BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB...

14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan yang terkait dalam penelitian yang dilakukan peneliti mencakup persamaan tentang aspek yaitu kritik sosial. Selain itu juga persamaan tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang novel, puisi, lirik lagu dan juga kumpulan cerpen. Tetapi yang dilakukan peneliti mengambil objek dari naskah monolog yang termasuk genre sastra. Berikut merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain: Pertama penelitian dengan Judul Kritik Sosial Keagamaan dalam Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A Mustofa Bisri Hasil Penelitian dari Lailatunnisa (2013). Lailatunnisa adalah mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dalam penelitian dengan judul Kritik Sosial Keagamaan dalam Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A Mustofa Bisri , peneliti menggunakan pendekatan sosiologi sastra, dengan memfokuskan kritik dalam kehidupan beragama. Secara garis besar, penelitian tersebut terbagi atas empat aspek yakni: aspek aqidah, aspek ibadah, aspek akhlak, dan aspek muamalat. Jadi penelitian yang akan dilakukan peneliti jelas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lailatunisa, meski memiliki persamaan pada aspek yaitu tentang kritik sosial tetapi berbeda pada objek yang diambil. Objek penelitian Lailatunisa yaitu cerpen sedangkan objek penelitian yang dilakukan peneliti adalah nasakah monolog. 6 Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan yang terkait dalam penelitian yang dilakukan peneliti

mencakup persamaan tentang aspek yaitu kritik sosial. Selain itu juga persamaan

tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

novel, puisi, lirik lagu dan juga kumpulan cerpen. Tetapi yang dilakukan peneliti

mengambil objek dari naskah monolog yang termasuk genre sastra. Berikut

merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti antara lain:

Pertama penelitian dengan Judul Kritik Sosial Keagamaan dalam Kumpulan

Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A Mustofa Bisri Hasil Penelitian dari Lailatunnisa

(2013). Lailatunnisa adalah mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Purwokerto. Dalam penelitian dengan judul Kritik Sosial Keagamaan dalam

Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A Mustofa Bisri, peneliti menggunakan

pendekatan sosiologi sastra, dengan memfokuskan kritik dalam kehidupan beragama.

Secara garis besar, penelitian tersebut terbagi atas empat aspek yakni: aspek aqidah,

aspek ibadah, aspek akhlak, dan aspek muamalat. Jadi penelitian yang akan dilakukan

peneliti jelas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lailatunisa, meski

memiliki persamaan pada aspek yaitu tentang kritik sosial tetapi berbeda pada objek

yang diambil. Objek penelitian Lailatunisa yaitu cerpen sedangkan objek penelitian

yang dilakukan peneliti adalah nasakah monolog.

6

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

7

Kedua penelitian dengan Judul Peran Punakawan dalam Novel Perang Karya

Putu Wijaya Hasil Penelitian dari Robertus Pujo Leksono (2005). Robertus Pujo

Leksono merupakan mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,

Universitas Padjadjaran Bandung. Pada penelitian yang berjudul Peran Punakawan

dalam Novel Perang Karya Putu Wijaya, peneliti menggunakan pendekatan semiotika

Roland Barthes. Penelitian mengalisis tentang perubahan penandaan terhadap

Punakawan sebagai tanda. Peran Punakawan sebagai hasil dari penandaan tingkat

kedua membentuk tanda baru bagi Punakawan. Dapat disimpulkan bahwa penelitian

yang dilakukan oleh Robertus Pujo Leksono berbeda dengan penelitian yang sedang

dilakukan, meski memiliki persaamaan pada pengarang yaitu Putu Wijaya, tetapi

berbeda pada jenis karya sastranya dan juga aspek yang dibahas.

Ketiga penelitian dengan Judul Aspek Sosial dalam Novel Bila Malam

Bertambah Malam Karya Putu Wijaya Hasil Penelitian dari Awan Kurniawan (2007).

Awan Kurniawan adalah salah satu mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Penelitiannya

berjudul Aspek Sosial dalam Novel Bila Malam Bertambah Malam karya Putu

Wijaya. Dalam penelitiannya, peneliti mengkaji tentang sistem kepribadian setiap

tokoh dan tindakannya, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan teoretis dan

metodologis. Pendekatan teoretis dalam penelitian menggunakan pendekatan objektif

dan sosiologis, sedangkan pendekatan metodologis yang digunakan adalah pendekatan

analisis deskriptif. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh

Awan Kurniawan berbeda dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti,

meski kedua penelitian memiliki persaamaan pada pengarang yaitu Putu Wijaya,

tetapi berbeda pada jenis karya sastranya dan juga aspek yang dibahas.

