6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan yang terkait dalam penelitian yang dilakukan peneliti
mencakup persamaan tentang aspek yaitu kritik sosial. Selain itu juga persamaan
tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang
novel, puisi, lirik lagu dan juga kumpulan cerpen. Tetapi yang dilakukan peneliti
mengambil objek dari naskah monolog yang termasuk genre sastra. Berikut
merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti antara lain:
Pertama penelitian dengan Judul Kritik Sosial Keagamaan dalam Kumpulan
Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A Mustofa Bisri Hasil Penelitian dari Lailatunnisa
(2013). Lailatunnisa adalah mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Dalam penelitian dengan judul Kritik Sosial Keagamaan dalam
Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A Mustofa Bisri, peneliti menggunakan
pendekatan sosiologi sastra, dengan memfokuskan kritik dalam kehidupan beragama.
Secara garis besar, penelitian tersebut terbagi atas empat aspek yakni: aspek aqidah,
aspek ibadah, aspek akhlak, dan aspek muamalat. Jadi penelitian yang akan dilakukan
peneliti jelas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lailatunisa, meski
memiliki persamaan pada aspek yaitu tentang kritik sosial tetapi berbeda pada objek
yang diambil. Objek penelitian Lailatunisa yaitu cerpen sedangkan objek penelitian
yang dilakukan peneliti adalah nasakah monolog.
6
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
7
Kedua penelitian dengan Judul Peran Punakawan dalam Novel Perang Karya
Putu Wijaya Hasil Penelitian dari Robertus Pujo Leksono (2005). Robertus Pujo
Leksono merupakan mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Universitas Padjadjaran Bandung. Pada penelitian yang berjudul Peran Punakawan
dalam Novel Perang Karya Putu Wijaya, peneliti menggunakan pendekatan semiotika
Roland Barthes. Penelitian mengalisis tentang perubahan penandaan terhadap
Punakawan sebagai tanda. Peran Punakawan sebagai hasil dari penandaan tingkat
kedua membentuk tanda baru bagi Punakawan. Dapat disimpulkan bahwa penelitian
yang dilakukan oleh Robertus Pujo Leksono berbeda dengan penelitian yang sedang
dilakukan, meski memiliki persaamaan pada pengarang yaitu Putu Wijaya, tetapi
berbeda pada jenis karya sastranya dan juga aspek yang dibahas.
Ketiga penelitian dengan Judul Aspek Sosial dalam Novel Bila Malam
Bertambah Malam Karya Putu Wijaya Hasil Penelitian dari Awan Kurniawan (2007).
Awan Kurniawan adalah salah satu mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Penelitiannya
berjudul Aspek Sosial dalam Novel Bila Malam Bertambah Malam karya Putu
Wijaya. Dalam penelitiannya, peneliti mengkaji tentang sistem kepribadian setiap
tokoh dan tindakannya, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan teoretis dan
metodologis. Pendekatan teoretis dalam penelitian menggunakan pendekatan objektif
dan sosiologis, sedangkan pendekatan metodologis yang digunakan adalah pendekatan
analisis deskriptif. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh
Awan Kurniawan berbeda dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti,
meski kedua penelitian memiliki persaamaan pada pengarang yaitu Putu Wijaya,
tetapi berbeda pada jenis karya sastranya dan juga aspek yang dibahas.
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
8
Dari tiga penelitian relevan yang telah disebutkan di atas, terdapat perbedaan
secara umum. Perbedaan tersebut meliputi objek yang digunakan. Serta aspek
pembahasan yang dilakukan. Tetapi ada yang memiliki persamaan tentang pendekatan
yang dipakai yaitu sosiologi sastra. Dengan penjelasan di atas maka penelitian yang
dilakukan peneliti jelas berbeda dari penelitian yang sudah pernah dilakukan.
B. Hakikat Karya Sastra
Kata sastra berasal dari akar kata sas (Sangsakerta) yang berarti mengarahkan,
mengajar, memberi petunjuk dan intruksi. Akhiran tra yang berarti alat, sarana. Jadi,
sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik.
Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu
kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik (Ratna, 2008: 1). Menurut
Kurniawan (2012: 104), pengertian sastra secara garis besar yaitu karya seni yang
medianya bahasa. Sebagai karya seni, sastra merupakan bentuk ekspresi seorang
manusia, yang didalamnya menggambarkan fiksionalitas kehidupan. Sedangkan
menurut Suyitno (2009: 18) sastra atau karya sastra adalah karangan imajinatif yang
mengungkapkan lika-liku hidup manusia dan batinnya secara intens merasuk sukma,
sublime menggunakan selektivitas bahasa yang estetis, ekspresif, dengan
memperhatikan nilai-nilai hidup.
Karya sastra adalah seni bahasa, sebab dalam membangun dunianya karya
sastra menggunakan medium bahasa. Karya sastra juga disebut seni waktu, sebab
unsur-unsur cerita yang terkandung didalamnya disusun dengan memanipulasi waktu.
Dengan inilah karya sastra dibedakan dengan lukisan sebagai seni ruang. Sebab
lukisan disusun melalui manipulasi ruang. Baik sebagai seni bahasa maupun seni
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
9
waktu, fungsi utama karya sastra adalah sebagai alat komunikasi kepada masyarakat
pembacanya.
Menurut Ratna (2008: 602), sastra dibedakan atas dua bidang, yaitu sastra
sebagai kreativitas dan sastra sebagai ilmu. Sastra sebagai kreativitas terdiri atas tiga
genreutama yaitu: Puisi, prosa (cerpen, novel, roman) dan drama. Sastra sebagai ilmu
terdiri atas teori sastra, kritik sastra dan sejarah sastra. Sastra yang merupakan bentuk
ekspresi dan komunikasi yang digambarkan dalam fiksionalitas, akan tetapi sastra
dituntut mengandung nilai-nilai kehidupan yang adiluhung. Berkaitan dengan sastra
mengandung nilai adiluhung.
Menurut Wibowo (2013: 104), memberi batasan. Bahwa sastra adiluhung
adalah dunia yang bersifat dinamis, relatif, dan bukan eksklusif. Nilai sastranya pasti
terkait dengan kepribadian manusia. Karena ketinggian tingkat apresiasinya, sastra
adiluhung sangat bermutu. Lantaran mampu menghaluskan rohaniah; mempertajam
visi, misi dan ruang imajinasi, membuat manusia santun jiwanya, bertambah
pengetahuannya, berkepribadian mulia, dan luas jiwanya.
Sastra diciptkan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah angota masyarakat; ia
terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan
bahasa sebagai medium; bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra
menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan
sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan masyarakat mencakup hubungan antara
masyarakat dengan orang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin
seseorang (Damono, 2002: 1)
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
10
Dengan demikian, komunikasi yang dibangun oleh sastrawan melalui karya
sastra pada hakikatnya adalah suatu misi dalam kerangka positif. Karya sastra yang
diciptakan sastrawan pastinya memiliki tujuan-tujuan yang hendak disampaikan
kepada pembaca, sebab sastrawan telah dibekali pengetahuan yang diperolehnya dari
kehidupan nyata. Karenanya karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan senantiasa
dituntut mengandung pesan serta nilai-nilai kebaikan. Pesan yang terdapat dalam
karya sastra pun dapat meliputi bidang kehidupan. Sehingga terdapat seruan apabila
terdapat sesuatu yang melenceng atau adanya ketidak seimbangan dari kehidupan,
maka sastralah yang meluruskan. Sastra senantiasa dituntut berada pada hal-hal yang
penuh ketauladanan. Pandangan tersebut sangat dekat dengan salah satu fungsi sastra
yaitu berfungsi sebagai kritik kepada masyarakat.
Fungsi sastra yang semacam itu, juga diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2007:
331) yang mengatakan bahwa sastra yang mengandung pesan kritik juga disebut
sebagai sastra kritik, yang biasanya lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal
yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Kritik yang termuat dalam
karya sastra biasanya kritik terhadap masyarakat, yakni berangkat dari pengungkapan
pengarang karena melihat fenomena yang terjadi pada masyarakat yang diikutinya.
