BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan...

27
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autis Autis berasal dari kata auto yang berarti sendiri, penyandang autis seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah autis baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad- abad lampau. (Handojo, 2003) Menurut Kanner (dalam Wenar, 2004) autis adalah salah satu gangguan pervasif yang dicirikan oleh tiga ciri utama: yaitu pengasingan yang ekstrim (extreme isolation) dan ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain. Kedua kebutuhan patologis akan kesamaan, kebutuhan ini berlaku untuk perilaku anak dan lingkungannya. Dan ketiga yaitu multism atau cara bicara yang tidak komunikatif termasuk echolalia dan kalimat-kalimat yang tidak sesuai situasi. Anak autis juga memiliki ketidakmampuan dalam menerjemahkan kalimat secara harfiah dan pembalikan kata gantinya sendiri, biasanya anak memanggil dirinya sendiri dengan kata “kamu” Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) IV-TR (APA-2000) autis adalah keabnormalan yang jelas dan gangguan perkembangan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan keterbatasan yang jelas dalam aktivitas dan ketertarikan. Manifestasi dari gangguan ini berganti-ganti bergantung pada tingkat perkembangan dan usia kronologis dari usia individu. 11

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Autis

Autis berasal dari kata auto yang berarti sendiri, penyandang autis

seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah autis baru diperkenalkan sejak

tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-

abad lampau. (Handojo, 2003)

Menurut Kanner (dalam Wenar, 2004) autis adalah salah satu gangguan

pervasif yang dicirikan oleh tiga ciri utama: yaitu pengasingan yang ekstrim

(extreme isolation) dan ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain.

Kedua kebutuhan patologis akan kesamaan, kebutuhan ini berlaku untuk

perilaku anak dan lingkungannya. Dan ketiga yaitu multism atau cara bicara

yang tidak komunikatif termasuk echolalia dan kalimat-kalimat yang tidak

sesuai situasi. Anak autis juga memiliki ketidakmampuan dalam

menerjemahkan kalimat secara harfiah dan pembalikan kata gantinya sendiri,

biasanya anak memanggil dirinya sendiri dengan kata “kamu”

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM)

IV-TR (APA-2000) autis adalah keabnormalan yang jelas dan gangguan

perkembangan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan keterbatasan yang jelas

dalam aktivitas dan ketertarikan. Manifestasi dari gangguan ini berganti-ganti

bergantung pada tingkat perkembangan dan usia kronologis dari usia individu.

11

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

12

Chaplin menyebutkan: “Autis merupakan cara berpikir yang

dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, menanggapi

dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, dan menolak realitas,

keasyikan ekstrem dengan pikiran dan fantasi sendiri”.

Yuniar (2002) menambahkan bahwa autis adalah gangguan

perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat

kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan

orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai keterampilan dan pengetahuan

yang diperlukan sebagai anggota masyarakat. Autis berlanjut sampai dewasa

bila tak dilakukan upaya penyembuhan dan gejala-gejalanya sudah terlihat

sebelum usia tiga tahun.

Autis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-

IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD

(Pervasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit

Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder). Gangguan

perkembangan perpasif (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk

menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah

(umbrella term) PDD, yaitu:

1. Autistic Disorder (Autis). Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan

adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan

bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan

aktivitas.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

13

2. Asperger’s Syndrome. Hambatan perkembangan interaksi sosial dan

adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak

menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat

intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.

3. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-

NOS) Merujuk pada istilah atypical autis, diagnosa PDD-NOS berlaku

bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa

tertentu (Autis, Asperger atau Rett Syndrome).

4. Rett’s Syndrome. Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang

terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang

normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang

dimilikinya, kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan

dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia

1 – 4 tahun.

5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan

yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-

tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.

