PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …
Transcript of PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …
PENGUKURAN TERHADAP INTENSI
BERWIRAUSAHA SISWA SMK:
HASIL UJI VALIDITAS KONSTRUK INTENSI BERWIRAUSAHA
Niqo Ahmad
1
Fakultas Psikologi UIN Jakarta
Abstrak
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis kewirausahaan. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan dapat meningkatkan intensi berwirausaha secara tidak langsung dengan memperbarui pengetahuan, mengolah kemampuan, dan memperkuat tekad untuk berwirausaha (Guifang, et al., 2012), namun Badan Pusat Statistik (BPS) pada Berita Resmi Statistik (2012) pada bulan Agustus tahun 2012 menyatakan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan menunjukkan SMK berada pada tingkat yang paling tinggi yaitu 9,87%. Hal tersebut membuat penelitian terkait intensi berwirausaha pada siswa SMK penting untuk dilakukan. Dalam literatur psikologi, intensi telah terbukti sebagai prediktor terbaik untuk menggambarkan perilaku yang akan datang (Ajzen, 1991).
Kata Kunci: uji validitas konstruk, intensi berwirausaha, confirmatory factor
analysis (CFA)
Pendahuluan
Saat ini, kewirausahaan telah menjadi salah satu kekuatan yang paling dinamis di negara berkembang dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dunia (Nwankwo, et al., 2012). Banyak pemerintahan dan a k a d e m i s i s e p a k a t b a h w a kewirausahaan sangat penting untuk pengembangan dan kesejahteraan masyarakat. Wirausaha menciptakan lapangan kerja, mendorong inovasi bentuk usaha, dan mempercepat p e r u b a h a n s t r u k t u r a l d a l a m
perekonomian (Opoku, et al., 2012). Wirausaha berbeda dengan berdagang, berdagang yaitu melaksanakan jual beli yang pada umumnya hanya dilandaskan atas laba rugi, namun wirausaha tidak hanya sekedar berdagang menjajakan produknya akan tetapi juga memiliki
Wirausaha merupakan salah satu
pendukung yang menentukan maju
mundurnya perekonomian (Indira,
2010). Konsep kewirausahaan telah
menarik perhatian pemerintahan,
akademisi, industrialis, ekonom, dan
1 Penulis adalah alumni Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Korespondensi tentang artikel ini dapat menghubungi : [email protected]
786
pelajar. Hal ini dibuktikan dalam sejumlah seminar, konferensi dan lokakarya yang diselenggarakan tingkat internasional, regional dan nasional dengan penekanan pada kebutuhan peka individu, masyarakat,
d a n n e g a r a u n t u k m e m u l a i
berwirausaha (Ogundipe, et al., 2012). Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) merupakan salah satu lembaga
pendidikan berbasis kewirausahaan.
Di SMK siswa dituntut untuk menguasai keterampilan serta diharapkan dapat menciptakan l a p a n g a n p e k e r j a a n s e n d i r i . Keterampilan sangat penting karena dapat mengubah ide, pengetahuan, dan kreatifitas menjadi sesuatu yang memiliki nilai dari suatu pekerjaan. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan dapat meningkatkan intensi berwirausaha secara tidak langsung dengan memperbarui pengetahuan, mengolah kemampuan, dan memperkuat tekad untuk berwirausaha (Guifang, et al., 2012).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sarana pendidikan berbasis kewirausahaan, diharapkan lulusan SMK dapat menjadi mandiri, membuka lapangan pekerjaan atau berwirausaha, serta dapat menjawab tantangan tenaga kerja khususnya di Indonesia. Hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, sebab Indonesia memiliki angka pengangguran yang cukup tinggi dan justru sumbangan yang signifikan berasal dari lulusan SMK. Badan Pusat Statistik (BPS)
menyatakan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada
Agustus 2012 mencapai 6,14 persen
atau sekitar 7,2 juta orang (Berita R e s m i S t a t i s t i k , 2 0 1 2 ) . B P S
menjelaskan Tingkat Pengangguran Te r b u k a ( T P T ) m e r u p a k a n
persentase jumlah pengangguran
terhadap jumlah angkatan kerja.
Pengangguran terbuka memiliki
kriteria tertentu, Badan Pusat Statistik
menjelaskan kriteria tersebut yaitu: 1. Seseorang yang tidak punya
p e k e r j a a n d a n m e n c a
r i pekerjaan.
2. Seseorang yang tak punya
pekerjaan dan mempersiapkan
usaha.
3. Seseorang yang tak punya
pekerjaan dan tidak mencari
pekerjaan, karena merasa tidak
m u n g k i n m e n d a p a t k a
n pekerjaan. 4. Seseorang yang sudah punya
pekerjaan, tetapi belum mulai
bekerja. Sumber: Konsep/
Penjelasan Teknis Tenaga Kerja
(http://www.bps.go.id/ diunduh
pada tanggal 20 Januari 2014
pukul 22.00 WIB).
