BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Intensi Turnoverrepository.ump.ac.id/3397/3/Bab II_Putri Printianti.pdfBAB...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Intensi Turnoverrepository.ump.ac.id/3397/3/Bab II_Putri Printianti.pdfBAB...
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Intensi Turnover
1. Pengertian Intensi Turnover
Fishbein dan Ajzen (dalam Haryanti dan Sianipar, 2014)
mengemukakan bahwa intensi merupakan subyektifitas individu yang
melibatkan hubungan antara dirinya dan suatu perilaku, sehingga dapat
dikatakan bahwa intensi adalah suatu niatan seseorang untuk melakukan
sesuatu. Intensi oleh Acok (dalam Rahardjo, 2006) diartikan dengan niat
seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau bertingkah laku. Menurut
Rahardjo (2006) intensi dapat dikatakan kuat dan berpotensi untuk
diwujudkan dalam perilaku, jika subjek menilai bahwa perilaku itu baik
untuk dilakukan, bahwa ia merasa harus melakukan perilaku tersebut,
dan merasa mampu untuk mewujudkan perilaku tersebut.
Simamora (2004), memberi batasan turnover sebagai pemisahan diri
secara sukarela oleh seorang karyawan dari organisasi. Menurut Cascio
(1987), mendefinisikan turnover sebagai berhentinya hubungan kerja
secara permanen antara organisasi dengan karyawannya atau merupakan
perpisahan antara organisasi dan pekerja, sedangkan Novliadi (2007),
mendefinisikan gejala turnover sebagai perpindahan tenaga kerja dari
dan ke sebuah organisasi. Selanjutnya (Handoko,1998), mengatakan
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
bahwa turnover adalah keluarnya karyawan dari perusahaan untuk
bekerja di perusahaan lain.
Mobley (Susanti, 2008), seorang pakar dalam masalah pergantian
karyawan memberikan batasan turnover sebagai berhentinya individu
dari anggota suatu organisasi dengan disertai pemberian imbalan
keuangan oleh organisasi yang bersangkutan. Menurut Mobley (Susanti,
2008), intensi turnover merupakan keinginan untuk pindah dapat
dijadikan gejala awal terjadinya turnover dalam sebuah perusahaan.
Robbins (2003), menjelaskan bahwa turnover dapat terjadi secara
sukarela maupun secara tidak sukarela. Voluntary turnover atau quit
merupakan keputusan karyawan untuk meninggalkan organisasi secara
sukarela yang disebabkan oleh faktor seberapa menarik pekerjaan yang
ada saat ini, dan tersedianya alternatif pekerjaan lain. Sebaliknya,
involuntary turnover atau pemecatan menggambarkan keputusan pemberi
kerja untuk menghentikan hubungan kerja dan bersifat uncontrollable
bagi karyawan yang mengalaminya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa intensi turnover adalah keinginan
untuk berpindah atau keluar dari pekerjaan yang sekarang dan berusaha
mencari pekerjaan yang baru. Keinginan untuk berpindah dapat terjadi
secara sukarela maupun tidak sukarela tergantung pada kondisi pekerja.
2. Proses turnover intention (intensi keluar)
Menurut Mobley (dalam Susanti, 2008) Labour turnover harus
dianggap sebagai perilaku manusia yang penting, baik dari sudut
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
pandang individual maupun dari sudut pandang sosial. Penting pula
untuk mempertimbangkan akibat dari Labour turnover bagi individu
yang tetap tinggal.
