T1 192006033 full text

18
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATION) PADA MATERI RAMBATAN KALOR Patrycya Radzumawarni, Marmi Sudarmi, Diane Noviandini Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika - Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, Indonesia Email : [email protected] Abstrak Berdasarkan pengalaman mengajar, ditemukan bahwa banyak anak –anak yang menunjukkan sifat individual. Hal ini disebabkan metode mengajar yang kegiatannya berpusat pada guru (teacher oriented), dan siswa hanya sebagai pendengar sehingga tidak memungkinkan siswa berinteraksi dengan temannya, atau pun dengan gurunya. Selain itu sistem ranking yang di terapkan di sekolah juga menjadi salah satu faktor penyebab mengapa kerjasama antar siswa tersebut tidak ada. Siswa cenderung individualis dalam belajar, berkompetisi satu sama lain untuk mendapatkan ranking tertinggi di kelas. Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu suatu metode pembelajaran yang bisa mengajarkan siswa bekerjasama, salah satunya adalah metode Pembelajaran Kooperatif. Tujuan penelitian ini adalah merancang sebuah RPP dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) pada materi Rambatan kalor serta menguji coba RPP yang telah dirancang. Metode penelitian ini menggunakan PTK, model guru sebagai peneliti. Pengumpulan data kerjasama siswa dengan menggunakan lembar observasi, tes tertulis secara individu untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan pemahaman siswa, serta kuisioner untuk mengetahui tanggapan siswa tentang metode pembelajaran yang diterapkan. Hasil penelitian bahwa, RPP yang dibuat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) dapat diimplementasikan dengan baik dan dapat melatih siswa bekerjasama. Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif,TAI(team Assisted Individualisation ), Rambatan Kalor 1.1 Pendahuluan Berdasarkan pengalaman mengajar dilapangan, ditemukan banyak anak – anak yang menunjukkan sifat individual. Hal ini disebabkan metode mengajar guru, dimana semua kegiatan berpusat pada guru (teacher oriented), dan siswa hanya sebagai pendengar sehingga tidak ada interaksi antar siswa. Selain dari pada itu, sistem ranking yang di terapkan di sekolah juga menjadi salah satu faktor penyebab, siswa cenderung untuk berkompetisi satu sama lain sehingga kerjasama antar siswa itu kurang. Siswa lebih bersifat mementingkan diri sendiri dibandingkan bekerjasama dengan temannya demi memperoleh nilai yang setinggi-tingginya dan mendapatkan ranking yang tertinggi. Sistem seperti ini dapat

Transcript of T1 192006033 full text

Page 1: T1 192006033 full text

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATION)

PADA MATERI RAMBATAN KALOR

Patrycya Radzumawarni, Marmi Sudarmi, Diane Noviandini

Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika - Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, Indonesia Email : [email protected]

Abstrak

Berdasarkan pengalaman mengajar, ditemukan bahwa banyak anak –anak yang menunjukkan sifat individual. Hal ini disebabkan metode mengajar yang kegiatannya berpusat pada guru (teacher oriented), dan siswa hanya sebagai pendengar sehingga tidak memungkinkan siswa berinteraksi dengan temannya, atau pun dengan gurunya. Selain itu sistem ranking yang di terapkan di sekolah juga menjadi salah satu faktor penyebab mengapa kerjasama antar siswa tersebut tidak ada. Siswa cenderung individualis dalam belajar, berkompetisi satu sama lain untuk mendapatkan ranking tertinggi di kelas. Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu suatu metode pembelajaran yang bisa mengajarkan siswa bekerjasama, salah satunya adalah metode Pembelajaran Kooperatif. Tujuan penelitian ini adalah merancang sebuah RPP dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) pada materi Rambatan kalor serta menguji coba RPP yang telah dirancang. Metode penelitian ini menggunakan PTK, model guru sebagai peneliti. Pengumpulan data kerjasama siswa dengan menggunakan lembar observasi, tes tertulis secara individu untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan pemahaman siswa, serta kuisioner untuk mengetahui tanggapan siswa tentang metode pembelajaran yang diterapkan. Hasil penelitian bahwa, RPP yang dibuat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) dapat diimplementasikan dengan baik dan dapat melatih siswa bekerjasama.

Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif,TAI(team Assisted Individualisation ), Rambatan Kalor

1.1 Pendahuluan

Berdasarkan pengalaman mengajar dilapangan, ditemukan banyak anak – anak yang menunjukkan sifat individual. Hal ini disebabkan metode mengajar guru, dimana semua kegiatan berpusat pada guru (teacher oriented), dan siswa hanya sebagai pendengar sehingga tidak ada interaksi antar siswa. Selain dari pada itu, sistem ranking yang di terapkan di sekolah juga menjadi salah satu faktor penyebab, siswa cenderung untuk berkompetisi satu sama lain sehingga kerjasama antar siswa itu kurang. Siswa lebih bersifat mementingkan diri sendiri dibandingkan bekerjasama dengan temannya demi memperoleh nilai yang setinggi-tingginya dan mendapatkan ranking yang tertinggi. Sistem seperti ini dapat

Page 2: T1 192006033 full text

menimbulkan persaingan yang tidak sehat didalam kelas. Mengingat pentingnya kerjasama tersebut dalam pembelajaran, maka perlu suatu metode pembelajaran agar siswa lebih aktif dalam bekerjasama.

