BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam,...

48
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam penelitian ini terdiri atas buku cetakan, baik dalam negeri maupun luar negeri, disertasi, tesis, dan artikel yang memiliki keterkaitan dengan kesantunan berbahasa, bahasa Korea, dan P dalam KPW. Kajian pustaka dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut. Park (1984), dalam bukunya yang berjudul Speaking Korean memberikan gambaran umum tentang bK dan tata cara berbahasa Korea. Park menjelaskan penggunaaan bentuk hormat bK yang dilekatkan pada bentuk kata dasar. Bentuk hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat im/-nim pada bagian subjek, (2) pada kata kerja akan diberikan imbuhan sisipan bentuk hormat -si-, penggunaan bentuk honorifik ini disesuaikan dengan faktor usia, derajat kedekatan hubungan pembicara dan lawan bicara, serta posisi sosial, (3) speech style dipakai dengan memilih bentuk imbuhan akhiran pada akar kata kerja sesuai dengan kondisi dan situasi terjadinya suatu tuturan. Selain penggunaan bentuk hormat, Park (1984) juga menjelaskan perilaku budaya masyarakat Korea dalam berbicara yang terdiri atas unsur suprasegmental sebagai penunjang unsur verbal dalam berkomunikasi. Dari segi tata cara berbahasa, Park (1984) menjelaskan tentang ragam atau gaya tuturan bK berdasarkan konteks situasi penggunaannya yang meliputi (1) tuturan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam,...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL

PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam penelitian ini terdiri atas buku cetakan, baik dalam

negeri maupun luar negeri, disertasi, tesis, dan artikel yang memiliki keterkaitan

dengan kesantunan berbahasa, bahasa Korea, dan P dalam KPW. Kajian pustaka

dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

Park (1984), dalam bukunya yang berjudul Speaking Korean memberikan

gambaran umum tentang bK dan tata cara berbahasa Korea. Park menjelaskan

penggunaaan bentuk hormat bK yang dilekatkan pada bentuk kata dasar. Bentuk

hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan

menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat –im/-nim pada bagian subjek, (2)

pada kata kerja akan diberikan imbuhan sisipan bentuk hormat -si-, penggunaan

bentuk honorifik ini disesuaikan dengan faktor usia, derajat kedekatan hubungan

pembicara dan lawan bicara, serta posisi sosial, (3) speech style dipakai dengan

memilih bentuk imbuhan akhiran pada akar kata kerja sesuai dengan kondisi dan

situasi terjadinya suatu tuturan. Selain penggunaan bentuk hormat, Park (1984)

juga menjelaskan perilaku budaya masyarakat Korea dalam berbicara yang terdiri

atas unsur suprasegmental sebagai penunjang unsur verbal dalam berkomunikasi.

Dari segi tata cara berbahasa, Park (1984) menjelaskan tentang ragam atau gaya

tuturan bK berdasarkan konteks situasi penggunaannya yang meliputi (1) tuturan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

hormat resmi (the formal polite style), (2) tuturan hormat tidak resmi (the informal

polite style), (3) tuturan netral (the plain style), dan (4) tuturan intim (the intimate

style). Perbedaan keempat ragam atau gaya tuturan ini ditentukan oleh

penggunaan pemarkah imbuhan sufiks yang dilekatkan pada kata kerja dan

disesuaikan dengan konteks situasi penggunaannya.

Buku yang berjudul Speaking Korea ini bermanfaat bagi penelitian ini

karena dapat digunakan sebagai acuan dan informasi awal mengenai penggunaan

kesantunan berbahasa P dengan WK di Bali. Adapun perbedaan dengan

penelitian ini adalah Park (1984) mengambil contoh percakapan pada situasi

umum sesama orang Korea, sedangkan penelitian ini mengambil contoh

percakapan interaksi P dengan WK dalam KPW.

Simpen (2008) dalam disertasinya yang berjudul “Kesantunan Berbahasa

pada Penutur Bahasa Kambera di Sumba Timur” menyatakan bahwa tujuan

melakukan penelitian adalah untuk menemukan, mendeskripsikan, dan

menganalisis karakteristik kesantunan berbahasa masyarakat tutur bahasa

Kambera. Landasan teori yang digunakan bertumpu pada teori linguistik

kebudayaan dan teori sosiopragmatik. Metode penelitian yang diterapkan dalam

penelitian Simpen adalah metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian Simpen,

yaitu (1) masyarakat tutur bahasa Kambera memiliki dasar pandangan hidup yang

tertuang dalam suatu ideologi yang didasarkan atas nilai-nilai yang telah

diwariskan oleh leluhur orang Sumba, (2) perilaku kesantunan berbahasa

menyiratkan latar belakang budaya, (3) unsur suprasegmental dan unsur

paralinguistik ditemukan sebagai unsur nonverbal yang menyertai unsur verbal, (4)

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

ditemukannnya bentuk kesantunan yang khas, yaitu ajakan umum, dan (5)

pandangan teoretis yang menyatakan bahwa kesantunan hanya untuk orang lain

saja tidak selalu benar.

Tulisan ini sangat relevan dengan penelitian ini, yaitu sama-sama meneliti

kesantunan berbahasa dan menggunakan kajian sosiopragmatik. Kajian

sosiopragmatik tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan yang melatarbelakangi

penutur. Perbedaannya adalah Simpen (2008) meneliti salah satu penutur bahasa

daerah yang ada di Indonesia, sedangkan penelitian ini meneliti bahasa asing

(bahasa Korea).

Kristianto (2009) dalam tesisnya yang berjudul “Tuturan Wisatawan

Jerman di Bali : Sebuah Studi Perilaku Berbahasa” meneliti aspek bentuk, fungsi,

dan makna tuturan wisatawan Jerman (WJ) dengan pramuwisata (P) dalam

peristiwa tutur pemanduan wisata di Bali. Kajian yang digunakan pada tesis ini

adalah sosiopragmatik, yaitu penggabungan dua teori, yaitu sosiolinguistik dan

pragmatik. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dan

interpretatif. Dalam tesisnya, Kristianto (2009) memberikan gambaran perilaku

berbahasa WJ yang berkaitan dengan maksim-maksim kesantunan yang

dilatarbelakangi aspek sosiokultural dalam suatu peristiwa tutur dan situasi tutur.

Selain itu, dijelaskan pula bahwa aspek paralinguistik sangat memengaruhi

peristiwa tutur WJ dengan P.

Hasil penelitian Kristianto (2009) sangat relevan dengan penelitian ini

karena sama-sama menganalisis aspek komunikasi yang dilakukan antara

pramuwisata dan wisatawan dengan menggunakan teori tindak tutur. Selanjutnya,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

adanya kesamaan teori yang digunakan dalam penganalisisan, yaitu perpaduan

teori sosiolinguistik dan teori pragmatik. Perbedaannya adalah Kristianto (2009)

meneliti bahasa Jerman yang memiliki karakteristik berbeda dengan bahasa Korea.

Bahasa Jerman memiliki sistem gender dalam penggunaannya, sedangkan bK

tidak mengenal adanya sistem gender. Akan tetapi, memiliki unsur penanda dalam

kalimat untuk menentukan kesantunan berbahasa.

Budiarsa, dkk. (2010) dalam artikelnya yang berjudul “Bentuk, Fungsi,

dan Makna Pragmatik Tuturan Pemandu Wisata di daerah Pariwisata Badung dan

Denpasar, Bali” meneliti bentuk, fungsi, dan makna ungkapan verbal yang

digunakan oleh pramuwisata (PW). Dalam analisisnya menggunakan metode

penelitian eksploratif dan deskriptif kualitatif. Adapun data yang dianalisis adalah

dalam bentuk dialog PW dengan W yang mengandung unsur-unsur pragmatik dan

berlatar belakang budaya. Hasil penelitian Budiarsa dkk. (2010) menunjukkan

bahwa sebagian besar ungkapan verbal yang digunakan PW dalam bentuk tindak

tutur langsung dan berfungsi ekspresif.

Makna tuturan secara pragmatik mengungkapkan makna lokusi yang

membentuk tuturan tersebut. Penggunaan jargon dan register oleh PW dalam

kegiatan pemanduan wisata dengan tujuan mempererat hubungan dengan

wisatawan. Dalam artikel ini juga disinggung kesantunan yang menunjukkan

bahwa ungkapan verbal yang digunakan PW sangat santun. Dikatakan lebih lanjut,

bahwa kontak PW dengan wisatawan tidak lepas dari peranan faktor budaya yang

memengaruhi komunikasi antara PW dan W. Tulisan Budiarsa dkk. (2010) ini

sangat relevan dan menambah wawasan untuk melakukan penelitian ini.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

Suamba (2011) dalam tesisnya yang berjudul “Sistem Sapaan Bahasa

Korea pada Komunitas Korea di Denpasar” meneliti bentuk sistem sapaan orang

Korea yang tinggal di kawasan Denpasar. Suamba (2011) meneliti bentuk-bentuk

sapaan bahasa Korea yang terdiri atas nomina kekerabatan, pronominal personal,

faktor-faktor yang memengaruhi digunakannya suatu bentuk kata sapaan, dan

dinamika sistem sapaan bK yang terjadi pada komunitas Korea di Denpasar.

Adapun salah satu contoh penelitian Suamba (2011) yang mendeskripsikan

bentuk-bentuk sapaan bK dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Nomina Kekerabatan

Secara morfologis bentuk sapaan pada nomina kekerabatan terdiri atas

morfem bebas dan terikat. Contoh dalam tabel nomor 1 berikut ini.