Berawal dari penurunan tingkat kepuasan tersebut, maka selanjutnya
pada tahap kedua dan ketiga yaitu akan mempengaruhi penurunan
motivasi yang dicirikan antara lain: stres, sakit fisik, malas bekerja,
kualitas rendah, komunikasi personal kurang, masa bodoh dengan tugas
pekerjaannya. Pada akhirnya akan memutuskan untuk berfikir dan berniat
keluar untuk mencari pekerjaan baru (Mangkuprawira, 2007). Pada tahap
keempat, karyawan membandingkan pekerjaan alternatif dengan
pekerjaannya sekarang serta membuat suatu keputusan untuk tinggal atau
keluar, dan pada tahap terakhir tindakan yang diambil karyawan untuk
tetap tinggal atau keluar dari organisasi tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa proses intensi turnover berasal dari
penurunan kepuasan karyawan yang akan menyebabkan penurunan
motivasi kerja, yang akhirnya akan memunculkan niat untuk keluar
mencari pekerjaan yang baru.
3. Tanda-tanda Intensi Turnover
Menurut Harnoto (dalam Haryanti dan Sianipar, 2014) menjelaskan
bahwa terdapat tanda-tanda karyawan memiliki intensi turnover, yaitu:
a. Absensi yang meningkat
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
Pada fase ini, ketidak hadiran karyawan dalam bekerja akan
meningkat. Tanggung jawab karyawan juga akan sangat berkurang
dibandingkan dengan sebelumnya.
b. Mulai malas bekerja
Karyawan akan mulai malas bekerja karena ia merasa bahwa bekerja
di tempat lain akan lebih dapat memenuhi keinginan karyawan
tersebut.
c. Peningkatan pelanggaran terhadap tata tertib kerja
Karyawan dapat melakukan pelanggaran di tempat kerja misalnya
dengan meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung
maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya.
d. Meningkatnya protes terhadap atasan
Karyawan akan mulai melakukan protes terhadap kebijakan-
kebijakan perusahaan pada atasan, baik mengenai balas jasa yang
diberikan ataupun peraturan dari perusahaan yang tidak sesuai
dengan keinginan karyawan.
e. Perilaku positif yang sangat berbeda.
Perilaku yang muncul biasanya karyawan akan memiliki tanggung
jawab yang lebih tinggi terhadap tugas yang diberikan padanya.
Tanggung jawab yang ditunjukkan meningkat jauh dan sangat
berbeda dari biasanya. Hal ini sebagai tanda karyawan akan
melakukan turnover.
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
4. Aspek-aspek Intensi Turnover
Menurut Ajzen (dalam Azwar, 1995) dengan Theory Of Planned
Behavior ( Teori Perilaku Terencana) menyatakan ada 3 aspek dari
intensi, yaitu:
1. Attitude toward the behavior
Perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh
sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Suatu perilaku didasarkan
pada konsekuensi positif atau negatif. Dalam sikap terdapat dua
aspek pokok yaitu keyakinan individu bahwa menampilkan atau
tidak menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-
akibat atau hasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek pengetehuan
individu tentang obyek sikap yang dapat pula berupa opini
individu, hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Semakin
positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek sikap,
maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek
tersebut, demikian pula sebaliknya.
Individu yang memiliki intensi turnover yang tinggi karena dia
memandang konsekuensi baik positif maupun negatif yang dia
rasakan. Individu yang tidak terpuaskan kebutuhannya dalam
bekerja, ia akan berfikir mencari alternatif lain untuk memuaskan
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
kebutuhannya. Individu akan melakukan evaluasi maupun
penilaian mengenai perilaku untuk melakukan turnover. Sikap
individu untuk melakukan trunover dipengaruhi oleh dua aspek
yaitu keyakinan individu untuk melakukan turnover, dan aspek
pengetehuan individu tentang sikap melakukan turnover, melalui
penilaian atau evaluasi tentang turnover. Dorongan, pikiran dan
keinginan untuk melakukan turnover yang dipengaruhi oleh
keyakinan dalam diri sebagai akibat dari perilaku turnover
tersebut.
