PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

18
PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA SMK: HASIL UJI VALIDITAS KONSTRUK INTENSI BERWIRAUSAHA Niqo Ahmad 1 Fakultas Psikologi UIN Jakarta Abstrak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis kewirausahaan. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan dapat meningkatkan intensi berwirausaha secara tidak langsung dengan memperbarui pengetahuan, mengolah kemampuan, dan memperkuat tekad untuk berwirausaha (Guifang, et al., 2012), namun Badan Pusat Statistik (BPS) pada Berita Resmi Statistik (2012) pada bulan Agustus tahun 2012 menyatakan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan menunjukkan SMK berada pada tingkat yang paling tinggi yaitu 9,87%. Hal tersebut membuat penelitian terkait intensi berwirausaha pada siswa SMK penting untuk dilakukan. Dalam literatur psikologi, intensi telah terbukti sebagai prediktor terbaik untuk menggambarkan perilaku yang akan datang (Ajzen, 1991). Kata Kunci: uji validitas konstruk, intensi berwirausaha, confirmatory factor analysis (CFA) Pendahuluan Saat ini, kewirausahaan telah menjadi salah satu kekuatan yang paling dinamis di negara berkembang dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dunia (Nwankwo, et al., 2012). Banyak pemerintahan dan a k a d e m i s i s e p a k a t b a h w a kewirausahaan sangat penting untuk pengembangan dan kesejahteraan masyarakat. Wirausaha menciptakan lapangan kerja, mendorong inovasi bentuk usaha, dan mempercepat p e r u b a h a n s t r u k t u r a l d a l a m perekonomian (Opoku, et al., 2012). Wirausaha berbeda dengan berdagang, berdagang yaitu melaksanakan jual beli yang pada umumnya hanya dilandaskan atas laba rugi, namun wirausaha tidak hanya sekedar berdagang menjajakan produknya akan tetapi juga memiliki Wirausaha merupakan salah satu pendukung yang menentukan maju mundurnya perekonomian (Indira, 2010). Konsep kewirausahaan telah menarik perhatian pemerintahan, akademisi, industrialis, ekonom, dan 1 Penulis adalah alumni Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Korespondensi tentang artikel ini dapat menghubungi : [email protected] 786

Transcript of PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Page 1: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

PENGUKURAN TERHADAP INTENSI

BERWIRAUSAHA SISWA SMK:

HASIL UJI VALIDITAS KONSTRUK INTENSI BERWIRAUSAHA

Niqo Ahmad

1

Fakultas Psikologi UIN Jakarta

Abstrak

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis kewirausahaan. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan dapat meningkatkan intensi berwirausaha secara tidak langsung dengan memperbarui pengetahuan, mengolah kemampuan, dan memperkuat tekad untuk berwirausaha (Guifang, et al., 2012), namun Badan Pusat Statistik (BPS) pada Berita Resmi Statistik (2012) pada bulan Agustus tahun 2012 menyatakan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan menunjukkan SMK berada pada tingkat yang paling tinggi yaitu 9,87%. Hal tersebut membuat penelitian terkait intensi berwirausaha pada siswa SMK penting untuk dilakukan. Dalam literatur psikologi, intensi telah terbukti sebagai prediktor terbaik untuk menggambarkan perilaku yang akan datang (Ajzen, 1991).

Kata Kunci: uji validitas konstruk, intensi berwirausaha, confirmatory factor

analysis (CFA)

Pendahuluan

Saat ini, kewirausahaan telah menjadi salah satu kekuatan yang paling dinamis di negara berkembang dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dunia (Nwankwo, et al., 2012). Banyak pemerintahan dan a k a d e m i s i s e p a k a t b a h w a kewirausahaan sangat penting untuk pengembangan dan kesejahteraan masyarakat. Wirausaha menciptakan lapangan kerja, mendorong inovasi bentuk usaha, dan mempercepat p e r u b a h a n s t r u k t u r a l d a l a m

perekonomian (Opoku, et al., 2012). Wirausaha berbeda dengan berdagang, berdagang yaitu melaksanakan jual beli yang pada umumnya hanya dilandaskan atas laba rugi, namun wirausaha tidak hanya sekedar berdagang menjajakan produknya akan tetapi juga memiliki

