BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... 2.pdf · dengan pemikiran Rogers, ......

24
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Penelitian mengenai sistem informasi telah menguji perilaku pengguna dan penerimaan sistem dari berbagai perspektif (Venkatesh et al., 2003). Technology Acceptance Model (TAM) oleh Davis (1989) yang diadopsi dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Fishbe dan Ajzen (1975), menawarkan sebuah teori sebagai landasan untuk memeroleh pemahaman yang lebih baik mengenai perilaku pemakai dalam penerimaan dan penggunaan sistem informasi (Handayani, 2007). Model ini menunjukkan bahwa ketika terdapat suatu teknologi baru, maka pengguna teknologi akan dihadapkan pada faktor- faktor yang memengaruhi mereka untuk menggunakan teknologi tersebut. TAM merupakan model yang paling berpengaruh untuk dapat melihat penerimaan penggunaan sistem informasi. Model TAM menjelaskan perilaku para pengguna teknologi informasi dengan melihat dari perspektif kepercayaan (belief), sikap (attitude), minat (intention) dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relatioship). Tujuan model ini adalah untuk dapat menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan penggunaan teknologi informasi itu sendiri. Technology Acceptance Model (TAM) berteori bahwa niat seseorang untuk menggunakan sistem atau teknologi ditentukan oleh dua faktor, yaitu

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... 2.pdf · dengan pemikiran Rogers, ......

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM)

Penelitian mengenai sistem informasi telah menguji perilaku pengguna dan

penerimaan sistem dari berbagai perspektif (Venkatesh et al., 2003). Technology

Acceptance Model (TAM) oleh Davis (1989) yang diadopsi dari Theory of

Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Fishbe dan Ajzen (1975),

menawarkan sebuah teori sebagai landasan untuk memeroleh pemahaman yang

lebih baik mengenai perilaku pemakai dalam penerimaan dan penggunaan sistem

informasi (Handayani, 2007). Model ini menunjukkan bahwa ketika terdapat

suatu teknologi baru, maka pengguna teknologi akan dihadapkan pada faktor-

faktor yang memengaruhi mereka untuk menggunakan teknologi tersebut.

TAM merupakan model yang paling berpengaruh untuk dapat melihat

penerimaan penggunaan sistem informasi. Model TAM menjelaskan perilaku para

pengguna teknologi informasi dengan melihat dari perspektif kepercayaan (belief),

sikap (attitude), minat (intention) dan hubungan perilaku pengguna (user behavior

relatioship). Tujuan model ini adalah untuk dapat menjelaskan faktor-faktor

utama dari perilaku pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan

penggunaan teknologi informasi itu sendiri.

Technology Acceptance Model (TAM) berteori bahwa niat seseorang

untuk menggunakan sistem atau teknologi ditentukan oleh dua faktor, yaitu

11

persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) yang didefinisikan sebagai tingkat di

mana seseorang percaya bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan

kinerjanya, dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) yang

didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana seseorang percaya bahwa penggunaan

teknologi akan membuat dirinya bebas dari upaya atau lebih mudah dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan (Venkatesh et al, 2003). TAM meyakini bahwa

penggunaan SI akan meningkatkan kinerja individu atau perusahaan, dan

penggunaan SI akan memermudah pemakainya dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan (Gupta et al, 2007).

2.1.2 Theory of Attitude and Behavior

Teori sikap dan perilaku (Theory of Attitudes and Behavior)

dikembangkan oleh Triandis (1980) dalam Saka (2013) yang menyatakan bahwa

perilaku seseorang ditentukan oleh sikap yang terkait dengan apa yang orang-

orang ingin lakukan serta terdiri dari keyakinan tentang konsekuensi dari

melakukan perilaku, aturan-aturan sosial yang terkait dengan apa yang mereka

pikirkan akan mereka, dan kebiasaan yang terkait dengan apa yang mereka biasa

lakukan. Model perilaku interpersonal yang lebih komprehensif yang disajikan

Triandis (1980) menyatakan bahwa faktor-faktor sosial, perasaan, kebiasaan,

kondisi fasilitas dan konsekuensi yang dirasakan memengaruhi tujuan perilaku

dan sebaliknya akan memengaruhi perilaku. Ndraha (2005:214) menyatakan

perilaku menentukan cara bagaimana seseorang menggunakan alat kerjanya.

Seorang yang berperilaku teliti dan hati-hati menggunakan alat yang tepat dengan

cara yang benar ketika bekerja maka akan menghasilkan hasil yang diharapkan.

12

Faktor sosial yaitu berkaitan dengan intervalisasi individual tentang kultur

subyektif grup referensi dan persetujuan-persetujuan interpesonal spesifik yang

telah dibuat oleh individual dengan orang lain di situasi-situasi sosial tertentu.

Kultur subyektif terdiri dari norma-noma, peran, dan nilai-nilai.