B e r d a s a r k a n d a t a y a n g
dikeluarkan Badan Pusat Statistik
(BPS) pada Berita Resmi Statistik
(2012) pada bulan Agustus tahun 2012
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
menurut pendidikan tertinggi yang
Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 787
Niqo Ahmad
ditamatkan menunjukkan SMK berada pada tingkat yang paling tinggi yaitu 9,87%. (Lihat Tabel 1.1) Tabel 1.1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Persen)
Sumber: Berita Resmi Statistik, 2012
(www.bps.go.id diunduh pada tanggal 27
Desember 2012 pukul 11.40 WIB)
Pemerintahan mendukung untuk pertumbuhan wirausaha. Salah satu bentuk dukungan pemerintah d e n g a n m e n e r b i t k a n s u r a t k e s e p a k a t a n b e r s a m a a n t a r a Kementerian Tenaga Kerja dan T r a n s m i g r a s i ( N o . KEP.16/MEN/II/2010), Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan M e n e n g a h ( N o . 0 2 / N K B / M . K U K M / I I / 2 0 1 0 ) , Kementerian Perindustrian (No. 135/M-IND/2/2010), Kementerian
Kelautan dan Perikanan (No . 0 1 / M E N - K P / K B / I I / 2 0 1 0 ) d
a n Kementerian Pemuda dan Olah Raga
(No. 009/SESMENPORA/2/2010). Surat
kesepakatan bersama yang ditanda
tangani pada tanggal 9 Februari 2010 itu
berisi tentang Perluasan Kesempatan
Kerja dan Peningkatan Kesejahteraan
Tenaga Kerja Melalui Penciptaan dan
Pengembangan Wirausaha. Maksud
dan tujuan dari surat kesepakatan
tersebut tertera pada BAB 1 yang
terdiri dari 2 pasal sebagai berikut di
bawah ini.
Pasal 1: Kesepakatan Bersama ini
dimaksudkan sebagai upaya bersama
untuk memanfaatkan sumber daya
yang ada pada PARA PIHAK yang didasarkan asas saling membantu, saling mendukung, dan tidak melanggar peraturan perundang-undangan. Pasal 2: Kesepakatan Bersama ini bertujuan untuk mensinergikan program dan kegiatan di bidang k e t e n a g a k e r j a a n d a n ketransmigrasian, bidang koperasi dan usaha kecil dan menengah, bidang
perindustrian, bidang kelautan d a n p
e r i k a n a n , d a n b i d a n g
kepemudaan dan keolahragaan, dalam
rangka perluasan kesempatan kerja
dan peningkatan kesejahteraan tenaga
kerja melalui penciptaan dan
pengembangan wirausaha. (http://www.depnakertrans.go.id/peru ndangan.html,1,343,10 diunduh pada tanggal 28 Desember 2012 pukul 20.00 WIB).
Pada tahun 2009 Pemerintah
juga menerbitkan peraturan bersama
antara Menteri Dalam Negeri (No. 69
Tahun 2009), Menteri Hukum dan Hak
A s a s i M a n u s i a ( N o . M . H H -
0 8 . A H . 0 1 . 0 1 . 2 0 0 9 ) , M e n t
e r i P e r d a g a n g a n ( N o . 6 0 / M
- DAG/PER/12/2009), Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi (No .
Per.30/MEN/XII/2009), dan Kepala
788 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014
Pengukuran terhadap Intensi berwirausaha Siswa SMK
Hasil Uji Validitas Konstruk Intensi Berwirausaha
Badan Koordinasi Penanaman Modal
(No. 10 Tahun 2009) yang berisi
tentang percepatan pelayanan
perizinan dan non perizinan untuk
memulai usaha. Disebutkan pada Bab II Pasal 2 berisi tentang tujuan, yaitu “untuk meningkatkan kualitas p e l a y a n a n p u b l i k d a l a m penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan untuk memulai usaha yang lebih cepat, tepat, mudah, d a n t r a n s p a r a n ” . (http://www.depnakertrans.go.id/ diunduh pada tanggal 28 Desember 2012 pukul 22.00 WIB).
P r o g r a m d u k u n g a n
pemerintahan dimaksudkan agar dapat
membantu terwujudnya peningkatan kewirausahaan di Indonesia. Dalam situs http://www. depkop . go . id/ disebutkan target ideal jumlah wirausahawan yaitu 2% (dua persen) dari jumlah populasi penduduk atau 6 , 1 2 j u t a o r a n g . S e k r e t a r i s Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan Usaha Kecil Menengah (UKM) A g
u s M u h a r r a m m e n g a t a k a n ,
“mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan wirausaha Indonesia hampir mendekati angka ideal sebesar 2% (dua persen), yakni 1,56% atau 3 . 707 . 205 orang . (http://www.depkop.go.id diunduh pada tanggal 23 Desember 2012 pada
pukul 21.00 WIB). Sebagaimana telah
dijelaskan di atas bahwa pemerintah
juga memiliki peran penting dalam
kewirausahaan di Indonesia, namun hal
tersebut tidak disertai dengan
pengawasan dan pengendalian. Dalam
hal ini yaitu pengangguran SMK merupakan yang paling tinggi dibandingkan tingkat pendidikan lain. Seharusnya pemerintah memiliki kontrol dan pengawasan dalam proses pendidikan di SMK.