Salah satu metode yang dapat digunakan agar siswa dapat bekerjasama adalah dengan menggunakan metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization). Ada beberapa macam tipe metode Pembelajaran Kooperatif yang telah dibuat, diantaranya Kancing gemerincing (Lidia Mila), Dua tinggal, Dua tamu (Emelia Maylani), STAD (Stevanus F.Lendu), Jigsaw (Daud M. Dasalaku), dan lain – lain.

Tujuan penelitian ini adalah membuat sebuah RPP dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) dengan lengkap dan jelas serta menguji coba RPP apakah dengan tipe ini siswa lebih aktif dalam bekerjasama atau tidak.

2. Kajian Teori

2.1 Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)

Adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented)

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan (heterogen)(Anita Lie . hal 29)[1]. Dalam pembelajaran cooperative learning, peran guru sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Ada beberapa pendapat yang mendukung model pembelajaran kerjasama dalam dunia pendidikan diantaranya adalah falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang menjadikan kerjasama sebagai kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup (Anita Lie hal 28)[2]. Kindsvatter dkk, belajar bersama mempunyai tujuan yaitu, dapat meningkatkan hasil belajar siswa lewat kerjasama kelompok yang memungkinkan siswa belajar satu sama lain, dapat membantu siswa yang lemah, dengan belajar bersama hubungan antar siswa makin akrab dan kerjasama antara mereka lebih baik. Karena keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya[3].

TAI (Team Assisted Individualization)

Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Robert E Slavin pada tahun 1985. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual(Robert E Slavin, Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik, hal 191, tahun 2009). Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Tipe ini dapat digunakan pada semua jenis mata pelajaran. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk

Page 3: T1 192006033 full text

didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Kelebihan metode ini diantaranya adalah agar siswa lebih aktif dalam setiap pembelajaran baik yang bersifat individu maupun kelompok, bagaimana cara bekerjasama dalam kelompok, belajar bertanggung jawab, berani mengemukakan pendapat. Dengan metode ini setiap siswa bertanggung jawab atas jawaban keseluruhan. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar secara individu, kemudian hasilnya dibawa ke dalam sebuah kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 5 siswa secara heterogen dan bekerja sama untuk mengungkapkan pendapat serta bertanggung jawab atas hasil akhir dari kelompok tersebut.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan materi untuk dipelajari siswa secara individu.

b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender.

d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.

e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.

g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

2.2 Rambatan Kalor

Perpindahan Kalor adalah suatu proses perpindahan energi panas dari satu zat ke zat lain, terjadi bila dua benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah, hingga tercapainya kesetimbangan termal. Kalor dapat berpindah melalui suatu zat perantara maupun tanpa zat perantara, zat perantara yang dapat menghantarkan kalor disebut dengan konduktor, sedangkan yang sulit menghantarkan kalor disebut dengan isolator.

a. Konduksi

Page 4: T1 192006033 full text

Gambar 1. Memanaskan batang besi

Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Perpindahan kalor secara konduksi biasa terjadi pada zat padat karena partikel – partikel dalam zat padat tidak dapat berpindah saat kalor merambat.

b. Konveksi

Gambar 2. Memanaskan air Gambar 3. Kotak konveksi udara

Adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat cair dan gas, jika zat cair dan gas dipanaskan, partikel – partikelnya akan merenggang sehingga massa jenisnya mengecil. Akibatnya zat cair / gas yang dipanaskan akan bergerak keatas, dan tempat yang ditinggalkan akan segara diisi noleh zat cair / gas yang lebih dingin dan lebih rapat. Dengan demikian pada pemanasan zat cair dan gas partikikel – partikelnya akan berpindah keatas setelah menyerap kalor.

c. Radiasi

Gambar 4. Panas Matahari

Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Saat kita berada ditengah lapangan pada siang hari, panas Matahari dapat kita rasakan langsung dikulit. Meskipun antara Matahari dan Bumi, terdapat ruang hampa udara, panas matahari dapat merambat sampai ke Bumi.

Page 5: T1 192006033 full text

Jadi, Panas Matahari merambat dari Matahari ke Bumi tanpa bantuan zat perantara. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa Radiasi.

3.1 Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sampel yang digunakan adalah siswa SMP Lab Satya Wacana kelas VII sebanyak 19 siswa.

3.2 Prosedur penelitian

1. Tahap persiapan

Membuat / menyiapkan instrumen – instrumen penelitian yang diperlukan berupa RPP, soal tes, lembar observasi, kuisioner

2. Tahap Tindakan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat dengan metode kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) mulai dari motivasi sampai dengan tahap evaluasi dan pemberian kuisioner.

3. Tahap Observasi

Mengamati aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak pada saat diskusi, yang dilakukan oleh obsever.

4. Tahap Refleksi

Dalam tahap refleksi yang dilakukan adalah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan dan observasi dikumpulkan, di nilai hasil test siswa kemudian dianalisis. Dari hasil refleksi ini dilihat apakah metode yang disampaikan berhasil atau tidak. Penelitian dikatakan berhasil apa bila 80 % siswa telah melakukan kegiatan yang dilakukan dalam kelompok, 80 % siswa memperoleh nilai minimal 80.