2.1.3 Teori Difusi Inovasi

Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi

baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett

Rogers (1965) dalam Leidner (2006) melalui bukunya yang berjudul Diffusion

Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi

dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam

sebuah sistem sosial. Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap

baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah

inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa

kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka

mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya

membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Sesuai

dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen

pokok, yaitu:

1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang.

Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan

individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang

maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang

inovatif tidak harus baru sama sekali.

13

2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari

sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber

paling tidak perlu memerhatikan tujuan diadakannya komunikasi dan

karakteristik penerima.

3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui

sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan

terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu.

4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat

dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai

tujuan bersama

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan

argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi.

Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh

terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan

keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi

tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis

keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi

(communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan

(5) peran agen perubah (change agents)

2.1.4 Teknologi Informasi

Teknologi adalah perangkat yang dimanfaatkan individu untuk

menyelesaikan tugas mereka (Goodhue and Thompson, 1995). Menurut O’Brien

(2006:28) dalam Sagung (2009) teknologi adalah suatu jaringan komputer yang

14

terdiri atas berbagai komponen pemrosesan informasi yang menggunakan

berbagai jenis hardware, software, manajemen data, dan teknologi.

Bodnar dan Hopwood (2006) menyebutkan ada tiga hal yang berkaitan

dengan teknologi informasi berbasis komputer yaitu perangkat keras (hardware),

perangkat lunak (software) dan pengguna (brainware). Ketiga elemen tersebut

saling berinteraksi dan dihubungkan dengan suatu perangkat masukan keluaran

(input-output media), yang sesuai dengan fungsinya masing-masing (Lindawati,

2012).

2.1.5 Sistem Informasi Berbasis Komputer

Menurut Handayani (2010), informasi merupakan hal yang fundamental

dalam suatu organisasi khususnya dalam pengambilan keputusan, yaitu untuk

mengurangi adanya ketidakpastian di dalam pengambilan keputusan tentang suatu

keadaan. Menurut Hall (2007) sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur

formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan

kepada para pemakai. Sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam

proses perencanaam, penggoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta

aktivitas yang saling berhubungan untuk memotivasi orang-orang pada semua

tingkatan di dalam organisasi (Lubis, 2011:3). Informasi dalam hubungannya

dengan pengambilan keputusan diperoleh dari Sistem Informasi (selanjutnya

disebut dengan SI ) atau disebut juga dengan information processing system di

dalam sistem informasi berbasis komputer.

Sistem informasi berbasis komputer atau Computer Based Information

System (CBIS) merupakan sistem pengolahan data menjadi sebuah informasi yang

15

berkualitas dan dapat dipergunakan sebagai alat bantu yang mendukung

pengambilan keputusan, koordinasi dan kendali, serta visualisasi dan analisis.

Widjajanto (2001:72) dalam Wower (2012) menyatakan sistem akuntansi

berbasis komputer memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat meningkatkan

efisiensi khususnya jika volume data yang diolah cukup besar, pengolahan data

dengan menggunakan komputer lebih mudah karena komputer bisa melakukan

perhitungan secara otomatis, komputer mampu menyajikan informasi secara cepat

dan dengan kecermatan yang tinggi. Selain kelebihan tersebut, komputer memiliki

beberapa kelemahan antara lain komputer hanyalah alat, komputer memerlukan

program aplikasi, komputer terbatas pada kemampuan algoritmis.

Menurut Hall (2001:17), informasi yang dihasilkan oleh SI dapat

digunakan dalam pengambilan keputusan apabila informasi tersebut berkualitas

artinya informasi tersebut harus memenuhi empat hal yaitu:

1) Relevan (relevance)

Informasi harus memberikan manfaat bagi pemakainya. Relevansi

informasi untuk tiap-tiap individu satu dengan yang lainnya berbeda.

Misalnya informasi mengenai sebab-akibat kerusakan mesin produksi

kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan

bila ditujukan kepada ahli teknik perusahaan

2) Akurasi (accuracy)

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau

menyesatkan, dan harus jelas mencerminkan maksudnya. Ketidakakuratan

16

dapat terjadi karena sumber informasi (data) mengalami gangguan atau

kesengajaan sehingga merusak atau merubah data-data asli tersebut.

3) Tepat waktu (timeliness)

Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan tidak boleh terlambat (usang).

Informasi yang usang tidak mempunyai nilai yang baik, sehingga kalau

digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan akan berakibat

fatal atau kesalahan dalam keputusan dan tindakan. Kondisi demikian

menyebabkan mahalnya nilai suatu informasi, sehingga kecepatan untuk

mendapatkan, mengolah dan mengirimkannya memerlukan teknologi-

teknologi terbaru.

4) Lengkap (complete)

Bagian informasi yang esensial bagi pemakai tidak boleh ada yang hilang

atau kurang. Misalnya: sebuah laporan harus menyajikan semua

perhitungan dan menyajikannya dengan jelas sehingga tidak menimbulkan

laporan yang ambigu.