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

8

Dari tiga penelitian relevan yang telah disebutkan di atas, terdapat perbedaan

secara umum. Perbedaan tersebut meliputi objek yang digunakan. Serta aspek

pembahasan yang dilakukan. Tetapi ada yang memiliki persamaan tentang pendekatan

yang dipakai yaitu sosiologi sastra. Dengan penjelasan di atas maka penelitian yang

dilakukan peneliti jelas berbeda dari penelitian yang sudah pernah dilakukan.

B. Hakikat Karya Sastra

Kata sastra berasal dari akar kata sas (Sangsakerta) yang berarti mengarahkan,

mengajar, memberi petunjuk dan intruksi. Akhiran tra yang berarti alat, sarana. Jadi,

sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik.

Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu

kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik (Ratna, 2008: 1). Menurut

Kurniawan (2012: 104), pengertian sastra secara garis besar yaitu karya seni yang

medianya bahasa. Sebagai karya seni, sastra merupakan bentuk ekspresi seorang

manusia, yang didalamnya menggambarkan fiksionalitas kehidupan. Sedangkan

menurut Suyitno (2009: 18) sastra atau karya sastra adalah karangan imajinatif yang

mengungkapkan lika-liku hidup manusia dan batinnya secara intens merasuk sukma,

sublime menggunakan selektivitas bahasa yang estetis, ekspresif, dengan

memperhatikan nilai-nilai hidup.

Karya sastra adalah seni bahasa, sebab dalam membangun dunianya karya

sastra menggunakan medium bahasa. Karya sastra juga disebut seni waktu, sebab

unsur-unsur cerita yang terkandung didalamnya disusun dengan memanipulasi waktu.

Dengan inilah karya sastra dibedakan dengan lukisan sebagai seni ruang. Sebab

lukisan disusun melalui manipulasi ruang. Baik sebagai seni bahasa maupun seni

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

9

waktu, fungsi utama karya sastra adalah sebagai alat komunikasi kepada masyarakat

pembacanya.

Menurut Ratna (2008: 602), sastra dibedakan atas dua bidang, yaitu sastra

sebagai kreativitas dan sastra sebagai ilmu. Sastra sebagai kreativitas terdiri atas tiga

genreutama yaitu: Puisi, prosa (cerpen, novel, roman) dan drama. Sastra sebagai ilmu

terdiri atas teori sastra, kritik sastra dan sejarah sastra. Sastra yang merupakan bentuk

ekspresi dan komunikasi yang digambarkan dalam fiksionalitas, akan tetapi sastra

dituntut mengandung nilai-nilai kehidupan yang adiluhung. Berkaitan dengan sastra

mengandung nilai adiluhung.

Menurut Wibowo (2013: 104), memberi batasan. Bahwa sastra adiluhung

adalah dunia yang bersifat dinamis, relatif, dan bukan eksklusif. Nilai sastranya pasti

terkait dengan kepribadian manusia. Karena ketinggian tingkat apresiasinya, sastra

adiluhung sangat bermutu. Lantaran mampu menghaluskan rohaniah; mempertajam

visi, misi dan ruang imajinasi, membuat manusia santun jiwanya, bertambah

pengetahuannya, berkepribadian mulia, dan luas jiwanya.

Sastra diciptkan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami dan

dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah angota masyarakat; ia

terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan

bahasa sebagai medium; bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra

menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan

sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan masyarakat mencakup hubungan antara

masyarakat dengan orang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin

seseorang (Damono, 2002: 1)

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

10

Dengan demikian, komunikasi yang dibangun oleh sastrawan melalui karya

sastra pada hakikatnya adalah suatu misi dalam kerangka positif. Karya sastra yang

diciptakan sastrawan pastinya memiliki tujuan-tujuan yang hendak disampaikan

kepada pembaca, sebab sastrawan telah dibekali pengetahuan yang diperolehnya dari

kehidupan nyata. Karenanya karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan senantiasa

dituntut mengandung pesan serta nilai-nilai kebaikan. Pesan yang terdapat dalam

karya sastra pun dapat meliputi bidang kehidupan. Sehingga terdapat seruan apabila

terdapat sesuatu yang melenceng atau adanya ketidak seimbangan dari kehidupan,

maka sastralah yang meluruskan. Sastra senantiasa dituntut berada pada hal-hal yang

penuh ketauladanan. Pandangan tersebut sangat dekat dengan salah satu fungsi sastra

yaitu berfungsi sebagai kritik kepada masyarakat.

