BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil...

14
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Nana sudjana (2010:3) mendefinisikan hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencangkup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut mulyasa (2006:248) hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak ukur guru untuk melakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa. Menurut agus suprijono (2011: 6) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi keanusiaan saja. Menurut winkel (2012:82) hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa disekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. Niali siswa saat pembelajaran ataupun saat test akan menjadi prestasi belajar siswa didalam kelas. Prestasi siswa akan dilihat dari angka yang didapatkan. Menurut nana sudjana (2010:39) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Lingkungan belajar yang paling dominan memepngaruhi hasil belajar disekolah yaitu kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya poses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Klasifikasi hasil belajar dari benyamin bloom dalam nana sudjana (2010:22-23) secara garis besar dibagi dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis dan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Nana

sudjana (2010:3) mendefinisikan hasil belajar pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih

luas mencangkup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut

mulyasa (2006:248) hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik

secara keseluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat

perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

ukur guru untuk melakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa.

Menurut agus suprijono (2011: 6) hasil belajar adalah perubahan

perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

keanusiaan saja. Menurut winkel (2012:82) hasil belajar adalah

keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa

disekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. Niali siswa saat

pembelajaran ataupun saat test akan menjadi prestasi belajar siswa didalam

kelas. Prestasi siswa akan dilihat dari angka yang didapatkan.

Menurut nana sudjana (2010:39) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh

dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang

datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Lingkungan belajar

yang paling dominan memepngaruhi hasil belajar disekolah yaitu kualitas

pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi

rendahnya atau efektif tidaknya poses belajar mengajar dalam mencapai

tujuan pengajaran.

Klasifikasi hasil belajar dari benyamin bloom dalam nana sudjana

(2010:22-23) secara garis besar dibagi dalam tiga ranah, yakni ranah

kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis dan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

9

evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima

aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan

internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar

ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranmah

psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,

kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan

kompleks dan gerakan eksperif dan representative.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27)

menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau

metode.

2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

tentang hal yang dipelajari.

3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan

kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,

menggunakan prinsip.

4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami

dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang

telah kecil.

5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan

menilai hasil ulangan.

Menurut wasliman dalam Susanto (2013: 12) hasil belajar yang

dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

yang mempengaruhi, baik factor internal maupun eksternal. Secara perinci,

uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

10

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri

peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal

ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan,

sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta

didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri,

perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-

hari yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari

berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Selanjutnya, dikemukakan oleh Wasliman dalam Susanto (2013: 13)

bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil

belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas

pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa.

Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru,

sebagaimana dikemukakan oleh Wina Sanjaya dama Susanto (2013N: 13),

bahwa guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam

implementasi suatu strategi pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini dapat

ditegaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang sangat berperan

memengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. Guru dalam proses

pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Peran guru, apalagi

untuk siswa pada usia sekolah dasar, tak mungkin dapat digantikan oleh

perangkat lain, seperti, televise, radio, dan computer. Sebab, siswa adalah

organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan

bantuan orang dewasa.

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Nana Sudjana (2010:56),

melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri

sebagai berikut.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

11

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi

belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan

prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk

memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah

dicapai.

2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu

kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang

tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana

mestinya.

3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan

tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk

mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar

sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh

(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau

wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik,

keterampilan atau perilaku.

5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan

mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya

maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Sehingga pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

secara keseluruahan sebagai prestasi belajar siswa disekolah yang

diwujudkan dalam bentuk angka yang salah satunya dipengaruhi oleh

kulatitas pengajaran atau metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru

untuk mencapi tujuan pengajaran yang dinilai berdasarkan ranah kognitif

afektif dan psikomotoris.

B. Metode Pembelajaran

Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan sumber

daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya

dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai

apabila peserta didik dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

12

dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang, ditentukan oleh

berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu, kemampuan guru

(profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-

metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi peserta didik untuk

mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang

lebih baik. Menurut UU No. 14 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20

bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban

untu Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran

yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

Sehingga guru bertanggung jawab ata proses pembelajaran yang

berlangsung.