Wirausaha merupakan salah satu

pendukung yang menentukan maju

mundurnya perekonomian (Indira,

2010). Konsep kewirausahaan telah

menarik perhatian pemerintahan,

akademisi, industrialis, ekonom, dan

1 Penulis adalah alumni Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Korespondensi tentang artikel ini dapat menghubungi : [email protected]

786

Page 2: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

pelajar. Hal ini dibuktikan dalam sejumlah seminar, konferensi dan lokakarya yang diselenggarakan tingkat internasional, regional dan nasional dengan penekanan pada kebutuhan peka individu, masyarakat,

d a n n e g a r a u n t u k m e m u l a i

berwirausaha (Ogundipe, et al., 2012). Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) merupakan salah satu lembaga

pendidikan berbasis kewirausahaan.

Di SMK siswa dituntut untuk menguasai keterampilan serta diharapkan dapat menciptakan l a p a n g a n p e k e r j a a n s e n d i r i . Keterampilan sangat penting karena dapat mengubah ide, pengetahuan, dan kreatifitas menjadi sesuatu yang memiliki nilai dari suatu pekerjaan. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan dapat meningkatkan intensi berwirausaha secara tidak langsung dengan memperbarui pengetahuan, mengolah kemampuan, dan memperkuat tekad untuk berwirausaha (Guifang, et al., 2012).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sarana pendidikan berbasis kewirausahaan, diharapkan lulusan SMK dapat menjadi mandiri, membuka lapangan pekerjaan atau berwirausaha, serta dapat menjawab tantangan tenaga kerja khususnya di Indonesia. Hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, sebab Indonesia memiliki angka pengangguran yang cukup tinggi dan justru sumbangan yang signifikan berasal dari lulusan SMK. Badan Pusat Statistik (BPS)

menyatakan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada

Agustus 2012 mencapai 6,14 persen

atau sekitar 7,2 juta orang (Berita R e s m i S t a t i s t i k , 2 0 1 2 ) . B P S

menjelaskan Tingkat Pengangguran Te r b u k a ( T P T ) m e r u p a k a n

persentase jumlah pengangguran

terhadap jumlah angkatan kerja.

Pengangguran terbuka memiliki

kriteria tertentu, Badan Pusat Statistik

menjelaskan kriteria tersebut yaitu: 1. Seseorang yang tidak punya

p e k e r j a a n d a n m e n c a

r i pekerjaan.

2. Seseorang yang tak punya

pekerjaan dan mempersiapkan

usaha.

3. Seseorang yang tak punya

pekerjaan dan tidak mencari

pekerjaan, karena merasa tidak

m u n g k i n m e n d a p a t k a

n pekerjaan. 4. Seseorang yang sudah punya

pekerjaan, tetapi belum mulai

bekerja. Sumber: Konsep/

Penjelasan Teknis Tenaga Kerja

(http://www.bps.go.id/ diunduh

pada tanggal 20 Januari 2014

pukul 22.00 WIB).

B e r d a s a r k a n d a t a y a n g

dikeluarkan Badan Pusat Statistik

(BPS) pada Berita Resmi Statistik

(2012) pada bulan Agustus tahun 2012

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

menurut pendidikan tertinggi yang

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 787

Page 3: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Niqo Ahmad

ditamatkan menunjukkan SMK berada pada tingkat yang paling tinggi yaitu 9,87%. (Lihat Tabel 1.1) Tabel 1.1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Persen)

Sumber: Berita Resmi Statistik, 2012

(www.bps.go.id diunduh pada tanggal 27

Desember 2012 pukul 11.40 WIB)

Pemerintahan mendukung untuk pertumbuhan wirausaha. Salah satu bentuk dukungan pemerintah d e n g a n m e n e r b i t k a n s u r a t k e s e p a k a t a n b e r s a m a a n t a r a Kementerian Tenaga Kerja dan T r a n s m i g r a s i ( N o . KEP.16/MEN/II/2010), Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan M e n e n g a h ( N o . 0 2 / N K B / M . K U K M / I I / 2 0 1 0 ) , Kementerian Perindustrian (No. 135/M-IND/2/2010), Kementerian