Fungsi sastra yang semacam itu, juga diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2007:

331) yang mengatakan bahwa sastra yang mengandung pesan kritik juga disebut

sebagai sastra kritik, yang biasanya lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal

yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Kritik yang termuat dalam

karya sastra biasanya kritik terhadap masyarakat, yakni berangkat dari pengungkapan

pengarang karena melihat fenomena yang terjadi pada masyarakat yang diikutinya.

Menurut Pradopo (2002: 16) juga mengatakan bahwa kritik sastra tidak dapat

dilepaskan dari perkembangan kemasyarakatan, dalam arti gagasan- gagasan

masyarakat pun turut berbicara dalam persoalan sastra pada khususnya, kebudayaan

pada umumnya. Permasalahan sosial yang dihadapi oleh manusia, didalamnya

menceritakan tentang permasalahan sosial yang ditunjukan kepada pemerintah atau

kalangan atas negeri ini. Seorang pengarang biasanya berada di kelas bawah yang

mengritisi kehidupan sosial dikalangan atas, maka dari itu pengarang menyelipkan

kritik sosial dalam penciptaan karyanya.

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

11

C. Pengertian Naskah Lakon

Menurut Eko dkk (2008: 60), naskah lakon ditulis oleh seorang penulis naskah

lakon berdasarkan apa yang dilihat, apa yang dialami, dan apa yang dibaca atau

diceritakan kepadanya oleh orang lain. Penulis kemudian menyusun rangkaian

kejadian, semakin lama semakin rumit. Sehingga pada puncaknya masuk kedalam

penyelesaian cerita. Dalam menyusun kejadian-kejadian atau peristiwa seorang

penulis haruslah bersabar untuk melangkah dari satu kejadian ke kejadian yang lain

dalam suatu perkembangan yang logis. Untuk tercipta naskah lakon pengarang tidak

lepas dari masyarakat.

Dalam lakon akan dijumpai dua hal yang sangat penting, yaitu pertama,

konflik. Kedua, tokoh atau peran yang terlibat dalam peristiwa. Peristiwa atau

kejadian dibuat oleh penulis naskah sebagai kerangka besar yang mendasari terjadinya

suatu lakon. Peristiwa lakon tersebut menuntun seseorang untuk mengikuti laku

kejadian mulai dari pemaparan, konflik hingga penyelesaian. Konflik dalam lakon

merupakan inti cerita. Gagasan utama atau pesan lakon termasuk dalam konflik yang

merupakan pertentangan antara satu pihak dalam pihak lainnya mengenai suatu hal.

Jalinan cerita menuju konflik dan cara penyelesaian inilah yang menjadikan lakon

menarik. Monolog berbeda sedikit dengan drama, yaitu tentang cara mementaskannya

jika drama dimainkan dengan lebih dari satu orang maka monolog dimainkan oleh

satu orang.

D. Kritik Sosial dalam Karya Sastra

Menurut Suyitno (2009: 1) kata kritik berasal dari bahasa Yunani Kuno krites

untuk menyebut hakim. Kata benda krites itu berasal dari kata kerja krinein yang

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

12

berarti menghakimi. Kata krinein merupakan pangkal dari kata benda kriterion yang

berarti dasar penghakiman. Kemudian timbul kata kritikos yang diartikan sebagai

hakim karya sastra. Kata sosial dalam hal ini berhubungan dengan interaksi dengan

masyarakat.

Interaksi yang dilakukan warga masyarakat mengacu pada permasalahan yang

melibatkan banyak orang dan sering disebut dengan kepentingan umum. Manusia

sebagai anggota dari suatu masyarakat semestinya mengutamakan kepentingan umum

di atas kepentingan individu. Pendapat lain dikemukakan oleh Soekanto (2003: 64),

bahwa kata sosial berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku antara

pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Maka dari itu, kritik sosial berarti

memberikan tanggapan atau penilaian. Penilaian itu mengacu terhadap segala sesuatu

yang terjadi dan berhubungan dengan masyarakat.

