BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf ·...

11
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pemebentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pemebelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (http://id.wikipedia.0rg/wiki/Pembelajaran). Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam kontek pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu obyektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. a. Faktor-faktor Pembelajaran: 1) Tujuan Pembelajaran

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf ·...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf · Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok ... kesiapan (readiness),

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu

dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pemebentukan

sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pemebelajaran

adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

(http://id.wikipedia.0rg/wiki/Pembelajaran).

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan

pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam

kontek pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan

menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu obyektif yang ditentukan

(aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif),

serta ketrampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses

pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu

pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya

interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

a. Faktor-faktor Pembelajaran:

1) Tujuan Pembelajaran

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf · Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok ... kesiapan (readiness),

7

Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu

apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F.

Meager memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan

pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui

pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan

dari siswa. Jadi tujuan merupakan deskripsi pola-pola perilaku atau

performance yang diinginkan dapat didemonstrasikan siswa. Robert F.

Meager (1962:12)

2) Materi Pembelajaran

Isi proses pembelajaran tercermin dalam materi pembelajaran

yang dipelajari oleh siswa. Materi pembelajaran harus disusun secara

sistematis dengan mengikuti prinsip psikologi. Agar materi

pembelajaran itu dapat mencerminkan target yang jelas dari perilaku

siswa setelah mengalami proses belajar. Materi pelajaran harus

mempunyai lingkup (batas-batas) yang jelas. Lingkup dan urutan itu

dibuat bertolak dari tujuan yang yang dirumuskan.

3) Metode Pembelajaran

Menentukan metode atau kegiatan belajar merupakan langkah

penting yang dapat menunjang keberhasilan pencapaian tujuan. Untuk

melaksanakan proses pembelajaran sesuatu materi pelajaran perlu

dipikirkan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran

sangatlah beragam. Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode

pembelajaran cocok untuk mengajarkan materi pembelajaran tertentu,

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf · Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok ... kesiapan (readiness),

8

tidak adakah metode pembelajaran lain yang lebih sesuai, guru dapat

memilih metode pembelajaran yang efektif untuk mengantarkan siswa

mencapai tujuan.

4) Evaluasi Pembelajaran

Atas dasar pembelajaran berorientasi kepada tujuan, maka

pelaksanaan evaluasi pembelajaran menempuh tiga fase, yaitu: pre

tes, proses, dan pos tes. Tujuan akhir dari tes adalah untuk

mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, jadi dengan melihat

perbedaan hasil pre tes dan pos tes, guru dapat mengetahui apakah

proses pembelajaran berhasil dengan baik atau tidak.

b. Teori Pembelajaran

1) Teori Pembelajaran Empirisme dan Rasionalisme

Locke, Barkeley, dan Horne berpendapat bahwa sesunguhnya

pengetahuan bersumber dari luar individu dan pengetahuan itu

diinternalisasi oleh indra-indra. Menurut mereka , saat lahir seseorang

merupakan batu tulis yang bersih dan selama pertumbuhan.

Para rasionalis seperti Descartes, Spiniza, dan Kant tidak

menolak pentingya pengalaman-pengalaman indra, tetapi mereka

mempertahankan bahwa penalaran lebih penting daripada pengalaman

indra sebab penalaran membuat kita tahu dengan penuh keyakinan

akan banyak kebenaranyang tidak dapat dicapai oleh oengalaman-

pengalaman indra.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf · Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok ... kesiapan (readiness),

9

2) Teori Pembelajaran Kognitif

Suatu ketrampilan intelektual khusus yang mempunyai

kepentingan tertentu bagi belajar dan berfikir disebut sebagai strategi

kognitif. Dalam teori belajar modern, suatu strategi kognitif

merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang

digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah

cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berfikir

(Gagne, 1985). Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai

hasil-hasil belajar disebut kemampuan (Gagne, 1988). Menurut

Gagne, ada lima kemampuan. Ditinjau dari segi-segi yang diharapkan

dari suatu penngajaran atau instruksi, kemampuan itu perlu dibedakan

karena kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan

manusia dan juga karena kondisi-kondisi untuk memperoleh berbagai

kemampuan itu berbeda.

3) Teori Pembelajaran Konstruktivisme

Teori ini menyatakan bahwa murid menimba pengetahuan

berasaskan pengalaman mereka. Setiap murid menimba pengetahuan

semasa mereka belajar dan ilmu pengetahuan yang terbaik dan

mendalam adalah melalui interaksinya dengan lingkungan fisik dan

sosial. Vygotsky, ahli psikologi yang banyak menekankan tentang

konstruktivisme sosial di mana ilmu pengetahuan yang dibina

berdasarkan interaksi sosial, adat budaya dan aktiviti yang membentuk

pembinaan dan pembelajaran individu.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf · Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok ... kesiapan (readiness),

10

c. Teori Belajar

1) Teori Belajar Asosiasi

Herman Ebbinghaus (1913) dan Bryan and Harter meletakkan

dasar-dasar eksperimen tentang belajar. Peletakan dasar teori belajar

dari Ebbinghaus mengenai asosiasi verbal dilanjutkan oleh tokoh-

tokoh psikologi asosiasi. Para ahli psikologi asosiasi mempunyai

pandangan berlaian dengan psikologi daya. Menurut psikologi

asosiasi, perilaku individu pada hakekatnya terjadi karena adanya

perilaku atau hubungan antara stimulus (rangsang) dan respons

(jawab). Individu mengeluarkan “liur” karena tercium olehnya bau

sedap. Berteriak “aduh” karena kakinya terinjak. Contoh diatas

menunjukkan hubungan antara stimulus dengan respons. Teori ini

dikenal dengan S R Bond Theory.