3.3. Instrumen Penelitian

1. RPP, yang dibuat dengan metode kooperatif tipe TAI yang dibuat dengan langkah – langkah

a. Demonstrasi

b. Kuis (Tes I)

c. Diskusi kelompok

d. Pemantapan, berupa simulasi dari ketiga rambatan kalor

e. Kuis (Tes II)

2. Soal Kuis, yang akan diberikan untuk kuis I dan II, dimana soal tes I dan tes II sama.

3. Lembar observasi, digunakan untuk kegiatan dalam kelompok yang akan diisi oleh obsever.

Page 6: T1 192006033 full text

4. Lembar kuisioner, untuk mengetahui tanggapan siswa tentang metode pembelajaran yang digunakan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Saat diskusi kelompok, obsever mengisi lembar observasi untuk mengamati aktivitas yang dilakukan siswa dalam kelompok, yang meliputi, mencocokkan jawaban dengan teman, membetulkan yang salah, memberikan saran, aktif menjawab pertanyaan teman, menjelaskan yang salah / benar, mengemukakan pendapat.

2. Pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dan pada saat diskusi, diperoleh dari hasil kuis 2.

3. Setelah kegiatan belajar mengajar dan tes 2, siswa diminta untuk mengisi lembar kuisioner untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan.

3.5 Teknik Analisa Data

Data – data saat KBM, akan dianalisa secara kualitatif. Dari data hasil observasi, kegiatan yang dilakukan siswa dalam kelompok, di analisa secara kuantitatif, dihitung prosentase keberhasilan :

Prosentase aktivitas yang dilakukan = 푱풖풎풍풂풉풂풌풕풊풗풊풕풂풔풚풂풏품풅풊풍풂풌풖풌풂풏푱풖풎풍풂풉풔풊풔풘풂풚풂풏품풎풆풍풂풌풖풌풂풏풂풌풕풊풗풊풕풂풔

× 100 %

Dengan kriteria keberhasilan, 80 % siswa melakukan kegiatan dalam point diskusi.

Dari tes 2, yaitu pemahaman siswa dianalisa secara kuantitatif, dihitung prosentase keberhasilannya :

Prosentase tingkat keberhasilan = 푱풖풎풍풂풉풔풊풔풘풂풃풆풓풉풂풔풊풍푱풖풎풍풂풉풔풊풔풘풂풚풂풏품풎풆풏품풊풌풖풕풊풕풆풔

× 100 %

Dengan Kriteria keberhasilan , 80 % siswa memperoleh minimal nilai 80.

Kuisioner yang diisi siswa tentang metode pembelajaran yang digunakan dianalisa secara kualitatif. Kemudian data dari seluruhnya, lembar observasi, tes dan kuisioner akan dianalisa secara deskriptif kualitatif.

3.6. DATA DAN ANALISA

3.6.1 DATA SIKLUS I

Guru menyampaikan materi, mengimplementasikan RPP yang dibuat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) pada materi rambatan kalor. Materi rambatan kalor ini sudah pernah dipelajari sebelumnya.

Setelah menyampaikan materi, guru memberikan secara tertulis tes I kepada siswa secara individu, tujuannya adalah untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan. Setelah siswa melakukan tes I, siswa dibagi dalam beberapa kelompok, di dalam

Page 7: T1 192006033 full text

kelompok, siswa melakukan diskusi tentang jawaban dari tes yang telah dikerjakan, setiap siswa memeriksa jawaban teman, membetulkan jawaban yang salah, dan lain –lain. Karena metode Pembelajaran Kooperatif lebih menekankan pada kerjasama, maka yang lebih dinilai dari kerja kelompok ini adalah dari aspek afektif / sikap yang dilakukan siswa dalam kerja kelompok / diskusi. Hasil yang diperoleh dari kerja kelompok tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1: Data distribusi kegiatan siswa Siklus I

No Kode Siswa

Jenis Aktivitas Siswa Jumlah Aktiviyas yang Diikuti

Siswa A B C D E F Jumlah %

1 AH √ √ √ √ √ 5 83,33

2 SMM √ √ √ √ √ √ 6 100 3 YTK √ √ √ 3 50 4 FTF √ 1 16,66 5 CCP √ √ √ √ √ 5 83,33 6 EAK √ √ √ √ √ 5 83,33 7 RPFP √ √ √ √ √ 5 83,33 8 KGS √ √ 2 33,33 9 FSW √ √ √ 3 50

10 FRSP √ √ 2 33,33 11 GPO √ √ √ 3 50 12 MH √ √ √ √ 4 66,66 13 RSP √ √ √ 3 50 14 VT √ √ 2 33,33 15 PS √ √ 2 33,33 16 YCA √ √ √ 3 50 17 HRRP √ √ √ √ 4 66,66 18 MVIR √ √ 2 33,33 19 FYS √ 1 16,66

Jumlah 13 11 12 11 4 10

(%) 68,42 57,89 63,15 57,89 21,05 52,63 53.50 54,38

Keterangan :

Page 8: T1 192006033 full text

(A) Mencocokkan jawaban dengan teman (B) Membetulkan yang salah (C) Memberikan Saran (D) Aktif menjawab pertanyaan teman (E) Menjelaskan yang salah / benar (F) Mengemukakan Pendapat

3.6.2 Analisa Setiap Anak untuk kegiatan diskusi :

AH = Dari semua aktivitas yang dilakukan siswa hanya (E) menjelaskan yang Salah / benar, yang tidak dilakukan. Ini berarti siswa ini kurang memahami materi yang disampaikan karena siswa ini saat guru menyampaikan materi, banyak bermain, sehingga saat berdiskusi tidak bisa menjelaskan kepadateman - temannya.

SMM = Semua aktivitas di lakukan, ini berarti siswa ini cukup aktif dalam berdiskusi. karena siswa ini sehari – hari merupakan anak yang aktif dikelas.