Tabel 1. Nomina Kekerabatan

Istilah Menyapa Gloss

Istilah Menyebut Morfem bebas Morfem terikat

Nuna Nuna Nunim „kakak perempuan‟

Hyeong Hyeong Hyeongnim „kakak laki-laki‟

Puchin, aboji appa, aboji Abonim „ayah‟

Mochin, omoni Omma, omani Omonim „ibu‟

Sapaan pada morfem bebas umumnya dipakai pada percakapan bentuk

akrab dan intim pada situasi informal. Apabila morfem bebas diikuti dengan

tambahan imbuhan bentuk hormat –im/-nim, digunakan penutur pada

percakapan bentuk formal resmi atau informal resmi yang menyatakan bentuk

sapaan hormat dan santun kepada lawan tutur.

b. Pronomina Persona (PP)

Bentuk pronomina persona merupakan salah satu bentuk sapaan yang

dipakai untuk kata ganti orang. Dalam bK PP terdiri atas PP1, PP2, PP3.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

Contoh PP1, yaitu kata ganti yang merujuk pada si pembicara. Bentuk PP1

tunggal bK memiliki dua varian, yaitu na/ne dan Je/Jŏi dengan arti yang sama.

Dalam percakapan bentuk na digunakan bila diikuti imbuhan kontras nŭn atau

tanpa imbuhan, sedangkan ne digunakan bila diikuti imbuhan penanda subjek

-ga atau diikuti bentuk posesif. Bentuk Je dan Jŏi memiliki kesamaan makna.

Bentuk Je digunakan bila diikuti imbuhan penanda –ga dan bentuk Jŏi diikuti

oleh imbuhan –nŭn atau –i. Bentuk Je/Jŏi dalam percakapan digunakan untuk

merendahkan diri si pembicara. Bentuk PP1 jamak bK terdiri atas bentuk uri

dan Jŏi. Bentuk uri dapat digunakan berdiri sendiri atau dirangkai dengan

imbuhan jamak –dŭl. Bentuk ini digunakan dalam suatu pembicaraan yang

menunjukkan suatu solidaritas atau dengan orang yang memiliki kedudukan

sederajat. Bentuk Jŏi merupakan bentuk yang digunakan untuk merendahkan

diri dalam pembicaran yang merujuk bentuk hormat.

Dalam tulisan Suamba (2011) juga dijelaskan besarnya faktor kekuasaan

dan solidaritas dalam pemilihan bentuk sapaan bK. Hal tersebut disebabkan oleh

persamaan dan perbedaan faktor usia, status sosial, gender, dan status perkawinan.

Dalam dinamika sistem sapaan masyarakat Korea di Denpasar terjadi beberapa

perubahan, yaitu penyederhanaan pemakaian sapaan, perluasan penggunaan

bentuk sapaan, dan perubahan penggunaaan bentuk sapaan dalam dunia kerja.

Tulisan Suamba (2011) sangat bermanfaat dalam penelitian ini karena

salah satu cara membentuk kesantuan berbahasa adalah penggunaan bentuk

sapaan. Tulisan ini memiliki kesamaan fokus kajian, yaitu sama-sama mengkaji

bahasa Korea. Perbedaannya adalah Suamba (2011) hanya meneliti sistem sapaan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

bK dan mendeskripsikan perubahan, baik penyederhanaan maupun perluasan

sistem sapaan bK yang berhubungan dengan kesantunan berbahasa. Perbedaan

lainnya adalah fokus penelitian yang digunakan oleh Suamba adalah masyarakat

Korea yang ada di Denpasar, sedangkan penelitian ini berfokus pada interaksi

komunikasi P dengan WK.

Lestari (2012) dengan judul buku Tata Bahasa Korea menjelaskan

karakteristik bahasa Korea. Karakteristik bK terbagi menjadi lima. Pertama, pola

kalimat bK adalah S-O-P (subjek-objek-predikat). Kedua, Bahasa Korea

mempunyai berbagai macam imbuhan penanda. Kedudukan kata dalam kalimat

ditentukan oleh imbuhan penanda imbuhan yang melekat padanya. Berkaitan

dengan hal ini, urutan kata dalam kalimat bK menjadi fleksibel. Di mana pun letak

subjek, objek, dan keterangan, kata tersebut akan berfungsi sebagai subjek, objek,

dan keterangan. Perubahan letak kata dalam kalimat tidak memengaruhi

kedudukan dan maknanya meskipun agak janggal terdengar. Ketiga, subjek dapat

dihilangkan jika konteksnya jelas. Keempat, bahasa Korea tidak membedakan

gender. Namun, membedakan tingkat kesopanan berbahasa (politeness, honorific)

dan memperhatikan situasi apakah formal atau informal. Jadi, perhatian dengan

siapa, di mana, dan dalam situasi seperti apa Anda bicara. Kelima, predikat dalam

kalimat bK dibentuk dengan mengonjugasi kata dasarnya (kata-kata dalam kamus

yang berakhir dengan –ta. Perubahan terjadi pada predikat setelah adanya

tambahan sisipan penanda untuk membedakan kala (tenses), tingkat kesopanan

berbahasa, dan konteks situasi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

Buku ini sangat bermanfaat untuk mengungkapkan bentuk kesantunan dan

ketidaksantunan yang diujarkan secara verbal oleh P kepada WK. Perbedaannya,

tulisan Lestari (2012) menggunakan sampel percakapan umum dalam

mendeskripsikan bK, sedangkan penelitian ini secara spesifik mengambil tuturan

lisan P dengan WK yang dipengaruhi konteks budaya dan konteks situasi KPW.

Selanjutnya, buku ini tidak menyertakan unsur suprasegmental dan unsur kinesik

yang menyertai pola ujaran dalam bK.

2.2 Konsep

Konsep dalam penelitian ini memberikan batasan terhadap terminologi

teknis yang merupakan komponen-komponen dari kerangka teori yang dilengkapi

dengan uraian kualitatif. Konsep yang dimaksud mencakup kesantunan berbahasa,

tuturan, tindak tutur, konteks situasi, suprasegmental dan kinesik.

2.2.1 Kesantunan Berbahasa

Sibarani (2004:168) menyatakan bahwa kesantunan berbahasa adalah tata

cara berbahasa seseorang yang dipengaruhi oleh norma-norma budaya suku

bangsa atau kelompok masyarakat tertentu. Tata cara berbahasa seorang P yang

mengikuti norma-norma bahasa dan budaya petutur akan menghasilkan

kesantunan berbahasa dengan tujuan demi kelancaran komunikasi para peserta

komunikasi (komunikator dan komunikan).

Holmes (2001:268) menyatakan bahwa kesantunan berbahasa merupakan

tindakan berbahasa yang menggunakan pilihan-pilihan bahasa yang tepat yang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

didasarkan atas hubungan sosial antara penutur dan petutur sehingga perasaan

petutur tetap terjaga. Sementara itu, Nadar (2009:251) menyatakan bahwa

kesantunan berbahasa adalah tindakan berbahasa yang diambil oleh penutur dalam

rangka meminimalisasi atau mengurangi derajat perasaan tidak senang atau sakit

hati petutur sebagai akibat tuturan yang diungkapkan oleh seorang penutur.

Konsep kesantunan berbahasa Sibarani (2004), Holmes (2001), dan Nadar

(2009) digunakan pada penelitian ini karena dalam interaksi komunikasi P dengan

WK, seorang P melakukan tindakan bertutur lebih memperhatikan penggunaan

pilihan-pilihan bahasa yang tepat yang dilatarbelakangi oleh norma, kaidah, dan

budaya WK. Tujuannya adalah untuk meminimalisasi perasaan tidak senang atau

sakit hati WK sebagai akibat tuturan yang diungkapkan oleh P.

2.2.2 Tuturan

Menurut Kridalaksana (2008:221) tuturan adalah wacana yang

menonjolkan serangkaian peristiwa dalam serentetan waktu tertentu, bersama

dengan partisipan dan keadaan tertentu. Wijana dan Rohmadi (2009:16)

berpendapat bahwa tuturan adalah bentuk tindakan atau aktivitas dan produk

tindak verbal antara penutur dan petutur. Selanjutnya, Chaer (2010:22)

menyatakan tuturan sebagai realisasi dari bahasa. Dalam realisasinya, karena

penutur suatu bahasa terdiri atas berbagai kelompok yang heterogen, maka tuturan

suatu bahasa menjadi tidak seragam. Jadi, tuturan dalam penelitian ini adalah

bentuk tindakan dan produk verbal berupa kata, frase, klausa, dan kalimat yang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

digunakan tidak seragam dalam satu bahasa serta terjadi pada suatu serangkaian

peristiwa dan waktu tertentu antara penutur dan petutur.

2.2.3 Tindak Tutur

Rahardi (2009:6) menyatakan bahwa tindak tutur pada dasarnya

merupakan pernyataan konkret dari fungsi-fungsi bahasa (performance of

language functions). Di dalam kesantunan berbahasa, fungsi dapat pula diartikan

sebagai peran yang dijalankan oleh setiap tuturan dalam suatu tindak tutur.

Dengan kata lain, fungsi mempersoalkan untuk tujuan apa tuturan itu dipilih.

Austin (1962) menyatakan bahwa pada dasarnya sebuah tuturan atau

kalimat tidak saja berfungsi untuk menyatakan sesuatu, tetapi dengan mengatakan

sesuatu juga menyatakan adanya perbuatan atau tindakan yang disebut kalimat

performatif atau tuturan performatif. Menurut Austin (1962) tuturan performatif

tidak mengandung nilai salah dan benar. Pengertian tindak tutur menurut Chaer

(2010:27) adalah tuturan seorang penutur yang bersifat psikologis dan yang dilihat

dari makna tindakan dalam tuturanya itu. Tindak tutur memiliki keterkaitan

dengan makna kesantunan karena tindak berbicara atau mengeluarkan tuturan

yang dilakukan penutur saat berkomunikasi sebenarnya memiliki maksud

melakukan sesuatu. Jadi, tindak tutur dalam penelitian ini berguna untuk

penentuan fungsi dan makna kesantunan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

2.2.4 Konteks Situasi Tutur

Menurut Wijana (1996:9), pada hakikatnya konteks situasi tutur adalah

semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan

lawan tutur. Halliday (1992:16) menyatakan bahwa konteks situasi meliputi tiga

variabel, yaitu medan (field), pelibat (tenor), dan sarana (mode). Medan akan

merujuk apa yang terjadi sebagai gambaran proses sosial, apa yang sedang

dilakukan partisipan dengan bahasa, dan lingkungan tempat terjadinya. Pelibat

akan menunjuk siapa saja yang berperan di dalam kejadian sosial, bagaimana

sifat-sifatnya, status dan peran sosial yang dimiliki. Sarana akan menunjuk pada

apa yang diperankan dengan bahasa, hal yang diharapkan oleh para pelibat

diperankan bahasa dalam situasi itu. Jadi, konteks situasi tutur dalam penelitian

ini adalah semua latar belakang pengetahuan yang terdiri atas medan, pelibat, dan

sarana penggunaan bahasa.