2.1.6 Sistem Informasi Akuntansi

Urquía (2011) menyatakan bahwa Sistem Informasi Akuntansi (SIA)

adalah suatu alat yang termasuk kedalam bidang teknologi informasi (TI) dan

sistem yang dirancang untuk membantu dalam pengolahan dan pengendalian

terkait dalam bidang ekonomi keuangan perusahaan. SIA merupakan kumpulan

sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data

keuangan dan data lainnya menjadi informasi (Bodnar dan Hopwood, 2006:3).

Wilkinson (2000) dalam Salehi et al. (2010) mengemukakan berdasarkan definisi

17

sistem informasi akuntansi maka tujuan dan manfaat sistem informasi akuntansi

tersebut adalah sebagai pengolah transaksi (transaction processing) dan pengolah

informasi (information processing). Subsistem SIA memproses berbagai transaksi

keuangan dan transaksi nonkeuangan yang secara langsung memengaruhi

pemrosesan transaksi keuangan (Hall, 2007:10). Beberapa fungsi penting yang

dibentuk sistem informasi akuntansi pada sebuah organisasi adalah sebagai

berikut:

1) Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi

2) Memproses data menjadi informasi yang dapat digunakan dalam proses

pengambilan keputusan.

3) Melakukan kontrol secara tepat terhadap aset organisasi

Menurut Romney (2009), sistem informasi akuntansi adalah suatu

rangkaian yang terdiri dari beberapa komponen yaitu orang – orang, prosedur-

prosedur data software dan infrastruktur teknologi yang saling berhubungan dan

berinteraksi untuk mancapai suatu tujuan. Sistem informasi akuntansi terdiri dari

lima komponen yaitu (1) orang-orang yang mengoperasikan sistem dan

melaksanakan berbagai fungsi; (2) prosedur-prosedur, baik manual maupun

terkomputerisasi yang dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses, dan

menyimpan data tentang aktivitas-aktvitas organisasi; (3) data tentang proses-

proses bisnis organisasi; (4) software (perangkat lunak) yang dipakai untuk

memproses data organisasi; dan (5) infrastruktur teknologi informasi yang

didalamnya termasuk komputer, peralatan pendukung dan peralatan untuk

komunikasi jaringan.

18

2.1.7 Sistem Informasi Akuntansi Pemerintah Daerah

Pengelolaan keuangan daerah mengikuti ketentuan undang-undang di

bidang keuangan negara. Siklus pengelolaan ini tidak terlepas pada siklus

manajemen yang dikenal selama ini. Perencanaan merupakan awal dari siklus

yang diikuti dengan pelaksanaan dan pengawasan. Pada pengelolaan uang negara,

siklus tersebut terdiri dari perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan anggaran/

pembendaharaan, akuntansi dan pertanggungjawaban, dan pemeriksaan

(Mursyidi, 2009:13)

Pemerintah di masing-masing daerah sudah menerapkan sistem informasi

akuntansi berbasis komputer. Pemerintah daerah memiliki sistem khusus untuk

mengatur kegiatan operasi keuangannya yaitu Sistem Informasi Manajemen

Daerah (SIMDA) dan sistem yang terbaru yang digunakan adalah Sistem

Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). SIMDA maupun SIPKD

merupakan alat bantu dalam proses pengelolaan keuangan daerah dari mulai

tahapan perencanaan anggaran hingga pelaporan anggaran yang berpedoman pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sistem ini mengacu pada Sistem

Informasi Akuntansi (SIA) yang digunakan untuk dapat memonitoring dan

membantu proses kinerja sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada

daerah seperti pada Satuan Perangkat Kerja Daerah. Sistem yang lengkap terdiri

dari perencanaan atau penganggaran, penatausahaan dan pelaporan atau akuntansi

(Wower, 2012).

19

2.1.8 Efektivitas Teknologi Sistem Informasi Akuntansi

Handoko (1999:67) mengemukakan bahwa efektivitas adalah kemampuan

untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan, menyangkut bagaimana melakukan pekerjaan yang

benar. Menurut Sajady and Hashem (2008), efektivitas sistem didasarkan pada

kontribusinya dalam pembuatan keputusan, kualitas informasi akuntansi, evaluasi

kinerja, pengendalian internal yang memfasilitasi transaksi perusahaan.

Sistem Informasi Akuntansi merupakan aplikasi pilihan yang utama pada

teknologi telekomunikasi komputer karena memiliki kompetensi yang baik dan

berperan sebagai struktur penopang langkah-langkah untuk membuat laporan

keuangan (Tripambudi, 2014). Ogah (2013) mengatakan kemajuan dalam bidang

teknologi informasi dan komunikasi telah membuat sistem informasi akuntansi

menjadi suatu alat penting dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif.

Efektivitas teknologi sistem informasi akuntansi merupakan suatu ukuran

yang memberikan gambaran sejauh mana target dapat dicapai dari suatu

kumpulan sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses, dan

menyimpan data elektronik, kemudian mengubahnya menjadi sebuah informasi

yang berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan baik

secara kualitas maupun waktu. Sistem informasi akuntansi dikatakan efektif bila

informasi yang diberikan oleh sistem tersebut dapat melayani kebutuhan

pengguna sistem (Sajady and Hashem, 2008). Novita (2011) menyebutkan bahwa

semakin efektif sistem informasi akuntansi akan membuat kinerja semakin tinggi.

