BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... ·...

14
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Pemecahan Masalah Hamsah (2003), mengatakan bahwa pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk baru. Bahkan di dalam pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah mempunyai arti khusus, istilah tersebut mempunyai interpretasi yang berbeda, misalnya menyelesaikan soal cerita yang tidak rutin dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Herman (2001), pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk dapat melakukan evaluasi cara memilih pembelajaran dengan pendekatan masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: mengaplikasikan pemahaman pengetahuan dalam kehidupan, memilih masalah yang berkaitan dengan situasi nyata dalam kehidupan, dan mengembangkan sifat ilmiah seperti jujur, teliti, terbuka, propesional, dan kerja keras. Pemecahan masalah adalah proses memikirkan dan mencari jalan keluar bagi masalah tersebut (Gulo W, 2002). 2. Pengertian Evaluasi Dimyati (2006), evaluasi adalah suatu proses belajar atau transformasi belajar yang dapat dinilai keberhasilannya melalui evaluasi pembelajaran karena evaluasi pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan. Melalui kegiatan penilaian atau pengukuran belajar dan pembelajaran, evaluasi juga merupakan suatu bentuk umpan balik yang diberikan guru bagi siswa. Evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan (Arikunto, 2003). Menurut Purwanto (2002), evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai. Evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Berdasarkan pengertian di atas, penelitan ini mengacu pada pengertian evaluasi menurut Purwanto (2002), karena penelitian ini menggunakan evaluasi

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... ·...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Pemecahan Masalah

Hamsah (2003), mengatakan bahwa pemecahan masalah dapat berupa

menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk baru. Bahkan di dalam

pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah mempunyai arti khusus,

istilah tersebut mempunyai interpretasi yang berbeda, misalnya menyelesaikan

soal cerita yang tidak rutin dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan

sehari-hari.

Menurut Herman (2001), pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk

dapat melakukan evaluasi cara memilih pembelajaran dengan pendekatan masalah

memiliki ciri-ciri sebagai berikut: mengaplikasikan pemahaman pengetahuan

dalam kehidupan, memilih masalah yang berkaitan dengan situasi nyata dalam

kehidupan, dan mengembangkan sifat ilmiah seperti jujur, teliti, terbuka,

propesional, dan kerja keras. Pemecahan masalah adalah proses memikirkan dan

mencari jalan keluar bagi masalah tersebut (Gulo W, 2002).

2. Pengertian Evaluasi

Dimyati (2006), evaluasi adalah suatu proses belajar atau transformasi

belajar yang dapat dinilai keberhasilannya melalui evaluasi pembelajaran karena

evaluasi pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses untuk menentukan nilai

belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan. Melalui kegiatan penilaian atau

pengukuran belajar dan pembelajaran, evaluasi juga merupakan suatu bentuk

umpan balik yang diberikan guru bagi siswa. Evaluasi adalah serangkaian kegiatan

yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan (Arikunto,

2003).

Menurut Purwanto (2002), evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis

untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan

pengajaran telah dicapai. Evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses

merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan

untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

Berdasarkan pengertian di atas, penelitan ini mengacu pada pengertian

evaluasi menurut Purwanto (2002), karena penelitian ini menggunakan evaluasi

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

5

untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam mencapai KKM, sehingga dapat

menentukan langkah selanjutnya yang akan diambil.

3. Tujuan Evaluasi

Menurut (Suharsimi, 2007; Sudijono, 2008; Daryanto, 2008) evaluasi

bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah

mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, untuk menghimpun keterangan-

keterangan atau bahan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf

perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh siswa, mengetahui tingkat

efisiensi metode-metode pembelajaran yang telah dilakukan dalam proses

pembelajaran, untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat

pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak

lanjutnya.

Depdiknas (2003), mengemukakan tujuan evaluasi pembelajaran adalah

untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar,

memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru, memperbaiki,

menyempurnakan dan mengembangkan program belajar mengajar, mengetahui

kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan

mencarikan jalan keluarnya, dan menempatkan siswa dalam situasi belajar

mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya. Menurut Tagliante (1996),

evaluasi bertujuan untuk menemukan kesulitan pembelajaran dalam

mengikuti pelajaran, yang selanjutnya akan diberikan perlakuan yang cepat,

sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapainya.

