0.00%
Item 3 12 12 7 0 0
129 Cukup 37.50% 37.50% 21.88% 0.00% 0.00%
PSAP 02
Item 4 9 15 7 1 0
128 Cukup 28.13% 46.88% 21.88% 3.13% 0.00%
Item 5 3 6 13 6 4
94 Cukup 9.38% 18.75% 40.63% 18.75% 12.50%
PSAP 03
Item 6 11 13 7 1 0
130 Cukup 34.38% 40.63% 21.88% 3.13% 0.00%
Item 7 12 11 9 0 0
131 Cukup 37.50% 34.38% 28.13% 0.00% 0.00%
Item 8 15 13 4 0 0
139 Baik 46.88% 40.63% 12.50% 0.00% 0.00%
Item 9 10 13 9 0 0
129 Cukup 31.25% 40.63% 28.13% 0.00% 0.00%
PSAP 04
Item 10 16 12 4 0 0
140 Baik 50.00% 37.50% 12.50% 0.00% 0.00%
Item 11 16 13 3 0 0
141 Baik 50.00% 40.63% 9.38% 0.00% 0.00%
PSAP 05
Item 12 15 11 6 1 0
139 Baik 46.88% 34.38% 18.75% 3.13% 0.00%
Item 13 10 11 11 0 0
127 Cukup 31.25% 34.38% 34.38% 0.00% 0.00%
PSAP 06
Item 14 12 11 9 0 0
131 Cukup 37.50% 34.38% 28.13% 0.00% 0.00%
Item 15 13 14 4 1 0
135 Cukup 40.63% 43.75% 12.50% 3.13% 0.00%
PSAP 07
Item 16 14 12 6 0 0
136 Cukup 43.75% 37.50% 18.75% 0.00% 0.00%
Item 17 9 13 10 0 0
127 Cukup 28.13% 40.63% 31.25% 0.00% 0.00%
Item 18 12 11 9 0 0
131 Cukup 37.50% 34.38% 28.13% 0.00% 0.00%
PSAP 08 Item 19
15 10 4 3 0 133 Cukup
46.88% 31.25% 12.50% 9.38% 0.00%
PSAP 09
Item 20 16 11 3 2 0
137 Cukup 50.00% 34.38% 9.38% 6.25% 0.00%
Item 21 14 14 4 0 0
138 Cukup 43.75% 43.75% 12.50% 0.00% 0.00%
Item 22 6 11 15 0 0
119 Cukup 18.75% 34.38% 46.88% 0.00% 0.00%
PSAP 10 Item 23
12 13 7 0 0 133 Cukup
37.50% 40.63% 21.88% 0.00% 0.00% PSAP
11 Item 24 9 16 7 0 0
130 Cukup 28.13% 50.00% 21.88% 0.00% 0.00%
PSAP 12
Item 25 8 18 6 0 0
130 Cukup 25.00% 56.25% 18.75% 0.00% 0.00%
Item 26 12 12 8 0 0
132 Cukup 37.50% 37.50% 25.00% 0.00% 0.00%
Sumber: Olahan 2013
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 10, dari 26 indikator yang digunakan
untuk mengukur ke 12 dimensi pada variabel penerapan PP No. 71 tahun 2010
terlihat bahwa ada 22 indikator dalam kategori cukup dan sisanya empat indikator
dalam kategori baik, maka berdasarkan hasil tersebut penerapan PP No. 71 tahun
2010 pada dinas pengelolaan pendapatan keuangan dan aset daerah kota
Gorontalo belum sepenuhnya dilaksankan. Berdasarkan tanggapan responden
untuk 3 indikator pada dimensi PSAP No. 1 tentang penyajian laporan keuangan
yang terdiri dari penyajian laporan keuangan untuk pengakuan basis akrual,
komponen set laporan keuangan dan periode pelaporan sistiematis yaitu ada pada
kategori cukup. Tanggapan responden atas 2 indikator pada dimensi PSAP No. 2
tentang laporan realisasi anggaran diporoleh untuk indikator pertama yaitu
penyajian laporan realisasi anggaran disusun untuk tujuan akuntabilitas ada pada
kategori cukup sedangkan untuk indikator kedua tentang penyajian laporan
realisasi anggaran disajikan berdasarkan basis akrual ada pada kategori cukup.