Sikap untuk berwirausaha perlu ditanamkan sejak dini pada anak. Menurut Opoku, et al., (2012) tahap yang ideal untuk memperoleh dasar pengetahuan tentang kewirausahaan dan menumbuhkan sikap positif terhadap kewirausahaan yaitu selama
masa remaja, salah satunya pada masa
SMK. Pemuda hari ini merupakan pengusaha potensial masa depan, maka pemahaman persepsi pemuda tentang faktor kontekstual dapat m e n
j a d i k o n t r i b u s i b a g i p e r k e
m b a n g a n l i t e r a t u r
kewirausahaan di masa depan (Turker & Selcuk, 2008). Pelajar dapat menjadi wirausahawan dikemudian hari, telah menarik perhatian peneliti cukup besar selama dekade terakhir dalam berbagai penelitian tentang wirausaha (Sieger, et al., 2011).
Dalam melakukan kegiatan
berwirausaha terlebih dahulu harus ada
keinginan dalam diri seseorang, karena
dalam setiap perilaku atau perbuatan
terlebih dahulu diawali oleh adanya
keinginan. Keinginan ini oleh Ajzen
(1991) disebut dengan intensi. Intensi dapat dijadikan sebagai p e n d e k a t a n u n t u k m e m a h a m i seseorang dalam berperilaku (Ajzen, 1991), seperti perilaku berwirausaha. Guifang, et al., (2012) menyatakan intensi berwirausaha merupakan
Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 789
Niqo Ahmad
prasyarat bagi seseorang untuk
berwirausaha dan mencerminkan
konsistensi untuk memulai usaha baru. Intensi berwirausaha telah
muncul sebagai konstruksi utama dalam literatur kewirausahaan selama dekade terakhir. Intensi berwirausaha menjadi menarik bagi peneliti karena penting untuk pembangunan bagi banyak negara. Intensi berwirausaha telah terbukti menjadi penting, bertahan lama dan sering digunakan dalam penelitian untuk membangun kewirausahaan (Dehkordi, et al., 2012; Khodabakhshi & Talebi, 2012; Hashemi, Hosseini, & Rezvanfar, 2012; Mobaraki & Zare, 2012; Opoku-Antwi, et al., 2012, Hassan & Wafa, 2012).
Intensi berwirausaha menjadi
konstruk penting dalam penelitian yang
berkaitan dengan individu dalam
berwirausaha. Intensi berwirausaha t e l
a h m e n j a d i k o n s t r u k y a n g
berkelanjuran dalam berbagai
penelitian kewirausahaan. Intensi b e r
w i r a u s a h a i n d i v i d u t e l a h
digunakan sebagai variabel dependen
dalam berbagai penelitian (Hmieleski & Corbett, 2006; Indarti & Rostiani, 2008; Nishantha, 2009; Thompson, 2009; Indira, 2010; Dehkordi, et al., 2012; Khodabakhshi & Talebi, 2012; Hashemi, Hosseini, & Rezvanfar, 2012; Mobaraki & Zare, 2012; Opoku-Antwi, et al., 2012; Hassan & Wafa, 2012).
Menurut Alhaj, Yusof, & Edama (2011) penting untuk memahami intensi berwirausaha karena intensi
sejajar dengan kognitif yang dapat
mendorong perhatian individu,
pengalaman, dan tindakan menuju
tujuan untuk berwirausaha. Dalam
literatur psikologi, intensi telah
terbukti sebagai prediktor terbaik
untuk perilaku terencana, terutama
ketika perilaku jarang atau sulit untuk
diamati (Ajzen, 1991). Intensi
menawarkan wawasan penting ke
dalam proses yang mendasari perilaku
seperti berwirausaha. Oleh karena
itulah alat untuk mengukur intensi
berwirausaha menjadi sangat penting.
Deskripsi Mengenai Instrumen
I n t e n s i b e r w i r a u s a h
a merupakan konstruk penting dalam
penelitian untuk membangun dan m e n g e m b a n g k a n w i r a u s a h
a (Thompson, 2009), sehingga penting
untuk memahami pengukuran yang
p e r n a h d i l a k u k a n p e n e l i
t i a n
sebelumnya. Hal tersebut dapat membantu dalam menentukan dan
menetapkan cara mengukur intensi berwirausaha dengan baik dan tepat.