Kritik sosial merupakan suatu alat atau mediasi antargolongan dalam

masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Ratna (2008: 243), bahwa karya seni,

khususnya sastra merupakan alat atau media untuk menyatukan individu, kelompok,

suku, dan bahkan antarbangsa. Karya sastra dapat juga dijadikan sebagai sarana

aspirasi masyarakat. Dapat pula dikatakan sebagai perjuangan non fisik. Selanjutnya

juga ditambahkan bahwa sastra bisa disampaikan melalui sarana gaya bahasa,

peribahasa, kiasan semboyan dan berbagai manifestasi metaforis dalam kehidupan

sehari-hari.

Menurut Pradopo (2007: 30) karya sastra sebagai karya seni juga memerlukan

pertimbangan dan penilaian akan seni yang terkandung di dalamnya. Sampai sejauh

mana nilai seni suatu karya sastra, ataupun mengapa karya sastra dikatakan

mempunyai karya seni. atau dengan kata lain mengapa suatu karya sastra ini indah,

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

13

sedang yang lain tidak. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan.

Bahwa kritik sosial dalam karya sastra merupakan kritik yang dilakukan terhadap

suatu karya sastra. dengan cara memberikan suatu tanggapan yang menitik beratkan

pada aspek sosial masyarakat pada karya sastra tersebut. Sebuah karya sastra juga

dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali suatu dunia sosial. Sesuatu

yang dianggap menyimpang atau menyeleweng akan menjadi bahan yang menarik

bagi seorang sastrawan yang ingin menegakkan keadilan. Suatu sastra yang

mengandung unsur kritik atau protes adanya penyimpangan atau penyelewengan dari

suatu hal disebut sastra kritik.

Menurut Tarigan, (2008: 210) menyatakan bahwa kritik sosial, yaitu suatu

penilaian atau pertimbangan terhadap segala sesuatu mengenai masyarakat. Segala

sesuatu tersebut berupa norma, etika, moral, budaya, politik, dan segi-segi kehidupan

kemasyarakatan yang lain. Dari pernyataan tersebut, kritik sosial dapat diartikan

sebagai kontrol, penilaian atau pertimbangan terhadap sesuatu mengenai masyarakat

yang menyimpang dari tatanan yang seharusnya terjadi. Sehingga mampu

memperbaiki keadaan dan menjaga stabilitas sosial. Selain itu, kritik sosial juga dapat

sebagai upaya untuk menentukan nilai hakiki masyarakat lewat berbagai pemahaman

dan penafsiran realitas sosial, yaitu dengan memberi pujian, menyatakan kesalahan,

dan memberi pertimbangan.

Selanjutnya, Damono (2002: 25) mengatakan bahwa kritik sosial dalam sastra

dewasa ini tidak lagi hanya mengangkat hubungan antara keredan orang kaya,

kemiskinan dan kemewahan. Tetapi mencakup segala macam masalah sosial yang ada

di masyarakat. Masalah-masalah tersebut dapat terwujud sebagai masalah di bidang

kinerja dan pelayanan pemerintah, masalah penyalahgunaan kekuasaan, masalah

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

14

ekonomi,dan masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia. Akhirnya dapat ditarik

kesimpulan bahwa kririk sosial dalam sastra dapat berupa kritik mengenai berbagai

masalah sosial dalam kehidupan. Yaitu masalah sosial di bidang pemerintah, ekonomi,

kekuasaan, maupun Hak Asasi Manusia.

Menurut Nurgiyantoro (2007: 331), sastra mengandung pesan kritik biasanya

akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang menyimpang dalam

kehidupan sosial dan masyarakat. Kritik sosial dapat diartikan sebagai penilaian atau

pertimbangan terhadap sesuatu mengenai masyarakat yang menyimpang dari tatanan

yang seharusnya terjadi. Seperti permasalahan pemerintahan, ekonomi, kekuasaan,

dan pelanggaran Hak Asasi Manusia melalui karya sastra. Kritik sosial sebagai upaya

untuk menentukan nilai hakiki masyarakat lewat pemahaman dan penafsiran realitas

sosial, yaitu dengan memberi pujian, menyatakan kesalahan, dan

mempertimbangkannya.