Diagnosa Pervasive Develompmental Disorder Not Otherwise Specified

(PDD – NOS) umumnya digunakan atau dipakai di Amerika Serikat untuk

menjelaskan adanya beberapa karakteristik autis pada seseorang (Howlin,

1998: 79). National Information Center for Children and Youth with

Disabilities (NICHCY) di Amerika Serikat menyatakan bahwa Autis dan

PDD – NOS adalah gangguan perkembangan yang cenderung memiliki

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

14

karakteristik serupa dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Keduanya

merupakan gangguan yang bersifat neurologis yang mempengaruhi

kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain dan kemampuan

berhubungan dengan orang lain. Ketidakmampuan beradaptasi pada

perubahan dan adanya respon-respon yang tidak wajar terhadap pengalaman

sensoris seringkali juga dihubungkan pada gejala autis.

The National Institute of Child Health and Human Development

(NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus

diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut:

1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan

2. Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada,

menggenggam) hingga usia 12 bulan

3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan

4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24

bulan

5. Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia

tertentu

Adanya kelima „lampu merah‟ di atas tidak berarti bahwa anak tersebut

menyandang autis tetapi karena karakteristik gangguan autis yang sangat

beragam maka seorang anak harus mendapatkan evaluasi secara

multidisipliner yang dapat meliputi; Neurolog, Psikolog, Pediatric, Terapi

Wicara, Pedagog dan profesi lainnya yang memahami persoalan autis.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

15

Usia timbulnya autis sebelum usia 30 bulan, meskipun demikian sering

sukar dipastikan usia kemunculan gangguan ini untuk pertama kalinya secara

retrospesifik kecuali apabila orang tua yang merawat anak itu pada tahun-

tahun pertamanya mampu memberi keterangan tentang perkembangan bahasa,

kemampuan sosial dan bermain. (Triantono Safaria, 2005)

Klasifikasi autis sedang dan berat sering kali disimpulkan setelah anak

didiagnosa autis. Klasifikasi ini dapat diberikan melalui Childhood Autism

Rating Scale (CARS). Skala ini menilai derajat kemampuan anak untuk

berinteraksi dengan orang lain, melakukan imitasi, memberi respon emosi,

penggunaan tubuh dan objek, adaptasi terhadap perubahan, memberikan

respon visual, pendengaran, pengecap, penciuman dan sentuhan. Selain itu,

Childhood Autism Rating Scale juga menilai derajat kemampuan anak dalam

perilaku takut/gelisah melakukan komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas,

konsistensi respon intelektual serta penampilan menyeluruh (Schopler dkk

dalam Berkell, 1992 dalam RatnaDewi, 2008).

B. Penyebab Autis

Banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk memastikan apakah

sebenarnya faktor penyebab dari autis. Penelitian di bidang neuro-anatomi,

neurofisiologi, neurokimia, dan genetik pada penyandang autism menemukan

fakta adanya gangguan neurobiologis pada penyandang autis. Autis

disebabkan oleh gangguan atau kelainan pada perkembangan sel-sel otak

selama dalam kandungan. Saat pembentukan sel-sel tersebut, timbul gangguan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

16

dari virus, jamur, oksigenasi (perdarahan), keracunan makanan ataupun

inhalasi (keracunan pernafasan), yang menyebabkan pertumbuhan otak tidak

sempurna (Haaga & Neale, 1995 dalam Tri Kurniati Ambarini, 2006).

Penelitian lain yang pernah dilakukan juga menemukan bahwa kelainan

genetik merupakan penyebab dari autis termasuk tubersclerosis,

phenylketonuria, neurofibromatosis, fragile X syndrome, dan syndroma Rett.

Penelitian yang dilakukan oleh Rodier (2000, dalam Herbert & Graudiano,

2002) menemukan bahwa variasi gen HOXA1 pada kromosom 7 pada masa

kehamilan juga dapat menyebabkan autis.