Menurut Nana Sudjana (2010: 76) metode pembelajaran adalah,

“Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya

pengajaran” Menurut M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode

pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang

dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa

dalam upaya untuk mencapai tujuan. Berdasarkan definisi / pengertian

metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau

strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada

diri siswa untuk mencapai tujuan.

Ada berbagai macam jenis metode pemeblajaran, diantaranya menurut

Alma,( 2010:45):

a. Metode ceramah

b. Metode diskusi

c. Metode demonstrasi

d. Metode resitasi

e. Metode eksperimental

f. Metode karya wisata

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

13

g. Metode pengajaran beragu.

C. Metode Pembelajaran Jigsaw

Menurut rusman (2011: 217) Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah

gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu

sebuah teka–teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif

metode Jigsaw mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu

siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan bekerja sama dengan

siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Rusman (2011:218) Metode

pembelajaran Jigsaw adalah metode belajar kooperatif yang menitik

beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.

Sedangkan menurut isjoni (2013:54) Pembelajaran kooperatif jigsaw

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa

aktif dan saling membantu dalam meguasai materi pelajaran untuk

mencapai prestasi yang maksimal. Dalam pemeblajaran ini siswa akan

dibentuk kedalam kelompok yang dipilih secara heterogen oleh guru.

Jumlah siswa yang bekerja dlam kelompok masing-masing harus dibatasi,

agar kelompok yang terbentuk dapat bekerja secara efektif, karena suatu

ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktivitasnya.

Menurut Robet E. Slavin (2005:14) Pembelajaran Kooperatif tipe

Jigsaw merupakan pembelajaran yang terdiri dari tim-tim belajar yang

heterogen beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang peserta didik. Materi

pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap

anggota bertanggung jawab untuk mengajari bagian tersebut kepada

anggota tim yang lain. Menurut Achmad Sudrajat (2008:17) pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung

jawab atas penguasaan materi belajar dan mampu mengajarkan materi

tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Menurut Hisyam Zaini (2004:59) kelebihan dari strategi jigsaw ini

adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus

mengajarkan kepada orang lain. Paul Eggen (2012:138) mengemukakan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

14

bahwa jigsaw bisa digunakan untuk meningkatkan pemahaman tentang

materi-materi yang telah ditulis sebelumnya, seperti buku teks siswa.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut

Hisyam Zaeni (2007:57)

1. Pilih materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen atau

bagian.

2. Bagi siswa mejadi beberapa kelompok sesuai dengan segmen yang

ada. Jika jumlah siswa ada 50 sementara segmen 5, maka masing-

masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah terlalu banyak

bagi lagi menjadi 2, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang

setelah proses selesai gabung kembali kedua kelompok tadi.

3. Setiap kelompok mendapatkan mendapatkan tugas membaca dan

memahami materi yanmg berbeda-beda.

4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain

untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari dikelompok.

5. Kembalikan suasana kelas seperti semula, kemudian tanyakan ada

persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.

6. Beri siswa /mahasiswa beberapa pertanyaan untuk mengecek

pemahaman mereka terhadap materi.

Metode pembelajaran jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif

yang mendorong siswa menjadi aktif dan menguasai pelajaran dengan

membentuk sebuah kelompok secara heterogen yang dipilih oleh guru

sejumlah 4-5 orang dalam satu kelompok, dalam setiap anggota kelompok

bertanggung jawab untuk mengajarkan materi kepada kelompok lainnya.

D. Metode Pembelajaran Team Games Turnament (TGT)

Slavin (2005: 163) mengemukakan TGT adalah metode pembelajaran

kooperatif menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis,

dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim

lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Menurut

rusman (2011:224) TGT adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

15

menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan lima sampai enam orang siswa yang memliki kemampuan,

jenis kelain dan suku kata atau ras yang berbeda.