Keyakinan subjek tentang konsekuensi terhadap perilaku
turnover, artinya apakah subjek merasa yakin tentang konsekuensi-
konsekuensi dari turnover, apakah mempunyai manfaat bagi
dirinya atau tidak, kemudian subjek akan melakukan evaluasi
terhadap konsekuensi-konsekuensi tersebut. Keyakinan tentang
konsekuensi perilaku turnover sebelum dinyatakan pada subjek
perlu dikumpulkan terlebih dahulu pendapat orang lain yang satu
golongan dengan subjek. Menurut Ajzen (dalam Rahardjo, 2006)
subjek akan mengumpulkan pendapat untuk menggali keyakinan
yang paling menonjol atau paling muncul. Informasi yang digali
dapat berasal dari pengalaman langsung dengan objek yang
berhubungan, proses penyimpulan data atau fenomena yang ada,
dan berdasarkan informasi yang diperoleh. Berdasarkan
pengumpulan pendapat kemudian disusun daftar pernyataan-
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
pernyataan kemudian daftar ini dibedakan untuk keyakinan
terhadap konsekuensi hasil turnover dan evaluasi dari konsekuensi
dari konsekuensi hasil turnover.
2. Subjective norm
Subjective norm adalah norma subjek tentang suatu perilaku
atau keyakinan individu akan norma, orang sekitarnya dan
motivasi individu untuk mengikuti norma tersebut. Di dalam
norma subyektif terdapat dua aspek pokok yaitu keyakinan akan
harapan dan referensi norma harapan yang merupakan pandangan
pihak lain yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan
individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku
tertentu serta motivasi untuk mematuhi harapan normative.
Persepsi individu mengenai tekanan yang muncul dari
lingkungan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan turnover.
Dorongan, pikiran dan keyakinan melakukan atau tidak melakukan
turnover yang dipengaruhi oleh norma dalam lingkungan sosial
(berisi pengaruh dan tekanan dari lingkungan sosial). Subjek akan
merasa yakin bahwa sebagaian besar orang yang penting bagi
dirinya menjadi acuannya untuk menampilkan perilaku trunover.
Maka subjek tersebut termotivasi untuk menampilkan perilaku
tersebut begitu juga sebaliknya dengan demikian norma subjektive
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
merupakan persepsi terhadap presure dan motivasi subjek untuk
mengikuti presure tersebut.
3. The degree of Perceived behavioral control
Ajzen (dalam Rahardjo, 2006) menjelaskan bahwa persepsi
atas kontrol perilaku mengacu pada keyakinan subjek bahwa
mampu atau tidak mampu menjalankan perilaku tertentu. Kontrol
perilaku merupakan dasar bagi pembentukan informasi yang
dipersepsikan. Kontrol perilaku yang dipersepsi merupakan
persepsi terhadap kekuatan faktor-faktor yang memudahkan atau
menghalangi faktor yang menyulitkan penampilan perilaku
tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa seberapa mudah atau sulitnya
melakukan tindakan yang dianggap sebagai cerminan pengalaman
untuk melakukan turnover.
Dalam proses kontrol perilaku melibatkan dua aspek, yaitu
eksternal dan internal. Aspek Internal meliputi pengalaman masa
lalu tentang perilaku turnover yang dapat pula dipengaruhi oleh
informasi dari orang-orang yang melakukan turnover dan
kemampuan individu untuk melaksanakan turnover. Sedangkan
aspek eksternal meliputi hal-hal yang menghalangi individu untuk
melakukan turnover. Jika subjek yakin terhadap informasi yang
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
didapatkan maka akan lebih sedikit hambatan atau rintangan untuk
melakukan turnover.
Dalam model turnover Price (Novliadi, 2007) ada 5 kategori aspek
pokok yang mendukung timbulnya intensi turnover, yaitu :
a. Pay (upah)
Faktor terpenting dalam menentukan variasi antar industri dalam
voluntary separation adalah tingkat upah yang relatif. Namun
sejumlah hubungan antara tingkat upah dan tingkat turnover
menyatakan bahwa bukan hanya upah yang menyebabkan seseorang
meninggalkan suatu perusahaan dan pindah ke perusahaan lain, oleh
karena itu faktor upah harus didukung oleh faktor lainnya dalam
mendorong terjadinya turnover.