Kelautan dan Perikanan (No . 0 1 / M E N - K P / K B / I I / 2 0 1 0 ) d

a n Kementerian Pemuda dan Olah Raga

(No. 009/SESMENPORA/2/2010). Surat

kesepakatan bersama yang ditanda

tangani pada tanggal 9 Februari 2010 itu

berisi tentang Perluasan Kesempatan

Kerja dan Peningkatan Kesejahteraan

Tenaga Kerja Melalui Penciptaan dan

Pengembangan Wirausaha. Maksud

dan tujuan dari surat kesepakatan

tersebut tertera pada BAB 1 yang

terdiri dari 2 pasal sebagai berikut di

bawah ini.

Pasal 1: Kesepakatan Bersama ini

dimaksudkan sebagai upaya bersama

untuk memanfaatkan sumber daya

yang ada pada PARA PIHAK yang didasarkan asas saling membantu, saling mendukung, dan tidak melanggar peraturan perundang-undangan. Pasal 2: Kesepakatan Bersama ini bertujuan untuk mensinergikan program dan kegiatan di bidang k e t e n a g a k e r j a a n d a n ketransmigrasian, bidang koperasi dan usaha kecil dan menengah, bidang

perindustrian, bidang kelautan d a n p

e r i k a n a n , d a n b i d a n g

kepemudaan dan keolahragaan, dalam

rangka perluasan kesempatan kerja

dan peningkatan kesejahteraan tenaga

kerja melalui penciptaan dan

pengembangan wirausaha. (http://www.depnakertrans.go.id/peru ndangan.html,1,343,10 diunduh pada tanggal 28 Desember 2012 pukul 20.00 WIB).

Pada tahun 2009 Pemerintah

juga menerbitkan peraturan bersama

antara Menteri Dalam Negeri (No. 69

Tahun 2009), Menteri Hukum dan Hak

A s a s i M a n u s i a ( N o . M . H H -

0 8 . A H . 0 1 . 0 1 . 2 0 0 9 ) , M e n t

e r i P e r d a g a n g a n ( N o . 6 0 / M

- DAG/PER/12/2009), Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi (No .

Per.30/MEN/XII/2009), dan Kepala

788 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014

Page 4: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Pengukuran terhadap Intensi berwirausaha Siswa SMK

Hasil Uji Validitas Konstruk Intensi Berwirausaha

Badan Koordinasi Penanaman Modal

(No. 10 Tahun 2009) yang berisi

tentang percepatan pelayanan

perizinan dan non perizinan untuk

memulai usaha. Disebutkan pada Bab II Pasal 2 berisi tentang tujuan, yaitu “untuk meningkatkan kualitas p e l a y a n a n p u b l i k d a l a m penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan untuk memulai usaha yang lebih cepat, tepat, mudah, d a n t r a n s p a r a n ” . (http://www.depnakertrans.go.id/ diunduh pada tanggal 28 Desember 2012 pukul 22.00 WIB).

P r o g r a m d u k u n g a n

pemerintahan dimaksudkan agar dapat

membantu terwujudnya peningkatan kewirausahaan di Indonesia. Dalam situs http://www. depkop . go . id/ disebutkan target ideal jumlah wirausahawan yaitu 2% (dua persen) dari jumlah populasi penduduk atau 6 , 1 2 j u t a o r a n g . S e k r e t a r i s Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan Usaha Kecil Menengah (UKM) A g

u s M u h a r r a m m e n g a t a k a n ,

“mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan wirausaha Indonesia hampir mendekati angka ideal sebesar 2% (dua persen), yakni 1,56% atau 3 . 707 . 205 orang . (http://www.depkop.go.id diunduh pada tanggal 23 Desember 2012 pada

pukul 21.00 WIB). Sebagaimana telah

dijelaskan di atas bahwa pemerintah

juga memiliki peran penting dalam

kewirausahaan di Indonesia, namun hal

tersebut tidak disertai dengan

pengawasan dan pengendalian. Dalam

hal ini yaitu pengangguran SMK merupakan yang paling tinggi dibandingkan tingkat pendidikan lain. Seharusnya pemerintah memiliki kontrol dan pengawasan dalam proses pendidikan di SMK.

