BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

16
5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca Menurut (Tarigan, 2008) Membaca adalah proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis. Dalam bukunya (Somadyo, 2011) berpendapat bahwa membaca merupakan kegiatan interaktif untuk memetik dan memahami makna yang terkandung dalam bahan tertulis. Serta menurut (Subyantoro, 2011) membaca merupakan keterampilan yang lambat laun akan menjadi perilaku keseharian seseorang. Selain itu (Nurhadi, 2010) menyatakan bahwa membaca adalah proses yang melibatkan aktivitas fisik dan mental. Aktivitas fisik tersebut seperti salah satunya ialah dalam membaca seseorang menggerakkan matanya untuk membaca tulisan atau bacaan sepanjang baris. Sedangkan aktivitas mental bukan hanya menggerakkan mata untuk membaca tulisan atau teks, melainkan memuat aktivitas berpikir untuk memahami tulisan demi tulisan. Dari pengertian-pengertian membaca tersebut, penulis sependapat dengan Nuriadi dan Subyantoro. Dimana membaca merupakan sebuah seni pemahaman melalui kegiatan yang menggunakan fisik untuk memahami sebuah tulisan dan diolah melalui pikiran, yang nantinya akan dapat mempengaruhi perilaku dan mental seseorang. 2.1.1 Tujuan membaca Ada beberapa tujuan dari membaca, seperti yang dikemukakan oleh Anderson dalam (Tarigan, 2008), dia menyebutkan bahwa yakni ada 7 tujuan khusus dari membaca, yaitu: a. Untuk memperoleh rincian-rincian atau fakta-fakta (reading for details) b. Untuk memperoleh gagasan pokok atau ide-ide utama (reading for main ideas)

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

5

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Hakikat Membaca

Menurut (Tarigan, 2008) Membaca adalah proses yang dilakukan

serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis. Dalam bukunya (Somadyo,

2011) berpendapat bahwa membaca merupakan kegiatan interaktif untuk

memetik dan memahami makna yang terkandung dalam bahan tertulis.

Serta menurut (Subyantoro, 2011) membaca merupakan keterampilan

yang lambat laun akan menjadi perilaku keseharian seseorang.

Selain itu (Nurhadi, 2010) menyatakan bahwa membaca adalah

proses yang melibatkan aktivitas fisik dan mental. Aktivitas fisik tersebut

seperti salah satunya ialah dalam membaca seseorang menggerakkan

matanya untuk membaca tulisan atau bacaan sepanjang baris. Sedangkan

aktivitas mental bukan hanya menggerakkan mata untuk membaca tulisan

atau teks, melainkan memuat aktivitas berpikir untuk memahami tulisan

demi tulisan.

Dari pengertian-pengertian membaca tersebut, penulis sependapat

dengan Nuriadi dan Subyantoro. Dimana membaca merupakan sebuah

seni pemahaman melalui kegiatan yang menggunakan fisik untuk

memahami sebuah tulisan dan diolah melalui pikiran, yang nantinya akan

dapat mempengaruhi perilaku dan mental seseorang.

2.1.1 Tujuan membaca

Ada beberapa tujuan dari membaca, seperti yang dikemukakan oleh

Anderson dalam (Tarigan, 2008), dia menyebutkan bahwa yakni ada 7

tujuan khusus dari membaca, yaitu:

a. Untuk memperoleh rincian-rincian atau fakta-fakta (reading for

details)

b. Untuk memperoleh gagasan pokok atau ide-ide utama (reading for

main ideas)

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

6

c. Guna mengetahui struktur, tata urutan dan susunan organisasi cerita

(reading for sequence or organization)

d. Membaca juga bertujuan untuk menyimpulkan isi yang terkandung

di dalam suatu bacaan ( reading for inference)

e. mengelompokkan atau mengklasifikasikan jenis bacaan (reading to

classify)

f. Guna menilai atau mengevaluasi isi wacana atau bacaan ( reading

to evaluate )

g. Membaca bertujuan untuk membandingkan atau mempertentangkan

isi bacaan dengan kehidupan nyata (reading to compare or

contrast)

Ketujuh tujuan tersebut merupakan tujuan khusus daripada

membaca yang dikemukakan oleh Anderson (2008) dalam Tarigan, yang

mana tujuan umum dari membaca tak lain ialah untuk memperoleh

informasi, pemahaman atas bacaan. Dan dengan membaca akan dapat

menambah wawasan bagi siapapun.