2.2.5 Suprasegmental dan Kinesik

Dalam interaksi berbahasa seorang penutur hendaknya tidak saja dilihat

dari kemampuan berbahasa, tetapi juga diperlukan kemampuan komunikatif, yaitu

mampu menggunakan unsur kebahasaan sesuai dengan aturan-aturan dalam suatu

budaya. Aturan penggunaan bahasa terkait dengan norma suatu budaya dikenal

dengan nama etika berbahasa. Salah satu aturan yang perlu diperhatikan dari etika

berbahasa adalah kualitas suara dan sikap fisik di dalam berbicara (Chaer &

Agustina, 2010;172).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

Kualitas suara berkenaan dengan unsur suprasegmental yang terdiri atas

tekanan kata atau kalimat (stress), nada (pitch), yaitu turun naiknya bunyi dan

jeda (juncture), yaitu mengenai adanya perhentian bunyi. Sikap fisik atau disebut

juga dengan nama kinesik adalah unsur yang melekat pada diri penutur dan

petutur. Kinesik yang berwujud gerak-gerik tubuh, ekspresi muka, gerakan kepala,

gerakan tangan, dan gerakan tubuh dapat menggantikan “maksud” suatu tuturan

(Chaer, 2010:20). Unsur suprasegmental dan kinesik merupakan alat komunikasi

nonverbal dalam berkomunikasi.

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa faktor-faktor yang

memengaruhi santun dan tidaknya P dalam interaksi berbahasa dengan WK

adalah unsur suprasegmental dan kinesik P saat berkomunikasi dengan WK dalam

KPW.

2.3 Landasan Teori

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini menggunakan

perpaduan dua teori dasar, yaitu teori sosiolinguistik dan teori pragmatik.

Perpaduan dari dua teori tersebut menghasilkan kajian bahasa yang dikenal

dengan nama sosiopragmatik. Teori sosiolinguistik yang digunakan adalah teori

variasi tutur (bahasa) oleh Park (1984), Byon (2009), dan Brown (2011) serta

etika berbahasa oleh Masinambouw (dalam Chaer,2010). Teori-teori tersebut

digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab masalah nomor (2) dan (4), yaitu

bentuk-bentuk satuan verbal yang digunakan P dan faktor-faktor yang

memengaruhi kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa. Teori pragmatik terdiri

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

atas teori strategi pengancaman muka oleh Brown dan Levinson (1978) serta teori

tindak tutur oleh Austin (1962 ; 1983) dan Searle (1983) digunakan dalam

penelitian ini untuk menjawab masalah nomor (1) dan (3), yaitu bagaimana

penerapan strategi kesantunan dan fungsi serta makna kesantunan P dengan WK

dalam KPW. Teori kerja sama Grice (1975) dan teori kesantunan Leech (1983)

sebagai bawahan dari teori pragmatik digunakan untuk menjawab permasalahan

nomor (2) dan (3). Teori-teori tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

2.3.1 Teori Sosiolinguistik

Holmes (2001:1) menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian bahasa

yang mengkaji hubungan bahasa dengan masyarakat, yang bertujuan untuk

menjelaskan variasi bahasa yang digunakan dalam konteks situasi sosial yang

berbeda, mengidentifikasikan fungsi-fungsi sosial bahasa, dan cara-cara yang

digunakan untuk menyampaikan makna sosial. Teori sosiolinguistik yang

digunakan pada penelitian ini adalah teori variasi tutur dan teori etika berbahasa

yang dapat diuraikan sebagai berikut.

2.3.1.1 Teori Variasi Tutur

Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri atas berbagai orang

dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama

(Chaer, 2012;55). Karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama,

maka bahasa yang digunakan menjadi bervariasi atau beragam. Pada saat KPW

variasi tutur yang digunakan oleh P terkait dengan variasi tutur bidang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

kepramuwisataan dan pariwisata. Variasi ini dapat dikatakan sebagai variasi

penggunaan tutur pada bidang profesi. Terkait dengan bidang profesi pramuwisata

dan pariwisata dapat dijabarkan menjadi beberapa variasi tutur. Adapun variasi

yang sesuai dengan penelitian ini terdiri atas (1) ragam atau stlye, (2) register,

dan (3) jargon.

1) Ragam atau style

Park (1984:57--58) menjelaskan bahwa ragam atau style dalam bK

mengacu kepada situasi yang berhubungan dengan situasi pertuturan dan status

sosial lawan tutur. Berdasarkan ragam tuturannya (style of speech), bK dapat

dibedakan menjadi empat ragam tutur, yaitu sebagai berikut.

a) Tuturan hormat resmi (the formal polite style) digunakan pada saat berbicara

kepada orang asing, kenalan, dan orang yang memiliki status sosial serta

pekerjaan yang lebih tinggi. Bentuk ini juga digunakan kepada status sosial

yang lebih rendah dalam situasi formal (Park, 1984:58).

b) Tuturan hormat tidak resmi (the informal polite style) secara umum

digunakan ketika berbicara dengan orang yang memiliki status sosial lebih

tinggi daripada penutur. Tingkat status profesi yang lebih tinggi, seperti

dokter, manajer, atau guru. Bentuk ini digunakan dalam konteks situasi

informal (Park, 1984:166).

c) Tuturan netral (the plain style) juga dikenal dengan nama ordinary style atau

familiar style yang digunakan di kalangan mahasiswa, pekerja, prajurit,

pelayan dalam situasi antara penutur dan petutur memiliki hubungan

persahabatan atau pertemanan akrab. Tuturan ini juga digunakan dengan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

teman yang benar-benar dekat atau ketika berbicara dengan orang yang

memiliki status sosial rendah. Orang asing jarang menggunakan tuturan ini,

kecuali ketika berbicara kepada anak-anak (Park,1984:356).

d) Tuturan intim (the intimate style) merupakan gaya tutur yang paling rendah.

Bentuk ini umumnya digunakan oleh penutur yang memiliki keterkaitan

hubungan yang sangat erat, misalnya antara suami dan istri, orang tua dengan

anak, hubungan keluarga dengan tingkat usia yang sama atau tidak terlampau

jauh. Bentuk ini kadang kala digunakan oleh penutur pada saat keadaan

emosional tertentu, seperti marah, memaki, atau mengejek. Umumnya

bentuk ini jarang digunakan oleh orang asing (Park, 1984:432).

Pemilihan penggunaan ragam tutur bK bukanlah berkenaan dengan isi

pembicaraaan, tetapi berkaitan dengan kesantunan bertutur yang ditujukan kepada

mitra tutur. Dalam lingkup sosial dan budaya masyarakat Korea, kesantunan

berbahasa dipengaruhi oleh perbedaan usia, status sosial, status pekerjaan, dan

hubungan kedekatan dengan lawan tutur. Dari segi penggunaannya, kesantunan

bK dapat ditentukan pada penggunaan ujaran bentuk hormat (honorific) bK.

Brown (2011:17) menyatakan ujaran bK terbagi menjadi dua, yaitu:

ujaran bentuk hormat (choŭndaemal) dan ujaran bentuk umum (banmal). Ujaran

bentuk hormat (choŭndemal) digunakan pada situasi formal dan informal dengan

tujuan menghormati mitra tutur, sedangkan ujaran bentuk umum (banmal)

digunakan pada situasi informal dan hanya digunakan apabila hubungan antara

penutur dan petutur memiliki hubungan yang erat. Tuturan hormat resmi dan

tuturan hormat tidak resmi merupakan bagian dari ujaran bentuk hormat

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

(choŭndaemal) dan ujaran bentuk umum (banmal) terdiri atas tuturan netral dan

tuturan intim ( Brown, 2011 : 22).

Perbedaan penggunaan bentuk ujaran dan ragam tuturan bK yang santun

dapat diamati dari tataran morfologi dan sintaksis bK. Tataran morfologi bK

terkait dengan struktur internal kata atau leksikal bK dan tataran sintaksis terkait

dengan kesantunan gramatikal bK yang diwujudkan dengan bentuk satuan verbal

kata, frase, klausa, dan kalimat. Bentuk satuan verbal terkait dengan kesantunan

bK pada tataran morfologi dan sintaksis dapat dipaparkan sebagai berikut.

Secara leksikal, kata dalam bK dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

kata dasar (uninflected word) dan kata jadian (inflected word). Menurut Byon

(2009:16), kata adalah unit dasar yang membentuk kalimat. Kata dasar adalah kata

yang dibangun dari satu morfem bebas, sedangkan kata jadian adalah kata yang

dibangun dari dua morfem atau lebih baik dari proses penambahan imbuhan

penanda, pemajemukan maupun penggabungan kata ( Byon, 2009:15).

Kesantunan verbal bK dalam bentuk kata dasar (uninflected word) dapat

ditentukan berdasarkan penggunaan ragam ujaran bentuk hormat (choŭndaemal)

dan ujaran bentuk umum (banmal) (Brown, 2011:17). Perbedaan kedua jenis

bentuk ragam ujaran tersebut dapat diamati pada kata dasar. Sebagai contoh

perbedaan kata dasar dilihat dari kedua jenis ujaran tersebut dapat digambarkan

pada tabel nomor (2) berikut ini.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

Tabel 2. Perbedaan Kata Dasar dari Dua Ragam Ujaran

Bentuk Umum ( Banmal) Bentuk Hormat (Choŭndemal) Arti kata

„mŏgda‟( Verb) „siksa‟( Verb) Makan

„allida‟ (verb) „aloeda(Verb) Menginformasikan

„malhada‟( Verb) „yŏjjuda‟( Verb) Memanggil

„juda‟( Verb) „terida‟(Verb) Memberi

„nega‟(Noun) „Joi‟(Noun) Saya

Kesantunan pada bentuk kata jadian (inflected word) atau kata berimbuhan

meliputi hal-hal berikut. Pertama, honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan

imbuhan sufiks bentuk hormat –im/-nim pada bagian subjek. Kedua, pada kata

kerja akan diberikan penanda imbuhan infiks bentuk hormat -si-. Penggunaan

bentuk honorifik ini disesuaikan dengan faktor usia, derajat kedekatan hubungan

pembicara dan lawan bicara, serta posisi sosial. Ketiga, speech level dipakai

dengan memilih bentuk imbuhan akhiran pada kata kerja dasar sesuai dengan

kondisi dan situasi terjadinya suatu tuturan.

