BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB...

25
6  BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori dalam penelitian ini meliputi dua variabel yaitu hasil belajar dan metode problem solving. 2.1.1 Hasil Belajar Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa (Depdiknas:2008). Penilaian atau assessment adalah penafsiran hasil pengukuran dan hasil belajar (Alimudin:2010) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar (Anni, 2005: 4). Perolehan aspek-aspek perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelajari pegetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperolah adalah berupa penguasaan. Hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Hamid Hasan dalam Wina Sanjaya (2008:24) mendefinisikan evaluasi adalah suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Ada dua hal yang menjadi karakteristik evaluasi. 1)evaluasi merupakan suatu proses artinya dalam suatu pelaksanaan evaluasi mestinya terdiri dari barbagai macam tindakan yang harus dilakukan. 2)evaluasi berhubungan pemberian nilai, artinya berdasarkan hasil pertimbangan sesuatu itu nantinya dapat menunjukan kualitas yang dinilai.

Transcript of BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB...

Page 1: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

6  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Kajian teori dalam penelitian ini meliputi dua variabel yaitu hasil belajar dan

metode problem solving.

2.1.1 Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam

proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya

akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar

yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek

yang dinilainya adalah hasil belajar siswa (Depdiknas:2008). Penilaian atau

assessment adalah penafsiran hasil pengukuran dan hasil belajar (Alimudin:2010)

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami aktifitas belajar (Anni, 2005: 4). Perolehan aspek-aspek perubahan

tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar

mempelajari pegetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperolah

adalah berupa penguasaan. Hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk

untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang

sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk

mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai

tujuan yang telah ditetapkan.

Hamid Hasan dalam Wina Sanjaya (2008:24) mendefinisikan evaluasi

adalah suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu

yang dipertimbangkan. Ada dua hal yang menjadi karakteristik evaluasi.

1)evaluasi merupakan suatu proses artinya dalam suatu pelaksanaan evaluasi

mestinya terdiri dari barbagai macam tindakan yang harus dilakukan. 2)evaluasi

berhubungan pemberian nilai, artinya berdasarkan hasil pertimbangan sesuatu itu

nantinya dapat menunjukan kualitas yang dinilai.

Page 2: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

7  

  

Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkan hasil belajar

menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajaranya. Pendapat lainnya dari Nasrun (dalam tim

dosen, 1980:25) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir

pengembalian keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa

selama mengikuti proses pembelajaran.

Dari tiga pendapat mengenai hasil belajar dapat dikatakan hasil belajar adalah

Bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh, yang terdiri dari unsur

kognitif, afektif dan psikomotorik secara terpadu terhadap diri siswa setelah

mengalami aktifitas belajar.

2.1.2 Kasifikasi Hasil Belajar

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis

besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotoris.

1. Ranah Kognitif

a. Tipe Hasil Belajar Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam

taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab

dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan

hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam

undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota dll. Dilihat dari segi proses

belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat

dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep

lainnya. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang

paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar

berikutnya. Hafalan menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi

semua bidang ilmu, baik matematika, pengetahuan alam, ilmu sosial, maupun

bahasa.

Page 3: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

8  

  

b. Tipe Hasil Belajar Pemahaman

Tipe hasil balajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman.

Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari

pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu

ditanyakan sebab, untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau

mengenal. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori.Tingkat terendah

adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang

sebenarnya, pemahaman mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan merah

putih. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan

bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan

beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan

yang bukan pokok. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah

pemahaman ekstrapolasi. Meskipun pemahaman dapat dipilahkan menjadi tiga

tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas antara ketiganya

tidaklah mudah. Penyusun tes dapat membedakan soal yang susunannya termasuk

subkategori tersebut, tetapi tidak perlu berlarut-larut mempersalahkan ketiga

perbedaan itu. Sejauh dengan mudah dapat dibedakan antara pemahaman

terjemahan, pemanfsiran, dan ekstrapolasi, bedakanlah untuk kepentingan

penyususunan soal tes hasil belajar.

c. Tipe Hasil Belajar Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus.

Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, rumus, hukum, prinsip, generalisasi

dan pedoman atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru

disebut aplikasi. Aplikasi yang berulangkali dilakukan pada situasi lama akan

beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap

dilihat sebagai situasi baru bila terjadi proses pemecahan masalah. Situasi bersifat

lokal dan mungkin pula subjektif sehingga tidak mustahil bahwa sesuatu itu baru

bagi banyak orang, tetapi sesuatu yang sudah dikenal bagi beberapa orang

tertentu.

Page 4: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

9  

  

d. Tipe Hasil Belajar Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Analisis merupakan

suatu kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe

hasil belajar sebelumnya. Dengan kemampuan analisis diharapkan siswa

mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang sesuatu dan dapat memilah

atau memecahnya menjadi bagian-bagian yang terpadu baik dalam hal prosesnya,

cara bekerjanya, maupun dalam hal sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah

dikuasai siswa maka siswa akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru

secara kreatif.

e. Tipe Hasil Belajar Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh

disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman,

berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir

konvergen yang satu tingkat lebih rendah daipada berpikir devergen. Dalam

berpikir konvergen, pemecahan masalah atau jawabannya akan mudah diketahui

berdasarkan yang sudah dikenalnya. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen.

Dalam berpikir divergen pemecahan masalah atau jawabannya belum dapat

dipastikan. Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan

mengumpulkannya kedalam satu kelompok besar. Kalau analisis memecah

integritas menjadi bagian-bagian, sebaliknya sintesis adalah menyatukan unsur-

unsur menjadi suatu integritas yang mempunyai arti. Berpikir sintesis merupakan

sarana untuk dapat mengembangkan berpikir kreatif. Seseorang yang kreatif

sering menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreatifitas juga beroperasi dengan

cara berpikir divergen. Dengan kemampuan sintesis, siswa dimungkinkan untuk

menemukan hubungan kausal, urutan tertentu, astraksi dari suatu fenomena dll.

f. Tipe Hasil Belajar Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin

dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi, dll. Oleh

karena itu maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau stándar tertentu.

Page 5: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

10  

  

Dalam tes esai, stándar atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk frase ”menurut

pendapat saudara” atau “menurut teori tertentu”. Frase yang pertama sukar diuji

mutunya, setidak-tidaknya sukar diperbandingkan sebab variasi kriterianya sangat

luas. Frase yang kedua lebih jelas standarnya. Untuk mengetahui tingkat

kemampuan siswa dalam evaluasi, maka soal-soal yang dibuat harus menyebutkan

kriterianya secara eksplisit.. Kemampuan evaluasi memerlukan kemampuan

dalam pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis. Artinya tipe hasil belajar

evaluasi mensaratkan dikuasainya tipe hasil belajar sebelumnya.

1. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli

mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila

seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil

belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Dalam menilai hasil belajar

siswa para guru lebih banyak mengukur siswa dalam penguasaan aspek kognitif.

Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti

perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan

teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Sekalipun bahan

pengajaran berisi ranah kognitif, ranah efektif harus menjadi bagian integral dari

bahan tsb dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai

oleh siswa. Hasil belajar ranah efektif terdiri atas lima kategori sebagai berikut:

a. Reciving/attending, yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi)

dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.

Dalam tipe ini termasuk kesadaran, untuk menerima stimulus, keinginan untuk

melakukan kontrol dan seleksi terhadap rangsangan dari luar.

b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap

stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketetapan reaksi, kedalaman

perasaan, kepuasan merespon, tanggung jawab dalam memberikan respon

terhadap stimulus dari luar yang datang pada dirinya.

c. Valuing berkenaan dengan nilai atau kepercayaan terhadap gejala atau stimulus

yang diterimanya. Dalam hal ini termasuk kesediaan menerima nilai, latar

Page 6: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

11  

  

belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai

tersebut.

d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi,

termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai

yang telah dimilikinya.

e. Internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki

seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

2. Ranah Psikomotor

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:

a. Gerak refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), artinya

gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus

tanpa sadar. Misalnya melompat, menunduk, berjalan, menggerakkan leher dan

kepala, menggenggam, memegang.

b. Keterampilan pada gerakan dasar, Artinya gerakan ini muncul tanpa

latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak

Contoh kegiatan belajar:

1. Contoh gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk, merentang,

mendorong, menarik, memeluk, berputar

2. Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur,

berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.

3. Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting,

menggambar dengan krayon, memegang dan melepas objek, blok atau

mainan.

4. Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar

c. Gerakan persepsi Artinya Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu

kemampuan perceptual. Contoh kegiatan belajar :

1. Melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga

keseimbangan.

Page 7: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

12  

  

2. Memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya

bervariasi.

3. Menulis alphabet.

4. Membedakan berbagai tekstur dengan meraba.

d. Gerakan kemampuan fisik artinya gerak lebih efisien, berkembang melalui

kematangan dan belajar.Contoh kegiatan belajar :

1. Menggerakkan otot dengan waktu tertentu.

2. Mengangkat beban.

3. Melakukan senam

e. Gerak-gerak skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks. Dapat menngontrol berbagai tingkat gerak,

terampil, tangkas, cekatan melalui gerakan yang rumit dan kompleks.

Contoh kegiatan belajar :

1. Mengetik

2. Membuat kerajinan tangan

3. Melakukan gerakan terampil

f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti

gerakan estetik dan kreatif. Mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan, gerak

estetik adalah gerakan terampil yang efisien dan indah. Gerak kreatif adalah

gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran.

Contoh kegiatan belajar :

1. Bermain drama (acting)

2. Kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis)

Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri,

tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan.

Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah

berubah pula sikap dan perilakunya.

Page 8: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

13  

  

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk mencapai hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka

perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain:

1) Faktor intern

Fakor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri.adapun

yang dapat di golongkan ke dalam faktor intren yaitu

kecerdasan/intelegensi,bakat,minat dan motivasi.”Slameto (1995:56) mengatakan

bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang

mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Bakat adalah kemampuan tertentu

yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini

sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa

“bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti

kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu. Minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan.

Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan

rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang

menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa

senang berkecimpung dalam bidang itu. Nasution (1995:73) mengatakan motivasi

adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.”

Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah

menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”

2) Faktor ekstren

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar

yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman –pengalaman

,keadaan keluarga,lingkungan sekitarnya dan sebagainya.pengaruh lingkungan ini

pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.

Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan

lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-

tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam

keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak

dan pandangan hidup keagamaan.” Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan

Page 9: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

14  

  

“guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan

memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus

dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode

yang tepat dalam mengajar.

Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: lingkungan masyarakat dapat

menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya.

Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka

anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di

sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada

menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.

Dapat disimpulkan hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar meliputi:

a. Intelagensi dan penguasaan awal

b. Motivasi atas nilai-nilai

c. Evaluasi kognitif

d. Harapan untuk berhasil

e. Kegiatan pembelajaran

f. Pengelolan motivasi

g. Ulangan

2.1.1.3. PENILAIAN

Dalam setiap pembelajaran perlu dilakukan evaluasi karena untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan. Evaluasi adalah

proses pemberian makna atau penetapan kualitan hasil pengukuran tersebut

dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil

pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat

pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa

proses/kemampuan minimal yang dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat

pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan

yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan

sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan

Page 10: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

15  

  

atau Penilaian Acua Kriteria ( PAP/PAK ),sedang kriteria yang ditentukan dan

didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut denag penilaian

Acuan Norma / Penelitian Acuan Relatif ( PAN/PAR ).

Instrumen yang digunakan untuk melakukan asesmen atau evaluasi terhadap

proses dan hasil belajar, secara umum ada dua macam yaitu tes dan non tes. Tes

yang bisa digunakan di Sekolah dasar yaitu : a). tes membaca, b) tes bakat

akademik kelompok, c) tes keterampilan dasar, d) tes intelegensi individu, e) tes

hasil belajar mata pelajaran, tes unjuk kerja dsb. Sedangkan teknik non tes dapat

dilakukan dengan mengamati atau observasi, wawancara, menyebar angket dll.

Teknik asesmen, pendekatan dan metode pembelajaran dan hasil belajar pada

semua ranah memang hal yang tak terpisahkan satu dengan yang lain karena smua

didesain untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.

