BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB...

16
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Jihad (2008: 2) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek- aspek yang ada pada individu yang belajar. Menurut Slameto (2010: 2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam aspek tingkah laku. Belajar dapat diartikan sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu peruabahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Sugihartono (2007: 74-76), tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Adapun tingka laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri sebagai berikut: a. Perubahan tingkah laku secara sadar Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya, misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. b. Perubahan bersifat kontinyu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar berikutnya.

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Belajar

Menurut Jihad (2008: 2) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat

ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman,

sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-

aspek yang ada pada individu yang belajar.

Menurut Slameto (2010: 2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam aspek tingkah

laku. Belajar dapat diartikan sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu peruabahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Sugihartono (2007: 74-76), tidak semua tingkah laku dikategorikan

sebagai aktivitas belajar. Adapun tingka laku yang dikategorikan sebagai perilaku

belajar memiliki ciri sebagai berikut:

a. Perubahan tingkah laku secara sadar

Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku menyadari

terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangya merasakan adanya suatu

perubahan dalam dirinya, misalnya menyadari pengetahuannya bertambah.

b. Perubahan bersifat kontinyu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung

secara berkesinambungan dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan

menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan

atau bagi proses belajar berikutnya.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

7

c. Perubahan bersifat positif dan aktif

Dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk

memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar

yang dilakukan, maka makin baik dan makin banyak perubaan yang diperoleh.

Perubahan dalam belajar bersifat aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan

sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan bersifat permanen

Perubahan yang terjadi bersifat permanen atau menetap, tidak akan hilang

begitu saja, melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau

terus dipergunakan atau dilatih.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan

dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-

benar disadari.

f. Perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi

perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasil

dirinya akan mengalami peruban tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,

ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan

adanya pengalaman untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari

seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian hasil dari kegiatan

belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri seseorang

yang belajar. Jadi sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar

adalah terjadinya perubahan dari belum mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa

menjadi terampil dan lain sebagainya.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

8

2.2. Hasil Belajar

Penelitian fokus pada hasil belajar. Karena itu, perlu diberikan pemaparan

terlebih dahulu tentang hasil belajar itu sendiri, seperti pengertian hasil belajar, juga

factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

2.2.1. Pengertian Hasil Belajar

Maehr (Suryabrata, 1980: 45), mengemukakan hasil belajar sebagai berikut:

1. Hasil belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan menggunakan

tes hasil belajar

2. hasil belajar merupakan hasil perubahan individu itu sendiri bukan hasil

perbuatan orang lain.

3. hasil belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang telah ditetapkan kelompok.

4. hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan

disadari, jadi bukan suatu kebiasaan atau perilaku yang tidak disadari.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

pola perubahan perilaku individu yang dimanifestasikan ke dalam pola tingkah laku,

ketrampilan dan pengetahuan sebagai hasil belajar yang disadari dan dapat diukur

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang

telah ditetapkan selama mengikuti kegiatan proses pembelajaran.

Hasil belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi internal dan proses kognitif siswa.

Faktor eksternal adalah lingkungan yang ada disekitar siswa, antaranya: guru, sarana

dan prasarana pembelajaran, lingkungan sosial siswa di sekolah dan kurikulum

sekolah.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

9

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Syah (2006: 144, 150-152); Slameto (2003: 54-60) faktor yang

mempengaruhi belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu faktor internal, eksternal dan

faktor pendekatan belajar.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam siswa sendiri baik fisik

maupun mental. Faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu aspe fisiologis (yang

bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). Aspek fisiologi

(jasmani) yaitu semua keadaan yang berhubungan dengan keadaan tubuh meliputi

kesehatan seluruh badan, faktor cacat tubuh. Sedangkan aspek psikologis yaitu

keadaan yang berhubungan dengan kejiwaan seseorang, seperti intelegensi, perhatian,

minat, bakat dan motivasi

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor tersebut

terdiri dari tiga yaitu:

1. Faktor dari lingkungan keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, hubungan

antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, keluarga, dan

perhatian orang tua.

2. Faktor sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, keadaan

gedung waktu sekolah dan standar pelajaran di atas ukuran.

3. Faktor yang berasal dari masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam

masyarakat, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

c. Faktor pendekatan belajar

Faktor pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan

siswa, dalam menunjang keektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.

Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah untuk mencapai tujuan belajar

tertentu. Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan

proses belajar siswa tersebut.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

10

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Student

Facilitator and Explaining

2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Soekamto (Trianto, 2007: 5) mengemukakan bahwa model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu

dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar

dalam merancang aktivitas belajar mengajar. Joyce (Trianto, 2007: 5) menyatakan

model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedomana dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran di dalamnya

termasuk buku-buku, film, komputer kurikulum, dan lain-lain.

