BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1...

20
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Slameto (2003:2) “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dan lingkungan”. Winkel (2004:59) “belajar adalah suatu aktivitas mental atau fisikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. Morgan (1986:14) menyatakan bahwa “belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman”. Aunurrahman (2011:33) “belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termaksud di dalamnya bagaimana seharusnya belajar”. Sebuah survey memperlihatkan bahwa 82% anak-anak yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri yang positif tentang kemampuan belajar mereka sendiri”. Tetapi angka tinggi tersebut menurun drastis menjadi 18% waktu mereka berusia 16 tahun. Konsekuensinya 4 dari 5 remaja dan orang dewasa melalui pengalaman belajarnya yang baru dengan perasaan ketidaknyamanan (Nichol, 2002:37).

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia

dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar

memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap,

keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Slameto

(2003:2) “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dan lingkungan”. Winkel

(2004:59) “belajar adalah suatu aktivitas mental atau fisikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan

nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.

Morgan (1986:14) menyatakan bahwa “belajar adalah perubahan tingkah

laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman”.

Aunurrahman (2011:33) “belajar merupakan kegiatan penting setiap

orang, termaksud di dalamnya bagaimana seharusnya belajar”. Sebuah

survey memperlihatkan bahwa 82% anak-anak yang masuk sekolah pada

usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri yang positif tentang kemampuan

belajar mereka sendiri”. Tetapi angka tinggi tersebut menurun drastis

menjadi 18% waktu mereka berusia 16 tahun. Konsekuensinya 4 dari 5

remaja dan orang dewasa melalui pengalaman belajarnya yang baru dengan

perasaan ketidaknyamanan (Nichol, 2002:37).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

9

Pendapat para ahli di atas tentang pengertian belajar dapat

disimpulkan bahwa, belajar merupakan proses usaha seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

Belajar juga memperoleh pengetahuan atau menguasai pengalamaan,

mengingat, menguasai pengalaman, serta mendapatkan informasi atau

menemukan.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kompetensi yang dimiliki siswa setelah ia

memahami proses mendapat pengalaman belajarnya. Menurut Slameto

(2003:2) “hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Menurut Hamalik (2008:30) “hasil belajar adalah bila

seseorang telah belajarakan terjadi perubahan tingkah laku pada orang

tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti

menjadi mengerti”. Surjana (2010:22) “mengemukakan bahwa belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajar”. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:250) “hasil

belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa

dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum

belajar”. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil

belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

10

Bloom (Agus Suprijono, 2012:6) “hasil belajar mencakup kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Domain kognitif adalah knowledge

(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan) analysis (menguraikan,

menemukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

membentuk bangunan baru), dan evalutation (menilai). Domain efektif

adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),

valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

Domain psikomotor meliputi initiatory pre-routine dan rountinized,

psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial,

manajerial, dan intelektual.

Agus Suprijono (2012:5) “hasil belajar merupakan informasi verbal

yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik

lisan maupun tulisan”. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap

rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manifulasi

simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

Menurut Soedarto (1997:49) “hasil belajar adalah tingkat penguasaan

yang dicapai oleh belajar yang diikuti program belajar mengajar sesuai

dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan”. Sudjana (1990:2) hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajar”.

Pendapat ahli di atas tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah hasil usaha yang dilakukan menghasilkan perubahan

dinyatakan dalam bentuk tiga kemampuan yaitu kognitif, afektif,

psikomotor. Hasil belajar juga kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajar/proses belajar.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

11

2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar

Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil belajar yang

telah dicapai seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi.

Untuk mencapai kemajuan yang harus dicapai maka harus ada kriteria

(patokan) mengacu pada tujuan yang ditentukan sehingga dapat diketahui

seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan

belajar siswa. Kebersihan dalam belajar menurut W. Winkel (1989:82)

“keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni di sekolah yang mewujutkan

dalam bentuk angka”. Rusman (2010:13) “penilaian dilakukan oleh guru

terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian

kompentensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusun laporan

kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses belajar”.