YTK = Dari semua aktivitas yang dilakukan siswa, point B(membetulkan yang salah), E(menjelaskan yang salah / benar), dan F (mengemukakan pendapat) yang tidak dilakukan. Ini menunjukkan bahwa siswa ini kurang memahami materi yang disampaikan, karena saat diskusi malah bermain dengan temannya yang berbeda kelompok. Seharusnya saat diskusi merupakan kesempatan untuk memperbaiki pemahamannya tentang materi yang disampaikan agar lebih baik.

FTF = Dari semua Jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point A(mencocokkan jawaban dengan teman) yang dilakukan. Ini menunjukkan bahwa siswa ini tidak serius dalam berdiskusi, karena siswa ini tidak suka jika teman satu kelompoknya, bukan teman bermainnya. Padahal dalam kegiatan diskusi, siswa mendapat kesempatan untuk memperbaiki pemahamannya terhadap materi yang disampaikan.

CCP = Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point E (menjelaskan yang salah / benar) yang tidak di lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa, siswa ini sudah cukup aktif dalam diskusi, akan tetapi siswa ini tidak suka membagikan pengetahuannya dengan teman yang lain,

EAK = Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point E (menjelaskan yang salah / benar) yang tidak di lakukan. Ini menunjukkan bahwa, siswa ini aktif dalam diskusi, karena sehari – harinya merupakan anak yang aktif didalam kelas, akan tetapi siswa ini sebenarnya tidak suka bekerja kelompok, karena tidak mau membagikan pengetahuannya kepada teman –temannya.

RPFP = Dari semua jenis aktivitas siswa yang dilakukan, hanya point E (menjelaskan yang salah / benar) yang tidak dilakukan. Ini berarti siswa ini aktif dalam diskusi, akan tetapi pada saat guru

Page 9: T1 192006033 full text

menyampaikan materi, tidak serius, ribut, keluar masuk kelas, sehingga pada waktu diskusi, tidak dapat menjelaskan kepada teman – temannya.

KGS = Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point C (memberikan saran), dan F (mengemukakan pendapat) yang dilakukan. Ini berarti siswa ini kurang aktif dalam diskusi. Padahal saat diskusi merupakan tempat untuk melatih siswa agar berani memberikan saran, mengemukakan pendapat.

FSW =Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, point C (memberikan saran), D (aktif menjawab pertanyaan teman), F (mengemukakan pendapat) yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa ini masih kurang aktif dalam diskusi. Padahal pada waktu diskusi merupakan kesempatan untuk memperbaiki pemahamannya tentang materi yang telah disampaikan.

FRSP = Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point D (aktif menjawab pertanyaan teman), F (mengemukakan pendapat) yang dilakukan. Ini berarti siswa ini kurang aktif dalam diskusi. Padahal diskusi merupakan tempat untuk memperdalam pemahamannya terhadap materi yang disampaikan.

GPO = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa , point A (mencocokkan jawaban dengan teman), B (membetulkan yang salah), D (aktif menjawab pertanyaan teman) yang di lakukan, sedangkan kegiatan lainnya tidak dilakukan dalam berdiskusi, ini berarti siswa ini masih kurang aktif .karena siswa ini pemalu, sehingga tidak berani untuk berpendapat, dan menganggap penjelasan dari temannya yang lain sudah lebih baik dibandingkan pendapatnya. Padahal saat diskusi merupan tempat untuk melatih siswa untuk lebih aktif.

MH = Dari semua jenis aktivitas siswa yang di lakukan, point E (menjelaskan yang salah / benar), F (mengemukakan pendapat) yang tidak dilakukan. Ini berarti bahwa siswa ini sudah cukup aktif dalam kegiatan diskusi. Siswa ini pendiam, jadi hanya menjawab pertanyaan temannya yang lain seperlunya saja. Jika tidak ada teman yang bertanya dia diam saja.

RSP = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, point B (membetulkan yang salah), C (memberikan saran), dan D (aktif menjawab pertanyaan teman) yang dilakukan. Ini berarti siswa ini kurang aktif saat diskusi. Aktivitas lain tidak di lakukan, karena saat diskusi hanya mendengarkan teman yang lain,sibuk sendiri membetulkan jawabannya sendiri.

VT = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point B (membetulkan yang salah), dan point E (menjelaskan yang salah / benar) yang dilakukan, sedangkan yang lainnya tidak. Ini menunjukkan bahwa siswa ini kurang aktif dalam diskusi. Karena siswa ini sangat pendiam, padahal dalam diskusi setiap anak diberi kesempatan agar lebih aktif.

PS = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point A (mencocokkan jawaban dengan teman), dan point E (menjelaskan yang salah / benar) yang dilakukan, sedangkan aktivitas lain tidak diikuti. Ini berarti bahwa anak ini masih kurang aktif dalam diskusi, karena siswa ini lebih

Page 10: T1 192006033 full text

suka belajar secara individu. Padahal diskusi merupakan tempat unuk melatih diri untuk bekerjasama.

YCA = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, point A (mencocokkan jawaban dengan teman), C (memberikan saran), F (mengemukakan pendapat) yang dilakukan. Sedangkan aktivitas lain tidak dilakukan, ini menunjukkan bahwa, siswa ini masih kurang aktif dalam diskusi. karena siswa ini, tidak suka satu kelompok dengan teman - teman yang bukan teman dekatnya, sehingga tidak betul – betul melakukan diskusi.

HRRP = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point A (mencocokkan jawaban dengan teman), dan point E (aktif menjawab pertanyaan teman) yang tidak dilakukan. Ini menunjukkan bahwa siswa ini masih kurang serius dalam diskusi. Siswa ini pemalu, tidak diberi kesempatan oleh teman yang lain. Seharusnya pada saat diskusi, setiap siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, memberikan saran dan lain sebagainya.