Hardiman (2009: 10) mengungkapkan bahwa kritik sosial tidak bisa dilepaskan

dari mazhab Frankfurt. Mazhab ini menyebutnya sebagai teori kritis. Kritik sosial ini

diarahkan pada berbagai persoalan di beberapa bidang kehidupan masyarakat, seperti

seni, ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, kekuasaan, kebudayaan dan Hak Asasi

Manusia. Pada umumnya, bidang-bidang kehidupan tersebut telah menjadi rancu

karena diselubungi oleh ideologi yang menguntungkan pihak tertentu. Ideologi

tersebut menjadi landasan dalam masyarakat.

Maka dapat disimpulkan bahwa kritik sosial dalam karya sastra merupakan

upaya yang dilakukan seorang pengarang. Dengan cara memberikan suatu tanggapan

terhadap persoalan-persoalan yang dilihat pada masyarakat. Tanggapan yang disertai

pertimbangan baik buruknya fenomena yang terjadi di masyarakat melalui sebuah

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

15

hasil karya. Sehingga bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat.

Supaya dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama terhadap

persoalan yang muncul karena kepentingan sosial yang berbeda pada setiap bentuk

masyarakat, baik secara indivudu maupun kelompok.

E. Jenis-Jenis Kritik Sosial

Menurut Susanto (2012: 185), mengembangkan bentuk-bentuk kritik sosial

yang bersifat radikal terhadap berbagai bidang seperti kekuasaan, politik, ekonomi,

dan budaya para kelas penguasa. Bentuk kritik sosial tersebut merupakan suatu

tanggapan atau penilaian baik buruknya fenomena-fenomena yang terjadi di

masyarakat. Dalam kehidupan bersama terdapat ilmu masyarakat atau ilmu

kemasyarakatan. Yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau

masyarakat (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan dan masyarakat),

dengan ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta

keseniannya atau yang disebut sebagai kebudayaan yang meliputi segala segi

kehidupannya. Sehingga pembagian kritik sosial meliputi (a) Kritik terhadap

pemerintah, (b) Kritik mengenai kekuasaan, (c) Kritik mengenai HAM, jenis-jenis

kritik sosial tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Kritik terhadap Pemerintah

Pemerintah merupakan organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat

kebijakan dalam bentuk (penerapan hukum dan undang-undang) di kawasan tertentu.

Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan mereka. Lahirnya

pemerintahan pada awalnya adalah untuk menjadi suatu sistem ketertiban di dalam

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

16

masyarakat. Sehingga masyarakat tersebut bisa menjalankan kehidupan secara wajar.

Pemerintah merupakan suatu gejala yang berlangsung dalam kehidupan

bermasyarakat yaitu hubungan antara manusia dengan setiap kelompok termasuk

dalam keluarga.

Rosyada dkk (2000: 47) mengemukakan pemerintah adalah alat kelengkapan

negara. Yang bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan negara.

Kritik dari masyarakat berfungsi sebagai kontrol terhadap pemerintah untuk dapat

melaksanakan tugasnnya dengan baik. Ketika pemerintah mampu menjalankan

tugasnya dengan baik maka kehidupan negara akan berjalan kondusif dan tertib. Oleh

karena itu permerintah harus memperbaiki sistem-sistem yang belum sepenuhnya

berpihak kepada masyarakat.

2. Kritik mengenai Kekuasaan

Mahyudin (2009: 218) mengatakan bahwa kekuasaan merupakan kemampuan

pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa sehingga laku

pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan pelaku yang mempunyai kekuasaan.

Prinsip dalam kepemimpinan yaitu adanya hubungan antara pemimpin dengan yang

dipimpin. Pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara sadar dinamika

hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Keberhasilan seorang pemimpin

dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek semata-

mata, melainkan antara sifat, perilaku, dan kekuasaan saling menentukan sesuai

dengan situasi yang mendukungnya. Kekuasaan mempunyai pengaruh peranan

sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin dalam mempengaruhi, menggerakan, dn

mengubah perilaku yang dipimpinnya ke arah pencapaian tujuan organisasi.

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

17

Ketika kekuasaan hanya mementingkan kepentingan pribadi tanpa

memperdulikan kepentingan rakyat. Maka rakyat kecil semakin dikesampingkan.

Kekuasaan juga bukan hanya dimiliki oleh para pejabat pemerintahan. Namun

kekuasaan juga dimiliki oleh seorang yang mempunyai taraf ekonomi tinggi. Banyak

kasus hukum yang tidak tuntas dan tidak diketahui penyelesaiannya. Hal tersebut

dikarenakan kesadaran hukum di Indonesia masih sangat rendah, serta masih pandang

bulu antara pejabat dan rakyat kecil.