2. 2 Hakikat Pemahaman Membaca

Smith dalam (Tarigan,2008) mengartikan pemahaman atau

comprehension sebagai suatu penafsiran atau penginterpretasian

pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah

diketahui, dan menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

kognitif yang terdapat dalam bacaan.

Pemahaman membaca memiliki arti sempit sebagai suatu instruksi

yang meningkatkan kemampuan untuk belajar dari suatu teks, atau secara

luas sebagai instruksi yang memberi akses kepada siswa ke daerah atau

bidang terpenting dari sebuah pengetahuan serta memberikan makna

dalam pencapaian tujuan secara afektif dan intelektual (RAND Reading

Study Group [RRSG], 2002) yang dikutip oleh (Carnine, Douglas

W;Silbert, Jerry;et.al, 2010)

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

7

Sedangkan menurut Burns melalui (Runtu, 2004) pemahaman

membaca ada beberapa jenis pemahaman yang dapat diperoleh pembaca,

yaitu meliputi:

1) Pemahaman Literal

Pemahaman yang diperoleh dengan membaca apa yang dinyatakan

secara langsung dalam teks bacaan. Khususnya, bagian dari paragraf atau

bab yang dinyatakan secara eksplisit yang memuat informasi dasar, seperti

rincian yang mendukung gagasan utama hubungan sebab akibat, inferensi,

dan sebagainya. Untuk menemukan rincian-rincian tersebut secara efektif,

dapat digunakan pertanyaan dengan kata tanya: apa, siapa, di mana, kapan,

bagaimana, dan mengapa.

2) Pemahaman Tingkat Tinggi

Pemahaman tingkat tinggi adalah pemahaman yang melebihi

pemahaman literalteks. Pemahaman literal-teks didasarkan pada proses

berpikir tingkat tinggi, seperti menginterpretasi, menganalisis, dan

mensintesis informasi. Membaca interpretatif adalah membaca antar baris

untuk memperoleh inferensi. Membaca interpretatif meliputi pembuatan

simpulan, misalnya tentang gagasan utama, hubungan sebab akibat, serta

analisis bacaan seperti menemukan tujuan pengarang menulis bacaan.

Membaca kritis adalah membaca mengevaluasi materi tertulis, yakni

membandingkan gagasan yang tercakup dalam materi dengan standar yang

diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan, kesesuaian, dan

urutan waktu, pembaca kritis harus menjadi pembaca aktif bertanya,

meneliti fakta-fakta, dan menggantungkan penilaian sampai ia

mempertimbangkan semua materi.

3) Membaca Kreatif

Membaca yang berusaha mencari makna dibalik materi yang

dinyatakan oleh penulis. Seperti halnya membaca kritis, membaca kreatif

menuntut pembaca untuk berpikir ketika mereka membaca dan menuntut

mereka menggunakan imajinasi mereka. Dengan membaca seperti itu,

pembaca akan menghasilkan gagasan-gagasan baru.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

8

(Davies & H.G, 2009), menyatakan bahwa indikator-indikator

kemampuan pemahaman membaca terdiri atas:

1) Acuan langsung yang dirinci dalam kemampuan memahami makna

kata, istilah, ungkapan; kemampuan menangkap informasi dalam

kalimat; dan kemampuan menjelaskan istilah;

2) Penyimpulan yang dirinci dalam kemampuan menemukan sifat

hubungan suatu ide dan kemampuan menangkap isi bacaan baik

tersurat maupun tersirat;

3) Dugaan, yang dirinci dalam kemampuan menduga pesan yang

terkandung dalam bacaan dan kemampuan menghubungkan teks

dengan situasi komunikasi;

4) Penilaian, yang dirinci dalam kemampuan menilai isi teks,

kemampuan menilai ketepatan organisasi bacaan, dan kemampuan

menilai ketepatan pengungkapan informasi.

Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan tentang membaca

pemahaman, penulis sependapat dengan Somadyo dan Burns. Jadi

membaca pemahaman ialah sebuah proses untuk mendapatkan makna dari

sebuah bacaan melalui aktivitas-aktivitas yang terperinci, guna

mendapatkan informasi tentang bacaan itu dan makna dari bacaan

tersebut.

2.3 Membaca Literasi di Sekolah Dasar

PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) adalah

studi literasi membaca yang dirancang untuk mengetahui kemampuan

anak sekolah dasar dalam memahami bermacam ragam bacaan.

Penilaiannya difokuskan pada dua tujuan membaca yang sering dilakukan

anak-anak, baik membaca di sekolah maupun di rumah, yaitu membaca

cerita atau karya sastra dan membaca untuk memperoleh dan

menggunakan informasi.

IEA/RLS (International Association for the Evaluation of

Education Achievement) mendefinisikan membaca literasi sebagai

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

9

kemampuan untuk memahami dan menggunakan format bahasa yang

tertulis yang diperlukan oleh masyarakat dan atau berharga bagi individu.

Sedangkan IALS mendefinisikan membaca literasi yaitu menggunakan

informasi cetak dan tertulis untuk digunakan dimasyarakat guna mencapai

tujuan seseorang serta untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi

seseorang.

Dari dua pengertian tersebut PISA mendefinisikan membaca literasi

adalah memahami, menggunakan, dan merefleksikan pada teks tertulis,

guna mencapai tujuan seseorang, mengembangkan pengetahuan dan

potensi seseorang, serta untuk berpartisipasi dalam masyarakat.

Wells dalam Yusuf Suhendra(2006) menambahkan bahwa literasi

dapat dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu performative, functional,

informational, dan epistemic.

a) Performative, di tingkat ini seseorang mampu membaca, menulis serta

berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan,

b) Functional,pada tingkat ini seseorang diharapkan mampu

menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

misalnya, membaca petunjuk atau manual,

c) Informational, seseorang diharapkan untuk dapat mengakses

pengetahuan dengan bahasanya,

d) Epistemic, pada tingkat ini seseorang diharapkan dapat

mentransformasikan pengetahuan (Depdiknas, 2004).

OECD(Organization for Economic Co-operation and Development)

dalam Yusuf Suhendra (2006) menyatakan bahwa ada 5 tingkatan literasi,

kelima tingkatan tersebut yaitu :

1. Pada tingkat 5 siswa memiliki kemampuan membaca yang luar biasa,

seperti menemukan informasi yang rumit dalam teks yang tidak dikenal

sebelumnya, mempertunjukkan pemahaman yang terperinci, menarik

kesimpulan dari informasi yang ada di dalam teks, mengevaluasi dengan

kritis, membangun hipotesis, serta mengemukakan konsep yang

mungkin bertentangan dengan harapannya sendiri.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

10

2. Tingkat 4 siswa mampu membaca ragam bacaan dengan kemampuan

untuk mencari informasi yang ditanyakan, memahami ambiguitas, dan

dengan kritis melakukan penilaian terhadap suatu teks.

3.Tingkat 3 pada umumnya mampu membaca teks dengan tingkat

kesulitan menengah, seperti menemukan informasi dalam berbagai jenis

dan format teks, menghubungkan informasi dalam beragam teks dengan

konteks dan pengetahuan umum yang dikenal oleh siswa sehari-hari.

4.Tingkat 2 mampu membaca untuk menemukan informasi yang

dinyatakan secara langsung, membuat kesimpulan sederhana,

mengartikan kata secara harafiah, dan menggunakan pengetahuan umum

untuk memahami bacaan itu.

