BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo...

65
8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Taekwondo Taekwondo adalah olahraga bela diri modern yang berakar pada beladiri tradisional Korea. Taekwondo mempunyai banyak kelebihan, tidak hanya mengajarkan aspek fisik semata seperti keahlian dalam bertarung, melainkan juga sangat menekankan pengajaran aspek disiplin mental dan etika. Dengan demikian Taekwondo akan membentuk sikap mental dan etika yang kuat bagi orang yang secara sungguh-sungguh mempelajari Taekwondo dengan benar. Taekwondo mengandung aspek filosofi yang mendalam sehingga dengan mempelajari Taekwondo, pikiran, jiwa, dan raga kita secara menyeluruh akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Menurut Suryadi, Y (2002:1), Taekwondo terdiri dari tiga kata yaitu Tae, Kwon dan Do. Tae berarti kaki atau menghancurkan dengan kaki, Kwon yang berarti tangan atau menghantam dan mempertahankan diri dengan tangan serta Do sebagai seni atau cara untuk mendisiplinkan diri. Maka jika diartikan secara sederhana, Tae Kwon Do berarti seni atau cara mendisiplinkan diri atau seni bela diri yang menggunakan teknik kaki dan tangan kosong. Menurut Jean Claude Corbeil dan Ariane Archambault dalam Visual Dictionary, Taekwondo dapat dikelompokkan dalam combat sport atau olahraga beladiri. Sejarah perjalanan Taekwondo dari negeri asalnya, Korea, sudah dimulai sebelum 2000 tahun yang lalu, dengan berbagai nama dan aliran beladiri yang akhirnya baru dapat disatukan menjadi Taekwondo sejak tahun 1954, setelah mengalami berbagai modifikasi dan penyempurnaan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Di Korea pada masa kuno, ada beladiri yang dianggap sebagai cikal bakal beladiri Taekwondo yang disebut subak, taekkyon, takkyon. Pada masa pertengahan, saat dinasti Koryo berkuasa, abad X-XIV, perkembangan jenis beladiri ini mengalami

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Taekwondo

Taekwondo adalah olahraga bela diri modern yang berakar pada

beladiri tradisional Korea. Taekwondo mempunyai banyak kelebihan, tidak

hanya mengajarkan aspek fisik semata seperti keahlian dalam bertarung,

melainkan juga sangat menekankan pengajaran aspek disiplin mental dan

etika. Dengan demikian Taekwondo akan membentuk sikap mental dan

etika yang kuat bagi orang yang secara sungguh-sungguh mempelajari

Taekwondo dengan benar. Taekwondo mengandung aspek filosofi yang

mendalam sehingga dengan mempelajari Taekwondo, pikiran, jiwa, dan

raga kita secara menyeluruh akan ditumbuhkan dan dikembangkan.

Menurut Suryadi, Y (2002:1), Taekwondo terdiri dari tiga kata yaitu

Tae, Kwon dan Do. Tae berarti kaki atau menghancurkan dengan kaki,

Kwon yang berarti tangan atau menghantam dan mempertahankan diri

dengan tangan serta Do sebagai seni atau cara untuk mendisiplinkan diri.

Maka jika diartikan secara sederhana, Tae Kwon Do berarti seni atau cara

mendisiplinkan diri atau seni bela diri yang menggunakan teknik kaki dan

tangan kosong. Menurut Jean Claude Corbeil dan Ariane Archambault

dalam Visual Dictionary, Taekwondo dapat dikelompokkan dalam combat

sport atau olahraga beladiri.

Sejarah perjalanan Taekwondo dari negeri asalnya, Korea, sudah

dimulai sebelum 2000 tahun yang lalu, dengan berbagai nama dan aliran

beladiri yang akhirnya baru dapat disatukan menjadi Taekwondo sejak

tahun 1954, setelah mengalami berbagai modifikasi dan penyempurnaan

dalam kurun waktu yang cukup panjang. Di Korea pada masa kuno, ada

beladiri yang dianggap sebagai cikal bakal beladiri Taekwondo yang

disebut subak, taekkyon, takkyon. Pada masa pertengahan, saat dinasti

Koryo berkuasa, abad X-XIV, perkembangan jenis beladiri ini mengalami

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

9

surut karena mulai dikenal mesiu dan penggunaan senjata api. Tahun 1961

namanya berubah menjadi Taesoodo, tetapi beberapa tahun kemudian

kembali ke nama semula, dan tahun 1965 berdiri organisasi nasional dengan

nama Korea Taekwondo Association (KTA). Pada tahun 1973 berdiri The

World Taekwondo Federation (WTF) dan tahun 1998 dengan salah satu

tujuan untuk mengembangkan cabang ini lebih mendunia didirikanlah

Taekwondo Academy.

Di Indonesia, beladiri asal Korea ini mulai dikenal dan berkembang

tahun 1970an, ditandai dengan berdirinya dua organisasi yang sama-sama

mengklaim sebagai organisasi Taekwondo nasional, yaitu Persatuan

Taekwondo Indonesia (PTI) dan Federasi Taekwondo Indonesia (FTI).

Barulah pada tahun 1981 ‘perseteruan’ (dalam tanda petik) tersebut dapat

diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut

menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara

organisatoris berada di bawah WTF.

Menurut Suryadi, Y (2002:1) menerangkan bahwa tiga materi

terpenting dalam berlatih Taekwondo, yaitu Poomsae atau rangkaian jurus

adalah rangkaian teknik gerakan dasar serangan dan pertahanan diri yang

dilakukan melawan musuh yang imajiner dengan mengikuti diagram

tertentu. Setiap diagram rangkaian gerakan poomsae didasari oleh filosofi

timur yang menggambarkan semangat dan cara pandang bangsa Korea.

Kyukpa atau teknik pemecahan benda keras adalah latihan teknik dengan

memakai sasaran/obyek benda mati, untuk mengukur kemampuan dan

ketepatan tekniknya. Obyek sasaran yang biasanya dipakai antara lain

papan kayu, batu bata, genting, dan lain-lain. Teknik tersebut dilakukan

dengan tendangan, pukulan, sabetan, bahkan tusukan jari tangan. Kyoruki

atau pertarungan adalah latihan yang mengaplikasikan teknik gerakan dasar

atau poomsae, dimana dua orang yang bertarung saling mempraktekkan

teknik serangan dan teknik pertahanan diri.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

10

Mempelajari Taekwondo tidak hanya menyentuh aspek keterampilan

teknik bela dirinya saja, namun harus meliputi aspek fisik, mental, dan

spiritualnya agar terdapat keseimbangan diantaranya. Untuk itu, seseorang

yang berlatih atau mempelajari Taekwondo sudah seharusnya menunjukkan

kondisi fisik yang baik, mental yang kuat dan semangat yang tinggi.

Namun, hal itu harus mampu juga ditunjukkan dalam sikap dan tindakan

sehari-hari yang baik dan didasari jiwa yang luhur. Dengan begitu barulah

seseorang dapat dikatakan berhasil dalam berlatih Taekwondo.

a. Dasar-dasar Taekwondo

Dasar-dasar Taekwondo terbentuk dari kombinasi berbagai teknik

gerakan menyerang dan bertahan yang menggunakan bagian tubuh kita

untuk menghadapi lawan.

Gambar 1. Skema menyeluruh dasar-dasar teknik Taekwondo (Suryadi Y, 2002:10)

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

11

Teknik-teknik dasar pada Taekwondo menurut Hu-seup Song dan

Jongo Kim (1986:39-61) dalam Suyardi, Y (2002:35) antara lain :

1) Kuda-kuda (Seogi)

Kuda-kuda (Seogi) terdiri dari :

a) Apseogi adalah kuda-kuda dengan posisi berjalan. Kaki depan

menahan 70% berat badan.

b) Apkoobi adalah kuda-kuda dengan posisi kedua kaki dibuka kira-

kira selebar bahu dengan membentuk sudut 45 derajat.

c) Dwitkoobi adalah kuda-kuda dengan posisi kedua kaki dibuka

lebar, berat badan 90% berada pada kaki belakang.

d) Beom Seogi adalah kuda-kuda dengan posisi mirip dengan posisi

harimau pada saat hendak melompat. Kaki belakang lurus, ditekuk,

kaki depan agak maju, dengan posisi kaki jinjit. Keduanya

membentuk sudut 45 derajat.

e) Moa Seogi adalah kuda-kuda dengan posisi kaki rapat, posisi badan

tegak lurus.

f) Apjoochoom adalah kuda-kuda dengan posisi kedua kaki dibuka

selebar bahu ke arah depan, ditekuk.

g) Pyeonhi Seogi adalah kuda-kuda dengan posisi kedua kaki dibuka

lebar ke samping kanan kiri. Posisi ini biasanya menjadi posisi siap

melakukan gerakan teknik dasar.

h) Koa Seogi adalah kuda-kuda dengan posisi kedua kaki disilangkan,

mengangkat ujung kaki belakang (jinjit) dengan menekan kedua

lutut.

i) Haktari Seogi adalah kuda-kuda dengan posisi mengangkat salah

satu kaki dan meletakkannya disamping lutut yang lain.

j) Haktari Ogeum Seogi adalah kuda-kuda dengan posisi sama

dengan kuda-kuda Haktari Seogi, hanya saja kaki yang lain

dibiarkan menggantung.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

12

k) Joochoom Seogi adalah kuda-kuda dengan posisi membuka kedua

kaki lebar ke samping, lutut ditekuk.

2) Pukulan (Jireugi)

Pukulan (Jireugi) terdiri dari :

a) Momtong Jireugi adalah pukulan untuk arah perut.

b) Eolgool Jireugi adalah pukulan ke arah muka atau kepala.

c) Joochoom Yeop Jireugi adalah pukulan yang dilakukan dengan

posisi badan ke samping.

3) Tangkisan (Makki)

Tangkisan (Makki) terdiri dari :

a) Arae Makki adalah tangkisan untuk menangkis tendangan dari arah

depan.

b) Eolgool Makki adalah tangkisan untuk menangkis pukulan atau

tendangan ke arah muka.

c) Montong Bakat Makki adalah tangkisan untuk menangkis pukulan

dari arah dalam tubuh lalu membuangnya keluar.

d) Montong An Makki adalah tangkisan untuk menangkis pukulan atau

tendangan dari luar.

e) Geodreo Montong Makki adalah tangkisan untuk menangkis

tendangan pukulan atau tendangan dari luar.

f) Soonal Arae Makki adalah tangkisan untuk menangkis tendangan

dengan arah tangkisan ke arah kaki.

g) Sonnal Montong Makki adalah tangkisan untuk menangkis

serangan ke arah wajah.

h) Eotkeoreo Eolgool adalah tangkisan yang dilakukan dengan cara

menyilangkan kedua tangan ke depan wajah.

i) Jebipoom Mokchigi adalah tangkisan yang dilakukan untuk

menangkis serangan arah kepala dan memukul ke arah leher lawan

secara bersamaan.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

13

4) Tendangan (Chagi)

Tendangan (Chagi) terdiri dari :

a) Yeopchagi adalah tendangan menusuk ke samping.

b) Dwitchagi adalah tendangan dengan arah kaki ke belakang badan

berputar 90 derajat.

c) Dollyochagi adalah tendangan melingkar ke samping.

d) Yidan Twieo Apchagi adalah tendangan yang dilakukan dengan

cara melompat dengan mengangkat salah satu kaki.

e) Yidan Twieo Yeopchagi adalah tendangan yang dilakukan dengan

cara melompat dengan salah satu kaki ditekuk.

f) Yidan Twieo Dwitchagi adalah tendangan yang dilakukan dengan

cara memutar tubuh 360 derajat di udara, dengan salah satu kaki,

dan menendang dengan kaki yang lain.

g) Modeumbal Twieo Apchagi adalah tendangan yang dilakukan

dengan menendangkan kedua kaki sekaligus.

h) Yidan Twieo Apdollyeo Chagi adalah tendangan yang dilakukan

dengan kaki bersamaan. Pada saat di udara salah satu kaki

menendang dengan arah tendangan ke samping.

i) Apchagi adalah tendangan ke arah depan, dilakukan dengan cara

menekuk lutut di depan dada dan melepaskan tungkai bawah ke

arah perut atau kepala.

j) Apchaoligi adalah tendangan yang dilakukan dengan cara

mengangkat kaki lurus ke atas melebihi bahu.

b. Poomsae

1) Pengertian Poomsae

Menurut Suryadi,Y (2002:1) istilah poomsae berasal dari dua

kata, yaitu poom dan sae yang berarti rangkaian bentuk gerakan.

Poomsae adalah sistem metode latihan Taekwondo dalam praktek

menyerang dan bertahan menghadapi lawan imajiner/khayal. Poomsae

terdiri dari variasi berbagai bentuk kuda-kuda, tendangan, pukulan,

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

14

tangkisan dan sebagainya yang didasari oleh prinsip-prinsip filosofi

timur yang mendalam. Poomsae merupakan pelajaran pokok dalam

latihan Taekwondo yang dibagi dua yaitu poomsae yang

diperuntukkan bagi yang belum mencapai tingkatan sabuk hitam

(Taeguk 1 – 8) dan poomsae bagi tingkatan sabuk hitam (Koryo-Ilyo).

Setiap diagram rangkaian gerakan poomsae didasari oleh filosofi

timur yang menggambarkan semangat dan cara pandang bangsa

Korea. Berikut masing-masing pembagian poomsae :

a) 1 Jang : Taegeuk 1 Jang (il jang) merupakan simbol “Keon”, salah

satu dari 8 Kwaes (tanda-tanda ramalan), yang berarti “surga dan

yang”. Sebagai “Keon” melambangkan awal penciptaan semua hal

di alam semesta. Poomsae ini ditandai dengan kemudahan dalam

berlatih, sebagian besar terdiri dari jalan dan gerakan dasar, seperti

arae-Makki, momtong-Makki, momtong-jireugi, dan ap chagi.

b) 2 Jang : Taegeuk 2 Jang (ye jang) melambangkan “Tae”, salah satu

dari 8 tanda-tanda ramalan, yang menandakan ketegasan dalam dan

kelembutan luar. Sebuah pengenalan olgul-Makki merupakan

pengembangan baru dari Taegeuk Poomsae. Tendangan ap chagi

muncul lebih sering daripada di Taegeuk 1 Jang.

c) 3 Jang : Taegeuk 3 Jang (sam jang) melambangkan “Ra”, salah

satu dari 8 tanda-tanda ramalan, yang mewakili “panas dan cerah”.