Menurut Pradopo (2002: 16) juga mengatakan bahwa kritik sastra tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan kemasyarakatan, dalam arti gagasan- gagasan
masyarakat pun turut berbicara dalam persoalan sastra pada khususnya, kebudayaan
pada umumnya. Permasalahan sosial yang dihadapi oleh manusia, didalamnya
menceritakan tentang permasalahan sosial yang ditunjukan kepada pemerintah atau
kalangan atas negeri ini. Seorang pengarang biasanya berada di kelas bawah yang
mengritisi kehidupan sosial dikalangan atas, maka dari itu pengarang menyelipkan
kritik sosial dalam penciptaan karyanya.
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
11
C. Pengertian Naskah Lakon
Menurut Eko dkk (2008: 60), naskah lakon ditulis oleh seorang penulis naskah
lakon berdasarkan apa yang dilihat, apa yang dialami, dan apa yang dibaca atau
diceritakan kepadanya oleh orang lain. Penulis kemudian menyusun rangkaian
kejadian, semakin lama semakin rumit. Sehingga pada puncaknya masuk kedalam
penyelesaian cerita. Dalam menyusun kejadian-kejadian atau peristiwa seorang
penulis haruslah bersabar untuk melangkah dari satu kejadian ke kejadian yang lain
dalam suatu perkembangan yang logis. Untuk tercipta naskah lakon pengarang tidak
lepas dari masyarakat.
Dalam lakon akan dijumpai dua hal yang sangat penting, yaitu pertama,
konflik. Kedua, tokoh atau peran yang terlibat dalam peristiwa. Peristiwa atau
kejadian dibuat oleh penulis naskah sebagai kerangka besar yang mendasari terjadinya
suatu lakon. Peristiwa lakon tersebut menuntun seseorang untuk mengikuti laku
kejadian mulai dari pemaparan, konflik hingga penyelesaian. Konflik dalam lakon
merupakan inti cerita. Gagasan utama atau pesan lakon termasuk dalam konflik yang
merupakan pertentangan antara satu pihak dalam pihak lainnya mengenai suatu hal.
Jalinan cerita menuju konflik dan cara penyelesaian inilah yang menjadikan lakon
menarik. Monolog berbeda sedikit dengan drama, yaitu tentang cara mementaskannya
jika drama dimainkan dengan lebih dari satu orang maka monolog dimainkan oleh
satu orang.
D. Kritik Sosial dalam Karya Sastra
Menurut Suyitno (2009: 1) kata kritik berasal dari bahasa Yunani Kuno krites
untuk menyebut hakim. Kata benda krites itu berasal dari kata kerja krinein yang
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
12
berarti menghakimi. Kata krinein merupakan pangkal dari kata benda kriterion yang
berarti dasar penghakiman. Kemudian timbul kata kritikos yang diartikan sebagai
hakim karya sastra. Kata sosial dalam hal ini berhubungan dengan interaksi dengan
masyarakat.
Interaksi yang dilakukan warga masyarakat mengacu pada permasalahan yang
melibatkan banyak orang dan sering disebut dengan kepentingan umum. Manusia
sebagai anggota dari suatu masyarakat semestinya mengutamakan kepentingan umum
di atas kepentingan individu. Pendapat lain dikemukakan oleh Soekanto (2003: 64),
bahwa kata sosial berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku antara
pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Maka dari itu, kritik sosial berarti
memberikan tanggapan atau penilaian. Penilaian itu mengacu terhadap segala sesuatu
yang terjadi dan berhubungan dengan masyarakat.
Kritik sosial merupakan suatu alat atau mediasi antargolongan dalam
masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Ratna (2008: 243), bahwa karya seni,
khususnya sastra merupakan alat atau media untuk menyatukan individu, kelompok,
suku, dan bahkan antarbangsa. Karya sastra dapat juga dijadikan sebagai sarana
aspirasi masyarakat. Dapat pula dikatakan sebagai perjuangan non fisik. Selanjutnya
juga ditambahkan bahwa sastra bisa disampaikan melalui sarana gaya bahasa,
peribahasa, kiasan semboyan dan berbagai manifestasi metaforis dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut Pradopo (2007: 30) karya sastra sebagai karya seni juga memerlukan
pertimbangan dan penilaian akan seni yang terkandung di dalamnya. Sampai sejauh
mana nilai seni suatu karya sastra, ataupun mengapa karya sastra dikatakan
mempunyai karya seni. atau dengan kata lain mengapa suatu karya sastra ini indah,
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
13
sedang yang lain tidak. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan.