20

Suatu sistem informasi akuntansi dapat dikatakan efektif menurut DeLone

dan Mcclean (1992) dalam Puja dan Suardikha (2013) harus memenuhi

persyaratan, yaitu informasi yang dihasilkan harus berkualitas dan harus berkaitan

dengan output sistem informasi. Adapun ukuran efektivitas sistem informasi

akuntansi menurut DeLone dan Mcclean (1992) dalam Puja dan Suardikha (2013)

yaitu :

1) Information Quality, berkaitan dengan output sistem informasi

2) System Quality, yang mengevaluasi sistem pengolahan informasi itu

sendiri

3) Service Quality, untuk mengakses harapan konsumen dan persepsi

mengenai kualitas pelayanan dalam organisasi.

4) System Use, berkaitan dengan penggunaan output dari sistem informasi

oleh penerima

5) User Statifaction, berkaitan dengan respon penerima pada penggunaan

output sistem informasi.

6) Net Benefits, suatu rangkaian kesatuan dari entitas individual sampai

nasional yang dapat memberi dampak (impact) bagi aktivitas sistem

informasi.

2.1.9 Budaya Organisasi

Organisasi sebagai unit sosial, yang terdiri dari sekelompok orang yang

berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, serta terdiri dari orang-orang dengan

latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan motivasi yang berbeda menimbulkan

benturan nilai-nilai individual dalam proses keorganisasian dan dapat menjadi

21

salah satu faktor pengganggu upaya pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu

organisasi perlu menciptakan nilai-nilai bersama yang dikenal dengan budaya

dalam upaya untuk membangun sistem keorganisasian guna menyeragamkan

pemikiran dan tindakan serta mengubah perilaku individual ke perilaku

organisasional. Budaya organisasi adalah nilai-nilai dan keyakinan (belief) yang

dimiliki oleh anggota organisasi, yang dimanifestasikan dalam bentuk norma-

norma perilaku para individu atau kelompok organisasi yang bersangkutan

(pendekatan dimensi praktik) (Hofstede, et.al, 1990).

Menurut Yamin (2014), budaya organisasi merupakan kebiasaan-

kebiasaan yang terjadi dalam hirarki organisasi yang mewakili norma-norma

perilaku dan diikuti oleh para anggota dalam organisasi, maka budaya organisasi

akan memberikan suasana psikologis bagi semua anggota, bagaimana mereka

bekerja, bagaimana berhubungan dengan atasan maupun rekan sekerja dan

bagaimana menyelesaikan masalah merupakan wujud budaya yang khas bagi

setiap organisasi. Soedjono (2005) dalam Maryana (2011) memandang budaya

organisasi dapat menjadi suatu instrumen keunggulan kompetitif utama, yaitu bila

budaya organisasi mendukung strategi organisasi, dan bila budaya organisasi

dapat menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat.

Sistem informasi tidak semata mengintegrasikan komponen hardware, software,

brainware, jaringan komunikasi maupun database serta prosedur (McLeod,

2007:29). Keharmonisan komponen sumber daya manusia merupakan bagian

terpenting dengan komponen lainnya didalam suatu sistem informasi sebagai hasil

dari perencanaan, analisis, perancangan, dan strategi implementasi yang

22

didasarkan kepada komunikasi di antara sumber daya manusia yang terlibat dalam

suatu organisasi (Azhar Susanto, 2008:253 dalam Tripambudi, 2014).

Ahmad and Zawaideh (2014) menyatakan penelitian mengenai sistem

informasi akuntansi tidak hanya berfokus pada pengetahuan komputer dan

akuntansi, tetapi juga mengenai efek yang ditimbulkan dalam suatu organisasi.

Menurut Tripambudi (2014), hubungan antara informasi teknologi, sistem

informasi dan budaya organisasi merupakan hubungan antara budaya informatika

dan budaya informasi. Budaya ini menciptakan kohesi di antara para anggota dari

suatu organisasi untuk para perancang sistem informasi, maka sistem informasi

harus dibuat sedemikian rupa dan diterima sehingga budaya akan menjadi salah

satu bagian dari sistem informasi. Leidner (2006) menyatakan bahwa kesuksesan

dalam implementasi sistem informasi yaitu dengan adanya keyakinan dan nilai

yang merupakan ukuran budaya organisasi. Perhatian pada budaya organisasi

dalam implementasi sistem informasi dapat meningkatkan kepuasan semua

kolaborator internal organisasi, memfasilitasi adaptasi lingkungan, dan integrasi

internal, sehingga dapat mengurangi kecemasan yang diciptakan oleh sistem

(Robey, 1999)