Pernyataan-pernyataan di atas dengan demikian memberikan kesimpulan bahwa

model pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran secara konseptual

yang dirancang sistematis demi pencapaian tujuan belajar dan berfungsi sebagai

pedoman bagi pelaksanaan pembelajaran.

Menurut Anita Lie (2002: 28) Model cooperative learning merupakan kegiatan

gotong royong, yang merupakan kerjasama yang terdiri dari dua orang atau lebih

yang semuanya mempunyai tanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan. Slavin

(Solihatin, 2008: 4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang, dengan struktur

kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya menurut Etin Raharjo Solihatin

(2008: 5) model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

membantu siswa mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan

kehidupan nyata di masyarakat, sehingga bekerja secara bersama di antara sesama

anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan hasil

belajar.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

11

Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2002: 31) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok dapat bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk

mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong-royong harus

diterapkan.

1. Saling ketergantungan positif (positive interdependence) yakni sifat yang

menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok

secara positif.

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountabilitiy) yakni bahwa setiap

individu didalam kelompok tanggung jawab untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi kelompok.

3. Tatap muka (face to face) yakni bahwa setiap kelompok harus diberikan

kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi.

4. Komunikasi antar anggota (interpersonal communication) yakni dalam

berdiskusi atau kerjasama diperlukan adanya komunikasi antar anggota.

5. Evaluasi proses kelompok (group processing) merupakan proses perolehan

jawaban permasalahan yang dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.

Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja,

karena belajar dalam model cooperative learning harus ada struktur dan dorongan

tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi bersifat

terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara

anggota-anggota kelompok (Slavin, 2005: 4).

Stahl (Isjoni, 2010: 24) mengatakan model pembelajaran cooperative learning

menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai

asuatu hasil yang optimal dalam belajar. Model pembelajaran ini berangkat dari

asumsi dasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu getting better together, atau raihlah

yang lebih baik secara bersama-sama (Etin Raharjo Solihatin, 2008: 4).

Cooperative learning memungkinkan timbulnya komunikasi dan interaksi yang

berkualitas antara siswa dengan siswa dalam kelompok, maupun siswa dengan siswa

antar kelompok, dan guru dapat berperan sebagai motivator, fasilitator dan

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

12

moderator. Pada pembelajaran ini juga, siswa ditempatkan pada peran yang sama

untuk mencapai tujuan belajar, penguasaan materi pembelajaran dan keberhasilan

pembelajaran, yang dipandang tidak semata-mata dapat ditentukan oleh guru, tetapi

merupakan tanggungjawab bersama. Hal tersebut akan mendorong tumbuh dan

kembangnya rasa kebersamaan dan saling membutuhkan diantara siswa.

2.3.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining

Model pembelajaran cooperative learning type student facilitator and

explaining (murid sebagai fasilitas dan penjelas) merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan maksud siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau

pendapat pada rekan peserta didik lainnya atau meminta peserta didik menjadi

narasumber terhadap semua temannya dalam kelas.

Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mudah, guna

memperoleh keaktifan kelas secara keseluruhan dan tanggungjawab individu dan

memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang

pengajar/penjelas materi dan seseorang yang memfasilitasi proses belajar terhadap

peserta didik lain. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara dan

menyampaikan ide, gagasan atau pendapatnya sendiri serta memotivasi semua siswa

untuk aktif dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengajar temannya dan

mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama, serta dapat membuat

pertanyaan dan mengemukakan pendapat.

Menurut Trianto (2007: 52), model pembelajaran kooperatif tipe student

facilitator and explaining merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif

dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap

kelompok 4 – 5 orang siswa secara heterogen. Model pembelajaran kooperatif dengan

tipe ini memulai pembelajarannya dengan penyampaian tujuan pembelajaran,

penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah lebih kepada dan

kemandirian siswa. Elemen yang dimunculkan dalam kegiatan ini adalah kerja

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

13

individu, kemampuan berbicara dan mendengarkan. Karena pada dasarnya

pembelajaran aktif adalah mengarahkan peserta didik terhadap materi yang

dipelajarinya. Dengan model pembelajaran cooperative learning type student

facilitator and explaining ini, peserta didik yang selama ini tidak terlibat dalam

pembelajaran di dalam kelas akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.

2.3.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and

Explaining

Model pembelajaran cooperative learning type student facilitator and

explaining adalah model pembelajaran yang mendasarkan pada penugasan tiap-tiap

kelompok, dimana setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda. Setiap kelompok

bertanggungjawab untuk mengorganisasi kelompoknya dalam mencari informasi

tentang tugas yang didaptkan melalui sumber belajar. Kelompok berdiskusi untuk

menyelesaikan tugas tersebut. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

diskusinya dan kelompok lain membuat pertanyaan pada masing-masing topik

diskusi. Setelah semua kelompok sudah mempresentasikan hasil diskusinya maka

dilakukan evaluasi untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran tersebut.