Dalam jurnal penelitian yang berjudul
Individual Entrepreneurial Intent: C o n s t r u c t C l a r i f i c a t i o n a
n d Development of an Internationally
Reliable Metric (Thompson, 2009),
menggunakan alat ukur Individual
Entrepreneurial Intent Scale (IEIS)
yang dikembangkan oleh Thompson
(2009) yang terdiri dari 10 item
pengukuran. Alat ukur ini memiliki
tingkat reliabilitas yang tinggi dengan
nilai Cronbach's Alpha 0,890. Dalam
790 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014
Pengukuran terhadap Intensi berwirausaha Siswa SMK
Hasil Uji Validitas Konstruk Intensi Berwirausaha
penelitian ini, alat ukur intensi
berwirausaha yang disusun mengacu pada indikator dari alat ukur
Individual Entrepreneurial Intent Scale (IEIS) yang dikembangkan oleh
Thompson (2009). Instrumen pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini b e r b e n t u k k u e s i o n e r d e n g a n menggunakan skala Likert. Pada skala penelitian ini digunakan enam alternatif pilihan jawaban. Setiap individu memiliki jawaban yang
berbeda-beda, tidak ada jawaban yang dianggap benar atau salah. Cara m e n j a w a b n y a a d a l a h d e n g a n memberikan tanda silang (X) pada salah satu alternatif pilihan jawaban yang sudah disediakan. Item disusun dalam bentuk pernyataan favorable (positif) dan unfavorable (negatif). Skor untuk alternatif pilihan jawaban dalam pernyataan favorable dan unfavorable dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.2 Skor Pengukuran Skala
Alternatif Pilihan Jawaban
Sangat tidak setuju/Tidak pernah Tidak setuju/Pernah
Ragu-ragu/Jarang Setuju/Sering
Sangat setuju/Sangat sering Teknik Analisis Data
Untuk menguji validitas instrumen penelitian, digunakan teknik statistik Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software LISREL 8.7 (Linear Structural Relationship). Berikut di bawah ini
adalah prosedur dalam penggunaan Confirmatory Factor Analysis (CFA).
1. Menguji satu faktor yang
menyebabkan item-item saling b e r k o r e l a s i ( h i p o t e s
i s unidimensional item).
Hipotesis ini diuji dengan chi-
square. Untuk memutuskan
apakah memang tidak ada
perbedaan antara matriks
Peryataan Favorable Unfavorable
1 5 2 4
3 3
4 2
5 1 korelsi yang diperoleh dari
data dengan matriks korelasi
yang dihitung menurut teori/
model. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p>0.05),
maka hipotesis nihil yang
menyatakan bahwa “tidak ada
perbedaan antara matriks
korelasi yang diperoleh dari
data dan model” diterima,
artinya item yang diuji
mengukur satu faktor saja (unidimensional). Sedangkan,
jika nilai chi-square signifikan
(p<0.05), artinya item-item
yang diuji mengukur lebih dari s a t u f a k t o r
Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 791
Niqo Ahmad
(multidimensional). Dalam p e n g u k u r a n ( b e r a r t i
keadaan demikian kemudian semakin tinggi nilai pada
dilakukan modifikasi terhadap item tersebut semakin
m o d e l d e n g a n c a r a rendah nilai pada faktor
memperbolehkan item – item yang diukur).
saling berkorelasi tetapi 3) S e b a g a i k r i t e r i a
dengan tetap menjaga bahwa tambahan (optional) dapat
item hanya mengukur satu dilihat juga banyaknya
faktor (unidimensional). Jika korelasi parsial antar
sudah diperoleh model yang fit kesalahan pengukuran,
(tetapi tetap unidimensional) y a i t u k e s a l a h a n
maka dilakukan langkah pengukuran pada suatu
selanjutnya. item yang berkorelasi
2. Menganalisis item mana yang d e n g a n k e s a l a h a n
menjadi sumber tidak fit. pengukuran pada item
Terdapat beberapa hal yang lain. Jika pada suatu item
perlu diperhatikan untuk terdapat terlalu banyak
mengetahui item mana yang korelasi seperti ini (lebih
menjadi sumber tidak fit, yaitu: dari tiga), maka item
1) Melakukan uji signifikansi tersebut akan didrop.
terhadap koefisien muatan Alasannya adalah item
faktor dari masing – yang demikian selain
masing item dengan mengukur apa yang ingin
menggunakan t-test. jika diukur juga mengukur hal
nilai t yang diperoleh pada lain (multidimensional
s e b u a h i t e m t i d a k item).
signifikan (t>1.96) maka 3. Menghitung faktor skor
item tersebut akan didrop Jika langkah-langkah di
karena dianggap tidak atas telah dilakukan, maka
signifikan sumbangannya diperoleh item-item yang
terhadap pengukuran yang valid untuk mengukur apa
sedang dilakukan. yang diukur. Item-item
2) Melihat arah koefisien inilah yang kemudian
maupun muatan faktor diolah untuk mendapatkan
(factor loading). Jika faktor skor pada tiap skala.
suatu item memiliki D e n g a n d e m i k i a n
muatan negatif, maka item perbedaan kemampuan
tersebut didrop karena yang masing-masing item
t i d a k s e s u a i d e n g a n dalam mengukur apa yang
792 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014
Pengukuran terhadap Intensi berwirausaha Siswa SMK
Hasil Uji Validitas Konstruk Intensi Berwirausaha
h e n d a k d i u k u r i k u t
m e n e n t u k a n d a l a m
menghitung faktor skor
(true score). True score
inilah yang akan dianalisis
dalam penelitian ini.