Kata majemuk adalah gabungan morfem dasar atau leksem yang

seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal,

dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan

(Kridalaksana, 2008:111). Kata majemuk juga memiliki pengertian gabungan dua

kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak dapat disisipi kata lain atau

dipisahkan strukturnya karena akan memengaruhi arti suatu kata tersebut (Byon,

2009:16). Kata majemuk sebagai komposisi memiliki makna baru atau memiliki

satu makna tetapi maknanya masih dapat ditelusuri secara langsung dari kata-kata

yang digabungkan. Contoh, gyongchal „polisi‟ yang masih dapat ditelusuri dari

makna gyong „petugas‟ dan chal „baik‟.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

Pada tataran sintaksis bK dapat ditentukan dari kesantunan gramatikal bK

yang terdiri atas satuan verbal kata, frase, klausa, dan kalimat. Secara umum, kata

memiliki peranan pada fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan sebagai

perangkai dalam penyatuan satuan-satuan dari satuan sintaksis. Selain dari ketiga

peranan tersebut, kata juga berfungsi sebagai penanda kesantunan gramatikal

dalam suatu kalimat. Ciri penanda kesantunan gramatikal bK pada bentuk kata

meliputi : a) penggunaan kata dasar bentuk hormat choundemal ; b) penanda

imbuhan baik infik maupun sufiks pada kata kerja dasar yang menunjukkan

bentuk hormat; c) penggunaan kata sapaan, nomina kekerabatan, dan pronomina

personal dalam bentuk hormat choundemal.

Frase bK terdiri atas dua kata atau lebih dan dapat digantikan dengan kata

yang sama secara fungsi sintaksis dan nonpredikatif (Lee,1989:112). Perbedaan

frase dan kata majemuk adalah frase tidak memiliki makna baru, melainkan

makna sintaktik atau makna gramatikal. Contoh, sugopi „uang jasa pelayanan‟

yang masih dapat ditelusuri dari makna sugo „jasa pelayanan‟ dan pi „uang/biaya‟.

Pembentukan frase bK berupa morfem bebas bukan berupa morfem terikat. Frase

bersifat nonpredikatif yang berarti hubungan antara kedua unsur yang membentuk

frase itu tidak berstruktur subjek-predikat atau berstruktur predikat-objek.

Terdapat tiga jenis frase dalam bK, yaitu : frase nominal, frase verbal, dan frase

hubungan. Ketiga jenis frase tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

(1) Frasa Nominal

Frasa nominal bersifat endosentris yang terdiri atas satu atau lebih nominal

atau secara sintaksis memiliki kesamaan yang berfungsi sebagai inti dan bagian

yang lain sebagai anak inti (Lee.1989:112).

Sebagai contoh :

a. Se jib [ rumah baru]

b. Hakseng gwa sŏnsengnimŭn kyosile iss eyo [ murid dan guru ada di kelas]

Pada contoh (a) se jib merupakan frasa nominal. Kata jib sebagai inti dan

se sebagai anak inti. Contoh (b) merupakan frasa nominal yang terdiri atas dua

atau lebih kata benda sebagai inti yang dihubungkan dengan kata penghubung.

Frase Hakseng gwa sŏnsengnimŭn sebagai inti frase dan kyosile iss eyo sebagai

anak inti.

(2) Frase verbal

Frasa verbal dalam sintaksis merupakan hal yang terpenting dalam bahasa

Korea. Fungsi ini ditentukan pada kata kerja dasar dan diikuti dengan infleksi

sufiks pada kata kerja (Lee,1989:123). Fungsi (nukleus) inti terletak pada kata

kerja dasar, verbal transitif, atau gabungan antara verba transitif dan intransitif.

Posisi penjelas dari inti (satelite) terletak pada infleksi sufik yang mengikuti kata

kerja dasar.

Contoh :

1. Frase verba dengan inti+anak inti

a. kago sipda [ saya] mau pergi

I Ai

Pergi mau

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

b. siktange mŏkgo sipehago [ saya ] mau makan di restoran

adv I Ai

direstoran makan mau

Pada contoh diatas, kata kerja dasar berfungsi sebagai inti dan imbuhan

sufiks yang mengikuti kata kerja dasar merupakan anak inti dari frasa verbal.

2. Verbal Transitif dan intransitif sebagai inti

Contoh :

a. Babŭl anja mŏgana? Apakah [kamu] makan nasi sambil duduk ?

O V.itr V.tr

I

Nasi duduk makan apa? ( Lee,1989:125)

Pada contoh di atas verba intransitif dan transitif merupakan inti (nukleus)

pada frase verba.

(3) Frase relasional

Frase relasional terdiri atas unsur inti yang diisi oleh kata benda atau kata

nominal yang dilekatkan dengan imbuhan sufiks sebagai penanda keterangan atau

penanda penghubung. Adapun penanda imbuhan sufiks pada frasa relasional,

seperti –e (di), -ro (menuju),- man (hanya), -dasipi (seperti yang anda tahu), - esŏ

(di). Adapun penggunaan frase hubungan keterangan seperti contoh di bawah ini.

a. Jibe isse [ dia ] ada di rumah

b. Sinero kayo [ dia ] pergi ke kota

Kesantunan bentuk frase ditentukan dengan gabungan kata yang bersifat

nonpredikatif yang memiliki makna lebih santun dibandingkan dengan bentuk

kata, gabungan kata atau frase yang lain. Disamping itu, kesantunan bentuk frase

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

ditentukan dengan penanda imbuhan sufiks yang dilekatkan pada salah satu kata

dalam frase tersebut.

Selain bentuk kata dan frase, kesantunan bK juga ditentukan dengan

satuan verbal klausa. Klausa bK dapat di bagi menjadi dua tipe, yaitu: „Final

Clause‟ dan „Non-Final Clause‟. Final Clause memiliki predikat inflektif dengan

penambahan akhiran berupa infleksional imbuhan dan dapat berdiri sendiri serta

dapat dikatakan sebagai kalimat sederhana. Setiap Non-final Clause memiliki

predikat dengan tanpa penambahan imbuhan afiksasi pada kata kerja dan dapat

terjadi dengan sendirinya sebagai suatu kalimat (Lee,1989:149).

Contoh dua tipe klausa di atas adalah sebagai berikut.

1) Final clause

„Cegŭl bobsida‟ “Let‟s look at the book”

P

2) Non- Final clause

„ cegŭl bom‟ “ looking at the book”

P

Terkait dengan kesantunan bK, tipe final clause adalah bentuk klausa yang

santun karena disertai dengan penanda imbuhan berupa infleksional imbuhan.

Penggunaan infleksional imbuhan pada satuan klausa bertujuan untuk

menghormati lawan tutur. Dengan tujuan tersebut dapat diketahui bahwa bentuk

klausa yang disertai infleksional imbuhan digunakan penutur kepada lawan tutur

yang statusnya lebih tinggi baik pada kondisi formal maupun informal. Bentuk

klausa yang santun diujarkan dengan menggunakan ragam tuturan hormat resmi

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

(the formal polite style) dan tuturan hormat tidak resmi (the informal polite

style).

Pada Non-final Clause dengan tanpa penanda imbuhan berupa

infleksional imbuhan cenderung kurang santun karena digunakan dalam situasi

informal dan hubungan penutur dan petutur memiliki hubungan yang erat, seperti

hubungan kekeluargaan dan persahabatan. Bentuk klausa yang kurang santun

diujarkan dengan menggunakan ragam tuturan netral (the plain style) dan tuturan

intim (the intimate style).

Ragam tutur bK yang keempat dapat ditunjukkan pada satuan verbal

kalimat. Secara umum karakteristik kalimat bK memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

(1) pola kalimat bK adalah S-O-P (subjek-objek-predikat), (2) fungsi kata bK

dalam suatu kalimat ditentukan oleh imbuhan penanda imbuhan yang melekat

padanya, (3) urutan kata dalam kalimat bK fleksibel. Dimanapun letak subjek,

objek, dan keterangan kata tersebut akan berfungsi sebagai subjek, objek, dan

keterangan, (4) perubahan letak kata dalam kalimat tidak mempengaruhi

kedudukan dan maknanya meskipun agak janggal terdengar, (5) Subjek dapat

dihilangkan jika konteksnya jelas, (6) bahasa Korea tidak membedakan gender,

tetapi membedakan tingkat kesopanan berbahasa (politeness, honorific) dan

memperhatikan situasi apakah itu formal atau informal. Jadi, perhatian dengan

siapa, di mana, dan dalam situasi seperti apa anda bicara, (7) predikat dalam

kalimat bK di bentuk dengan mengkonjugasi kata dasar berakhiran –ta (6)

Perubahan yang terjadi pada predikat setelah adanya tambahan imbuhan penanda

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

sufiks berfungsi untuk membedakan kala (tenses), tingkat kesopanan berbahasa,

dan konteks situasi ( Lestari, 2012: xvi)

Kesantunan gramatikal pada kalimat bK meliputi : (a) Fungsi predikat

pada kalimat menggunakan kata kerja dasar bentuk hormat choŭndemal, (b) Pada

fungsi subjek menggunakan pronomina persona bentuk hormat choŭndemal, (c)

penggunaan penanda honorifik pada fungsi subjek, yaitu dengan penanda imbuhan

sufiks bentuk hormat –im/-nim pada nama seseorang, kata sapaan, dan nomina

kekerabatan, (d) memberi penanda bentuk hormat, yaitu dengan imbuhan sisipan

infiks -si- pada fungsi predikat, dan (e) Tipe kalimat menggunakan ragam tutur

hormat resmi dan hormat tidak resmi yang ditandai dengan penanda imbuhan

sufiks pada kata kerja berimbuhan yang disesuaikan dengan modus kalimat dan

konteks situasi tutur.

a. Contoh kalimat yang santun dapat digambarkan sebagai berikut.