Bahwa kritik sosial dalam karya sastra merupakan kritik yang dilakukan terhadap
suatu karya sastra. dengan cara memberikan suatu tanggapan yang menitik beratkan
pada aspek sosial masyarakat pada karya sastra tersebut. Sebuah karya sastra juga
dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali suatu dunia sosial. Sesuatu
yang dianggap menyimpang atau menyeleweng akan menjadi bahan yang menarik
bagi seorang sastrawan yang ingin menegakkan keadilan. Suatu sastra yang
mengandung unsur kritik atau protes adanya penyimpangan atau penyelewengan dari
suatu hal disebut sastra kritik.
Menurut Tarigan, (2008: 210) menyatakan bahwa kritik sosial, yaitu suatu
penilaian atau pertimbangan terhadap segala sesuatu mengenai masyarakat. Segala
sesuatu tersebut berupa norma, etika, moral, budaya, politik, dan segi-segi kehidupan
kemasyarakatan yang lain. Dari pernyataan tersebut, kritik sosial dapat diartikan
sebagai kontrol, penilaian atau pertimbangan terhadap sesuatu mengenai masyarakat
yang menyimpang dari tatanan yang seharusnya terjadi. Sehingga mampu
memperbaiki keadaan dan menjaga stabilitas sosial. Selain itu, kritik sosial juga dapat
sebagai upaya untuk menentukan nilai hakiki masyarakat lewat berbagai pemahaman
dan penafsiran realitas sosial, yaitu dengan memberi pujian, menyatakan kesalahan,
dan memberi pertimbangan.
Selanjutnya, Damono (2002: 25) mengatakan bahwa kritik sosial dalam sastra
dewasa ini tidak lagi hanya mengangkat hubungan antara keredan orang kaya,
kemiskinan dan kemewahan. Tetapi mencakup segala macam masalah sosial yang ada
di masyarakat. Masalah-masalah tersebut dapat terwujud sebagai masalah di bidang
kinerja dan pelayanan pemerintah, masalah penyalahgunaan kekuasaan, masalah
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
14
ekonomi,dan masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia. Akhirnya dapat ditarik
kesimpulan bahwa kririk sosial dalam sastra dapat berupa kritik mengenai berbagai
masalah sosial dalam kehidupan. Yaitu masalah sosial di bidang pemerintah, ekonomi,
kekuasaan, maupun Hak Asasi Manusia.
Menurut Nurgiyantoro (2007: 331), sastra mengandung pesan kritik biasanya
akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang menyimpang dalam
kehidupan sosial dan masyarakat. Kritik sosial dapat diartikan sebagai penilaian atau
pertimbangan terhadap sesuatu mengenai masyarakat yang menyimpang dari tatanan
yang seharusnya terjadi. Seperti permasalahan pemerintahan, ekonomi, kekuasaan,
dan pelanggaran Hak Asasi Manusia melalui karya sastra. Kritik sosial sebagai upaya
untuk menentukan nilai hakiki masyarakat lewat pemahaman dan penafsiran realitas
sosial, yaitu dengan memberi pujian, menyatakan kesalahan, dan
mempertimbangkannya.
Hardiman (2009: 10) mengungkapkan bahwa kritik sosial tidak bisa dilepaskan
dari mazhab Frankfurt. Mazhab ini menyebutnya sebagai teori kritis. Kritik sosial ini
diarahkan pada berbagai persoalan di beberapa bidang kehidupan masyarakat, seperti
seni, ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, kekuasaan, kebudayaan dan Hak Asasi
Manusia. Pada umumnya, bidang-bidang kehidupan tersebut telah menjadi rancu
karena diselubungi oleh ideologi yang menguntungkan pihak tertentu. Ideologi
tersebut menjadi landasan dalam masyarakat.
