BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika dalam...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW...BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika dalam...
9
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Matematika dalam KTSP
Karso (2004: 1.4) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu deduktif,
aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya.
Senada dengan pendapat tersebut, Hudoyo (1988: 3) dalam Aisyah (2007)
menyatakan bahwa “matematika berkenan dengan ide-ide (gagasan-gagasan),
struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik sehingga
matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak”. Senada dengan pendapat
tersebut, matematika menurut Suminarsih (2007: 1) menyatakan bahwa matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif tercapainya
masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berpikir logis.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang berkenaan dengan ide-
ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang sistematis menurut urutan
yang logis, berpola deduktif dan berupa bahasa yang dilambangkan dengan simbol.
Definisi di atas, sesuai dengan karakteristik matematika. Adapun karakteristik
matematika menurut Soedjadi (2000: 13) yaitu: 1) memiliki objek abstrak; 2)
bertumpu pada kesepakatan; 3) berpola pikir deduktif; 4) memiliki simbol yang
kosong dari arti; 5) memperhatikan semesta pembicaraan; dan 6) konsisten dalam
sistemnya. Berbeda dengan karakteristik siswa yang masih tahap operasional konkret
(7 – 12 tahun). Karakteristik yang ada dalam matematika maupun siswa harus
dipahami oleh guru agar tidak terjadi penyimpangan tranformasi ilmu. Oleh sebab itu
pembelajaran matematika sebisa mungkin harus di konkretkan melalui pembelajaran
matematika yang nyata berdasarkan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat
menangkap apa yang dijelaskan oleh guru. Pembelajaran matematika yang baik yaitu
berpusat pada siswa (student center).
Untuk mencapai kompetensi pembelajaran matematika SD dengan baik dapat di
dukung oleh lima unsur yaitu, tujuan yang jelas, bahan pelajaran serta media yang
sesuai dengan kebutuhan siswa, model/metode inovatif, alat dan penilaian yang
10
menarik. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai
landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis,
logis dan sistematis. Selain itu matematika diberikan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang berkenaan dengan ide
atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram atau media lain.
Pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih siswa dalam menggunakan
penalaran pada pola dan sifat. Tujuan matematika sekolah di SD dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) yang di tetapkan dalam Permendiknas Republik Indonesia Nomor 22
tahun 2006 tentang Standar Isi yaitu:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.1.2 PAIKEM GEMBROT
2.1.2.1 Hakikat PAIKEM GEMBROT
Pembelajaran PAIKEM GEMBROT yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot (Iif dan Sofan, 2011: 1).
Secara garis besar ketujuh kriteria pembelajaran dalam PAIKEM GEMBROT adalah
sebagai berikut ini. Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta
didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukaan gagasan.
11
Pembelajaran aktif tidak hanya aktif secara fisik saja melainkan keterlibatan
mental, khususnya keterlibatan intelektual, emosional. Keterlibatan intelektual dapat
berbentuk mendengarkan ceramah, berdiskusi, melakukan pengamatan, memecahkan
masalah, dan menyatakan gagasan. Pembelajaran inovatif yaitu proses pembelajaran
yang memunculkan ide-ide baru (inovasi) positif yang lebih baik dari siswa sehingga
memunculkan kreatifitas dan mendorong siswa agar lebih berparsitipatif dalam
pembelajaran.
Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreatifitas, baik
mengenai pengembangan kemampuan imajenasi dan daya cipta. Pembelajaran ini
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga peserta didik mempunyai kreatifitas. Selain guru kreatif
dalam variasi metode mengajar dan membuat alatperaga, siswa juga diajak dan
diberi kesempatan untuk merancang/membuat sesuatu serta menuliskan ide
atau gagasannya sendiri. Pembelajaran efektif artinya berhasil mencapai tujuan
sebagaimana yang diharapkan. Efektif dapat dilihat dari segi materi, waktu, metode,
dan penilaian. Keefektifan dalam pembelajaran sangat diperlukan agar mencapai
kompetensi yang akan dicapai. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika
proses pembelajran tidak efektif. Maksudnya, tidak menghasilkan apa yang harus
dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran
memiliki sejumlah tujuan pembelajarnya yang harus dicapai. Jika pembelajaran
hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak
ubahnya seperti bermain dan tanpa ada hasil yang optimal.