Berdasarkan pernyataan para ahli tentang hasil belajar, keberhasilan

dalam belajar adalah keberhasilan yang diraih/capai oleh siswa dalam proses

belajar maupun setelah proses pembelajaran, yakni di sekolah yang

mewujutkan dalam bentuk angka dan kemampuan-kemampuan yang

dimilikinya.

2.1.2.2 Pengukuran Hasil Belajar

Menurut Syah (2005:142), pengukuran hasil belajar adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu dan proses tertentu.

2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seseorang dalam kelompok kelasnya.

3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar, hasil yang baik pada umumnya menunjukan tingkat usaha yang efisien.

4. Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitif (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.

5. Untuk mengetahui tingkat dan hasil model mengajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

12

Supratiknya (2012:21) “penilaian hasil belajar adalah kegiatan untuk

melihat sejauh mana tujuan pelajaran telah dicapai atau dikuasai oleh murid

dalam bentuk hasil belajar yang bisa mereka tujukan setelah menjalani

kegiatan belajar mengajar “. (Sudjana, 2011:2) “Ada tiga istilah yang

merujuk pada aktivitas-aktivitas utama dalam kegiatan penilaian kelas,

yakni: (1) assesmen, (2) pengukuran, dan (3) evaluasi”. Prosedur teknik

yang dimaksud bisa berupa pengukuran, pengukuran yang dimaksud adalah

teknik tes dan nontes.

Supraktik (2012:4) “aktivitas terakhir dalam rangkaian kegiatan

penilaian kelas adalah evaluasi, yaitu “a process that comes after

measurement is completed. It invilves making a value judgment or

interprestation of the resulting data in a decision making context”

(Chatterji, 2003:4). Maksudnya, evaluasi merupakan proses sesudah

pengumpulan data atau informasi baik dengan teknik pengukuran (tes dan

skala) maupun dengan teknik assesmen lain selesai dilakukan, bahkan

sesudah data atau informasi tersebut selesai diolah.

Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan pengukuran hasil belajar

adalah dengan mengunakan istilah tiga aktivitas yaitu: (1) assesmen, (2)

pengukuran, (3) evaluasi serta pengumpulan datanya atau informasinya

dengan teknik pengukuran tes dan skala.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor

intern maupun faktor ekstern. Menurut Slameto (2003:54:-72) faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar yaitu:

1. Faktor intern, yang terdiri dari tiga faktor berikut: 1) Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat

tubuh. 2) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3) Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

13

2. Faktor ekstern 1) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi

antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, massa media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Menurut Sadiman (2007:39-47) “faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar adalah faktor intern (dari dalam) yaitu diri siswa dan faktor ekstern

(dari luar) siswa”. Hal yang berkaitan dengan faktor diri siswa yaitu, faktor

kemampuan, motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar,

ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan spikis. Kehadiran

faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting.

Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan

kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.

Dari pendapat para ahli di atas tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi hasil

belajar sebagai berikut :

1. Faktor internal atau faktor dari dalam siswa seperti jasmaniah, rohaniah, minat, motivasi, ketekunan, cara belajar, kebiasaan, sikap, kondisi sosial ekonomi dan keadaan fisik dan fsikis.

2. Faktor eksternal faktor yang lingkungan yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut dapat diatasi apabila

seorang guru mampu dan tetap berusaha menunjukan sikap terbuka untuk

peserta didik dan orang tua serta lingkungan masyarakat untuk bekerjasama

dalam mengelola pembelajaran sehingga tidak terpaku di sekolah khususnya

di dalam kelas saja.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

14

2.2 Model Pembelajaran

Slameto (2007:4) “pembelajaran adalah proses penguasaan

pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui belajar, mengajar dan

pengalaman”.