Sikap untuk berwirausaha perlu ditanamkan sejak dini pada anak. Menurut Opoku, et al., (2012) tahap yang ideal untuk memperoleh dasar pengetahuan tentang kewirausahaan dan menumbuhkan sikap positif terhadap kewirausahaan yaitu selama

masa remaja, salah satunya pada masa

SMK. Pemuda hari ini merupakan pengusaha potensial masa depan, maka pemahaman persepsi pemuda tentang faktor kontekstual dapat m e n

j a d i k o n t r i b u s i b a g i p e r k e

m b a n g a n l i t e r a t u r

kewirausahaan di masa depan (Turker & Selcuk, 2008). Pelajar dapat menjadi wirausahawan dikemudian hari, telah menarik perhatian peneliti cukup besar selama dekade terakhir dalam berbagai penelitian tentang wirausaha (Sieger, et al., 2011).

Dalam melakukan kegiatan

berwirausaha terlebih dahulu harus ada

keinginan dalam diri seseorang, karena

dalam setiap perilaku atau perbuatan

terlebih dahulu diawali oleh adanya

keinginan. Keinginan ini oleh Ajzen

(1991) disebut dengan intensi. Intensi dapat dijadikan sebagai p e n d e k a t a n u n t u k m e m a h a m i seseorang dalam berperilaku (Ajzen, 1991), seperti perilaku berwirausaha. Guifang, et al., (2012) menyatakan intensi berwirausaha merupakan

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 789

Page 5: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Niqo Ahmad

prasyarat bagi seseorang untuk

berwirausaha dan mencerminkan

konsistensi untuk memulai usaha baru. Intensi berwirausaha telah

muncul sebagai konstruksi utama dalam literatur kewirausahaan selama dekade terakhir. Intensi berwirausaha menjadi menarik bagi peneliti karena penting untuk pembangunan bagi banyak negara. Intensi berwirausaha telah terbukti menjadi penting, bertahan lama dan sering digunakan dalam penelitian untuk membangun kewirausahaan (Dehkordi, et al., 2012; Khodabakhshi & Talebi, 2012; Hashemi, Hosseini, & Rezvanfar, 2012; Mobaraki & Zare, 2012; Opoku-Antwi, et al., 2012, Hassan & Wafa, 2012).

Intensi berwirausaha menjadi

konstruk penting dalam penelitian yang

berkaitan dengan individu dalam

berwirausaha. Intensi berwirausaha t e l

a h m e n j a d i k o n s t r u k y a n g

berkelanjuran dalam berbagai

penelitian kewirausahaan. Intensi b e r

w i r a u s a h a i n d i v i d u t e l a h

digunakan sebagai variabel dependen

dalam berbagai penelitian (Hmieleski & Corbett, 2006; Indarti & Rostiani, 2008; Nishantha, 2009; Thompson, 2009; Indira, 2010; Dehkordi, et al., 2012; Khodabakhshi & Talebi, 2012; Hashemi, Hosseini, & Rezvanfar, 2012; Mobaraki & Zare, 2012; Opoku-Antwi, et al., 2012; Hassan & Wafa, 2012).

Menurut Alhaj, Yusof, & Edama (2011) penting untuk memahami intensi berwirausaha karena intensi

sejajar dengan kognitif yang dapat

mendorong perhatian individu,

pengalaman, dan tindakan menuju

tujuan untuk berwirausaha. Dalam

literatur psikologi, intensi telah

terbukti sebagai prediktor terbaik

untuk perilaku terencana, terutama

ketika perilaku jarang atau sulit untuk

diamati (Ajzen, 1991). Intensi

menawarkan wawasan penting ke

dalam proses yang mendasari perilaku

seperti berwirausaha. Oleh karena

itulah alat untuk mengukur intensi

berwirausaha menjadi sangat penting.