Hal ini untuk mendorong peserta pelatihan agar mempunyai rasa

keadilan dan semangat untuk berlatih. Keberhasilan dalam

poomsae ini akan membuat peserta pelatihan mendapatkan promosi

ke sabuk biru. Gerakan baru sonnal-mok-Chigi, sonnal-Makki dan

dwit-Kubi. Poomsae ini ditandai dengan makki berturut-turut dan

Chigi serta jireugis lanjutan. Penekanan diletakkan pada serangan

balik terhadap lawan.

d) 4 Jang : Taegeuk 4 Jang (sah jang) melambangkan “Jin”, salah

satu dari 8 tanda-tanda ramalan, yang mewakili kekuatan guntur

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

15

makna yang besar dan bermartabat. Teknik baru yaitu teknik

sonnal-momtong-Makki, Pyon-anak-kkeut-jireugi, jebipoom-mok-

Chigi, yop-chagi, momtong-bakkat-Makki, deung-jumeok-olgul-

apchigi dan mikkeurombal.

e) 5 Jang : Taegeuk 5 Jang (o jang) melambangkan “Anak”, salah

satu dari 8 tanda-tanda ramalan, yang mewakili angin, yang berarti

baik tenaga besar dan ketenangan sesuai dengan kekuatan dan

kelemahan. Gerakan baru saya-jumeok-maeryo-Chigi, palkup-

dollyo-Chigi, yop-chagi dan yop-jireugi, palkup-Pyo-Jeok-Chigi

dan sikap seperti kkoa-seogi, wen-seogi dan oreun-seogi.

f) 6 Jang : Taegeuk 6 Jang (yok jang) melambangkan “Kam”, salah

satu dari 8 tanda-tanda ramalan, yang mewakili air, yang berarti

aliran terus-menerus dan kelembutan. Gerakan baru yaitu han-

sonnal-olgul-bakkat-Makki, dollyo-chagi, olgul-bakkat-Makki dan

batang momtong-Makki.

g) 7 Jang : Taegeuk 7 Jang (chil jang) melambangkan “Kan”, salah

satu dari 8 tanda-tanda ramalan, yang mewakili gunung, yang

berarti merenungkan dan ketegasan. Gerakan baru yaitu sonnal-

arae-makkki, batangson-kodureo-Makki, bo-jumeok-Kawi-Makki,

mureup-Chigi, momtong-Hecho-Makki, jechin-du-jumeok-

momtong-jireugi, otkoreo-arae-Makki, pyojeok -Chigi, yop-jireugi

dan sikap seperti beom-seogi dan juchum-seogi. Koneksi

kelancaran gerakan ini penting untuk pelatihan.

h) 8 Jang : Taegeuk 8 Jang (pal jang) melambangkan “Kon”, salah

satu dari 8 tanda-tanda ramalan, yang mewakili “Yin” dan bumi,

yang berarti akar dan penyelesaian dan juga awal dan akhir. Ini

adalah yang terakhir dari 8 Taegeuk poomsae, yang dapat

memungkinkan peserta pelatihan untuk menjalani tes promosi Dan

[sabuk hitam]. Gerakan baru yaitu dubal-dangsong-bakkat-palmok-

momtong-kodureo-bakkat-Makki, twio-chagi, dan palkup-dollyo-

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

16

Chigi. Penekanan harus diletakkan pada keakuratan melangkah dan

perbedaan antara melompat dengan tendangan dan dubal-dangsong

[tendangan melompat alternatif di udara].

i) Poomsae KORYO : Koryo Poomsae melambangkan “seonbae”

yang berarti orang terpelajar, yang ditandai dengan tenaga beladiri

yang kuat. Tenaga ini telah diwariskan selama berabad-abad dari

Koryo, Palhae dan turun ke Koryo, yang merupakan latar belakang

penyelenggaraan Poomsae Koryo. Teknik-teknik baru yang muncul

di Poomsae ini yaitu kodeum-chagi, opeun-sonnal-bakkat-Chigi,

sonnal-arae-Makki, khaljaebi-mureup-nullo-kkokki, momtong-

Hecho-Makki, jumeok-pyojeok-jireugi, pyonson-kkeut- jecho-

jireugi, batang-anak-nullo-Makki, palkup-yop-chagi, saya-jumeok-

arae-pyojeok-Chigi dan lain-lain, yang hanya sabuk hitam yang

bisa berlatih.

j) Poomsae KEUMGANG : Keumgang [arti berlian] memiliki arti

“kekerasan” dan “merenungkan”, Gunung Keumgang di

semenanjung Korea, yang dianggap sebagai pusat dari semangat

nasional, dan “Keumgang Yeoksa” [Keumgang prajurit] seperti

yang disebutkan oleh Buddha, yang mewakili prajurit terkuat,

adalah latar belakang denominating Poomsae ini. Teknik-teknik

baru diperkenalkan di Poomsae ini yaitu batangson-teok-Chigi,

han-anak-nal-momtong-an-Makki, Keumgang-Makki, santeoul-

Makki, kheun dol-tzogi [engsel besar], dan hak-Dari-seogi. Garis

Poomsae adalah simbol dari huruf Cina. Gerakan ini harus kuat dan

seimbang sehingga pantas dengan martabat sabuk hitam.

k) Poomsae TAEBAEK : Taebaek adalah nama sebuah gunung

dengan arti “gunung terang”, di mana Tangun, pendiri bangsa

orang Korea, memerintah negara itu, dan gunung yang cerah

melambangkan kesucian jiwa dan pikiran Tangun dari “Hongik

InGaN” kemanusiaan [ yang ideal]. Ada banyak situs yang dikenal

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

17

sebagai Taebaek, tapi Mt. Paektu, yang telah biasanya dikenal

sebagai tempat lahir orang Korea, adalah latar belakang penamaan

Poomsae Taebaek. Teknik-teknik baru diperkenalkan di Poomsae

ini yaitu sonnal-arae-Hecho-Makki, sonnal-opeo-japki [grabbing],

japhin-anak-mok-ppaegi [menarik keluar pergelangan tangan

tertangkap], Kumkang-momtong-Makki, deung-jumeok-olgul -

bakkat-Chigi, dol-tzeogi [engsel].

l) Poomsae PYONGWON : Pyongwon berarti sebuah dataran yang

merupakan tanah membentang luas. Ini adalah sumber kehidupan

bagi semua makhluk. Para Pyongwon Poomsae didasarkan pada

gagasan perdamaian dan perjuangan yang dihasilkan dari prinsip

asal dan penggunaan. Teknik-teknik baru yang diperkenalkan di

Poomsae ini palkup-ollyo-Chigi, kodureo-olgul-yop-Makki,

dangkyo-teok-jireugi, meongye-Chigi, Hecho-santeul-Makki.

m) Poomsae SIPJIN : Kata “Sipjin” berasal dari pikiran dari 10 umur

panjang, yang pendukung ada sepuluh makhluk hidup yang

panjang, yaitu matahari, bulan, gunung, air, batu, pohon pinus,

ramuan awet muda, kura-kura, rusa, dan derek. Mereka adalah 2

benda langit, 3 sumber daya alam, 2 tanaman dan 3 hewan, semua

makhluk manusia memberikan iman, pengharapan dan kasih.

Teknik-teknik baru yang diperkenalkan di Poomsae ini hwangso-

Makki [banteng Makki], anak-Badak [sawit]-kodureo-Makki,

opeun-anak-nal-jireugi, anak-nal-arae-Makki, bawi-milgi [batu

mendorong], anak-nal-deung-momtong-Hecho-Makki, kodeo-olligi

[mengangkat], chettari-jireugi [garpu-bentuk jireugi], anak-nal-

otkoreo-arae-Makki, anak-nal-deung-momtong-Makki, yang

menghitung 10. Arti surat Cina sepuluh adalah bentuk garis

Poomsae, yang menandakan suatu penomoran yang tak terbatas

dari sistem desimal dan pengembangan tanpa henti.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

18

n) Poomsae JITAE : Kata “Jitae” berarti seorang pria yang berdiri di

tanah dengan dua kaki, melihat dari atas langit. Seorang pria di

bumi merupakan cara berjuang untuk kehidupan manusia, seperti

menendang, perdagangan dan melompat di atas tanah. Oleh karena

itu, Poomsae melambangkan berbagai aspek yang terjadi dalam

perjalanan perjuangan manusia untuk bertahan hidup. Teknik-

teknik baru yang diperkenalkan di Poomsae ini han-anak-nal-

olgul-Makki, Keumkang-momtong-jireugi, dan me-jumeok-yop-

pyojeok-Chigi saja, dan garis Poomsae menandakan seorang pria

berdiri di bumi untuk bertumbuh ke arah langit.

o) Poomsae CHONKWON : Kata “Chonkwon” berarti Surga

Perkasa Agung, yang merupakan asal dari semua makhluk itu dan

kosmos itu sendiri. Kompetensi yang tak terbatas menandakan

penciptaan, perubahan dan penyelesaian. Manusia telah

menggunakan nama Surga untuk semua bentuk duniawi pokok dan

makna karena mereka merasa takut perkasa di Surga. Teknik-

teknik baru yang diperkenalkan di Poomsae ini adalah nalgae-

pyogi [sayap pembukaan], bam-jumeok-sosum-Chigi [buku jari

tangan yang menonjol bermunculan Chigi], hwidullo-Makki

[berayun Makki], hwidullo-jabadangkigi [berayun dan

menggambar], keumgang- yop-jireugi, Taesan-milgi, dan dengan

cara berjalan membungkuk.

p) Poomsae HANSU : Kata “Hansu” berarti air adalah sumber zat

melestarikan kehidupan dan pertumbuhan semua makhluk. Hansu

melambangkan kelahiran, kekuatan, kehidupan, pertumbuhan dan

kelemahan, kemurahan hati dan harmoni, dan kemampuan

beradaptasi. Teknik-teknik baru yang diperkenalkan di Poomsae ini

adalah anak-nal-deung-momtong-Hecho-Makki, saya-jumeok-

yang-yopkuri [kedua panggul]-Chigi, kodureo-khaljaebi, sebuah-

palmok-arae-pyojeok-Makki, anak- nal-keumgang-Makki, dan juga

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

19

modum-bal sebagai sikap. Tindakan harus dilakukan dengan

lembut seperti air tapi terus seperti setetes air berkumpul untuk

membuat sebuah samudera. Garis Poomsae melambangkan huruf

Cina yang berarti air.

q) Poomsae ILYEO : Ilyeo berarti membayangkan seorang pendeta

Buddha Dinasti Silla yang besar, Saint Wonhyo, yang dicirikan

oleh filosofi kesatuan pikiran [semangat] dan tubuh [materi]. Ini

mengajarkan bahwa titik, garis atau lingkaran berakhir semua

dalam satu. Oleh karena itu, Ilyeo Poomsae merupakan harmonisasi

dari roh dan tubuh, yang merupakan esensi dari seni bela diri,

setelah pelatihan panjang berbagai jenis teknik dan budidaya

spiritual untuk menyelesaikan latihan Taekwondo. Teknik-teknik

baru yang diperkenalkan di Poomsae ini adalah anak-nal-olgul-

Makki, wesanteul-yop-chagi, du-anak-Pyo [dua tangan dibuka]-

bitureo-jabadangkigi [memutar dan menarik], twio-yop-chagi dan

yang pertama sikap ogeum [kembali lutut]-hakdari-seogi.

2) Gerakan Poomsae

Kelompok gerakan dalam poomsae tidak mengindikasikan

masing-masing gerakan, tetapi menunjukkan kelompok gerakan

secara jamak. Kelompok gerakan adalah serangkaian kumpulan

gerakan. Poomsae terdiri dari berbagai macam gerakan, dan poomsae

yang sekarang ini terdiri dari minimal 20 gerakan dan maksimal 48

gerakan.

Dalam kenyataanya, kelompok gerakan adalah konsep yang

mencakup gerakan dan poom. Akan tetapi para praktisi harus mengerti

makna dari setiap gerakan dan poom. Karena kesalahpengertian

mungkin akan dapat diminimalkan melalui pendalaman terhadap

poomsae. Sistem poomsae dibagi menjadi beberapa gerakan dan

poom. Sebagai contoh, jumlah gerakan dalam taeguk 1 jang adalah 20,

sementara jumlah poom-nya adalah 18. Dengan kata lain hal ini poom

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

20

adalah status akhir dalam teknik Taekwondo (buku pedoman

Taekwondo 2005). Ada suatu standar bagi gerakan-gerakan, yang

standarisasinya dengan jelas menunjukkan bagian awal dan akhirnya.

Secara khusus menendang tidak dianggap sebagai poom, tetapi

suatu gerakan, dan gerakan-gerakan yang berurutan seperti apchagi

dan momtong bandae jireugi (tendangan dan pukulan menangkis ke

dada) jelas adalah dua macam gerakan, tetapi masih dalam satu poom.

Dalam hal ini poom-nya adalah bandaejireugi.

Secara umum ada enam hal yang penting dalam gerakan

poomsae, yaitu urutan gerakan, arah pandangan mata, kuda-kuda,

gerakan, dan nama poom. Dari keenam hal tersebut, gerakan dan

nama-nama poom harus dibaca dengan seksama agar dapat

dimengerti. Misalnya naedidyo (melangkah maju), dwirodora

(berputar) yang ada dalam beberapa gerakan. Kelompok gerakan yang

berbeda dalam poomsae ditentukan oleh tingkat-tingkat kesulitan, juga

oleh prinsip gradasi. Dengan demikian, muncullah berbagai

karakteristik yang berhubungan dengan konsep, makna dan simbol

poomsae. Poomsae menunjukkan gerakan-gerakan baru dan poom,

dan ini menjadi bagi unit-unit pelajaran.

Semua gerakan harus dilakukan sesuai dengan kode gerakan,

karena kemahiran gerakan harus disertai dengan keakuratan gerakan.

Belajar melakukan gerakan-gerakan secara akurat tidak akan efektif

tanpa adanya pengajaran yang baik dari para pelatih, atau dari pihak

praktisi, serta tidak pernah ada latih tanding. Pengembangan teknik

tanpa pemahaman dapat dilakukan dengan refleksi latihan. Gerakan-

gerakan dalam poomsae sarat akan makna. Gerakan-gerakan dalam

suatu arah poomsae yang terbatas adalah lawan terhadap diri kita

sendiri. Dengan kata lain, dalam gerakan-gerakan itu, lawan harus

dikenali sebagai lawan yang harus direspons secara langsung. Yang

dibutuhkan adalah tindakan cepat yang tanpa ragu. Dalam hal ini,

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

21

gerakan-gerakan adalah perilaku seketika yang disebut dengan

serangan dan pertahanan, tetapi disamping itu, poom berhubungan

dengan jumlah lawan.

Menurut Suryadi Y (2002:43), pedoman untuk mempelajari dan

mempraktekkan poomsae yaitu :

a) Gerakan Poomsae dimulai dan berakhir pada titik atau posisi yang

sama. Untuk itu diperlukan ketepatan badan, langkah, arah dan

gerakan agar dapat kembali ke posisi awal.

b) Kontrol ditujukan pada penyaluran dan pengarahan tenaga secara

benar karena ada berbagai perbedaan pengarahan tenaga.

c) Memperhatikan perbedaan kecepatan pada setiap gerakan, tidak

semua gerakan dilakukan dengan tepat.

d) Setiap langkah harus dilakukan dengan konstan (tetap), baik

keseimbangan, lebar dan panjang langkah.

e) Melakukan setiap teknik gerakan setepat mungkin dan bayangkan

seperti menghadapi lawan yang sesungguhnya.

f) Mempelajari dengan benar pengaturan napas dan teriakan (kihap).

3) Keterampilan Poomsae

Dalam Poomsae dikenal istilah Taeguk. Tae artinya

“keagungan” sedangkan geuk artinya “keabadian”. Dengan demikian,

Taeguk tidak mempunyai bentuk, tidak ada permulaan, tidak ada akhir

pula. Sekalipun demikian, segala sesuatu berasal dari Taeguk. Dengan

kata lain, Taeguk adalah sesuatu yang mengandung hal apapun yang

sebenarnya.