Usia orangtua juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab autis,

makin tua usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko si anak

menderita autis. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010 menemukan,

perempuan usia 40 tahun memiliki risiko 50 persen memiliki anak autis

dibandingkan dengan perempuan berusia 20-29 tahun. Menurut Alycia

Halladay, Direktur Riset Studi Lingkungan Autism Speaks hal ini diduga

karena terjadinya faktor mutasi gen pada orangtua yang memiliki usia di atas

40 tahun. (http//www.kompas.com diakses tanggal 11 Januari 2012)

C. Simptoma klinis

Beberapa simptom klinis menurut DSM IV pada penderita autis antara

lain dalam hal:

1. Interaksi Sosial (minimal 2):

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

17

a. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata,

ekspresi muka, posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju.

b. Kesulitan bermain dengan teman sebaya.

c. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat.

d. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional dua arah.

2. Komunikasi Sosial (minimal 1):

a. Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha berkomunikasi non verbal.

b. Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris.

c. Bahasa aneh & diulang-ulang/stereotip.

d. Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang imitasi sosial

3. Imajinasi, berpikir fleksibel dan bermain imaginatif (min1):

a. Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan

berlebihan, baik intensitas dan fokusnya.

b. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna.

c. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali

sangat terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda.

Gejala umum yang bisa diamati dari anak gangguan autis, fungsi

kognisi, tidak adanya kontak mata, komunikasi satu arah, afasia, menstimulasi

diri, mengamuk (tempertantrum), tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti

diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang steriotipik (Triantono Safaria,

2005).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

18

D. Karakterisik Anak Autis

Autis adalah gangguan perkembangan yang disebabkan oleh adanya

inteferensi pada perkembnagan otak pada masa prenatal atau selama dua

tahun awal kehidupan anak. Autis merupakan manifestasi perilaku yang

timbul dari disfungsi yang terjadi pada maturasi neurobiologis dan fungsi

sistem syaraf pusat (Vivi Juanita, 2003).

Autis memiliki gambaran unik dan karakter yang berbeda dari anak

lainnya. Berikut ini karakteristik dari anak autis (Bony Danuatmaja, 2003)

1. Selektif yang berlebihan terhadap rangsangan sehingga kemampuan

menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan sangat terbatas.

2. Kurang motivasi. Bukan hanya sering menarik diri dan asyik sendiri tetapi

juga cenderung tidak termotivasi menjelajah lingkungan baru atau

memperluas lingkungan perhatian mereka.

3. Memiliki respon stimulasi diri yang tinggi. Mereka menghabiskan

sebagian besar waktunya untuk merangsang diri sendiri, misalnya

bertepuk tangan, mengepak-ngepakkan tangan dan memandangi jari-jari

sehingga mereka kurang produktif.

4. Memiliki respon terhadap imbalan. Mereka belajar paling efektif pada

kondisi imbalan langsung yang jenisnya sangat individual. Namun, respon

ini berbeda untuk setiap anak autis.

Menurut Autis Society of America, penyandang autis kadang

menunjukkan seolah menghindari kontak mata, tidak mengenal bahaya, tidak

suka digendong, bermain secara aneh dan berulang-ulang. Ia lebih senang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

19

sendirian, responsnya tidak sesuai atau tidak responsive terhadap suara,

memiliki kelekatan dengan benda-benda tertentu, membeo kata, dan kesulitan

menyatakan keinginannya.

Karakteristik penyandang autis umumnya cenderung hiperaktif, kurang

fokus terhadap lawan bicara, dan membatasi mereka dengan lingkungan

sekitar. Namun dengan keterbatasan ini tidak berarti mereka tidak dapat

diterima dalam pergaulan. Meski tidak dapat disembuhkan, rehabilitasi dan

pendidikan yang intensif dan ekstensif dapat mengurangi gejala autis.

E. Terapi untuk Anak Autis

Seorang penderita autis tidak dapat disembuhkan, namun terapi dapat

membantu seseorang agar dapat mengurangi bahkan menghilangkan gejala

autis yang dimiliki, berikut ini beberapa terapi yang biasa digunakan

(http://www.ychicenter.org/ diakses tanggal 10 Mei 2012)

1. Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan

penelitian dan didesain khusus untuk anak dengan autis. Sistem yang

dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan

positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bisa diukur

kemajuannya.