5. Tingkat 1 tahap belajar membaca

Perbandingan pencapaian literasi membaca siswa di Indonesia

dibandingkan dengan siswa di Asia lainnya dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel 2.1

Tingkat Literasi

< T-1 T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 Skor

Indonesia 26,0 37,2 27,3 8,2 1,2 0,1 382

Thailand 13,5 30,5 34,3 17,0 4,1 0,5 420

Korea 1,4 5,4 16,8 33,5 30,8 12,2 534

Jepang 7,4 11,6 20,9 27,2 23,2 9,7 498

Hongkong 3,4 8,6 20,0 35,1 27,1 5,7 510

OECD 6,7 12,4 22,8 28,7 21,3 8,3 494

T: Tingkat Literasi

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di negara kita

dinyatakan belum ada 1% yang menduduki tingkat 5. Hal tersebut

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

11

menandakan bahwa membaca literasi di Indonesia masih dikatakan rendah

(Suhendra, 2006).

2. 4 Pelaksanaan dan pembelajaran membaca di sekolah

Proses pembelajaran membaca di sekolah dimasukkan ke dalam

mata pelajaran bahasa Indonesia. Yang mana pembelajaran mata pelajaran

bahasa Indonesia, diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta

didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi

terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Dituliskan dalam peraturan menteri pendidikan nasional no. 22

tahun 2006 lampiran 3 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar, mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah merupakan kualifikasi

kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa

dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta

didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan

global.

Membaca menjadi salah satu aspek yang penting dalam pelajaran

ini. Untuk itu, dalam pemenuhan pencapaian standar kompetensi dalam

proses pembelajaran membaca, guru harus memilih metode yang tepat

untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu, guru harus menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan, misalnya dengan menggunakan teknik dan

media pembelajaran yang menarik siswa untuk mengikuti pembelajaran

membaca dengan baik.

2.5 Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak disukai

oleh kebanyakan guru, karena paling mudah untuk mengatur kelas

maupun mengorganisirnya. Menurut Tengku dalam (Nurmalikha, 2010)

menyatakan bahwa bila guru menyampaikan pesan (dalam hal ini materi

pelajaran) secara lisan kepada siswa, maka dapat dikata bahwa guru

tersebut telah memberi ceramah. Muhibbin Syah dalam (Nurmalikha,

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

12

2010) mengungkapkan bahwa metode ceramah ialah sebuah metode

mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan

kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.

Metode yang biasa dilakukan oleh guru kelas 5 di SD Kaliwungu

03 untuk pemahaman membaca ialah metode ceramah. Guru menjelaskan

beberapa hal penting yang berkaitan dengan materi yang akan

disampaikan sebelum guru membacakan sebuah cerita. Setelah cerita

dibacakan siswa akan diberikan tes pemahaman lisan dan tertulis. Tes

lisan dilakukan melalui permainan Tic Tac Toe, permainan ini adalah

permainan dimana pemain berjumlah 2 orang, sebelum permainan dimulai

akan ada papan yang bergambar seperti di bawah ini:

Gambar 2.1 Medan Tic Tac Toe

Setelah itu pemain akan menentukan tanda masing-masing yang

biasanya menggunakan symbol X dan O. setelah mereka menentukan

symbol tersebut, mereka akan diberi sebuah pertanyaan yang berkaitan

dengan pemahaman membaca. Siapa yang lebih dulu menjawab dengan

benar maka dia boleh menggambarkan simbolnya pada medan itu.

Misalnya, pemain 1 menggunakan symbol X dan Pemain 2 menggunakan

symbol O, dalam permainan Pemain 2 menjawab terlebih dahulu dan

jawabannya benar maka dia boleh menggambarkan simbolnya pada medan

tersebut seperti di bawah ini:

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

13

Gambar 2.2 Record Pemain 2

kemudian dilanjutkan pertanyaan yang selanjutnya sampai ada yang

menang. Misalnya pemenangnya ialah pemain 1 maka gambarnya bisa

jadi seperti di bawah ini

Gambar 2.3 Ending Tic Tac Toe

Permainan ini sangat disukai oleh siswa, jadi guru memanfaatkan

permainan ini sebagai menu tambahan dalam proses pembelajaran.