Berdasarkan pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk

mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penerapan

berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh

informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi

(rangkaian kemampuan) siswa. Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen

pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik tes

dan non tes, antara lain:

1. Tes

Secara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-

tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu

aspek tertentu dari peserta tes dan dalam kaitan dengan pembelajaran aspek

tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes merupakan salah satu upaya

pengukuran terencana yang digunakan oleh guru untuk mencoba menciptakan

kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan

dengan tujuan yang telah ditentukan (Calongesi, 1995). Tes terdiri atas sejumlah

soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal dalam tes menghadapkan siswa pada

suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi siswa untuk menanggapi tugas atau

soal tersebut. Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau

Page 11: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

16  

  

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan

menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Jadi kesimpulan dari

pengertian tes adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan

siswa dan menggunakan langkah – langkah dan kriteria - kriteria yang sudah

ditentukan. Berikut ini adalah teknik tes :

a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

1. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal

maupun jawabannya.

2. Tes Lesan

Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya

dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu

penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak

menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang

lain.

3. Tes Unjuk Kerja

Pada Tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator

pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

1. Tes Esai (Essay-type Test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan

gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara

mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

2. Tes Jawaban Pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta

menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esai, tetapi memberikan

jawaban-jawaban pendek dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-

kata lepas maupun angka-angka.

Page 12: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

17  

  

3. Tes objektif

Tes objektif adalah adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan

untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut

dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif

dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek

kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes, yaitu:

1. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat

dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen

yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar

siswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa

menggunakan instrumen.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang

diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek

kepribadian siswa.

a. Task Analysis (Analisis Tugas)

Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan

menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar

komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

b. Komposisi dan Presentasi

Siswa menulis dan menyajikan karyanya.

c. Proyek Individu dan Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk

individu maupun kelompok

Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara

pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap. Alat yang

dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan

Page 13: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

18  

  

dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas instrumen butir-butir soal apabila

cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran

dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan

instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala

sikap dapat menggunakan instrumepn butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai

alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun

kompetensi yang dimiliki siswa haruslah valid, maksudnya adalah instrumen

tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya skor

siswa yang diperoleh dari skor tes, menyimak, diskusi,kerja lapangan dan

presentasi.

2.1.3. Matematika

2.1.3.1 Pengertian Matematika

Kata matematika sudah tidak asing lagi bagi kita, matematika merupakan ratu dari

ilmu pengetahuan dimana materi matematika di perlukan di semua jurusan yang

di pelajarai oleh semua orang, Istilah mathematics (Inggris), mathematik

(Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia),

atau mathematick (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica, yang

mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to

learning”. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata

lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir).

Jadi berdasarkan etimologis (Elea Tinggih dalam Erman Suherman, 2003:16),

perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”.

James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan

konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang

banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah

pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu

adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas,

Page 14: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

19  

  

dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol

mengenai ide dari pada mengenai bunyi. Sementara Reys, dkk. (1984)

mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu

jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Berdasarkan

pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa ciri yang sangat penting dalam

matematika adalah disiplin berpikir yang didasarkan pada berpikir logis,

konsisten, inovatif dan kreatif.

2.1.3.2. Fungsi dan tujuan matematika.

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,

mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang

dan statistik, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga berfungsi

mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model

matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika,

diagram, grafik atau tabel.

Tujuan Mata Pelajaran Matematika agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara lues, akurat, efisien, dan

tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisai, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhtian dan minat dalam mempelajari

Page 15: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

20  

  

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.3.3. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika

Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi

matematika yang dibukukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil

belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen

kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator dan materi pokok untuk

setiap aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada materi

didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau

kecakapan yang hendak dicapai. Aspek atau ruang lingkup materi pada standar

kompetensi matematika adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar,

trigonometri, peluang dan statistik, dan kalkulus.

2.1.3.4. Standar Kompetensi Matematika

Kurikulum berbasis kompetensi ini merupakan standar kompetensi mata

pelajaran matematika yang harus diketahui, dilakukan dan dimahirkan oleh setiap

siswa pada setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam empat komponen

utama, yaitu:

1. Standar kompetensi, yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh peserta didik

setelah melakukan proses belajar mengajar untuk suatu materi pokok

sesuai dengan tingkat pendidikan yang telah ditentukan secara nasional,

2. Kompetensi dasar, yaitu kompetensi minimal yang harus dipahami oleh

peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar,

3. Indikator, yaitu alat untuk mengukur panguasaan peserta didik terhadap

suatu kompetensi dasar, dan

4. Materi pokok, yaitu materi pelajaran yang disajikan kepada peserta didik

berupa penjabaran sub pokok bahasan dari awal semester sampai akhir

semester secara terstruktur.