Menurut Asma (2006: 54) metode TGT adalah suatu metode

pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah

pertanyaan kepada siswa. Setelah itu siswa pindah ke kelompok masing-

masing untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan

atau masalah-masalah yang diberikan guru. Sebagai ganti tes tertulis siswa

akan bertemu di meja turnamen. Lebih lanjut Huda (2014:116)

mengemukakan bahwa penerapan TGT mirip dengan STAD dalam hal

komposisi kelompok, format instruksional, dan lembar kerjanya. Bedanya

jika STAD fokus pada komposisi kelompok berdasarkan kemampuan, ras,

etnik, dan gender, maka TGT umumnya fokus hanya pada level

kemampuan saja. Trianto (2010: 83) menambahkan bahwa pada metode

TGT siswa dibagi menjadibeberapa kelompok yang terdiri dari 3 – 5 orang

untuk memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

Metode TGT pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan

Keith Edwards, merupakan metode pembelajaran pertama dari John

Hopkins (Slavin, 2005: 13). Metode ini memiliki banyak kesamaan

dengan STAD, tetapi TGT menambahkan dimensi kegembiraan dengan

mengganti kuis pada STAD menjadi permainan atau tournament. Menurut

Huda (2014: 117) dengan TGT siswa akan menikmati bagaimana suasana

turnamen, dan karena mereka berkompetisi dengan kelompok yang

memiliki kemampuan setara, membuat TGT terasa lebih fair dibandingkan

kompetisi dalam pembelajaran tradisional pada umumnya.

Menurut slavin (2005:166-169) Metode TGT terdiri atas lima

komponen utama. Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai

berikut:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

16

1. Presentasi di kelas.

Presentasi kelas merupakan pengajaran langsung seperti diskusi

pelajaran yang dipimpin oleh guru, atau dapat juga dengan

menggunakan presentasi audiovisual. Presentasi kelas berbeda

dengan pengajaran biasa, presentasi kelas harus benar-benar

terfokus pada unit TGT. Sehingga siswa harus dapat benar-benar

memperhatikan selama presentasi kelas, karena akan dapat

membantu mereka dalam melakukan game turnamen.

2. Tim

Tim terdiri dari tiga sampai lima siswa yang memiliki komposisi

kelompok berdasarkan kemampuan akademik, ras, etnik, dan

gender. Siswa belajar bersama dalam tim untuk memastikan

bahwa setiap anggota kelompoknya telah benar-benar siap

melakukan pertandingan di meja turnamen. Skor turnamen yang

diperoleh tiap individu akan mempengaruhi skor kelompok.

Artinya, keberhasilan kelompok sangat dipengaruhi oleh

keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok. Belajar

dalam tim biasanya berupa pembahasan permasalahan bersama,

membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan

pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

3. Game.

Pertanyaan dalam game dirancang dari materi yang relevan

dengan materi yang telah disampaikan guru pada presentasi kelas

untuk menguji pengetahuan siswa yang telah diperoleh. Game

dimainkan di atas meja dengan tiga atau empat orang siswa (sesuai

jumlah kelompok), perwakilan setiap kelompok. Setiap siswa

mengambil sebuah kartu bernomor dan menjawab pertanyaan

sesuai nomor yang tertera pada kartu.

4. Turnamen.

Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan di

meja turnamen. Turnamen dilakukan setelah guru memberikan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

17

presentasi kelas dan kelompok melaksanakan kerja kelompok,

biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit. Pada

turnamen pertama, guru menempatkan beberapa siswa

berkemampuan tinggi dari setiap kelompok pada meja turnamen 1,

siswa berkemampuan sedang di meja turnamen 2 atau 3, dan siswa

berkemampuan rendah pada meja turnamen 4. Setelah turnamaen

pertama, siswa bertukar meja sesuai kinerja mereka pada turnamen

terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja

berikutnya yang lebih tinggi dan yang skornya paling rendah

“diturunkan”. Penempatan meja turnamen dapat dilihat pada

gambar 1 di bawah ini:

Gambar 2.1. Penempatan Pada Meja Turnamen

5. Rekognisi Tim.

Tim yang mencapai skor rata-rata berdasarkan kriteria tertentu

akan mendapatkan penghargaan khusus.

Pembelajaran Team Games Turnament yaitu satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

yang beranggotakan lima sampai enam orang siswa yang memliki

kemampuan, jenis kelain dan suku kata atau ras yang berbeda yang

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

18

menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis, dimana

para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain

yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka, siswa akan

bertemu di meja turnamen yang ak untuk memperoleh tambahan poin

untuk skor tim mereka.