Deskripsi Mengenai Instrumen

I n t e n s i b e r w i r a u s a h

a merupakan konstruk penting dalam

penelitian untuk membangun dan m e n g e m b a n g k a n w i r a u s a h

a (Thompson, 2009), sehingga penting

untuk memahami pengukuran yang

p e r n a h d i l a k u k a n p e n e l i

t i a n

sebelumnya. Hal tersebut dapat membantu dalam menentukan dan

menetapkan cara mengukur intensi berwirausaha dengan baik dan tepat.

Dalam jurnal penelitian yang berjudul

Individual Entrepreneurial Intent: C o n s t r u c t C l a r i f i c a t i o n a

n d Development of an Internationally

Reliable Metric (Thompson, 2009),

menggunakan alat ukur Individual

Entrepreneurial Intent Scale (IEIS)

yang dikembangkan oleh Thompson

(2009) yang terdiri dari 10 item

pengukuran. Alat ukur ini memiliki

tingkat reliabilitas yang tinggi dengan

nilai Cronbach's Alpha 0,890. Dalam

790 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014

Page 6: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Pengukuran terhadap Intensi berwirausaha Siswa SMK

Hasil Uji Validitas Konstruk Intensi Berwirausaha

penelitian ini, alat ukur intensi

berwirausaha yang disusun mengacu pada indikator dari alat ukur

Individual Entrepreneurial Intent Scale (IEIS) yang dikembangkan oleh

Thompson (2009). Instrumen pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini b e r b e n t u k k u e s i o n e r d e n g a n menggunakan skala Likert. Pada skala penelitian ini digunakan enam alternatif pilihan jawaban. Setiap individu memiliki jawaban yang

berbeda-beda, tidak ada jawaban yang dianggap benar atau salah. Cara m e n j a w a b n y a a d a l a h d e n g a n memberikan tanda silang (X) pada salah satu alternatif pilihan jawaban yang sudah disediakan. Item disusun dalam bentuk pernyataan favorable (positif) dan unfavorable (negatif). Skor untuk alternatif pilihan jawaban dalam pernyataan favorable dan unfavorable dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.2 Skor Pengukuran Skala

Alternatif Pilihan Jawaban

Sangat tidak setuju/Tidak pernah Tidak setuju/Pernah

Ragu-ragu/Jarang Setuju/Sering

Sangat setuju/Sangat sering Teknik Analisis Data

Untuk menguji validitas instrumen penelitian, digunakan teknik statistik Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software LISREL 8.7 (Linear Structural Relationship). Berikut di bawah ini

adalah prosedur dalam penggunaan Confirmatory Factor Analysis (CFA).

1. Menguji satu faktor yang

menyebabkan item-item saling b e r k o r e l a s i ( h i p o t e s

i s unidimensional item).

Hipotesis ini diuji dengan chi-

square. Untuk memutuskan

apakah memang tidak ada

perbedaan antara matriks

Peryataan Favorable Unfavorable

1 5 2 4

3 3

4 2

5 1 korelsi yang diperoleh dari

data dengan matriks korelasi

yang dihitung menurut teori/

model. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p>0.05),

maka hipotesis nihil yang

menyatakan bahwa “tidak ada

perbedaan antara matriks

korelasi yang diperoleh dari

data dan model” diterima,

artinya item yang diuji

mengukur satu faktor saja (unidimensional). Sedangkan,

jika nilai chi-square signifikan

(p<0.05), artinya item-item

yang diuji mengukur lebih dari s a t u f a k t o r

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 791

Page 7: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Niqo Ahmad

(multidimensional). Dalam p e n g u k u r a n ( b e r a r t i

keadaan demikian kemudian semakin tinggi nilai pada

dilakukan modifikasi terhadap item tersebut semakin

m o d e l d e n g a n c a r a rendah nilai pada faktor

memperbolehkan item – item yang diukur).