Permainan ini tidak hanya digunakan guru tersebut untuk mata pelajaran

bahasa Indonesia saja melainkan mata pelajaran lain seperti matematika,

IPA, IPS dan lain-lain.

2.5.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode

tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

a. Kelebihan Metode Ceramah

Guru mudah menguasai kelas.

Mudah dilaksanakan.

Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

14

Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.

b. Kekurangan Metode Ceramah

Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan

anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar

menerimanya.

Bila terlalu lama membosankan.

Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik.

Menyebabkan anak didik pasif apabila tidak diberi improvisasi yang

dapat menarik perhatian siswa agar lebih aktif.

2.6 Literature Circle

Menurut (Daniels, 1994) Literature Circle merupakan suatu

kelompok diskusi kecil sementara yang memilih untuk membaca buku

yang sama. Ketika membaca, anggota menghitung dan menentukan tugas

membaca, membawa catatan atas apa yang mereka baca, dan

mendiskusikan teks sesuai dengan peran yang ditugaskan. Lingkaran

(Circle) bertemu secara teratur, atau dengan rotasi. Setiap anggota akan

menyampaikan tugas mereka masing-masing.

Ini merupakan metode yang menggabungkan pembelajaran

kolaboratif dan membaca mandiri, yang keduanya merupakan konsep yang

paling penting dalam pendidikan saat ini. Dalam bukunya, Daniels

menetapkan bahwa lingkaran sastra (Literature Circle) sebenarnya terdiri

dari 12 unsur utama: 1) siswa memilih bahan bacaan mereka sendiri; 2)

kelompok kecil sementara terbentuk, berdasarkan buku yang dipilih; 3)

kelompok membaca buku-buku yang berbeda dan; 4) kelompok bertemu

dalam jadwal rutin yang dibuat untuk membahas bacaan; 5) Catatan

digunakan untuk memandu siswa membaca dan diskusi; 6) siswa akan

menghasilkan topik diskusi dengan sendirinya; 7) diskusi kelompok yang

terbuka, alami, dan percakapan mengenai buku-buku tersebut, siswa dapat

bekomentar secara terbuka; 8) Peran diskusi dirotasi; 9) Guru adalah

fasilitator, bukan anggota kelompok atau instruktur; 10) Evaluasi

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

15

dilakukan dengan observasi guru dan evaluasi diri siswa; 11)

mempertahankan suasana bermain yang menyenangkan; 12) setelah

membaca buku, pembaca berbagi dengan orang lain, dan kelompok-

kelompok baru terbentuk serta memilih bacaan baru yang akan digunakan

selanjutnya.

Peran diskusi sangat penting di dalam Literature Circle. Daniel

merekomendasikan empat peran yang diperlukan :

1) Discussion Leader (bertanggung jawab resmi untuk membuat

pertanyaan diskusi yang baik dan memulai diskusi kelompok)

2) Passage person (memilih bagian-bagian yang mengesankan dari teks

yang ditunjuk yang menarik, kuat, pemikiran atau penting untuk

membaca dengan suara keras),

3) Connector (penghubung hubungan orang, tempat, dan peristiwa dalam

teks dengan kehidupan pembaca di rumah, kehidupan sekolah,

masalah pribadi, karya sastra lain atau tulisan-tulisan lain oleh penulis

yang sama), dan

4) Ilustrator (membuat sketsa, menggambar kartun, diagram, atau

diagram alur atas bacaan yang dibaca) (Daniels, 1994)

Selain itu, Daniels menunjukkan lima peran opsional lain yang

dapat ditambahkan bila diperlukan, yaitu:

1) Reasercher (bertugas untuk menggali informasi latar belakang tentang

buku, penulis, atau topik yang terkait dengan buku atau teks),

2) Summarizer (memberikan ringkasan singkat dari bacaan yang dapat

mencakup inti, poin-poin penting, atau esensi dari teks),

3) Character Captain (memberikan penjelasan singkat atau gambaran

karakter kunci dalam bacaan kepada kelompok),

4) Word Master (menyoroti beberapa kata kunci atau tidak diketahui yang

patut memperhatikan) dan,

5) Travel Tracer (membuat peta atau diagram pengaturan cerita).