Menurut Yamin (2014), budaya organisasi yang kuat berkaitan dengan

kinerja yang unggul, karena budaya organisasi yang kuat menciptakan suatu

tingkat motivasi dalam diri, memberikan struktur dan kontrol yang mendorong

anggota organisasi mempunyai komitmen terhadap kemajuan organisasi. Budaya

organisasi yang kuat dan sehat mencerminkan kepribadian dan mampu

mengkomunikasikan pada individu mengenai tujuan organisasi dan identitas

23

bersama yang pada akhirnya akan menjadi pedoman bagi pimpinan dan pegawai

(Pratiwi, 2012). Menurut Vijay (1985) dalam Supartha (2008:85) budaya

organisasi kuat adalah budaya organisasi yang ideal dimana kekuatan budaya

memengaruhi intensitas perilaku. Budaya organisasi diketahui kuat apabila :

1) Nilai-nilai budaya organisasi dianut secara bersama oleh seluruh

pemimpin dan anggota organisasi.

2) Nilai-nilai budaya memengaruhi perilaku pemimpin dan anggota

organisasi

3) Membangkitkan semangat berperilaku dan bekerja baik

4) Resisten (kuat) terhadap tantangan eksternal dan internal

5) Mempunyai sistem peraturan formal dan informal

6) Memiliki koordinasi dan kontrol perilaku.

Sedangkan untuk budaya organisasi yang lemah merupakan budaya

organisasi yang kurang didukung secara luas oleh para anggotanya dan sangat

dipaksakan sehingga berpengaruh negatif kepada organisasi karena akan memberi

arah yang salah kepada para pegawai (Killman et al, 1998 dalam Supartha,

2008:91). Jika hal itu terjadi pada suatu organisasi maka tugas-tugas tidak bisa

dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya motivasi atau

semangat kerja, timbulnya kecurigaan, komunikasi kurang lancar, kurangnya

loyalitas atau kesetiaan dan komitmen pada tugas utamanya.

2.1.10 Pengukuran Budaya Organisasi

Schein (1992) menyatakan bahwa peran budaya adalah untuk

mengintegrasikan lingkungan internal dan beradaptasi dengan lingkungan

24

eksternal, dan secara internal budaya organisasi harus selaras dengan strategi,

struktur dan teknologi, sistem dan nilai-nilai individu dari anggota organisasi.

Budaya yang menjadi milik bersama seluruh anggota organisasi sebagai integrasi

dari nilai yang diyakini dapat menghasilkan organisasi yang efektif, dikemukakan

Denison (1990) organisasi yang menampilkan gabungan sifat budaya organisasi

yang terdiri empat dimensi yaitu involvement (keterlibatan), consistency

(konsistensi), adaptability (adaptabilitas), dan mission (misi), menunjukkan

pengaruh lebih tinggi pada tingkat efektivitas organisasi. Secara rinci menurut

model Denison dalam Haaland, et.al (2003) terdapat 4 asumsi yaitu:

1) Involvement adalah dimensi budaya yang menunjukkan tingkat

partisipasi anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.

Profil budaya skor tinggi pada sifat keterlibatan membantu organisasi

untuk mencapai integrasi sumber daya internal dengan menciptakan

rasa kepemilikan dan tanggung jawab, keterlibatan juga menekankan

fleksibilitas dan kreatifitas.

2) Consistency adalah tingkat kesepakatan anggota organisasi terhadap

asumsi dasar dan nilai inti organisasi. Sifat konsistensi juga dianggap

penting untuk mencapai integrasi internal didasarkan pada kemampuan

untuk memfasilitasi koordinasi kegiatan, dan konsistensi juga

menekankan stabilitas.

3) Adaptability adalah kemampuan organisasi dalam merespon perubahan

lingkungan eksternal dengan melakukan perubahan internal organisasi.

Sifat adaptasi berfokus pada bagaimana organisasi mengatasi

25

kemungkinan perubahan eksternal. Sifat Adaptabilitas organisasi

didorong oleh pelanggan, kemauan mengambil risiko, belajar dari

kesalahan, dan kemampuan membuat perubahan.

4) Mission adalah dimensi yang menunjukkan tujuan inti organisasi,

menjadikan anggota organisasi teguh dan fokus terhadap apa yang

dianggap penting oleh organisasi. Sifat misi menekankan stabilitas dan

arah, dan membantu organisasi untuk mengatur hubungan dengan dunia

luar. Organisasi yang sukses memiliki kejelasan tujuan dan arah

organisasi yang mendefinisikan tujuan dan sasaran strategis dan

mengungkapkan visi tentang bagaimana organisasi akan melihat

organisasi dimasa depan.