2. Terapi Wicara

Hampir semua anak dengan autis mempunyai kesulitan dalam

bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

20

pula individu autis yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat

kurang. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka

tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/

berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan

berbahasa akan sangat menolong.

3. Terapi Okupasi

Hampir semua anak autis mempunyai keterlambatan dalam

perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka

kesulitan untuk memegang pensil dengan cara yang benar, kesulitan

untuk memegang sendok dan menyuap makanan ke mulutnya, dan lain

sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih

mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.

4. Terapi Fisik

Autis adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak

diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam

motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga

jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi

dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk

menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5. Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autis adalah dalam

bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan

pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi dua arah, membuat teman

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

21

dan main bersama ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu

dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-

teman sebaya dan mengajari cara-caranya.

6. Terapi Bermain

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autis membutuhkan

pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya

berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi sosial. Seorang

terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik

tertentu.

7. Terapi Perilaku

Anak autis seringkali merasa frustrasi, karena teman-temannya

seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit

mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif

terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering

mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar

belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan

merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk

memperbaiki perilakunya.

8. Terapi Perkembangan

Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental

Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak

dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya,

kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

22

Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku

seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9. Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual

learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk

mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar,

misalnya dengan PECS (Picture Exchange Communication System).

Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan

ketrampilan komunikasi.

10. Terapi Biomedik

Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang

tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para

perintisnya mempunyai anak autis. Mereka sangat gigih melakukan riset

dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya

gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi

otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif,

pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang

ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan.

Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan

terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh

sendiri (biomedis).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

23

F. Pengertian Sekolah Inklusi

Inklusi berasal dari kata inclusion yang berarti penyatuan, inklusi dapat

pula bahwa tujuan pendidikan bagi siswa yang memiliki hambatan,

keterlibatan yang sebenarnya dari tiap anak dalam kehidupan sekolah yang

menyeluruh. (J. David Smith, 2006)

Sekolah inklusi merupakan sekolah yang menyediakan dan menampung

anak-anak berkebutuhan khusus untuk di didik di lingkungan sekolah biasa

dengan anak-anak lain yang normal (Direktorat PLB, 2004).

Program inklusi adalah sebuah program yang memungkinkan

diterimannya siswa-siswa berkebutuhan khusus untuk belajar dan

memperoleh pendidikan di sekolah-sekolah biasa. Sekolah inklusi dimulai

dengan filosofi bahwa semua anak dapat belajar dan tergabung dalam sekolah

dan kehidupan komunitas umum. Pendidikan inklusi merupakan

perkembangan terkini dari model pendidikan bagi anak Special Need yang

secara formal kemudian ditegaskan dalam pernyataan Salamanca dalam

konferensi dunia tentang pendidikan berkelainan bulan Juni 1994, bahwa

prinsip mendasar pendidikan inklusi adalah: selama memungkinkan, semua

anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan atau

perbedaan yang mungkin ada (Emawati, 2008).

Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional, pada penjelasan pasal 15 pendidikan khusus merupakan

pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang

mempunyai kecerdasan luar biasa, yang diselenggarakan secara inklusif atau

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

24

berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan

menengah. Pasal 15 tersebut memungkinkan adanya pembaharuan bentuk

layanan pendidikan bagi anak berkelainan berupa penyelenggaraan

pendidikan inklusi. Melalui pendidikan inklusi anak-anak berkelainan dididik

bersama biasanya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

(Lasarie & Gusniarti, 2009)

Dalam PERMENDIKNAS RI No. 70 tahun 2009 Pasal 1 Pendidikan

Inklusif didefinisikan “sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan

kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki

potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau

pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama

dengan peserta didik pada umumnya”.

Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan bahwa sekolah inklusi

adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini

menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai

dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan

dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih

dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima,

menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan

teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan

individualnya dapat terpenuhi.

Selanjutnya, Staub dan Peck (1995) menyatakan bahwa pendidikan

inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

25

secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler

merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis

kelainannya dan bagaimanapun gradasinya.

Freiber (1995) Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik

bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang

dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat

terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan

sebagai suatu komunitas.

Sedangkan menurut Sopan & Shevin (1995) Inklusi didefinisikan

sebagai sistem layanan pendidikan luar biasa untuk Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) yang mensyaratkan agar semua anak yang memiliki kebutuhan

khusus belajar bersama-sama seyogyanya di kelas yang sama di sekolah

sekolah tersebut. Kemudian dalam pernyataan lain Berns dallam Groce

(1998:23) Sekolah Inklusi dipandang sebagai sekolah yang menyediakan

layanan belajar bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-

sama dengan anak normal dalam komunitas sekolah. Selain itu sekolah inklusi

merupakan tempat bagi setiap anak untuk dapat diterima menjadi bagian dari

kelas, dapat mengakomodir dan merespon keberagaman melalui kurikulum

yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak dan bermitra dengan masyarakat.

1. Landasan-landasan pendidikan Inklusi

Landasan-landasan penerapan pendidikan Inklusi seperti yang

termuat dalam, yaitu:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

26

a. Landasan Filosofis

Yakni, adanya keyakinan bahwa setiap anak, baik karena

gangguan perkembangan fisik/mental maupun cerdas/bakat istimewa

berhak untuk memperoleh pendidikan seperti layaknya anak-anak

“normal” lainnya dalam lingkungan yang sama (Education for All).

1) Setiap anak mempunyai hak mendasar untuk memperoleh

pendidikan.

2) Setiap anak mempunyai potensi, karakteristik, minat,

kemampuan dan kebutuhan belajar yang berbeda.

3) Sistem pendidikan seyogyanya dirancang dan dilaksanakan

dengan memperhatikan keanekaragaman karakteristik dan

kebutuhan anak.

4) Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak untuk memperoleh

akses pendidikan di sekolah umum.

5) Sekolah umum dengan orientasi inklusi merupakan media untuk

menghilangkan sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat

yang ramah, membangun masyarakat yang inklusif dan

mencapai pendidikan bagi semua.

b. Landasan Yuridis

1) Undang Undang Dasar 1945, pasal 31 (1) dan (2)

2) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002, tentang perlindungan anak,

pasal 51.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

27

3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan

nasional: pasal 3, pasal 4 (1), pasal 5 (1) (2) (3) (4), pasal 11 (1),

pasal 12 (1.b).

4) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang

cacat.

5) Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdiknas No. 380/G.06/MN/2003 tanggal 20 Januari 2003

tentang pendidikan inklusif.

c. Landasan Empiris

1) Deklarasi Hak Asasi Manusia (1948), Declaration of Human

Rights.

2) Konvensi Hak Anak, (1989), Convention on the Rights of the

child.

3) Konferensi Dunia (1990), tentang Pendidikan untuk Semua,

(World Conference on education for all).

4) Resolusi PBB nomor 48/96 tahun 1993 tentang Persamaan

Kesempatan bagi Orang Berkelainan (The standard rules on the

equalization of opportunities for person with disabilities).

5) Pernyataan Salamanca (1994), tentang Pendidikan Inklusif.

6) Komitmen Dakar (2000) mengenai Pendidikan untuk Semua.

7) Deklarasi Bandung (2004) dengan komitmen “Indonesia menuju

pendidikan inklusif”.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

28

8) Rekomendasi Bukit Tinggi (2005), tentang meningkatkan

kualitas sistem pendidikan yang ramah bagi semua.

d. Landasan Pedagogis

Pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,

disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab, yaitu individu yang mampu

menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat.