Pengaturan napas dalam setiap gerakan Taeguk sangat penting

untuk diperhatikan, karena dalam setiap Taeguk pengaturan napas dan

gerakan berbeda. Hal ini menyebabkan sangat diperlukan pengaturan

energi yang dikeluarkan agar terjadi kesempurnaan gerak dalam

Taeguk. Disamping itu, diperlukan kondisi fisik yang baik pula untuk

memperoleh kesempurnaan gerakan Taeguk. Taeguk diberikan

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

22

berdasarkan sabuk yang disandang oleh jeja atau murid. Pembagian

Taeguk berdasarkan sabuk dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1. Penjelasan Taeguk berdasarkan peringkat sabuk

Seperti pada cabang beladiri umumnya, tingkatan Taekwondo

juga ditandai dengan “SABUK” ukurannya P = 275, L = 4. Dengan

melihat warna sabuk seorang Taekwondoin, bisa diketahui

tingkatannya dan wajib poomsae yang harus dikuasai karena

merupakan salah satu syarat Ujian Kenaikan Tingkat (UKT).

4) Pertandingan Poomsae

Poomsae saat ini merupakan salah satu nomor yang

dipertandingkan dalam Cabang Olahraga Beladiri Taekwondo. Oleh

karena itu, ada peraturan-peraturan pertandingan yang perlu

diperhatikan dan dicermati secara seksama oleh para pelatih apabila

akan menurunkan atlet-atletnya dalam suatu ajang kompetisi/

pertandingan Poomsae.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

23

Perlu diketahui bahwa didalam suatu pertandingan Poomsae,

bahwa nilai yang muncul dan keluar sebagai hasil akhir adalah

merupakan hasil dari nilai sempurna yang dimiliki sebelum para atlet

memainkan Poomsae dikurangkan dengan kesalahan-kesalahan yang

didapati pada saat gerakan Poomsae tersebut dilakukan. Jadi, secara

garis besar dan umum, bahwa dalam pertandingan Poomsae, setiap

atlet dianggap memiliki nilai kesempurnaan gerak dari setiap Poomsae

yang akan diperagakan, sedangkan untuk hasil/nilai akhir merupakan

pengurangan dari kesalahan-kesalahan gerak yang dilakukan pada saat

memperagakan Poomsae.

5) Nomor Poomsae yang dipertandingkan

Di dalam pertandingan Poomsae, nomor yang dipertandingkan

adalah :

a) Individual (Perorangan), baik itu putra atau putri

b) Pair (Berpasangan)

c) Team (Beregu), baik itu beregu putra maupun putri

6) Penilaian Poomsae

Ada 2 kali penilaian dalam pertaandingan Poomsae, yang

pertama adalah nilai yang didapat pada saat melakukan gerakan

Poomsae. Kedua adalah nilai yang didapat seteleh selesai

memperagakan Poomsae. Pada saat melakukan gerakan Poomsae,

yang dinilai adalah akurasi, mulai dari akurasi Basic Movement,

Balance (keseimbangan), akurasi dari detail gerakan Poomsae yang

dilakukan. Nilai pengurang adalah 0,1 dan 0,3. Nilai dikurangi 0,1

apabila melakukan kesalahan kecil seperti contohnya pukulan ke arah

kepala aturannya mengarah ke mulut, tapi prakteknya melebihi mulut

atau lebih rendah misalkan mengarah ke dagu atau leher. Sedangkan

nilai dikurangi 0,3 apabila melakukan kesalahan yang mutlak,

misalkan arae makki (tangkisan bawah) tapi prakteknya eolgeol makki

(tangkisan atas).

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

24

Setelah selesai melakukan gerakan Poomsae, yang dinilai adalah

presentasi. Presentasi terdiri dari Speed and Power (kecepatan dan

kekuatan), Strength/Speed/Rhythm (ritme gerakan yang dilakukan),

Expression of Energy (penghayatan dan ekspresi).

7) Presentasi Poomsae

a) Keterampilan

Penguasaan keterampilan teknik berhubungan secara

langsung dengan banyaknya latihan yang diperuntukkan untuk

melatih dan menyempurnakan setiap gerakan. Pengamatan yang

objektif adalah ukuran yang sebenarnya dari intensitas setiap

penerapan individu terhadap latihan seseorang.

b) Ekspresi

Nilai intrinsik atau internal direalisasikan melalui kesadaran

psikologis, mental, dan emosional dan interpretasi yang

diekspresikan dan diobservasi melalui performa ekstrinsik atau

jasmaniah dari poomsae. Kedalaman ekspresi yang dihasilkan dari

interpretasi individu menjadi ukuran bagi tingkat kemahiran dalam

penguasaan poomsae.

2. Kondisi Fisik

Kondisi fisik merupakan aspek penting dan menjadi dasar atau

pondasi dalam pengembangan teknik, taktik, strategi dan pengembangan

mental. Menurut Mochamad Sajoto (1988:57) “kondisi fisik adalah salah

satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan

prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan dasar landasan titik tolak

suatu awalan olahraga prestasi”.

Menurut Sugiyanto (1996:221) “kemampuan fisik adalah kemampuan

memfungsikan organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas fisik”.

Kemampuan fisik sangat penting untuk mendukung pengembangan aktivitas

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

25

psikomotor. Gerakan yang terampil dapat dilakukan apabila kemampuan

fisiknya memadai.

Berdasarkan Sajoto (1988:8-9) “kondisi fisik adalah satu kesatuan

utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja,

baik peningkatan maupun pemeliharaan”. Artinya bahwa didalam usaha

peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus

berkembang.

Menurut Pedoman dan Modul Pelatih Kesehatan Olahraga Bagi

Pelatih Olahragawan Pelajar, kondisi fisik secara terminologi diuraikan

sebagai keadaan fisik. Keadaan ini sebelum (kemampuan awal), pada saat

dan setelah mengalami proses latihan. Kondisi fisik adalah kemampuan

yang meliputi kekuatan, kecepatan, daya tahan, fleksibilitas dan koordinasi

(Departemen Pendidikan Nasional, 2000). Disamping itu, beberapa ahli

berpendapat bahwa koordinasi tidak termasuk dalam pengertian kondisi

fisik karena lebih banyak berhubungan dengan teknik olahraga dan juga

sangat tergantung dari empat unsur fisik yang lain.

Bompa (2004:2) menjelaskan bahwa “kondisi fisik harus

dipertimbangkan sebagai unsur yang diperlukan dalam latihan guna

mencapai prestasi yang tertinggi”. Untuk mencapai kondisi kesegaran yang

prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen

kondisi fisik dengan metode latihan yang benar. Seperti yang diungkapkan

oleh Moeslim M. dalam Harsuki (2003:318) “hanya atlet yang memiliki

kemampuan fisik prima mampu berlatih secara optimal dan hanya atlet

yang berlatih secara optimal yang memungkinkan perolehan yang

optimal”. Apabila kondisi fisik baik, maka :

a. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja

jantung.

b. Terjadi peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan

komponen kondisi fisik lainnya.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

26

c. Akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi gerak ke arah yang lebih

baik.

d. Waktu pemulihan akan lebih cepat.

e. Respon bergerak lebih cepat apabila dibutuhkan.

Menurut Sajoto (1988: 57) dalam Sembiring (2013:9), mengatakan

bahwa :

“Komponen-komponen kondisi fisik dapat dibagi menjadi sepuluh,

yaitu : kekuatan (strenght), daya tahan (endurance), daya ledak otot

(muscular power), kecepatan (speed), kelentukan (flexibility),

keseimbangan (balance), koordinasi (coordination), kelincahan

(agility), ketepatan (accurary), dan reaksi (reaction)”.

Begitu juga Amung Ma’mun (2008:20), berpendapat bahwa :

“Unsur kondisi fisik yaitu daya tahan jantung dan paru (general

endurance), kekuatan otot (strengh), daya tahan otot, kelentukan

(flexibility), kecepatan (speed), kecepatan reaksi, power, kelincahan

(agility), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination), dan

ketepatan (accurasy)”.

Keseluruhan dari kondisi fisik olahragawan merupakan komponen

biomotor. Menurut Bompa (2004:259), komponen dasar dari biomotor

olahragawan meliputi kekuatan, ketahanan, kecepatan, koordinasi, dan

fleksibilitas. Adapun komponen-komponen yang lain merupakan perpaduan

dari beberapa komponen sehingga membentuk satu peristilahan sendiri.

Diantaranya seperti : power merupakan gabungan atau hasil kali dari

kekuatan dengan kecepatan, kelincahan merupakan gabungan dari kecepatan

dengan koordinasi.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

27

Gambar 2. Keterkaitan antar Komponen Biomotor Sumber : (Bompa, 2004:259)

Dalam penelitian ini komponen kondisi fisik yang digunakan adalah

kecepatan, fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi, power otot tungkai, dan

volume oksigen maximal. Berikut adalah penjelasan masing-masing

komponen :

a. Kecepatan

1) Pengertian

Dalam banyak cabang olahraga, kecepatan merupakan

komponen fisik yang esensial. Kecepatan menjadi faktor penentu

dalam cabang-cabang olahraga seperti spint, tinju, anggar, Taekwondo

dan olahraga lainnya. Menurut Widiastuti (2011:16) “kecepatan

adalah kemampuan berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain

dengan waktu yang sesingkat-singkatnya”. “Kecepatan adalah

kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan atau serangkaian

gerak secepat mungkin sebagai jawaban terhadap rangsang”

(Sumiarsono, 2006:87).

Kecepatan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Andi S,

2004:423). “Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

28

gerakan sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu gerak dalam

waktu yang sesingkat-singkatnya” (Harsono, 1988:216).

Selanjutnya menurut A. Hamidsyah Noer (1995:158)

menyebutkan bahwa kecepatan bukan berarti dalam waktu singkat

dapat menggerakkan tubuh atau anggota tubuh secara cepat tetapi

dapat pula memindahkan posisi tubuh dari posisi yang satu ke posisi

yang lain secepat-cepatnya.

Menurut Ismaryati (2011:57) “kecepatan adalah kemampuan

bergerak dengan kemungkinan kecepatan tercepat”. Kecepatan

merupakan gabungan dari tiga elemen, yakni waktu reaksi, frekuensi

gerakan per unit waktu dan kecepatan menempuh suatu jarak.

Berdasarkan Djoko Pekik Irianto (2002:73) “kecepatan diartikan

sebagai perbandingan antara jarak dan waktu atau kemampuan untuk

bergerak dalam waktu singkat”. Sedangkan berdasarkan Sukadiyanto

(2011:106) “kecepatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot

untuk menjawab rangsang dalam waktu secepat (sesingkat) mungkin”.

Dengan kata lain kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk

menjawab rangsang dengan bentuk gerak atau serangkaian gerak

dalam waktu secepat mungkin.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa kecepatan merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan

gerak dalam waktu yang singkat. Gerakan-gerakan kecepatan

dilakukan melawan perlawanan yang berbeda-beda yaitu (berat badan,

berat besi, air dan lain-lain) dengan efek pengaruh kekuatan juga

menjadi faktor yang kuat. Karena gesekan-gesekan kecepatan

dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin, kecepatan secara

langsung pada waktu yang ada dan pengaruh kekuatan.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

29

2) Macam Kecepatan

Menurut Sukadiyanto (2011:109) “kecepatan ada dua macam

yaitu kecepatan reaksi dan kecepatan gerak”. Kecepatan reaksi adalah

kemampuan seseorang dalam menjawab suatu rangsang dalam waktu

sesingkat mungkin. Kecepatan reaksi dibedakan menjadi reaksi

tunggal dan reaksi majemuk. Sedangkan kecepatan gerak adalah

kemampuan seseorang melakukan gerak atau serangkaian gerak dalam

waktu setepat mungkin. Kecepatan gerak dibedakan menjadi gerak

siklis dan non siklis. Kecepatan gerak siklis atau sprint adalah

kemampuan sistem neuromuskuler untuk melakukan gerak tunggal

dalam waktu sesingkat mungkin. Sedangkan gerak non siklis adalah

kemampuan sistem neuromuskuler untuk melakukan gerak tunggal

dalam waktu sesingkat mungkin.

Menurut Suharno HP (1993:47), macam kecepatan yaitu

kecepatan sprint, kecepatan reaksi dan kecepatan bergerak. Sedangkan

menurut Ismaryati (2011:57), kecepatan dibedakan menjadi dua

macam yaitu kecepatan umum dan kecepatan khusus. Kecepatan

umum adalah kapasitas untuk melakukan berbagai macam gerakan

(reaksi motorik) dengan cara yang cepat. Kecepatan khusus adalah

kapasitas untuk melakukan suatu latihan atau keterampilan pada

kecepatan tertentu, biasanya sangat tinggi. Kecepatan khusus adalah

kecepatan yang khusus untuk tiap cabang olahraga dan sebagian besar

tidak dapat ditransferkan, dan hanya mungkin dikembangkan melalui

metode khusus.

Berdasarkan struktur gerak, kecepatan gerak dibedakan

kecepatan asiklis, siklis, dan kecepatan dasar. Kecepatan asiklis

adalah kecepatan gerak yang dibatasi oleh faktor-faktor yang terletak

pada otot. Kecepatan siklis adalah produk yang dihitung pada

frekuensi dan amplitudo gerak. Kecepatan dasar adalah kecepatan

dasar sebagai kecepatan maksimal yang dapat dicapai dalam gerak

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

30

siklis adalah produk maksimal yang dapat dicapai dari frekuensi dan

amplitudo gerak.

Secara garis besar menurut Nossek (1982:52), kecepatan dapat

dibedakan menjadi 3 yaitu :

a) Kecepatan berlari (sprinting speed) merupakan kemampuan

organisme untuk bergerak ke depan dengan cepat. Kecepatan ini

ditentukan oleh kekuatan otot dan persendian.

b) Kecepatan reaksi (reaction speed) merupakan kecepatan untuk

menjawab suatu rangsangan dengan cepat. Rangsangan ini berupa

suara atau pendengaran. Kecepatan ditentukan oleh iribilitas

susunan syaraf, daya orientasi situasi dan ketajaman panca indra.

c) Kecepatan bergerak (reaction of movement) merupakan kecepatan

merubah arah dalam gerakan yang utuh, kecepatan ini ditentukan

oleh kekuatan otot, daya ledak, daya koordinasi gerakan,

kelincahan dan keseimbangan.

Berdasarkan pendapat di atas maka secara garis besar kecepatan

dapat dibedakan menjadi kecepatan khusus, kecepatan umum,

kecepatan bergerak, kecepatan reaksi dan kecepatan berlari.

3) Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan

Kecepatan seseorang ditentukan oleh berbagai faktor (A.

Hamidsyah Noer, 1995:158) secara umum yaitu :

a) Usia, bakat dan jenis kelamin

b) Macam fibril otot berdasarkan pembawa sejak lahir

c) Pengaturan sistem koordinasi yang baik

d) Kekuatan otot

e) Sifat elastisitas dan rileks dari otot

Kecepatan mengacu pada kecepatan gerakan dalam melakukan

suatu keterampilan bukan hanya sekedar kecepatan lari.

Menggerakkan kaki dengan cepat merupakan keterampilan fisik

terpenting bagi pemain untuk bertahan dan kemampuan mengubah

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

31

arah pada saat terakhir harus ditingkatkan karena merupakan hal yang

terpenting.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang menurut

Haag Jonath dan Krempel (1987) dalam Andi, S (2005:426) adalah

tenaga otot, viscositas otot, kecepatan reaksi, kecepatan kontraksi,

koordinasi antara syaraf pusat dan otot, ciri antropometrik, dan daya

tahan kecepatan.