Uji Validitas Konstruk
Intensi Berwirausaha
P a d a a l a t u k u r i n t e n s i
berwirausaha terdapat 12 item yang
digunakan dalam penelitian ini. Akan
diuji apakah 12 item tersebut bersifat
unidimensional, artinya item tersebut
benar hanya mengukur satu faktor saja
yaitu intensi berwirausaha. Dari hasil
awal analisis CFA yang dilakukan,
model satu faktor tidak fit dengan Chi-
Square = 231.23, df = 54, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.119. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model satu faktor tersebut. Kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Kemudian setelah dilakukan modifikasi sebanyak 11 kali diperoleh model fit dengan Chi-Square = 59.29, df = 43, P-value = 0.05012, RMSEA = 0.040. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu intensi berwirausaha. Berikut adalah hasil modifikasi setelah diperoleh model fit dalam bentuk diagram path.
Gambar 1.1 Diagram path alat ukur intensi berwirausaha
Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 793
Niqo Ahmad
Tahap selanjutnya, dilihat
apakah item tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item t e r s e b u t p e r l u d i - d ro p a t a u dipertahankan. Kemudian dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item.
Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 1.3 di bawah ini.
Tabel 1,3 Muatan Faktor Intensi Berwirausaha
N o Koefisien Standar Error N ilai t Signifikan
1. 0.45 0.07 6.63 v 2. 0.51 0.08 6.84 v
3. 0.54 0.07 8.15 v 4. 0.22 0.07 3.31 v 5. -0.41 0.07 -6.16 X 6. 0.47 0.07 7.16 v 7. 0.84 0.06 13.82 v
8. 0.45 0.07 6.88 v 9. 0.51 0.07 7.84 v 10. 0.57 0.06 8.88 v
11. 0.49 0.07 7.45 v
12. 0.38 0.07 5.76 v Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 1.3 nilai t bagi
k o e f i s i e n m u a t a n f a k t o r d a
r i keseluruhan item signifikan karena t
>1,96. Kemudian melihat muatan
faktor dari item, diketahui bahwa
terdapat item yang muatan faktornya
<1,96 yaitu item nomor 5. Selanjutnya
melihat korelasi antar item dalam alat
ukur intensi berwirausaha. Dalam hal
ini digunakan kriteria lebih dari 4 kali
berkorelasi, yang artinya apabila
terdapat item yang memiliki korelasi
sebanyak lebih dari 4 kali maka item
tersebut akan di drop, sehingga item
tersebut tidak dapat diikutsertakan
dalam analisis perhitungan skor faktor.
Namun dalam alat ukur intensi
berwirausaha tidak terdapat item yang memiliki kriteria tersebut, sehingga secara keseluruhan item yang akan di-
drop hanya item nomor 5.
Kesimpulan dan Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensi berwirausaha dalam pengukuran memiliki model fit (sesuai) dengan model satu faktor, yaitu mengukur hanya satu hal yang didefinisikan pada skala tersebut. Selain itu, terlihat adanya korelasi antar kesalahan pengukuran pada setiap item yang menunjukkan bahwa beberapa item dalam skala intensi
794 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014
Pengukuran terhadap Intensi berwirausaha Siswa SMK
Hasil Uji Validitas Konstruk Intensi Berwirausaha
berwirausaha ini tidak hanya mengukur satu apa yang hendak diukur, tetapi juga mengukur hal yang lain (multidimensional) namun dalam hal ini tidak begitu berarti.
Setelah melakukan analisis faktor terhadap intensi berwirausaha yang mengukur bagaimana keyakinan diri yang diakui oleh individu bahwa berniat untuk mendirikan sebuah usaha bisnis baru dan secara sadar berencana untuk melakukannya di masa depan. Harus diperhatikan juga, sebelum menggunakan alat ukur intensi berwirausaha diperlukan perbaikan dan pembaharuan terhadap i t e m - i t e m y a n g m e m i l i k i multidimensional.
Berdasarkan kesimpulan dan diskusi, maka dapat disarankan, untuk:
1. D i h a r a p k a n p a d a penelitian selanjutnya dapat
mengembangkan alat ukur
intensi berwirausaha yang
digunakan peneliti dalam
penelitian ini dan diharapkan
m e n g g u n a k a n k a s u
s penelitian yang homogen. 2. Peneliti selanjutnya
disarankan lebih berhati-hati dalam menggunakan istilah
y a n g d a l a m i t e m
pengukuran, sehingga
penting untuk dapat lebih
memahami karakteristik
sampel yang digunakan dan
dikaitkan dalam pembuatan
instrumen penelitian agar
mudah dipahami responden.