Maka dapat disimpulkan bahwa kritik sosial dalam karya sastra merupakan
upaya yang dilakukan seorang pengarang. Dengan cara memberikan suatu tanggapan
terhadap persoalan-persoalan yang dilihat pada masyarakat. Tanggapan yang disertai
pertimbangan baik buruknya fenomena yang terjadi di masyarakat melalui sebuah
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
15
hasil karya. Sehingga bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat.
Supaya dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama terhadap
persoalan yang muncul karena kepentingan sosial yang berbeda pada setiap bentuk
masyarakat, baik secara indivudu maupun kelompok.
E. Jenis-Jenis Kritik Sosial
Menurut Susanto (2012: 185), mengembangkan bentuk-bentuk kritik sosial
yang bersifat radikal terhadap berbagai bidang seperti kekuasaan, politik, ekonomi,
dan budaya para kelas penguasa. Bentuk kritik sosial tersebut merupakan suatu
tanggapan atau penilaian baik buruknya fenomena-fenomena yang terjadi di
masyarakat. Dalam kehidupan bersama terdapat ilmu masyarakat atau ilmu
kemasyarakatan. Yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau
masyarakat (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan dan masyarakat),
dengan ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta
keseniannya atau yang disebut sebagai kebudayaan yang meliputi segala segi
kehidupannya. Sehingga pembagian kritik sosial meliputi (a) Kritik terhadap
pemerintah, (b) Kritik mengenai kekuasaan, (c) Kritik mengenai HAM, jenis-jenis
kritik sosial tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Kritik terhadap Pemerintah
Pemerintah merupakan organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat
kebijakan dalam bentuk (penerapan hukum dan undang-undang) di kawasan tertentu.
Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan mereka. Lahirnya
pemerintahan pada awalnya adalah untuk menjadi suatu sistem ketertiban di dalam
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
16
masyarakat. Sehingga masyarakat tersebut bisa menjalankan kehidupan secara wajar.
Pemerintah merupakan suatu gejala yang berlangsung dalam kehidupan
bermasyarakat yaitu hubungan antara manusia dengan setiap kelompok termasuk
dalam keluarga.
Rosyada dkk (2000: 47) mengemukakan pemerintah adalah alat kelengkapan
negara. Yang bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan negara.
Kritik dari masyarakat berfungsi sebagai kontrol terhadap pemerintah untuk dapat
melaksanakan tugasnnya dengan baik. Ketika pemerintah mampu menjalankan
tugasnya dengan baik maka kehidupan negara akan berjalan kondusif dan tertib. Oleh
karena itu permerintah harus memperbaiki sistem-sistem yang belum sepenuhnya
berpihak kepada masyarakat.
2. Kritik mengenai Kekuasaan
Mahyudin (2009: 218) mengatakan bahwa kekuasaan merupakan kemampuan
pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa sehingga laku
pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan pelaku yang mempunyai kekuasaan.
Prinsip dalam kepemimpinan yaitu adanya hubungan antara pemimpin dengan yang
dipimpin. Pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara sadar dinamika
hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Keberhasilan seorang pemimpin
dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek semata-
mata, melainkan antara sifat, perilaku, dan kekuasaan saling menentukan sesuai
dengan situasi yang mendukungnya. Kekuasaan mempunyai pengaruh peranan
sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin dalam mempengaruhi, menggerakan, dn
mengubah perilaku yang dipimpinnya ke arah pencapaian tujuan organisasi.
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
17
Ketika kekuasaan hanya mementingkan kepentingan pribadi tanpa
memperdulikan kepentingan rakyat. Maka rakyat kecil semakin dikesampingkan.
Kekuasaan juga bukan hanya dimiliki oleh para pejabat pemerintahan. Namun
kekuasaan juga dimiliki oleh seorang yang mempunyai taraf ekonomi tinggi. Banyak
kasus hukum yang tidak tuntas dan tidak diketahui penyelesaiannya. Hal tersebut
dikarenakan kesadaran hukum di Indonesia masih sangat rendah, serta masih pandang
bulu antara pejabat dan rakyat kecil.
3. Kritik mengenai Ekonomi
Ekonomi merupakan sebuah bidang ilmu tentang sumber daya material
individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi pada dasarnya selalu
menghadapi masalah ekonomi. Masalah ekonomi yang dijalani manusia adalah
kebutuhan manusia yang tidak akan pernah habis. Untuk mencapai kemakmuran dan
kebutuhannya. Manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan dengan pertimbangan
yang baik berdasarkan skala prioritas.