G. Tujuan Sekolah Inklusi

Melalui pendidikan inklusi ini diharapkan anak berkelainan atau

berkebutuhan khusus dapat dididik bersama-sama dengan anak normal

lainnya. Tujuannya adalah tidak ada kesenjangan diantara anak berkebutuhan

khusus dengan anak normal lainnya. Diharapkan pula anak dengan kebutuan

khusus dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya.

Tujuan utama diadakannya program pendidikan inklusi ini yakni untuk

mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) dan

memberi kesempatan pada mereka untuk bersosialisasi. Berdasarkan tujuan

diatas, harapan untuk bisa mengoptimalkan potensi ABK tentunya menjadi

harapan banyak orang khususnya bagi orang tua yang memiliki ABK ini.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

29

Sekolah inklusi memfasilitasi harapan maupun impian anak-anak ABK ke

depannya.

H. Manfaat Sekolah inklusi

Pendidikan inklusi bertujuan untuk memudahkan guru dan pelajar

untuk merasa nyaman dalam keberagaman dan melihat keragaman sebagai

tantangan dan pengayaan lingkungan pembelajaran daripada melihatnya

sebagai masalah. (UNESCO, 1994 dalam Kurdi 2009)

Manfaat sekolah inklusi bukan hanya dirasakan oleh anak namun

berdampak pula bagi masyarakat. Dampak yang paling esensial adalah

sekolah inklusi mengajarkan nilai sosial berupa kesetaraan. Berdasarkan

pengalaman dari sekolah segregasi, anak berkelainan disorot sebagai ancaman

bagi masyarakat, maka dari itu harus dipisahkan, dan harus dikontrol oleh

sekolah, bukan dibantu. Banyak anak berkelainan yang tidak mampu

memperoleh pendidikan karena tidak tersedia sekolah khusus yang dekat,

sehingga menjadikan pendidikan inklusi sebagai jawaban kontemporer bagi

anak-anak berkelainan atau special need (Emawati, 2008)

Sedangkan menurut Smith (2006) pendidikan inklusi juga

memungkinkan siswa berkebutuhan khusus melakukan pembelajaran emosi

dan sosial secara lebih wajar. Di sisi lain, model ini juga mendorong siswa

lain untuk belajar menghargai dan menerima anak-anak berkebutuhan khusus.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

30

I. Model Sekolah Inklusi

Melihat kondisi dan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia,

model pendidikan inklusi lebih sesuai adalah model yang mengasumsikan

bahwa inklusi sama dengan mainstreaming (Asham, 1994). Penempatan anak

berkelainan di sekolah inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model

sebagai berikut:

1. Kelas reguler (inklusi penuh): Anak berkelainan belajar bersama anak lain

(normal) sepanjang hari dikelas reguler dengan menggunakan kurikulum,

materi, proses serta evaluasi pembelajaran yang sama.

2. Kelas reguler dengan tambahan bimbingan dalam kelas (cluster): Anak

berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam

kelompok khusus.

3. Kelas reguler dengan pull out: Anak berkelainan belajar bersama anak

lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik

dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru

pembimbing khusus.

4. Kelas reguler dengan cluster dan pull out: anak berkelainan belajar

bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus, dan

dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas-kelas reguler ke ruang

sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

5. Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian: anak berkelainan belajar

didalam kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidang-bidang

tertentu dapat belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

31

6. Kelas khusus penuh: Anak berkelainan belajar didalam kelas khusus pada

sekolah reguler.

Dengan demikian, pendidikan inklusi tidak mengharuskan semua anak

berkelainan berada di kelas reguler setiap saat dengan semua mata pelajaran

(inklusi penuh), karena sebagian anak berkelainan dapat berada di kelas

khusus atau ruang terapi tergantung gradasi kelainan yang dimiliki siswa.