Tanggapan responden untuk dimensi PSAP 03 laporan arus kas diukur
dengan 4 indikator, untuk indikator pertama yang menyatakan laporan arus kas
dari aktivitas operasi ada pada kategori cukup, tanggapan responden pada
indikator kedua laporan arsu kas dari kegiatan aktivitas investasi adap pada
kategori cukup, tanggapan responden pada indikator ketiga yaitu informasi arus
kas dari kegiatan aktivitas pendanaan ada pada kategor baik sedangkan indikator
terakhir yaitu laporan arus kas dilihat dari aktivitas arus kas dari kegiatan
transitoris adap ada kategori cukup.
Tanggapan responden untuk dimensi PSAP No. 4 tentang catatan atas
laporan keuangan yang diukur dengan 2 indikator yaitu ada pada kategori baik,
dimana bahwa catatan atas laporan keuangan disajikan berdasarkan kebutuhan
pengguna dan catatan atas laporan keuangan menyajikan tentang analisis pos-pos
laporan keuangan ada pada kategori baik. Tanggapan responden atas dimensi
PSAP 5 tentang akuntansi persediaan diukur dengan 2 indikator, untuk indikator
pertama penilaian persediaan dilakukan berdasarkan PSAP ada pada kategori baik
sedangakn pengakuan persediaan berdasarkan PSAP ada pada kategori cukup.
Tanggapan responden atas dimensi PSAP 6 tentang akuntansi investasi yang
diukur dengan 2 indikator masing indikator yaitu pangakuan investasi dan
pelepasan serta pemindahan investasi ada pada kategori cukup. Tanggapan
responden atas dimensi PSAP 7 tentang akuntansi aset tetap diukur dengan 3
indikator yaitu pengukruan aset tetap, aset donasi dan pengakuan penyusutan
masing-masing ada pada kategori cukup. Tanggapan responden atas dimensi
PSAP 8 tentang akuntansi kontruksi dalam pengerjaan diukur dari indikator
perlakuan akuntansi kontruksi berdasarkan PSAP ada pada kategori cukup.
Tanggapan responen atas dimensi PSAP 9 tentang akuntansi kewajiban
yang diukur dari 3 indiator yaitu perlakuan akuntansi kewajiban, pengakuan
kewajiban dan pengukuran kewajiban berdasarkan PSAP ada pada kategori
cukup. Tanggapan responden atas dimensi PSAP 10 tentang koreksi kesalahan
yang diukur dengan indikator perlakuan akuntansi koreksi kesalahan diperoleh
kategori cukup. Tanggapan responden atas dimensi PSAP 11 tentang laporan
keuangan konsolidasi yang diukur dari indikator konsep penyajian laporan
keuangan konsolidari diperoleh kategori yang cukup sedangkan tanggapan
responden atas dimensi PSAP 12 tentang laporan operasional diukur dari 2
indikator yaitu penyusunan laporan operasional dan informasi dalam laporan
keuangan masing-masing ada pada kategori cukup.
Berdasarkan ke 26 indikator yang digunakan untuk mengukur ke 12
dimensi penerapan PP no 71 tahun 2010 menunjukan item pertanyaan indikator
yang memiliki kategori tertinggi adalah indikator atau item pertanyaan ke-10 dan
ke- 11 yang digunakan untuk mengukur dimensi PSAP 04 tentang catatan atas
laporan keuangan masing masing ada pada skor 140 dan 141. Sedangkan indikator
atau item pertanyaan yang memperoleh bobot skor terendah adalah item
pertanyaan (indikator) no 1 yang digunakan untuk mengukur PSAP No. 1 tentang
penyajian laporan keuangan basis akrual dengan bobot skor 108.