Page 16: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

21  

  

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Matematika

Untuk SD kelas V semester 2

Kelas semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

V 2 5. Menggunakan pecahan

dalam pemecahan masalah

6. Memahami sifat-sifat

bangun dan hubungan antar

bangun

5.1.Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya

5.2.Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan

5.3.Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan

5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

6.1.Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar

6.2.Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

6.3.Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

6.4.Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri

6.5.Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana  

Page 17: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

22  

  

1.1.4. Metode problem solving (metode pemecahan masalah)

Istilah Problem Solving ada pada berbagai profesi dan disiplin ilmu, dan

memiliki pengertian yang berbeda - beda. Berikut ini pengertian Problem Solving

menurut beberapa ahli :

1. Lester (1980) : Problem Solving adalah sistuasi dimana seseorang individu

atau kelompok diharuskan melakukan suatu tugas dan tidak ada suatu

algoritma yang bisa dengan mudah diakses untuk menentukan

penyelesaiannya.

2. Buchanan (1987) : Problem Solving adalah Problem matematika sebagai soal

non rutin yang membutuhkan lebih dari prosedur atau algoritma yang mudah

diperoleh dalam proses penyelesaiannya.

3. McLeod (1988) : Mendefinisikan Problem Solving sebagai sebagai suatu tugas

dimana penyelesaian atau tujuan tidak bisa segera dicapai dan tidak ada suatu

algoritma yang jelas untuk digunakan siswa.

4. Lesh (1981): Problem Solving adalah lebih dari sekedar memperoleh jawaban.

Ini merupakan sebuah alat pemikiran dan filosofis.

5. Problem Solving merupakan sebuah metode penyelidikan dan aplikasi untuk

memberikan konteks yang konsisten dalam penerapan dan pembelajaran dan

penerapan matematika.sehingga situasi masalah perlu diketahuidan

memperkuat motivasi untuk pengembangan konsep - konsep.

Problem Solving dapat diartikan sebagai proses berpikir yang dilakukan

secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui

tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah

didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

2.1.4.1 Ciri utama dari Problem Solving.

1. Problem Solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya

dalam implementasi Problem Solving ada sejumlah kegiatan yang harus

dilakukan siswa. Problem Solving tidak mengharapkan siswa hanya

sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran,

Page 18: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

23  

  

akan tetapi melalui Problem Solving siswa aktif berpikir, berkomunikasi,

mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.

2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem

Solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses

pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses

pembelajaran.

3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan penedekatan berpikir

secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses

berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara secara

sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan

melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses

penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

2.1.4.2. Langkah-langkah metode problem solving

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya se-

kedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam

problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan

mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan

6 langkah metode problem solving ( http://muhfid.com/tahapan-tahapan problem

solving/ ) yaitu :

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah yang akan

dipecahkan.

2. Mengalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari

berbagai sudut pandang.

3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai

kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan

kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

Page 19: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

24  

  

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil

pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

David Johnson dan Jhonson mengemukakan ada 5 langkah metode pemecahan

masalah ( problem solving ) melalui kegiatan kelompok.

(http://muhfid.com/tahapan-tahapan problem solving/)

1. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu

yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang

akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan

siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.

2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah,

serta menganalisis berbagai faktor, baik faktor yang bisa menghambat

maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan

ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa

dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai

dengan jenis penghambat yang diperkirakan.

3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguju setiap tindakan yang telah

dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa di dorong

untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang

kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.

4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan

tentang strategi man yang dapat dilakukan.

5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi terhadap seluruh

kegiatan pelaksanaan kegiatan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi

terhadap akibat dari penerapan strategi yang di terapkan.

Maka dapat disimpulkan langkah-langkah metode problem solving adalah

sebagai berikut :

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan, masalah ini dapat tumbuh dari

siswa sesuai dengan taraf kemampuannya ataupun dari guru.