MVIR = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point A(mencocokkan jawaban dengan teman), dan point B (membetulkan yang salah) yang dilakukan, sedangkan yang lainnya tidak dilakukan. Ini berarti siswa ini tidak serius dalam diskusi. Karena teman satu kelompoknya adalah bukan teman mainnya didalam kelas. saat diskusi, sibuk sendiri, waktunya banyak main – main.

FYS = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point A (mencocokkan jawaban dengan teman) yang dilakukan, sedangkan aktivitas yang lainnya tidak dilakukan. Ini menunjukkan bahwa siswa ini tidak serius dalam diskusi, karena siswa ini tidak suka berteman satu kelompok jika bukan teman dekatnya atau teman mainnya, sehingga tidak serius saat diskusi.

3.6.3 Analisa Setiap Kegiatan Yang Diikuti Siswa a. Mencocokkan Jawaban dengan Teman

Berdasarkan tabel 1, untuk Point A, tentang aktivitas siswa dalam mencocokkan jawaban dengan teman, sebesar 68,4 % siswa aktif melakukan kegiatan ini, dan sebanyak 31,57 % siswa yang masih kurang aktif dalam melakukannya. Beberapa siswa tidak melakukannya, karena setiap siswa merasa bahwa jawabanyalah yang sudah benar, jadi tidak perlu untuk mencocokkan jawaban teman.

a. Membetulkan Yang Salah

Berdasarkan tabel 1, untuk Point B, tentang Membetulkan yang salah, sebesar 57, 89 % siswa aktif melakukan kegiatan ini, sebanyak 42,11 % siswa yang masih kurang aktif dalam melakukan kegiatan ini. Karena, beberapa siswa menganggap bahwa point ini, hanya dianggap sekedar saling melihat jawabannya dengan temannya yang lain, apakah sama atau tidak, jika sama tidak jadi masalah, dan jika beda siswa tersebut akan mempertahankan jawabannya, dan

Page 11: T1 192006033 full text

mengganggap jawabannyalah yang tepat / benar. Tidak berusaha bertanya kepada temannya mengapa bisa pekerjaannya beda dengan temannya.

b. Memberikan Saran

Berdasarkan tabel 1, untuk Point C, tentang Memberikan Saran, sebesar 63,15 % siswa aktif melakukan kegiatan ini, sisanya yaitu sebanyak 36,86 % siswa yang masih kurang aktif melakukan kegiatan. Karena keberanian setiap siswa untuk memberikan saran masih sangat kurang, di dominasi oleh temannya yang lain, merasa bahwa temannya yang lain sudah lebih baik dari dia, dan pada akhirnya menganggap bahwa saran temannyalah yang lebih baik dibandingkan sarannya.

c. Aktif Menjawab Pertanyaan Teman

Berdasarkan tabel 1, untuk Point D, tentang Aktif menjawab pertanyaan teman, sebesar 57,89 % siswa aktif melakukan kegiatan ini, dan sebanyak 42,11 % siswa yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan. Karena tidak semua siswa bisa bekerja kelompok dengan baik meskipun dalam satu kelas, tidak mau menjawab pertanyaan teman yang kira – kira bukan teman dekatnya , pertanyaannya dianggap tidak penting, tidak bermanfaat.

d. Menjelaskan Yang Salah / Benar

Berdasarkan tabel 1, untuk Point E, tentang Menjelaskan Yang Salah/ Benar, sebesar 21.05 % siswa aktif melakukan kegiatan ini,dan sebanyak 78,95 % siswa yang kurang aktif. Karena, beberapa siswa kurang serius saat diskusi, beberapa siswa sibuk sendiri, sehingga siswa tersebut tidak tahu apa yang akan dijelaskan kepada temannya.

e. Mengemukakan Pendapat

Berdasarkan tabel diatas, untuk Point F, tentang mengemukakan pendapat, sebesar 52,63 % siswa aktif mengikuti kegiatan ini, sebanyak 47,37 % siswa yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan ini. Karena beberapa siswa, tidak memberi kesempatan kepada yang lain, sehingga kesempatan setiap anak untuk mengemukakan pendapat itu tidak ada, karena merasa tidak diberi kesempatan, maka beberapa siswa ini memilih untuk diam dan tidak melakukannya.

Setelah diskusi, dilakukan pemantapan yaitu berupa simulasi dari ketiga rambatan kalor, kemudian dilakukan evaluasi berbentuk tes yaitu tes II, yang dikerjakan secara individu. Tujuannya adalah untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan setelah mereka kerja kelompok / diskusi. Hasil Tes II yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Tes Siswa Siklus I

Page 12: T1 192006033 full text

No Kode Siswa

Hasil Tes Siklus I

1 AH 70 2 SMM 85 3 YTK 60 4 FTF 70 5 CCP 90 6 EAK 85 7 RPFP 90 8 KGS 70 9 FSW 70

10 FRSP 75 11 GPO 70 12 MH 95 13 RSP 80 14 VT 70 15 PS 80 16 YCA 70 17 HRRP 60 18 MVIR 70 19 FYS 70

Rata – rata

75,26

3.6.4 Analisa Hasil Tes Siklus I

Dari tabel 2 (hasil tes) diperoleh bahwa, siswa yang memperoleh nilai 80 sebanyak 7 orang siswa, sehingga prosentase keberhasilan dari siswa yang memahami materi dapat diperoleh sebesar

36,84 %, dihitung dengan perhitungan : × 100 = 36,84 %.