saling berkorelasi tetapi 3) S e b a g a i k r i t e r i a

dengan tetap menjaga bahwa tambahan (optional) dapat

item hanya mengukur satu dilihat juga banyaknya

faktor (unidimensional). Jika korelasi parsial antar

sudah diperoleh model yang fit kesalahan pengukuran,

(tetapi tetap unidimensional) y a i t u k e s a l a h a n

maka dilakukan langkah pengukuran pada suatu

selanjutnya. item yang berkorelasi

2. Menganalisis item mana yang d e n g a n k e s a l a h a n

menjadi sumber tidak fit. pengukuran pada item

Terdapat beberapa hal yang lain. Jika pada suatu item

perlu diperhatikan untuk terdapat terlalu banyak

mengetahui item mana yang korelasi seperti ini (lebih

menjadi sumber tidak fit, yaitu: dari tiga), maka item

1) Melakukan uji signifikansi tersebut akan didrop.

terhadap koefisien muatan Alasannya adalah item

faktor dari masing – yang demikian selain

masing item dengan mengukur apa yang ingin

menggunakan t-test. jika diukur juga mengukur hal

nilai t yang diperoleh pada lain (multidimensional

s e b u a h i t e m t i d a k item).

signifikan (t>1.96) maka 3. Menghitung faktor skor

item tersebut akan didrop Jika langkah-langkah di

karena dianggap tidak atas telah dilakukan, maka

signifikan sumbangannya diperoleh item-item yang

terhadap pengukuran yang valid untuk mengukur apa

sedang dilakukan. yang diukur. Item-item

2) Melihat arah koefisien inilah yang kemudian

maupun muatan faktor diolah untuk mendapatkan

(factor loading). Jika faktor skor pada tiap skala.

suatu item memiliki D e n g a n d e m i k i a n

muatan negatif, maka item perbedaan kemampuan

tersebut didrop karena yang masing-masing item

t i d a k s e s u a i d e n g a n dalam mengukur apa yang

792 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014

Page 8: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Pengukuran terhadap Intensi berwirausaha Siswa SMK

Hasil Uji Validitas Konstruk Intensi Berwirausaha

h e n d a k d i u k u r i k u t

m e n e n t u k a n d a l a m

menghitung faktor skor

(true score). True score

inilah yang akan dianalisis

dalam penelitian ini.

Uji Validitas Konstruk

Intensi Berwirausaha

P a d a a l a t u k u r i n t e n s i

berwirausaha terdapat 12 item yang

digunakan dalam penelitian ini. Akan

diuji apakah 12 item tersebut bersifat

unidimensional, artinya item tersebut

benar hanya mengukur satu faktor saja

yaitu intensi berwirausaha. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan,

model satu faktor tidak fit dengan Chi-

Square = 231.23, df = 54, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.119. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model satu faktor tersebut. Kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Kemudian setelah dilakukan modifikasi sebanyak 11 kali diperoleh model fit dengan Chi-Square = 59.29, df = 43, P-value = 0.05012, RMSEA = 0.040. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu intensi berwirausaha. Berikut adalah hasil modifikasi setelah diperoleh model fit dalam bentuk diagram path.

Gambar 1.1 Diagram path alat ukur intensi berwirausaha

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 793

Page 9: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Niqo Ahmad

Tahap selanjutnya, dilihat

apakah item tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item t e r s e b u t p e r l u d i - d ro p a t a u dipertahankan. Kemudian dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item.

Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 1.3 di bawah ini.

Tabel 1,3 Muatan Faktor Intensi Berwirausaha

N o Koefisien Standar Error N ilai t Signifikan

1. 0.45 0.07 6.63 v 2. 0.51 0.08 6.84 v

3. 0.54 0.07 8.15 v 4. 0.22 0.07 3.31 v 5. -0.41 0.07 -6.16 X 6. 0.47 0.07 7.16 v 7. 0.84 0.06 13.82 v

8. 0.45 0.07 6.88 v 9. 0.51 0.07 7.84 v 10. 0.57 0.06 8.88 v

11. 0.49 0.07 7.45 v

12. 0.38 0.07 5.76 v Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 1.3 nilai t bagi

k o e f i s i e n m u a t a n f a k t o r d a

r i keseluruhan item signifikan karena t

>1,96. Kemudian melihat muatan

faktor dari item, diketahui bahwa

terdapat item yang muatan faktornya

<1,96 yaitu item nomor 5. Selanjutnya

melihat korelasi antar item dalam alat

ukur intensi berwirausaha. Dalam hal

ini digunakan kriteria lebih dari 4 kali

berkorelasi, yang artinya apabila

terdapat item yang memiliki korelasi

sebanyak lebih dari 4 kali maka item

tersebut akan di drop, sehingga item

tersebut tidak dapat diikutsertakan

dalam analisis perhitungan skor faktor.