Menurut Suharno HP (1993:48), kecepatan seseorang ditentukan

oleh berbagai faktor, secara umum yaitu :

a) Macam fibril otot yang dibawa sejak lahir, fibril berwarna putih

baik untuk kecepatan

b) Pengaturan nervous system

c) Kekuatan otot

d) Kemampuan elastisitas dan relaksasi suatu otot

e) Kemauan dan disiplin individu atlet

Berdasarkan pendapat di atas maka disamping setiap pemain

harus memiliki kemauan dan kedisiplinan yang tinggi dalam berlatih

untuk dapat menjadi penggiring bola yang baik dan memiliki

kecepatan yang baik pula. Menurut Suharno HP (1993:50),

menyatakan bahwa faktor-faktor penentu kecepatan sprint adalah

sebagai berikut :

a) Tergantung pada otot yang bekerja

b) Panjang tungkai atas

c) Frekuensi gerak

d) Teknik lari yang sempurna

Berorientasi pada pengertian tentang kecepatan dan

penerapannya dalam aktivitas olahraga, unsur kecepatan merupakan

salah satu unsur yang penting dalam mencapai hasil optimal. Implikasi

kecepatan berupa kecepatan reaksi sebagian, sedangkan kecepatan

gerak adalah kecepatan gerak anggota tubuh secara keseluruhan dalam

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

32

menempuh jarak tertentu seperti lari. Lari merupakan gerakan

memindahkan kaki secara bergantian diikuti dengan gerakan lengan

dan ada saat melayang di udara. Dalam penelitian ini, tes yang

digunakan untuk mengukur kecepatan Taekwondoin Putra Kabupaten

Ngawi yaitu tes lari 50 meter.

4) Peranan Kecepatan dalam Poomsae

Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh badan

dengan cepat, akan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan

seluruh tubuh dalam waktu sesingkat-singkatnya. Kecepatan

melibatkan otot-otot besar pada tubuh dengan cepat dan tepat dalam

suatu aktivitas tertentu dalam hal ini adalah poomsae. Kecepatan dapat

dilihat dari sejumlah besar kegiatan dalam olahraga meliputi kerja

kaki yang efisien dan perubahan posisi tubuh dengan cepat.

Taekwondoin yang mampu bergerak dengan koordinasi seperti di atas

dengan cepat dan tepat berarti memiliki kecepatan yang baik.

Kecepatan sangat penting dalam bermain poomsae pada setiap

gerakannya meliputi tendangan, pukulan dan tangkisan. Jika dalam

bermain poomsae, kecepatan Taekwondoin tidak tepat maka akan

mengacaukan gerakan poomsae selanjutnya atau gerakan poomsae

menjadi tidak akurat. Oleh karena itu, setiap Taekwondoin harus

melatih kecepatannya untuk dapat melakukan setiap gerakan dalam

poomsae.

5) Cara Pengukuran

Cara pengukuran komponen kecepatan dalam penelitian ini

menggunakan lari jarak 50 meter. Lari dengan jarak 50 meter dalam

TKJI termasuk dalam kategori lari cepat atau sprint. Lari cepat atau

sprint adalah semua perlombaan/tes lari dimana peserta lari harus

bergerak dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus

ditempuh. Lari 50 meter merupakan rangkaian tes kondisi fisik yang

sudah dibakukan untuk mengukur tingkat kondisi fisik usia 13 sampai

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

33

dengan 15 tahun. Lari 50 meter dilakukan dengan tujuan untuk

mengukur kecepatan.

Dalam pelaksanaan lari 50 meter diperlukan peralatan dan

fasilitas pendukung. Peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan lari 50 meter adalah lintasan lari yang lurus, datar, rata,

tidak licin, berjarak 50 meter, dan masih memiliki lintasan lanjutan,

bendera start, peluit, tiang pancang, stopwatch, serbuk kapur, dan alat

tulis.

Cara pelaksanaan lari 50 meter adalah peserta berdiri di

belakang garis start. Pada aba-aba “siap”, peserta mengambil sikap

start berdiri untuk lari. Pada aba-aba “ya”, peserta berlari secepat

mungkin menuju garis finish menempuh jarak 50 meter.

b. Fleksibilitas

1) Pengertian

Dalam pengembangan keterampilan pada cabang-cabang

olahraga termasuk taekwondo, hampir setiap olahraga mempunyai

kekhususan unsur kondisi fisik yang dominan, yang merupakan

peningkatan dari komponen-komponen fisik dasar seperti daya tahan

kekuatan dan fleksibilitas. Ini berarti fleksibilitas merupakan salah

komponen dasar dalam melatih kondisi fisik agar keterampilan dalam

cabang-cabang olahraga juga akan meningkat.

“Fleksibilitas adalah keamampuan persendian, ligamen, tendon

di sekitar persendian untuk melakukan gerak seluas-luasnya” (M.

Sajoto, 1988:51). “Fleksibilitas merupakan kemampuan otot dan

persendian badan untuk bergerak seluas mungkin dan

mempertahankannya dalam beberapa detik” (Amung Ma’mun,

2008:17).

Menurut Widiastuti (2011:15) “fleksibilitas adalah kemampuan

sendi untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi secara

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

34

maksimal”. Sedangkan menurut Ismayarti (2011:101) “fleksibilitas

merupakan kemampuan menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya

seluas mungkin tanpa terjadi ketegangan sendi dan cidera otot”.

Sedangkan menurut Harsono (1992) dalam Sulistianta, H

(2013:56) :

“Fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang

untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu

ruang gerak yang seluas mungkin, tanpa mengalami,

menimbulkan cidera pada persendian dan otot di sekitar

persendian tersebut”.

Menurut Kisner dan Colby (2007:106) “fleksibilitas merupakan

kemampuan satu atau lebih sendi untuk bergerak penuh secara lancar,

mudah, tanpa hambatan serta bebas dari rasa sakit”. Fleksibilitas

berkaitan erat dengan jaringan lunak, seperti ligamen, tendon dan otot

disamping struktur tulang itu sendiri. Fleksibilitas juga berhubungan

dengan ekstensibilitas dari musculotendinous unit yang saling

bersilangan sebagai dasar kemampuan otot untuk rileks atau berubah

bentuk dalam proses peregangan.

Dengan demikian orang yang fleksibel adalah orang yang

mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan yang

mempunyai otot-otot yang elastis. Fleksibilitas penting sekali dalam

hampir semua cabang olahraga, terutama cabang-cabang olahraga

yang banyak menuntut gerak sendi. Selain itu fleksibilitas penting

pula bagi semua orang dari segala umur, terutama orang tua karena

semakin tua seseorang maka sendi, ligamen, dan tendonnya menjadi

semakin kaku sehingga mengurangi kelentukannya. Dengan

fleksibilitas seseorang akan dapat :

a) Mengurangi kemungkinan terjadinya cidera otot dan sendi.

b) Membantu mengembangkan kecepatan, koordinasi dan kelincahan.

c) Membantu perkembangan prestasi.

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

35

d) Menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan

gerakan-gerakan.

e) Membantu memperbaiki sikap tubuh.

2) Metode Latihan untuk Mengembangkan Fleksibilitas

Terdapat dua jenis fleksibilitas, yaitu fleksibilitas dinamis dan

fleksibilitas pasif. Fleksibilitas dinamis dikatakan sebagai mobilitas

aktif, dimana otot berkontraksi secara aktif untuk gerakan satu sendi,

segmen dan keseluruhan tubuh. Sedangkan fleksibilitas pasif

dikatakan sebagai mobilisasi pasif dimana otot dan jaringan ikat sendi

dapat diulur secara pasif. Fleksibilitas pasif berfungsi sebagai

penunjang fleksibilitas dinamis (Kisner and Colby, 2007:107).

Fleksibilitas dapat dikembangkan melalui latihan-latihan

peregangan otot dan latihan-latihan memperluas ruang gerak sendi-

sendi. Ada beberapa metode latihan peregangan yang dapat dipakai

untuk mengembangkan fleksibilitas, diantaranya yaitu :

a) Peregangan dinamis

Metode latihan yang tradisional untuk melatih fleksibilitas

adalah metode peregangan dinamis (dynamic stretch) atau juga

sering disebut peregangan balistik (ballistic stretch). Peregangan

dinamis biasanya dilakukan dengan menggerak-gerakkan tubuh

atau anggota-anggota tubuh secara ritmis (berirama) dengan

gerakan-gerakan memutar atau memantul-mantulkan anggota-

anggota tubuh sedemikian rupa sehingga otot-otot terasa

teregangkan dan maksudnya adalah untuk secara bertahap

meningkatkan secara progresif ruang gerak sendi-sendi.

Metode peregangan dinamis akan menyebabkan terjadinya

refleks-regang (stretch reflex). Seperti dikatakan oleh De Vries

(1961) dalam Kardjono (2008:17) bahwa “ .... a rapid, forceful

stretch is known to evoke the stretch reflex”. Oleh karena gerakan

dinamis, refleks regang ini yang sebetulnya berfungsi untuk

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

36

melindungi otot dari cidera akibat peregangan yang berlebihan

(overstretching) akan menyebabkan otot yang teregang tadi untuk

berkontraksi, jadi memendek kembali. Dan kontraksi ini justru

akan menghalangi otot untuk bisa meregang secara maksimal. Oleh

karena itu, dynamic stretch tidak akan memungkinkan otot untuk

meregang secara maksimal, jadi kurang efektif untuk melatih

fleksibilitas. Para ahli juga berpendapat bahwa dynamic stretching

mengandung bahaya cidera.

b) Peregangan statis

Cara lain untuk mengembangkan fleksibilitas adalah dengan

latihan peregangan statis (static stretching). Dalam latihan static

stretch, pelaku mengambil sikap sedemikian rupa sehingga

meregangkan suatu kelompok otot tertentu. Misalnya sikap berdiri

lengan tungkai lurus, badan dibungkukkan, tangan menyentuh atau

mencoba menyentuh lantai. Sikap demikian meregangkan

kelompok otot belakang paha dan sendi panggul. Sikap ini

dipertahankan secara statis (tidak digerakkan) selama beberapa

detik yaitu sekitar 20 sampai 30 detik.

Peregangan dinamis cocok untuk diterapkan dalam warming-

up sebelum melakukan aktivitas atau latihan yang lebih intensif.

Akan tetapi apabila inti acara latihan penekanannya adalah pada

latihan fleksibilitas, jadi untuk memperluas ruang gerak sendi-sendi

maka latihan dengan static stretch yang lebih sesuai.

c) Peregangan pasif (passive stretching)

Dalam metode ini, pelaku merilekskan suatu kelompok otot

tertentu kemudian temannya membantu meregangkan otot tersebut

secara perlahan-lahan sampai titik fleksibilitas maksimum tercapai

tanpa keikutsertaan secara aktif dari pelaku. Sikap regang ini

dipertahankan selama kira-kira 20-30 detik.

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

37

Kecuali efektif untuk melatih fleksibilitas, keuntungan

peregangan pasif adalah untuk rileksasi dari otot-otot yang

meregang. Karena rileksasi tersebut maka otot-otot akan dapat

meregang lebih jauh daripada kalau otot-otot kurang rileks. Oleh

karena itu, peregangan pasif lebih unggul dibandingkan dengan

pergangan statis dalam hal mengembangkan kelentukan sendi.

d) Peregangan PNF (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation) atau

peregangan kontraksi-rileksasi

Sebelum diregangkan otot ditegangkan terlebih dahulu secara

isometrik (6-10 detik) kemudian otot diregangkan dengan metode

pasif selama 20-30 detik. Suatu penelitian menunjukkan bahwa

metode peregangan ini lebih efektif daripada metode peregangan

lain.

Tolak ukur fleksibilitas pasif dilihat dari ukuran luas gerak

satu persendian atau gabungan beberapa persendian. Sedangkan

untuk fleksibilitas dinamis adalah kemampuan bergerak dengan

kecepatan yang tinggi. Luas gerak sendi yang baik memungkinkan

menampilkan suatu gerakan yang cepat dan lincah. Fleksibilitas

merupakan fungsi relatif laksitas dan/atau ekstensibilitas jaringan

kolagen dan otot yang melewati sendi untuk sebagian besar

populasi. Ketegangan ligamen dan otot yang membatasi

ekstensibilitas merupakan inhibitor yang paling besar untuk sendi.

Ketika jaringan tersebut tidak terulur (stretch), maka

ekstensibilitasnya akan menurun. Kandungan air dari diskus

cartilaginous yang ada pada beberapa sendi juga mempengaruhi

mobilitas sendi-sendi tersebut (Anshar and Sudaryanto, 2011).

Pengalaman menunjukkan bahwa elastibilitas otot berkurang

setelah masa tidak aktif yang panjang. Sebaliknya, peregangan otot

yang teratur dapat meningkatkan elastisitas otot. Untuk mencapai

hasil elastisitas otot yang maksimal diperlukan suatu latihan yang

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

38

dapat meningkatkan fleksibilitas, sebab fleksibilitas seseorang

dapat menurun apabila tidak dilatih.

3) Faktor yang Mempengaruhi Fleksibilitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas (Bompa,

2004:377) antara lain :

a) Bentuk, tipe dan struktur persendian. Ikatan sendi (ligamen) dan

urat daging (tendon) juga mempengaruhi fleksibilitas, lebih elastis

dan lebih lebar pergerakannya.

b) Otot yang melewati atau berbatasan dengan tulang sendi juga

mempengaruhi fleksibilitas.

c) Usia dan jenis kelamin mempengaruhi fleksibilitas. Fleksibilitas

maksimum dapat dicapai pada usia 15 – 16 tahun.

d) Baik temperatur tubuh pada umumnya temperatur otot khususnya

mempengaruhi lebar pergerakan. Sama halnya lebar pergerakan,

naik mengikuti pemanasan normal karena aktifitas fisik progresif

mengintensifkan aliran darah pada otot, membuat uratnya lebih

elastis.

e) Fleksibilitas dapat beragam sesuai waktu-waktu tertentu.

Pergerakan paling lebar antara jam 10.00 – 11.00 dan 16.00 –

17.00, sementara pergerakan paling rendah terjadi di waktu fajar.

f) Kekuatan otot yang kurang memadai juga menghambat lebar

pergerakan beragam latihan. Jadi kekuatan merupakan komponen

penting fleksibilitas dan sebaiknya diperhatikan oleh pelatih.

g) Kelelahan dan kondisi emosi mempengaruhi fleksibilitas dengan

sangat signifikan. Kondisi emosional positif memberi pengaruh

positif terhadap fleksibilitas dibandingkan dengan rasa depresif.

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

39

Sedangkan menurut Suciptha Gago, dkk (2014) disebutkan

bahwa terdapat beberapa faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi fleksibilitas, yaitu:

a) Faktor internal

(1) Sendi: sendi dalam tubuh manusia dikelilingi oleh membran

sinovial dan tulang rawan artikular yang berfungsi melindungi

dan memelihara sendi dan permukaan sendi. Meningkatkan luas

gerak sendi dengan mobilitas tertentu dapat meningkatkan

fleksibilitas.

(2) Ligamen: ligamen terdiri dari dua jaringan yang berbeda yakni

putih dan kuning. Jaringan ikat putih tidak melar, tetapi sangat

kuat sehingga bahkan jika tulang yang patah jaringan akan tetap

ditempatnya. Sedangkan jaringan kuning merupakan jaringan

yang elastis sehingga dapat ditarik jauh namun bisa kembali ke

posisi semula.

(3) Tendon: tendon tidak elastis bahkan kurang elastis. Tendon

dikategorikan sebagai jaringan ikat yang mendukung,

mengelilingi, dan mengikat serat-serat otot.

(4) Jaringan areolar: merupakan jaringan yang permeable dan

secara luas didistribusikan ke seluruh tubuh. Jaringan ini

bertugas sebagai pengikat untuk semua jaringan lain.

(5) Jaringan otot: jaringan otot terbuat dari bahan elastis yang diatur

dalam bundel dari serat paralel.