Bahkan bagi anak berkelainan yang gradasi kelainannya cukup berat,

mungkin akan lebih banyak waktunya berada dikelas khusus pada sekolah

reguler (inklusi lokasi). Kemudian, bagi yang gradasi kelainannya sangat

berat, dan tidak memungkinkan di sekolah reguler (sekolah biasa), dapat

disalurkan ke sekolah khusus (SLB) atau tempat khusus (rumah sakit). Setiap

inklusi dapat memilih model mana yang akan diterapkan, terutama

bergantung kepada jumlah anak berkelainan yang akan dilayani, jenis

kelainan masing-masing anak, gradasi (tingkat) kelainan anak, ketersediaan

dan kesiapan tenaga kependidikan, serta sarana-prasarana yang tersedia.

(Emawati, 2008)

J. Kurikulum Sekolah Inklusi

Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada Pasal 1 angka 19 disebutkan bahwa kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran, teknik penilaian, serta cara yang digunakan sebagai pedoman

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

32

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

Guru kelas atau guru bidang studi di sekolah reguler bersama-sama

guru pembimbing khusus (GPK) sebelum melaksanakan kegiatan

pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus terlebih dahulu perlu

menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam rencana

pembelajaran reguler, modifikasi pembelajaran serta program pengajaran

individual (PPI) untuk anak berkebutuhan khusus. PPI merupakan rencana

pengajaran yang dirancang untuk satu orang peserta didik yang berkebutuhan

khusus atau yang memiliki kecerdasan/bakat istimewa.

Kurikulum ini sebagai dokumen yang menetapkan kebutuhan akademis,

fisik, sosial, dan emosional seorang siswa dan memberikan kerangka

perencanaan yang berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan siswa serta

menjabarkan sumber-sumber pendidikan yang diperlukan. (Jurnal Pendidikan

Khusus, vol 6 nomor 1, Mei 2010)

K. Pengertian Guru Pembimbing Khusus (GPK)

Anak autis mempunyai cara berpikir yang berbeda dan kemampuan

yang tidak merata disemua bidang, misalnya pintar matematika tapi tidak

suka menulis dsb. Pada bulan-bulan pertama ini sebaiknya anak autistik

didampingi oleh seorang terapis yang berfungsi sebagai guru pembimbing

khusus (GPK). Pengertian guru pembimbing khusus atau GPK yakni:

1. Bukan guru kelas

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

33

2. Bukan guru mata pelajaran

3. Bukan guru pembimbing dan penyuluhan

4. Guru Pembimbing Khusus adalah guru yang memiliki kualifikasi/ latar

belakang pendidikan luar biasa yang bertugas menjembatani kesulitan

ABK dan guru kelas/ mata pelajaran dalam proses pembelajaran serta

melakukan tugas khusus yang tidak dilakukan oleh guru pada umumnya.

Tugas khusus itu adalah tugas yang berkaitan dengan kebutuhan khusus

ABK.

Guru pembimbing khusus yakni seseorang yang dapat membantu guru

kelas dalam mendampingi ABK pada saat diperlukan, sehingga proses

pengajaran dapat berjalan lancar tanpa gangguan.

L. Tugas Guru Pembimbing Khusus (GPK)

Tugas guru pembimbing khusus menurut (Dit PLB 2004, 9) antara lain:

1. Menyusun instrumen asesmen pendidikan dengan guru kelas dan guru

mata pelajaran.

2. Membangun sistem koordinasi antara guru, pihak sekolah dengan orang

tua siswa.

3. Memberikan bimbingan kepada anak-anak berkebutuhan khusus,

sehingga anak mampu mengatasi hambatan atau kesulitan dalam belajar.

4. Memberikan bantuan (sharing pengalaman) kepada guru kelas/guru mata

pelajaran dalam bentuk diskusi agar mereka pelayanan pendidikan

kepada anak-anak berkebutuhan khusus.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

34

5. Memberikan saran dan dukungan pada peserta didik dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran di sekolah.

6. Bersama dengan guru di sekolah, guru pembimbing khusus dapat

merancang kurikulum individual bagi anak berkebutuhan khusus.

