BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kemandirian...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kemandirian...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Kemandirian belajar
Menurut Abdullah, M.H (2001) belajar mandiri dapat diartikan sebagai
usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan
bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi
dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan
masalah yang dijumpainya di dunia nyata. Menurut Klein dalam Slameto (2008)
belajar mandiri adalah proses atau tujuan kegiatan sekolah, dan tidak
mensyaratkan pengetahuan sebelumnya. Sedangkan Hendra Surya
(Novitasari:2008) belajar mandiri adalah proses mengerakkan kekuatan atau
dorongan dari dalam diri individu yang belajar untuk mengerakkan potensi dirinya
mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing di luar dirinya.
Dengan demikian belajar mandiri lebih mengarah pada pembentukan kemandirian
dalam cara-cara belajar.
Menurut Sumahamijaya et al (2003), Kemandirian berasal dari kata
mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada
orang lain, tapi menggunakan kekuatan sendiri. Kemandirian diartikan sebagai
suatu hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain.
Kemandirian belajar menurut Wragg E. C (Slameto:2008) kemandirian
belajar adalah suatu proses dengan mana siswa mengembangkan ketrampilan-
ketrampilan penting yang memungkikannya menjadi pelajar yang mandiri,
dimotivasi oleh tujuan sendiri, imbalan dari proses belajar bersifat intrinsik/ nyata
bagi siswa dan tidak tergantung pada sistem luar untuk pemberian imbalan jerih
payah belajarnya, guru hanya merupakan sumber dalam proses belajar, tetapi
bukan pengatur atau pengendali. Menurut Slameto (2008) kemandirian belajar
adalah kemampuan belajar mandiri yang terungkap melalui proses intensive yang
dilakukan siswa untuk mencapai tujuan belajar atau penguasaan materi pelajaran
yang menggunakan berbagai ketrampilan dan teknik yang kreative atas prakarsa
7
(inisiatif dan motivasi) siswa yang bersangkutan dalam penetapan tujuan belajar,
pemilihan materi yang akan dipelajari, intensitas penggunaan ketrampilan belajar,
penerapan teknik-teknik ilmiah dalam fase belajar, penetapan standard
keberhasilan belajar, peningkatan prakarsa siswa yang bersangkutan dibanding
intervensi guru. Sedangkan menurut Hoshi (Slameto:2002) dalam kemandirian
belajar siswa bertanggung jawab atas pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan proses belajarnya dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
keputusan-keputusan tersebut. Kemandirian memerlukan kemampuan untuk
bertindak secara mandiri, tidak tergantung, digabung dengan kemampuan untuk
melaksanakan keputusan-keputusan sendiri.
Berdasarkan analisis tentang konsep dan teori di atas dapat disimpulkan
bahwa kemandirian belajar adalah sebuah proses dimana individu mengambil
inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan orang lain,kebebasan bertindak sesuai
nilai yang diajarkan dan keyakinan dalam setiap kegiatan belajar dan bertanggung
jawab dalam setiap aktivitas belajarnya.
2.1.1.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Menurut Hasan Basri (2000:55) Kemandirian merupakan salah satu tujuan
pendidikan, faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar yaitu faktor
yang terdapat di dalam dirinya sendiri (faktor endogen) dan faktor yang terdapat
di luar dirinya (faktor eksogen)
1. Faktor eksogen (faktor eksternal)
Semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya atau
lingkungan hidup yang alami individu. seperti keadaan keturunan dan
konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang
melekat padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah merupakan
bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya.
Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan
didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual dan potensi
pertumbuhan tubuhnya.
8
2. Faktor Endogen
Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari
dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak
dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu
yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan
perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah
dan ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat,
potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya.
Dengan demikian penulis berpendapat dalam pencapaian kemandirian
seseorang tidak lepas dari faktor-faktor tersebut diatas dan kemandirian siswa
dalam belajar akan terwujud sangat bergantung pada siswa tersebut melihat,
merasakan dan melakukan aktivitas belajar atau kegiatan belajar sehari-hari di
dalam lingkungan sekolah maupun tempat tinggalnya.