Suatu proses pengajaran dikatakan berhasil bila terjadi strukturisasi

situasi perubahan tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada

saat proses pembelajaran digunakan sebagai salah satu indikasi

terselenggaranya proses pembelajaran dengan baik. Tujuan setiap proses

pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang optimal. Hal ini akan dicapai

apabila semua terlibat secara aktif baik pisik, mental, maupun emosional.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya

pada tingkat oprasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula

sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur

materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran

ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends “model

pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di

dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”. Model

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

15

Ariends (1997:5) menyatakan “The term teaching model refers to a

particular approach to instruction that includes its goald, syntax,

environment, and management system”. Istilah model mengajarkan,

mengarahkan pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk

tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya. Joyce

(1992:5) menyatakan bahwa “setiap model pembelajaran mengarahkan

kepada desain pembelajaran untuk membantu perserta didik sedemikian

rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai”.

Soekatmo (2012:5) mengemukakan maksud dari “model pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar merencanakan aktivitas belajar mengajar”.

Dari penjelasan model pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa,

model pembelajaran adalah menggambarkan penyelenggaraan proses belajar

mengajar dari awal hingga akhir yang tersusun secara sistematis dengan

prosedur yang berbeda.

2.2.1 Model Pembelajaran (STAD)

Student Team Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh

Robert Slavin di Johns Hopkins University dan merupakan model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang

sangat mudah diterapkan dalam pembelajaran Matematika. Seperti dalam

kebanyakan model pembelajaran kooparetif lainnya. Student Team

Achievement Division (STAD) didasarkan pada prinsip bahwa para siswa

belajar sama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar

teman-teman dalam tim dan dirinya sendiri.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

16

Dalam model Student Team Achievement Division (STAD) kelompok

terdiri atas empat sampai lima siswa yang mewakili keseimbangan kelas

dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras. Kelompok merupakan

tampilan yang paling penting dari Student Team Achievement Division

(STAD) yang penting pula bagi guru dalam rangka mengarahkan anggota

masing-masing kelompok.

2.2.1.1 Langkah-Langkah Implementasi (STAD).

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD) menurut Slavin (2005:143) yang terdiri dari

lima komponen utama yaitu: persentasi kelas, tim, kuis, skor kemajemukan

individu, dan rekonisi tim. Komponen atau langkah-langkah tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Tahap Penyajian Materi/Presentasi Kelas.

Materi dalam Student Team Achievement Division (STAD)

pertama-tama diperkenalkan dalam kelas. Ini merupakan

pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau

didiskusikan pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga

memasukan audiovisual. Bedanya persentasi kelas dengan

pengajaran biasa hanya bahwa persentasi tersebut haruslah

benar-benar berfokus pada unit Student Team Achievement

Division (STAD). Dengan cara ini, para siswa akan menyadari

bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh

selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat

membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor kuis mereka

menentukan skor tim mereka.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

17

2. Tahap Kerja Kelompok/Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili

seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis

kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah

memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan

lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya

untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru

menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk

mempersentasikan lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang

paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan

permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan

mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada

yang membuat kesalahan.

Tim adalah figur yang paling penting dalam Student Team

Achievement Division (STAD) pada tiap poinnya, yang

ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang

terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik

untuk membantu tiap anggotannya. Tim ini memberikan

dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam

pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan

respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan

seperti hubungan antarkelompok, rasa harga diri, penerimaan

terhadap siswa.

3. Kuis

Setelah guru memberikan persentasi dan sekitar satu atau

dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis

individu. Pada siswa tidak diperbolehkan untuk saling

membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa

bertanggung jawab secara individual untuk memahami

materinya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

18

4. Skor Kemajuan Individu

Gagasan dibalik skor kemajuan individu adalah untuk

memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat

dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan

kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya. Tiap siswa dapat

memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya

sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya

tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa

diberikana skor “awal”, yang diperboleh dari rata-rata kinerja

siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama.

Siswa selanjutnya akan mengumpilkan point untuk tim mereka

berdasarkan tingkatan kenaikan skor kuis mereka dibandingkan

dengan skor awal mereka.

5. Rekognisi Tim/Penghargaan

Tim akan mendapatkan sertifikasi atau bentuk penghargaan

yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)

dikembangkan oleh Slavin di Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu

kelas tertentu dipecahkan menjadi kelompok dengan anggota empat sampai

lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan

perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang

dan rendah.

