BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

24
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan salah satu tindakan dan perilaku individu secara menyeluruh dalam pembentukan pribadi dan perilaku. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadinya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika seseorang itu dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Belajar merupakan suatu aktivitas yang di dalamnya terjadi suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal dari proses pembelajaran. Hamalik (1993:27) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat pelatihan dan pengalaman. Slameto (2003:2) mendefinisikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Sudjana (2000:28) belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar yang ditunjukkan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan, daya reaksinya, penerimaannya dan aspek lainnya yang ada pada individu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan yang ditandai dengan adanya perubahan individu berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan,

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan salah satu tindakan dan perilaku individu secara

menyeluruh dalam pembentukan pribadi dan perilaku. Belajar merupakan proses

manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap.

Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian besar

perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Seseorang dapat

dikatakan belajar apabila terjadinya interaksi antara stimulus dan respon.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika seseorang itu dapat menunjukkan

perubahan perilakunya. Belajar merupakan suatu aktivitas yang di dalamnya

terjadi suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti,

tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal dari proses

pembelajaran.

Hamalik (1993:27) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku berkat pelatihan dan pengalaman. Slameto (2003:2)

mendefinisikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan

menurut Sudjana (2000:28) belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar yang ditunjukkan dalam bentuk

pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan,

kemampuan, daya reaksinya, penerimaannya dan aspek lainnya yang ada pada

individu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pengertian

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

perubahan perilaku secara keseluruhan yang ditandai dengan adanya perubahan

individu berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

7

kecakapan, kemampuan, daya reaksinya, penerimaannya dan aspek lainnya yang

ada pada individu sebagai hasil dari pelatihan atau pengalamannya sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

Pembelajaran adalah suatu proses perubahan yang dilakukan oleh individu

untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang kekal yang merupakan hasil dari

pengalaman ataupun latihan. Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan

yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pelatihan atau pengalaman sendiri.

Selain itu pembelajaran juga merupakan proses interaksi peserta didik

dengan pendidik serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi

proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,

serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran

bertujuan menjadikan peserta didik agar dapat belajar dengan baik sesuai dengan

tujuan hakekat pembelajaran.

2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD

Definisi IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

(Dekdikbud, 2006) mengemukakan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan

menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Kurikulum Pendidikan

Dasar dalam Garis-Garis Besar Program pendidikan (GBPP) kelas 4 Sekolah

Dasar dinyatakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan hasil

kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang

terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui

serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan

pengujian gagasan-gagasan. Lebih lanjut pengertian IPA menurut Depdiknas RI

No. 22 (2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

8

fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”

Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang

fakta serta gejala alam. fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran

IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat

IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang

empirik dan faktual.

Hakikat IPA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2006 (

UPI, 2009 : 120 ) disebutkan bahwa : pendidikan IPA berhubungan dengan

mencari tahu tentang alam semesta, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan ilmu pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-

prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan. Proses pembelajaran IPA

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan fungsi

agar menjelajahi alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA juga diarahkan untuk

inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan

masalah-masalah yang dapat diidentifikasi.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak

buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD dan MI diharapkan adanya penekanan

pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang

diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya

melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk

menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap secara ilmiah serta

mengkomunikasikan sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu,

pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar

secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan

sikap ilmiah. Kita menyadari bahwa sekarang ini kita hidup dalam abad teknologi.

Keberadaban membawa kita ke dalam alam atau situasi yang serba canggih yang

merupakan akibat dari perkembangan IPA yang semakin maju dengan pesat.

Perkembangan IPA mengantar manusia melangkah dari berbagai kemajuan untuk

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

9

taraf hidup yang lebih tinggi. Banyak kejadian alam yag tadinya merupakan

misteri, kini dapat di lihat rahasianya. Gunung berapi, gempa bumi, gerhana,

petir, pelangi, banjir, wabah penyakit kini dapat diterangkan secara ilmu

pengetahuan sebab terjadinya. Kemajuan di bidang ilmu ini membawa kemajuan

dalam berbagai lapangan hidup seperti : transportasi, komunikasi, pertanian,

kesehatan, peternakan, industri, pertambangan dan sebagainya.

Menurut KTSP SD (2006 : 484-485) bahwa tujuan pembelajaran IPA agar

peserta didik memilki kemampuan sebagai berikut :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan

keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Memberikan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang lingkup IPA menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan, ruang lingkup bahan kajian IPA meliputi aspek-aspek

sebagai berikut : (1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) Benda/materi,

sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas (3) Energi dan

perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat

sederhana. (4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan

benda-benda langit lainnya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

10

Memperkuat tujuan pembelajaran IPA maka perlu adanya Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang disusun sebagai landasan pembelajaran

untuk mengembangkan kemampuan pembelajaran IPA. Adapun SK dan KD mata

pelajaran IPA kelas 4 tentang bumi dan alam semesta sebagai berikut :

Tabel 2.1

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR IPA

Kelas IV, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bumi dan Alam Semesta

10. memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap

daratan serta

pencegahannya dan

pengaruhnya terhadap

daratan

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap

daratan serta pencegahannya terhadap

daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan

kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir,

dan longsor)

2.1.2 Model Cooperative Group Investigasi (GI)

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Teori pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori belajar kontruksivisme

yang mana siswa mampu mencari sendiri masalah, menyusun sendiri

pengetahuannya melalui kemampuan berfikir dan tantangan yang dihadapinya.

Isjoni (2011) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

yang berjumlah 4-5 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa

untuk lebih bergairah dalam belajar. Pendapat lain menurut Rusman (2011:202)

pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa

belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya

4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen. Sementara Menurut Slavin (

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

11

dalam Rusman 2011,201) pembelajaran kooperatif memprioritaskan siswa untuk

berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa berinteraksi secara aktif

dan positif dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara kolaboratif

dengan struktur kelompok heterogen dengan tujuan merangsang siswa untuk lebih

gairah dalam belajar.

2.1.2.2 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)

Group Investigation (Kelompok Investigasi) merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktifitas siswa

secara berkelompok untuk mencari sendiri materi pelajaran yang akan dipelajari

melalui bahan-bahan yang tersedia. Orang pertama yang merintis penggunaan

model Group Investigation adalah John Dewey. John Dewey memandang bahwa

kerjasama dalam kelas sebagai prasyarat untuk mengatasi berbagai persoalan

kehidupan yang kompleks dalam demokrasi. Kelas merupakan bentuk kerjasama

dimana guru dan siswa membangun proses pembelajaran dengan perencanaan

yang baik. Group investigation melibatkan siswa sejak awal dimulai dari

perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara yang dipelajari melalui

investigasi. Tipe model ini bertolak pada teori belajar konstruksivisme yang

menuntut siswa memiliki kemampuan dalam proses komunikasi maupun dalam

keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation (GI) dapat melatih

siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri dan keaktifan siswa yang

dimulai dari tahap pertama hingga tahap akhir pembelajaran.

Group Investigation (GI) dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di

Universitas Tel aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum

dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan

kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif ( Slavin,

2009:24). Dalam metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya

sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Menurut Eggen dan

Kauchak (dalam Maimunah, 2005:21) mengemukakan Group Investigation adalah

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

12

strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk

melakukan investigasi terhadap suatu topik. Sedangkan menurut Huda (2011)

Group Investigation adalah suatu model pembelajaran yang dikemabangkan oleh

Sharan dan Sharan ini lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada

menerapkan teknik-teknik pengajaran di kelas. Selain itu juga memadukan prinsip

belajar demokratis dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran

baik dari tahap awal sampai akhir pembelajaran termasuk didalamnya siswa diberi

kebebasan untuk memilih materi yang akan dipelajari sesuai topik yang akan

dibahas. Menurut Suprijono (2011) mengemukakan bahwa dalam penggunaan

model pembelajaran Group Investigation maka setiap kelompok akan bekerja

untuk melakukan investigasi sesuai dengan materi yang telah dipilih.

Dari beberapa definisi mengenai pengertian Group Investigation diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa Group Investigation adalah suatu model pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam suatu kelompok untuk melakukan

investigasi yang memadukan prinsip belajar demokratis dimana siswa bebas

memilih materi yang akan dipelajari sesuai pokok bahasan.

2.1.2.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Group Investigasi

Sharan ( dalam Robert E. Slavin,2008:218) mengemukakan langkah-

langkah pembelajaran pada model pembelajaran Group Investigation sebagai

berikut :

1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen

2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus

dikerjakan

3. Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk mengambil materi tugas

secara kooperatif dalam kelompoknya

4. Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam

kelompoknya

5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok

atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

13

6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil

pembahasannya

7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan

konsep dan memberikan kesimpulan

8. Evaluasi

Sedangkan tahapan- tahapan model pembelajaran Group Investigasi

menurut Slavin dalam Siti Maesaroh (2005:29-30) :

1. Tahap I

Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok. Guru

memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang

akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.

2. Tahap II

Merencanakan tugas. Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh

anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti,

bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.

3. Tahap III

Membuat penyelidikan. Siswa mengumpulkan, menganalisis dan

mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian

mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah

kelompok.

4. Tahap IV

Mempersiapkan tugas akhir. Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir

yang akan dipresentasikan di depan kelas.

5. Tahap V

Mempresentasikan tugas akhir. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.

Kelompok lain tetap mengikuti.

6. Tahap VI

Evaluasi. Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan

dipresentasikan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

14

Sedangkan menurut Huda (2011) langkah-langkah pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Group Investigation terdiri dari :

1. Siswa dibentuk kedalam kelompok kecil secara heterogen

2. Masing-masing kelompok diberi tugas/proyek

3. Setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi apa yang akan

dikumpulkan, bagaimana mengolahnya, bagaimana menelitinya, dan

bagaimana menyajikan hasil penelitian di depan kelas.

4. Selama proses penelitian atau investigasi siswa akan terlibat dalam aktivitas

berpikir tingkat tinggi, seperti sintensis, meringkas, hipotesis, dan

kesimpulan

5. Menyajikan laporan akhir.

Dari beberapa penpadat mengenai langkah-langkah model pembelajaran

Group Investigation di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Guru membentuk kelompok secara heterogen yang setiap kelompok

beranggotakan 4-6 orang.

2. Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk mengambil dan memilih

materi tugas secara kooperatif pada setiap kelompok. Kemudian ketua

kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggotanya kemudian

membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses

dan sumber apa yang akan dipakai.

3. Kemudian masing-masing kelompok membahas materi tugas secara

kooperatif dalam kelompoknya, membuat penyelidikan, menganalisis dan

mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian

mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah

kelompok. Selama proses penelitian atau investigasi siswa akan terlibat

dalam aktivitas berpikir tingkat tinggi, seperti sintensis, meringkas,

hipotesis, dan kesimpulan.

4. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok

atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya dengan

cara presentasi di kelas dan kelompok lain tetap mengikutinya dan

memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

15

5. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan

konsep dan memberikan kesimpulan

6. Guru memberikan Evaluasi berupa soal ulangan yang mencakup seluruh

topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan siswa

2.1.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigasi

Menurut Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari

pembelajaran Group Investigation (GI), yaitu sebagai berikut :

1. Secara Pribadi

a. Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas

b. Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif

c. Rasa percaya diri dapat lebih meningkat

d. Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah

2. Secara Sosial/Kelompok

a. Meningkatkan belajar bekerja sama

b. Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru

c. Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis

d. Belajar menghargai pendapat orang lain

e. Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan

Sedangkan untuk kekurangan dari penerapan model pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) :

a. Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan

b. Sulitnya memberikan penilaian secara personal

c. Tidak semua topik cocok dengan model Pembelajaran Group Investigation

(GI) untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk

memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri

d. Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif dikarenakan siswa yang

pandai lebih dominan dalam proses diskusi.

2.1.3 Pengertian Model Snowball Throwing

Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003

menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

16

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Metode mengajar

merupakan sasaran interaksi antara guru dengan siswa dalam melakukan kegiatan

belajar mengajar. Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah ketepatan

sebuah metode mengajar yang dipilih dengan tujuan, jenis dan sifat materi

pengajaran, serta kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan desain

pembelajaran. Guru hendaknya menentukan model pembelajaran yang akan

digunakan sebelum memulai pelajaran agar tujuan pembelajaran yang

direncanakan dapat tercapai dengan baik. Guru dalam memilih model

pembelajaran harus mempertimbangkan banyak hal diantaranya tujuan

pembelajaran, jenis dan sifat materi pembelajaran, kebutuhan siswa, waktu yang

digunakan serta kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran.

Dengan adanya beberapa pengertian dan faktor yang mempengaruhi metode,

setiap materi pelajaran memiliki metode yang berbeda karena setiap materi

memiliki karakteristik sendiri.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan

situasi pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif, dan menyenangkan adalah

menggunakan model “ Snowball Throwing”. Snowball artinya bola salju

sedangkan throwing artinya melempar. Jadi Snowball Throwing adalah

“pelemparan bola salju”. (Asrori, 2010 : 1).

Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan

rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar

bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan

belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:5).

Menurut Saminanto (2010:37) “Model Pembelajaran Snowball Throwing

disebut juga model pembelajaran gelundungan bola salju”. Model pembelajaran

ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam

bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut

kepada temannya dalam satu kelompok.

Model pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran

yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok

untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

17

pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa

lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh

(Kisworo, dalam Mukhtari, 2010: 6).

Model Pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu tipe model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini menggali potensi

kepemimpinan murid dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab

pertanyaan yang di padukan melalui permainan imajinatif membentuk dan

melempar bola salju (Komalasari: 2010)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Snowball Throwing

merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada kemampuan

merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik

yaitu saling melemparkan bola salju (Snowball Throwing) yang berisi pertanyaan

kepada sesama teman. Model yang dikemas dalam sebuah permainan ini

membutuhkan kemampuan yang sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh

hampir semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang

dipelajarinya.

Prinsip pembelajaran dengan model Snowball Throwing termuat di dalam

prinsip pendekatan kooperatif yang didasarkan pada lima prinsip yaitu :

1. Prinsip belajar siswa aktif (student active learning).

2. Belajar kerjasama (cooperative learning).

3. Pembelajaran partisipatorik.

4. Mengajar reaktif (reactive teaching), dan

5. Pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning)

Model Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap

menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada

temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan

tongkat seperti model pembelajaran Talking Stick akan tetapi menggunakan kertas

berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-

lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan

menjawab pertanyaannya (Widodo, 2009: 1).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

18

Di dalam model pembelajaran Snowball Throwing strategi memperoleh dan

pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa

memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut ( Tunggal, 2011 : 17).

Kesimpulan dari uraian diatas mengenai tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model Snowball Throwing adalah untuk meningkatkan keberanian

siswa dalam menyusun pertanyaan dan bertanya dengan tuntunan pertanyaan yang

diberikan oleh teman ataupun guru.

2.1.3.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing

Menurut Suprijono (2009:128) langkah-langkah pembelajaran model

snowball throwing adalah:

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan,

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada

temannya,

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk

menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah

dijelaskan oleh ketua kelompok,

5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa

ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit,

6) Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan

kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas

berbentuk bola tersebut secara bergantian,

7) Guru memberikan kesimpulan,

8) Evaluasi,

9) Penutup.

Untuk melaksanakan model pembelajaran dengan menggunakan Snowball

Throwing, pendidik perlu melakukan beberapa persiapan. Persiapan / langkah

yang harus dilakukan adalah:

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

19

1) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan minimal 25 pertanyaan singkat,

lebih banyak lebih baik.

2) Guru menyiapkan bola kecil (bisa bola karet atau bola kain), yang akan di

gunakan sebagai alat lempar.

3) Guru menerangkan cara bermain Snowball Throwing kepada siswa.

Menurut (Kisworo, dalam Mukhtari, 2010:6) langkah-langkah model

pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada

temannya

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk

menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah

dijelaskan oleh ketua kelompok

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke

siswa yang lain selama ± 15 menit

6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada

siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola

tersebut secara bergantian.

7. Evaluasi

8. Penutup

Sedangkan langkah-langkah model Snowball Throwing menurut

Saminanto (2010:37), langkah-langkah pembelajaran metode snowball throwing

adalah:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan,

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

20

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada

temannya,

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk

menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah

dijelaskan oleh ketua kelompok,

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke

siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit,

6. Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan

kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas

berbentuk bola tersebut secara bergantian,

7. Guru memberikan kesimpulan,

8. Evaluasi,

9. Penutup.

Jadi kesimpulan langkah-langkah model Snowball Throwing yaitu:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pengantar materi yang akan

disajikan.

2. Guru membentuk kelompok-kelompok, dan memanggil masing-masing

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada

temannya.

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk

menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah

dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan

dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.

6. Setelah waktu melempar habis, setiap siswa akan mendapat satu bola kertas

yang berisi pertanyaan. Siswa tersebut diberi kesempatan untuk menjawab

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

21

pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara

bergantian.

7. Guru mengadakan evaluasi tentang materi yang baru saja dijelaskan.

8. Guru menutup pelajaran.

2.1.3.2 Kelebihan Model Pembelajaran Snowball Throwing

Kelebihan pembelajaran dengan model Snowball Throwing sebagai berikut :

1. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber

pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.

2. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi

pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat

penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta

mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai

materi yang didiskusikan dalam kelompok.

3. Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan

kepada teman lain maupun guru.

4. Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan

baik.

5. Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang

sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.

6. Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun

guru.

7. Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan

suatu masalah.

8. Siswa akan memahami makna tanggung jawab.

9. Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial,

budaya, bakat dan intelegensi.

10. Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

22

2.1.3.3 Kelemahan Model Snowball Throwing

Kelemahan pembelajaran dengan model Snowball Throwing antara lain :

1) Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan yang diketahui

oleh siswa, hal tersebut terjadi karena pertanyaan yang diajukan siswa tidak

jauh dari materi yang diberikan oleh guru.

2) Terciptanya suasana kelas yang kurang kondusif .

3) Adanya siswa yang bergantung pada siswa lain dalam kelompoknya,

pembelajaran berjalan tidak efektif.

4) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi

penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan

waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.

5) Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat

berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama tetapi tidak menutup

kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan

penghargaan kelompok.

6) Memerlukan waktu yang panjang.

7) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.

8) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

Kelemahan dalam penggunaan model tersebut juga dapat tertutupi dengan

cara:

1) Guru menerangkan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan

secara singkat dan jelas disertai dengan aplikasinya.

2) Mengoptimalisasi waktu dengan cara memberi batasan dalam pembuatan

kelompok dan pembuatan pertanyaan.

3) Guru ikut serta dalam pembuatan kelompok sehingga kegaduhan bisa

diatasi.

4) Memisahkan kelompok anak yang dianggap sering membuat gaduh dalam

kelompok yang berbeda.

5) Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan

pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

23

2.1.4 Hasil belajar

Hasil belajar merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa

dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, berhasil atau

tidaknya suatu proses pembelajaran dapat dilihat melalui hasil belajar setelah

dilakukan evaluasi. Pengertian hasil belajar itu sendiri menurut Sudjana (1990:22)

adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman

belajarnya. Sedangkan Anni (2004:4) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah siswa mengalami aktivitas

pembelajaran. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung

pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari

pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah

berupa penguasaan konsep. Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil

dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai

tes yang diberikan guru. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang ditunjukkan dengan

bertambahnya kemampuan baru yang dimiliki siswa melalui pengalaman belajar

yang diperoleh dari aktivitas belajar dan proses pelaksanaannnya dapat diukur

dengan menggunakan teknik tes yang diberikan oleh guru.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan

Hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.

Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang

lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat

perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan

saat terselesikannya bahan pelajaran.

Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui

tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut

Munawan (2009:1-2) adalah sebagai berikut :

1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual

2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai

3. Ranah Psikomotorik

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

24

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditegaskan bahwa salah satu fungsi

hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi yang maksimal

sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai

macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa mempunyai peranan

yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa

maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil

belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui keberhasilan proses dan

hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan

yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil belajar yang berupa aspek kognitif,

aspek afektif, dan aspek psikomotorik menggunakan alat penilaian yang berbeda-

beda. Untuk aspek kognitif digunakan alat penilaian yang berupa tes, sedangkan

untuk aspek afektif digunakan alat penilaian yaitu skala sikap (ceklist) untuk

mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik

digunakan lembar observasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil akhir

dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti

pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi

yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat

penilaian yaitu tes evaluasi. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek

afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek

psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa

dalam mengikuti pembelajaran.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Pada penelitian tindakan kelas ini, menggunakan referensi dari laporan

penelitian tindakan kelas oleh Untari pada tahun 2011 dengan judul :

“Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Pokok Bahasan Energi

Melalui Model Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Siswa Kelas 4 SD

Negeri Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester 2

Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal siswa

yang nilainya memenuhi KKM = 60 terdapat 13 siswa (36,11%) dan yang belum

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

25

memenuhi KKM terdapat 23 siswa (63,89%). Siklus 1 dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe group investigation terjadi peningkatan yang cukup

signifikan yaitu terdapat 26 siswa (72,22%) memenuhi KKM dan 10 siswa

(27,78%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus 2

terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 34 siswa (94,44%) yang sudah

memenuhi KKM dan hanya ada 2 siswa (5,56%) yang belum memenuhi KKM.

Keunggulan dari penelitian tersebut adalah mendorong siswa giat belajar dan

bekerja sama antar anggota kelompok serta berpikir kritis. Kelemahan dalam

penelitian ini masih banyak siswa yang pandai mendominasi dalam kelompok

sehingga dipilih tindak lanjut presentasi setiap anggota kelompok untuk

mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa.

Joko Susilo, pada tahun 2012 judul : ” Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Dengan Strategi Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa mata Pelajaran IPA Kelas 4 SD N 01 Ngunut Jumantolo Kabupaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil analisis data menunjukkan

adanya peningkatan hasil belajar IPA Siswa Kelas 4 melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation terbukti rata-rata hasil belajar siswa pada pra

tindakan 70,45 ada sebanyak 10 siswa mencapai KKM, pada siklus 1 71,96, pada

siklus 2 76,51 sebanyak 30 siswa atau 85%. Keunggulan dari penelitian tersebut

adalah meningkatkan keaktifan siswa dalam mencari dan menemukan sendiri

materi yang dipelajari. Kelemahan dalam penelitian ini suasana kelas terkesan

gaduh tau ramai sendiri sehingga dipilih tindak lanjut pengelolaan kelas dan

perhatian dan bimbingan guru pada setiap pelaksanaan kerja kelompok.

Rendy Hermawan pada tahun 2012 dengan judul : “Peningkatan Aktivitas

Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Group

Investigation Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Negeri 06 Metro Barat. Hasil

penelitian menunjukkan ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 berada pada

kategori sedang yaitu 40,74% dan mengalami peningkatan pada siklus 2 sebesar

44,74% menjadi 88,9% berada pada kategori sangat tinggi. Keunggulan dari

penelitian tersebut adalah mendorong siswa giat belajar dan lebih aktif, kreatif,

inovatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), sedangkan kelemahan dari

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

26

penelitian tersebut adalah membutuhkan waktu yang cukup lama agar dapat

berjalan secara efektif dan efisien, maka tindak lanjutnya yaitu dengan menambah

waktu dalam proses pembelajaran tersebut dapat berjalan secara efektif dan

efisien.Selain itu guru juga dituntut lebih pintar dalam manajemen waktu sehingga

model pembelajaran tersebut dapat diterapkan semaksimal mungkin di kelas.

Diyan Tunggal Safitri pada tahun 2011 dengan judul :”Penerapan Model

Cooperative Learning Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

IPA Tentang Cahaya Dan Sifat-Sifatnya Siswa Kelas V SDN Leuwiranji 04

Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat

dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa dari jumlah 29 siswa

yang tuntas dengan KKM : 60 pada siklus 1 PTK sebanyak 23, kemudian setelah

diadakan siklus 2 PTK ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 28 siswa (96

%). Keunggulan dari penelitian ini yaitu meningkatkan ketrampilan dan keaktifan

siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, sedangkan kelemahannya yaitu

peningkatan keterampilan tidak sesuai karena dengan Cooperative Learning

Snowball Throwing masih belum bisa sepenuhnya mengaktifkan siswa dalam

kelompoknya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dipilih tindak lanjut

untuk melakukan penelitian pada pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya dengan

menggunakan model Cooperative Learning Snowball Throwing untuk memancing

keaktifan siswa dan meningkatkan hasil belajar.

Sutiyono pada tahun 2011 dengan judul :”Meningkatkan Hasil Belajar IPA

melalui Cooperative Learning Snowball Throwing tentang energi dan perubahnya

Siswa Kelas 4 SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada siklus yang pertama, sebanyak 45,5% siswa

berhasil memperoleh nilai rata-rata 59,5.Pada siklus yang kedua 72,7% siswa

memperoleh nilai dengan rata-rata 69,1. Sedangkan pada siklus yang ketiga

90,9% siswa memperoleh nilai dengan rata-rata 80,9. Keunggulan dari penelitian

tersebut yaitu penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat

meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajar siswa. Kelemahan dari

penelitian tersebut yaitu sulit untuk mengaktifkan siswa dalam hal bertanya dan

menjawab pertanyaan, ketika melakukan kerja kelompok siswa juga terlibat ribut

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

27

dan bingung karena tidak mengerti tugas yang harus dikerjakan, guru juga belum

memahami betul langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing

sehingga kegiatan tidak terarah dan tidak sesuai skenario pembelajaran. Maka

diambil tindak lanjut sebelum menerapkan model pembelajaran tersebut guru

harus betul-betul memahami langkah-langkah penerapan model Cooperative

Learning dan menerapkannya dalam pembelajaran IPA karena mampu

memotivasi , mengaktifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran.

2.3 Kerangka Berfikir

Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran IPA di kelas 4 SD Negeri 1

Kramat Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan yang dilakukan oleh guru

masih bersifat konvensional yaitu hanya menggunakan ceramah dan sedikit tanya

jawab (teacher centered). Guru jarang menggunakan media dalam proses

pembelajaran di kelas sehingga siswa kurang terlibatkan secara langsung dalam

belajar. Kurang terlibatnya siswa secara aktif dalam pembelajaran sangat

bertentangan dalam hakekat belajar yaitu perubahan perilaku yang diperoleh dari

pengalaman dan mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi hal

tersebut perlu diadakan tindakan yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

group investigation dengan kolaborasi snowball throwing. Perbaikan

pembelajaran ini diharapkan pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan dan

siswa menjadi lebih kooperatif dalam bekerjasama dan bertanggung jawab satu

kelompok untuk menemukan sendiri mengenai materi pembelajaran sehingga

siswa mendapat pengalaman belajar secara langsung. Dalam penelitian ini, akan

mengetahui seberapa besar peninggakatan hasil belajar IPA dengan model

pembelajaran group investigation yang berkolaborasi dengan snowball throwing.

Dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan maka diharapkan tujuan yang

telah ditentukan akan tercapai yaitu meningkatkan hasil belajar IPA.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

28

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir Model Group Investigation Berkolaborasi

dengan Model Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar IPA.

Skor Sikap

lembar observasi

diskusi penyebab dan

cara mengatasi

perubahan

lingkungan fisik

Siswa mepresentasikan

hasil kerja kelompok di

depan kelas.

Siswa membuat pertanyaan

dalam kertas kemudian

digulung-gulung lalu

dilempar

Siswa menjawab

pertanyaan dari kertas yang

diterima.

Siswa menarik

kesimpulan

lembar observasi

menjawab pertanyaan

lembar observasi

membuat pertanyaan

lembar observasi

menarik kesimpulan

Penilaian

Proses

Tes Tertulis Penilaian

Hasil

Hasil Belajar ≥

KKM (70)

Model Pembelajaran Konvensional

Guru ceramah

tanpa alat peraga

Membentuk siswa

menjadi 4 kelompok

siswa mengamati video

tentang perubahan

lingkungan meliputi abrasi,

erosi, tanah longsor dan

banjir

Model Pembelajaran

Group Investigation

berkolaborasi Snowball

Throwing

Hasil Belajar ≤

KKM (70)

Siswa berdiskusi

mengenai abrasi, erosi,

banjir, dan tanah longsor.

lembar observasi

presentasi siswa

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8217/2/T1_292009267_BAB II.pdf · Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

29

Kerangka pikir di atas menggambarkan tentang alur penelitian yang

dilakukan. yang didasarkan pada kondisi awal pembelajaran yang menggunakan

mentode konvensional (ceramah) yang berpengaruh pada hasil siswa rendah ≤

KKM. setelah diberikan tindakan dengan cara menggunakan Model Group

Investigation berkolaborasi dengan Model Snowball Throwing kepada siswa

dalam proses belajar mengajar di kelas maka diharapkan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah diungkapkan

dikajian teori, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berkolaborasi dengan

model snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan materi

perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan serta cara-cara

pencegahannya pada siswa kelas 4 SD Negeri 1 Kramat Kecamatan Penawangan

Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2012/2013.