4. Fungsi Evaluasi

Fungsi evaluasi menurut Sudijono dan Daryanto (2008), adalah sebagai alat

diagnostik untuk mengetahui kelemahan siswa dan sebab-sebab dari kelemahan

tersebut, sebagai pengukur keberhasilan dalam pembelajaran, sebagai sarana

untuk memperbaiki dan melakukan penyempurnaan kembali. Menurut Suharsimi

(2007), evaluasi mempunyai fungsi: Kurikuler (alat pengukur ketercapaian tujuan

mata pelajaran), instruksional (alat ukur ketercapaian tujuan proses belajar

mengajar), diagnostik (mengetahui kelemahan siswa, penyembuhan atau

penyelesaian berbagai kesulitan belajar siswa), placement (penempatan siswa

sesuai dengan bakat dan minatnya, serta kemampuannya) dan administratif

bimbingan konseling (pendataan berbagai permasalahan yang dihadapi siswa dan

alternatif bimbingan dan penyuluhanya).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

6

5. Umpan Balik (Feedback)

a. Pengertian umpan balik (Feedback)

Dimyati dan Mudjiono (2006), feedback adalah segala informasi yang

diperoleh selama proses pembelajaran yang digunakan untuk menentukan

tindakan perbaikan. Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar

dengan cara menanggapi hasil kerja siswa sehingga siswa lebih menguasai materi

dan hasil belajarnya meningkat. Feedback adalah salah satu upaya mengobservasi

siswa berkaitan dengan bagaimana ia melakukan aktivitas serta apa yang harus

dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa itu (Suherman, 1998).

Suwarsih (2011), feedback merupakan pemberian informasi yang diperoleh

dari pekerjaan siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Feedback digunakan

untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami konsep atau materi yang

pelajaran dan untuk menentukan tindakan selanjutnya dalam pembelajaran.

Menurut Sudjito (2010), feedback memegang peranan sangat penting dalam baik

bagi siswa maupun bagi guru. Melalui feedback, siswa dapat mengetahui sejauh

mana mengerti bahan yang diajarkan oleh guru, bagi guru feedback juga dapat

digunakan sebagai sarana untuk mengetahui sejauh mana materi yang

diajarkannya dimengerti oleh siswa. Feedback bisa dijadikan sarana koreksi bagi

siswa dalam belajar sekaligus menjadi koreksi bagi guru dalam

mentransformasikan ilmu.

Berdasarkan pengertian di atas, penelitian ini mengacu pada pengertian

feedback menurut Suwarsih (2011), karena dari hasil evaluasi guru dapat

mengetahui kesalahan siswa sehingga dapat dilakukan feedback untuk

menentukan tindakan selanjutnya dalam pembelajaran.

b. Jenis-jenis umpan balik (Feedback)

Menurut Sudjito (2010), feedback terbagi menjadi dua, yaitu slow feedback

dan fast feedback. Contoh dari slow feedback (umpan balik lambat) yaitu guru

memberi tugas dan pekerjaan rumah dengan tenggang waktu cukup lama untuk

mengerjakannya. Keadaan ini sangat memungkinkan siswa untuk saling contoh dan

bukan merupakan hasil pikirannya sendiri. Setelah tugas dan pekerjaan rumah

dikumpulkan, guru membutuhkan waktu lama untuk koreksi tugas dan setelah

dikoreksi tidak dilakukan konsolidasi karena minimnya waktu sedangkan banyak

materi yang harus diselesaikan, padahal ada kemungkinan sebagian siswa masih

ada yang belum mengerti, dan untuk mengatasi masalah di atas digunakan metode

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

7

fast feedback (umpan balik cepat), yang bisa dilaksanakan saat pelajaran

berlangsung tanpa membuang banyak waktu untuk koreksi.

Secara umum umpan balik atau feedback terbagi ke dalam dua jenis yaitu

intrinsic feedback dan extrinsic feedback (Apruebo,2005). Intrinsic feedback

berkaitan dengan penilaian terhadap dirinya sendiri, tentang sikap, aktivitas dan

atau perilaku yang telah dilakukannya, serta tentang kemampuan yang telah

ditunjukkannya. Misalnya dalam melaksanakan tugas gerak, apakah aktivitas yang

dilakukan sudah sesuai dengan yang diinstruksikan guru, apakah sudah mampu

menyelesaikan keseluruhan tugas gerak, apakah merasa nyaman dengan alat

bantu yang digunakan, atau menilai bahwa rangkaian gerakan senam telah sesuai

dengan urutan yang harus dilakukan. Extrinsic feedback adalah umpan balik yang

berasal dari luar dirinya. Misalnya koreksi dari guru penjas atas gerakan yang

sudah dilakukan, cemoohan rekan karena salah memberikan umpan ketika

bermain bola, atau dari lingkungan sekitar seperti cuaca yang terlalu panas

sehingga mengharuskannya sering beristirahat ditempat yang teduh.