Pembelajaran menyenangkan adalah suatu pembelajaran yang mempunyai
suasana yang mengasikkan sehingga perhatian peserta didik terpusat secara penuh
pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian,
tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Pembelajran
gembira yaitu menimbulkan rasa gembira yang bisa diluapkan sehingga siswa lebih
termotivasi dan merindukan untuk belajar kembali. Pembelajaran yang berbobot
yaitu memenuhi semua materi yang terdapat dalam pokok bahasan matematika,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
12
PAIKEM GEMBROT menurut Iif dan Amri (2011: 20), adalah sebagai model
pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik
antara lain: PAIKEM GEMBROT lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yag dipelajarinya. Senada dengan teori tersebut definisi
PAIKEM GEMBROT adalah sebuah pembelajaran yang menerapkan metode-
metode tertentu dalam berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan
sedemikian rupa agar dalam pembealjaaran siswa termotivasi untuk belajar dan
menjadi partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan
berbobot (Muhibin Syah, 2009). Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh
Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah
bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Penyajian dalam pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat dilakukan dengan
banyak menggunakan metode (multimetode) sesuai dengan konteks pembelajaran.
Metode-metode yang terdapat dalam PAIKEM GEMBROT ini antara lain, curah
pendapat, ceramah variasi, tanya jawab, diskusi kelompok, kerja kelompok, bermain
peran, dan demonstrasi (Ahmadi dan Amri, 2011: 5).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PAIKEM GEMBROT
adalah yaitu Pembelajaran multimetode sebagai upaya menciptakan sistem
lingkungan belajar yang memberi peluang siswa terlibat secara aktif (fisik,
intelektual, dan emosional), mengembangkan dengan ide-ide yang inovatif dan
kreativitas dalam suasana menyenangkan, serta dapat mewujudkan tujuan
pembelajaran secara optimal.
2.1.2.2 Teori Belajar yang Melandasi PAIKEM GEMBROT
Teori belajar yang menjadi landasan model PAIKEM GEMBROT diantaranya
adalah Teori Jean Piaget dan Teori Bruner. Berikut akan dijelaskan beberapa teori
yang melandasi model pembelajaran ini. Menurut Jean Piaget dalam Iif Khoiru dan
Sofan (2011: 47), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif,
antara lahir dan dewasa, yaitu : tahap sensorimotor, pra operasional, operasi konkret,
dan operasi formal.
13
Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anak dan orang dewasa dalam
menangani objek-objek di dunia disebut skemata. Selanjutnya menurut Piaget bahwa
anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan
lingkungannya. Di sini peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai
pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para
siswanya (Hadisubroto dalam Iif Khoiru dan Sofan, 2011: 49). Jelas teori piaget
tersebut menegaskan bahwa guru harus mampu menciptakan keadaan pembelajar
yang mampu belajar mandiri. Artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu
bahan ajar kepada pembelajar, tetapi guru dapat membangun pembelajar yang
mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.
Teori lain yang melandasi PAIKEM GEMBROT yaitu teori Bruner. Jerome
Bruner, seorang ahli psikologi Havard adalah salah satu seorang pelopor
pengembangan kurikulum terutama dengan teori yang dikenal dengan pembelajaran
penemuan (Inquiri). Aplikasi ide-ide Bruner dalam pembelajaran menurut Woolfolk,
dalam Iif Khoiru & Sofan (2011: 57) digambarkan sebagai berikut: memberikan
contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari, membantu siswa mencari
hubungan antar konsep, mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba
menemukan sendiri jawabannya, dan mendorong siswa untuk membuat dugaan yang
bersifat intuitif. Adapun tahapan-tahapan dengan berdasarkan teori Bruner yaitu
tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Tahap enaktif yaitu dalam tahap ini peserta didik
di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi objek-objek secara langsung,
tahap ikonik; pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai
menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek.
Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung objek-objek,
melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari objek.
Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep
(Sugandi, 2004: 37), tahap simbolik; tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol
secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai
transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang
didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel.
14
2.1.2.3 Sintak PAIKEM GEMBROT
Sintak PAIKEM GEMBROT ini dikembangkan dengan mengdopsi sintak
model pembelajaran langsung yang diintegrasikan dengan model pembelajaran
kooperatif. Berikut tabel sintak PAIKEM GEMBROT menurut Trianto (2005:122)
dalam Ahmadi dan Amri (2011: 38) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3Sintak Pembelajaran PAIKEM GEMBROT
Tahap TindakanFase 1Pendahuluan
1. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya2. Memotivasi siswa3. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-
konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa.4. Menjelaskan tujuan pembelajaran (Kompetensi Dasar dan Indikator)
Fase 2PresentasiMateri
1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai siswa melaluidemonstrasi dan bahan bacaan.
2. Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan3. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui bagan.4. Memodelkan penggunaan peralatan melalui bagan
Fase 3Membimbingpelatihan
1. Menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok
sesuai komposisi kelompok.3. Membagi buku siswa dan LKS4. Mengingatkan cara menyusun laporan hasil kegiatan5. Memberikan bimbingan seperlunya.
Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yangditentukan.
Fase 4Menelaahpemahamandanmemberikanumpan balik.
1. Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas.2. Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan
hasil kegiatan sesuai dengna LKS yang telah dikerjakan3. Meminta anggota kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi4. Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi.
Fase 5Mengembangkan denganmemberikankesempatanuntuk pelatihanlanjutan danpenerapan
1. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yangdilakukan
2. Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pembelajaranyang baru saja dipelajari.
3. Memberikan tugas rumah
Fase 6Menganalisisdanmengevaluasi
1. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasiterhadap kinerja mereka
15
Suciati dan Irawan (1993) dalam Iif Khoiru dan Sofan Amri (2011: 138)
menyatakan ada sembilan peristiwa pembelajaran untuk membantu proses belajar
dalam peserta didik, sebagai berikut:
1) Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian siswa dengan mengemukakan
sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau komplek.
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa dapat memahami apa yang
diharapkan dari dirinya.
3) Mengingatkan kembali konsep/prinsip atau informasi yang sebelumnya telah
dipelajari untuk dapat mempelajari materi baru dengan baik.
4) Menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan contoh, penekanan, untuk
menunjukkan perbedaan atau bagian yang penting, baik secara verbal maupun
non verbal.
5) Memberikan bimbingan belajar melalui pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing proses atau berfikir siswa.
6) Memperoleh unjuk kerja siswa terhadap apa yang telah dipelajari.
7) Memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas.
8) Mengukur/mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian tes atau melakukan
suatu tugas.
9) Memperkuat retensi dengan berkali-kali berlatih menggunakan prinsip yang
dipelajari dalam konteks yang berbeda, dan transfer belajar dengan meningkatkan
perbedaan antara situasi waktu belajar dengan situasi transfer.
Secara garis besar PAIKEM GEMBROT (Iif Khoiru & Sofan, 2011: 2) dapat
digambarkan sebagai berikut :
1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan “pojok baca”.
16
4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk
cara belajar kelompok.
5) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan
suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat diperinci langkah-langkah
Pembelajaran PAIKEM GEMBROT sebagai berikut ini.
1) Tahap Pendahuluan
i) Menumbuhkan kesiapan belajar siswa
ii) Menjelaskan apersepsi dengan memberikan pertanyaan, cerita, terkait
dengan konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa
sebelumnya.
iii) Memberikan motivasi-motivasi kepada siswa
iv) Menjelaskan tujuan pembelajaran.
2) Tahap Penjelasan Materi
i) Menjelaskan konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui metode
yang bervariatif, menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
ii) Menggunakan contoh-contoh konkret, bahan-bahan yang relevan serta alat
peraga yang menarik untuk memotivasi siswa belajar.
iii) Melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan dengan menekankan pada belajar melalui
berbuat.
iv) Menggunakan metode-metode yang variatif.
3) Membimbing Pelatihan
i) Membagi siswa dalam kelompok belajar.
ii) Menjelaskan langkah-langkah kegiatan sebelum dimualai.
iii) Mengamati dan membimbing setiap kelompok belajar siswa.
iv) Membimbing siswa dalam menulis laporan/hasil karya.
v) Meminta siswa untuk mengumpulkan hasil kegiatan kelompoknya setelah
batas waktu yang ditentukan.
17
4) Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik
i) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerja
dan diskusi kelompok.
ii) Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasi.
iii) Membahas bersama hasil kerja dan diskusi kelompok.
iv) Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.
v) Memberikan umpan balik terhadap kinerja yang sudah dilaksanakan.
5) Mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan
i) Mengukur/mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian tes atau melakukan
suatu tugas.
ii) Memberikan tugas rumah.
6) Menganalisis dan mengevaluasi
i) Membantu siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
ii) Memberikan pesan-pesan terkait dengan manfaat belajar bangun datar dengan
kehidupan sehari-hari.
2.1.3 Motivasi Belajar
2.1.3.1 Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar manusia tersebut Dimyati
(2002: 80). Menurut Azwar (2000: 15), motivasi belajar adalah rangsangan,
dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekolompok
masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan
sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Senada dengan pendapat di atas, Hilgard dalam Wina (2008: 250) menyatakan
bahwa motivasi belajar adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang
yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan belajar tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu.
18
Berbeda dari pengertian di atas, menurut Mc.Donald dalam Martinis (2008:
157), motivasi belajar adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi belajar untuk mencapai tujuan.