2.1.11 Dinas Daerah Kabupaten/Kota

Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah. Daerah dapat

berarti Provinsi, Kabupaten, atau Kota. Dinas Daerah menyelenggarakan fungsi:

perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya, pemberian perizinan

dan pelaksanaan pelayanan umum, serta pembinaan pelaksanaan tugas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

Dinas Daerah Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksana Pemerintah

Kabupaten/Kota dimpimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas

Daerah Kabupaten/Kota mempunyai tugas melaksanakan kewenangan

desentralisasi. Pada Dinas Daerah Kabupaten/Kota dapat dibentuk Unit Pelaksana

Teknis Dinas Daerah (UPTD) Kabupaten/Kota untuk melaksanakan sebagian

26

tugas dinas yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan. Dinas

Daerah Kabupaten/Kota sebanyak-banyaknya terdiri atas 14 dinas, dan khusus

untuk Provinsi DKI Jakarta sebanyak-banyaknya terdiri atas 14 dinas. Setiap

Daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga penamaan atau

nomenklatur Dinas Daerah dapat berbeda di tiap-tiap Kabupaten/Kota.

2.1.12 Kinerja Individu

Kinerja adalah pencapaian hasil kerja, sehubungan dengan hal itu maka

upaya untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja di suatu organisasi

merupakan hal yang sangat penting (Tarigan, 2014). As’ad (1991) dalam Sari

(2009) menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut

aturan yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kinerja organisasi secara

keseluruhan dapat ditingkatkan melalui kinerja individual yang tinggi (Lindawati,

2012). Kinerja individual mengacu pada standar kerja yang telah ditetapkan oleh

organisasi sebelumnya. Kinerja yang baik dilihat dari individu yang dapat

menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya dengan baik.

Goodhue and Thompson (1995) menyatakan bahwa pencapaian kinerja

individual berkaitan dengan pencapaian serangkaian tugas-tugas individu dengan

dukungan teknologi informasi yang ada. Individu diharapkan dapat

menyelesaikan pekerjaannya dengan bantuan teknologi, sehingga tugas yang

dikerjakan dapat diselesaikan (Alannita, 2014). Pengukuran kinerja individual

melihat dampak teknologi sistem informasi terhadap efektivitas penyelesaian

tugas, membantu meningkatkan kinerja dan menjadikan pemakainya lebih

produktif dan kreatif.

27

Menurut Gomes (2003) dalam Puja dan Suardikha (2013) ada 8 (delapan)

kriteria primer yang dapat dipergunakan untuk mengukur kinerja yaitu :

1) Quantity of work (kuantitas kerja) yaitu jumlah kerja yang dilakukan

dalam suatu periode yang ditentukan

2) Quality of work (kualitas kerja) yaitu kualitas kerja yang dicapai

berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

3) Job knowledge (pengetahuan pekerjaan) yaitu luasnya pengetahuan

mengenai pekerjaan dan keterampilan

4) Creativeness (kreativitas) yaitu keaslian gagasan-gagasan yang

dimunculkkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-

persoalan yang muncul

5) Cooperation (kerjasama) yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan

orang lain atau sesama anggota organisasi

6) Dependability (ketergantungan) yaitu kesadaran untuk dapat dipercaya

dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja

7) Initiative (Inisiatif) yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas

baru dan memerbesar tanggungjawabnya

8) Personal qualities (kualitas personal) yaitu menyangkut kepribadian,

kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas pribadi.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian tentang variabel yang berhubungan dengan efektivitas sistem

informasi akuntansi, budaya organisasi, dan kinerja individu telah dilakukan

28

sebelumnya. Berikut ini disajikan mengenai hasil penelitian sebelumnya pada

tabel 2.1

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya

NO JUDUL

(PENGARANG)

VARIABEL TEKNIK

ANALISIS

HASIL PENELITIAN

1 Pengaruh Efektivitas

Penerapan Sistem

Informasi Akuntansi,

Pemanfaatan dan

Kesesuaian Tugas

pada Kinerja

Karyawan (Puji dan

Dharmadiaksa Astuti

& Dharmadiaksa,

2014)

Independen :

Efektivitas

Penerapan Sistem

Informasi

Akuntansi,

Pemanfaatan dan

Kesesuaian Tugas

Dependen :

Kinerja Karyawan

Analisis

Regresi

linear

berganda.

Hasil penelitian menunjukkan

efektivitas penerapan sistem

informasi akuntansi,

pemanfaatan dan kesesuaian

tugas dengan teknologi

informasi memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan

Koperasi Simpan Pinjam di

Kabupaten Gianyar

2 Pengaruh Teknologi

Sistem Informasi

Akuntansi,

Kepercayaan

Teknologi Sistem

Informasi Akuntansi,

dan Kepuasan

Pengguna Terhadap

Kinerja Individual

(Studi Pada Dinas

Pengelolaan

Keuangan Daerah

dan Aset Daerah

(DPPKAD)

Kabupaten

Grobogan) (Tutut

Wijayanti, 2013)

Independen :

Teknologi Sistem

Informasi

Akuntansi,

Kepercayaan

Teknologi Sistem

Informasi

Akuntansi, dan

Kepuasan

Pengguna

Dependen :