Deskripsi jawaban responden terhadap masing-masing pertanyaan pada
masing-masing indikator dimensi akuntabilitas kinerja dapat dilihat pada tabel 11
berikut ini:
Tabel 11: Hasil Analisis Jawaban responden Variabel Akuntabilitas Kinerja
Dimensi indk Skor-5 skor-4 Skor-3 Skor-2 Skor-1 Bobot Skor Kategori
EKonomi Item 1
10 22 0 0 0 138 Cukup 31.25% 68.75% 0.00% 0.00% 0.00%
Item 2
12 20 0 0 0 140 Baik 37.50% 62.50% 0.00% 0.00% 0.00%
Item 3
13 19 0 0 0 141 Baik 40.63% 59.38% 0.00% 0.00% 0.00%
Efisiensi Item 4
14 18 0 0 0 142 Baik 43.75% 56.25% 0.00% 0.00% 0.00%
Item 5
9 19 4 0 0 133 Cukup 28.13% 59.38% 12.50% 0.00% 0.00%
Item 6
12 20 0 0 0 140 Baik 37.50% 62.50% 0.00% 0.00% 0.00%
Item 7
15 17 0 0 0 143 Baik 46.88% 53.13% 0.00% 0.00% 0.00%
Efektivitas Item 8
16 14 2 0 0 142 Baik 50.00% 43.75% 6.25% 0.00% 0.00%
item 9
12 18 2 0 0 138 Cukup 37.50% 56.25% 6.25% 0.00% 0.00%
Item 10
7 23 2 0 0 133 Cukup 21.88% 71.88% 6.25% 0.00% 0.00%
Item 11
12 20 0 0 0 140 Baik 37.50% 62.50% 0.00% 0.00% 0.00%
Outcome (Hasil) Item 12
9 23 0 0 0 137 Cukup 28.13% 71.88% 0.00% 0.00% 0.00%
Item 13
8 24 0 0 0 136 Cukup 25.00% 75.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Item 14
12 20 0 0 0 140 Baik 37.50% 62.50% 0.00% 0.00% 0.00%
Item 15
10 22 0 0 0 138 Cukup 31.25% 68.75% 0.00% 0.00% 0.00%
Sumber: Olahan 2013
Hasil analisis jawaban responden pada tabel diatas, dari ke 15 indikator
pertanyaan yang digunakan untuk mengukur empat dimensi akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah pada dinas pengelolaan pendapatan dan aset daerah Kota
Gorontalo kategori baik dimana dari ke 15 indikator 8 memiliki kategori baik dan
sisanya 7 cukup. Berdasarkan tabel 11 tersebut maka dapat diinterpretasikan
bahwa tanggapan responden atas dimensi ekonomi yang diukur dari tiga indikator
pertanyaan dimana untuk indikator pertama pertanggungjawaban terhadap sumber
daya organisasi ada pada kategori cukup, indikator yang kedua tentang
penggunaan sumberdaya finansial ada pada kategori baik sedangkan indikator
tentang pertanggungjawaban atas ketidak patuhan yang mengakibatkan
ketidakhematan ada dalam kategori baik. Tanggapan responden atas empat
indikator pertanyaan yang digunakan untuk mengukur dimensi efisiensi dimana
indikator pertama tentang pengelolaan keuangan secara efisien ada pada kategori
baik, indikator efisiensi melindungi sumberdaya organisas ada pada kategori
cukup sendangkan indikator menghindari pengangguran sumberdaya dan
pertanggungjawban atas ketidakefisiensi ada pada kategori baik.
Tanggapan responden atas pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
efektivitas, dari ke empat indikator, untuk indikator efektivitas pelaksanaan dan
efektivitas pelaporan ada pada kategori baik sedangkan idikator tentang
pencapaian tujuan sasaran kinerja dan kesesuaian laporan keuangan dengan SAP
ada pada kategori cukup. Tanggapan responden atas pertanyaan yang digunakan
untuk mengukur dimensi outcome (hasil) untuk indikatro informasi keuangan
sesuai dengan kebutuhan pengguna, informasi laporan keuangan terbuka untuk
umum dan dampak dari pelaporan keuangan diperoleh kartegori yang cukup
sedangkan indikator hasil laporan keuangan yang disajikan lengkap ada pada
kategori baik.
Berdasarkan ke 15 indikator pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
ke 4 dimensi akuntabilitas kinerja menunjukan item pertanyaan indikator yang
memiliki kategori tertinggi adalah indikator atau item pertanyaan ke-7 yaitu
pertanggungjawaban atas ketidakefisienan dan ke-8 yaitu efektivitas pelaksanaan
yang digunakan untuk mengukur dimensi efisiensi dan efektivitas masing masing
ada pada bobot skor 143 dan 142. Sedangkan indikator atau item pertanyaan yang
memperoleh bobot skor terendah adalah item pertanyaan (indikator) ke-5 yaitu
melindungi sumberdaya organisasi dan ke-10 yaitu kesesuaian antar laporan
keuangan dengan SAP yang digunakan untuk variabel efisiensi dan efektivitas
masing-masing mempunyai bobot skor 135.
4.1.6 Pengujian Normalitas
Sebelum dilakukan pegujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi normalitas, Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel
independen dan variabel dependen berdistribusi normal. Uji normal data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji kolmogorov-smirnov. Jika tingkat
signifikasinya lebih besar dari 0,05 maka data itu terdistribusi normal. Sebaliknya
jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak
normal.