Page 20: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

25  

  

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, bertanya,

berdiskusi dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini

tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di

atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa

harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa

jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban

sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban

ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas,

diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir

tentang jawaban dari masalah tadi.

2.2. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Nuparin dan Ratna Yulinda,

penelitian ini dilakukan di SDN Sungai Tabuk Keramat II Kec. Sunagi Tabuk

pada sub konsep “ Cara penghematan air “ pada siswa kelas V SDN sungai Tabuk

Keramat II Kec. Sungai Tabuk melalui interaksi pendekatan pembelajaran

berdasarkan masalah pendekatan problem solving. Penelitian yang dilakukan

sejak februari – juli 2007 dirancang 2 siklus. Subyek Penelitian adalah siswa kelas

V semester 2 SDN Sungai Tabuk Keramat yang berjumlah 29 orang. Hasil

penelitian menunjukkan pembelajaran sub konsep “ Cara penghematan air “ dapat

di efektifkan. Peningkatan prosentase ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus 1

ke siklus 2 yaitu dari 64,28 dengan kategori sedang menjadi 88 tergolong kategori

baik.

Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat meningktkan hasil belajar siswa pada

pokok bahasan cara penghematan air, kekurangan dari penelitian ini tidak

menuliskan berapa persen kenaikan ketuntasan belajarnya.

Selain penelitian di atas penelitian serupa juga pernah dilakukan di

Kabupaten sumedang, penelitian dengan sampel berjumlah 48 orang siswa kelas

Page 21: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

26  

  

V dan VI di SD Babakan Hurip Kab. Sumedang tahun 2003/2004. Penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh temuan baru mengenai penggunaan gaya mengajar

yang efektif dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar, selanjutnya

membantu memberikan kejelasan kepada guru penjas berkenaan dengan pengaruh

yang terjadi melalui pendekatan mengajar problem solving dan guided discovery

yang di terapkan dengan permainan kecil dalam proses peningkatan kemampuan

motorik siswa kelas V dan VI.

Kelebihan dari penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa, sedangkan

kekurangan dari penelitian ini tidak menuliskan berapa kenaikan ketuntasan

belajar siswa.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan di SMP N 15 Semarang oleh Heni

Susilowati (2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang

terdiri dari tujuh kelas SMP N 15 Semarang dengan rataan 44 siswa. Sampel

dilakukan dengan Cluster random sampling untuk mengambil satu kelas yaitu VII

G. Variabel bebas adalah keterampilan berproses dan variabel terikat hasil belajar

dengan model pembelajaran problem solving. Cara pengambilan data dengan

lembar pengamatan dan tes. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan analisis

regresi dan analisis uji t satu sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai

R2

sebesar 67,8% artinya keterampilan berproses mempengaruhi hasil belajar

sebesar 67,8% sedangkan masih ada pengaruh variabel lain sebesar 32,2%.

Pencapaian ketuntasan hasil belajar 70,16 dan untuk keterampilan berproses

71,15. Simpulan, (1) Adanya pengaruh yang positif antara keterampilan

berproses dengan model pembelajaran Problem Solving terhadap hasil belajar. (2)

Pembelajaran dengan model Problem Solving telah mencapai ketuntasan belajar.

Saran, pembelajaran di kelas sebaiknya lebih memberi kesempatan siswa untuk

aktif, di mana guru berfungsi sebagai fasilitator. Inovasi terhadap pendekatan

pembelajaran dapat dilakukan dengan mengevaluasi diri kondisi setempat

sehingga guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat. Salah satunya

dengan menerapkan model pembelajaran problem solving.