c. Macam-macam Fast Feedback

Penelitian mengenai fast feedback sudah dilakukan dengan berbagai model

antara lain Penggunaan Metode Fast Feedback Secara Klasikal, Penggunaan

Metode Fast Feedback dengan Peer to Peer Support In Group, Penggunaan Metode

Fast Feedback Stick Card, Penggunaan Metode Fast Feedback Model Papan

Angkat, Penggunaan Metode Fast Feedback Model Indikasi Warna, Penggunaan

Metode Fast Feedback Model Voting. Untuk melengkapi model-model yang

pernah diteliti sebelumnya, peneliti mengembangkan model lain dari metode ini

yaitu model Pengelompokkan Jawaban.

d. Langkah-langkah Fast Feedback

Berg (2008), langkah-langkah fast feedback sebagai berikut: topik

pembelajaran diperkenalkan oleh guru, diberikan ketentuan-ketentuan

seperlunya, tugas pertama diberikan oleh guru kepada siswa, tugas dikerjakan

secara individu atau bisa juga berpasangan, siswa dipastikan agar konsentrasi

dalam pengerjaan tugas tersebut, pekerjaan siswa diamati oleh guru dan

beberapa siswa diwawancarai selama 20-60 detik, kesalahan umum yang dilakukan

siswa dibahas serta diberikan penjelasan dari jawaban yang benar sebagai

feedback untuk siswa, tugas kedua diberikan kepada siswa, jawaban siswa diamati

dan beberapa siswa diwawancarai selama 20-60 detik, jika tugas sudah selesai,

siswa dibiarkan untuk mendiskusikan jawaban mereka, kesalahan umum dibahas

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

8

Tugas Respon

siswa

Cek oleh

guru

Tugas

baru

>70

%

Feedback

70%

dan diberikan penjelasan jawaban yang benar, demikian seterusnya hingga

pembelajaran usai.

Gambar 1. Langkah-lagkah Fast Feedback

Catatan penting dalam metode ini bahwa fast feedback tidak digunakan

untuk memberikan nilai rapor akhir kepada siswa, tetapi dipakai untuk membenahi

konsep siswa sehingga proses pembelajaran selanjutnya lebih efektif.

e. Langkah-langkah Penggunaan Metode Fast Feedback Model

Pengelompokkan Jawaban

Langkah-langkah fast feedback model pengelompokkan jawaban sebagai

berikut siswa diberikan kartu tugas untuk dikerjakan secara individu, pengajar

mengambil beberapa jawaban siswa yang berbeda dan satu diantaranya

merupakan jawaban benar sebagai kunci jawaban, jawaban siswa yang dipilih

tersebut ditempel pada papan yang telah disediakan, siswa diminta mencocokan

jawaban mereka kemudian mengelompokkan jawaban mereka sesuai dengan

jawaban yang sudah ditempel, pengajar menghitung jumlah jawaban benar siswa

yang berada pada papan yang berisi kunci jawaban, jika jumlah siswa yang

menjawab benar kurang dari 70% maka dilakukan pembelajaran untuk

memperbaiki kesalahan siswa, selanjutnya pengajar mengeluarkan kartu tugas

kedua yang setara tingkat kesulitannya untuk melakukan cek kembali, jika jawaban

benar siswa lebih dari 70% maka dilanjutkan ke siklus berikutnya yang tingkat

kesulitannya lebih tinggi.

6. Penelitian Tindakan Kelas

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dengan jenis guru sebagai peneliti. Penelitian tindakan kelas(Classroom

Action Research) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri

melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil

belajar siswa meningkat (Wardhani, 2010). Menurut Arikunto (2009), merupakan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

9

suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Menurut

Suhardjono (2009) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan (Action

Research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran

di kelasnya. Hopkins (2008) mendefinisikan bahwa penelitian tindakan

mengkombinasikan tindakan substantif dan prosedur penelitian yang merupakan

tindakan terdisiplin yang dikontrol oleh penyelidikan usaha seseorang untuk

memahami problem tertentu seraya terlibat aktif dalam proses pengembangan

dan pemberdayaan.