Menurut Agus Suprijono (2009: 128) langkah-langkah pembelajaran student

facilitator and explaining adalah, sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.

3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya,

misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan bergiliran.

4. Guru menyimpulkan ide/pendapat siswa.

5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.

6. Evaluasi.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

14

2.3.4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Facilitator and Explaining

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-

masing. Menurut Trianto (2007: 56), pembelajaran kooperatif tipe student facilitator

and explaining memiliki kelebihan antara lain:

1. aktivitas belajar siswa dalam kelas meningkat

2. melatih siswa berbicara dan mengajukan pendapat di depan umum dan

kelompok.

3. terciptanya interaksi antar siswa, dan antar siswa dengan guru.

4. proses belajar yang diperoleh dalam kelompok mudah diingat kembali karena

merupakan hasil berpikir dan bekerjasama.

5. prestasi belajar lebih bermakna, karena siswa belajar memecahkan

persoalannya melalui menjadi fasilitator dan pengajar bagi yang lain.

6. memotivasi siswa yang cemas untuk belajar secara aktif

7. membantu siswa yang lemah atau kurang menguasai pelajaran oleh siswa yang

pandai.

Selain itu, model pembelajaran ini memiliki kekurangan antara lain:

1. membutuhkan banyak waktu, sehingga seringkali tujuan utama pembelajaran

tidak tercapai.

2. keberhasilan belajar bergantung kepada kemampuan siswa memimpin

kelompok atau bekerja mandiri dan kekompakan antar kelompok.

3. Keberhasilan dari tiap-tiap individu juga berbeda-beda, karena motivasi dan

semangatnya juga tidak sama.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

15

2.4. IPA

2.4.1. Hakikat IPA

Rusyan (2007) dalam (Nurferi, 2010) mengemukakan bahwa IPA adalah cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan,

kumpulan pengetahuan yang berupa konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi

mengumpulkan fakta-fakta, dan bagaimana menghubungkan fakta-fakta itu.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa dengan

demikian IPA adalah cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

bukan sekedar penguasan kumpulan pengetahuan yang berupa konsep-konsep atau

prinsip-prinsip, tetapi juga mengumpulkan fakta-fakta dan bagaimana

menghubungkan fakta-fakta itu. Dengan kata lain, IPA berarti juga merupakan proses

penemuan.

2.4.2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Menurut Permendiknas (dalam Sulistyorini, (2007: 40), mengemukakan tujuan

pembelajaran IPA di sekolah dasar, sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

d. Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah

dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga,

melestarikan lingkungan alam.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

16

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturan

sebagai salah satu ciptaaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

2.4.3. Sifat-Sifat Cahaya

Berdasarkan judul penelitian yaitu upaya peningkatan hasil belajar IPA melalui

model pembelajaran cooperative learning type student facilitator and explaining

materi sifat-sifat cahaya pada SD kelas V, maka pada pembahasan tentang sifat-sifat

cahaya, diangkat dari materi sifat-sifat cahaya SD kelas V, berdasar pada Buku Ajar

IPA 5 yang disusun oleh Heri Sulistyanto dan Edi Wiyono (Depdiknas, 2008)

sebagai berikut:

1. Sifat-sifat Cahaya

Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang

mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh

benda ke mata, sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber

cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya.

Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki

sifat merambat lurus, menembus benda bening dan dapat dipantulkan. Sebelum

membahas ketiga sifat cahaya tersebut, di sini akan dipaparkan lebih dahulu peta

konsep sifat-sifat cahaya.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

17

Yang berasal

Dari matahari

Terurai

Menjadi

Yaitu

Cahaya

Warna Cahaya

1. Merambat lurus

2. Menembus benda bening

3. Dapat dipantulkan

4. Dapat dibiaskan

Merah

Spectrum warna

Jingga

Nila

Kuning

Putih

Biru

Hijau

Sifat-Sifat Cahaya

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

18

2. Merambat Lurus

Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi

tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya tidak

dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila kena cahaya, benda ini

akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas,

tripleks, kayu dan tembok.Sementara itu, benda tembus cahaya dapat meneruskan

cahaya yang mengenainya.Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca.

3. Cahaya dapat Dipantulkan

Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus)

dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai

permukaan yang kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya

tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai

permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai sifat

seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini, sinar pantul memiliki arah yang

teratur. Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.

Berdasarkan permukaannya ada dua cermin ada cermin datar dan cermin

lengkung. Cermin lengkung ada dua macam yaitu cermin cembung dan cermin

cekung.

4. Cahaya dapat Dibiaskan

Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda,

cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya

setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Apabila

cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan

dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat dari udara ke air.

Sebaliknya apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang

rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat

dari air ke udara.

5. Cahaya dapat diuraikan

Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi).Dispersi

merupakan penguarian cahaya putih menjadi berbagai warna cahaya.Cahaya

matahari yang kita lihat berwarna putih.Namun, sebenarnya cahaya matahari

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

19

tersusun atas banyak cahaya berwarna.Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik

air di awan sehingga terbentuk warna-warna pelangi.

2.5. Kajian Penelitian yang Relevan

Santi Tri Desirina, 2012. Efektivitas Penarapan Model Cooperative

Learning Type Student Facilitator and Explaining terhadap Minat dan Hasil

Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA siswa Kelas IV SD. Sebelum penelitian

ini dilakukan, ditemukan bahwa minat dan hasil belajar siswa rendah. Setelah

melakukan dua siklus minat dan hasil belajar siswa menjadi meningkat, dimana

siswa lulus dari KKM yang ditetapkan. Dengan demikian, kesimpulan dari

penelitian tindakan ini adalah bahwa model cooperative learning type student

facilitator and explaining dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.

Abram Rinekso, 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran

Cooperative Learning Type Student Facilitator and Explaining Terhadap Minat

dan Hasil Belajar IPA Siswa kelas V SDN 1 Mertoyudan. Penelitian adalah

penelitian PTK. Berangkat dari kenyataan bahwa minat dan hasil belajar pada IPA

sangat rendah. Dengan melakukan penelitian tindakan melalui dua siklus,

ditemukan bahwa minat dan hasil belajar meningkat, terbukti bahwa 90% siswa

lulus dari kriteria KKM yaitu 60. Dengan penelitian ini, peneliti

merekomendasikan untuk menerapkan model pembelajaran ini.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, penulis bermaksud untuk

melakukan lagi penelitian yang sama dengan menggunakan model pembelajaran

yang sama pada sekolah dan kelas yang berbeda. Penulis berasumsi bahwa

meskipun menerapkan model pembelajaran yang sama, namun jika situasi

pembelajaran (sekolah, fasilitas yang dimiliki, termasuk keadaan subyek didik itu

sendiri), akan memberikan kontribusi yang berbeda pada hasil belajar itu sendiri.

Dengan situasi yang demikian, penulis bermaksud melakukan uji coba kembali

model pembelajaran ini, dengan mengambil desain penelitian tindakan.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

20

2.6. Kerangka Berpikir

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas

merupakan penelitian yang berupaya untuk mengubah hasil belajar yang dicapai

oleh siswa pada mata pelajaran tertentu (dalam penelitian ini mata pelajaran) IPA

dengan menerapkan model pembelajaran tertentu (dalam penelitian ini model

pembelajaran cooperative learning type student facilitator and explaining)

melalui proses yang bertahap yang dikenal dengan siklus. Siklus merupakan

tahapan-tahapan pembelajaran yang perlu dilakukan dengan menerapkan model

pembelajaran yang direncanakan, dimana hasil dari siklus sebelumnya menjadi

evalusi bagi penerapan pada siklus berikut. Pemilihan model pembelajaran ini

untuk digunakan dalam pembelajaran bertahap ini ialah didasarkan pada

pertimbangan bahwa model pembelajaran ini dapat membangkikan minat dan

hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Salatiga 09. Pertimbangan-pertimbangan

yang dibangun didasarkan pada temuan-temuan sebelumnya, baik itu temuan

teoritis tentang model pembelajaran ini, maupun temuan hasil penelitian

sebelumnya yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran ini mampu

meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa. Artinya, dengan situasi

pembelajaran maupun hasil belajar IPA siswa pada kelas V SDN Salatiga 09 yang

masih jauh dari standar KKM, juga rendahnya minat belajar siswa, maka dengan

menerapkan model pembelajaran cooperative learning type student facilitator and

explaining melalui tahapan-tahapan pembelajaran yaitu siklus-siklus belajar,

diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4473/3/T1_292009352_BAB II.pdfdicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada ... belajar adalah suatu proses

21

2.7. Hipotesis Tindakan

Dengan latar belakang dan kerangka bepikir di atas, maka hipotesis

tindakan dalam penelitian ini adalah: Penerapan model pembelajaran cooperative

learning type student facilitator and explaining diduga dapat meningkatkan minat

dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Salatiga 09.

Kondisi awal

Guru :

Mengajar dengan model ceramah

Siswa :

Hasil belajar IPA siswa rendah

Tindakan

Hasil belajar

siswa rendah

Menerapkan Model

pembelajaran

kooperatif tipe student facilitator and

explaining

Menerapkan Pembelajaran

Kooperatif Tipe

Student Facilitator and Explaining pada

materi sifat-sifat

cahaya

Menerapkan Pembelajaran kooperatif tipe

Student Facilitator and Explaining hasil refleksi.

Meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kondisi Akhir