Page 22: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

27  

  

2.3. Kerangka Berpikir

Pemikiran yang kreatif menuntut kelancaran ( fluency ), keluwesan (

flexibility ), kemandirian dalam berpikir ( originality ). Jika dalam diri siswa telah

terdapat karakteristik tersebut, maka mereka telah dapat di katakan sebagai siswa

yang kreatif dan pembelajaran dinyatakan berhasil. Penggunaan potensi kreatif

yang dimiliki seseorang dalam bentuk pemikiran dan pemecahan masalah secara

kreatif dapat ditingkatkan melalui suatu upaya latihan yang sistematis.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Davis dan scott ( 1971 ) ; torrance ( 1972

) dalam Semiawan, A.S Munandar dan S.C.U Munandar, ( 1984 : 37 ) bahwa “

kelancaran, kelenturan, keaslian ( originality ), kecakapan merinci, kecakapan

memecahkan masalah majemuk, dan sikap yang berhubungan dengan kreatifitas

siswa dapatlah ditingkatkan, kemampuan berpikir kreatif itu sendiri dapat

ditingkatkan dengan penerapan metode pembelajaran yang bervariasi dalam

proses belajar mengajar hal tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Rose

dan Lin ( 1984 ) dalam Alexander ( 2007 : 19 ) “ creative thinking skills are

specific thinking strategies that can be developed through various teaching

methods ”

Berpikir kreatif tidak hanya dapat ditingkatkan dengan menggunakan

metode pembelajaran tertentu, namun semua metode pembelajaran yang dapat

mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar diasumsikan dapat mendorong

peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa, dalam penelitian ini dipilih

metode pembelajaran yang diasumsikan dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan berfikir kreatif siswa, yaitu CDS (Creative Problem Solving)

Metode problem solving dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan :

Pertama, metode tersebut dianggap mampu mengaktifkan siswa, sehingga

siswa lebih banyak terlibat dalam pembelajaran daripada guru. Sebagaimana yang

kita ketahui bahwa belajar aktif merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh

peserta didik untuk mendapatkan hasil yang maksimum dalam pembelajaran.

Ketika peserta didik pasif, atau dengan kata lain hanya menerima begitu saja apa

Page 23: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

28  

  

yang diberikan oleh pendidik maka ada kecenderungan bagi mereka untuk epat

melupakan apa yang telah diberikan.

Kedua, metode-metode tersebut tidak hanya terbatas pada tingkat

pengenalan, pemahaman dan penerapan sebuah informasi, melainkan juga melatih

siswa untuk mensintesis atau mengkonstruk sebuah generalisasi baru berdasarkan

informasi yang ada sebelumnya, melatih siswa untuk dapat mengambil sebuah

keputusan berdasarkan informasi yang diperolehnya, memecahkan masalah yang

terjadi dan membentuk sebuah iklim belajar yang memungkinkan siswa

membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan pengetahuan awal yang mereka

miliki serta hal tersebut dapat mengasah potensi kreatif yang dimilikinya.

Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.1

Page 24: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

29  

  

Gambar 2.1 Skema Kerangka berpikir Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Tentang Menggunakan Pcahan dalan Pemecahan Masalah

PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

GURU MENYAMPAIKAN DENGAN CERAMAH

SISWA PASIF MENDENGARKAN 

PROSES BERPIKIR ABSTRAK KE KONKRET

HASIL BELAJAR < KKM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V POKOK BAHASAN

MENGGUNAKAN PECAHAN DALAM PEMECAHAN MASALAH DENGAN

METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

FASILITATOR/ PENDAMPING

ADA MASALAH UNTUK DIPECAHKAN (Mengubah bentuk pecahan)

MENCARI DATA ATAU KETERANGAN (Dari buku dan diskusi kelompok)

MENETAPKAN JAWABAN SEMENTARA (Dari hasil diskusi kelompok)

MENGUJI KEBENARAN JAWABAN (Menguji bersama-sama)

MENARIK KESIMPULAN (Menentukan cara penyelesaian masalah dari permasalahan

tentang mengubah bentuk pecahan)

PENILAIAN PROSES

PENILAIAN HASIL

HASIL BELAJAR ≥ KKM

TES TERTULIS

Page 25: BAB II fix - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2218/3/T1_292010612_BAB II.pdf · Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak ... berjalan,

30  

  

2.4. Hipotesis Tindakan

Setelah mengetahui dari kajian pustaka maka peneliti mengambil

hipotesis tindakan sebagai berikut:

Upaya pembelajaran dengan metode problem solving diduga dapat

meningkatkan hasil belajar matematika tentang menggunakan pecahan dalam

pemecahan masalah pada siswa kelas V SD N 01 Trimulyo Kecamatan

Wadaslintang Kabupaten Wonosobo semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.