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat

pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajaran dan kemudian

saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui

diskusi dan kuis.

Sintaks model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)

dalam Chotimah (2007) sebagai berikut :

1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya empat sampai lima orang secara heterogen.

2. Guru menyajikan pelajaran.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

19

3. Guru memberikan tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.

4. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal mengerjakan kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

5. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.

6. Guru memberikan penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin tertinggi.

7. Guru memberikan evaluasi. 8. Penutup.

Dari sintaks model pembelajaran Student Team Achievement Division

(STAD) di atas dapat ditentukan proses pembelajaran, guru menentukan

jumlah kelompok dan kelompoknya harus heterogen, guru

mempersiapkan/menyajikan materi pembelajaran, guru memberikan tugas

pada masing-masing kelompok dan siswa mengerjakannya secara

berkelompok dan setiap anggota kelompok mendapatkan tugas masing-

masing. Dalam model pembelajaran Student Team Achievement Division

(STAD) ini, proses pembelajarannya terdiri tugas, tugas kelompok dan tugas

individu, dimana tugas kelompok dikerjakan berkelompok, peserta

kelompok membantu satu sama lain. Tugas individu disini peserta didik

tidak boleh saling membantu. Dalam model pembelajaran Student Team

Achievement Division (STAD) bagi tugas kelompok maupun tugas individu

bagi nilainya tertinggi akan mendapatkan penghargaan (rewards).

2.2.1.2 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran (STAD)

Suatu strategi pembelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan.

Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD) mempunyai beberapa keunggulan (Slavin,

1995:17) diantaranya sebagai berikut :

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

20

1. Siswa bekerjasama dalam mencatat tujuan dengan menjunjung tinggi normal-normal kelompok.

2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatkan kemampuan mereka dalam berpendapat. Selain keunggulan tersebut pembelajaran model Student Team

Achievement Division (STAD) juga memiliki kekurangan-kekurangan,

menurut Dess (1991:411) diantaranya sebagai berikut :

1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.

2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerjasama. Kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran kooperatif

masih dapat diatasi atau diminimalkan. Pengunaan waktu yang lebih lama

dapat diatasi dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga

siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan

kelompok dan penataan ruangan kelas sesuai kelompok yang dapat

dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian,

dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk

pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas.

Pembelajaran kooperatif memang memerlukan kemampuan khusus

guru, namun hal ini dapat diatasi dengan mengunakan latihan terlebih

dahulu. Sedangkan kekurangan-kekurangan terakhir dapat diatasi dengan

memberikan pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup

sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu

bekerjasama dan berlatih bekerjasama dengan belajar secara kooperatif.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

21

Kekurangan model pembelajaran kooperatif Student Team

Achievement Division (STAD) menurut Slavin (Nurasma 2006:2007) yaitu :

Kontribusi rendah menjadi kurang siswa berpartisipasi tinggi akan

mengarah pada ke kecewaan karena peran anggota yang pandai lebih

dominan.

2.2.1.3 Penerapan (STAD) Dalam Pembelajaran Matematika

Berdasarkan Standar Proses.

Standar proses pendidikan dapat diartikan sebagai suatu bentuk teknis

yang merupakan acuan atau kriteria yang dibuat secara terencana atau

didesain dalam pelaksanaan pembelajaran (UU No 41 Tahun 2007 Tentang

Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah). Masih

mengacu pada UU tersebut (UU No 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses

Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah), hal-hal yang diatur dalam

standar proses terdiri dari perencanaan proses pembelajaran yang meliputi

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas

mata pelajaran, standar kompentensi (SK), kompetensi dasar (KD),

indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran materi pembelajaran,

alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil

belajar dan sumber belajar; pelaksanaan proses pembelajaran di mana hal-

hal yang harus diperhatikan antara lain rombongan (peserta) belajar

maksimal, beban kerja minimal guru, buku pelajaran, dan pengelolaan kelas;

penilaian hasil pembelajaran tujuannya digunakan untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik, digunakan untuk menyusun laporan

kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

22

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik dan terpogram dengan

menggunakan tes dalam bentuk tes tertulis maupun tes lisan, dan nontes

dalam bentuk pengamatan kerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya

berupa tugas, proyek dan produk, portofolio dan penilaian diri. Penilaian

hasil pembelajaran menggunakan standar penilaian pendidikan dan panduan

penilaian kelompok mata pelajaran; serta pengawasan proses pembelajaran

yang dilakukan dengan cara pemantauan, supervisi, evaluasi dan pelaporan.

Berdasarkan pada hal yang telah dipaparkan, maka dalam

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Team

Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran Matematika pada siswa

SD kelas V, standar kompentensi dan kompentensi dasar (SK/KD), adalah

SK/KD mata pelajaran Matematika kelas V pada semester II pada materi

sifat-sifat bangun datar, indikator pencapaian, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dan penilaian yang dilakukan, serta bentuk penilaian

yang dilakukan antara lain dijabarkan dalam RPP berkarakter.

Berdasarkan sintaks di awah ini dapat kita ketahui tahapan-tahapan

serta langkah-langkah dalam proses pembelajaran model pembelajaran

Student Team Achievement Division (STAD). Memberikan gambaran

bagaimana semestinya penerapan pembelajaran yang harus dilakukan, mulai

dari kegiatan awal, apersepsi dan motivasi. Kegiatan inti (eksplorasi,

elaborasi, konfirmasi), serta kegiatan akhir. Dalam kegiatan akhir tindakan

guru: membimbing siswa menyampaikan pembelajaran dan menutup

pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Kegiatan Awal

1. Memberikan salam

2. Mengajak siswa berdoa

3. Absensi

4. Menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran

5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan

6. Apresepsi : guru meminta siswa memperhatikan benda-benda di depan

yang sudah disediakan guru dan menanyakan bagaimana bentuknya?

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

23

7. Hipotesis : jawaban siswa

8. Motivasi : guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara

belajar yang akan ditempuh dalam proses pembelajaran dalam model

(STAD).

Kegiatan Inti

Eksplorasi

1. Guru tanya jawab dengan siswa mengenai banyak sisi dan banyak

sudut pada segitiga.

2. Guru membentuk kelompok yang beranggota 4-5 orang secara

heterogen.

3. Guru membagikan LKS masing-masing kelompok.

Elaborasi

1. Siswa bekerja dalam kelompok mengerjakan tugas yang disediakan

oleg guru.

2. Guru memantau kerja masing-masing kelompok dan mengarahkan

siswa yang mengalami kesulitan.

3. Perwakilan kelompok maju ke depan untuk mempersentasikan hasil

kerja kelompok dan guru bertindak sebagai fasilitator.

4. Guru memantau siswa yang mengalami kesulitan dalam

mempersentasikan hasil kerja kelompoknya.

5. Guru mengoreksi hasil kerja kelompok siswa.

Konfirmasi

1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

hal-hal yang belum jelas dari materi yang disampaikan.

2. Guru memberikan motivasi berupa pujian kepada siswa yang belum

berhasil dalam proses pembelajaran.

3. Guru memberikan soal evaluasi.

Kegiatan akhir

1. Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran.

2. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

24

2.3 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian dilakukan dalam rangka peningkatkan kualitas

pembelajaran matematika Student Team Achievement Division (STAD)

diantaranya adalah :

1. Basuki (2010) dalam penelitian “Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas Datar Melalui Permainan” menyatakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Metode permainan dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas

VI SD Negeri Soroyuden dalam perhitungan luas gabungan bangun datar.

2) Pembahasan soal gabungan bangun datar memerlukan pengetahuan awal tentang luas bangun datar tunggal.

3) Perlunya pemahaman tentang sisi-sisi sejajar yang berukuran pada diri siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan panjang sisi yang belum diketahui.

4) Metode permainan membuat siswa lebih “rela” menerima pelajaran karena pembelajaran tersaji dalam situasi yang menyenangkan.