Kim Kyosunimi bangeso ajik chumusimnikka ?

S Ket P

„ Prof Kim dikamar masih tidur ?

Pada kalimat tanya di atas menunjukkan kesantunan gramatikal bK, yaitu

(a) Fungsi predikat pada kalimat menggunakan bentuk hormat choŭndemal, yaitu

chumuda „tidur‟, (b) penggunaan penanda honorifik pada fungsi subjek, yaitu

dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat -nim pada kata Kim

Kyosunimi „Prof Kim”, (d) memberi penanda bentuk hormat, yaitu dengan

imbuhan sisipan -si- pada fungsi predikat ajik chumusimnikka ? „masih tidur ?‟,

dan (e) menggunakan ragam tutur hormat resmi ditandai dengan penanda imbuhan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

sufiks –mnikka pada kata kerja chumusimnikka ? yang disesuaikan dengan modus

kalimat tanya.

Tuturan atau kalimat kurang santun dapat ditunjukkan dengan struktur

gramatikal kalimat sebagai berikut. (a) Fungsi predikat menggunakan kata kerja

dasar bentuk umum banmal, (b) tidak menggunakan penanda honorifik pada

fungsi subjek, yaitu tanpa imbuhan sisipan bentuk hormat –im/-nim pada kata

sapaan dan nomina kekerabatan, dan (c) menggunakan ragam tutur netral (the

plain stlye) dan ragam tutur intim (the intimate stlye) yang ditandai dengan

penanda imbuhan sufiks pada kata kerja yang disesuaikan dengan modus kalimat

dan konteks situasi tutur.

b. Contoh kalimat yang kurang santun dapat dipaparkan sebagai berikut.

Kŭ siktangero mŏgja

S Ket P

„ Mari ke restoran itu makan”

Kalimat propositif di atas cenderung kurang santun dapat ditunjukkan

dengan tatanan gramatikal kalimat sebagai berikut. (a) Fungsi predikat

menggunakan kata kerja dasar bentuk umum banmal, yaitu mŏgda „makan‟, dan

(b) menggunakan ragam tutur netral (the plain stlye) yang ditandai dengan

penanda imbuhan sufiks –ja pada kata kerja mŏgda yang disesuaikan dengan

modus kalimat propositif. Pada tabel nomor (3) dibawah ini dapat ditunjukkan

bentuk tabel ragam tuturan bK dan perbedaan penggunaan penanda imbuhan

sufiks yang dilekatkan pada kata kerja dasar yang disesuaikan dengan modus

kalimat.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

Tabel 3. Ragam Tuturan pada Modus Kalimat

Style of speech Interogatif Deklaratif Imperatif Propositif

The Formal-

Polite style

-mnikka/-emnikka -mnida/-emnida -sipsio/esipsio -psida/epsida

The Informal-

Polite style

- yo/-eyo -yo/-eyo -yo/-eyo - yo/-eyo

The Plain style -ŭnya/-nya –nda/-da - ŏra/-yŏra - ja

The Intimate

style

-ŏ /-a -ŏ /-a -ŏ /-a -ŏ /-a

Korelasi antara struktur kesantunan gramatikal bK dengan struktur

pragmatik, yaitu santun dan kurang santunnya suatu kalimat dapat diketahui dari

struktur gramatikal bK yang digunakan oleh penutur. Kesantunan dan

ketidaksantunan ujaran atau kalimat yang digunakan dapat diketahui dari

pemilihan ragam ujaran yang digunakan, yaitu penanda imbuhan pada fungsi

subjek dan predikat. Dari struktur kesantunan gramatikal, yaitu penanda imbuhan

sufiks pada ragam tuturan dan dengan modus kalimat yang digunakan oleh si

penutur dapat diidentifikasi status sosial, kedudukan, dan hubungan sosial antara

penutur dengan petutur dalam suatu komunikasi.

2) Register

Wardhaugh (1986:48) memahami register sebagai pemakaian kosakata

khusus yang berkaitan dengan jenis pekerjaan dan kelompok sosial tertentu.

Halliday (1992:58--59) mengungkapkan ciri-ciri register sebagai berikut.

1. Variasi bahasa berdasarkan penggunaan dan ditentukan berdasarkan apa

yang sedang dikerjakan (sifat kegiatan yang menggunakan bahasa).

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

2. Mencerminkan proses sosial (berbagai kegiatan sosial)

3. Register menyatakan hal yang berbeda sehingga cenderung berbeda dalam hal

semantik, tata bahasa, dan kosakata.

Jadi, dalam penelitian ini register dimaksudkan pemakaian kosakata khusus yang

berkaitan dengan pekerjaan dalam bidang kepramuwisataan yang mencerminkan

salah satu bentuk proses kegiatan sosial.

3) Jargon

Jargon ialah kosakata yang khas yang dipakai dalam bidang kehidupan

tertentu (Kridalaksana, 2008:98). Jargon merujuk kepada topik atau ranah

pembicaraannya. Dalam hal ini jenis tutur khas yang dengan cepat terlintas dalam

pikiran peserta pertuturan ialah penggunaan idiom-idiom dan kosakata yang khas,

yang secara langsung berhubungan dengan topik pembicaraan ialah leksikon yang

khas itu, yang dapat disebut jargon (Poedjosoedarmo, 2003:228). Beberapa

jargon dalam bK yang terkait dengan profesi pramuwisata misalnya, hothel,

yoehengsa, gwang-gwangji, dan sebagainya.

2.3.1.2 Etika Berbahasa

Etika berbahasa atau tata cara berbahasa berkaitan erat dengan pemilihan

kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam satu

masyarakat. Etika berbahasa, antara lain akan “mengatur” (a) apa yang harus di

katakan pada waktu dan keadaan tertentu kepada seorang partisipan tertentu

berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu; (b) ragam

bahasa apa yang paling wajar digunakan dalam situasi dan budaya tertentu ; (c)

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

kapan dan bagaimana menggunakan giliran berbicara; (d) kapan harus diam; (e)

bagaimana kualitas suara dan sikap fisik di dalam berbicara ( Chaer & Agustina,

2010:172).

Butir-butir “aturan” etika berbahasa yang disebutkan di atas tidaklah

merupakan hal yang terpisah, tetapi merupakan bagian dari tindak laku berbahasa.

Butir (a) dan (b) menjelaskan aturan sosial berbahasa sebagai sesuatu yang

menjadi inti pertuturan, yaitu “siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa,

tentang apa, kapan, di mana, dan dengan tujuan apa”. Butir (c) dan (d)

menerangkan bahwa sebagai orang yang dapat berbahasa, kita tidak seenaknya

menyela pembicaraan seseorang; untuk menyela harus diperhatikan waktunya

yang tepat, dan tentunya juga memberikan isyarat terlebih dahulu. Butir (e) adalah

kualitas suara dan sikap fisik di dalam berbicara. Kualitas suara berkenaan dengan

unsur suprasegmental yang terdiri atas tekanan kata atau kalimat (stress), nada

(pitch), yaitu turun naiknya bunyi, dan jeda (juncture) yaitu, mengenai adanya

perhentian bunyi. Secara umum semuanya terangkum dalam istilah intonasi

kalimat (Chaer, 2010:20). Sikap fisik disebut juga dengan nama kinesik. Kinesik

adalah unsur yang melekat pada diri penutur dan petutur. Wujud kinesik berupa

gerak-gerik tubuh, ekspresi muka, gerakan tangan, dan gerakan tubuh dapat

menggantikan “maksud” suatu tuturan (Chaer, 2010:20). Unsur suprasegmental

kinesik merupakan alat komunikasi nonverbal dalam berkomunikasi. Etika

berbahasa dan kesantunan berbahasa memiliki hubungan yang saling melengkapi,

yaitu kesantunan berbahasa berkenaan dengan substansi bahasanya, sedangkan

etika berbahasa lebih berkenaan dengan perilaku di dalam bertutur (Chaer,

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

2010:6). Kesantunan nonverbal dilakukan dengan tindakan nonkebahasaan yang

dianggap santun menurut tolak ukur nilai budaya suatu masyarakat yang serta

merta terkandung tuturan yang menyertai tindakan itu.

2.3.2 Teori Pragmatik

Menurut Nadar (2009: 2), pragmatik merupakan cabang linguistik yang

mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Definisi pragmatik

juga diberikan oleh Leech (1983:X) yang menyatakan bahwa pragmatik adalah

ilmu yang mempelajari bagaimana suatu ujaran bermakna dalam situasi tertentu.

Pragmatik mengkaji makna yang terikat dengan konteks (1996:6). Konteks yang

dimaksud adalah siapa, di mana, kapan, dengan apa, mengapa, dan dengan tujuan

apa tuturan tersebut digunakan. Adapun teori-teori pragmatik yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi (1) teori tindak tutur yang pertama kali oleh Austin

(1962), (2) teori pengancaman muka oleh Brown dan Levinson (1978), (3) teori

kerja sama oleh Grice (1975), dan (4) teori kesantunan oleh Leech (1983).

2.3.2.1 Teori Tindak Tutur

Tindak tutur atau speech act pertama kali diperkenalkan oleh Austin

(1962). Sebuah tuturan tidak saja menyatakan sesuatu, tetapi juga bermaksud

melakukan sesuatu yang disebut dengan tuturan performatif. Semua tuturan

bersifat performatif yang berarti melakukan suatu tindakan (action) alih-alih

hanya mengatakan sesuatu tentang dunia. Teori ini lalu dilanjutkan oleh Searle

(1969) dalam buku berjudul Speech Act: An Essay In The Philosophy of Language.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

Searle (1969) mengemukakan bahwa tindak tutur terbagi menjadi tiga jenis

tindakan yang dapat diwujudkan oleh penutur, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi,

dan tindak perlokusi (Searle,1969:23--24; Rahardi, 2005:34--36). Ketiga jenis

tindak tutur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Tindak lokusi (locutionary act ) adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan

kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu.