Wayan (2008), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memecahkan masalah di kelas dan

memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. PTK berfokus pada

proses belajar mengajar di kelas yang bertujuan untuk memecahkan

permasalahan dengan tindakan langsung di kelas (Eko, 2008). Prosedur PTK

meliputi perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan

refleksi (reflection).

PTK juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki proses pembelajaran

menjadi lebih efektif karena guru melakukan sendiri penelitian terhadap proses

pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut, guru akan dapat

menggali dan menemukan metode pembelajaran baru yang lebih inovatif dalam

upaya perbaikan serta dapat meningkatkan profesionalisme tugas guru (Wardhani,

2010; Suroso, 2009).

Berdasar pengertian di atas, penelitian ini mengacu pada pengertian PTK

menurut Eko (2008), karena setelah proses belajar mengajar, akan dilakukan

evaluasi saat itu juga untuk mengetahui hasil siswa dan segera mungkin guru

melakukan feedback.

b. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur penelitian tindakan kelas ada 4 yaitu: planning yaitu dalam tahap

ini dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana

tindakan tersebut dilakukan; acting yaitu tahap ini merupakan pelaksanaan yang

merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenai tindakan

di kelas; observing yaitu dalam tahapan ini tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan

tindakan karena pengamatan dilakukan saat tindakan sedang berlangsung dalam

waktu yang sama; reflecting yaitu tahap refleksi merupakan kegiatan untuk

mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan ini sangat tepat

dilakukan oleh guru pelaksana yang telah selesai melakukan tindakan, kemudian

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

10

berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan

tindakan (Arikunto, Suhardjono, & Supardi, 2008).

c. Model Penelitian Tindakan Kelas

Beberapa model penelitian tindakan kelas menurut Hopkins yaitu: pertama,

model Kurt Lewin merupakan model pertama dalam penelitian tindakan kelas dan

merupakan acuan pokok atau dasar dari berbagai model penelitian tindakan kelas

yang lain. Model ini memiliki konsep bahwa dalam satu siklus penelitian tindakan

kelas terdiri dari empat langkah yaitu planning, acting, observing, dan reflecting.

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas menurut Kurt Lewin

Kedua, model penelitian tindakan kelas ini merupakan pengembangan dari

model Kurt Lewin. Model penelitian tindakan kelas Kurt Lewin pada hakikatnya

berupa perangkat-perangkat dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen,

yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang merupakan satu

siklus.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

11

Gambar 3. Model Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan

McTaggart

Ketiga, model penelitian tindakan kelas ini juga dikembangkan berdasarkan

model Kurt Lewin tetapi lebih detail dan rinci pada setiap tingkatannya untuk

mempermudah tindakan. Proses yang telah dilaksanakan dalam semua tingkatan

tersebut digunakan untuk menyusun laporan penelitian. Model ini, setelah

ditemukannya ide dan permasalahan yang menyangkut dengan peningkatan

praktis maka dilakukan tahapan reconnaissance atau peninjauan ke lapangan.

Kegiatan monitoring terhadap efek tindakan yang mungkin berupa keberhasilan

dan hambatan disertai dengan faktor-faktor penyebabnya pada akhir tindakan,.

Hasil monitoring tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbaikan yang dapat

diterapkan pada langkah tindakan kedua dan seterusnya sampai diperoleh

informasi atau kesimpulan apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat

dipecahkan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

12

Gambar 4. Model Penelitian Tindakan Kelas menurut Elliot

Keempat,model penelitian tindakan kelas menurut Hopkins dikembangkan

berdasarkan model yang sudah ada.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

13

Gambar 5. Model Penelitian Tindakan Kelas menurut Hopkins

Kelima, model penelitian tindakan kelas menurut Ebbutt terdiri dari tiga

tingkatan. Pertama, ide awal dikembangkan menjadi langkah tindakan pertama,

kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor implementasi pengaruhnya

terhadap subjek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat secara sistematis termasuk