Motivasi yang dikemukakan oleh Martinis Yamin (2008: 160) adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan tugas tertentu dengan usaha maksimal.
Berdasarkan uraian di atas menyatakan bahwa motivasi belajar dapat timbul
dari dalam dan luar diri seseorang. Motivasi dapat diukur dengan melihat perilaku
individu tersebut. Oleh sebab itu motivasi yang timbul dari dalam diri individu sulit
di ukur, karena membutuhkan waktu yang lama. Menumbuhkan seseorang untuk
langsung terdorong melakukan sesuatu membutuhkan waktu yang relatif lama.
Berdasarkan uraian dan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah perilaku positif yang ditunjukkan oleh
siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Perilaku positif tersebut dapat dilihat pada ciri-ciri siswa yaitu rajin, tanggung jawab,
mengikuti pembelajaran tepat waktu, tidak suka menunda pekerjaan, gemar
membaca, senantiasa melibatkan diri dalam kelas, senantiasa bertanya kepada guru,
menyukai tantangan atau sesuatu yang baru, dan mudah beradaptasi terhadap sesuatu
atau lingkungan yang baru.
Motivasi belajar siswa siswa menurut Sutrisno Hadi (2000: 40) dalam Arif
Wahyudi (2010) dikategorikan menjadi tiga yaitu motivasi tinggi, sedang, dan
rendah. Siswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung menunjukkan sikap positif
saat pembelajaran berlangsung baik di lingkungan kelas maupun di luar kelas.
Adapun cirri-ciri siswa yang memiliki motivasi tinggi menurut Sutrisno Hadi (2000:
40) dalam Arif Wahyudi (2010) antara lain: rajin, tanggung jawab, suka membaca,
tepat waktu, suka bertanya, aktif di dalam kelas, suka menerima tantangan dan bisa
beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Senada dengan pendapat tersebut Mc.
Clelland dalam Efrida (2004) mengemukakan bahwa siswa dianggap mempunyai
motivasi belajar yang tinggi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu
karya yang prestasinya lebih baik daripada prestasi karya orang lain. Adapun
karakteristik siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi antara lain yaitu 1)
Aktif dalam kehadiran di sekolah; 2) Memiliki keaktifan dalam KBM; 3) Adanya
19
kesediaan belajar di luar sekolah. Berbeda dengan motivasi rendah adapun
kecenderuangan sikap yang ditunjukkan yaitu jarang mengerjakan tugas, mudah
putus asa, harus memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi (kurang ada
dorongan dari dalam diri sendiri), cepat puas dengan prestasinya, kurang semangat
belajar, tidak mempunyai semangat untuk mengejar cita-cita, tidak senang mencari
dan memecahkan soal-soal (Suhaimin, 2008). Elliot (1999: 27) dalam Siswandi
Adinugroho (2009) menyatakan bahwa motivasi belajar terdiri dari tiga aspek yaitu:
kesungguhan untuk belajar, adanya konsistensi dalam belajar, dan adanya arah dalam
belajar.
Dengan demikian ciri-ciri siswa memiliki motivasi tinggi yaitu: 1) siap
mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal dan aturan yang telah diberikan; 2) aktif
dalam proses kegiatan belajar: 3) bertanggung jawab atas segala kegiatan yang telah
dilaksanakan; 4) gemar membaca; 5) menyukai tantangan. Sebaliknya siswa yang
memiliki motivasi belajar sedang rendah cenderung menampakkan sikap yang tidak
positif saat pembelajaran. Ciri-cirinya yaitu 1) tidak siap mengikuti pelajaran sesuai
dengan jadwal dan aturan yang telah diberikan; 2) pasif; 3) suka bercerita dengan
teman dari pada diberikan tugas; 4) tidak suka membaca; 5) tidak tepat waktu; 6)
mengumpulkan tugas apabila diingatkan oleh guru; 7) dan tidak suka menerima
tantangan. Berdasarkan definisi dan indikator motivasi yang dijelaskan di atas,
motivsi belajar dikukur menggunakan angket. Angket yang digunakan berupa angket
tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden diminta untuk memilih salah satu pilihan yang sesuai dengan kondisi yang
dialami siswa dengan cara memberikan tanda centang pada pilihan yang telah
tersedia.
2.1.3.2 Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Sesuai dengan pengertian motivasi belajar, maka tidak perlu dipertanyakan lagi
betapa pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar. Pembelajaran akan berhasil
manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Sebagian siswa mempunyai
motivasi belajar yang tinggi, tetapi sebagian lain motivasinya rendah atau bahkan
tidak ada sama sekali. Pandangan modern tentang proses pembelajaran menempatkan
motivasi sebagai salah satu aspek penting.