Kinerja Individual

Analisis

regresi linier

berganda

Terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara teknologi

sistem informasi akuntansi,

kepercayaan teknologi sistem

informasi akuntansi, dan

kepuasan pengguna terhadap

kinerja individual pada

pegawai DPPKAD Kabupaten

Grobogan

3 Keahlian Pemakai

Komputer dan

Kenyamanan Fisik

Memoderasi

Pengaruh Tingkat

Efektivitas Sistem

Informasi Akuntansi

Terhadap Kinerja

Independen :

tingkat efektivitas

sistem informasi

akuntansi,

Dependen :

Kinerja Karyawan

Moderasi :

keahlian pemakai

Analisis

regresi linier

berganda

dan teknik

regresi

moderasi

Tingkat efektivitas sistem

informasi akuntansi, keahlian

pemakai komputer dan

kenyamanan fisik berpengaruh

positif terhadap kinerja

karyawan. Namun keahlian

pemakai komputer dan

kenyamanan fisik tidak

29

Karyawan (Gede

Aditya Puja dan

Suardikha Pratama &

Made Sadha

Suardikha,2013)

komputer, dan

kenyamanan fisik

mampu meningkatkan

pengaruh tingkat efektivitas

sistem informasi akuntansi

terhadap kinerja karyawan di

PT. Bank Sinar Harapan Bali

Denpasar.

4 Kemudahan

Penggunaan Sistem

sebagai Pemoderasi

Pengaruh efektivitas

Sistem Informasi

Akuntansi pada

Kinerja (Ni Luh

Dewi Tresna

Mercika dan Jati &

Ketut Jati, 2015)

Independen :

efektivitas sistem

informasi akuntansi

Dependen : kinerja

karyawan

Moderasi:

kemudahan

penggunaan sistem

Analisis

regresi linier

berganda

dan teknik

regresi

moderasi

Efektivitas Sistem Informasi

Akuntansi (SIA) dan

kemudahan penggunaan sistem

memiliki pengaruf positif

signifikan terhadap kinerja

karyawan. Tetapi kemudahan

penggunaan sistem memiliki

nilai yang tidak signifikan

pada hubungan antara

efektivitas SIA dengan

kinerja karyawan, sehingga

kemudahan penggunaan sistem

gagal menjadi variabel

pemoderasi.

5 Pengaruh Budaya

Organsasi, Teknologi

Informasi dan Sistem

Informasi Akuntansi

Manajemen dalam

Meningkatkan

Kinerja Manajerial

(Karsiati, 2014)

Independen :

Budaya Organsasi,

Teknologi

Informasi

Dependen :

Kinerja Manajerial

Intervening :

Sistem Informasi

Akuntansi

Manajemen

Analisis

jalur (path

analysis).

Budaya organisasi, teknologi

informasi dan sistem informasi

akuntansi manajemen memiliki

pengaruh positif yang

signifikan terhadap kinerja

manajerial. Sistem informasi

akuntansi manajemen

berfungsi sebagai variabel

mediasi pengaruh antara

budaya organisasi dan

teknologi informasi terhadap

kinerja manajerial

6 Pengaruh Budaya

Organisasi dan

Struktur Organisasi

pada Sistem

Informasi Akuntansi

dan Dampaknya

terhadap Kualitas

Informasi (Norman

Tripambudi, 2014)

Independen :

Budaya Organisasi

dan Struktur

Organisasi

Dependen :

Kualitas Informasi

Intervening :

sistem informasi

akuntansi

Analisis

jalur (path

analysis).

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan

adanya budaya organisasi dan

struktur organisasi menunjang

penerapan sistem informasi

akuntansi yang di pakai oleh

perusahaan. Sedangkan

kolaborasi budaya organisasi,

struktur organisasi, dan sistem

informasi akuntansi yang baik

dapat menghasilkan informasi

yang berkualitas.

30

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada

beberapa variabel, lokasi penelitian dan adanya variabel budaya organisasi

sebagai variabel moderasi dalam hubungan antara efektivitas teknologi sistem

informasi akuntansi pada kinerja individu di Dinas Kabupaten Klungkung. Diduga

vaiabel budaya organisasi dapat memoderasi (memerkuat atau memerlemah)

hubungan tersebut.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

2.3.1 Pengaruh Efektivitas Teknologi Sistem Informasi Akuntansi Pada

Kinerja Individu

Teori penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model, TAM)

memberikan pengertian bahwa niat seseorang untuk menggunakan sistem atau

teknologi ditentukan oleh dua faktor, salah satunya yaitu persepsi kemanfaatan

(perceived usefulness) yang didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang

percaya bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan kinerjanya. TAM

meyakini bahwa penggunaan SI akan meningkatkan kinerja individu atau

organisasi (Gupta et al, 2007). Agar terciptanya suatu efektivitas maka suatu

sistem informasi tersebut dapat dilihat dari persepsi perilaku pengguna sistem

terhadap penerimaan penggunaan teknologi sistem informasi itu sendiri.