(6) Reseptor peregangan: reseptor ini memiliki dua bagian yaitu sel

spindle dan golgi tendon.

b) Faktor eksternal

(1) Ukuran tubuh: orang dengan jumlah lemak tinggi (obesitas)

akan menurun fleksibilitasnya karena luas gerak sendinya

menjadi terbatas.

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

40

(2) Aktivitas: orang yang aktivitasnya banyak diam akan

berpengaruh pada fleksibilitasnya. Hal ini terjadi karena

jaringan lunak dan sendi menyusut sehingga kehilangan daya

regang otot, dimana jika seseorang tidak aktif maka otot-otot

dipertahankan pada posisi memendek dalam waktu yang lama.

(3) Cedera: akibat adanya cedera pada sendi, otot, dan tulang maka

seseorang akan takut menggerakkan anggota gerak karena nyeri

sehingga akan berpengaruh terhadap fleksibilitasnya.

(4) Usia: pengaruh usia terhadap fleksibilitas digambarkan seperti

kurva. Dimana diawali pada usia anak-anak yang semakin

meningkat fleksibilitasnya namun sesudah remaja mulai

menurun karena gaya hidup yang tidak lagi aktif seperti saat

usia anak-anak, apalagi pada usia dewasa yang mana telah mulai

muncul masalah-masalah degeneratif.

(5) Jenis kelamin: secara umum wanita lebih fleksibel daripada laki-

laki. Hal itu dikarenakan faktor hormonal, dimana laki-laki

memiliki hormon testosteron yang memicu pertumbuhan dan

pemendekan otot. Sedangkan perempuan memiliki hormon

estrogen yang dapat meningkatkan panjang otot dan kelemahan

sendi.

(6) Pengalaman: seseorang yang memiliki pengalaman berolahraga

yang membutuhkan gerakan dinamis yang besar akan memiliki

jangkauan gerak yang lebih baik daripada seseorang dengan

gaya hidup biasa saja.

4) Peranan Fleksibilitas dalam Poomsae

Fleksibilitas merupakan salah komponen dasar dalam melatih

kondisi fisik agar keterampilan poomsae seorang Taekwondoin akan

meningkat, karena dengan fleksibilitas yang baik, Taekwondoin dapat

menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

41

yang seluas mungkin, tanpa mengalami, menimbulkan cidera pada

persendian dan otot di sekitar persendian tersebut.

Fleksibilitas sangat penting dalam bermain poomsae pada setiap

gerakannya meliputi tendangan, pukulan dan tangkisan. Jika dalam

bermain poomsae, fleksibilitas Taekwondoin tidak tepat maka akan

membuat gerakan poomsae tidak indah atau telihat kaku. Oleh karena

itu, setiap Taekwondoin harus melatih fleksibilitasnya untuk dapat

melakukan setiap gerakan dalam poomsae dengan indah dan akurat.

Dalam jurus poomsae terdapat gerakan-gerakan yang

membutuhkan fleksibilitas yang tinggi, seperti pada saat menendang,

menangkis, kuda-kuda dan memukul.

5) Cara pengukuran

Cara pengukuran komponen fleksibilitas yaitu dengan tes sit and

reach. Tes sit and reach bertujuan untuk mengukur komponen

fleksibilitas tubuh. Perlengkapan yang dibutuhkan yaitu tembok/papan

tegak lurus dengan lantai dasar, alat tulis, pita pengukur minimal 2

meter dan serbuk kapur. Prosedur pengukuran tes yaitu :

a) Pita pengukur diletakkan lurus di lantai dengan angka 0 (nol) pada

tepi tembok.

b) Testi melepaskan sepatu dan kaos kaki, duduk meluruskan kaki

menduduki pita pengukur, pantat, punggung dan kepala merapat

tembok. Kedua kaki lurus ke depan dengan kedua lutut lurus.

Panjang kaki dicatat. Pengukuran dimulai dari tembok, kedua kaki

membuka lebar, lutut tidak boleh bengkok.

c) Testi meletakkan kedua lengan ke depan sejauh mungkin dengan

menyentuh lantai dan menempatkan kedua jari-jari tangan pada pita

sejauh mungkin. Tahap tersebut minimal 3 detik kemudian dicatat.

Testi melakukan tahap tersebut 2 kali berurutan dan jarak tangan

terjauh yang dihitung.

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

42

d) Perhitungan jarak raihan tangan adalah ujung jari-jari tangan

terpanjang dari masing-masing tangan dan jarak yang terdekat

dicatat diantara kedua tangan.

e) Fleksibilitas tubuh diukur selisih antara jarak raihan tangan dengan

panjang kaki dalam cm.

c. Keseimbangan

1) Pengertian

Keseimbangan merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan

individu dalam melakukan gerak yang efektif dan efisiensi selain

fleksibilitas (fleksibility), koordinasi (coordination), kekuatan (power)

dan daya tahan (endurance). Keseimbangan yang baik akan

memungkinkan seseorang melakukan aktivitas atau gerak yang efektif

dan efisien dengan risiko jatuh yang minimal, dimana tubuh mampu

mempertahankan posisinya dalam melawan gravitasi dan faktor

eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar

seimbang dengan bidang tumpu serta menstabilisasi bagian tubuh

ketika bagian tubuh lain bergerak.

“Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

equilibrium baik statis maupun dinamis tubuh ketika ditempatkan

pada berbagai posisi” (Delitto, 2003). Equilibrium adalah sebuah

bagian penting dari pergerakan tubuh dalam menjaga tubuh tetap

stabil sehingga manusia tidak jatuh walaupun tubuh berubah posisi.

Statis equilibrium yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga

keseimbangan pada posisi diam seperti pada waktu berdiri dengan

satu kaki atau berdiri di atas balance board. Dinamik equilibrium

adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi pada waktu

bergerak. Keseimbangan bukanlah kualitas yang terbatas, namun

mendasari kapasitas kita untuk melakukan berbagai kegiatan yang

merupakan bagian kehidupan sehari-hari.

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

43

Keseimbangan merupakan integrasi yang kompleks dari sistem

somatosensorik (visual, vestibular, proprioceptive) dan motorik

(musculoskeletal, otot, sendi jaringan lunak) yang keseluruhan

kerjanya diatur oleh otak terhadap respon atau pengaruh internal dan

eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur meliputi basal ganglia,

cerebellum, dan area assosiasi (Batson, 2009:35-41).

“Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

pusat gravitasi atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi

tegak” (Abrahamova dan Hlavacka, 2008).

Keseimbangan menurut Harsono (1988:23) adalah kemampuan

untuk mempertahankan sistem neuromuscular tersebut dalam suatu

sikap yang efisien selagi kita bergerak. Sementara itu, menurut

Ratinus Darwis (1992:119) “keseimbangan (balance) adalah

kemampuan untuk mempertahankan sistem saraf otot tersebut dalam

suatu posisi atau sikap yang efisien selagi kita bergerak”.

2) Macam Keseimbangan

Keseimbangan terbagi menjadi 2 yaitu statis dan dinamis

(Abrahamova dan Hlavacka, 2008).

a) Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan

posisi tubuh dimana Center of Gravity (COG) tidak berubah.

Dalam keseimbangan statis, ruang geraknya sangat kecil, misalnya

berdiri di atas dasar yang sempit (balok keseimbangan, rel kereta

api), melakukan hand stand, mempertahankan keseimbangan

setelah berputar-putar di tempat.

b) Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan

posisi tubuh dimana COG selalu berubah atau kemampuan orang

untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke lain titik dengan

mempertahankan keseimbangan, misalnya menari, latihan pada

kuda-kuda atau palang sejajar, ski air, skating, sepatu roda dan

sebagainya.

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

44

Tubuh manusia memiliki semua komponen yang bisa

membuatnya bergerak bebas dan berfungsi baik salah satunya

komponen keseimbangan dan stabilisasi 11 dalam gerak dan fungsi.

Namun saat ini banyak masyarakat yang sehat maupun yang sakit

sering mengalami gangguan gerak dan fungsi. Keseimbangan dan

stabilisasi dinamis sangat berhubungan dalam setiap gerakan salah

satunya gerakan melompat, dimana dalam melompat ada beberapa

unsur yang diperlukan yaitu kecepatan, kekuatan otot tungkai (power

otot), keseimbangan dan stabilisasi dinamis. Manusia dan gerak yang

tak terpisahkan menunjukkan betapa pentingnya peran keseimbangan

dinamis pada tubuh manusia untuk mendukung aktivitas hariannya.

3) Fisiologis Keseimbangan

Banyak komponen fisiologis dari tubuh manusia memungkinkan

kita untuk melakukan reaksi keseimbangan. Bagian paling penting

adalah proprioception yang menjaga keseimbangan. Kemampuan

untuk merasakan posisi bagian sendi atau tubuh dalam gerak (Brown

et al., 2006). Beberapa jenis reseptor sensorik di seluruh kulit, otot,

kapsul sendi, dan ligamen memberikan tubuh kemampuan untuk

mengenali perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal pada

setiap sendi dan akhirnya berpengaruh pada peningkatan

keseimbangan. Konsep ini penting dalam pengaturan ortopedi klinis

karena fakta bahwa meningkatkan kemampuan keseimbangan pada

atlet membantu mereka untuk mencapai kinerja atletik yang unggul

(Riemann et al., 2002).

Proprioception dihasilkan melalui respon secara simultan,

visual, vestibular, dan sistem sensorimotor, yang masing-masing

memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas postural. Paling

diperhatikan dalam meningkatkan proprioception adalah fungsi dari

sistem sensorimotor. Meliputi integrasi sensorik, motorik, dan

komponen pengolahan yang terlibat dalam mempertahankan

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

45

homeostasis bersama selama tubuh bergerak, sistem sensorimotor

mencakup informasi yang diterima melalui reseptor saraf yang terletak

di ligamen, kapsul sendi, tulang rawan, dan geometri tulang yang

terlibat dalam struktur setiap sendi. Mechanoreceptors sensorik khusus

bertanggung jawab secara kuantitatif terhadap peristiwa hantaran

mekanis yang terjadi dalam jaringan menjadi impuls saraf (Riemann

et al., 2002). Mereka yang bertanggung jawab untuk proprioception

umumnya terletak di sendi, tendon, ligamen, dan kapsul sendi

sementara tekanan reseptor sensitif terletak di fasia dan kulit

(Riemann et al., 2002).

Empat jenis utama dari mechanoreceptors yang membantu

dalam proprioception yaitu, termasuk reseptor Ruffini, reseptor

Pacinian, Golgi-tendonorgan (GTO), dan muscle spindle. Ruffini dan

Pacinian reseptor berhubungan dengan sensasi sentuhan dan tekanan

pada umumnya terletak di kulit (Shier et al., 2004). Reseptor Ruffini

dianggap sebagai reseptor statis dan dinamis berdasarkan ambang

rendahnya, reseptor ini lambat mengadaptasi karakteristik. Melalui

perubahan impuls tekanan terjadi perubahan tarik statis dan dinamis

pada kulit dan sangat sensitif terhadap peregangan (Rieman et al.,

2002a). Reseptor Pacinian, agak cepat beradaptasi, namun reseptor

dengan ambang batas rendah yang dianggap reseptor lebih dinamis

(Rieman et al., 2002a). Sementara juga sensor tekanan, reseptor

Pacinian mendeteksi tekanan berat dan mengenali perubahan

percepatan dan perlambatan gerak (Shier et al., 2004). Golgi tendon

Organ dan muscle spindle mempunyai yang lebih besar untuk

mengetahui posisi sendi selama gerak. Pertama GTOs berada di

persimpangan musculotendinous dan bertanggung jawab untuk

memantau kekuatan kontraksi otot untuk mencegah otot dari

kelebihan beban (Brown et al., 2006). Terhubung ke satu set serat otot

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

46

dan diinervasi oleh neuron sensorik, GTOs memiliki ambang batas

yang tinggi dan dirangsang oleh ketegangan otot yang meningkat.

Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh sistem indera yang

terdapat di tubuh manusia bekerja secara bersamaan. Jika salah satu

sistem mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan

keseimbangan pada tubuh (imbalance), sIstem indera yang

mengatur/mengontrol keseimbangan seperti visual, vestibular, dan

somatosensoris (tactile & proprioceptive).

Gambar 3. Proses Fisiologi Terjadinya Keseimbangan

4) Peranan Keseimbangan dalam Poomsae

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

equilibrium baik statis maupun dinamis tubuh ketika ditempatkan

pada berbagai posisi atau kemampuan untuk mempertahankan pusat

gravitasi atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak.

Keseimbangan sangat dibutuhkan dalam beberapa cabang olahraga

diantaranya yaitu Taekwondo, khususnya dalam keterampilan bermain

poomsae.

Dalam poomsae, pada setiap gerakannya meliputi tendangan,

pukulan dan tangkisan. Jika dalam bermain poomsae, keseimbangan

Taekwondoin tidak tepat maka akan mengacaukan gerakan poomsae

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

47

selanjutnya atau gerakan poomsae menjadi tidak akurat. Oleh karena

itu, setiap Taekwondoin harus melatih keseimbangannya untuk dapat

melakukan setiap gerakan dalam poomsae.

Dalam jurus poomsae terdapat gerakan-gerakan yang

membutuhkan keseimbangan yang tinggi, seperti pada saat melakukan

tendangan, posisi kuda-kuda, dan menendang sambil melakukan

putaran/lompatan.

5) Cara Pengukuran

Cara pengukuran komponen keseimbangan yaitu dengan tes

Stork Stand. Tujuannya untuk mengukur keseimbangan statis.

Perlengkapan yang dibutuhkan yaitu lantai datar dan tidak dekat

dengan tembok dan stopwatch. Pelaksanaannya yaitu testi berdiri satu

kaki (dengan kaki yang dominan), kaki lainnya ditempatkan di sebelah

dalam (atas) lutut pada kaki yang bertumpu dan tangan di pinggang.

Sikap dan posisi ini dilakukan selama mungkin. Kemudian

kesempatan dilakukan tiga kali, waktu terlama dari tiga kesempatan.

Dicatat dalam menit (modifikasi perhitungan satuan waktu)

merupakan skor testi. Tes ini dapat pula dilakukan dalam sikap jinjit.

d. Koordinasi

1) Pengertian Koordinasi

Koordinasi berasal dari kata coordination adalah kemampuan

seseorang dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda ke dalam

suatu pola gerakan tunggal secara efektif. Menurut Grana dan Kalenak

dalam Sukadiyanto (2011:149) “koordinasi adalah kemampuan otot

dalam mengontrol gerakan dengan tepat agar dapat mencapai 1 tugas

khusus”.

Menurut Schmidt (2002:141) dalam Sukadiyanto (2011:149)

“koordinasi adalah paduan gerak dari dua atau lebih persendian yang

satu sama lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

48

keterampilan gerak”. Sedangkan Djoko Pekik Irianto (2002:77)

berpendapat bahwa “koordinasi adalah kemampuan melakukan gerak

pada berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat secara

efisien”. Pada dasarnya perlu gerak mata tangan, mata kaki dan gerak

ritmik yang baik. Koordinasi ini sangat penting untuk keberhasilan

kebanyakan aktivitas gerakan termasuk yang dilakukan sebagai bagian

dari fungsi harian.

Menurut Bompa (2004:43) “coordination is a complex motor

skill necessary for high performance”. Koordinasi merupakan

keterampilan motorik yang kompleks yang diperlukan untuk

penampilan yang tinggi. Menurut Rusli Lutan (2002:77) “koordinasi

adalah kemampuan melakukan gerakan dengan berbagai tingkat

kesukaran dengan cepat, efisien, dan penuh ketepatan”.