20
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 84) menyatakan bahwa motivasi
belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah
sebagai berikut: 1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil
akhir; 2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan
dengan teman sebaya; 3) mengarahkan kegiatan belajar; 4) membesarkan semangat
belajar; 5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja,
siswa dilatih untuk menggunakan kekuatannya (disela-selanya adalah istirahat atau
bermain). Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan
dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bemanfaat bagi guru, manfaat
itu sebagai berikut: 1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat
siswa; 2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa; 3) Meningkatkan dan
menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti
sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, pemberi hadiah, dan
penyemangat; 4) memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis.
Motivasi belajar yang tinggi akan berdampak pada hasil belajar siswa. Siswa
yang memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung hasil belajarnya akan
meningkat, sebaliknya dengan siswa yang memiliki motivasi rendah akan rendah
pula hasil belajarnya. Oleh sebab itu guru harus mampu membangkitkan motivasi
belajar siswa yang tinggi, agar siswa dapat berupaya mengerahkan segala
kemampuan yang dimilikinya dalam prses belajar. Sehingga kompetensi yang
hendak dicapainya akan terwujud.
2.1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Di dalam kehidupan sehari-hari motivasi banyak dipelajari, termasuk motivasi
dalam belajar. Oleh karena itu motivasi belajar dapat timbul tenggelam atau berubah,
disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Disamping faktor-faktor di atas,
beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah menurut Dimyati dan
Mudjiono (2009: 97) adalah sebagai berikut:
1) Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan
target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan sebagai tujuan yang
ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang.
21
2) Kemampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi
beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa misalnya pengamatan,
perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi.
3) Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berkaitan dengan kondisi
fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi
fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis.
Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin disebabkan waktu
berangkat sekolah tidak sarapan, mungkin karena malam harinya begadang atau
mungkin sedang sakit.
4) Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur dari luar diri siswa yaitu lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bagi guru hal ini penting, karena guru terlibat
langsung dalam pembelajaran siswa. Guru harus berusaha mengelola kelas,
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan untuk memotivasi belajar
siswa.
5) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya
dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan
bahkan hilang sama sekali khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional.
Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam belajar, dan lain-
lain.
6) Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud di sini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam
membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya,
menarik perhatian siswa, mengevaluasi belajar siswa, dan lain-lain.
Dari berbagai pendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar antara lain faktor nilai/angka, pujian/hukuman, fisik dan psikis, dan kondisi
lingkungan sekitar. Siswa yang mendapatkan nilai tinggi akan lebih termotivasi
22
untuk belajar dan sebaliknya. Pujian atau hukuman penting diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal itu menunjukkan adanya kedekatan antara
guru, dan siswa dalam partisipasi saat belajar. Siswa yang dianggap belum mencapai
kompetensi yang akan dicapai, guru harus tetap memberikan motivasi agar siswa
tersebut tidak merasa terkucilkan, dan seakan-akan guru hanya memperhatikan siswa
yang mempunyai kemampuan yang lebih. Sedangkan hukuman yang diberikan
kepada siswa yang melanggar sebuah aturan yang ditetapkan maka guru boleh
memberikan hukuman positif dan membangun.
Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berkaitan dengan kondisi
fisik, dan kondisi psikis. Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik,
karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis. Misalnya
siswa yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin disebabkan waktu berangkat sekolah
tidak sarapan, mungkin karena malam harinya begadang atau mungkin sedang sakit.
Kondisi psikis dapat diketahui melalui pendekatan kepada siswa. Hal ini tidak bisa
dilakukan dalam waktu yang pendek, oleh sebab itu sebagai guru harus mempunyai
kemampuan mengenal karakteristik siswanya. Kondisi lingkungan sekitar juga
berpengaruh pada siswa. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang
berpusat pada siswa, siswa aktif bekerja dan berkarya, guru mengarahkan, umpan
balik dari guru, penciptaan lingkungan yang menumbuhkan komunitas belajar dalam
bentuk kerja kelompok itu penting.
Beberapa faktor untuk membangkitkan motivasi belajar siswa teori tersebut
diperkuat oleh Wina Sanjaya (2010: 261) bahwa ada tujuh upaya untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa yaitu: memperjelas tujuan yang ingin
dicapaiakan, membangkitkan minat siswa, menciptakan suasana yang menyenangkan
dalam belajar, memberikan pujian secara wajar terhadap keberhasilan siswa,
memberikan penilaian, menciptakan persaingan dan kerja sama.