Efektivitas teknologi sistem informasi akuntansi merupakan suatu ukuran yang

memberikan gambaran sejauh mana target dapat dicapai dari suatu kumpulan

sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data

31

elektronik, kemudian mengubahnya menjadi sebuah informasi yang berguna serta

menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan baik secara kualitas

maupun waktu. Hariani,dkk.(2013) menyatakan penggunaan sistem informasi

yang kurang efektif akan berdampak negatif pada kinerja dan mutu pelayanan

orgasnisasi sektor publik pada masyarakat.

Adapun penelitian mengenai efektivitas sistem informasi akuntansi yaitu

pada penelitian Puji dan Dharmadiaksa (2014) yang melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, Pemanfaatan

dan Kesesuaian Tugas pada Kinerja Karyawan”. Menunjukkan hasil efektivitas

penerapan sistem informasi akuntansi, pemanfaatan dan kesesuaian tugas dengan

teknologi informasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2013) mengenai

pengaruh teknologi sistem informasi akuntansi, kepercayaan teknologi sistem

Informasi akuntansi, dan kepuasan pengguna terhadap kinerja individual pada

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dan Aset Daerah Kabupaten Grobogan

dengan hasil positif dan signifikan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kristiani (2012) dengan hasil efektivitas teknologi sistem informasi akuntansi

berpengaruh signifikan terhadap kinerja individual pegawai PT. Kim Eng

Sekuritas Indonesia.

Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis :

H1 : Efektivitas teknologi sistem informasi akuntansi berpengaruh positif pada

kinerja individu di Dinas Kabupaten Klungkung

32

2.3.2 Pengaruh Efektivitas Teknologi Sistem Informasi Akuntansi Pada

Kinerja Individu Dengan Budaya Organisasi Sebagai Pemoderasi

Teori sikap dan perilaku (Theory of Attitudes and Behavior) mengenai

perilaku seseorang yang ditentukan oleh sikap yang terkait dengan apa yang

orang-orang ingin lakukan serta terdiri dari keyakinan mengenai konsekuensi dari

melakukan perilaku, aturan-aturan sosial yang terkait dengan apa yang mereka

pikirkan akan mereka, dan kebiasaan yang terkait dengan apa yang mereka biasa

lakukan. Teori ini merupakan salah satu wujud dari budaya organisasi mengenai

sikap dan perilaku seseorang terhadap suatu teknologi sistem informasi. Menurut

McCoy, et. al. (2007), budaya dipercaya mempunyai dampak besar pada perilaku

dan praktik individu dalam lingkungannya. Teori lainnya yaitu mengenai teori

difusi inovasi yang menjelaskan bagaimana sebuah ide dan teknologi baru

tersebar dalam sebuah kebudayaan. Difusi diartikan sebagai proses dimana sebuah

inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu

dalam sebuah sistem sosial. Suatu teknologi sistem informasi akuntansi

merupakan salah satu inovasi yang membutuhkan suatu proses untuk dapat

diterima atau ditolak oleh suatu organisasi melalui kebudayaan.

Budaya organisasi mempunyai pengaruh yang besar pada perilaku

anggota-anggotanya dalam mewujudkan strategi organisasi (Hariani,dkk.2013).

Soedjono (2005) dalam Maryana (2011) memandang budaya organisasi juga

dapat menjadi suatu instrumen keunggulan kompetitif utama, yaitu bila budaya

organisasi mendukung strategi organisasi, dan bila budaya organisasi dapat

menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat. Nilai

33

budaya dapat memengaruhi ciri-ciri dan kepercayaan yang berhubungan dengan

TI (Srite, et.al., 2008).

Hariani,dkk. (2013) menyatakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap

efektivitas dari sistem informasi adalah budaya organisasi. Tripambudi (2014)

meneliti mengenai Pengaruh Budaya Organisasi dan Struktur Organisasi pada

Sistem Informasi Akuntansi dan Dampaknya terhadap Kualitas Informasi yang

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan adanya budaya organisasi dan

struktur organisasi menunjang penerapan sistem informasi akuntansi yang di

pakai oleh perusahaan. Sedangkan kolaborasi budaya organisasi, struktur

organisasi, dan sistem informasi akuntansi yang baik dapat menghasilkan

informasi yang berkualitas. Sejalan dengan penelitian Maryana (2011) yang

meneliti Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Sistem Informasi Akuntansi dan

Implikasinya pada Pengendalian Internal pada 10 KPP Bandung Kanwil Jawa

Barat I hasilnya menunjukkan Budaya organisasi berpengaruh terhadap sistem

informasi akuntansi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kantor Wilayah

Jawa Barat I dengan arah positif. Budaya akan sangat memengaruhi kinerja

individu dalam suatu organisai seperti penelitian-penelitian sebelumnya yang

melibatkan variabel budaya organisasi yaitu pada penelitian Tripambudi (2014),

Asfar (2009) dan Pratama (2012) yang menunjukkan hasil yang sama bahwa

budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja.

Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis :

H2 : Budaya Organisasi dapat memoderasi pengaruh efektivitas teknologi sistem

informasi akuntansi pada kinerja individu di Dinas Kabupaten Klungkung