Namun dalam alat ukur intensi

berwirausaha tidak terdapat item yang memiliki kriteria tersebut, sehingga secara keseluruhan item yang akan di-

drop hanya item nomor 5.

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensi berwirausaha dalam pengukuran memiliki model fit (sesuai) dengan model satu faktor, yaitu mengukur hanya satu hal yang didefinisikan pada skala tersebut. Selain itu, terlihat adanya korelasi antar kesalahan pengukuran pada setiap item yang menunjukkan bahwa beberapa item dalam skala intensi

794 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014

Page 10: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Pengukuran terhadap Intensi berwirausaha Siswa SMK

Hasil Uji Validitas Konstruk Intensi Berwirausaha

berwirausaha ini tidak hanya mengukur satu apa yang hendak diukur, tetapi juga mengukur hal yang lain (multidimensional) namun dalam hal ini tidak begitu berarti.

Setelah melakukan analisis faktor terhadap intensi berwirausaha yang mengukur bagaimana keyakinan diri yang diakui oleh individu bahwa berniat untuk mendirikan sebuah usaha bisnis baru dan secara sadar berencana untuk melakukannya di masa depan. Harus diperhatikan juga, sebelum menggunakan alat ukur intensi berwirausaha diperlukan perbaikan dan pembaharuan terhadap i t e m - i t e m y a n g m e m i l i k i multidimensional.

Berdasarkan kesimpulan dan diskusi, maka dapat disarankan, untuk:

1. D i h a r a p k a n p a d a penelitian selanjutnya dapat

mengembangkan alat ukur

intensi berwirausaha yang

digunakan peneliti dalam

penelitian ini dan diharapkan

m e n g g u n a k a n k a s u

s penelitian yang homogen. 2. Peneliti selanjutnya

disarankan lebih berhati-hati dalam menggunakan istilah

y a n g d a l a m i t e m

pengukuran, sehingga

penting untuk dapat lebih

memahami karakteristik

sampel yang digunakan dan

dikaitkan dalam pembuatan

instrumen penelitian agar

mudah dipahami responden.

3. Lebih memperhatikan

dalam menerapkan kaidah p

e m b u a t a n i t e m

pengukuran, sehingga dapat meningkatkan hasil uji

validitas dalam instrumen

penelitian yang digunakan.

Mengingat terdapat item

yang tidak valid dari hasil

uji validitas instrumen

intensi b e r w i r a u s a h a

d a l a m penelitian ini.

Daftar Pustaka

Afzalurrahman. (1997). Muhammad Sebagai Seorang Pedagang. Jakarta: Penerbit Yayasan Swarna Bhumy

A j z e n , I . ( 2 0 0 5 ) . A t t i t u d e s , Personality, and Behavior. Maidenlead . UK: Open University Press

Ajzen, I. (1991). The Theory of P l a

n n e d B e h a v i o r

Organizational Behavior and

Human Decision Prosesses.

USA: Academic Press, Inc Alhaj, B., Yusof, M., & Edama, N.

(2011) . Entrepreneurial

Intention: An Empirical Study

o f C o m m u n i t y C o l l e g

e Students in Malaysia. Jurnal Personalia Pelajar, Bil 14 : 45 – 58. Malaysia

Ariani, D.W. (2006). Need for

Achievement dalam Kinerja I

n d i v i d u : T i n j a u a n K

o n s e p t u a l . F a k u l t a s

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 795

Page 11: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Niqo Ahmad

Ekonomi Universitas Atma

Jaya Yogyakarta Badan Pusat Statistik. (2012).