b. Integration (Integrasi)
Tingkat keikutsertaan atau keterlibatan karyawan dalam
hubungan pokok dalam organisasi. Individu diangap memiliki
peranan penting dalam proses jalannya organisasi. Hal ini dapat
dilihat dari penting atau tidaknya keterlibatan karyawan dalam
berjalannya program perusahaan.
c. Instrumental communication (Komunikasi instrumen)
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
Instrumental communication berhubungan langsung dengan
peran performance. Dimana Seybolt, Pavett, & Walker menemukan
bahwa performance yang bagus sedikit yang melakukan turnover.
d. Formal Communication (Komunikasi formal)
Formal Communication berkaitan dengan penyebaran informasi
di antara anggota dari suatu sistem sosial organisasi. Price (dalam
Novliadi, 2007) mengemukakan bahwa komunikasi formal
organisasi merupakan faktor penentu turnover, yang dapat dilakukan
dalam bentuk feedback terhadap tugas-tugas karyawan yang sering
dan langsung, serta adanya saluran komunikasi formal yang
terpercaya. Manajemen yang mencoba untuk meningkatkan arus
komunikasi diantara para karyawan menimbulkan konsekuensi
positif pada organisasi dengan menurunnya turunover.
e. Centralization (Sentralisasi)
Centralization merupakan tingkat dimana kekuasaan dipusatkan
pada suatu sistem sosial. Price (dalam Novliadi, 2007)
menyimpulkan bahwa pengalaman organisasi yangsangat terfokus
pada pemimpin akan beresiko besar untuk terjadinya turnover.
Hubungan ini didasarkan pada hal-hal seperti faktor karyawan yang
memiliki sedikit outonomy, tanggapan organisasi terhadap unit dan
kebutuhan individu yang lambat, ataupun karyawan yang merasa
bahwa dirinya tidak mempunyai kendali apapun didalam organisasi.
5. Faktor-faktor terjadinya intensi turnover
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya intensi turnover
menurut Maier (1970), yaitu :
a. Usia.
Karyawan yang lebih muda lebih tinggi kemungkinannya untuk
keluar. Tingkat turnover yang cenderung tinggi pada karyawan
berusia muda disebabkan karena mereka masih memiliki keinginan
untuk mencoba pekerjaan.
b. Lama kerja.
Turnover lebih banyak terjadi pada karyawan dengan masa kerja
lebih singkat. Interaksi dengan usia dan kurangnya sosialisasi awal
merupakan keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya turnover.
c. Beban kerja.
Akibat beban kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan seorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
d. Faktor lingkungan.
Lokasi yang menyenangkan akan menarik bagi karyawan, demikian
juga dengan lingkungan fisik yang dapat berpengaruh pada turnover
karyawan.
e. Kepuasan Kerja.
Penelitian yang dilakukan Mowday, 1982 (dalam Novliadi, 2007),
menunjukkan bahwa tingkat turnover dipengaruhi oleh kepuasan
kerja seseorang.
f. Kepuasan gaji.
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
Menurut Simamora, (2001) kepuasan kerja karyawan dianggap
sebagai penyebab turnover, namun persepsi karyawan terhadap
perlakuan tidak adil dalam hal kompensasi menjadi penyebab lebih
kuat.
g. Faktor organisasi.
didapatkan bahwa ketika pendatang baru memiliki profil nilai
mendekati profil nilai organisasi, maka kemungkinan untuk tetap
bertahan di tempat kerja lebih besar.