keberhasilan dan kegagalan yang terjadi. Catatan monitor tersebut digunakan

sebagai bahan revisi rencana umum tahap kedua. Kedua ini, rencana umum hasil

revisi dibuat langkah tindakannya, dilaksanakan, monitoring efek tindakan yang

terjadi pada subjek yang diteliti, dokumentasikan efek tindakan tersebut secara

detail dan digunakan sebagai bahan untuk masuk ke tingkat ketiga. Pada tingkatan

ini, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumnya dilakukan, efek

tindakan didokumentasikan, kemudian kembali ke tujuan umum penelitian

tindakan untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat

terpecahkan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

14

Gambar 6. Model Penelitian Tindakan Kelas menurut Ebbutt

Keenam, model yang dikembangkan oleh Mc Kernan disajikan dalam model

“proses waktu” yang menekankan pada usaha memecahkan masalah rasional dan

kepemilikan demokratis oleh komunitas peneliti. Tahapan model Mc Kernan pada

siklus tindakan 1 terdiri dari menjabarkan masalah, assessment kebutuhan,

hipotesis gagasan, membuat rencana tindakan, imlementasi rencana,

mengevaluasi tindakan, keputusan-keputusan (merefleksikan, menjelaskan,

memahami tindakan) kemudian dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

15

Gambar 7. Model Penelitian Tindakan Kelas menurut McKernan

Berdasarkan beberapa model PTK diatas, penelitian ini menggunakan model

PTK menurut Kemmis dan McTaggart karena model ini mudah dipahami dan

dilaksanakan.

Gambar 8.Model Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan

McTaggart

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

16

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian terkait dengan penerapan metode fast feedback adalah

Aplikasi Metode Fast Feedback Pada Pembelajaran Matematika Tentang Garis dan

Sudut dan diperoleh hasil belajar matematika meningkat yang ditunjukkan dengan

meningkatnya persentase keberhasilan dari siklus I sebesar 75% menjadi 87,5%

setelah diberikan feedback oleh guru (Ratnasari, 2010). Wikanthi (2012), Aplikasi

Metode Fast Feedback Pada Pembelajaran Matematika Tentang Kubus juga

mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan

meningkatnya prosentase keberhasilan dari siklus I sebesar 62,5% menjadi 95%

setelah diberikan feedback berupa pembelajaran.

Metode fast feedback ini pernah diteliti sebelumya oleh Berg, dkk (2003) di

salah satu universitas di Filipina dengan jumlah mahasiswa 40-70 orang per kelas.

Hasil dari penelitian tersebut terbukti bahwa dengan menggunkan metode fast

feedback pengajar dapat mengoreksi jawaban atau respon siswa terhadap tugas

yang diberikan hanya dalam hitungan detik. Kegiatan review yang dilakukan

tersebut untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya yaitu

memberikan tugas baru atau diberikan pembelajaran terlebih dahulu sebelum

memberikan tugas berikutnya.

Mazur (1997) dari Harvard University telah mengembangkan pengajaran

konseptual untuk kelas besar disana, dengan menggunakan metode fast feedback

guru dapat melakukan diskusi saat itu juga dengan siswa sehingga dapat

mempelajari berbagai konsep siswa secara cepat dan melakukan perbaikan

terhadap konsep yang salah melalui kegiatan menyimpulkan hasil diskusi atau

memberikan argumen maupun demostrasi untuk meyakinkan siswa.

C. Kerangka Pikir

Kegiatan belajar mengajar pada saat ini biasanya evaluasi hanya berupa

tugas atau test yang dikumpul dan pengoreksiannya memakan waktu yang lama

sehingga kesalahan yang terjadi pada siswa terlambat diketahui, dengan lamanya

pengoreksian berdampak pada siswa yang tidak paham terhadap suatu materi

seterusnya tidak akan paham, sedangkan dalam pembelajaran matematika materi

yang satu dengan yang lain saling berkesinambungan. Waktu belajar di kelas

menjadi tidak efektif. Kondisi tersebut membuat tingkat pemahaman siswa pada

suatu materi menjadi rendah sehingga perlu diterapkan pengajaran menggunakan

metode fast feedback guna upaya meningkatkan pemahaman siswa. Berdasarkan

uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka berpikir seperti terlihat pada

Gambar 9.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3604/3/T1... · pengajaran telah dicapai. ... untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan

17

Gambar 9. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis

tindakan pada penelitian ini adalah dengan menerapkan metode fast feedback

dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa kelas VIII SMP

NEGERI 8 Salatiga pada materi teorema phytagoras menggunakan model

pengelompokkan jawaban.

Kondisi awal:

Guru menggunakan

metode evaluasi biasa

Kesalahan siswa

terlambat diketahui

Tingkat pemahaman

siswa rendah

Tindakan:

Menerapkan metode

fast feedback model

pengelompokan

jawaban

Kesalahan siswa dapat

segera diketahui dan

dilakukan perbaikan

saat itu juga.

Kondisi akhir:

Tingkat pemahaman

siswa meningkat