3. Lebih memperhatikan
dalam menerapkan kaidah p
e m b u a t a n i t e m
pengukuran, sehingga dapat meningkatkan hasil uji
validitas dalam instrumen
penelitian yang digunakan.
Mengingat terdapat item
yang tidak valid dari hasil
uji validitas instrumen
intensi b e r w i r a u s a h a
d a l a m penelitian ini.
Daftar Pustaka
Afzalurrahman. (1997). Muhammad Sebagai Seorang Pedagang. Jakarta: Penerbit Yayasan Swarna Bhumy
A j z e n , I . ( 2 0 0 5 ) . A t t i t u d e s , Personality, and Behavior. Maidenlead . UK: Open University Press
Ajzen, I. (1991). The Theory of P l a
n n e d B e h a v i o r
Organizational Behavior and
Human Decision Prosesses.
USA: Academic Press, Inc Alhaj, B., Yusof, M., & Edama, N.
(2011) . Entrepreneurial
Intention: An Empirical Study
o f C o m m u n i t y C o l l e g
e Students in Malaysia. Jurnal Personalia Pelajar, Bil 14 : 45 – 58. Malaysia
Ariani, D.W. (2006). Need for
Achievement dalam Kinerja I
n d i v i d u : T i n j a u a n K
o n s e p t u a l . F a k u l t a s
Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 795
Niqo Ahmad
Ekonomi Universitas Atma
Jaya Yogyakarta Badan Pusat Statistik. (2012).
Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2012. Berita Resmi Statistik No. 75/11/Th. XV
B r o w n , E l e a n o r. R . ( 2 0 1 0 ) . Generation X and Y:A comparative analysis of e n t re p re n e u r i a l i n t e n t . Gordon Institute of Business S cien ce, U niv ers ity of Pretoria.
Campo, José L.M. (2011). Analysis of
the influence of self-efficacy
on entrepreneurial intentions.
Prospect. Vol. 9, No. 2 Castillo, M. R. (2009). Autonomy as a
F o u n d a t i o n o f H u m a
n Development: A Conceptual
Model to Study Individual A u
t o n o m y . M a a s t r i c h t
G r a d u a t e S c h o o l o f G o v e r n a n c e . M G S o G / 2 0 0 9 / W P 0 1 1 . Maastricht University
Chaplin, C.P. 2006. Kamus Lengkap P
s i k o l o g i . P e n e r j e m a
h : Kartini Kartono. Jakarta:
Rajawali Pers Dehkordi, A., Sasani, A., Fathi, M.,
dan Khanmohammadi, E. (2012). Investigating the E f f e c t o f E m o t i o n a l Intelligence and Personality Traits on Entrepreneurial Intention Using the Fuzzy D E M A T E L M e t h o d . International Journal of Business and Social Science
Vol. 3 No. 13; July 2012.
USA: Centre for Promoting
Ideas De Noble, A.F., Jung, Dong., Ehrlich,
S.B. (1999). Entrepreneurial
S e l f - E f f i c a c y : T h e Development of a Measure and Its Relationship to Entrepreneurial Action. San Diego State University
Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. (2012). Garis-Garis Besar Program Pembinaan SMK Tahun 2012. D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e n d i d i k a n M e n e n g a h , Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Fatoki, Olawale. (2010). Graduate
Entrepreneurial Intention in South
Africa: Motivations and Obstacles.
International Journal of Business
and Management. South Africa:
Department of Business
Management, University of Fort Hare
Feist, & Feist . (2010) . Teori
Kepribadian Jil. 2. Jakarta: Salemba Humanika
Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Bilief, Attitude, Intention, and Behavior. An Introduction to T h e o r y a n d R e s e a rc h . Reading, MA: Addison Wesley
Friedman, H., & Schustack, M.
(2009). Personality: Classic T
h e o r i e s a n d M o d e r n
Research 4th Edition. Boston:
796 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014
Pengukuran terhadap Intensi berwirausaha Siswa SMK
Hasil Uji Validitas Konstruk Intensi Berwirausaha
Pearson Higher Education Gelard, P., & Saleh, K.E. (2010).
Impact of some contextual factors on entrepreneurial
i n t e n t i o n o f u n i v e r s i t y students. African Journal of Business Management Vol. 5(26), pp. 10707-10717, 28 October, 2011
Guifang, Z., Peng, C., Luqing, F., &
Ziqi, C. An Emprical of
College Carve-Out Education
on Entrepreneurial Intention.
China: School of Economics
and Management, Beijing
Forestry University Gubruz, G., & Aykol, S. (2008).