B. Kepuasan Kerja
1. Pengertian Kepuasan Kerja
Hasibuan (2000), mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap
emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Menurut
Handoko (1998), kepuasan kerja didefinisikan sebagai keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana
para karyawan memandang pekerjaan mereka. Sedangkan menurut
Mathis & Jackson (2001), kepuasan kerja adalah suatu proses masuk dan
keluarnya tenaga kerja atau karyawan yang berhubungan dengan
ketidakpuasan kerja. Haryanti dan Sianipar (2014) berpendapat bahwa
kepuasan kerja adalah emosi positif yang muncul dalam sikap positif
pula terhadap pekerjaannya, karena ada persepsi seberapa baik pekerjaan
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
yang digelutinya dalam memenuhi berbagai kebutuhan. karyawan dengan
kepuasan kerja yang tinggi akan merasa senang dan bahagia dalam
melakukan pekerjaannya dan tidak berusaha mengevaluasi alternatif
pekerjaan lain.
Menurut Tiffin (dalam As’ad, 2001), kepuasan kerja berhubungan
erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi
kerja, kerja sama antara pimpinan dengan sesama karyawan. Menurut
Blum (dalam Anoraga, 2001), kepuasan kerja merupakan sikap umum
yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor
pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu baik didalam
maupun di luar kerja. Berdasar penjelasan diatas dapat dilihat bahwa gaji
bukanlah faktor mutlak yang mendasari seseorang puas atau tidak puas.
Sementara itu Locke (dalam Wijono, 2010) berpendapat bahwa yang
berhubungan dengan kepuasan atau ketidak puasan kerja cenderung lebih
mencerminkan penafsiran dari karyawan yang berhubungan dengan
pengalaman-pengalaman kerja pada waktu sekarang dan masa lalu dari
pada harapan-harapan untuk masa yang akan datang. Lucke (dalam
Wijono, 2010) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu tingkat
emosi positif dan menyenangkan individu. Kepuasan kerja berbeda dari
segi moral dan keterlibatan kerja. Kepuasan dari segi moral sebagai suatu
emosi positif yang akan dilalui karyawan.
Robbins (2003) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan
yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaannya,
sementara seseorang yang merasa tidak puas memiliki perasaan-perasaan
yang negative tentang pekerjaannya tersebut.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja merupakan hal yang terpenting untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia
akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang
dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya.
2. Faktor- faktor Kepuasan Kerja
Faktor-faktor yang ikut menentukan kepuasan kerja menurut Harold E.
Burt (dalam Anoraga, 2001) terdiri dari :
a. Faktor hubungan antar karyawan :
1) Hubungan langsung antara manajer dengan karyawan
2) Faktor psikis dan kondisi kerja
3) Hubungan sosial di antara karyawan
4) Sugesti dari teman sekerja
5) Emosi dan situasi kerja
b. Faktor-faktor Individual :
1) Sikap
2) Umur
3) Jenis Kelamin
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
c. Faktor-faktor luar:
1) Keadaan keluarga karyawan
2) Rekreasi
3) Pendidikan
Pendapat lain dikemukakan oleh Ghiselli dan Brown (dalam
As’ad, 2001), mengemukakan bahwa ada lima faktor yang menimbulkan
kepuasan kerja, yaitu :
a. Kedudukan /posisi
Umumnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja
pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada
mereka yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Pada
bebrepa penelitian menunjukan bahwa hal tersebut tidak selalu
benar, tetapi justru perubahan dalam tingkat pekerjaanlah yang
mempengaruhi kepuasan kerja.
b. Pangkat / golongan
Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat golongan,
sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada
orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit
banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan
kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah
perilaku dan perasaannya.
c. Umur
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
Hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur
di antara 25 tahun sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun
merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang
puas terhadap pekerjaan.
d. Jaminan finansial dan jaminan sosial
Masalah finansial dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh
terhadap kepuasan kerja.
e. Mutu pengawasan
Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat
penting artinya dalam menaikan produktifitas kerja. Kepuasan
karyawan dapat ditingkatan melalui perhatian dan hubungan yang
baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan
merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting bagi
organisasi kerja.
As’ad (2001) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja terdiri dari empat faktor yaitu :
a. Faktor psikologik, merupakan faktor yang berhubungan dengan
kewajiban karyawan yang meliputi minat ketentraman kerja, sikap
terhadap kerja, bakat, dan ketrampilan.
b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi
sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasannya, maupun
karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya.