3.6.5 Analisa Seluruh Siklus I

Dari kegiatan diskusi, karena kecilnya peran serta siswa dala kegiatan ini, disebabkan karena waktu yang di gunakan untuk menyampaikan materi terlalu lama, yaitu ± 3 × 45 menit, kemudian kuis I ± 30 menit. Sehingga saat kegiatan diskusi, siswa merasa jenuh dan bosan, tidak semangat untuk melakukannya. Selain dari pada itu, peneliti tidak memberikan rambu – rambu kepada siswa, tidak mendapat arahan. Jadi siswa kurang jelas kegiatan apa saja yang harus dilakukan saat diskusi. Untuk itu, penelitian ini harus diulang, sampai target yang diinginkan tercapai.

Page 13: T1 192006033 full text

Karena standar nilai dan aktivitas yang harus dilakukan siswa tidak mencapai target, maka penelitian ini dikatakan gagal dan harus diulang, sampai target yang diinginkan tercapai yaitu 80 % siswa mendapatkan nilai 80 dan 80 % siswa melakukan setiap kegiatan pada saat diskusi.

3.7. DATA SIKLUS II

Karena dalam siklus I belum mencapai target yang diharapkan, maka dilakukan siklus II. Sebagai refleksi dari siklus I yang tidak mencapai target,maka penelitian pada siklus II ada beberapa hal yang dilakukan yaitu, guru tidak lagi memberikan materi dari awal, melainkan garis besar materi, karena mereka masih memiliki catatan untuk dipelajari kembali. Selain daripada itu, saat diskusi setiap kelompok diarahkan dengan pertanyaan – pertanyaan penggiring berupa rambu – rambu. Jadi pada saat diskusi, tugas setiap siswa menjadi lebih jelas, apa yang harus mereka lakukan didalam kelompok. Adapun jenis rambu – rambu yang diberikan kepada setiap kelompok adalah sebagai berikut.

Rambu – rambu yang harus dilakukan oleh siswa didalam kelompok

a. Mencocokkan jawaban dengan teman (setiap siswa mencocokkan jawaban temannya satu sama lain didalam kelompok)

b. Membetulkan yang salah (setiap siswa membetulkan jawabannya sendiri jika ada jawabannya yang salah,)

c. Memberikan saran (setiap siswa diberi kesempatan untuk memberikan saran kepada teman-temannya dalam satu kelompok)

d. Aktif menjawab pertanyaan teman (didalam kelompok, siswa saling bertanya dan menjawab pertanyaan dari teman dalam kelompok masing – masing )

e. Menjelaskan yang salah / benar (jika ada jawaban teman dalam kelompok yang salah, maka teman kelompoknya menjelaskan salahnya dimana, kemudian menjelaskan yang benar bagaimana)

f. Mengemukakan pendapat (dalam kelompok setiap siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, tidak hanya salah satu siswa saja yang terus menerus mengemukakan pendapatnya)

Tabel 3: data diskusi siswa Siklus II

KODE SISWA

Jenis Aktivitas Siswa Jumlah Aktivitas yang diikuti siswa

A B C D E F

AH √ √ √ √ √ √ 6 = 100% GPO √ √ √ √ √ 5 = 83,3 % CCP √ √ √ √ √ 5 = 83,3 % EAK √ √ √ √ √ 5 = 83,3 % FSW √ √ √ √ √ √ 6 = 100 %

Page 14: T1 192006033 full text

FYS √ √ √ √ 4 = 66,6 % FRSP √ √ √ √ √ 5 = 83,3 % FTF √ √ √ √ √ 5 = 83,3 % KGS √ √ √ √ √ 5 = 83,3 % MH √ √ √ √ √ 5 = 83,3 %

MVIR √ √ √ √ 4 = 66,6 % PS √ √ √ √ √ 5 = 83,3 %

RSP √ √ √ √ √ 5 = 83,3 % RPFP √ √ √ √ √ √ 6 = 100 % SMM √ √ √ √ √ √ 6 = 100 %

VT √ √ √ √ √ √ 6 = 100 % YTK √ √ √ √ √ √ 6 = 100 % YCA √ √ √ √ √ 5 = 83,3 %

HRRP √ √ √ √ √ 5 = 83,3 % Jumlah 19=

100 % 19 =

100 % 12=

63,15 % 16=

84,21 % 17=

89,47 % 16=

84,21 % Rata – rata 86,84

Keterangan : (A)Mencocokkan jawaban dengan teman (B)Membetulkan yang salah (C)Memberikan Saran (D)Aktif menjawab pertanyaan teman (E)Menjelaskan yang salah / benar (F)Mengemukakan Pendapat

3.7.1 Analisa kegiatan yang dilakukan siswa pada Siklus II:

a. Mencocokkan Jawaban dengan teman Sebanyak 100 % siswa melakukan kegiatan mencocokkan jawaban dengan teman (A ). Dengan adanya rambu – rambu yang diberikan pada setiap kelompok aktivitas ini berhasil karena, setiap siswa tidak lagi menganggap bahwa jawabannyalah yang paling benar, dan jawaban temannya yang salah, melainkan saling mencocokkan, menyesuaikan, jika jawabanya salah segera memperbaikinya.