Pada umumnya uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran
data (titik) di sekitar garis diagonal pada grafik normal P-P Plot Of Regression
Standar Dized Residual. Apabila data (titik menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka data dalam model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti garis diagonal, maka data dalam model regresi tidak memenuhi
normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 12 dan gambar 2 sebagai
berikut:
Tabel 12: Hasil Pengujian Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PP No 71 tahun 2010
Akuntabilitas Kinerja
N 32 32
Normal Parametersa Mean 66.8614 29.0023
Std. Deviation 14.75648 7.76741
Most Extreme Differences Absolute .111 .166
Positive .066 .166
Negative -.111 -.120
Kolmogorov-Smirnov Z .626 .941
Asymp. Sig. (2-tailed) .829 .338
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Olahan 2013
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa penerapan PP No 71 tahun 2010
dan akuntabilitas kinerja berdistribusi normal, hal ini dikarenakan nilai signifikan
lebih besar dari 0,05. Sedangkan berdasarkan grafik dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 2: Grafik normal P-P Plot Of Regression Standar Dized Residual
4.1.7 Tehnik Analisis Data
4.1.7.1 Pengujian Hipotesis
Tahap selanjutnya dilakukan pemodelan data dengan menggunakan
analisis regresi sederhana, analisis ini dilakukan dengan menggunakan SPSS,
hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 13: Pengujian Hipotesis Dan Model Regresi Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.801 2.382 -1.596 .121
PP No 71 tahun 2010 .491 .035 .932 14.093 .000
a. Dependent Variable: Akuntabilitas Kinerja Sumber: Olahan 2013
Berdasarkan tabel di atas, maka persamaan regresi yang terbentuk pada uji
regresi ini adalah
Y = -3.801 + 0.491X
Koefisien regresi variabel X (PP No 71 tahun 2010) diperoleh sebesar 0,491X
dengan arah koefisien positif. Hal ini menunjukkan bahwa apabila tingkat
penerapan PP No 71 tahun 2010 dilakukan dengan baik maka akan dapat
meningkatkan akuntabilitas kinerja pada DPPKAD Kota Gorontalo. Tabel di atas
juga menunjukkan bahwa penerapan PP No 71 tahun 2010 terhadap akuntabilitas
kinerja memiliki pengaruh yang signifikan, hal ini terlihat dari nilai signifikan
0.000 (di bawah α = 0,05). Dengan membandingkan ttabel pada α = 0,05 yaitu
sebesar 2.042 dan thitung pada α = 0,05 yaitu sebesar 14,093 yang berarti bahwa
thitung lebih besar dari ttabel , maka dalam hal ini hipotesis yang berbunyi terdapat
pengaruh PP No 71 tahun 2010 terhadap akuntabilitas kinerja dapat diterima.
4.1.7.2 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi untuk mengukur besarnya proporsi atau pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen yaitu pengaruh PP No 72 tahun
2010 terhadap akuntabilitas kinerja pada DPPKAD Kota Gorontalo. Untuk
mengetahui besarnya koefisien determinasi (R2) pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 14 sebagai berikut:
Tabel 14: Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .932a .869 .864 2.86032
a. Predictors: (Constant), PP No 71 tahun 2010
Sumber: Olahan 2013
Berdasarkan tabel 11, diatas dapat dilihat hasil pengujian determinasi
menunjukan R sebesar 0,932 yang berarti bahwa hubungan antara PP No 71 tahun
2010 dengan akuntabilitas kinerja memiliki hubungan yang kuat yaitu 93.2%, atau
berada di atas 50%. Sedangkan nilai RSquare atau nilai koefisien determinasi
sebesar 0,869 yang berarti bahwa variabel dependen (akuntabilitas kinerja)
mampu dijelaskan oleh variabel independen (PP No 71 tahun 2010) sebesar 0.869
atau dengan kata lain besarnya pengaruh PP No 71 tahun 2010 terhadap
akuntabilitas kinerja adalah sebesar 86.9% dan sebaliknya sebesar 13.1% (100% -
57.7%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam
penelitian ini.