Koordinasi diperlukan hampir disemua cabang olahraga yang

melibatkan kegiatan fisik, koordinasi juga penting bila berada dalam

situasi dan lingkungan yang asing, misalnya perubahan lapangan

pertandingan, peralatan, cuaca, lampu penerangan, dan lawan yang

dihadapi. Tingkatan baik atau tidaknya koordinasi gerak seseorang

tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan

secara mulus, tepat, cepat, dan efisien.

Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu

melakukan suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga

mudah dan cepat dalam melakukan keterampilan yang masih baru

baginya. Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah secara

cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain sehingga

gerakannya menjadi efektif.

Setiap orang untuk dapat melakukan gerakan atau keterampilan

baik dari yang mudah, sederhana sampai yang rumit, diatur dan

diperintah dari sistem syaraf pusat yang sudah disimpan di dalam

memori terlebih dahulu. Jadi untuk dapat melakukan gerakan

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

49

koordinasi yang benar diperlukan juga koordinasi sistem syaraf yang

meliputi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi dengan otot, tulang,

dan sendi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

koordinasi mata, tangan dan kaki adalah suatu kemampuan seseorang

dalam mengkoordinasikan mata, tangan dan kaki ke dalam rangkaian

gerakan yang utuh, menyeluruh, dan terus menerus secara cepat dan

tepat dalam irama gerak yang terkontrol. Jadi apabila seseorang itu

mempunyai koordinasi yang baik maka ia akan dapat melaksanakan

tugas dengan mudah secara efektif.

2) Macam-macam Koordinasi

Bompa (2004:322) menjelaskan secara rinci macam-macam

koordinasi, yaitu :

a) Koordinasi umum yaitu kemampuan seluruh tubuh dalam

menyesuaikan dan mengatur gerakan secara simultan pada saat

melakukan suatu gerak. Artinya, bahwa setiap gerak yang

dilakukan melibatkan semua atau sebagian besar otot-otot, sistem

syaraf, dan persendian. Untuk itu, koordinasi umum ini diperlukan

adanya keteraturan gerak dari beberapa anggota badan yang

lainnya, agar gerak yang dilakukan dapat harmonis dan efektif

sehingga dapat menguasai keterampilan gerak yang dipelajari.

Koordinasi umum merupakan unsur penting dalam penampilan

motorik dan menunjukkan tingkat kemampuan yang dimiliki

seseorang.

b) Koordinasi khusus yaitu koordinasi antar beberapa anggota badan,

yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerak dari sejumlah

anggota badan secara simultan. Pada umumnya setiap teknik dalam

cabang olahraga merupakan hasil perpaduan antara pandangan

mata tangan (hand eye-coordination) dan kerja kaki (footwork).

Koordinasi khusus merupakan pengembangan dari koordinasi

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

50

umum yang dikombinasikan dengan kemampuan biomotor yang

lain sesuai dengan karakteristik cabang olahraga. Ciri-ciri orang

yang memiliki koordinasi khusus yang baik dalam menampilkan

keterampilan teknik dapat secara harmonis, cepat, mudah,

sempurna, tepat, dan luwes.

Koordinasi neuromuskuler meliputi koordinasi intramuskuler

dan intermuskuler. Koordinasi intramuskuler adalah kinerja dari

seluruh serabut syaraf dan otot dalam setiap kerja otot yang

berkontraksi secara maksimum. Kinerja otot tergantung dari interaksi

serabut syaraf dan serabut otot di dalam otot itu sendiri. Sedangkan

koordinasi intramuskuler menurut Pyke dalam Sukadiyanto

(2011:140) yaitu melibatkan efektivitas otot-otot bekerja sama dalam

menampilkan satu gerak, sehingga dalam koordinasi intramuskuler

kinerjanya tergantung dari interaksi beberapa otot.

Tes koordinasi mata, tangan dan kaki adalah suatu bentuk tes

untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan

mata, tangan dan kaki dalam serangkaian gerakan yang utuh,

menyeluruh, dan terus menerus secara cepat dan tepat dalam irama

gerak yang terkontrol.

3) Fisiologis Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan otot dalam mengontrol gerak

dengan tepat agar dapat mencapai suatu fungsi khusus. Koordinasi

adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam

gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif.

Menurut Schmidt (1998) dalam Sukadiyanto (2011) “koordinasi

adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian, yang satu

sama lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan

gerak”. Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas

otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan satu gerak yang

efektif dan efesien.

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

51

Dimana komponen gerak terdiri dari energi, kontaksi otot,

syaraf, tulang dan persendian merupakan koordinasi neuromuskuler.

Koordinasi neuromuskuler adalah setiap gerak yang terjadi dalam

ururtan dan waktu yang tepat serta gerakannya mengandung tenaga.

Sebab terjadinya gerak timbul oleh kontraksi otot, dan otot

berkontraksi karena adanya perintah yang diterima melalui sistem

syaraf.

4) Koordinasi dalam Olahraga Taekwondo

Menurut Sukadiyanto (2011:115) tanpa memiliki kemampuan

koordinasi gerak yang baik, individu akan kesulitan dalam belajar

keterampilan teknik-teknik dasar dalam olahraga. Hal senada juga

disampaikan oleh Bompa (2004:44) “the higher coordination level,

the easier it is to learn new and complicated technical and tactical

skill”. Semakin tinggi tingkat koordinasi seseorang akan semakin

mudah untuk mempelajari teknik dan taktik yang baru maupun yang

kompleks. Lebih lanjut dikemukakan juga bahwa dalam koordinasi

mata tangan akan menghasilkan timing dan akurasi. Selain itu Nossek

(1982:94) dalam Sridadi (2009:3) berpendapat bahwa :

“Koordinasi merupakan perpaduan dari kontraksi otot, tulang,

dan persendian dalam menampilkan suatu gerak, sehingga

kemampuan koordinasi berhubungan erat dengan kemampuan

motorik lain seperti keseimbangan, kecepatan, ketepatan, dan

kelincahan .

Menurut Larson (1994) yang dikutip Cholik dan Gusril

(2004:50) bahwa “koordinasi adalah kemampuan untuk

mempersatukan atau memisahkan dalam suatu tugas kerja yang

kompleks, dengan ketentuan bahwa gerakan koordinasi meliputi

kesempurnaan waktu antara otot dan sistem syaraf”. Menurut Grana

dan Kalenak (1991:253) koordinasi yang diperlukan adalah

kemampuan otot dalam mengontrol gerak dengan tepat agar dapat

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

52

mencapai satu tugas fisik secara khusus. Sedangkan menurut

Kirkendal dkk (2000:243) yang dikutip Sukadiyanto (2011:116)

“koordinasi merupakan kerja otot atau sekelompok otot yang

harmonis selama penampilan motorik dan sebagai indikasi dari

keterampilan”.

Jadi secara umum unsur koordinasi sangat diperlukan dalam

penguasaan hampir semua cabang olahraga seperti halnya Poomsae

Taekwondo, yang didalam penilaian berdasarkan peraturan WTF

memiliki kriteria berupa ketrampilan, akurasi dan lintas gerakan,

kecepatan gerakan yang didalamnya membutuhkan koordinasi dari

mata kaki sebagai pengontrol gerakan tersebut.

e. Power otot tungkai

1) Pengertian

Power penting dan diperlukan oleh atlet cabang olahraga yang

menuntut unsur kekuatan dan kecepatan gerak. Menurut Harsono

(1988:200) dalam Sulistianta, H (2013:48) “Power terutama penting

untuk cabang-cabang olahraga dimana atlet harus mengerahkan tenaga

yang eksplosi”. Dewasa ini power telah diakui sebagai komponen

kodisi fisik yang memungkinkan atlet untuk mengembangkan

kemampuannya guna mencapai tingkat prestasi yang lebih tinggi

dalam olahraga yang digelutinya.

Power merupakan suatu komponen biometrik dalam kegiatan

olahraga, karena power akan menentukan seberapa tinggi lompatan

yang dihasilkan saat orang melakukan lompatan, seberapa jauh orang

dapat melakukan tolakan serta seberapa cepat orang berlari dan

sebagainya. Menurut Jonath dan Krempel dalam Nugroho F,

(2014:14) “power adalah kemampuan sementara otot untuk mengatasi

beban dengan kecepatan kontraksi yang tinggi”.

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

53

KONI pusat (2006:5) menyebutkan bahwa power adalah

kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk

melakukan kerja fisik secara eksplosif. Karena power di tungkai,

seorang atlet renang mampu dengan cepat dan meledak ke luar nlok

start, pemain basket mampu melompat setinggi-tingginya sebelum

melakukan gerakan yang cepat dan kuat agar mampu melakukannya

beberapa kali serta atlet Taekwondo pun dapat melakukan gerakan-

gerakan pomsae dengan cepat dan kuat. Power otot tungkai yang

dimaksud di sini adalah kemampuan otot untuk menerima beban

dalam waktu bekerja dimana kemampuan itu dihasilkan oleh adanya

kontraksi otot yang terdapat pada tungkai, kontraksi ini timbul untuk

melakukan gerakan yang mendukung.

Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi power otot

tungkai adalah kecepatan kontraksi otot yang terkait, dalam hal ini

yang berperan adalah jenis serabut otot lambat atau cepat. Power akan

timbul apabila kekuatan otot tungkai dipadukan dengan kecepatan,

dengan kata lain kecepatan merupakan indikator adanya explosive

power. Power juga ditentukan oleh besarnya beban, terlalu besar

beban maka otot akan menjadi lambat untuk bergerak. Beberapa

gerakan yang dituntut agar mempunyai power adalah gerakan pada

waktu menambah tenaga pada gerak yang dilakukan dengan cepat.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

power merupakan kombinasi antara kekuatan dengan kecepatan untuk

mengatasi beban dengan kecepatan kontraksi otot yang lebih tinggi

dalam waktu yang singkat.

2) Fisiologis Power Otot

Kekuatan otot merupakan kemampuan untuk menghasilkan

tenaga, termasuk didalamnya adalah kekuatan dinamik atau isotonik

yakni kemampuan untuk menghasilkan tenaga melalui lingkup gerak

dan kekuatan isometrik yaitu kemampuan untuk menghasilkan tenaga

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

54

pada suatu titik dalam lingkup gerak tanpa disertai perubahan panjang

otot.

Harsono (1988:179) menyebutkan bahwa kontraksi otot dapat

digolongkan dalam tiga kategori yaitu :

a) Kontraksi isometris, dalam kontraksi isometris otot-otot tidak

memanjang atau memendek sehingga tidak nampak suatu gerakan

yang nyata atau dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh.

Kontraksi ini disebut juga kontraksi statis.

b) Kontraksi isotenis, dalam kontraksi isotenis akan nampak bahwa

terjadi suatu gerakan dari anggota-anggota tubuh yang disebabkan

memanjang dan memendeknya otot-otot sehingga terdapat

perubahan dalam panjang otot. Kontraksi ini disebut juga kontraksi

dinamis.

c) Kontraksi isoteknis yaitu kontraksi dari kedua kontraksi tersebut.

Faktor yang mempengaruhi daya ledak adalah sudut sendi, sudut

sendi akan mempengaruhi kekuatan otot, kemudian faktor yang

mempengaruhi daya adalah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot.

Faktor fisiologis yang mempengaruhi kontraksi otot adalah usia, jenis

kelamin dan suhu otot.

Disamping itu, faktor yang mempengaruhi otot sebagai unsur

daya ledak adalah jenis serabut otot, luas otot rangka, sudut sendi,

aspek psikologis. Kerja sama antar otot-otot tungkai dapat

menghasilkan lompatan yang tinggi saat melakukan jump shoot

sehingga memudahkan pemain untuk dapat melakukan jump shoot

secara akurat.

Tungkai terdiri dari tungkai atas, yaitu pangkal paha sampai

lutut, dan tungkai bawah yaitu lutut sampai dengan kaki. Secara

keseluruhan tulang tungkai berjumlah 31 buah yaitu “1 os koxsa

(tulang pangkal paha), 1 os femur (tulang paha), 1 os tibia (tulang

kering), 1 os fibula (tulang betis), 1 os patella (tulang lutut), 7 os tarsal

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

55

(tulang pergelangan kaki), 5 os metatarsalia (tulang telapak kaki), 14

os falang (tulang jari-jari kaki)”.

Struktur otot tungkai bawah terdiri dari :

a) Otot tulang kering depan (Mtibialis Anterior, fungsinya

mengangkat pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan

kaki.

b) M. Ekstensor falagus longus, fungsinya meluruskan jari telunjuk ke

tengah jari-jari manis dan kelingking kaki.

c) Otot ekstensi jempol, fungsinya dapat meluruskan ibu jari kaki,

urat-urat tersebut dipaut oleh ikat melintang dan ikat silang

sehingga otot itu bisa membengkokkan kaki ke atas.

d) Tendo Achilles (M. Popliteus), M.falagus longus, fungsinya

meluruskan kaki di sendi tumit untuk membengkokkan tungkai

bawah lutut.

e) M. tibialis posterior, fungsinya dapat membengkokkan kaki di

sendi tumit dan telapak kaki sebelah dalam.

Otot tungkai atas mempunyai selaput pembungkus yang sangat

kuat dan disebut fasia lata yang dibagi menjadi tiga golongan :

a) Otot Abduktor, yang terdiri dari : Muskulus Abduktor Madanus

sebelah kanan, Muskulus Vastus Lateralis Eksternal, Muskulus

vastus Medialis Internal, Muskulus Vastus intermedial.

b) Otot Flekstor, yang terdapat dibagian paha belakang yang terdiri

dari : Biseps femoris, Muskulus Semi Membranous, Muskulus

Semi Membranous (otot seperti urat), Muskulus Sartorius.

Dilihat dari serabutnya, maka otot rangka dibagi dalam dua tipe

yaitu serabut otot lambat (slow twitch) dan serabut otot cepat (fast

twitch). Serabut otot lambat juga disebut otot merah, tipe I dan serabut

otot aerobik. Sedangkan serabut otot cepat disebut juga sebagai otot

putih, tipe II, dan serabut anaerobik. Serabut otot cepat dibagi ke

Page 49: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

56

dalam dua bagian yaitu fast twitch A (fast twitch oxydatif glicoliotic)

dan fast twitch B (fast twitch glicolitic).

Serabut otot lambat warnanya lebih merah sebab kandungan

mioglobinnya lebih tinggi karena kepadatan kapilernya juga lebih

banyak dibandingkan dengan serabut otot cepat. Dikatakan sebagai

serabut otot lambat, karena kecepatan kontraksinya lebih lambat di

bandingkan serabut otot cepat. Namun demikian serabut otot ini

memiliki daya tahan yang tinggi. Oleh karena itu, cocok untuk

olahraga yang menuntut daya tahan yang tinggi tetapi tidak menuntut

kecepatan maksimal. Dengan mengetahui jenis dan sifat serabut otot

di atas, maka dapat diketahui untuk power jenis otot yang digunakan

adalah serabut otot cepat karena jenis serabut ini dapat menampilkan

kontraksi otot yang cepat dan kuat dimana kecepatan dan kekuatan

sangat dibutuhkan dalam power.

3) Peningkatan Power Otot

Menurut Suharno HP (1993:60) ciri-ciri latihan Power yaitu :

a. Melawan beban relatif ringan, berat beban sendiri, dapat pula

tambahan beban luar yang ringan

b. Gerakan relatif aktif, dinamis, dan cepat

c. Gerakan-gerakan merupakan satu gerak yang singkat, serasi dan

utuh

d. Bentuk gerak bisa cyclic atau acyclic

e. Intensitas kerja submaksimal atau maksimal.