b. Membetulkan yang Salah Sebanyak 19 orang siswa melakukan kegiatan Membetulkan yang Salah (B), dari seluruh siswa 19. Atau sebesar 100 % siswa melakukan kegiatan ini. Siswa terlihat lebih aktif melakukan kegiatan ini, karena pada saat diskusi, siswa diberi rambu- rambu yang lebih jelas untuk tugas yang harus mereka lakukan disaat diskusi. Dengan adanya rambu - rambu tersebut, siswa mau tidak mau harus dipaksa melakukannya,tidak hanya sekedar saling melihat jawaban mereka saja.

c. Memberikan Saran

Page 15: T1 192006033 full text

Sebanyak 12 orang siswa melakukan kegiatan membetulkan yang salah (C), dari seluruh siswa 19 orang. Atau sebesar 63,15 % siswa melakukan kegiatan ini. Untuk aktivitas ini, jumlah siswa yang melakukan kegiatan ini masih tetap, karena masih ada beberapa siswa yang masih mendominasi, sehingga teman – temannya mengganggap bahwa, sarannya sama dengan temannya, atau saran apa yang mau dikeluarkan, sudah diwakilkan oleh temannya.

d. Aktif menjawab pertanyaan teman Sebanyak 16 orang siswa melakukan kegiatan aktif menjawab pertanyaan teman (D), dari seluruh siswa 19 orang. Atau sebesar 84,21 % siswa melakukan kegiatan ini. Dengan adanya rambu- rambu, setiap siswa mulai bisa bekerja kelompok, tidak memilih-milih teman, tidak didominasi oleh temannya yang lain,

e. Menjelaskan yang salah / benar sebanyak 17 orang siswa melakukan kegiatan menjelaskan yang salah / benar (E), dari seluruh siswa 19 orang. Atau sebesar 89,47 % siswa melakukan kegiatan ini. Aktivitas ini berhasil, karena dengan adanya rambu – rambu, siswa tidak lagi sibuk sendiri saat diskusi. Siswa harus melakukan apa yang ada pada rambu – rambu, sehingga setiap siswa bisa menjelaskkan kepada teman-temannya. Tidak lagi banyak main – main didalam kelompok.

f. Mengemukakan Pendapat Sebanyak 16 orang anak yang melakukan kegiatan mengemukakan pendapat (F), dari 19 orang siswa. Atau sebesar 84,21 % siswa melakukannya. Aktivitas ini berhasil karena, dengan adanya rambu – rambu yang diberikan pada setiap kelompok, setiap siswa mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, tidak terlalu didominasi oleh temannya yang lain.

Tabel 4. Hasil Tes Siswa Siklus II No Kode Siswa Hasil tes Siklus II 1 AH 85 2 SMM 80 3 YTK 80 4 FTF 70 5 CCP 90 6 EAK 80 7 RPFP 80 8 KGS 95 9 FSW 85

10 FRSP 95 11 GPO 80 12 MH 80 13 RSP 85 14 VT 90 15 PS 85 16 YCA 80

Page 16: T1 192006033 full text

17 HRRP 85 18 MVIR 75 19 FYS 60

Rata - rata 82,10

3.7.2 Analisa Hasil Tes Siklus II

Dari tabel 4 di atas, siswa yang memperoleh nilai 80 sebanyak 16 siswa, sehingga prosentase keberhasilan dari siswa yang memahami materi dapat diperoleh sebesar 84,21 % dengan prosentase

bahwa sebesar 84,21 % , dihitung dengan perhitungan × 100%.

3.7.2 Analisa Seluruh Siklus II

Dari kegiatan diskusi diperoleh prosentase keterlibatan siswa sebesar 86,84 %, dan untuk hasil tes diperoleh prosentase sebesar 84,21 %. Prosentase ini meningkat karena, ada petunjuk berbentuk rambu – rambu yang diberikan kepada siswa saat diskusi kelompok, jadi tugas yang harus dilakukan oleh setiap siswa pada saat diskusi menjadi lebih jelas. Selain dari pada itu, waktu yang diperlukan lebih singkat. Dengan ini, penelitian pada siklus II ini dinyatakan berhasil karena telah mencapai target keberhasilan.

Tabel 5. Hasil kuisioner siswa tentang metode pembelajaran yang disampaikan

No Pertanyaan Ya Tidak 1 Setelah melakukan diskusi, apakah pemahaman anda tentang

materi yang disampaikan menjadi lebih baik atau tidak ? 17 2

2 Apakah kamu lebih mudah belajar secara individu ? 4 15 3 Apakah kamu lebih mudah belajar secara kelompok? 13 6 4 Apakah dengan kerja kelompok anda merasa lebih aktif ? 16 3 5 Apakah dengan kerja kelompok anda merasa termotivasi untuk

memberikan saran? 12 7

6 Apakah dengan belajar kelompok anda merasa termotivasi untuk mengemukakan pendapat ?

15 4

7 Apakah dengan kerja kelompok anda merasa termotivasi untukmembantu teman?

17 2

8 Apakah dengan belajar kelompok anda merasa berani mengemukakan pendapat ?

15 4

9 Apakah anda merasa nyaman dengan metode pembelajaran yang disampaikan?

15 4

10 Apakah motode pelajaran yang diterapkan melatih anda untukbertanggung jawab?

15 4

Page 17: T1 192006033 full text

3.8 Analisa Kuisioner

1. Sebanyak 89,47 % siswa menjawab ya dengan alasan, lebih asyik dan lebih mudah, sangat fokus / mementingkan diskusi untuk materi, lebih mengerti materinya, yang kurang dimengerti menjadi lebih mengerti, lebih lengkap, semakin jelas. Hal ini menun jukkan bahwa dengan menggunakan metode ini, pemahaman siswa pada materi yang disampaikan menjadi lebih baik.