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
c. Faktor fisik, murupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi
fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis
pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan
kerja, keadaan ruangan, suhu kondisi kesehatan karyawan, umur dan
sebagainya.
d. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan
jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan
besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas
yang diberikan, promosi dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi munculnya kepuasan
kerja. Yaitu dengan adanya faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor
dari dalam ini muncul pada diri sendiri yang dapat mempengaruhi
munculnya kepuasan kerja seperti umur, motivasi, sikap terhadap
pekerjaan, persepsi terhadap pekerjaan dan lain sebagainya. Sedangkan
untuk faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang datang dari luar diri
karyawan seperti lingkungan kerja, gaji, kedudukan, sistem dalam
organisasi tersendiri, hubunngan dengan karyawan lain dan lain
sebagainya.
3. Teori tentang kepuasan kerja
Teori tentang kepuasan kerja yang cukup dikenal menurut Wexley dan
Yukl (dalam As’ad, 2001) adalah :
a. Discrepancy theory (Teori ketidaksesuaian)
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
Teori ini mengukur kepuasan kerja sesorang dengan menghitung
selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan yang dirasakan.
Sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi dari yang
diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi, sehingga
terdapat discrepancy (perbedaan), tetapi merupakan discrepancy
yang positif. Sebaliknya semakin jauh kenyataan yang dirasakan itu
dibawah standar minimum sehingga terjadi negativediscrepancy,
maka makin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaan.
b. Equity theory (Teori keadilan)
Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau
tidak puas, tergantung pada ada atau tidaknya keadilan dalam suatu
situasi, khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama
dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan ketidakadilan.
Input adalah faktor bernilai bagi karyawan yang dianggap
mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman,
kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau perlengkapan yang
dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaannya. Hasilnya yaitu
sesuatu yang dianggap bernilai oleh seorang karyawan yang
diperoleh dari pekerjaannya, seperti upah/gaji, keuntungan
sampingan, simbol, status, penghargaan dan kesempatan untuk
berhasil atau aktualisasi diri.
c. Two factor theory (Teori dua faktor)
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu
merupakan hal yang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap
pekerjaan itu bukan suatu variabel yang kontinyu. Teori ini
merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu
kelompok satisfies atau motivator dan kelompok dissatisfiers atau
hygiene factors.
Satisfies ialah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan
sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari pekerjaan :
pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada kesempatan untuk
berprestasi, kesempatan memperoleh penghargaan dan promosi.
Dikatakan bahwa hadirnya faktor ini akan menimbulkan kepuassan,
tetapi tidak hadirnya faktor ini tidaklah selalu mengakibatkan
ketidak puasan.
Dissatisfies atau hygiene factors adalah faktor-faktor yang
menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri dari : gaji/upah,
pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status.
Perbaikan terhadap kondisi ini akan mengurangi atau menghilangkan
ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena ini
bukan merupakan sumber dari kepuasan kerja.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai
kepuasan kerja dapat ditinjau dengan berbagai cara yaitu dengan
Discrepancy Theory, Equity Theory dan Two Factor Theory.
4. Aspek-aspek kepuasan kerja
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
As’ad (2001) aspek-aspek pekerjaan yang akan digunakan untuk
mencari sumber kepuasan kerja atau ketidak puasan kerja disuatu
organisasi mengunakan teori dua faktor. Menurut Hezberg yang
menyimpulkan bahwa karyawan memiliki dua katagori kebutuhan
yang berbeda, yang disebut Hygiene factor dan Motivator.