Pada Taewondoin, otot-otot tungkai mengalami kontraksi yang

cepat dengan kekuatan yang penuh pada saat melakukan gerakan

melompat, menendang, dan merubah arah. Otot penggerak utama

antara lain adalah otot Quadriceps, Gastrocnemius dan Soleus.

4) Peranan Power Otot Tungkai dalam Poomsae

Power harus mutlak diperlukan pada setiap atlet untuk semua

cabang olahraga. Kekuatan otot merupakan komponen penting dari

Page 50: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

57

kondisi fisik karena tingkat penyesuaian kemampuan terjadi sesuai

dengan proporsi dari kualitas dan jumlah serabut otot. Power dapat

diartikan sebagai kualitas tenaga otot atau sekelompok otot dalam

membangun kontraksi secara maksimal untuk mengatasi beban yang

datang baik dari dalam maupun luar. Jadi gerakan yang dilakukan oleh

otot-otot tungkai akan menghasilkan gerakan aktivitas seperti

menendang, berjalan, melompat dan lain sebagainya. Dimana gerakan

tersebut dibutuhkan dalam melakukan gerakan olahraga terutama

cabang olahraga yang dominan menggunakan kaki seperti

Taekwondo.

Dalam Taekwodo salah satu tendangan yang sering digunakan

dan lebih efektif serta wajib dikuasai oleh Taekwondoin yang

merupakan salah satu dari tendangan dasar yaitu tendangan dollyo.

Tendangan dollyo umumnya mulai diajarkan kepada Taekwondoin

setelah ia mencapai tingkat sabuk kuning. Kekuatan tendangan ini

selain dari lecutan lutut juga sangat didukung oleh putaran pinggang

yang sebenarnya merupakan penyaluran tenaga dari masa badan.

Tendangan ini pada dasarnya menggunakan pula bantalan telapak kaki

(ap chuk) atau baldeung (punggung kaki).

Dari bagian-bagian kaki yang digunakan untuk tendangan

dollyo, ada beberapa unsur fisik yang dibutuhkan untuk mendukung

hasil tendangan dan menghasilkan frekuensi yang tinggi dalam waktu

yang ditentukan, unsur fisik yang mendukung dalam tendangan dollyo

yaitu adalah power tungkai. Power otot tungkai yang baik akan

menghasilkan kekuatan dan kecepatan dalam melakukan tendangan

dollyo ataupun digunakan untuk merubah posisi gerakan.

5) Cara pengukuran

Cara pengukuran komponen power otot tungkai yaitu dengan tes

Standing Broad Jump. Tes Standing Broad Jump bertujuan untuk

mengukur kekuatan eksplosif otot tungkai. Perlengkapan yang

Page 51: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

58

dibutuhkan yaitu pita pengukur dan tempat datar dan rata serta tidak

keras. Prosedur pengukuran tes yaitu :

a) Testi berdiri di belakang garis batas yang telah dibuat dengan kaki

sedikit merenggang.

b) Lakukan gerakan melompat dengan dua kaki, dan mendarat dengan

kedua kaki.

c) Dilakukan tiga kali dan skor adalah jarak lompatan terjauh.

Penilaian tes ini yaitu nilai diukur jarak dari garis batas

melompat sampai titik mendarat terdekat.

f. Volume Oksigen Maksimal

1) Pengertian Volume Oksigen Maksimal

Volume oksigen maximal (VO2 max) adalah volume maksimal

yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang

intensif. VO2 max ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang

dinyatakan dalam liter per menit. Selain itu, VO2 max adalah ukuran

maksimum volume oksigen yang digunakan untuk seseorang,

sehingga dapat dikatakan bahwa VO2 max adalah jumlah maksimal

oksigen yang dapat dihirup dari udara kemudian diangkut dan

digunakan dalam jaringan tubuh (Wilmore and Costill, 2005).

Volume oksigen maksimal merupakan ukuran yang sering

digunakan pada kebugaran aerob dan menunjukkan rata-rata energi

maksimal yang ditimbulkan oleh sistem energi aerob. Volume oksigen

maksimal ditentukan oleh sistem respirasi dan kardiovaskuler

terhadap pengiriman oksigen ke otot rangka yang mengalami

kontraksi serta kemampuan otot dalam mengkonsumsi oksigen.

Pengukuran volume oksigen maksimal biasanya untuk

mengkonsumsi oksigen. Pengukuran volume oksigen maksimal

biasanya untuk menilai ketahanan latihan fisik dimana volume

Page 52: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

59

oksigen maksimal dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,

kebiasaan latihan fisik, herediter, dan status klinis.

2) Fisiologis Volume Oksigen Maksimal

Volume oksigen maksimal lebih banyak dipengaruhi oleh sistem

jantung dibandingkan dengan sistem pernapasan. Hal ini disebabkan

oleh karena jumlah oksigen yang digunakan tubuh tidak pernah

melebihi nilai rata-rata oksigen yang dikirim oleh sistem jantung ke

jaringan. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan seseorang dalam

melakukan latihan fisik terutama tergantung pada jantung mereka.

Selama menit-menit pertama latihan fisik, konsumsi oksigen

meningkat hingga akhirnya tercapai keadaan steady state ini terjadi

pula adaptasi ventilasi paru, denyut jantung dan cardiac output.

Keadaan dimana konsumsi oksigen telah mencapai nilai maksimal

tanpa bisa naik lagi meskipun dengan penambahan intensitas latihan

fisik, inilah yang disebut VO2 max.

Besarnya VO2 max sangat ditentukan oleh :

a) Fungsi jantung, paru dan pembuluh darah.

b) Proses penyampaian oksigen ke jaringan oleh eritrosit yang

melibatkan fungsi jantung untuk memompa darah.

c) Volume darah.

d) Jumlah sel darah merah dalam pengalihan darah dari jaringan yang

kemudian ditranspor ke otot-otot yang sedang bekerja (Sharkley,

2011).

Nilai VO2 max seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain :

a) Kemampuan kimia dari sistem jaringan otot selular untuk

menggunakan oksigen dalam mengurai bahan bakar.

b) Kemampuan gabungan sistem jantung dan paru untuk mengangkut

oksigen ke sistem jaringan otot.

Page 53: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

60

Nilai VO2 maximum seorang atlet dan non atlet dapat

dikategorikan berdasarkan umur dan jenis kelamin sebagai berikut :

Non Atlet Umur Laki-laki Perempuan 10-19 47-56 38-46 20-29 43-52 33-42 30-39 39-48 30-38 40-49 36-44 26-35 50-59 34-41 24-33 60-69 31-38 22-30 70-79 28-35 20-27 Atlet

Jenis Olahraga Umur Laki-laki Perempuan Bola basket 18-30 40-60 43-60 Bersepeda 18-26 62-74 47-57 Senam 18-22 52-58 35-50 Sepakbola 22-28 52-62 50-60 Skating 18-24 56-73 44-55 Berenang 10-25 50-70 40-60 Atletik 18-39 60-85 50-75 Atletik 40-75 40-60 35-60 Bola Voli 18-22 40-56 Angkat Berat 20-30 38-52 Gulat 20-30 52-65

Sumber : Mackenzie, 1997

Gambar 4. Normatif nilai VO2 maximum atlet dan non atlet

Individu yang berada dalam kondisi sehat memiliki nilai VO2

max yang lebih tinggi dan dapat melaksanakan aktivitas lebih baik

daripada individu yang berada dalam kondisi tidak sehat. Orang

dengan tingkat kebugaran yang baik memiliki nilai VO2 max lebih

tinggi dan dapat melakukan aktivitas lebih kuat dibanding mereka

yang tidak dalam kondisi baik. Sejumlah penelitian menunjukkan

bahwa seorang individu dapat meningkatkan VO2 max dengan

melakukan aktivitas yang intensitasnya dapat meningkatkan denyut

jantung menjadi antara 65% dan 85% dari keadaan maksimum (pada

keadaan normal) setidaknya selama 20 menit, tiga sampai lima kali

seminggu.

Page 54: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

61

Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa penurunan rata-rata

VO2 max per tahun adalah 0.46 ml/kg/menit untuk pria (1.2%) dan

0.54 ml/kg/menit untuk wanita (1.7%). Penurunan ini terjadi karena

beberapa hal, termasuk reduksi denyut jantung maksimal dan isi

sekuncup jantung maksimal (Sharkley, 2011). Nilai rata-rata VO2

max untuk atlet laki-laki adalah sekitar 3,5 liter/menit dan untuk atlet

perempuan itu adalah sekitar 2,7 liter/menit.

VO2 max dibatasi oleh cardiac output, kemampuan sistem

respirasi untuk mengantarkan oksigen ke darah, atau kemampuan otot

untuk menggunakan oksigen. Faktor fisiologis yang menentukan VO2

max yaitu :

a) Teori pemanfaatan dimana VO2 max ditentukan oleh kemampuan

tubuh untuk memanfaatkan oksigen yang tersedia.

b) Teori presentasi yaitu kemampuan sistem kardiovaskular tubuh

untuk mengantarkan oksigen ke jaringan aktif. Oleh karena itu,

dapat dikatakan bahwa pengiriman oksigen ke jaringan aktif yang

merupakan faktor pembatas utama untuk VO2 max (Sharkley,

2011).

Dengan begitu, VO2 max pun menjadi batasan kemampuan

aerobik, maka dianggap sebagai parameter terbaik untuk mengukur

kemampuan aerobik seseorang. VO2 max merupakan nilai tertinggi

dimana seseorang dapat mengkonsumsi oksigen selama latihan, serta

merupakan refleksi dari unsur kardiorespirasi dan hematologik dari

penghantaran oksigen dan mekanisme oksidatif otot (Sharkley, 2011).

3) Faktor yang Mempengaruhi VO2 max

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi VO2 max adalah

sebagai berikut :

a) Genetik

Genetik merupakan faktor dasar yang membuat VO2 max

setiap orang berbeda. Selain itu, genetik juga mempengaruhi profil

Page 55: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

62

hematologi seseorang. Faktor yang membedakannya adalah profil

hematologi. Hemoglobin setiap orang berbeda baik secara kualitas

maupun kuantitas. Hemoglobin sangat mempengaruhi transpor

oksigen dari paru menuju otot. Perubahan sedikit pada profil

hematologi seseorang akan sangat mempengaruhi transpor oksigen.

b) Umur

Pada anak-anak nilai VO2 max di bawah orang dewasa. Hal

ini berkaitan dengan maturitas organ-organ fital. Semakin matur

organ seorang anak, nilai VO2 max juga akan semakin tinggi.

Maturitas tiap individu berbeda, namun nilai VO2 max rata-rata

sama pada anak laki-laki dan perempuan di bawah umur 12 tahun.

Setelah umur 12 tahun nilai VO2 max pada laki-laki meningkat

sampai umur 18 tahun, sedangkan nilai VO2 max pada perempuan

hanya sedikit berubah setelah umur 14 tahun (Robergs, et al.

2000). Nilai VO2 max mencapai puncak pada dewasa muda sekitar

umur 25-27 tahun. Seiring dengan bertambahnya umur, maka VO2

max seseorang semakin berkurang. Nilai VO2 max akan berkurang

8-10% setiap 10 tahun setelah umur 30 tahun (Robergs et al, 2000).

Perubahan fungsional dan struktur terjadi setara dengan perubahan

atau bertambahnya usia, dan perubahan yang mencolok adalah

pada kardiorespirasi. Penuaan mengakibatkan perubahan sistem

kardiorespirasi. Sistem kardiorespirasi terdiri dari sistem

kardiovaskular dan sistem respirasi.

c) Jenis kelamin

Kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari

pria pada usia yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan hormonal

yang menyebabkan wanita memiliki konsentrasi hemoglobin lebih

rendah dan lemak tubuh lebih besar. Wanita juga memiliki massa

otot lebih kecil dari pada pria. Mulai umur 10 tahun, VO2 max anak

laki-laki menjadi lebih tinggi 12% dari anak perempuan. Pada umur

Page 56: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

63

12 tahun, perbedaannya menjadi 20%, dan pada umur 16 tahun

VO2 max anak laki-laki 37% lebih tinggi dibanding anak

perempuan. Rata-rata pria muda (18-25 tahun) memiliki skor 45

hingga 48 ml/kg/menit, sedangkan wanita memiliki skor 39 hingga

41 ml/kg/menit, sedangkan untuk pria aktif skor 50-an dan 60-an

dan wanita aktif skor 40-an dan 50-an (Sharkey, 2011). Hal ini

dapat terlihat perbedaan VO2 max antara pria dan wanita.

d) Suhu

Peningkatan kadar progesteron pada masa luteal menstruasi

akan meningkatkan suhu basal tubuh. Hal ini dikarenakan

progesteron mempunyai efek termogenik. Efek termogenik dari

progesteron akan meningkatkan BMR sehingga akan berpengaruh

pada sistem kardiovaskuler dan akhirnya akan berpengaruh pada

VO2 max.

e) Keadaan latihan

Latihan fisik dapat meningkatkan nilai VO2 max. Namun

begitu, VO2 max ini tidak terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat

berubah sesuai tingkat dan intensitas aktivitas fisik. Latihan fisik

yang efektif bersifat endurance (daya tahan) dan meliputi durasi,

frekuensi, dan intensitas tertentu, dengan demikian dapat dikatakan

bahwa kegiatan dan latar belakang latihan seorang dapat

mempengaruhi nilai VO2 maxnya (Sharkey, 2011).

f) Komposisi tubuh

Perbedaan komposisi seseorang menyebabkan konsumsi

oksigen yang berbeda. Otot yang kuat akan memiliki VO2 max

lebih tinggi dibandingkan tubuh yang memiliki kandungan lemak

yang lebih banyak.

Page 57: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

64

g) Sel darah merah

Peningkatan sel darah merah akan menyebabkan peningkatan

oxygen-carrying capacity sehingga terjadi peningkatan nilai VO2

max.

4) Faktor yang Menentukan VO2 max

a) Kardiovaskuler

Curah jantung merupakan faktor yang berpengaruh pada

sistem kardiovaskuler. Curah jantung dipengaruhi oleh denyut

jantung dan isi volume sekuncup. Sehingga dengan meningkatnya

beban kerja, denyut jantung akan meningkat hingga mencapai

maksimal. Isi volume sekuncup akan meningkat sedikit ketika 75%

VO2 max telah tercapai. Penyebab utama peningkatan isi volume

sekuncup selama latihan fisik adalah kontraktilitas miokardium dan

peningkatan arus balik vena.

b) Pulmonal

Faktor yang berpengaruh pada sistem ini adalah kemampuan

sistem respirasi dalam membawa oksigen menuju ke darah, yaitu

perbedaan antara arterial dan venous oksigen content (CaO2-CvO2).

Pada latihan fisik yang meningkat akan menyebabkan peningkatan

pada CaO2-CvO2. Hal ini disebabkan karena menurunnya mixed

venous oxygen content sebagai hasil dari redistribusi curah jantung

dari jaringan yang menghasilkan sedikit oksigen ke jaringan yang

menghasilkan banyak oksigen.

5) Peranan Volume Oksigen Maksimal dalam Poomsae

Telah dijelaskan bahwa volume oksigen maksimal (VO2 max)

adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan oksigen (O2)

selama kegiatan maksimal. Penggunaan volume oksigen maksimal

dibutuhkan oleh setiap atlet untuk beraktivitas dalam jangka waktu

yang lama. Volume oksigen maksimal termasuk dalam sistem

Page 58: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

65

metabolisme aerobik dimana membutuhkan oksigen untuk

menghasilkan energi.