Menurut pusat pengkajan dan pengembangan Ekonomi Islam (2008: 14)
secara umum ekonomi didefinisikan sebagai perlakuan manusia dalam menggunakan
sumber daya untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. Jadi
ekonomi merupakan sebuah proses kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber
daya. Untuk menghasilkan barang maupun jasa demi terpenuhinya kebuthan manusia.
Tingkat perekonomian suatu negara akan mempengarui daya hidup rakyatnya.
Apabila perekonomian sebuah negara lemah. maka akan membuat rakyat sulit untuk
memperoleh kehidupan yang layak.
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
18
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Tetapi
masih lemah dalam memanfaatkannya sehingga kemiskinan masih menjadi dominan
di kalangan masyarakat Indonesia. Terjadinya kesenjangan masalah ekonomi kelas
atas dan kelas bawah juga terjadi. Sehingga banyak permasalahan ekonomi yang
terjadi di Indonesia. Permasalahan ekonomi tersebut membuat Indonesia lambat dalam
perkembangannya.
4. Kritik mengenai HAM
HAM (hak asasi manusia) merupakan hak yang melekat pada diri manusia
yang bersifat kodrati dan fundamental. HAM sebagai anugerah Allah SWT yang harus
dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap diri individu, masyarakat atau negara.
Dengan jalan HAM inilah sesungguhnya manusia dapat mendapatkan hak-haknya
sebagai manusia. Atau pun sebagai anggota masyarakat dan negara. Karena itu,
bangsa dan negara harus melindungi hak masing-masing warga negara guna
menciptakan keadilan yang hakiki (Rosyada dkk.,(2000: 200).
Sastra berbicara tentang kemanusiaan, sudah sejak awal menjadi ideologi yang
wajib dibangun oleh sastrawan. Sebab selain menghibur sastra juga harus memberikan
manfaat bagi pembacanya. Ketika sastra dikaitkan dengan persoalan hak asasi
manusia (HAM), maka fungsi kedualah harusnya berlaku. Sastrawan melalui karya
sastranya harus mampu menyuguhkan budi pekerti yang luhur bagi pembacanya. Oleh
karena itu, tatkala masyarakat didera konflik dan kebobrokan maka sastrawan tidak
akan membiarkannya. Menurut Wibowo (2013: 109) sastra harus bisa berperan human
control persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat.
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
19
Karya sastra membangun dunia melalui kata-kata karena kata-kata memiliki
energi, melalui energi itulah terbentuk citra tentang dunia tertentu, sebagai dunia yang
baru. Melalui hubungan yang paradigmatik, sistem tanda dan simbol, kata-kata
menunjuk sesuatu yang lain di luar dirinya. Sehingga peristiwa baru hadir terus
menerus. Itu sebabnya, karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan akan mengikuti
kondisi maupun keadaan yang tengah bergejolak. Terlebih jika keadaan dianggap
tidak wajar dan penuh ketimpangan, tentu karya yang dihasilkannya pun akan lebih
mengerucut pada kritik ( Ratna, 2008: 15).
Dari penjelasan di atas, kritik terhadap persoalan-persoalan hak asasi dalam
karya sastra ditunjukan dalam pesan dan kritik yang disematkan melalui karya sastra.
Sederhananya, sastrawan menggunakan sastra sebagai medium bentuk protes,
interupsi, bahkan gugatan kepada segala bentuk ketidakadilan. Dalam hal ini Faruk
(2010: 50) berpendapat, keniscayaan bahasa mengenai karya sastra sekaligus
melemahkan gagasan mengenai karya sastra sebagai ekspresi pengalaman subjektif
sastrawan. Ketika pengalaman individual, subjektif, diterjemahkan dan disampaikan
melalui bahasa. Maka pengalaman subjektif dan individual tersebut sekaligus berubah
menjadi pengalaman kolektif dan sosial.
Kritik Sosial dalam Naskah..., Banar Sejati, FKIP UMP 2016
Top Related