Tindak lokusi dapat disamakan dengan tindak tutur langsung karena

menyatakan sesuatu secara langsung (the act of saying something).

2) Tindak ilokusi (ilocutionary act) adalah tindak bertutur untuk melakukan

sesuatu, seperti memberikan perintah, pernyataan, meminta maaf mengucapkan

terima kasih, dan lain-lainnya. Tindak ilokusi dapat disamakan dengan tindak

tutur tidak langsung karena tuturan itu secara tidak langsung menyatakan

sesuatu (the act of doing something).

3) Tindak perlokusi (perlocutionary act) adalah tindak bertutur yang bertujuan

untuk memberikan efek tertentu pada lawan bicara. Efek ini dapat secara

sengaja (langsung) atau secara tidak sengaja (secara tidak langsung) dibuat

oleh penuturnya. Sebagai contoh tindak perlokusi, yaitu memengaruhi lawan

bicara atau mengubah pandangan lawan bicara (the act of affecting someone)

(Leech,1983:176).

Makna dalam tindak tutur adalah maksud dari ujaran yang dituturkan.

Dalam mengucapkan suatu tuturan, seseorang dapat melakukan tiga jenis tindak,

yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Dapat dikatakan bahwa

pembicara bertutur dengan arti tertentu (lokusi) dengan daya tertentu (ilokusi)

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

agar diperoleh efek tertentu dari petutur (perlokusi) (Levinson,1983:236; Simpen,

2008:30). Ketiga makna tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a) Makna lokusional merupakan makna yang muncul dari makna leksikal kata

yang sesungguhnya. Makna lokusional juga dipengaruhi oleh maksud, niat,

dan tujuan penutur dalam bertutur. Faktor perbedaan budaya antara penutur dan

petutur dan konteks situasi penutur juga sangat menentukan makna tindak tutur

tersebut. Perwujudan makna lokusional pada tindak tutur dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu sebagai berikut. Pertama, tuturan dengan makna langsung,

yaitu tuturan yang bermakna tersurat sama dengan makna tersirat. Kedua,

tuturan dengan makna tidak langsung, yaitu makna yang tersurat berbeda

dengan makna tersiratnya.

b) Makna ilokusional adalah makna tindak tutur yang terkandung dalam sebuah

tuturan. Perwujudan makna ilokusional merupakan makna tindak tutur yang

terkandung dibalik makna leksikal kata yang sesungguhnya (makna secara

tidak langsung). Oleh sebab itu, ilokusional sebuah tindak tutur dapat berbeda

atau sama dengan makna lokusinya. Suatu tuturan bermakna ilokusional sangat

tergantung pada maksud dan tujuan penuturnya (Searle,1969:24-25; Wijana

dan Rohmadi,2009:20-24).

c) Makna perlokusional merujuk pada dampak yang timbul akibat dari tuturan

yang diujarkan oleh penutur. Perwujudan makna perlokusional merupakan efek

atau akibat yang diharapkan dari makna ( tindak) ilokusional. Daya pengaruh

tindak perlokusional dapat dilakukan penutur, baik secara langsung maupun

tidak langsung tergatung dari cara penutur bertutur. Sebuah tindak tutur ilokusi

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

dapat mengandung makna perlokusional yang berbeda-beda. Perbedaan ini

dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain konteks situasi penutur,

hubungan sosial, budaya penutur, dan pengetahuan serta pengalaman penutur

( Searle,1969: 25-26 ; Wijana dan Rohmadi, 2009: 20--24).

Kesantunan merupakan salah satu fungsi yang dapat dilakukan oleh

bahasa. Di dalam kesantunan berbahasa, fungsi dapat pula diartikan untuk tujuan

apa tuturan itu dipilih. Adapun fungsi kesantunan berbahasa didasarkan pada

fungsi-fungsi tindak tutur dari Searle (1969) dalam Levinson (1983:240), seperti

yang diuraikan berikut ini.

1) Ekspresif (expressives) berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan

sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih,

memberikan salam, dan meminta maaf.

2) Direktif (directives) berfungsi direktif, yaitu tuturan yang diucapkan oleh si

penutur dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang

disebutkan dalam tuturan itu, misalnya menyuruh, memohon, menuntut, dan

lain-lainnya.

3) Komisif (commisives) berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran,

misalnya berjanji, bersumpah, dan menawarkan sesuatu.

4) Representatif (asertif) berfungsi pada penutur untuk mengikat penutur pada

kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya melaporkan atau

menyatakan sesuatu, mengeluh, dan sebagainya.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

5) Deklaratif (declaratives) berfungsi untuk menghubungkan isi tuturan dengan

kenyataannya, misalnya memecat, berpasrah, mengangkat, dan lain

sebagainya.

2.3.2.2 Teori Pengancaman Muka oleh Brown dan Levinson (1978)

Brown dan Levinson (1978) dalam tulisannya berjudul Universals in

Language Usage: Politenes Phenomena mengungkapkan teori kesantunan diukur

berdasarkan teori nosi “muka” (face). Menurut kedua penulis ini, muka adalah

citra diri di hadapan publik yang ingin dimiliki oleh setiap orang. Brown dan

Levinson (1978) membagi nosi “muka” menjadi dua jenis, yaitu muka negatif

dan muka positif. Muka negatif mengacu kepada keinginan setiap orang untuk

tidak diganggu dan apa yang diinginkan tidak dihalangi oleh orang lain. Muka

positif adalah sebaliknya, yakni mengacu pada keinginan untuk disukai, dihargai,

dan diakui oleh orang lain. Konsep muka ini berlaku universal.

Brown & Levinson (1978) berpendapat dalam berkomunikasi tidak dapat

dihindari adanya pengancaman muka, yaitu perilaku yang merusak muka

pembicara dengan cara melakukan oposisi (Sosiowati, 2013:88). Pengancaman

muka ini terjadi karena adanya pelanggaran atas tindak tutur (speech act) dan

indeksial expression oleh penutur pada suatu konteks situasi tutur tertentu.

Indeksial expression yang dimaksud adalah penggunaan kata sapaan, nomina

kekerabatan, dan pronomina personal yang diujarkan oleh penutur. Untuk

mengurangi keterancaman muka tersebut maka diterapkanlah suatu strategi.

Brown & Levinson (1978) mengemukakan empat strategi untuk meminimalkan

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

pengancaman muka (face threatening act (FTA), yaitu (1) melakukan tindak

ujaran langsung; (2) melakukan tindak ujaran dengan menggunakan kesantunan

positif; (3) melakukan tindak ujaran dengan menggunakan kesantunan negatif;

dan (4) melakukan tindak ujaran tidak langsung ( off record )

Adapun empat strategi untuk meminimalkan ancaman muka dapat

dipaparkan sebagai berikut.

1) Melakukan Tindak Ujaran Langsung ( bald on record)

Strategi ini diterapkan apabila keinginan pembicara untuk melakukan

pengancaman muka dengan efisiensi maksimal melebihi keinginannya untuk

memuaskan muka lawan bicaranya (Brown & Levinson, 1978:100). Strategi

yang digunakan dalam tindak ujaran langsung adalah bentuk ujaran langsung

seperti kalimat larangan langsung.

Contoh :” Wash your hands…before eat” (Brown & Levinson, 1978:105)

Pada ujaran di atas penutur secara langsung melakukan tindak ujaran

langsung kepada lawan tutur, seperti situasi sebelum makan.

2) Melakukan Tindak Ujaran dengan Menggunakan Kesantunan Positif

Kesantunan positif langsung ditujukan kepada muka positif lawan bicara,

keinginan lawan bicara dianggap sebagai sesuatu yang juga diinginkan oleh

pembicara; apa yang diinginkan oleh lawan bicara juga merupakan hal yang

diinginkan oleh pembicara (Brown & Levinson, 1978:106). Adapun strategi-

strategi untuk kesantunan positif (Brown &Levinson, 1978: 108--134), yaitu

sebagai berikut.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

a) Memerhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan lawan tutur

Contoh: “Your blouse is very good, where was it bought ?” (Brown &

Levinson, 1978:109)

Penutur mengetahui bahwa lawan tuturnya memiliki pakaian yang bagus.

Jadi, dia memuji pakaian lawan bicaranya untuk menyenangkan mitra

tuturnya.

b) Menunjukkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur

Contoh: “What a fantastic garden you have!” (Brown & Levinson,

1978:109)

Pujian itu diucapkan oleh penutur pada lawan tuturnya sebagai usaha

menyenangkan hati mitra tuturnya meskipun taman itu biasa-biasa saja.

c) Menguatkan minat lawan tutur

Contoh: “I come down the stairs, and what do you think I see? – a

hugemess all overthe place, the phone‟s off the hook and clothes are

scattered allover...” (Brown & Levinson, 1978:111)

Pertanyaan “...dan tahukah kau apa yang saya lihat?” tuturan ini

digunakan untuk meningkatkan minat mitra tutur untuk mendengarkan dan

juga membagi pengalaman dengan mitra tutur.

d) Menggunakan penanda identitas kelompok

Contoh: “Bring me your dirty clothes to wash, honey” (Brown & Levinson,

1978:113)

Dengan menggunakan kata sapaan “sayang”, penutur memasukkan mitra

tutur ke dalam identitas kelompoknya.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

e) Mencari persetujuan

Contoh: A : “John went to London this weekend !”

B : “To London!” (Brown & Levinson, 1978:118).

Pada saat mengatakan “John telah pergi ke London minggu ini”,

A bermaksud mendapat persetujuan dari B dan B memberikan persetujuan

dengan mengatakan “ke London”.

f) Menghindari ketidaksetujuan

Contoh: A : “That‟s where you live, Florida?”