Entrepreneurial Intention of
Young Educated Public in
Turkey. Turkey: Marmara University
Hassan, R.A & Wafa, S.A. (2005). P r e d i c t o r s T o w a r d s
Entrepreneurial Intention: A Malaysian Case Study. Asian Journal
of Business and Management Sciences Vol. 01
No. 11. [01-05] Hashemi, S., Hosseini, S., &
R e z v a n f a r, A . ( 2 0 1 2 ) .
Explaining Entrepreneurial
Intention among Agricultural S t u d e n t s : E f f e c t s o f Entrepreneurial Self Efficacy and College Entrepreneurial Orientation . Journal of Business Management
Hmieleski, K.M and Corbett, A.C ( 2 0 0 6 ) . P ro c l i v i t y f o
r Improvisation as a Predictor
of Entrepreneurial Intentions.
Journal of Small Business Management 2006 44(1), pp.
45–63 Hmieleski, K.M., & Baron, R.A.
( 2 0 0 8 ) . W h e n d o e s
entrepreneurial self-efficacy Enhance versus reduce firm p e
r f o r m a n c e . S t r a t e g i c
Entrepreneurship J., 2: 57–72 Hyrsky, Kimmo., & Tuunanen, Mika.
(1999). Innovativeness and Risk-taking Propensity: A Cross-Cultural Study of F i n n i s h a n d U . S . Entrepreneurs and Small Business Owners. University of Jyväskylä, School of
Business & Economics Indira, C., Soenhadji, I., (2010).
Students Entrepreneurship I n t e n t i o n : S t u d y o f Comparison Between Java
and Non Java. Jurusan M a n a j e m e n , F a k u l t a s Ekonomi. Depok: Universitas Gunadarma
Indarti, N. dan Rostiani, R. (2008). I n
t e n s i K e w i r a u s a h a a
n M a h a s i s w a : S t u d i P
e r b a n d i n g a n A n t a r a
Indonesia, Jepang dan
Norwegia. Jurnal Ekonomika
dan Bisnis Indonesia, Vol. 23,
No. 4, Oktober 2008 Izquierdo, E., Buelens, M. (2008). C o
m p e t i n g M o d e l s o f
Entrepreneurial Self-Efficacy
a n d A t t i t u d e s . I n t e r n
a t i o n a l i z i n g
Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 797
Niqo Ahmad
Entrepreneurship Education
and Training Conference.
USA: Oxford Kementerian Tenaga Kerja dan T r
a n s m i g r a s i ( 2 0 1 2 ) . R e n c a n a P e m b a n g u n a
n Jangka Panjang 2010-2025
Bidang Ketenagakerjaan dan
Ketransmigrasian. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tr a n s m i g r a s i R e p u b l i k Indonesia
KEP. 16/MEN/II/2010. (2010). Perluasan Kesempatan Kerja d a n P e n i n g k a t a n Kesejahteraan
Tenaga Kerja Melalui Penciptaan dan
Pengembangan Wirausaha. Kesepakatan Bersama antara Kementerian Tenaga Kerja d a n T r a n s m i g r a s i , Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian d e n g a n K e m e n t e r i a n Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Pemuda dan Olah Raga
K e r l i n g e r , F r e d N . ( 2 0 0 2 ) .
Foundations of Behavioral Research. 3rd ed. New York: Holt, Rinehart and Winston Publishing Co
Khodabakhshi, S., & Talebi, K.
(2012). Evaluating the Role of Entrepreneurial Self-Efficacy on Entrepreneurial Intention of Tehran University (Case S t u d y o f E n g i n e e r i n g C a m p u s ) . J o u r n a l o f
Education and Vocational
Research Vol. 3, No. 3, pp. 82-
8 8 . I r a n : F a c u l t y o f Entrepreneurship, University of Tehran
Larsen, Randy J., & David, M. Buss.
( 2 0 0 2 ) . P e r s o n a l i t y psychology: Domains of knowladge about human nature (1st ed). New York. McGraw Hill
L e v e n s o n , H a n n a . ( 1 9 8 1 ) .
D i f f e re n t i a t i n g A m o
n g Internality, Powerful
Others, and Chance. Research
with T h e L o c u s o f C o n t
r o l Construct (Vol. 1).
Academic
Press Linan, F., & Chen, Y. (2006). Testing
the Entrepreneurial Intention
Model On a Two-Country
Sample. Spain: Departament
d'Economia de l'Empresa, F a
c u l t a t d e C i è n c i e s
Econòmiques i Empresarials M a h s h u n a h , S h o f i a . ( 2 0 1
0 ) . H u b u n g a n A n t a r
a S e l f Efficacy Dengan Intensi
Berwirausaha (Penelitian
Pada Siswa Kelas XII SMK
Ibu Kartini Semarang). Under
Graduates thesis, Universitas
Negeri Semarang Mobaraki, M.H., Zare, Y.B. (2012). D
e s i g n i n g P a t t e r n o f
Entrepreneurial Self-Efficacy
on Entrepreneurial Intention.