2.1.1.2 Aspek-aspek kemandirian belajar
Kemandirian belajar berarti memperhitungkan semua faktor yang relevan
dalam menentukan arah tindakan yang terbaik bagi semua yang berkepentingan
Kemandirian, Sutari Imam Banarbid (2003), kemandirian belajar meliputi “perilaku
mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan / masalah, mempunyai rasa
percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa orang lain”. Pendapat
tersebut juga diperkuat oleh kartini dan dali (2008) yang mengatakan bahwa
kemandirian adalah”hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri”.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian: a)
Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi
kebaikan dirinya. b) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi
masalah yang dihadapi. c) Memeliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-
tugasnya. d) Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.
Robert havigurst (2002) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari
beberapa aspek, yaitu:a) Emosi, aspek ini ditujukan dengan kemampuan
mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua. b).
9
Intelektual, aspek ini ditujukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi. c) Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu
aksi dari orang lain.
2.1.2 Bimbingan Orang Tua
Bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan. Namun untuk
sampai kepada pengertian yang sebenarnya kita harus ingat bahwa tidak setiap bantuan
dapat diartikan bimbingan. Bimbingan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris yaitu
guidance, kata guidance berasal dari kata kerja to guidance artinya menunjukkan,
membimbing, menuntun orang ke jalan yang benar.
Menurut Druxes (2003-105). Bimbingan adalah merupakan bantuan atau tuntunan,
yang mengandung pengertian bahwa pembimbing harus memberikan bantuan kepada
yang dibimbingnya. Keadaan seperti ini terkenal dalam dunia pendidikan "Tut Wuri
Handayani" yaitu bahwa dalam memberi bimbingan, arah diserahkan kepada yang
dibimbing. Bimbingan hendaknya merupakan bantuan yang dapat menyadarkan seorang
itu akan pribadinya sendiri (bakatnya, minatnya, kemampuannya dan sebagainya)
sehingga dengan demikian ia sanggup memecahkan sendiri kesukaran-kesukaran yang
dihadapainya.Bimbingan orang tua dapat membawa pertumbuhan dan perkembangan
yang lebih baik terhadap aktifitas belajar anak, melalui bimbingan orang tua dapat
mengarahkan dan mengetahui segala kesulitan-kesulitan yang dihadapi putra-putrinya.
Bimbingan orang tua dirumah mutlak diperlukan karena adanya bimbingan, orang
tua dapat mengawasi dan dapat mengetahui segala kekurangan dan kesulitan anak
dalam belajarnya. Gunarso (2003;64) menyatakan sebagai berikut :"Orang tua berperan
besar dalam mengajar, mendidik, memberikan bimbingan, dan menyediakan sarana
belajar serta memberi teladan pada anak sesuai dengan nilai moral yang berlaku atau
tingkah laku yang perlu dihindari". Bimbingan dari orang tua dapat juga berperan sebagai
cara untuk peningkatan disiplin terutama dalam belajarnya. Ahmadi (2001;82)
menyatakan bahwa "Anak belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap
dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak".
10
Menurut Jear Book of education (I. Djumhur, 2005:25) mengemukakan bahwa
bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial. Menurut Stoops (I. Djumhur, 2005:25), mengemukakan bahwa
bimbingan adalah suatu proses membantu perkembangan individu untuk mencapai
kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebenar-benarnya,
baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Menurut Miller (I, Djumhur, 2005:25)
mengemukakan bimbingan adalah proses terhadap individu untuk mencapai
pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri
secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat. Orang tua sebagai
pendidik juga sebagai pembimbing bagi kegiatan belajar anak baik di dalam maupun di
luar rumah dengan harapan anak dapat belajar dengan baik dan berhasil..
Menurut Ashman & Elkins (2008), Lingkungan keluarga atau orang tua
merupakan media pertama dan utama yang berpengaruh terhadap perilaku dalam
perkembangan anak. Tujuan pendidikan secara universal adalah agar anak menjadi
mandiri, bukan hanya dapat mencari ilmu sendiri, tapi juga bisa mengarahkan dirinya
pada keputusannya sendiri untuk mengembangkan semua kemampuan fisik, mental,
sosial dan emosional yang dimilikinya, sehingga dapat mengembangkan suatu
kehidupan yang sehat dan produkif.