Ada beberapa langkah dalam penggunaan metode pembelajaran TGT

yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah penggunaan metode

pembelajaran TGT menurut Slavin (2005: 170) sebagai berikut:

1. Presentasi di kelas.

2. Belajar tim. Para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim

mereka untuk menguasai materi.

3. Turnamen. Para siswa memainkan game akademik dalam

kemampuan yang homogen.

4. Rekognisi tim. Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen

anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka

berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Trianto (2010: 84) langkah-langkah pembelajaran TGT

secara runtut, yaitu:

1. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang

yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis

kelamin, dan suku.

2. Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam

tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

menguasi pelajaran tersebut.

3. Seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak

dapat saling membantu.

E. Penelitian yang Relevan

a. Penelitian yang dilakukan oleh Rika Melisa Sari pada tahun 2016

dengan membandingkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dengan tipe Student Team Achievement Devision (STAD) terhadap

hasil belajar siswa SMP Negeri 1 batanghari.Hasil penelitian

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

19

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS

Terpadu menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw dengan tipe

STAD.

b. Penelitian yang dilakukan oleh alif suseno dengan menganalisis

perbedaan hasil belajar dengan metode pemeblajaran kooperatif team

games turnament (TGT) dan konvensional dalam mata pelajaran dasar

otomotif sepeda motor pada siswa Kelas X Smk Ma’arif Nu 01

Bumiayu Brebes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan

hasil belajar setelah penerapan modelpembelajaran Kooperatif tipe

TGT dalam mata pelajaran Dasar Otomotif Sepeda Motor pada siswa

kelas X jurusan Sepeda Motor SmkMa’arifNu 01 Bumiayu Brebes,

dan ada perbedaan hasilbelajar dengan metode pembelajaran

Kooperatif tipe TGT dan Konvensional dalam matapelajaran Dasar

Otomotif Sepeda Motor pada siswa kelas X jurusan Sepeda Motor

SmkMa’arifNu01 Bumiayu Brebes.

F. Kerangka Berfikir

Kerangka fikir merupakan metode konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang diidentifikasi sebagi masalah

yang penting.salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

adalah metode yang digunkan guru pada saat mengajar. Faktor tersebut

sangat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar.

Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan hasil belajar kewirausahaan

yang menggunkan metode pembelajaran Jigsaw dengan metode

pembelajaran Team-Games-Turnament (TGT) pada meteri visi misi

perusahaan siswa kelas X SMK Sultan Fattah Salatiga. Penelitian akan

dimulai dengan memberikan pretest terhadap kedua kelas dengan sal yang

sama pada jam pelajaran kewirausahaan masing-masing, untuk

mengetahui tingkat kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan.

Setelah didapatkan hasil pretest, kemudian akan ditentukan kelas

eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dengan perbedaan bahwa pada

kelompok eksperimen 1 penelitian akan dilakukan dengan menggunakan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

20

metode pembelajaran jigsaw dan kelas eksperimen 2 menggunakan

metode pembelajaran Team Games Turnament (TGT). Kemudian setelah

adanya tretment pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2, akan

diadakan posttest pada siswa dikedua kelompok eksperimen tersebut,

untuk menegathui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar dengan

menggunkan metode pembelajaran jigsaw dan metode pembelajaran Team

Games Turnament.

Gambar 2.2. kerangka berfikir

G. Hipotestis

Hipotesisi statistik : H0 : µ1 = µ2

Hipotesis kerja : hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran

jigsaw sama dengan hasil belajar siswa yang

menggunakan metode pembelajaran TGT

Metode

pembelajaran

jigsaw

Pretest posttest

Kelompok

eksperimen 1 Pretest

Kelompok

eksperimen 2

posttest

Metode pembelajaran

Team Games

Turnament (TGT)

Uji beda rata-rata hasil

posttest apakah terdapat

perbedaan hasil belajar

kewirausahaan yang

signifikan antara metode

pembelajaran jigsaw dengan

TGT

Kemampuan awal

kedua kelompok

sama

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14150/2/T1_162013014_BAB II... · perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak

21

Hipotesis statistik :Ha : µ1 ≠ µ2

Hipotesis kerja : hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran

jigsaw berbeda dengan hasil belajar siswa yang

menggunakan metode pembelajaran TGT