Beberapa kajian yang relevan di atas, pengunaan model pembelajaran

Student Team Achievement Division (STAD) sangat memuaskan dalam

ketercapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

2.4 Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika seringkali menggunakan model

pembelajaran yang berupa ceramah/penjelasan, dan kemudian diberi contoh

serta tugas. Pembelajaran matematika ini berpusat pada guru, dan tanggung

jawab serta kekuasaan dalam pembelajaran sepenuhnya berada ditangan

guru. Menurut Nur (Evrieta, 2010:22) mengatakan bahwa “pendidikan

matematika di Indonesia pada umumnya masih berada pada pendidikan

matematika konvensional yang banyak ditandai oleh strukturalistik dan

mekanistik”. Guru merupakan sumber informasi dan siswa menjadi pasif.

Hal yang dilakukan siswa adalah menerima, mencatat, dan menghafalkan

materi yang diberikan guru serta mengerjakan soal-soal latihan.

Pembelajaran yang demikian lebih mementingkan penguasaan akademik

dan kurang memperhatikan nilai-nilai yang terkandung dalam matematika.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

25

Selain itu, pembelajaran yang demikian belum menanamkan dan

mengajarkan konsep matematika sehingga siswa mengalami kesulitan dalam

memahami konsep-konsep matematika sehingga dapat berdampak pada

hasil belajar matematika siswa yang rendah.

Dalam mengajarkan pelajaran Matematika terutama materi sifat-sifat

bangun datar. Dibutuhkan konsep dasar teori yang tepat dalam

menyampaikan pelajaran tersebut. Konsep dasar teori yang dipilih harus

sesuai dan cocok serta harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Terutama

dalam penyampaian materi matematika. Sebab dalam pelajaran matematika

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, serta melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika serta memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah. Dalam penerapan model Student

Team Achievement Division (STAD) proses pembelajaran mempunyai

keungulan dan dipastikan dapat meningkatkan hasil belajar, keungulannya;

siswa bekerjasama dalam mencatat tujuan dengan menjunjung norma-norma

kelompok, siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil

bersama, aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan

keberhasilan kelompok, interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan

kemampuan mereka dalam berpendapat.

Pembelajaran model Student Team Achievement Division (STAD)

siswa sangat dilibatkan dalam proses pembelajaran, siswa lebih mudah

menemukan dan memahami materi-materi yang dianggap sulit apabila

mereka saling bekerjasama dengan temannya untuk menyelesaikan masalah.

Melalui kerjasama akan terjalin rasa bekerjasama, komunikasi, mereka

saling berbagai pengetahuan yang dimiliki mereka masing-masing sehingga

terjadi pemahaman yang sama dalam persoalan-persoalan yang mereka

diskusikan. Ini akan membawa dampak pada peningkatkan hasil belajar.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

26

Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis

Berdasarkan kajian-kajian teori dan kerangkan berpikir, maka

hipotesis tindakan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pengaruh Pembelajaran Model Student Team Achievement Division (STAD)

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Kauman

Kidul Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

1. Diduga melalui penerapan Student Team Achievement Division (STAD)

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri

Kuman Kidul Salatiga.

Model ceramah (pembelajaran yang berpusat pada guru membuat siswa tidak aktif dalam pembelajaran).

Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa

Siswa lebih aktif dan dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran

Model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD).

Rendahnya hasil belajar

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8237/2/T1_292010357_BAB II.pdf11 2.1.2.1 Pentingnya Hasil Belajar Untuk mengetahui perkembangan

27

Berdasarkan kajian teori, kajian penelitian yang relevan dan kerangka

berfikir yang telah diuraikan di atas maka hipotesis awal dirumuskan.

1. Hipotesis Deskriptif

Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa kelas V

SD menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD).

2. Hipotesis Statistik

Secara statistik hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

퐻 : 휇 = 휇 .

Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa

kelas V SD menggunakan model Student Team Achievement Division

(STAD).

퐻 : 휇 ≠ 휇

Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa kelas V

SD menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD).