BAB III PENDEKATAN LAPANGAN (Empirik) 3.1. Gambaran Umum ...
Tabel 2.1 Kajian Empirik
Transcript of Tabel 2.1 Kajian Empirik
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Empirik
Tabel 2.1 Kajian Empirik
Peneliti Judul/Tahun Variabel yang
diteliti Metode Hasil
Theria Ninuk Sri Hartini
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat penderita malaria di Kabupaten Purworejo/1993
pendidikan, pengetahuan, persepsi), petugas (pendidikan, lama kerja, pekerjaan sampingan, frekuensi penyuluhan
Cross sectional
Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat adalah pengetahuan tentang penyakit, persepsi tentang bahaya malaria dan tingkat pendidikan.
M. Ilham Riadi Hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang malaria dengan kepatuhan menelan obat pada penderita malaria di Puskesmas Moyong I Jepara/2005
Pengetahuan dan sikap
Cross sectional
Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, dan fasilitas pelayanan kesehatan dengan praktik pencengahan dan pengobatan penyakit malaria.
M. Arie Wuryanto
Beberapa faktor risiko kepatuhan berobat penderita malaria vivax di Kabupaten Banjarnegara/2005
Faktor penderita,faktor obat, faktor petugas
Case Control
Faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat penderita malaria adalah pengetahuan penderita, kepercayaan terhadap pengobatan, ada tidaknya kesulitan dalam minum obat termasuk dalam membagi dosis harian.
Andriyani P dkk Faktor risiko dan pengetahuan, sikap, perilaku (PSP) masyarakat pada kejadian luar biasa (KLB) malaria di Kabupaten Purbalingga/2010
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
cross sectional
Pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) responden menunjukkan tingkat pengetahuan dan perilaku relatif masih rendah bahkan tingkat sikap
9
responden masih banyak yang tidak mendukung cara pencegahan dan pencarian pengobatan malaria yang sesuai harapan.
Raini M dkk Keluhan dan kepatuhan penderita malaria terhadap pengobatan malaria artesunat-amodiakuin di kalimantan dan Sulawesi/2004,
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Kualitatif Pengobatan AS+AQ selama 3 hari relatif masih dapat ditoleransi dan kepatuhan subyek minum obat masih cukup baik.
Andriansyah Pengaruh Perilaku dan Pengetahuan terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Malaria Vivax pada Puskesmas Sebabi Kecamatan Telawang Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah/2015
Perilaku dan pengetahuan
Cross sectional
Secara parsial bahwa perilaku dan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan minum obat. Secara simultan bahwa perilaku dan pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan minum obat. Bahwa perilaku dan pengetahuan tidak pengaruh secara dominan terhadap kepatuhan minum obat.
2.2 Kajian Teoritik
1. Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina (Depkes RI, 2008).
Spesies Plasmodium pada manusia adalah plasmodium falciparum,
plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae. Jenis
10
plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah plasmodium
falciparum dan plasmodium vivax, sedangkan plasmodium malariae dapat
ditemukan di beberapa provinsi antara lain : Lampung, Nusa Tenggara
Timur dan Papua. Plasmodium ovale pernah ditemukan di Nusa
Tenggara Timur dan Papua.
a. Siklus Hidup Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya,
yaitu manusia dan nyamuk anopheles betina (lihat gambar 1).
1) Siklus pada manusia.
Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah
manusia, sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk
kedalam peredaran darah selama lebih kurang 1/2 jam. Setelah itu
sporozoit akan masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dan 10,000-
30,000 merozoit hati (tergantung spesiesnya).
Siklus ini disebut sikius ekso-eritrositer yang berlangsung
selama lebih kurang 2 minggu. Pada plasmodium vivax dan
plasmodium ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk
dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di
dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada
suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif
sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dan skizon hati yang pecah akan masuk
ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel
11
darah merah, parasit tersebut berkembang dan stadium tropozoit
sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses
perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit
yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan
menginfeksi sel darah merah Iainnya. Sikius ini disebut sikius
eritrositer.
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual
(gametosit jantan dan betina).
2) Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk anopheles betina mengisap darah yang
mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan
betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang
menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk.
Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista
dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan
siap ditularkan ke manusia.
b. Masa inkubasi
Masa inkubasi nyamuk malaria adalah rentang waktu sejak
sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan
demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium.
Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai
parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.
12
Tabel 2.2 Masa Inkubasi Penyakit Malaria
Plasmodium Masa Inkubasi (hari) Plasmodium Falciparum 9 – 14 (12) Plasmodium Vivax 12 – 17 (15) Plasmodium Ovale 16 – 18 (17) Plasmodium Malarie 18 – 40 (28)
Sumber: Depkes RI, 2008
Gambar 2.1. Siklus Hidup Plasmodium
c. Patogenesis
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah
yang mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan
merangsang sel-sel makrofag, monosit atau limfosit yang
mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (tumor
nekrosis factor). TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang
merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses
skizogoni pada ke empat plasmodium memerlukan waktu yang
bebeda-beda, plasmodium falciparum memerlukan waktu 36-48 jam,
plasmodium vivax/o vale 48 jam, dan plasmodium malariae 72 jam.
13
Demam pada plasmodium falciparum dapat terjadi setiap hari,
plasmodium vivax/ovale selang waktu satu hari, dan plasmodium
malariae demam timbul selang waktu 2 hari.
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi
maupun yang tidak terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi
semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada
infeksi akut dan kronis. plasmodium vivax dan plasmodium ovale
hanya menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2%
dan seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan plasmodium malariae
menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dan
jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh
plasmodium vivax , plasmodium ovale dan plasmodium malariae
umumnya terjadi pada keadaan kronis (Depkes RI, 2008).
Splenomegali
Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium
dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel
radang ini akan menyebabkan limpa membesar.
Malaria berat akibat Plasmodium falciparum mempunyai
patogenesis yang khusus. Eritrosit yang terinfeksi
plasmodiumfalciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu
tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat
dalam tubuh. Selain itu pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan
membentuk knob yang berisi berbagai antigen plasmodium falciparum
Pada saat terjadi proses sitoadherensi, knob tersebut akan berikatan
dengan reseptor sel endotel kapiler. Akibat dan proses ini terjadilah
14
obstruksi (penyumbatan) dalam pembuluh kapiler yang menyebabkan
terjadinya iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga didukung
oleh proses terbentuknya “rosette” yaitu bergerombolnya sel darah
merah yang berparasit dengan sel darah merah lainnya.
Pada proses sitoaderensi ini diduga juga terjadi proses imunologik
yaitu terbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin (TNF,
interleukin), di mana mediator tersebut mempunyai peranan dalam
gangguan fungsi pada jaringan tertentu (Depkes RI, 2008).
d. Diagnosis Malaria
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan
pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostik
cepat (RDT - Rapid Diagnostik Test) (Depkes RI, 2008).
1) Anamnesis
a) Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
(1) Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau
pegal-pegal.
(2) Riwayat berkunjung dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu
ke daerah endemik malaria.
(3) Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
(4) Riwayat sakit malaria
(5) Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
(6) Riwayat mendapat transfuse darah
15
b) Selain hal di atas pada penderita tersangka malaria berat, dapat
ditemukan keadaan dibawah ini:
(1) Gangguan kesadaran dalam berbagal derajat
(2) Keadaan umum yang Iemah (tidak bisa duduk/berdiri)
(3) Kejang-kejang
(4) Panas sangat tinggi
(5) Mata atau tubuh kuning
(6) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
(7) Nafas cepat dan atau sesak nafas
(8) Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
(9) Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
(10) Jumlah air seni kurang (oliguria) sampal tidak ada (anuria)
(11) Telapak tangan sangat pucat
2) Pemeriksaan fisik
a) Demam (pengukuran dengan termometer 37,5o C)
b) Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c) Pembesaran limpa (splenomegali)
d) Pembesaran hati (hepatomegali)
e) Pada tersangka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis
sebagai berikut :
(1) Temperatur rektal 40o C
(2) Nadi cepat dan lemah/kecil
(3) Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan
pada anak-anak <50 mmHg.
16
(4) Frekuensi nafas> 35 x per menit pada orang dewasa atau >
40 x per menit pada balita, anak di bawah I tahun > 50 x per
menit.
(5) Penurunan derajat kesadaran dengan glasgow coma scale
(GCS) < 11
(6) Manisfestasi perdarahan (petekie, purpura, hematom).
(7) Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit
berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang).
(8) Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak
tangan pucat, lidah pucat).
(9) Terlihat mata kuning/ikterik
(10) Adanya ronki pada kedua paru
(11) Pembesaran limpa dan atau hepar
(12) Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria.
(13) Gejala neurologi (kaku kuduk, reflex patologik).
3) Diagnosis atas Dasar Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas /
lapangan / rumah sakit untuk menentukan:
(1) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)
(2) Spesies dan stadium plasmodium
(3) Kepadatan parasit:
(a) Semi kuantitatif
(-) = Negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/
lapang pandang besar.
17
(+) = Positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB).
(++) = Positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100
LPB)
(+++) = Positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB).
(++++) = Positif 4 (ditemukan > 10 parasit 1 LPB).
(b) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada
sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan darah tipis
(eritrosit).
Contoh: Bila dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit,
sedangkan jumlah lekosit 8.000/ul maka hitung parasit =
8.000/200 x 1500 parasit = 60.000 parasit/ul.
Bila dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Bila
jumlah eritrosit 450.000 maka parasit = 450.000/1000 x
50 = 225.000 parasit/ul.
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negative,
perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai 3 hari
berturut-turut.
- Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3
hari berturut-turut tidak ditemukan parasit maka
diagnosis malaria disingkirkan.
b) Pemeriksaan dengan tes diagnosis cepat (Rapid Diagnostic
Test). Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen
18
parasit malaria, dengan menggunakan metoda
imunokromatografi, dalam bentuk dipstick. Tes ini sangat
bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian
luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas
laboratorium serta untuk survei tertentu.
Tes yang tersedia di pasaran saat ini mengandung:
(1) HRP-2 (Histidine rich protein 2) yang diproduksi oleh
trofozoit, skizon dan gametosit muda P. falciparum.
(2) Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase
yang diproduksi oleh parasit bentuk aseksual atau seksual
plasmodium falciparum, plasmodiumvivax, plasmodium
ovale dan plasmodiummalariae.
Kemampuan rapid test yang beredar pada umumnya ada 2
jenis yaitu:
- Single yang mampu mendiagnosis hanya infeksi
plasmodiumfalciparum.
- Combo yang mampu mendiagnosis infeksi infeksi
plasmodiumfalciparum dan non falciparum.
Oleh karena teknologi baru sangat perlu untuk
memperhatikan kemampuan sensitivity dan specificity dan
alat ini. Dianjurkan untuk menggunakan rapid test dengan
kemampuan minimal sensitivity 95% dan specificity 95%. Hal
yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini
sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam frezzer
pendingin.
19
c) Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
(1) Hemoglobin dan hematokrit
(2) Hitung jumlah leukosit, trombosit
(3) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT &
SGPT, alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin,
natrium dan kalium, analisis gas darah).
(4) EKG
(5) Fototoraks
(6) Analisis cairan serebrospinalis
(7) Biakan darah dan uji serologi
(8) Urinalisis.
4) Diagnosis banding malaria
Manifestasi klinis malaria sangat bervariasi dan gejala yang ringan
sampal berat.
a) Malaria tanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan
penyakit infeksi lain sebagal berikut:
b) Demam tifoid
Demam lebih dan 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit
perut (diare, obstipasi), lidah kotor, bradikardi relatif, roseola,
leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia, uji Widal positif
bermakna, biakan empedu positif.
c) Demam dengue
d) Demam tinggi terus menerus selama 2 - 7 hari, disertai keluhan
sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji
torniquet positif, penurunan jumlah trombosit dan pen inggian
20
hemoglobin dan hematokrit pada demam berdarah, tes serologi
inhibisi hemaglunasi, IgM atau IgG anti dengue positif.
e) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
f) Batuk, beringu, sakit menelan, sakit kepala, manifestasi
kesukaran bernafas antara lain: napas cepat / sesak nafas,
tarikan dinding dada ke dalam dan adanya stridor.
g) Leptospirosis ringan
h) Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah,
conjuntival injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata)
dan nyeri betis yang menyolok. Pemeriksaan serologi
microscopic Agglutination Test (MAT) atau tes Leptodipstik
positif.
i) Infeksi virus akut lainnya.
5) Pengobatan Malaria
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria
dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh
manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal adalah untuk
mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan
rantai penularan. Semua obat malaria tidak boleh diberikan dalam
keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab
itu penderita harus makan lebih dahulu setiap akan minum obat anti
malaria (Depkes RI, 2008).
21
Tabel 2.3 Pengobatan lini pertama malaria falsiparum menurut
kelompok umur dengan Artesunat – Amodiaquin
Hari Jenis obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1 bln
2-11 bln
1-4 thn
5-9 thn
10-14 thn
≥ 15 thn
1
Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4
Primaquin - - 3/4 1 ½ 2 2-3
2 Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4 Primaquin ¼ ½ 1 2 3 4
3 Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4
Primaquin ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiaquin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb
Primaquin = 0,75 mg/kgbb
Catatan : Sebaiknya obat diberikan sesuai dengan berat badan,
karena jika tidak sesuai dengan berat badan akan menimbulkan
antara lain: efek samping yang lebih berat karena dosis yang tidak
tepat (berlebih) misalnya muntah, mual, sakit kepala.
Sumber : Depkes RI (2008).
Tabel 2.4 Pengobatan lini kedua malaria falsiparum (Doksisiklin)
Hari Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-11 bln
1-4 thn
5-9 thn
10-14 thn
≥ 15 thn
1
Kina *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1½
3x (2-3)
Doksisiklin - - - 2x1 **)
2x1 ***)
Primaquin - 3/4 1 ½ 2 2-3
2
Kina *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1½
3x (2-3)
Doksisiklin - - - 2x1 **)
2x1 ***)
Catatan : *) Dosis diberikan kg/bb. **) 2 x 50 mg Doksisiklin
***) 2 x 100 mg Doksisiklin
Sumber : Depkes RI (2008).
22
Tabel 2.5 Pengobatan lini pertama malaria vivax/ovale menurut
kelompok umur dengan Artesunat – Amodiaquin
Hari Jenis obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1 bln
2-11 bln
1-4 thn
5-9 thn
10-14 thn
≥ 15 thn
1
Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4
Primaquin - - 3/4 1 ½ 2 2-3
2 Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4 Primaquin ¼ ½ 1 2 3 4
3 Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4
Primaquin ¼ ½ 1 2 3 4
4-14 Primaquin Dosis 0,25 mg/bb Sumber : Depkes RI (2008).
Tabel 2.6 Pengobatan lini kedua malaria vivax/ovale menurut
kelompok umur dengan Artesunat – Amodiaquin
Hari Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1 bln
2-11 bln
1-4 thn
5-9 thn
10-14 thn
≥ 15 thn
H1-7 Kina *) *) 3x1/2 3x1 3x1½ 3 x 3
H1-14
Primaquin - - 1/4 1/2 3/4 1
Sumber : Depkes RI (2008).
Tabel 2.7 Pengobatan malaria mix (P. Falciparum + P. Vivax)
dengan Artesunat – Amodiaquin
Hari Jenis obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1 bln
2-11 bln
1-4 thn
5-9 thn
10-14 thn
≥ 15 thn
1 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4 Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4
Primaquin - - 3/4 1 ½ 2 2-3
2 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4 Primaquin ¼ ½ ¼ ½ 3/4 1
3 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiaquin ¼ ½ 1 2 3 4
Primaquin - - 1/4 ½ 3/4 1 4-14 Primaquin - - 1/4 ½ 3/4 1
Amodiaquin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb
23
Primaquin = 0,75 mg/kgbb
Sumber : Depkes RI (2008).
2. Kepatuhan dan Kepatuhan Minum Obat (Compliance)
a. Kepatuhan
Kepatuhan (ketaatan) didefinisikan sebagai tingkat penderita
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh
dokternya atau dengan kata lain kepatuhan adalah perilaku positif
penderita dalam mencapai tujuan terapi (Suparyanto, 2010).
Menurut Cramer (1991), kepatuhan dapat dibedakan menjadi
(Psychologymania.com, 2012):
1) Kepatuhan penuh (Total Compliance)
Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur
sesuai batas waktu yang ditentukan melainkan juga patuh
memakai obat secara teratur sesuai petunjuk.
2) Sama sekali tidak patuh (Non Compliance)
Penderita sama sekali tidak menggunakan obat atau penderita
putus berobat.
b. Kepatuhan Minum Obat
Kepatuhan minum obat (Compliance) adalah keadaan yang
menunjukan perilaku penderita mematuhi dan tidak mematuhi minum
obat (dinna windiasari.com, 2009).
Menurut Sacket (1985) kepatuhan berobat adalah tingkat perilaku
penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan seperti
diet, kebiasaan hidup sehat, ketepatan berobat. Trostle menyatakan
bahwa kepatuhan adalah tingkat penderita dalam hal pengobatan, diet
24
atau melaksanakan gaya hidup yang sesuai dengan kesehatan. D‟
Onofrio, CN (1980), berpendapat bahwa kepatuhan berobat diartikan
sebagai suatu sikap dan perilaku yang menuruti setiap anjuran serta
mengikuti setiap petunjuk pengobatan yang diberikan dengan penuh
kesadaran. Kepatuhan menyatakan secara tidak langsung sikap
penurut dan kerjasama dari penderita demi kebaikan diri sendiri
(Muryanto, M.Arie 2005).
c. Mengukur Kepatuhan
Beberapa ahli mengemukakan cara mengukur kepatuhan berobat,
antara lain pengukuran kepatuhan berobat dinyatakan oleh Sacket dkk
(1985) dan Sarafino (1990). Sacket dkk (1985), menyatakan bahwa
kepatuhan berobat dapat diketahui melalui cara yaitu : keputusan
dokter yang didasarkan pada hasil pemeriksaan, pengamatan
terhadap jadwal pengobatan, penghitungan jumlah tablet (pil) pada
akhir pengobatan, pengukuran kadar obat dalam darah atau urin,
wawancara pada penderita dan pengisian formulir khusus (Muryanto,
M.Arie 2005).
d. Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan
Menurut Carpenito L.j.(2000) berpendapat bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang
dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi
mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan
tidak patuh.
25
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya
(Suparmanto 2010) :
1) Pemahaman tentang instruksi.
Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham
tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun
1967 menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang di
wawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang
instruksi yang diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini
disebabkan oleh kegagalan profesional kesalahan dalam
memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah-istilah medis
dan memberikan banyak instruksi yang harus di ingat oleh
penderita.
2) Tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan,
sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang
aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu
(Feuer Stein et.al., 1986).
Singgih D. Gunarso ( 1990 ) mengemukakan bahwa semakin
tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur – umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika
berusia belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan factor
umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang
akan mengalami puncaknya pada umur – umur tertentu dan akan
menurun kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring
26
dengan usia semakin lanjut.Hal ini menunjang dengan adanya
tingkat pendidikan yang rendah.
3) Kesakitan dan pengobatan.
Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena
tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang
jelas), saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama,
pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping,
perilaku yang tidak pantas (Dikson dkk,1989,1990, ley,1992).
4) Keyakinan, sikap dan kepribadian.
Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang
gagal, Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami
depresi, ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki
kekuatan ego yang lebih lemah dan memiliki kehidupan social yang
lebih, memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego
yang lebih ditandai dengan kurangnya penguasaan terhadap
lingkunganya. Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk
meramalkan ketidak patuhan (Tylor, 1991). Sebagai contoh, di
Amerika Serikat para wanita kaum kulit putih dan orang-orang tua
cenderung mengikuti anjuran dokter (Sarafino, 1990).
5) Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga dapat menjadi faktor yang dapat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan
individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka
terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan
mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana
27
seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial,
secara negatif berhubungan dengan kepatuhan (Baekeland dan
Lundawall)
6) Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk
memenuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya
penderita TBC sudah pensiun dan tidak bekerja namun biasanya
ada sumber keuangan lain yang bisa digunakan untuk membiayai
semua program pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu
tingkat ekonomi menengah ke bawah akan mengalami
ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik tidak terjadi
ketidakpatuhan (Power park C.E., 2002).
7) Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari
anggota keluarga teman, waktu, dan uang merupakan factor
penting dalam kepatuhan contoh yang sederhana, jika tidak ada
transportasi dan biaya dapat mengurangi kepatuhan penderita.
Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang
disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan
godaan pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi
kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan. Dukungan sosial
nampaknya efektif di negara seperti Indonesia yang memeliki status
sosial lebih kuat, dibandingkan dengan negara-negara barat
(Meichenbaun, 1997).
28
8) Perilaku sehat.
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif
untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit (Depkes RI, 2002:3). Ahli
kesehatan Becker (Soekidjo Notoatmojo, 2013;118)
mengklasifikasikan perilaku-perilaku kesehatan sebagai berikut: 1).
Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatannya; 2). Perilaku sakit (illness
behavior), perilaku sakit ini mencakup seseorang terhadap sakit dan
penyakit dan pengobatan penyakit dan sebagainya; 3) Perilaku
peran sakit (the sick role behavior) dari segi sosiologi, orang sakit
mempunyai peran yang mencakup semua hak-hak orang sakit
(right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obliguation).
Definisi perilaku sehat menurut Sarafino adalah “Segala
aktifitas yang dilakukan seseorang untuk mempertahankan, atau
meningkatkan kesehatannya, tidak tergantung status kesehatannya
saat itu dan atau apakah perilaku yang dilakukannya mencapai hal
tersebut”. Sehingga menurut Sarafino apa yang dimaksud dengan
perilaku sehat bukan hanya bertujuan mencegah penyakit datang
tetapi juga tindakan yang kita lakukan saat menyadari kita akan
sakit atau sedang sakit. (Kompas, 2014).
Perilaku sehat menurut Soekidjo Notoatmojo (1997) adalah
suatu respon seseorang/organisme terhadap stimulus yang
29
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, serta lingkungan.
Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua:
(1) Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila
respons terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati
orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan persepsi dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan. entuk “unobservabel
behavior atau “covert behavior” apabila respons tersebut terjadi
dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari luar (orang lain) yang
disebut dengan pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).
(2) Perilaku Terbuka (Overt behaviour), apabila respons tersebut
dalam bentuk tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain)
yang disebut praktek (practice) yang diamati orang lain dari luar
atau “observabel behavior”. Perilaku terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespon maka teori Skinner ini disebut teori „SO-R”
(Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan batasan dari
Skinner tersebut, maka dapat didefinisikan bahwa perilaku
adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
dalam rangka pemenuhan keinginan, kehendak, kebutuhan,
nafsu, dan sebagainya. Kegiatan ini mencakup :
(1) Kegiatan kognitif: pengamatan, perhatian, berfikir yang di
sebut Pengetahuan
30
(2) Kegiatan emosi: merasakan, menilai yang disebut sikap
(afeksi)
(3) Kegiatan konasi: keinginan, kehendak yang disebut
tindakan (practice)
Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmojo(1997: 118)
perilaku adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.
Menurut Soekidjo Notoatmojo(1997: 120-121) perilaku
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
(a) Perilaku pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi
dalam diri manusia dan yang tidak secara langsung
dapat terlihat orang lain. (tanpa tindakan: berfikir,
berpendapat, bersikap) artinya seseorang yang
memiliki pengetahuan positif untuk mendukung hidup
sehat tetapi ia belum melakukannya secara kongkrit.
(b) Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati
secara langsung (melakukan tindakan), misalnya:
seseorang yang tahu bahwa menjaga kebersihan amat
penting bagi kesehatannya ia sendiri melaksanakan
dengan baik serta dapat menganjurkan pada orang
lain untuk berbuat serupa.
Hal yang mempengaruhi perubahan perilaku sehat :
1) Tidak salah jika dikatakan bahwa hal yang paling
penting dalam perubahan perilaku adalah proses
pembelajaran. Secara teori kita tahu bahwa perilaku
31
sehat harus dipelajari lewat proses belajar dan perilaku
itu berubah karena ada konsekuensinya.
2) Kebanyakan dalam kehidupan kita sehari-hari
konsekuensi yang ingin didapatkan adalah
penghargaan (reward). Seseorang ingin melakukan
suatu perubahan karena ada “imbalan” atau
penghargaan yang ingin dia dapatkan. Kita melakukan
diet sehat dan olahraga karena ingin sehat. Kita
berobat ke dokter saat sakit agar menjadi sembuh.
3) Salah satu pembelajaran perilaku sehat juga
berlangsung lewat observasi. Kita sering melihat
banyak orang mendapatkan keberhasilan dalam
menjalankan diet sehat dan olahraga. Kita menjadi
termotivasi melakukan hal tersebut dan ingin mencari
tahu bagaimana hal-hal tersebut dilakukan.
4) Individu akan lebih cenderung meniru perilaku orang
yang setara dengan dirinya baik secara umur, usia dan
ras. Selain itu juga orang yang dianggap lebih tinggi
status sosial atau derajatnya dari individu cenderung
lebih mudah diikuti.
5) Artis dan selebriti sering menjadi ikon suatu gaya
hidup, perilaku atau menjadi bintang iklan. Hal ini
dikarenakan artis mempunyai banyak fans yang
sekiranya akan mengikuti gaya hidup dan perilaku dari
idolanya tersebut.
32
9) Dukungan profesi keperawatan (kesehatan)
Dukungan profesi kesehatan merupakan faktor lain yang dapat
mempengaruhi perilaku kepatuhan penderita. Dukungan mereka
terutama berguna pada saat penderita menghadapi kenyataan
bahwa perilaku sehat yang baru itu merupakan hal yang penting.
Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku penderita dengan
cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu
dari penderita, dan secara terus menerus memberikan yang positif
bagi penderita yang telah mampu beradabtasi dengan program
pengobatanya (Meichhenbaum, 1997).
Menurut (Niven, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan adalah (http://worldhealth-blogspot.com, 2012):
1) Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
klien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan
tersebut merupakan pendidikan yang aktif.
2) Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian
klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan.
33
3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan
teman-teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk
membantu kepatuhan terhadap program pengobatan seperti
pengurangan berat badan, berhenti merokok dan menurunkan
konsumsi alkohol.
4) Perubahan model terapi
Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan
klien terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan (terapi).
5) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien
Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien
adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien
setelah memperoleh infomasi tentang diagnosis.
6) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebahagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)
Pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku yang
disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi
34
proses berurutan yakni : kesadaran (Awareness), merasa tertarik
(Interest), menimbang-nimbang (Evaluation), subjek sudah mulai
mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh stimulus (Trial), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
(Adoption). (Notoatmodjo,1996).
Pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni:
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
dalam Notoatmodjo, 2003. (Repository.usu.ac.id.2014).
Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan
menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap
objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan
dalam Hidayat, 2007. (Repository.usu.ac.id.2014).
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari
pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti,
media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan
dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang
berperilaku sesuai dengan keyakinannya tersebut dalam Istiari,
(2000). (Repository.usu.ac.id.2014).
a) Cara Mendapatkan Pengetahuan
Berbagai macam cara yang telah digunakan untuk
35
memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni:
(1) Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini
dilakukan sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi:
(a) Cara Coba Salah (Trial Dan Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka
akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai
didapatkan hasil mencapai kebenaran.
(b) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas
atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan,
otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan.
(c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
Apabila dengan cara yang digunakan tersebut
orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang
dapat pula menggunakan cara tersebut.
(d) Melalui Jalan Pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan
36
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikiran.
(2) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh
pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan
ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah
(Notoatmodjo, 2005).
b) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
(1) Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup
umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi
kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
percaya dari pada orang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa
(Nursalam, 2001).
Singgih D. Gunarso (1990) mengemukakan bahwa
makin tua umur seseorang maka proses–proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada
umur tertentu bertambahnya proses perkembangan ini tidak
secepat ketika berusia belasan tahun.
Abu Ahmadi (1997) juga mengemukakan bahwa
memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya
37
dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa dengan bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang
diperoleh, tetapi pada umur–umur tertentu atau menjelang
usia lanjut kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu
pengetahuan akan berkurang.
(2) Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992, yang
dikutip Nursalam, 2001). Pendidikan adalah salah satu
usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
(Notoatmodjo, 1993). Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, menurut IB Marta (1997), makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Pendidikan diklasifikasikan pendidikan tinggi/
akademi/ PT, pendidikan menengah (SLTP/SLTA) dan
pendidikan dasar (SD).
Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang
lain maupun dari media masa, sebaliknya tingkat
pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
baru diperkenalkan (Koentjaraningrat, 1997, dikutip
38
Nursalam, 2001). Ketidaktahuan dapat disebabkan karena
pendidikan yang rendah, seseorang dengan tingkat
pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima
pesan, mencerna pesan, dan informasi yang disampaikan
(Effendi, 1998).
(3) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is
the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa
pemngalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu
(Notoatmodjo, 2002).
Pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang
berbeda bagi tiap individu, maka pengalaman mempunyai
kaitan dengan pengetahuan. seseorang yang mempunyai
pengalaman banyak akan menambah pengetahuan
(Cherin,2009)
c) Tingkat Pengetahuan
Pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan karena didasari
39
oleh kesadaran, rasa tertarik, dan adanya pertimbangan dan
sikap positif. Tingkatan pengetahuan terdiri atas 6 tingkat
yaitu :
(1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah
mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang khusus
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh karena itu, “Tahu“ merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah gunanya untuk mengukur
bahwa orang tahu yang dipelajari seperti: menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
(2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara
benar tentang objek yang diketahui, dapat menjelaskan
materi tersebut dengan benar.
(3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau
kondisi nyata.
(4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen–komponen,
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tetapi masih
ada kaitannya satu sama lain.
40
(5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
(6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria yang ada
(Notoatmodjo, 2005).
d) Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. Pengukuran
tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status
pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi (Notoatmodjo, 2005).
7) Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih
41
dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup
tinggi tingkat kedewasaannya.
8) Dukungan Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2
orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah,
hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain,
mempertahankan satu kebudayaan (Effendy, 2006).
2.3 Pengaruh Antar Variabel yang di teliti
Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau
memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat
membantu. Landasan teori perlu ditegakkan agar peneliti mempunyai dasar
yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan caba-coba (trial and error)
landasan teoritis (Sugiyono, 2008).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina (Depkes RI, 2008).
Ada 4 spesies Plsmodium yang dapat menyebab penyakit malaria pada
manusia yaitu : plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium
malariae, plasmodium ovale.
Kepatuhan penderita dalam minum obat sangat penting, sebab apabila
penderita tidak patuh dalam minum obat akan mengakibatkan malaria sulit
diatasi, penderita bisa kambuh (rekurensi/rekrudensi) dan menimbulkan
resistensi Plasmodium terhadap obat malaria.
42
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala
sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi
mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak
patuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya:
(Suparyanto, 2010) pemahaman tentang instruksi, tingkat pendidikan,
kesakitan dan pengobatan, keyakinan, sikap dan kepribadian, dukungan
keluarga, tingkat ekonomi, dukungan sosial, perilaku sehat, dukungan
profesi keperawatan (kesehatan) dan (Niven, 2008) pendidikan
akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial, perubahan model terapi,
meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien, pengetahuan,
usia, dukungan keluarga.
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka untuk lebih jelasnya
kerangka teori penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.2. Kerangka teori
- Pendidikan Akomodasi
- Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
- Perubahan model terapi - Meningkatkan interaksi
profesional kesehatan dengan klien
- Pengetahuan
- Pemahaman tentang instruksi.
- Tingkat pendidikan. - Kesakitan dan
pengobatan. - Keyakinan, sikap dan
kepribadian. - Dukungan Keluarga
- Tingkat ekonomi
Kepatuhan minum obat