B : “That‟s where I was born” (Brown & Levinson,1978:119).

Jawaban B menunjukkan bahwa apa yang dikatakan oleh A salah, dan dia

tidak menyalahkan secara langsung, tetapi langsung memperbaikinya.

g) Menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui basa

basi

Contoh: A : “Oh, this cut hurts awfully, Mum”

B: “Yes dear, it hurts terribly, I know.”

(Brown &Levinson, 1978:124).

Jawaban B membuat A senang karena apa yang dirasakan A, dirasakan

juga oleh B meskipun B sebenarnya tidak tahu sesakit apa rasa sakit yang

diderita oleh A.

h) Menggunakan lelucon

Contoh: “How about lending me this old heap of chunk ?” (H‟s Cadillac)

(Brown & Levinson,1978:129).

Yang dimaksud “gundukan sampah tua adalah mobil Cadillac baru milik

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

mitra tuturnya. Mobil itu mahal, tetapi dengan bergurau disebut sampah.

i) Menyatakan paham atau mengerti keinginan mitra tutur

Contoh : “I know you can‟t bear parties, but this one will really be good –

do come” (Brown & Levinson, 1978:130).

Meskipun penutur meminta lawan tuturnya pergi ke pesta, dia

menunjukkan pengertiannya bahwa lawan tuturnya tidak suka pesta

sehingga kesan memaksa dapat dikurangi.

j) Memberikan tawaran atau janji

Contoh:“I‟ll drop by sometimes next week” (Brown &Levinson, 1978:130).

Penutur berjanji pada lawan tutur untuk mampir di rumahnya. Janji ini

memuaskan keinginan lawan tutur yang ingin penutur mampir ke

rumahnya.

k) Menunjukkan keoptimisan

Contoh: “I‟ve come to borrow a cup of flour”. (Brown & Levinson,

1978:131).

Strategi ini menunjukkan apa yang diinginkan oleh penutur merupakan

keinginan lawan tuturnya juga.

l) Melibatkan lawan tutur dalam aktivitas

Contoh : “Give us a break” (Brown & Levinson, 1978:132).

Dengan menggunakan pronomina “kita” penutur sudah menyertakan

lawan tutur ke dalam kegiatan yang di lakukan.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

m) Memberikan pertanyaan atau meminta alasan

Contoh : “Why not lend me your cottage for the weekend?” (Brown &

Levinson, 1978:133).

Saran tidak langsung merupakan bentuk kesantunan positif.

n) Menyatakan hubungan secara timbal balik

Strategi ini dilakukan, misalnya dengan mengatakan “I‟ll do X for you if

you do Y for me” Dengan mengatakan kalimat seperti di atas, penutur

sudah melunakkan tekanan pengancaman muka (Brown & Levinson,

1978:134).

o) Memberikan penghargaan pada lawan tutur

Dengan memberikan penghargaan pada lawan tutur, penutur sudah

memuaskan muka positif lawan tuturnya. Penghargaan ini dapat berupa

benda, rasa simpati, pengertian, dan kerja sama (Brown & Levinson,

1978:134).

3) Melakukan Tindak Ujaran dengan Menggunakan Kesantunan Negatif

Strategi kesantunan negatif ditujukan kepada muka negatif pembicara

(Brown & Levinson, 1978:134). Adapun strategi-strategi yang diterapkan

dalam kesantunan negatif, seperti dipaparkan berikut ini.

a) Menggunakan ujaran tidak langsung

Contoh : “I‟m looking for a comb” (Brown & Levinson, 1978:139).

Kalimat di atas merupakan perintah tidak langsung. Cara memerintah

semacam ini mengurangi tekanan pengancaman muka negatif.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

b) Menggunakan kalimat berpagar

Contoh : “I suppose that Harry is coming” (Brown & Levinson, 1978:150).

“Saya rasa” (I suppose) adalah pagar yang melunakkan tekanan

pengancaman muka kalimat “Hari akan datang”. “Saya rasa Hari akan

datang” masih memberikan peluang bahwa Hari tidak akan datang.

c) Menunjukkan rasa pesimis

Contoh : “Could you do X?” (Brown & Levinson, 1978:178). Kalimat yang

menunjukkan rasa pesimis itu mengurangi tekanan pengancaman muka

negatif lawan tutur. Artinya apabila jawabannya “tidak”, dia tidak merasa

malu”

d) Meminimalkan paksaan

Contoh : “I just want to ask you if I can borrow a single sheet of paper”

(Brown & Levinson, 1978:182).

Kata “hanya” (just) menurunkan tekanan terhadap pengancaman muka

negatif.

e) Menunjukkan penghormatan

Contoh : “We look forward very much to dining with you” ( Brown &

Levinson, 1978:186).

Kalimat di atas menunjukkan bahwa mitra tutur adalah orang yang

dihormati sehingga mendapat kesempatan makan malam bersamanya

merupakan hal yang dinanti-nanti.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

f) Meminta maaf

Contoh : “I hope you don‟t mind me saying this,but..” ( Brown & Levinson,

1978:193).

Kalimat di atas merupakan permohonan maaf sebelum menyatakan sesuatu.

g) Pakailah bentuk impersonalisasi antara pembicara dan lawan tutur

Contoh : “Do this for me” (Brown & Levinson, 1978:195).

Kalimat tersebut tidak menunjukkan siapa yang dikenai pekerjaan sehingga

tidak terjadi pengancaman muka.

h) Ujarkan tuturan itu sebagai ketentuan yang bersifat umum

Contoh : “The United States expresses regrets over the occurrence of the

incident” (Brown & Levinson, 1978:212).

Penggunaan kata “Amerika Serikat” sebagai pihak yang menyatakan

ujaran bersifat umum. Penggunaan tuturan ini ditujukan agar tidak ada yang

terancam mukanya karena menyatakan ketentuan umum merupakan

pengancaman muka negatif.

i) Nominalisasi

Contoh : “Your performing well on the examinations impressed us

favourably” (Brown & Levinson, 1978:212).

“Tampilan baikmu” merupakan bentuk formal dan bentuk formal sejalan

dengan kesantunan.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

j) Terus mengucapkan sesuatu seolah-olah berutang budi pada lawan tutur

Contoh : “I‟d be eternally grateful if you would ...”( Brown & Levinson,

1978:215). Ucapan terima kasih diucapkan sebelum mitra tutur melakukan

sesuatu.

4) Melakukan Tindak Ujaran Tidak Langsung ( off record )

Strategi ini menggunakan ujaran tidak langsung. Strategi ini digunakan

apabila seseorang berniat melakukan pengancaman muka, tetapi dia tidak

ingin bertanggung jawab, dia dapat menerapkan strategi ini dan membiarkan

lawan tuturnya menginterpretasikan apa yang diujarkannya (Brown &

Levinson, 1978:216). Menurut Brown & Levinson (1978: 218--231), strategi

ujaran tidak langsung terdiri atas hal-hal berikut.

a) Memberikan isyarat

Contoh : “It‟s cold in here” (Brown & Levinson, 1978:220).

Kalimat di atas memberikan isyarat bahwa seseorang harus menutup

jendela supaya udaranya tidak dingin.

b) Memberikan petunjuk

Contoh : “Are you going to market tommorow?...There‟s a market

tomorrow” (Brown & Levinson, 1978:221).

Kalimat tersebut menyiratkan bahwa penutur ingin menumpang ke pasar.

c) Mengemukakan praanggapan

Contoh : “I washed the car again today” (Brown & Levinson, 1978:222).

Kalimat di atas menyiratkan bahwa dia sudah mencuci mobil sebelumnya.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

Praanggapan ini menyiratkan bahwa mencuci mobil itu juga tugas mitra

tuturnya karena mereka mengerjakan tugas sama-sama.

d) Mengatakan kurang dari seharusnya

Contoh : A : “What do you think of Harry?”

B : “Nothing Wrong with him” (Brown & Levinson, 1978:222).

Jawaban B sebenarnya menyiratkan bahwa sebenarnya dia ingin

mengatakan bahwa Hari adalah orang yang tidak baik.

e) Mengatakan lebih dari seharusnya

Contoh : “you never do the washing up” (Brown & Levinson, 1978:225).

Frasa “tidak pernah” digunakan untuk menyatakan sesuatu secara

berlebihan. Hal ini merupakan sebuah kritik terhadap mitra tutur.

f) Menggunakan tautolog

Contoh : “Your clothes belong where your clothes belong. (Brown &

Levinson, 1978:225).

Ucapan di atas menyiratkan penolakan untuk mencarikan baju untuk mitra

tuturnya karena mitra tuturnya sudah tahu di mana baju yang dicari berada.

g) Menggunakan kontradiksi

Contoh : A : “Are you upset about that?”

B : “well, yes and no” (Brown & Levinson, 1978:226).

Jawaban B merupakan keluhan atau kritik terhadap sesuatu.

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

h) Menggunakan ironi

Contoh : “John‟s a real genius?” (Brown & Levinson,1978:227).

John dikatakan jenius, padahal dia baru saja membuat sejumlah kesalahan

fatal. Jadi, apa yang dikatakan merupakan kebalikan dari faktanya.

i) Menggunakan metafora

Misalnya: “Harry is a real fish (Brown & Levinson, 1978:227).

Kalimat di atas dapat bermakna bahwa Hari sangat pandai berenang.

j) Menggunakan pertanyaan retorika

Contoh : “How many times do I have to tell you...?” (Brown & Levinson,

1978:228).

Kalimat di atas menyiratkan suatu kritik bahwa sudah diberitahu berkali-

kali tetap saja tidak mengerti.

k) Menggunakan ujaran bermakna ganda

Contoh : “John is a pretty sharp cookie” (Brown & Levinson, 1978:230)

Kata “tajam” bisa berarti positif dan negatif bergantung pada konteksnya.

l) Menyamarkan objek pengancaman muka

Contoh : “Looks like someone may have had too much to drink” (Brown &

Levinson, 1978:231).