Teori asosiasi mulai dipopulerkan oleh Edward Lee Thorndike

berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 1913. Hasil

penelitian Thorndike terutama sekali menekankan pentingnya faktor

kesiapan (readiness), latihan (exercise) dan pada hasil yang

menyenangkan (good effect) dalam belajar. Berdasarkan pada hasil

berbagai peneltian dilakukan, ia merumuskan sejumlah hukum (law)

dalam belajar. Hukum-hukum tersebut dikenal dengan:

a) Law of readiness atau hukum kesiapan

b) Law of exercise atau hukum latihan

c) Law of effect atau hukum hasil yang menyenangkan

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf · Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok ... kesiapan (readiness),

11

2) Teori Belajar Gestalt

Psikologi Gestalt memandang bahwa belajar terjadi jika

diperoleh insight (pemahaman). Insight timbul secara tiab-tiba jika

individu telah dapat melihat hubungan antara unsur-unsur dalam

situasi problemik. Insight adalah semacam reorganisasi pengalaman

yang terjadi secara tiba-iba, seperti ketika seseorang menemukan ide

baru atau menemukan pemecahan masalah. (Gagne, 1970:14)

3) Teori Belajar Kognitif

Berdasar teori belajar kognitif, belajar merupakan suatu proses

terpadu yang berlangsung di dalam diri seseorang dalam upaya

memperoleh pemahaman danstruktur kognitif baru, atau untuk

mengubah pemahaman dan struktur kognitif lama. Memperoleh

pemahaman berarti menangkap makna atau arti dari suatu obyek atau

suatu situasi yang dihadapi Sedangkan struktur kognitif adalah

persepsi atau tanggapan seseorang tentang keadaan dalam lingkungan

sekitarnya yang memperoleh ide-ide, perasaan, tindakan, dan

hubungan sosial orang yang bersangkutan. Mengajar merupakan

upaya dalam rangka mendorong (menuntun dan mendukung) siswa

untuk melakukan kegiatan mengorganisir, menyimpan, dan

menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan yang

telah ada. Teori belajar kognitif ini dikembangkan oleh beberapa

orang ahli seperti Wallace, Engel dan Mooney.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf · Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok ... kesiapan (readiness),

12

2. Hakikat Lompat Tinggi

a. Pengertian Lompat Tinggi

Lompat tinggi adalah suatu rangkaian gerak untuk mengangkat

tubuh ke atas dengan melalui proses lari, menumpu, melayang dan

mendarat (Djumidar, 2006: 6.41). Lompat tinggi termasuk salah satu

nomor lompat dalam olahraga atletik, bertujuan agar pelompat berusaha

menaikan pusat masa tubuhnya (Center of gravity) setinggi mungkin dan

berusaha melawati mistar lompat tinggi agar tidak jatuh. Pelaksanaan

ditentukan oleh sejumlah parameter, dan ini semua berkaitan dengan

kemampuan biomotorik. Adapun biomotorik yang terpenting adalah :

kekuatan lompat, kecepatan, rasa irama koordinasi. Hasil ketinggian

lompatan ditentukan oleh empat tahapan gerak, dimana keempat tahapan

tadi saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan, yaitu awalan, tumpuan,

melayang dan mendarat (Eddy Purnomo dan Dapan, 2011:65).

b. Gaya dan Teknik Lompat Tinggi

Ada empat gaya dalam lompat tinggi, yaitu gaya scots (ortodox),

gaya guling sisi (western roll), gaya guling perut (straddle) dan flop

(Eddy Purnomo dan Dapan, 2011:67-83). Sedangkan teknik lompat

tinggi menurut Eddy Purnomo dan Dapan (2011:65-67) maka dapat

disimpulkan meliputi:

1) Tahap Awalan

Yang dimaksud dengan awalan adalah empat berpijak atau berdiri

permulaan sebelum pelompat mulai melakukan lari awalan. Oleh

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf · Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok ... kesiapan (readiness),

13

karena itu titik awalan harus tepat dan tetap, agar jumlah langkah,

irama dan kecepatannya dalam setiap kali lompatan selalu tetap.

2) Tumpuan (Take Off)

Tumpuan dilakukan dengan kaki yang terkua, saat bertumpu harus

tepat pada titik tumpu. Titik tumpu adalah tempat berpijaknya kaki

tumpu pada saat melakukan lompatan.