7. Sebagai fasilitator.

M. Peran Guru Pembimbing Khusus (GPK)

Sedangkan peran guru pembimbing khusus dalam sekolah inklusi

adalah sebagai guru pembimbing bagi siswa ABK dengan tugas pokok adalah

sebagai berikut:

1. Mengembangkan dan memelihara kesepadanan optimal ABK dengan

anak lain.

2. Menjaga agar kehadiran ABK tidak mengganggu pelaksanaan program

pendidikan sekolah umum.

3. Mengembangkan dan meningkatkan program pendidikan inklusi.

4. Mengusahakan keserasian suasana pendidikan di sekolah dan di tengah-

tengah keluarga anak berkebutuhan khusus. Tugas pokok GPK termuat

dalam (Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif:

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajeman

Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar

Biasa Tahun 2007)

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

35

N. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Dede Nurmayanti tahun

2007 dengan judul “Peran Guru Pembimbing Khusus (GPK) dalam

Memberikan Pelayanan Terhadap Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah

Dasar Regular” dari Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian ini

dilakukan di daerah Bandung dengan subjek GPK berasal dari beberapa

sekolah dasar. Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti adalah peneliti hanya menggunakan subjek dari satu sekolah dasar

inklusi saja.

O. Kerangka Teoritik

Siswa

Autis

Sekolah

Dasar

Inklusi

GPK

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

36

Dari bagan di atas, keterangannya adalah siswa autis yang bersekolah di

sekolah dasar inklusi memerlukan guru pembimbing khusus yang dapat

membantu mengatasi hambatan dalam belajar mereka di sekolah dengan

memberikan layanan-layanan pendidikan sebagaimana tugas seorang guru

pembimbing khusus.

Dari teori yang dikemukakan diatas, peneliti mengambil beberapa teori

yang akan digunakan dalam penelitian ini. Untuk teori tentang autis, peneliti

menggunakan teori dari karakterisik DSM IV-TR (APA-2000), Autis adalah

keabnormalan yang jelas dan gangguan perkembangan dalam interaksi sosial,

komunikasi, dan keterbatasan yang jelas dalam aktivitas dan ketertarikan.

Manifestasi dari gangguan ini berganti-ganti bergantung pada tingkat

perkembangan dan usia kronologis dari usia individu.

Gejala umum yang bisa diamati dari anak gangguan autis, fungsi

kognisi, tidak adanya kontak mata, komunikasi satu arah, afasia,

menstimulasi diri, mengamuk (tempertantrum), tindakan agresif atau

hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang

steriotipik (Triantono Safaria, 2005).

Adapun Terapi-terapi yang digunakan untuk menangani siswa autis

antara lain:

1. Applied Behavioral Analysis (ABA)

2. Terapi Wicara

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Autisdigilib.uinsby.ac.id/11038/5/Bab 2.pdf · Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk ... cahaya dan sentuhan.

37

3. Terapi Okupasi

4. Terapi Fisik

5. Terapi Sosial

6. Terapi Bermain

7. Terapi Perilaku

8. Terapi Perkembangan

9. Terapi Visual

10. Terapi Biomedik

Sekolah inklusi merupakan sekolah yang menyediakan dan menampung

anak-anak berkebutuhan khusus untuk dididik di lingkungan sekolah biasa

dengan anak-anak lain yang normal (Direktorat PLB, 2004).

Sekolah inklusi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

teori dari Sopan & Shevin (1995) Inklusi didefinisikan sebagai sistem layanan

pendidikan luar biasa untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) yang

mensyaratkan agar semua anak yang memiliki kebutuhan khusus belajar

bersama-sama seyogyanya di kelas yang sama di sekolah sekolah tersebut.

Model sekolah inklusi yang juga akan dibahas dalam penelitian ini

adalah:

1. Kelas reguler (inklusi penuh): Anak berkelainan belajar bersama anak

lain (normal) sepanjang hari dikelas reguler dengan menggunakan

kurikulum, materi, proses serta evaluasi pembelajaran yang sama.