2.1.2.1 Bentuk Bimbingan Orang Tua
Bimbingan sebenarnya diberikan di lingkungan keluarga, karena keluarga adalah
lingkungan hidup pertama, dimana anak memperoleh pengalaman–pengalaman
pertama yang telah mempengaruhi jalan hidupnya dan memberi tantangan pada anak
supaya dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam lingkungannya. Untuk
mencapai interaksi yang baik antara orang tua dengan anak-anaknya maka dalam
keluarga itu harus menjalankan peranannya sesuai dengan fungsi dan kedudukannya,
baik didalam keluarga itu sendiri maupun dilingkungan masyarakat.
Peranan-peranan Keluarga:
11
a. Peranan Ibu
Peranan seorang ibu bagi anak-anaknya sangat besar artinya, karena
anak–anak hubungannya lebih dekat dengan ibu dari pada ayahnya dalam
kehidupan sehari-hari, oleh karena itu seorang ibu harus benar-benar berfungsi
melaksanakan tugasnya antara lain meliputi pemeliharaan pendidikan anak-anak
agar mereka menjadi anak yang berguna.
Peranan ibu dalam pendidikan anak-anak adalah sumber dan pemberi rasa kasih
sayang, pengasuh dan pemelihara, tempat mencurahkan isi hati, pengatur
kehidupan dalam rumah tangga, dan pendidikan.
b. Peranan Ayah
Di samping ibu, peranan ayah memegang peranan penting ayah sebagai
kepala keluarga merupakan penanggung jawab dalam perkembangan anak-
anaknya, baik secara fisik maupun secara psikis. Ayah juga aktif membina
perkembangan pendidikan anak. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang
tertinggi prestasinya berarti ayah merupakan pimpinan yang sangat patut dijadikan
cermin bagi anaknya atau kata lain ayah merupakan figur yang terpandai dan
berwibawa. Dengan demikian, setiap perilaku ayah merupakan contoh dorongan
bagi anak .
2.1.3 Hasil Belajar
Menuut Dimyati dan Mujiono (Lina , 2009:5), hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebulum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimanan guru
bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.
Winkel (Lina, 2009:5) mengumukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti
keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan menurut arif Gunarso
(Lina,2009: 5),” hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang
yang telah melaksanakan usaha-usaha belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil
yang diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya.
12
Hasil belajar merupakkan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang
setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam
bentuk nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran.
Menurut Howard kingsley (2001), hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar digunakan guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami
belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Manurut
Mudjiono (2002), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi
yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siwa hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan
saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (2002) hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart
Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar :
(1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap
dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya
usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek
kehidupan sehingga nampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap
sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek
13
kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara
kuantitatif.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk penilain memperoleh data
dari nilai try out 1 bahasa Indonesia
2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian
bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol
vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer .
Menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), bahasa yaitu sebagai kode yang
diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep
melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol
yang diatur oleh ketentuan.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia yang
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga
merupakan Bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Meski demikian, ia hanya sebagian kecil dari
penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu
karena dalam percakapan sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih
suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu seperti
bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan lain-lain. Untuk sebagian
besar lainnya bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi
bahasa Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia ialah sebuah dialek
bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata
14
baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing.
Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya dari
bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam
Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang dinamakan
'Bahasa Indonesia' yaitu bahasa Melayu yang sungguhpun pokoknja berasal dari
'Melayu Riau', akan tetapi yang sudah ditambah, diubah atau dikurangi menurut
keperluan zaman dan alam baru hingga bahasa itu lalu mudah dipakai oleh rakjat
di seluruh Indonesia; pembaharuan bahasa Melayu hingga menjadi bahasa
Indonesia itu harus dilakukan oleh kaum ahli yang beralam baru, ialah alam
kebangsaan Indonesia". atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa
Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara, "...bahwa asal bahasa Indonesia ialah
bahasa Melayu. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu yang disesuaikan
dengan pertumbuhannya dalam masyarakat Indonesia".