3. Kritik mengenai Ekonomi

Ekonomi merupakan sebuah bidang ilmu tentang sumber daya material

individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.

Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi pada dasarnya selalu

menghadapi masalah ekonomi. Masalah ekonomi yang dijalani manusia adalah

kebutuhan manusia yang tidak akan pernah habis. Untuk mencapai kemakmuran dan

kebutuhannya. Manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan dengan pertimbangan

yang baik berdasarkan skala prioritas.

Menurut pusat pengkajan dan pengembangan Ekonomi Islam (2008: 14)

secara umum ekonomi didefinisikan sebagai perlakuan manusia dalam menggunakan

sumber daya untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. Jadi

ekonomi merupakan sebuah proses kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber

daya. Untuk menghasilkan barang maupun jasa demi terpenuhinya kebuthan manusia.

Tingkat perekonomian suatu negara akan mempengarui daya hidup rakyatnya.

Apabila perekonomian sebuah negara lemah. maka akan membuat rakyat sulit untuk

memperoleh kehidupan yang layak.

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

18

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Tetapi

masih lemah dalam memanfaatkannya sehingga kemiskinan masih menjadi dominan

di kalangan masyarakat Indonesia. Terjadinya kesenjangan masalah ekonomi kelas

atas dan kelas bawah juga terjadi. Sehingga banyak permasalahan ekonomi yang

terjadi di Indonesia. Permasalahan ekonomi tersebut membuat Indonesia lambat dalam

perkembangannya.

4. Kritik mengenai HAM

HAM (hak asasi manusia) merupakan hak yang melekat pada diri manusia

yang bersifat kodrati dan fundamental. HAM sebagai anugerah Allah SWT yang harus

dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap diri individu, masyarakat atau negara.

Dengan jalan HAM inilah sesungguhnya manusia dapat mendapatkan hak-haknya

sebagai manusia. Atau pun sebagai anggota masyarakat dan negara. Karena itu,

bangsa dan negara harus melindungi hak masing-masing warga negara guna

menciptakan keadilan yang hakiki (Rosyada dkk.,(2000: 200).

Sastra berbicara tentang kemanusiaan, sudah sejak awal menjadi ideologi yang

wajib dibangun oleh sastrawan. Sebab selain menghibur sastra juga harus memberikan

manfaat bagi pembacanya. Ketika sastra dikaitkan dengan persoalan hak asasi

manusia (HAM), maka fungsi kedualah harusnya berlaku. Sastrawan melalui karya

sastranya harus mampu menyuguhkan budi pekerti yang luhur bagi pembacanya. Oleh

karena itu, tatkala masyarakat didera konflik dan kebobrokan maka sastrawan tidak

akan membiarkannya. Menurut Wibowo (2013: 109) sastra harus bisa berperan human

control persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat.

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/5407/3/BANAR SEJATI BAB II.pdf · tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang

19

Karya sastra membangun dunia melalui kata-kata karena kata-kata memiliki

energi, melalui energi itulah terbentuk citra tentang dunia tertentu, sebagai dunia yang

baru. Melalui hubungan yang paradigmatik, sistem tanda dan simbol, kata-kata

menunjuk sesuatu yang lain di luar dirinya. Sehingga peristiwa baru hadir terus

menerus. Itu sebabnya, karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan akan mengikuti

kondisi maupun keadaan yang tengah bergejolak. Terlebih jika keadaan dianggap

tidak wajar dan penuh ketimpangan, tentu karya yang dihasilkannya pun akan lebih

mengerucut pada kritik ( Ratna, 2008: 15).

Dari penjelasan di atas, kritik terhadap persoalan-persoalan hak asasi dalam

karya sastra ditunjukan dalam pesan dan kritik yang disematkan melalui karya sastra.

Sederhananya, sastrawan menggunakan sastra sebagai medium bentuk protes,

interupsi, bahkan gugatan kepada segala bentuk ketidakadilan. Dalam hal ini Faruk

(2010: 50) berpendapat, keniscayaan bahasa mengenai karya sastra sekaligus

melemahkan gagasan mengenai karya sastra sebagai ekspresi pengalaman subjektif

sastrawan. Ketika pengalaman individual, subjektif, diterjemahkan dan disampaikan

melalui bahasa. Maka pengalaman subjektif dan individual tersebut sekaligus berubah

menjadi pengalaman kolektif dan sosial.

Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016