Berdasarkan kedua pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi dapat dibangkitkan dengan cara-cara yang bersifat positif dan negatif. Cara
membangkitkan motivasi yang bersifat positif antara lain menyampaiakan tujuan
terlebih dahulu, memberikan pujian, menciptakan suasana yang menyenangkan dan
memberikan penilaian kepada siswa terhadap karya yang sudah dihasilkannya
23
memberikan umpan balik terhadap hasil kinerja siswa dan menciptakan tantangan
dan kerja sama agar siswa lebih termotivasi untuk belajar. Banyak siswa yang belajar
karena ingin memperoleh nilai yang bagus. Bagi sebagian siswa nilai dapat
memotivasi mereka untuk giat belajar. Oleh karena itu penilaian harus segera
dilakukan oleh guru agar siswa mengetahui hasil karyanya.
Disamping cara-cara yang bersifat positif untuk membangkitkan motivasi
belajar siswa, guru menggunakan cara yang bersifat negatif seperti memberikan
hukuman, teguran, dan memberikan tugas-tugas yang menantang. Teknik semacam
ini hanya dapat digunakan dalam kondisi-kondisi tertentu. Ada sisi baik memberikan
cara yang bersifat negatif, akan tetapi cara seperti ini banyak merugikan siswa
misalnya menimbulkan efek jera yang mendalam sehingga siswa akan semakin
terpuruk. Oleh sebab itu seandainya masih bisa dilakukan dengan cara-cara yang
positif, sebaiknya cara yang negatif itu dihindari. Dengan berbagai cara pemberian
motivasi tersebut diharapkan siswa termotivasi untuk meningkatkan kompetensi
belajar dan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif dan
menyenangkan.
2.1.4 Hasil Belajar
2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya Sudjana (2004: 22). Sejalan dengan pendapat
Syamsudin (2002: 156) yang menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan
yang diharapkan terjadi pada perilaku dan pribadi siswa setalah mengalami dan
melalui proses belajar. Nana Sudjana (dalam techonly13, 2009) menyatakan bahwa
hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang
dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa.
Menurut Nana (2006: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berbeda dengan Nasution (2006:
36), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak
belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Senada dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar adalah hasil
24
yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberi tes hasil belajar pada
setiap akhir pelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai definisi hasil belajar dan
matematika maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah
kemampuan kognitif dari proses belajar mengajar siswa setelah diberikan evaluasi
yang ditunjukakan dalam bentuk angka pada setiap kompetensi yang akan dicapai
pada mata pelajaran matematika. Hasil belajar matematika siswa diukur
menggunakan tes. Dimana Tes adalah merupakan teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran
(Sudjana, 2011: 35).
2.1.4.2 Pentingnya Hasil Belajar
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun
2003. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan tersebut. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam hasil
belajarnya. Namun dalam upaya meraih hasil belajar yang memuaskan dibutuhkan
proses belajar. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti
suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap
hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran
belajar inilah yang disebut sebagai hasil belajar. Melalui hasil belajar seorang siswa
dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar sehingga
peranan hasil belajar sangat penting.
2.1.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar
yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor
yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep,
25
keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Darsono (2001) faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut:
1) Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh
pehatian dn manpu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan
implikasi dari prinsip kesiapan ini.
2) Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek. Pehatian
ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan baik.
3) Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu
aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorong orang melakukan kegitan tertentu yang mencpai tujuan.
4) Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses
pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berperan.
5) Mengalami sendiri
Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih
mendalam.
6) Pengulangan
Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan
kemampuan dan pemahaman materi.
7) Balikan dan Penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan
adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil
melakukan suatu perbuatan belajar.
8) Perbedaan individual
Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan
minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap
berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.
26
Pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa berasal dari dua faktor yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu atau siswa
itu sendiri yang meliputi kecerdasan/intelegensi dan motivasi. Sedangkan faktor
ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau siswa itu sendiri yang
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, kesiapan mengikuti pelajaran,
aktifitas pembelajaran, dan evaluasi .
2.1.5 Hubungan Pembelajaran PAIKEM GEMROT terhadap Motivasi Belajar
dan Hasil Belajar Matematika
Pembelajaran dengan menggunakan PAIKEM GEMBROT adalah cara guru
memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang
dipelajari (Sugandi, 2006: 9). Pembelajaran merupakan usaha guru menciptakan
kondisi yang memudahkan siswa untuk belajar dan memperdayakan potensinya
sehingga menguasai kompetensi secara optimal. Dalam pembelajaran matematika
guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang menarik, menyenangkan,
bermakna guna mempermudah siswa dalam mengajarkan matematika.