Secara sejarah, Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari
Bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama
atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik
dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa Bahasa
Indonesia baru dianggap "lahir" atau diterima keberadaannya pada tanggal 28
Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 Bahasa Indonesia
secara resmi diakui keberadaannya. Fonologi dan tata bahasa dari Bahasa
Indonesia cukuplah mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar
dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang digunakan sebagai penghantar pendidikan di perguruan-
perguruan di Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia
mencakup komponen-komponen berbahasa dan kemampuan bersastra yang
meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Mendengarkan, 2) Berbicara, 3)
Membaca, 4) Menulis. Kompetensi Dasar bahasa Indonesia kelas VI semester I
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
15
Tabel 2.1
Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia kelas VI semester I
No. Kompetensi Dasar
1.1 Menulis hal-hal penting / pokok dari suatu teks yang dibacakan.
1.2 Mengidentifikasi tokoh, latar, tema, atau amanat dari cerita anak yang dibacakan
2.1 Menyampaikan pesan/ informasi yang diperoleh dari berbagai media dengan bahasa yang runtut
2.2 Menyampaikan pesan / informasi yang diperoleh dari berbagai media dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar
3.1 Mendeskripsikan isi dan teknik penyajian suatu laporan hasil pengamatan/kunjungan
3.2 Menanggapi informasi dari kolom/rubric khusus ( majalah anak, koran, dan lain-lain).
3.3 Menemukan makna tersirat suatu teks melalui membaca intensif.
4.1 Mengisi formulir (pendaftaran, kartu anggota, wesel pos, kartu pos, DRH ) dengan benar.
4.2 Membuat ringkasan dari teks yang dibaca atau yang didengar
4.3 Menyusun percakapan tentang berbagai topik dengan memperhatikan penggunaan ejaan
4.4 Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan memperhatikan makna puisi
5.1 Menyimpulkan isi berita yang didengar dari televisi atau radio.
5.2 Menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan
6.1 Berpidato atau presentasi untuk berbagai keperluan (perpisahan, perayaan ulang tahun) dengan lafal intonasi dan sikap yang tepat.
6.2
Melaporkan isi buku yang dibaca (judul, pengarang, jumlah halaman, dan isi) dengan kalimat yang runtut.
6.3 Membacakan puisi karya sendiri dengan ekspresi yang tepat.
7.1 Menemukan makna tersirat suatu teks melalui membaca intensif.
7.2 Mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, jalan cerita, amanat ) teks drama anak
8.1 Menyusun naskah pidato / sambutan (perpisahan, ulang tahun, perayaan sekolah) dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan.
8.2 Menulis surat resmi dengan memperhatikan pilihan kata sesuai dengan orang yang dituju.
16
2.2 Kajian yang Relevan
Widya Novitasari (2008) penelitian yang berjudul “Adakah hubungan antara
kemandirian belajar siswa dan bimbingan orang tua dengan hasil belajar mata
pelajaran PPKn siswa kelas IV dan V semester I tahun pelajaran 2007/2008 SD
Negeri Keboireng III Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung”. ada hubungan
yang signifikan Dengan pembuktian derajat kebebasan N = 46 dan sesuai dengan
tabel taraf signifikansi 5 % diperoleh nilai 1,291 sedangkan r hitung 0,342 yang berarti
t hitung lebih besar dari t-tabel atau 1,342 > 0,05 . Kesimpulan yang diperoleh adalah
tidak ada hubungan yang signifikan antara bimbingan orang tua dengan hasil belajar
PPKn siswa kelas IV dan V semester I tahun pelajaran 2007/2008 SD Negeri
Keboireng III Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung .
Amalia, Fitriani 2011 penelitian yang berjudul “Pengaruh perhatian orang tua,
konsep diri, dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi
siswa kelas XII IPS SMA Se-Kecamatan Limpung”.. sampel penelitian sebanyak 70
siswa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perhatian orang tua, konsep
diri, dan kemandirian belajar berpengaruh terhadap hasil belajar ekonomi kelas XII
IPS SMA Se-Kecamatan Limpung baik secara parsial maupun simultan, dibuktikan
dari hasil uji t dan f memperoleh signifikansi di bawah 0,05. Secara simultan perhatian
orang tua, konsep diri, dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar ekonomi adalah
sebesar 0,66% dan sisanya sebesar 0,134% dipengeruhi oleh variabel lain. Secara
parsial perhatian orang tua 0,128%, konsep diri 0,91%, dan kemandirian belajar
0,418% artinya tidak ada hubungannya. Namun dalam analisis data secara
keseluruhan belum melihat aspek-aspek dalam kemandirian belajar dan bimbingan
orang tua yang berhubungan dengan hasil belajar.