2. Sebanyak 21,05 % siswa menjawab ya dengan alasan, karena susah, jika tidak tahu, tidak ada teman yang mau ditanyai untuk membantu, tidak bisa bekerja sama. Ini menunjukkan bahwa siswa harus bisa bekerjasama, tidak hanya individu saja.

3. Sebanyak 68,42 % siswa menjawab ya dengan alasan, lebih mudah, bisa berdiskusi, lebih mudah,bisa mengemukakan pendapat, lebih gampang mengerjakan tugas, dapat saling membantu. Hal ini menunjukkan kerjasama antar siswa sangat penting.

4. Sebanyak 84,21 % siswa menjawab ya dengan alasan, bisa mengemukakan pendapat, bisa membantu teman, bisa bertukar pendapat. Ini menunjukkan bahwa dengan metode ini, siswa dapat lebih aktif dalam kelompok.

5. Sebanyak 63,15 % siswa menjawab ya dengan alasan, dalam kelompok perlu kerjasama, bisa belajar dengan teman, bisa memberi saran satu sama lain. Dengan ini menunjukkan bahwa, siswa berani untuk memberikan saran, melatih siswa untuk lebih aktif.

6. Sebanyak 78,94 % siswa menjawab ya dengan alasan, lebih berani, bisa menerima pendapat orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam diskusi diperlukan kerjasama, saling menghargai,

7. Sebanyak 89,47 % orang siswa menjawab ya dengan alasan, untuk memberikan saran pada teman, karena bersifat baik, teman yang tidak tahu menjadi tahu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam bekerjasama perlu saling membantu, tidak egois, mau berbagi

8. Sebanyak 78,94 % siswa menjawab ya dengan alasan, karena melatih diri untuk berani. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kerjasama, dapat melatih siswa untuk lebih berani mengeluarkan pendapatnya, setiap siswa diberi kesempatan, tidak didominasi oleh teman yang satu saja, serta belajar untuk menerima pendapat orang lain

9. Sebanyak 78,94 % siswa menjawab ya dengan alasan, banyak praktikum, belajarnya santai. Hal ini menunjukkan bahwa, dengan metode yang digunakan tidak membuat siswa merasa tegang dalam belajar, siswa bisa meikmati pembelajaran dan memahami materi yang yang disampaikan.

10. Sebanyak 78,94 % siswa menjawab ya dengan alasan, lebih percaya diri, karena apa yang diperbuat bisa dipertanggung jawabkan, tidak main – main. Hal ini menunjukkan bahwa, dengan metode ini melatih siswa untuk bertanggungjawab atas apa yang telahdiperbuat, tidak lepas tangan begitu saja.

Dari kuisioner tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan, dapat disimpulkan bahwa, siswa senang belajar kelompok , siswa lebih aktif dalam bekerjasama, pemahaman siswa tentang materi yang digunakan menjadi lebih baik, dapat meningkatkan

Page 18: T1 192006033 full text

kerjasama antar siswa. Siswa bisa belajar kelompok, saling membantu,serta melatih siswa untuk bertanggung jawab

4. Kesimpulan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebuah RPP dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) dapat dirancang lebih jelas dan lengkap, dapat diimplementasikan dengan baik dan berhasil membuat siswa bekerjasama. Dari penelitian ini, sebesar 86,84 % siswa aktif melakukan kegiatan saat diskusi atau bekerjasama. Siswa mau mencocokkan jawaban dengan teman, mau membetulkan yang salah, berani memberikan saran, aktif menjawab pertanyaan teman,mau menjelaskan yang salah / benar, berani mengemukakan pendapat. Dengan menggunakan metode ini, pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan menjadi lebih baik. Siswa merasa senang dengan metode yang digunakan, karena mengajarkan pada siswa untuk bisa bekerjasama, saling membantu, berani mengemukakan pendapat, bertanggung jawab, dengan bekerjasama pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan lebih mudah.

5. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk itu bila mau menggunakan metode pembelajaran Kooperatif, sebaiknya RPP yang telah dirancang diujicoba terlebih dahulu, agar RPP yang akan diimplementasikan tersebut alokasi waktu yang akan digunakan dapat diatur. Untuk kegiatan diskusi kelompok, jangan hanya sekedar membagi siswa dalam beberapa kelompok dan meminta siswa untuk bekerjasama atau diskusi, sebaiknya siswa diarahkan dengan pertanyaan – pertanyaan penggiring atau rambu – rambu, agar siswa tahu apa yang harus dilakukan didalam diskusi.

Daftar Pustaka

1. Pustaka Aditama. Sains FISIKA. Surakarta

2. Sukardi.2003.Metodologi Penelitian tindakan Kopetensi dan Praktiknya. Yogyakarta bumi Aksara

3. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

4. Etsa Indra Irawan.2008. IPA Fisika Billingual Untuk SMP/ MTs.kelas VII.penerbit Yrama Widya.Bandung

5. Slavin L Robert, 2009 Cooverative Learning.Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media, penerbit Nusa Media Ujung Berung, Bandung

6. Lie, Anita, 2008 Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang – Ruang Kelas. Grasindo, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia Jakarta.

7. Halliday dan Resnick, FISIKA JILID 1 EDISI KETIGA.Penerbit Erlangga. Jakarta

8. Meda. IPA Terpadu SMP Kelas VII. Penerbit CV Meda Sejati. Semarang