Oleh karena itu dalam pembelajaran guru harus berperan dalam kegiatan proses
belajar mengajar sebagai pembimbing daripada sebagai pemberi informasi saja.
PAIKEM GEMBROT Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Evektif Menyenangkan
Gembira dan Berbobot memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan
kegiatan/pengalaman belajar bagi anak agar pembelajaran menjadi lebih bermakna,
menarik, menyenangkan dan utuh. Penyajian dalam pembelajaran PAIKEM
GEMBROT ini dapat dilakukan dengan pemecahan masalah, curah pendapat, diskusi
kelompok, permainan, penugasan, kerja kelompok. Dengan kondisi belajar yang
menyenangkan, konkret dan bermakna siswa tertarik untuk belajar, sehingga tujuan
yang akan dicapai terpenuhi. Motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui
penciptaan lingkungan belajar yang berbeda dengan biasanya, sesuai dengan
kebutuhan siswa. Semakin kondusif lingkungan pembelajaran yang diciptaan
semakin besar dampak positif pada kegiatan pembelajaran.
27
Maka dapat disimpulkan ada hubungan pembelajaran PAIKEM GEMBROT
dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika, karena di dalam
pembelajarannya siswa diberikan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan
pembelajaran tanpa ada rasa takut. Siswa lebih mudah memahami materi karena
dalam penyampaiannya siswa diberikan contoh-contoh konkret. Siswa juga bias
berinteraksi dengan teman sekelasnya, tidak ada siswa yang kesulitan belajar. Siswa
yang kesulitan dalam belajar dapat bekerja sama dan bertanya dengan teman atau
guru ataupun memanfaatkan pojok baca yang sudah disiapkan guru. Peran guru juga
tidak terlepas untuk membimbing setiap kelompok agar kegiatan pembelajaran
berlangsung secara efektif.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andris Prasetyo (2011) dengan
judul “Peningkatan Aktifitas belajar siswa dan Hasil Belajar IPS melalui Model
Pembelajaran PAIKEM GEMBROT Di Kelas IV SDN Tanggung 1 Kota Blitar”,
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan hasil tes tertulis dan lembar aktifitas siswa pada setiap siklus. Hasil tes
Siklus I mencapai 92,05% dan siklus II 97,02%. Hal itu juga diikuti dengan adanya
peningkatan aktifitas siswa pada Siklus I sebesar 87,5% dan Siklus II sebesar 97,8%.
Hal ini sama dengan Penelitian yang dilakukan oleh Reni Uba Permatasari (2009)
dengan judul Penggunaan Pendekatan PAIKEM pada Pembelajaran PKn dapat
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V di SDN
Tlumpu Kota Blitar. Hasil penelitian menunujukkna bahwa kondisi awal motivasi
kategori tinggi 35,97%; siklus I= 74,55%; siklus II= 82,73%, maka dari kondisi awal
dibandingkan sikus II meningkat 46,76%. Kondisi ini membuktikan bahwa
penggunaan pembelajaran PAIKEM dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
matematika.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Andris dan Reni maka dapat
dijadikan bukti bahwa melalui Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 1
Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten Blora semester 2 tahun pelajaran 2012/2013
.
28
2.3 Kerangka Berfikir
Pada dasarnya matematika sama dengan mata pelajaran lainnya. Pelajaran
matematika sangat memungkinkan untuk mencapai nilai yang tinggi seperti pada
mata pelajaran lain. Akan tetapi pembelajaran pada kondisi awal yang dilaksanakan
oleh guru pada pelajaran matematika kelas 5 SDN 1 Ledok masih menerapkan
pembelajaran yang konvensional. Guru lebih banyak memberikan latihan soal,
mencongak, hafalan rumus dan pekerjaan rumah. Siswa disini hanya sebagai
pendengar saat guru menjelaskan dan mengerjakan soal latihan ketika selesai
membahas materi. Kondisi seperti ini membuat siswa merasa bosan, jenuh dan
akhirnya siswa merasa kesulitan untuk belajar matematika. Sehingga motivasi belajar
dan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN 1 Ledok rendah. Kemudian guru
bekerjasama untuk mencari solusi dan alternatif tindakan yang dipilih untuk
memecahkan masalah terkait rendahnya motivasi dan hasil belajar matematika siswa.
Untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika siswa, maka
guru harus menciptakan suatu lingkungan pembelajaran yang menarik,
menyenangkan dengan menerapkan pembelajaran yang bervariatif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, guru
hendaknya memperhatikan karakteristik siswa. Tahap perkembangan siswa pada
usia SD masuk kedalam operasional konkret. Oleh sebab itu guru dalam
mengajarkan sebuah pokok bahasan hendaknya di dukung dengan media-media dan
sumber yang relevan dan menarik perhatian siswa. Hal ini dilakukan oleh guru
karena melihat karakter siswa yang satu dengan yang lainnya berbeda. Ada siswa
yang memiliki daya serap cepat tanpa disertai dengan benda-benda yang konkret
tetapi ada pula siswa yang daya serapnya lama sehingga memerlukan media media
pendukung tersebut.
Menyikapi kondisi yang terjadi pada siswa kelas 5 SDN 1 Ledok, maka
alternatif tindakan yang diambil penulis yaitu penerapan pembelajaran PAIKEM
GEMBROT untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika
siswa. Guru merancang pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
menyenangkan, gembira dan berbobot. Kondisi seperti ini memungkinkan siswa
terlibat dalam pembelajaran dalam kondisi yang menyenangkan.
29
Adanya interaksi dan kerjasama antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa
menambah pengalaman siswa untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
matematika siswa. Setiap siswa dengan bebas berpendapat dan tidak ada rasa takut
untuk menyatakan pendapat maupun menanggapi sebuah pernyataa. Dengan dibantu
sumber-sumber, media dan alat peraga yang relevan membantu siswa keluar dari
kesuliatan belajar pada mata pelajaran matematika.
Dalam pembelajaran PAIKEM GEMBROT siswa dikondisikan dalam
kelompok-kelompok belajar. Kelompok belajar dibagi secara heterogen supaya ada
komunikasi dan pengalaman belajar bagi siswa yang cepat menangkap pelajaran,
sedang maupun lambat. Kemudian siswa dibimbing dan diarahkan guru setiap
kegiatan belajar mengajar. Guru memfasilitasi siswa dengan pojok baca yang
menarik supaya siswa tidak semata-mata memperoleh pengetahuan dari buku yang
dimilikinya.
Adanya kerja sama siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa
memungkinkan pembelajaran menjadi menarik dan tidak tampak siswa yang unggul
karena terjadi pembauran dalam satu kelompok dan bertanggung jawab terhadap
kelompok masing-masing. Kemudian siswa bersama dengan membahas bersama-
sama dan siswa dibimbing untuk menyimpulkan setiap pembelajaran yang telah
dlakukannya. Setelah itu guru memberikan evaluasi guna mengukur hasil
pembelajaran yang telah diikutinya. Tidak lupa guru juga memberika pesan-pesan,
motivasi serta penghargaan kepada siswa untuk tetap belajar matematika dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.
Perubahan yang terjadi setelah menerapkan pembelajaran PAIKEM
GEMBROT yaitu siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran, siswa lebih aktif, dan
tidak merasa kesulitan dalam belajar matematika. Dengan kondisi seperti ini motivasi
belajar dan hasil belajar mateamtika siswa meningkat. Pembelajaran PAIKEM
GEMBROT dilaksanakan dalam beberapa siklus sampai mencapai keberhasilan
belajar yaitu meningkatnya motivasi belajar dan hasil belajar matematika siswa.
30
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ada maka dapat dirumuskan hipotesis
Penelitian Tindakan Kelas berikut ini.
1) Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat meningkatkan motivasi belajar
matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Ledok Kecamatan Sambong
Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.
2) Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Ledok Kecamatan Sambong
Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
3) Penerapan Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat meningkatkan motivasi
belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Ledok Kecamatan Sambong
Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan langkah-
langkah sebagai berikut: memperjelas tujuan yang ingin dicapai kepada siswa,
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar dengan menggunakan
media-media yang menarik dan relevan dengan kebutuhan belajar siswa,
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar yang lebih kooperatif dan
interaktif, menciptakan persaingan dan kerja sama. memberikan pujian secara
wajar terhadap keberhasilan siswa, memberikan penilaian.
4) Penerapan Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada siswa kelas 5 Di SD Negeri 1 Ledok Kecamatan Sambong
Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan langkah-
langkah sebagai berikut: membuka pelajaran dengan disertai apersepsi dan tujuan
yang jelas, menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang lebih
kooperatif dan interaktif, melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada
belajar melalui berbuat baik di dalam kelas dan di luar kelas, menggunakan
berbagai media dan sumber belajar berupa pojok baca yang telah disediakan guru
sehingga menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi
siswa, membimbing dan mengarahkan setiap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan siswa, dan melakukan evaluasi berupa tes dan refleksi terhadap
pembelajaran yang sudah dilakukan.