Kalimat di atas tidak menyebut siapa yang sudah terlalu banyak minum.

m) Overgeneralisasi

Contoh : “He who laughs last laughs longest” (Brown & Levinson,

1978:231).

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

Kalimat di atas menyamaratakan bahwa yang tertawa paling akhir adalah

orang yang tertawa terlama, padahal sebenarnya tidak selalu demikian.

n) Memindahkan hal dapat mengancam muka pada orang lain yang tidak

terancam dengan hal tersebut.

Contoh: “Why not lend me your cottage for the weekend?”(Brown &

Levinson, 1978:133).

Peminjaman vila itu tidak ditujukan pada pemilik vila, tetapi pada orang

lain yang tidak memiliki vila.

o) Menggunakan elipsis

Contoh: “Well, I didn‟t see you...” (Brown & Levinson, 1978:232)

Kalimat di atas tidak diselesaikan karena jika diselesaikan dapat

mengancam muka lawan tuturnya.

2.3.2.3 Teori Kerja Sama Grice (1975)

Teori kerja sama adalah ide yang dikemukakan oleh Grice (1975) yang

mengatur bahwa seseorang harus membuat komunikasi dengan memberikan

sumbangan isi seperti yang diharapkan. Leech (1983:8) menyatakan bahwa

prinsip kerja sama yang dikatakan oleh Grice (1975) memungkinkan penutur dan

petutur pada suatu percakapan untuk berkomunikasi dengan anggapan partisipan

yang lain bersedia untuk bekerja sama.

Levinson (1983:102) menyatakan bahwa prinsip kerja sama yang

disampaikan oleh Grice (1975) melalui maksim-maksim tersebut menjelaskan apa

yang harus dilakukan oleh partisipan untuk dapat berkomunikasi dengan cara

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

yang efisien, rasional, dan kooperatif. Teori kerja sama yang dikemukakan oleh

Grice (1975) tersebut memiliki maksim-maksim yang menyebutkan apa yang

dilakukan oleh pembicara dalam suatu tindak tutur agar tidak terjadi

ketidaksantunan. Untuk menghindari ketidaksantunan dan mencapai tujuan

komunikasi yang baik, maksim-maksim yang dikemukakan oleh Grice (1975)

harus diaplikasikan oleh peserta bicara. Maksim-maksim tersebut dapat

dipaparkan sebagai berikut.

1) Maksim kualitas (maxim of quality), yaitu maksim yang menyatakan bahwa

seseorang tidak boleh menyatakan sesuatu yang tidak diyakini kebenarannya

karena tidak memiliki cukup bukti. Dalam maksim ini seorang penutur

diharapkan menyampaikan suatu tuturan atau informasi sesuai dengan

kenyataan dan bukti.

2) Maksim kuantitas (maxim of quantity), yaitu maksim ini memberikan

informasi yang tepat, cukup, jangan terlalu berlebihan, dan jangan terlalu

sedikit demi lancarnya interaksi yang berlangsung. Di dalam maksim kuantitas,

seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup dan

tidak berlebihan.

3) Maksim relevansi (maxim of relevance), yaitu maksim yang menyatakan apa

yang dikatakan harus jelas berhubungan dengan tujuan interaksi. Maksim

relevansi bertujuan agar terjalin kerja sama yang baik antara penutur dan

petutur dengan memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu atau

masalah yang sedang dipertuturkan.

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

4) Maksim cara (maxim of manner), yaitu maksim ini menyatakan apa yang

dikatakan harus mudah dimengerti, jelas, teratur, dan singkat. Di samping itu,

juga menghindari ketidakjelasan dan makna ganda antara penutur dan petutur.

Apabila keempat maksim tersebut digunakan dalam suatu percakapan,

akan dihasilkan komunikasi yang lancar. Teori kerja sama ini digunakan sebagai

bagian dari penentuan kesantunan karena kesantunan tidak mungkin dapat

diaplikasikan dalam suatu interaksi komunikasi tanpa adanya kerja sama antara

penutur dan petutur.

2.3.2.4 Teori Kesantunan Leech (1983)

Leech (1983:131--143) menyatakan bahwa teori kesantunan berbahasa

didasarkan pada prinsip kesantunan berbahasa (politeness principles) yang

dijabarkan menjadi enam maksim kesantunan. Keenam maksim tersebut, yaitu

sebagai berikut.

1) Maksim kebijaksanaan (tact maxim) menghendaki mengurangi keuntungan

pada diri sendiri dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Dalam

maksim ini, kecenderungan semakin panjang tuturan seseorang semakin besar

pula keinginan orang tersebut untuk bersikap santun kepada lawan bicaranya.

2) Maksim kedermawanan (generosity maxim) menghendaki para peserta tutur

dapat saling menghormati antarpeserta tutur. Penghormatan terhadap lawan

tutur akan terjadi apabila penutur dapat memaksimalkan keuntungan atau

penghormatan kepada lawan tutur.

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

3) Maksim penghargaan (approbotion maxim) di dalam maksim penghargaan

penutur dianggap santun apabila selalu memberikan penghargaan kepada

pihak lain. Dengan maksim ini diharapkan agar para peserta pertuturan tidak

saling mengejek atau saling merendahkan pihak yang lain.

4) Maksim kerendahan hati (modesty maxim) di dalam maksim kerendahan hati

peserta tutur (penutur dan petutur) diharapkan dapat bersikap rendah hati

dengan cara mengurangi pujian terhadap diri sendiri. Orang akan dikatakan

kurang santun atau sombong apabila di dalam kegiatan bertutur selalu memuji

dan mengunggulkan dirinya sendiri.

5) Maksim kesepakatan (agreement maxim), yaitu mengusahakan agar

ketaksepakatan antara diri sendiri dan orang lain terjadi sesedikit mungkin dan

usahakan supaya kesepakatan antara diri dan orang lain terjadi sebanyak

mungkin.

6) Maksim kesimpatian (sympathy maxim), yaitu mengharuskan setiap peserta

tutur meminimalkan rasa antipati dan memaksimalkan rasa simpati kepada

orang lain.

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

2.4 Bagan I Model Penelitian

Masalah Teori yang digunakan

1. Strategi kesantunan berbahasa Korea yang

bagaimanakah yang diterapkan P dengan WK ?

Teori Pragmatik, yaitu Teori Pengancaman Muka

( Brown & Levinson, 1978 )

2. Bentuk-bentuk satuan verbal apakah yang digunakan

oleh P untuk mewujudkan kesantunan berbahasa ?

Teori Sosiolinguistik, yaitu Teori Variasi Tutur

(bahasa) (Park,1984; Byon, 2009; Brown, 2011;

Lestari,2012 ; Chaer, 2010)

3. Apa sajakah fungsi dan makna kesantunan berbahasa

Korea P ?

Teori Pragmatik yang terdiri atas.

1. Teori Tindak Tutur ( Searle,1969)

2. Teori Kerja sama ( Grice, 1975)

3. Teori Kesantunan ( Leech, 1983)

4.Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi

kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa Korea P

dengan WK

Teori Sosiolinguistik, yaitu Teori Etika berbahasa

( Chaer, 2010 ; Park, 1984 ; Song, 2005)

Pendekatan Penelitian : kualitatif berbasis studi kasus

Penentuan Narasumber : Purposif Sampling, yaitu enam P dan enam pasangan WK yang berbulan madu

Metode Pengumpulan Data

Metode Simak

Teknik sadap

Teknik simak libat cakap

Teknik rekam

Teknik catat

Metode Cakap

Teknik cakap semuka

Teknik rekam

Teknik catat

Metode dokumentasi

Foto P dan WK dalam KPW

Tulisan transkrip wawancara P

Metode Analisis Data : Metode Padan dan Metode Agih

Metode Penyajian Hasil Analisis Data : Metode Informal

Wisatawan Korea Konteks Situasi

Tutur dalam KPW

Kesantunan Berbahasa Korea

P di Bali

Bahasa Korea

Kajian Sosiopragmatik

Landasan Teori

Teori Sosiolinguistik dan Teori Pragmatik

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdf · hormat bK terdiri atas tiga macam, yaitu (1) honorifik subjek, yaitu dengan menambahkan imbuhan sisipan bentuk hormat

Penelitian kesantunan berbahasa Korea ini merupakan kajian

sosiopragmatik, yaitu meneliti penggunaan bahasa dengan satuan lingual tertentu

pada ranah pariwisata antara P dengan WK dengan maksud dan tujuan tertentu

dalam konteks situasi KPW. Landasan teori yang digunakan adalah perpaduan

teori sosiolinguistik dan teori pragmatik. Teori sosiolinguistik meliputi variasi

tutur yang digunakan untuk menjawab masalah nomor (2) dan etika berbahasa

digunakan untuk menjawab masalah nomor (4). Teori pragmatik terdiri atas teori

pengancaman muka untuk menjawab masalah nomor (1) dan teori tindak tutur

untuk menjawab masalah nomor (3). Teori kerja sama dan teori kesantunan

digunakan untuk mengetahui penerapan dan pelanggaran maksim-maksim kerja

sama dan kesantunan untuk menjawab permasalahan pada nomor (2) dan (3).

Di dalam metode penelitian digunakan pendekatan kualitatif berbasis

studi kasus, yaitu untuk menyelidiki dan menjelaskan fenomena yang lengkap

mengenai kesantunan bertutur P dengan WK dalam KPW sebagai suatu “kasus”.

Penentuan narasumber dilakukan dengan purposif sampling yang terdiri atas

enam P dan enam pasangan WK yang berbulan madu. Metode pengumpulan data

dilakukan dengan metode simak, cakap, dan dokumentasi. Teknik yang digunakan

dalam metode simak terdiri atas teknik sadap, simak libat cakap, teknik rekam,

dan teknik catat. Metode cakap dilakukan dengan teknik cakap semuka, teknik

rekam, dan teknik catat. Metode dokumentasi terdiri atas foto P dan WK dan

tulisan hasil transkip wawancara dengan P. Penganalisisan data dilakukan dengan

metode padan dan agih serta penyajian hasil analisis dengan metode informal,

yaitu dalam bentuk uraian deskriptif.