Information Management and
Business Review Vol. 4, No.
8, pp. 428-433
798 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014
Pengukuran terhadap Intensi berwirausaha Siswa SMK
Hasil Uji Validitas Konstruk Intensi Berwirausaha
Muzayini, Ayi. E. K. (2008). Indahnya Berbisnis Dengan Tuhan. Tangerang: Penerbit Fatihah Publishing
Nicholson., et al. (2005). Risk Propensity and Personality. London: Economic and Social Research Council
Nishantha, Busige (2009). Influence of
Personality Traits and Socio-
demographic Background of Undergraduate Students on M o t i v a t i o n f o r Entrepreneurial Career: The
Case. of Sri Lanka. Euro-Asia
M a n a g e m e n t S t u d i e s
A s s o c i a t i o n ( E A M S
A ) Conference. Japan:
Doshisha Business School Nwankwo, B., Marire, M., Kanu, G.,
Balogun, S., & Uhiara, A. ( 2 0 1 2 ) . G e n d e r - R o l e
Orientation and Self Efficacy
a s C o r r e l a t e s o f
Entrepreneurial Intention. European Journal of Business
and Social Sciences, Vol. 1, No. 6. Nigeria
Ogundipe, S., Kosile, B., Olaleye, V., O g u n d i p e , L . ( 2 0 1 2 ) . Entrepreneurial Intention a m o n g B u s i n e s s a n d Counseling Students in Lagos State University Sandwich Programme . Journal of Education and Practice Vol 3, No 14
Opoku-Antwi, G., Amofah, K., Koffuor, K., & Yakubu, A. (2012) .
Entrepreneurial
Intention Among Senior High
School Students in the S u n y a n i M u n i c i p a l i t y. International Review of Management and Marketing Vol. 2, No. 4, 2012, pp.210-219
Pedhazur, E.J, (1997), Multiple Regression in Behavioral Research (3th Ed). CBS College Publishing, New
York Prihatsanti, Unika. (2010). Hubungan
Kepuasan Kerja Dan Need For Achievement Dengan Kecenderungan Resistance To Change Pada Dosen Undip Semarang. Semarang: F a k u l t a s P s i k o l o g i
Universitas Diponegoro Santrock, J.W. (2009). Psikologi
Pendidikan Edisi 3 Buku 2.
Jakarta: Salemba Humanika Sieger, P., Fueglistaller, U., &
Z e l l w e g e r, T. ( 2 0 11 ) . Entrepreneurial Intentions and Activities of Students a c r o s s t h e W o r l d . International report of the G l o b a l U n i v e r s i t y E n t r e p r e n e u r i a l S p i r i t Students' Survey project (GUESSS 2011). St.Gallen: Swiss Research Institute of S m a l l B u s i n e s s a n d Entrepreneurship at the University of St.Gallen
(KMU-HSG) Stewart, W.H., & Roth, P.L. (2001)
Risk Propensity Differences
Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 799
Niqo Ahmad
Between Entrepreneurs and Managers: A Meta-Analytic Review.Arthur M. Spiro Center for Entrepreneurial L e a d e r s h i p W o r k i n g
PaperNumber: 99-101 Suryana, (2009). Kewirausahaan:
Pedoman praktis kita dan p ro s e s m e n u j u s u k s e s . Jakarta: Salemba empat
T h o m p s o n , E d m u n d . ( 2 0 0 9 ) . Individual Entrepreneurial I n t
e n t : C o n s t r u c t C l a r i f i c a t i o n a n d
D e v e l o p m e n t o f a n
Internationally Reliable Metric. Entrepreneurship Theory and Practice. Baylor University
Turker, D., Selcuk, S. (2008). Which factors affect entrepreneurial i n t e n t i o n o f u n i v e r s i t y s t u d e n t
s ? J o u r n a l o f European Industrial Training Vol. 33 No. 2.
Turkey: Emerald Group Publishing Limited
Umar, Jahja (2010). Personality Needs, Kepuasan, & Prestasi Kerja.UIN Jakarta Press:
Ciputat UU No. 69 Tahun 2009. Percepatan
Pelayanan Perizinan dan N o
n P e r i z i n a n U n t u k
Memulai Usaha. Peraturan
Bersama Menteri Dalam
Negeri, Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia, Menteri
Perdagangan, Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, dan
Kepada Badan Koordinasi
Penanaman Modal Winardi, J. (2004). Entrepreneur
& Entrepreneurship. Jakarta: Prenada Media
Woolfolk, Anita.(2009). Educational
Psychology Active Learning Edition. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Z a i n , Z a h a r i a h . M . ( 2 0 1 0 )
. Entrepreneurship Intention Among Malaysian Business Students. Canadian Social Science Vol. 6, No. 3, 2010, pp. 34-44
800 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014