Hegiene factor berkaitan dengan konteks pekerjaan, yaitu faktor
ekstrinsik pekerjaan yang meliputi:
a. Administrasi dan kebijakan perusahaan, yaitu derajat
kesesuaian yang dirasakan keryawan dari semua kebijakan dan
peraturan yang berlaku dalam perusahaan.
b. Kepemimpinan, yaitu derajat kewajaran kepemimpinan yang
dirasakan oleh karyawan.
c. Gaji, yaitu derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai
imbalan untuk kinerjanya,
d. Hubungan interpersonal, yaitu kesesuaian yang dirasakan dalam
berinteraksi dengan karyawan lainnya.
e. Kondisi kerja, yaitu derajat keseuaian kondisi kerja dengan
proses pelaksanaan tugas pekerjaaanya.
f. Rasa aman, yaitu derajat keamanan yang dirasakan karyawan
saat bekerja.
Dan untuk faktor dalam motivator, yang berkaitan dengan isi dari
pekerjaan, yang merupakan faktor instrinsik dari pekerjaan yang
meliputi :
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
a. Taggung jawab, yaitu besar kecilnya tanggung jawab yang
dirasakan seorang karyawan.
b. Kemajuan, yaitu besar kecilnya kemungkinan karyawan dapat
maju dalam pekerjannnya.
c. Pekerjaan itu sendiri, yaitu besar kecilnya tantangan yang
dirasakan karyawan dari pekerjaannya.
d. Capaian, yaitu besar kecilnya kemungkinan karyawan mencapai
prestasi kerja yang tinggi.
e. Pengakuan, yaitu besar kecilnya pengakuan yang diberikan
kepada karyawan atas unjuk kerjanya.
Robbins (2003) aspek-aspek yang ada pada kepuasan kerja terdapat
pada unsur-unsur utama dalam pekerjaan yaitu :
1. Sifat dasar pekerjaan
2. Penyeliaan
3. Upah
4. Kesempatan promosi
5. Hubungan dengan rekan sekerja
Variabel kepuasan kerja dapat diukur dengan menggunakan
instrumen JDI (Job Descriptive Index) yang dikembangkan oleh
Robbins (2003). Instrumen ini mengukur lima dimensi kepuasan
karyawan meliputi:
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
a. Pekerjaan merupakan suatu kondisi dimana tugas dan pekerjaan
itu dianggap menarik dan memberikan peluang untuk belajar dan
menerima tanggung jawab.
b. Penggajian adalah jumlah upah yang diterima dan kelayakan
imbalan tersebut.
c. Pengembangan karir dan promosi merupakan suatu peluang yang
ada untuk mencapai kemajuan dalam jabatan atau kesempatan
untuk maju.
d. Supervisi adalah kemampuan seseorang dalam memberikan
supervisi, panutan, dan perhatian kepada karyawannya.
e. Rekan kerja dan kelompok kerja merupakan suatu kondisi dimana
para rekan sekerja bersikap saling bersahabat, kompeten, dan
saling membantu. Robbins (2003) menguraikan ketidakpuasan
kerja pada pekerja dapat diungkapkan dalam berbagai cara
misalnya: meninggalkan pekerjaan, mengeluh, membangkang,
mencuri barang milik organisasi, menghindari sebagian tanggung
jawab pekerjaan. Ada empat cara tenaga kerja mengungkapkan
ketidak puasan yaitu:
1. Keluar yaitu meninggalkan pekerjaan termasuk mencari
pekerjaan lain.
2. Menyuarakan yaitu memberikan saran perbaikan dan
mendiskusikan masalah dengan atasan untuk memperbaiki
kondisi.
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
3. Mengabaikan yaitu sikap dengan membiarkan keadaan
menjadi lebih buruk seperti sering absen atau semakin
sering membuat kesalahan.
4. Kesetiaan yaitu menunggu secara pasif sampai kondisi
menjadi lebih baik termasuk membela organisasi terhadap
kritik dari luar.