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

16

Literature circle ini merupakan sebuah kelompok social kecil yang

terdiri dari peserta didik yang berbeda. Dalam hal ini kita dapat mengingat

sebuah pernyataan Vygotsky yang sering dikutip, yaitu “Zone of Proximal

Development”. Dalam tulisannya (Daniels, 1994) mengutip pernyataan

Vygotsky yang mengatakan bahwa belajar yang benar diyakini terjadi

pada tingkat sosial, bila konten menjadi bermakna dan relevan secara

pribadi dan ketika seorang pelajar berinteraksi dengan mentor yang lebih

berpengalaman yang memimpin peserta didik melalui informasi scaffolded

ke level peningkatan pemahaman. Sementara membaca dianggap sebagai

proses dalam kelompok kecil, tiga elemen kunci lain menjamin

kesuksesan seperti: pembicaraan alami, personalisasi, dan internalisasi

belajar. (Strickland, Dillon, Funkhouser, Glick, & Rogers, 1989)

menyatakan bahwa berbicara bersama-sama membawa pemikiran kritis.

(Short, 1990) juga mencatat bahwa membaca, menulis, dan berbagi dalam

kelompok sebaya memungkinkan siswa untuk kemajuan personalisasi

mereka sendiri .

2.6.1 Tahapan Pelaksanaan Literature Circle

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Berikut adalah aturan

main dalam Literature Circle menurut (Daniels, 1994)

1. Pertama pilih buku yang akan dibahas. Untuk Independent reading,

mereka bebas memilih buku yang akan dibaca bersama, sedangkan

untuk reading group, buku ditentukan secara bersama-sama. Dalam

pemilihannya guru membantu untuk memilih buku yang sesuai

(untuk pemula misalnya, kita gunakan buku yang sesuai bagi

pemula).

2. Bentuk kelompok

3. Atur jadwal untuk melakukan diskusi atau pembahasan buku yang

sudah dibaca. Pembahasannya chapter by chapter (per-Bab). Dalam

setiap kelompok mereka akan melakukan tugas-tugas yang berbeda-

beda. Dalam Literature Circle ada beberapa peran yang harus

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

17

dimainkan,yaitu Discussion Leader, connector, summarizer, word

master, group observer,dll.

4. Siswa diberikan lembar kerja sesuai dengan tugasnya. Ini untuk

membantu siswa dalam diskusi. Jadi mereka menuliskan apa saja

yang harus dan akan mereka sampaikan pada saat diskusi.

5. Topik diskusi akan muncul dengan sendirinya melalui pertanyaan

atau pernyataan dari siswa.

2.6.2 Kelebihan Literature Circle

Literature circle menawarkan beberapa kelebihan yang didapatkan

dalam pelaksanaan pembelajaran, diantaranya yaitu :

1) Hubungan pembaca-teks yang lebih kuat ,

Vygotsky dalam (Schlick Noe & Johnson, 1999) mengemukakan teori

bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika peserta didik

mengenali kebutuhan mereka sendiri dan bertanggung jawab atas

pembelajaran mereka sendiri melalui kerjasama dengan rekan-rekan

yang lebih kompeten dan orang dewasa. Dalam hal ini metode LC

menyajikan kegiatan bagi peserta didik untuk bekerja baik secara

mandiri maupun kerjasama. Sehingga peserta didik akan dapat lebih

memahami teks yang dibaca.

2) Peningkatan iklim kelas ,

Sebagai siswa yang belajar untuk bekerja sama dengan satu sama lain,

untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, dan

menghormati berbagai perspektif pada topik dan isu-isu, mereka juga

belajar untuk menjadi pendengar yang lebih baik dan lebih jujur

dengan rekan-rekan (Burns, Farinacci, & Raja, 1999).

3) Peningkatan derajat kesetaraan gender dan pemahaman.

Dalam (Schlick Noe & Johnson, 1999) mempelajari "girls only"

Literature Circle di tingkat sekolah dan menemukan bahwa dalam

diskusi kebanyakan perempuan akan mempertahankan pendapatnya

hal ini berbeda dengan kondisi tradisional, di mana anak laki-laki lebih

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

18

mendominasi dalam diskusi serta menarik banyak perhatian dari guru

(Orenstein, 1999)

4) Lingkungan belajar yang lebih kondusif dengan kebutuhan dan

kemampuan peserta didik.

2.7 Hasil Penelitian yang relevan

a. Hasil penelitian semi eksperimen oleh Neng Syifa Masnoneh

(Universitas Negeri Malang, 2010) yang berjudul “Keefektifan

Literature Circle terhadap pemahaman membaca siswa”. Hasil

penilitannya menyatakan bahwa,berdasarkan penghitungan statistik

menggunakan independent t-test terhadap skor siswa di tes akhir,t-

hitungnya adalah 3.11. T-hitung ini signifikan pada level .05 satu arah

(dengan dk 44). T-hitung lebih besar daripada nilai kritis (1.678).

Dengan demikian, Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa literature

circle efektif.

b. Hasil penelitian tindak kelas yang dilakukan oleh Eka Puji Lestari

dengan judul “Peningkatan kemampuan membaca pemahaman novel

remaja dengan strategi lingkaran sastra (Literature circle) pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 19 Malang”. Penelitian ini menyimpulkan

bahwa penilaian proses dan hasil dengan penerapan Strategi Lingkaran

Sastra di kelas VIII-F telah meningkat. Penilaian proses selama Siklus

I dan Siklus II meningkat sebesar 65,76% Penilaian hasil pada

kemampuan menganalisis tokoh dan penokohan, latar, serta alur

selama Siklus I dan Siklus II, masing-masing meningkat sebesar

17,60%, 11,29%, dan 11,19%. Sedangkan prestasi belajar siswa level

individu mengalami peningkatan sebesar 36,84%, dan pada Siklus II

sebesar 21,05%. Pembelajaran membaca pemahaman novel remaja

juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan bertambahnya

jumlah siswa yang berperilaku positif yang menggambarkan prestasi

dan minat membaca novel selama pembelajaran berlangsung.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

19

2.8 Kerangka Berpikir

Berdasarkan Kajian teori yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa penggunaan metode Literature Circle pada pembelajaran Bahasa

Indonesia khususnya pemahaman membaca di Sekolah Dasar sangat

penting, karena pembelajaran akan lebih efektif, mampu melatih siswa

untuk memahami isi bacaan, mengkritisi isi bacaan, serta melatih siswa

untuk percaya diri mengemukakan gagasan-gagasan atau opini yang

mereka miliki, dan berlatih tanggungjawab.

Bagan 2.4. Kerangka Berpikir

Kelas

Kontrol

Hasil pre test tidak

boleh ada perbedaan

yang signifikan

Post

Test

Pembelajaran

menggunakan

metode

Ceramah

Pre-

Test

Kelas

Eksperimen

Uji beda hasil post

test apakah ada

pengaruh yang

signifikan dengan

penggunaan metode

Literature Circle

Pembelajaran

menggunakan

Literature

Circle

Pre-

Test Post

Test

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Membaca - UKSW

20

Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar

antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dimana kelas kontrol

pembelajaran akan dilakukan seperti biasa guru kelas mengajar, sedangkan

di kelas eksperimen menggunakan metode Literature Circle. Hasil belajar

dari kedua kelompok akan dilakukan uji beda rata-rata apakah penggunaan

Literature Circle berpengaruh signifikan terhadap rata-rata pemahaman

membaca siswa, namun sebelumnya diadakan tes homogenitas terlebih

dahulu untuk mengetahui perbedaan varian.

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka berfikir, peneliti mengemukakan

hipotesis penelitian yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada

pemahaman membaca yang menggunakan metode Literature Circle pada

kelas eksperimen dengan pemahaman membaca yang menggunakan

metode pembelajaran ceramah pada kelas kontrol.