Saat beraktivitas dalam waktu yang lama, kebutuhan oksigen

pada otot akan meningkat. Daya tahan kardiovaskular yang baik tentu

akan dapat menyuplai oksigen pada jaringan yang aktif. Sehingga

kebutuhan akan oksigen di dalam jaringan selalu terpenuhi. Setiap

bentuk aktivitas olahraga menggambarkan energi yang dikeluarkan

pada setiap orang. Seperti halnya pada atlet poomsae yang

mengeluarkan energi sangat banyak untuk waktu yang singkat.

Semakin panjang tungkai, otot akan melakukan penyesuaian

dengan bertambahnya otot. Dengan semakin besarnya otot akan

banyak membutuhkan energi untuk melakukan aktivitas. Energi

diperoleh dari ATP dengan metabolisme anaerobik dan aerobik.

Dalam pertandingan poomsae penggunaan energi secara aerobik

sangat dibutuhkan. Dengan memiliki VO2 max yang baik, seorang

atlet poomsae akan mampu melakukan gerakan-gerakan dengan cepat,

tepat dan akurat dan tidak akan terjadi kelelahan sehingga akan dapat

mencapai keterampilan dan prestasi poomsae yang maksimal.

6) Cara Pengukuran

Cara pengukuran VO2 max yaitu dengan Multistage Fitness Test

yang bertujuan untuk mengukur volume oksigen maksimal dengan

perkiraan yang akurat. Perlengkapan yang dibutuhkan yaitu halaman

atau permukaan datar dan tidak licin, panjang sekurang-kurangnya 22

meter, lebar lintasan kurang lebih 1 – 1,5 meter untuk setiap testi,

mesin pemutar kaset (tape recorder), kaset atau CD Multistage

Fitness Test, kerucut sebagai tanda batas jarak, stopwatch, blangko

dan alat tulis, asisten.

Prosedur pelaksanaan tes yaitu :

a) Testi berlari dengan jarak 20 meter dengan bunyi “tut” dari kaset

atau CD.

Page 59: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

66

b) Testi harus meletakkan satu kaki tepat pada atau di belakang tanda

meter ke-20 pada tiap akhir lari.

c) Testi lari selama mungkin sampai tidak mampu lagi mengikuti

kecepatan dalam kaset atau CD.

Penilaian dalam tes ini digunakan untuk mengetahui volume

oksigen maksimal testi yaitu dengan menggunakan tabel. Setelah

diketahui volume oksigen maksimal testi, digunakan tabel lagi untuk

mengetahui kategori kondisi fisiknya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis

yang dikemukakan. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian ini :

1. Satrio Sakti Rumpoko (2013) “Kontribusi Panjang Tungkai, Kekuatan Otot

Tungkai dan Volume Oksigen Maksimal terhadap Pencapaian Prestasi

Olahraga Selam pada Atlet Selam Putera Persatuan Olahraga Selam Seluruh

Indonesia di Provinsi Jawa Tengah”. Hasil penelitian menyebutkan bahwa :

a. Ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan prestasi

olahraga selam, rhitung = 0,841 > rtabel 5% = 0,497 dan memberikan

kontribusi sebesar 18,12%.

b. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan

prestasi olahraga selam, rhitung = 0,851 > rtabel 5% = 0,497 dan memberikan

kontribusi sebesar 7,67%.

c. Ada hubungan yang signifikan antara volume oksigen maksimal dengan

prestasi olahraga selam, rhitung = 0,928 > rtabel 5% = 0,497 dan memberikan

kontribusi sebesar 24,45 %.

2. Septian Tono (2014) “Kontribusi Kecepatan, Kelentukan, Kekuatan Otot

Lengan, Daya Ledak Otot Tungkai dan Daya Tahan terhadap Keterampilan

Poomsae Atlet Taekwondo Kotabumi”. Hasil penelitian menyebutkan

bahwa keterampilan poomsae dipengaruhi oleh aspek kecepatan dengan

Page 60: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

67

kontribusi 9,3%, kelentukan dengan kontribusi 21,5%, kekuatan otot lengan

dengan kontribusi 20,7%, daya ledak otot tungkai dengan kontribusi 24,8%

dan sebanyak 17,0% kontribusi yang diberikan oleh daya tahan paru

jantung.

3. Sumi Aprilia (2014) “Profil Indeks Massa Tubuh dan VO2 Maximum pada

Mahasiswa Anggota Tapak Suci di Universitas Muhammadiyah Surakarta”.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa kategori yang paling dominan untuk

IMT adalah normal sebesar 85% sedangkan VO2 max kategori baik sebesar

45%.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dapat dirumuskan

kerangka pemikiran sebagai berikut :

Kondisi fisik merupakan unsur yang penting dalam menunjang

penampilan poomsae Taekwondoin dalam suatu perlombaan. Unsur kondisi

fisik yang berpengaruh pada olahraga Taekwondo khususnya poomsae antara

lain kecepatan, fleksibilitas, keseimbangan, power otot tungkai, dan volume

oksigen maksimal.

Berdasarkan pedoman untuk mempelajari dan mempraktekkan Poomsae

dibutuhkan kestabilan, kecepatan, tenaga, kekuatan, ritme, penjiwaan serta

sikap penampilan (Suryadi Y, 2002:1). Jika seorang Taekwondoin memiliki

kecepatan, fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi, power otot tungkai dan

volume oksigen maksimal yang baik maka akan memberikan sumbangan yang

lebih besar terhadap keterampilan Taekwondo khususnya poomsae. Pelatihan

poomsae membutuhkan waktu yang lama, sehingga diperlukan kondisi fisik

yang prima agar Taekwondoin dapat melaksanakan semua materi yang

diberikan dan tidak mengalami kelelahan yang berarti ketika sedang berlatih.

Kontribusi kecepatan, fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi, power otot

tungkai, dan volume oksigen maksimal terhadap keterampilan poomsae yaitu

sebagai berikut :

Page 61: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

68

1. Kontribusi Kecepatan terhadap Keterampilan Poomsae

Kecepatan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

gerak. Kecepatan merupakan unsur kemampuan gerak yang harus dimiliki

seorang Taekwondoin, karena dengan kecepatan yang akurat, Taekwondoin

dapat melakukan gerakan poomsae dengan cepat, tepat dan akurat sesuai

waktu yang telah ditentukan (Standar).

Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh badan dengan

cepat, akan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan seluruh tubuh

dalam waktu sesingkat-singkatnya. Kecepatan melibatkan otot-otot besar

pada tubuh dengan cepat dan tepat dalam suatu aktivitas tertentu dalam hal

ini adalah poomsae. Kecepatan dapat dilihat dari sejumlah besar kegiatan

dalam olahraga meliputi kerja kaki yang efisien dan perubahan posisi tubuh

dengan cepat. Taekwondoin yang mampu bergerak dengan koordinasi

seperti di atas dengan cepat dan tepat berarti memiliki kecepatan yang baik.

Kecepatan sangat penting dalam bermain poomsae pada setiap

gerakannya meliputi tendangan, pukulan dan tangkisan. Jika dalam bermain

poomsae, kecepatan Taekwondoin tidak tepat maka akan mengacaukan

gerakan poomsae selanjutnya atau gerakan poomsae menjadi tidak akurat.

Oleh karena itu, setiap Taekwondoin harus melatih kecepatannya untuk

dapat melakukan setiap gerakan dalam poomsae.

2. Kontribusi Fleksibilitas terhadap Keterampilan Poomsae

Fleksibilitas merupakan salah komponen dasar dalam melatih kondisi

fisik agar keterampilan poomsae seorang Taekwondoin akan meningkat,

karena dengan fleksibilitas yang baik, Taekwondoin dapat menggerakkan

tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak yang seluas

mungkin, tanpa mengalami, menimbulkan cidera pada persendian dan otot

di sekitar persendian tersebut.

Fleksibilitas sangat penting dalam bermain poomsae pada setiap

gerakannya meliputi tendangan, pukulan dan tangkisan. Jika dalam bermain

poomsae, fleksibilitas Taekwondoin tidak tepat maka akan membuat

Page 62: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

69

gerakan poomsae tidak indah atau telihat kaku. Oleh karena itu, setiap

Taekwondoin harus melatih fleksibilitasnya untuk dapat melakukan setiap

gerakan dalam poomsae dengan indah dan akurat.

Dalam jurus poomsae terdapat gerakan-gerakan yang membutuhkan

fleksibilitas yang tinggi, seperti pada saat menendang, menangkis, kuda-

kuda dan memukul.

3. Kontribusi Keseimbangan terhadap Keterampilan Poomsae

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

equilibrium baik statis maupun dinamis tubuh ketika ditempatkan pada

berbagai posisi atau kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi atas

dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak. Keseimbangan sangat

dibutuhkan dalam beberapa cabang olahraga diantaranya yaitu Taekwondo

khususnya dalam keterampilan bermain poomsae.

Dalam poomsae, pada setiap gerakannya meliputi tendangan, pukulan

dan tangkisan. Jika dalam bermain poomsae, keseimbangan Taekwondoin

tidak tepat maka akan mengacaukan gerakan poomsae selanjutnya atau

gerakan poomsae menjadi tidak akurat. Oleh karena itu, setiap Taekwondoin

harus melatih keseimbangannya untuk dapat melakukan setiap gerakan

dalam poomsae.

Dalam jurus poomsae terdapat gerakan-gerakan yang membutuhkan

keseimbangan yang tinggi, seperti pada saat melakukan tendangan, posisi

kuda-kuda, dan menendang sambil melakukan putaran/lompatan.

4. Kontribusi Koordinasi terhadap Keterampilan Poomsae

Menurut Sukadiyanto (2011) tanpa memiliki kemampuan koordinasi

gerak yang baik, individu akan kesulitan dalam belajar keterampilan teknik-

teknik dasar dalam olahraga. Hal senada juga disampaikan oleh Bompa

(2004) the higher coordination level, the easier it is to learn new and

complicated technical and tactical skill. Semakin tinggi tingkat koordinasi

seseorang akan semakin mudah untuk mempelajari teknik dan taktik yang

baru maupun yang kompleks. Lebih lanjut dikemukakan juga bahwa dalam

Page 63: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

70

koordinasi mata tangan akan menghasilkan timing dan akurasi. Selain itu

Nossek (1992) berpendapat bahwa koordinasi merupakan perpaduan dari

kontraksi otot, tulang, dan persendian dalam menampilkan suatu gerak,

sehingga kemampuan koordinasi berhubungan erat dengan kemampuan

motorik lain seperti keseimbangan, kecepatan, ketepatan, dan kelincahan.

Menurut Larson (1994) yang dikutip Cholik dan Gusril (2004:50)

bahwa koordinasi adalah kemampuan untuk mempersatukan atau

memisahkan dalam suatu tugas kerja yang kompleks, dengan ketentuan

bahwa gerakan koordinasi meliputi kesempurnaan waktu antara otot dan

sistem syaraf. Menurut Grana dan Kalenak (1991:253) koordinasi yang

diperlukan adalah kemampuan otot dalam mengontrol gerak dengan tepat

agar dapat mencapai satu tugas fisik secara khusus. Sedangkan menurut

Kirkendal dkk (2000:243) yang dikutip Sukadiyanto (2011:116) koordinasi

merupakan kerja otot atau sekelompok otot yang harmonis selama

penampilan motorik dan sebagai indikasi dari keterampilan.

Jadi secara umum unsur koordinasi sangat diperlukan dalam

penguasaan hampir semua cabang olahraga seperti halnya Poomsae

Taekwondo, yang didalam penilaian berdasarkan peraturan WTF memiliki

kriteria berupa keterampilan, akurasi dan lintas gerakan, kecepatan gerakan

yang didalamnya membutuhkan koordinasi dari mata kaki sebagai

pengontrol gerakan tersebut.

5. Kontribusi Power Otot Tungkai terhadap Keterampilan Poomsae

Power otot tungkai merupakan salah satu faktor utama yang

mendukung keberhasilan Taekwondoin dalam mencapai keterampilan

Poomsae. Hal ini karena dalam poomsae, power otot tungkai sangat

dibutuhkan dalam sikap kuda-kuda yang sebagian besar ada dalam gerakan

poomsae. Selain itu, untuk mencapai tendangan saat bermain poomsae,

harus ada power otot tungkai untuk mengangkat paha dan menolak pada

saat menendang. Seorang Taekwondoin harus mempunyai kaki yang kuat,

Page 64: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

71

pergelangan kaki yang kuat, lutut yang kuat dan tungkai yang kuat agar

dapat memikul badan yang berat.

Dari keterangan di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa power

adalah penyebab adanya gerakan keterampilan. Dalam hal ini adalah power

otot tungkai, poomsae adalah fungsi yang dimaksud. Dalam bermain

poomsae, power otot tungkai merupakan power otot yang diperlukan

terutama pada saat melakukan kuda-kuda. Sehingga semakin besar power

otot tungkai, maka gerakan poomsae Taekwondoin akan semakin mudah

dan semakin lincah.

6. Kontribusi Volume Oksigen Maksimal terhadap Keterampilan Poomsae

Volume oksigen maksimal merupakan kemampuan tubuh

menggunakan oksigen dengan maksimal untuk dapat melakukan aktivitas

dari intensitas sedang sampai tinggi dalam jangka waktu yang lama. Volume

oksigen maksimal merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam

keterampilan poomsae. Pertandingan poomsae cukup lama dan menguras

tenaga, sehingga membutuhkan daya tahan yang baik, karena adanya daya

tahan yang baik maka seorang Taekwondoin dapat mempertahankan

performa pada saat pertandingan khususnya poomsae.

Dengan volume oksigen maksimal yang baik, Taekwondoin dapat

melakukan gerakan poomsae tanpa mengalami suatu kelelahan yang berarti.

Sehingga akan mendapat hasil yang maksimal. Dengan demikian volume

oksigen maksimal dapat memberikan kontribusi dalam mempertahankan

kerja tubuh sehingga menghasilkan daya gerak yang bertahan dalam waktu

yang lama pada saat pertandingan poomsae.

D. Hipotesis

1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecepatan dengan

keterampilan poomsae Taekwondoin Putra. Kecepatan memberikan

kontribusi yang signifikan dengan keterampilan poomsae.

Page 65: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS · diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi Taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris

72

2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara fleksibilitas dengan

keterampilan poomsae Taekwondoin Putra. Fleksibilitas memberikan

kontribusi yang signifikan dengan keterampilan poomsae.

3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara keseimbangan dengan

keterampilan poomsae Taekwondoin Putra. Keseimbangan memberikan

kontribusi yang signifikan dengan keterampilan poomsae.

4. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara koordinasi dengan

keterampilan poomsae Taekwondoin Putra. Koordinasi memberikan

kontribusi yang signifikan dengan keterampilan poomsae.

5. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara power otot tungkai dengan

keterampilan poomsae Taekwondoin Putra. Power otot tungkai memberikan

kontribusi yang signifikan dengan keterampilan poomsae.

6. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara volume oksigen maksimal

dengan keterampilan poomsae Taekwondoin Putra. Volume oksigen

maksimal memberikan kontribusi yang signifikan dengan keterampilan

poomsae.

7. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecepatan, fleksibilitas,

keseimbangan, koordinasi, power otot tungkai, dan volume oksigen

maksimal dengan keterampilan poomsae Taekwondoin Putra. Kecepatan,

fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi, power otot tungkai, dan volume

oksigen maksimal memberikan kontribusi yang signifikan dengan

keterampilan poomsae.