Yuyun (2008) penelitian yang berjudul ” Pengaruh kemandirian belajar siswa dan
bimbingan orang tua terhadap hasil belajar matematika kelas XI SMA Negeri 02
Singaraja” menunjukkan bahwa variabel kemandirian belajar dan bimbingan orang tua
menunjukkan nilai 0,93 dan 0,697> 0,05.Variabel kemandirian siswa menunjukkan
tidak ada pengaruh yang siknifikan, variabel kemandirian siswa menunjukkan nilai
signifikan 0,013<0,05 berarti ada pengaruh yang siknifikan. Namun ketika
dikomparasikan kemandirian siswa dan bimbingan orang tua menunjukkan nilai
17
siknifikan 0,00< 0,05 berarti ada pengaruh yang siknifikan, dan jika ketiga variabel
tersebut dikomparasikan menunjukkan nilai siknifikan 0,999> 0,05 berarti tidak ada
pengaruh yang siknifikan antara kemandirian belajar dan bimbingan orang tua
terhadap hasil belajar.
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori diatas Penyampaian mata pelajaran yang di-UN-kan
menuntut cara belajar siswa aktif, mengharuskan partisipasi aktif peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran. Partisipasi aktif tersebut akan dapat terlaksana
apabila ditunjang oleh kemandirian belajar peserta didik secara sosial psikologis
adalah penting karena individu pada hakekatnya selalu berusaha menyesuaikan
diri secara aktif dengan lingkungannya.
Menurut Haris Mujiman (2005: 1) belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif,
yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna
mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau
kompetensi yang dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara
pencapaiannya, baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar,
tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi belajar dilakukan oleh siswa sendiri.
Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk melakukan
kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu kompetensi
tertentu.
Kemandirian belajar adalah aktifitas belajar yang didorong oleh kemauan
sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta
mampu mempertanggung jawabkan tindakannya. Oleh karena itu kemandirian
belajar dan bimbingan orang tua sangat penting bagi peserta didik sebab
kemandirian merupakan modal dasar dan utama bagi peserta didik dalam
menentukan sikap dan tindakan terhadap proses belajarnya sedangkan dorongan
orang tua sangat berpengaruh dalam memberi dorongan dan motifasi belajar baik
belajar dirumah atau belajar disekolah. Karena belajar merupakan proses psikis,
maka keberhasilan belajar banyak ditentukan oleh individu itu sendiri. Kemandirian
belajar seseorang mendorong untuk berprestsi, berinisiatif dan berkreasi. Dengan
18
itu kemandirian dapat mengantar seseorang menjadi produktif, serta
mendorongnya menuju ke arah kemajuan dan selalu ingin maju lagi. Sedang
ketidak mandirian belajar merupakan batu penyandung untuk mencapai hasil yang
maksimal karena cara belajar yang belum menunjukkan kemandirian akan
berlanjut terus kejenjang yang lebih tinggi. Akan sia-sia peningkatan mutu
kelulusan dengan menaikkan nilai karena siswa tidak melakukan usaha
kemandirian belajar anak untuk menambah ilmu dan ketrampilan-ketrampilannya
tanpa bimbingan orang tua individu sulit belajar.
Dengan adanya kemandirian belajar dan bimbingan orang tua diharapkan
dapat memperoleh hasil lebih baik. Sehingga kemandirian belajar siswa yang
tinggi dan bimbingan orang tua akan meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
belajar mata pelajaran bahasa Indonesia yang di-UN-kan dapat diambil dari
perolehan dari nilai try out 1 tahun pelajaran 2011/2012 siswa SD Negeri Gondang
mata pelajaran bahasa Indonesia. Bagan kerangka berfikir dapat dilihat pada
gambar 2.1.
Gambar 2.1 Bagan kemandirian belajar siswa dan bimbingan orang tua
terhadap hasil belajar
Kemandirian
belajar
Bimbingan
orang tua
Hasil Belajar
(nilai try out 1 Bahasa
Indonesia)
Hasil Belajar
(nilai try out 1 Bahasa
Indonesia)
19
2.4 Hipotesis Penelitian
Bedasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia yang di-UN-kan siswa kelas VI SD N Gondang Kecamatan
Watumalang Kabupaten Wonosobo tahun ajaran 2011/2012”.
b. Terdapat pengaruh bimbingan orang tua dapat memberikan hasil belajar mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang di-UN-kan siswa kelas VI SD N Gondang
Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo tahun ajaran 2011/2012”.