3) Tahap Melayang

Gerakan melayang di udara terjadi pada saat kaki tumpu lepas dari

tanah. Sikap badan dan gerakan kaki maupun lengan saat melayang

melewati mistar tergantung dari masing-masing gaya.

4) Tahap Pendaratan atau Landing.

Yang dimaksd pendaratan adalah proses terakhir dan proses gerakan

beruntun suatu lompatan. Cara melakukan dan sikap badan saat

mendarat tergantung dari masing-masing gaya, dilakukan secara sadar

dan posisi badan sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rasa

sakit atau cidera.

3. Hakikat Alat Bantu Belajar

Alat bantu belajar adalah alat yang dapat membantu siswa

belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi alat bantu hanya menjadi

perantara dalam memudahkan penyampaian informasi dalam mengajar

serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan

belajar (siswa). Alat bantu terbagi menjadi dua, yaitu opsional dan

esensial.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf · Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok ... kesiapan (readiness),

14

Adapun yang dimaksud alat bantu opsional atau pengayaan adalah

alat dapat dipilih guru sesuai kehendaknya sendiri asalkan cukup waktu

dan biaya. Sedang alat bantu esensial (diperlukan atau harus digunakan).

Alat ini harus digunakan oleh guru untuk membantu pelajar dalam

mencapai tujuan-tujuan belajar dari tugas yang diberikan.

(http://suediguru.blogspot.com/2009/06/media-pembelajaran-alat-

peraga-dan-alat.html)

Jadi alat bantu belajar adalah alat atau sarana yang harus disediakan

oleh seorang guru pada saat menyampaikan materi pembelajaran, agar

materi yang disampaikan mampu diserap dengan mudah oleh siswa.

4. Tinjauan tentang Alat Bantu Kardus

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan alat bantu kardus yang

bertujuan untuk merangsang siswa melakukan lompatan. Kardus yang

dimaksud adalah bekas kemasan sarimi atau dengan kata lain peneliti

memanfaatkan barang bekas dan peralatan sederhana sebagai alat bantu

pembelajaran lompat tinggi. Pembelajaran lompat tinggi menggunakan

kardus bertujuan agar dapat merangsang siswa untuk melakukan lompatan

agar badan terangkat ke atas depan. Kardus bersifat lunak, tidak berbahaya

apabila dipergunakan sebagai media pembelajaran, sehingga anak tidak

merasa takut untuk melakukan latihan melompat.

5. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Menurut I.G.A.K.Wardani (2004: 1.3-4) sifat khas anak pada masa

kelas-kelas tinggi sekolah dasar (IV, V, VI) ialah sebagai berikut:

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf · Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok ... kesiapan (readiness),

15

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; hal

ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan

pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata

pelajaran khusus.

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-

orang dewasa lainnya untuk menyelesaiakan tugasnya dan memenuhi

keinginannya, setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak

menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan

sendiri.

e. Anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-

baiknya) mengenai prestasi sekolah.

f. Gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk kegiatan bermain

bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat

kepada aturan permainan tradisional, mereka membuat aturan sendiri.

(IG. A. K. Wardani dkk, 2004:1.3-4).

6. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan, dengan peneltian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Rodikin (2011) yang berjudul “Upaya Peningkatan

Pembelajaran Gerak Dasar Lompat Tinggi Dengan Bermain Pada Siswa

Kelas V SDN 3 Samudra Gumelar”. Populasi yang digunakan dalam

penelitian tersebut adalah siswa kelas V SDN 3 Samudra Kecamatan

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. 1. - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7811/3/BAB 2 - 10601247004.pdf · Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok ... kesiapan (readiness),

16

Gumelar Kabupaten Banyumas tahun 2011 dengan jumlah 39 siswa.

Upaya yang dilakukan untuk peningkatan pembelajaran adalah melaui

pendekatan bermain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran

lompat tinggi menggunakan pendekatan bermain, dapat meningkatkan

pembelajaran lompat tinggi pada siswa SDN 3 Samudra Gumemelar

Kabupaten Banyumas tahun 2011. Berdasarkan tes pada siklus I nilai rata-

rata 73,5 meningkat menjadi 78,5 pada siklus II. Hasil siklus I siswa yang

tuntas di bawah 50% sedangkan pada siklus II 80% dengan KKM nilai 70.

B. Kerangka Berpikir

Selama ini alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran lompat

tinggi belum mampu membangkitkan semangat, menjadikan pembelajaran

yang menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa. Berdasar dari pemikiran

tersebut penulis merancang pelaksanaan pembelajaran yang akan dibutuhkan

sebagai obyek pengamatan untuk mengetahui tingkat perkembangan dan

keberhasilan yang diterapkan. Data/ dokumen dari hasil pengamatan, penulis

sajikan dalam sebuah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dalam rangka

meningkatkan hasil pembelajaran lompat tinggi siswa kelas V SD Negeri

Tempursari Candimulyo Kabupaten Magelang.