C. Kerangka Pemikiran
Kinerja suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kondisi dan perilaku
karyawannya. Karyawan adalah makluk sosial yang menjadi kekayaan atau
bagian penting dalam sebuah organisasi dan industri. Mereka menjadi
perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam
mewujudkan tujuan organisasi atau industri. Karyawan juga sebagai
penunjang tercapainya tujuan, akan tetapi karyawan juga memiliki pikiran,
perasaan, dan keinginan yang mempengaruhi sikap-sikapnya terhadap
pekerjaannya. Sikap ini akan menentukan prestasi kerja, dedikasi, dan
kecintaannya dalam pekerjaan yang di bebankan kepadanya. Sikap-sikap
karyawan ini dikenal sebagai kepuasan kerja, stres, dan frustasi yang di
timbulkan oleh pekerjaan, peralatan, lingkungan, kebutuhan dan sebagainnya
yang kemudian akan menimbulkan perasaan ingin untuk pindah bekerja
(intensi turnover) jika karyawan tidak mampu mengatasinya.
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
Intensi turnover adalah keinginan untuk berpindah atau keluar dari
pekerjaan yang sekarang dan berusaha mencari pekerjaan yang baru. Aspek-
aspek Intensi turnover diukur dengan menggunakan aspek-aspek intensi yaitu
attitude toward the behavior, subjective norm, dan the degree of perceived
behavioral control. Terdapat beberapa penyebab terjadinya intensi turnover
yaitu usia, lama kerja, beban kerja, faktor lingkungan, kepuasan kerja,
kepuasan gaji, dan faktor organisasi. Salah satu penyebab yang paling
dominan terjadinya turnover adalah ketidakpuasan yang dialami karyawan
selama bekerja. Kepuasan kerja pada karyawan memiliki arti penting dalam
perusahaan.
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan individu atau pegawai terhadap
pekerjaannya yang telah dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara
intrinsik maupun ekstrinsik bagi karyawan tersebut. Aspek-aspek yang dapat
menilai karyawan puas atau tidak puas dapat dilihat dari kebutuhan yang
berbeda yaitu satisfies /motivator dan dissatisfies / hygiene factors. Hygiene
factor berkaitan dengan konteks pekerjaan, yaitu faktor ekstrinsik pekerjaan
yang meliputi faktor-faktor administrasi dan kebijakan perusahaan,
kepemimpinan, gaji, hubungan interpersonal, kondisi kerja, rasa aman. Dan
untuk faktor dalam motivator, mencakup faktor-faktor yang berkaitan dengan
isi dari pekerjaan, yang merupakan faktor instrinsik dari pekerjaan yang
meliputi taggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, capaian, pengakuan.
Karyawan yang merasa puas dengan pekerjaannya maka ia akan bertahan
di perusahaan itu dan mampu bekerja secara produktif. Namun sebaliknya
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
jika karyawan tidak mengalami kepuasan dalam bekerja maka akan
menyebabkan perasaan negatif terhadap pekerjaannya kemudian akan
menyebabkan ia mulai berfikir untuk keluar dari pekerjaannya dan mencari
pekerjaan yang baru (intensi turnover). Untuk memberikan gambaran yang
jelas dan terarah akan alur penelitian ini dengan memperhatikan tinjauan
kepustakaan serta landasan teori, digambarkan dalam kerangka konsep seperti
berikut ini :
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Kepuasan Kerja dengan Intensi Turnover Pada Karyawan
Intensi Turnover
Aspek-aspek:
1. Attitude toward the behavior
2. Subjective norm 3. The degree of
Perceived behavioral control
Kepuasan kerja
Aspek Ekstrinsik
1. Administrasi Dan Kebijakan Perusahaan
2. Kepemimpinan 3. Gaji 4. Hubungan
Interpersonal 5. Kondisi Kerja 6. Rasa Aman
Aspek Intrinsik
1. Tanggung Jawab 2. Kemajuan 3. Pekerjaan 4. Capaian 5. Pengakuan
Karyawan
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengajukan
hipotesis bahwa ada pengaruh kepuasan kerja terhadap intensi turnover pada
Karyawan bagian Produksi di PT Interwork Indonesia Kabupaten
Purbalingga.
Pengaruh Kepuasan Kerja..., Putri Pristianti, Fakultas Psikologi UMP, 2015