4.2 Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis membuktikan terdapat pengaruh antara
penerapan PP No 71 tahun 2010 terhadap akuntabilitas kinerja pada dinas
pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah (DPPKAD) kota Gorontalo. Ini
dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan nilai signifikan di bawah
α = 0,05 yaitu 0.000 dan dengan membandingkan nilai ttabel yaitu sebesar 2,042
dan thitung sebesar 14,093 yang berarti bahwa thitung lebih besar dari ttabel, maka
dapat dikatakan terdapat pengaruh penerapan PP No 71 tahun 2010 terhadap
akuntabilitas kinerja DPPKAD Kota Gorontalo. sedangkan koefisien regresi
dalam penelitian ini menunjukan arah positif yang berarti bahwa apabila dinas
pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah kota Gorontalo dalam
mengelola dan menyajikan laporan keuangannya menerapkan PP No 71 tahun
2010 maka akan meningkatkan akuntabilitas kinerjanya dalam hal ini mengelola
dan menyajikan laporan keuangan. Salah satu misi pemerintah saat ini adalah
mewujudkan pemerintahan yang bersih. Upaya konkrit dalam mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas dilingkungan pemerintah daerah mengharuskan
setiap pengelolaan keuangan daerah untuk menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerahnya. Laporan pengelolaan
keuangan daerah atau laporan keuangan pemerintah daerah adalah bentuk
pertanggungjwaban kinerja pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam undang-
undang tahun 2003 tentang keuangan negara dan undang-undang No 1 tahun 2004
tentang perbendaharaan negara, mengatakan bahwa pemerintah pusat,
kementerian, lembaga dan pemerintah daerah berkewajiban untuk menyusun
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sumber informasi finansial yang
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan
sebagai bentuk akuntanbilitas atas kinerjanya yang telah dilakukan.
Untuk menciptakan akuntabilitas kinerja atau pertanggungjawaban atas
kinerja pemerintah daerah yaitu melalui penerapan PP No 71 tahun 2010 tentang
standar akuntansi pemerintah berbasis akrual yang menggantikan standar
akuntansi pemerintah yang sementara yaitu PP 24 tahun 2005 tentang standar
akuntansi pemerintah berbasis kas menuju akrual. PP No 71 tahun 2010 adalah
suatu paket peraturan perundang-undangan sebagai pedoman bagi pemerintah
pusat maupun daerah sebagai acuan untuk menyusun dan menyaikan laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaporan kinerja pemerintah itu
sendiri. Penerapan PP No 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah
berbasis akrual merupakan pengganti PP nomor 24 tahun 2005 yaitu standar
akuntansi pemerintah berbasis kas menuju akrual. PP No 71 tahun 2010
merupakan penerapan akuntansi berbasis pemerintah berbasis akrual murni
meskipun didalam peraturan tersebut juga masih ada penjelasan tentang standar
akuntansi kas menuju akrual.
Penerapan PP No 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah
berbasis akrual ini merupakan jawaban atas penyajian informasi
pertanggungjawaban keuangan daerah melalui laporan keuangan yang informatif
sehubungan dengan kinerja pemerintah daerah dalam suatu periode. Atau dengan
kata lain penerapan PP No 71 tahun 2010 ini merupakan salah satu alat untuk
menciptakan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah tersebut. Dengan
menerapkan PP No 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah berbasis
akrual ini dianggap lebih baik dari penerpan PP no 24 tahun 2005. Penerapan PP
No 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah berbasis akrual diyakini
dapat menghasilkan informasi laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih
akurat, dan relevan untuk pengamblian keputusan ekonomi, sosial dan politik,
sehingga dengan menerapkan PP 71 tahun 2010 ini akan tercipta akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah daerah.
Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nurul (2012)
yang menjelaskan bahwa dengan diterbitkannya peraturan pemerintah No. 71
tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah merupakan salah satu kerangka
konseptual yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan
pemerintah pusat dan daerah. Tujuannya adalah sebagai acuan bagi penyusun
standar akuntansi pemerintahan pusat dan daerah dalam melaksanakan tugasnya,
penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar, pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah
laporan keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, dan para
pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
Nurul (2012) mengungkapkan tujuan umum pelaporan keuangan
berdasarkan PP No 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi keuangan basis
akrual mempunyai peran akuntabilitas dan peran informatif, sehingga infromaso
laporan keuangan dengan basis akrual dapat memberikan informasi yang akurat
kepada pengguna dengan laporan keuangan berbasis akrual pengguna dapat
melakukan penilaian atas kinerja keuangan pemerintah, posisi keuangan, aliran
arus kas suatu entitas, kepatuhan entitas terhadap undang-undang, regulasi, hukum
dam bagian kontrak. Laporan akuntansi berbasis akrual dapat membantu
pengguna internal dalam pengambilan keputusan. Penabulu (2010) menyatakan
Laporan keuangan yang berkualitas dalam artian laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi pemerintah dapat memberikan informasi yang lengkap dan
andal dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan
keuangan,
Penelitian ini juga membuktikan penelitian dari Sihombing (2012) yang
membuktikan bahwa penerapan SAP PP No 71 tahun 2010 terbukti mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap kinerja pemerintah Kabupaten kota
Wilaya Priyangan Jawa Barat. Hasil ini juga sejaan dengan penelitian Permana
(2010) hasil penelitian membuktikan standar akuntansi pemerintahan dan kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah secara bersama-sama memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap akuntabilitas pada dinas kota Bandung. Penelitian
Azlim (2012) Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel penerapan good
governance dan Standar Akuntansi Pemerintahan secara simultan berpengaruh
terhadap kualitas informasi keuangan SKPD di Kota Banda Aceh. Hasil
penelitian secara parsial menunjukkan bahwa penerapan good governance dan
Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh terhadap kualitas informasi
keuangan SKPD di Kota Banda Aceh.
Tingkat penerapan PP No 71 tahun 2010 pada dinas pendapatan
pengelolaan keuangan dan aset daerah Kota Gorontalo Berdasarkan hasil jawaban
responden, dari 26 indikator yang digunakan untuk mengukur ke 12 dimensi pada
variabel penerapan PP No. 71 tahun 2010 terlihat bahwa ada 22 indikator dalam
kategori cukup dan sisanya empat indikator dalam kategori baik, maka
berdasarkan hasil tersebut penerapan PP No. 71 tahun 2010 pada dinas
pengelolaan pendapatan keuangan dan aset daerah kota Gorontalo ada dalam
kategori cukup yang artinya penerapan PP No 71 tahun 2010 pada dinas
pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah Kota Gorontalo masih cukup
atau belum sepenuhnya dilaksanakan. dari ke 26 indikator yang digunakan untuk
mengukur ke 12 dimensi penerapan PP No 71 tahun 2010 menunjukan item
pertanyaan indikator yang memiliki kategori tertinggi adalah indikator atau item
pertanyaan ke-10 dan ke- 11 yang digunakan untuk mengukur dimensi PSAP 04
tentang catatan atas laporan keuangan masing masing ada pada skor 140 dan 141.
Sedangkan indikator atau item pertanyaan yang memperoleh bobot skor terendah
adalah item pertanyaan (indikator) No 1 yang digunakan untuk mengukur PSAP
No. 1 tentang penyajian laporan keuangan basis akrual dengan bobot skor 108.
Pelaksanaan akuntabilitas kinerja pada dinas pendapatan pengelolaan
keuangan dan aset daerah Kota Gorontalo berdasarkan hasil analisis jawaban
responden dari ke 15 indikator pertanyaan yang digunakan untuk mengukur empat
dimensi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada DPPKAD Kota Gorontalo
diperoleh kategori baik dimana dari ke 15 indikator 8 memiliki kategori baik dan
sisanya 7 ada pada kategori cukup. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan
akuntabilitas kinerja pada DPPKAD Kota Gorontalo telah dilaksanakan dengan
baik. dari ke 15 indikator pertanyaan menunjukan item pertanyaan indikator yang
memiliki kategori tertinggi adalah indikator atau item pertanyaan ke-7 yaitu
pertanggungjawaban atas ketidakefisienan dan ke-8 yaitu efektivitas pelaksanaan
yang digunakan untuk mengukur dimensi efisiensi dan efektivitas masing masing
ada pada bobot skor 143 dan 142. Sedangkan indikator atau pertanyaan yang
memperoleh bobot skor terendah adalah item pertanyaan (indikator) ke-5 yaitu
melindungi sumberdaya organisasi dan ke-10 yaitu kesesuaian antar laporan
keuangan dengan SAP yang digunakan untuk variabel efisiensi dan efektivitas
masing-masing mempunyai bobot skor 135. Sedangkan untuk dimensi ekonomis
indikator yang memiliki bobot skor terendah adalah pertanyaan pertama tentang
pertanggungjawaban sumber daya organisasi dengan skor 138, pada dimensi
outcome item pertanyaan terendah adalah item 13 yaitu keterbukaan informasi
laporan keuangan dengan skor 136.