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2012. Berita Resmi Statistik No. 75/11/Th. XV

B r o w n , E l e a n o r. R . ( 2 0 1 0 ) . Generation X and Y:A comparative analysis of e n t re p re n e u r i a l i n t e n t . Gordon Institute of Business S cien ce, U niv ers ity of Pretoria.

Campo, José L.M. (2011). Analysis of

the influence of self-efficacy

on entrepreneurial intentions.

Prospect. Vol. 9, No. 2 Castillo, M. R. (2009). Autonomy as a

F o u n d a t i o n o f H u m a

n Development: A Conceptual

Model to Study Individual A u

t o n o m y . M a a s t r i c h t

G r a d u a t e S c h o o l o f G o v e r n a n c e . M G S o G / 2 0 0 9 / W P 0 1 1 . Maastricht University

Chaplin, C.P. 2006. Kamus Lengkap P

s i k o l o g i . P e n e r j e m a

h : Kartini Kartono. Jakarta:

Rajawali Pers Dehkordi, A., Sasani, A., Fathi, M.,

dan Khanmohammadi, E. (2012). Investigating the E f f e c t o f E m o t i o n a l Intelligence and Personality Traits on Entrepreneurial Intention Using the Fuzzy D E M A T E L M e t h o d . International Journal of Business and Social Science

Vol. 3 No. 13; July 2012.

USA: Centre for Promoting

Ideas De Noble, A.F., Jung, Dong., Ehrlich,

S.B. (1999). Entrepreneurial

S e l f - E f f i c a c y : T h e Development of a Measure and Its Relationship to Entrepreneurial Action. San Diego State University

Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Kejuruan. (2012). Garis-Garis Besar Program Pembinaan SMK Tahun 2012. D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e n d i d i k a n M e n e n g a h , Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Fatoki, Olawale. (2010). Graduate

Entrepreneurial Intention in South

Africa: Motivations and Obstacles.

International Journal of Business

and Management. South Africa:

Department of Business

Management, University of Fort Hare

Feist, & Feist . (2010) . Teori

Kepribadian Jil. 2. Jakarta: Salemba Humanika

Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Bilief, Attitude, Intention, and Behavior. An Introduction to T h e o r y a n d R e s e a rc h . Reading, MA: Addison Wesley

Friedman, H., & Schustack, M.

(2009). Personality: Classic T

h e o r i e s a n d M o d e r n

Research 4th Edition. Boston:

796 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014

Page 12: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Pengukuran terhadap Intensi berwirausaha Siswa SMK

Hasil Uji Validitas Konstruk Intensi Berwirausaha

Pearson Higher Education Gelard, P., & Saleh, K.E. (2010).

Impact of some contextual factors on entrepreneurial

i n t e n t i o n o f u n i v e r s i t y students. African Journal of Business Management Vol. 5(26), pp. 10707-10717, 28 October, 2011

Guifang, Z., Peng, C., Luqing, F., &

Ziqi, C. An Emprical of

College Carve-Out Education

on Entrepreneurial Intention.

China: School of Economics

and Management, Beijing

Forestry University Gubruz, G., & Aykol, S. (2008).

Entrepreneurial Intention of

Young Educated Public in

Turkey. Turkey: Marmara University

Hassan, R.A & Wafa, S.A. (2005). P r e d i c t o r s T o w a r d s

Entrepreneurial Intention: A Malaysian Case Study. Asian Journal

of Business and Management Sciences Vol. 01

No. 11. [01-05] Hashemi, S., Hosseini, S., &

R e z v a n f a r, A . ( 2 0 1 2 ) .

Explaining Entrepreneurial

Intention among Agricultural S t u d e n t s : E f f e c t s o f Entrepreneurial Self Efficacy and College Entrepreneurial Orientation . Journal of Business Management

Hmieleski, K.M and Corbett, A.C ( 2 0 0 6 ) . P ro c l i v i t y f o

r Improvisation as a Predictor

of Entrepreneurial Intentions.

Journal of Small Business Management 2006 44(1), pp.

45–63 Hmieleski, K.M., & Baron, R.A.

( 2 0 0 8 ) . W h e n d o e s

entrepreneurial self-efficacy Enhance versus reduce firm p e

r f o r m a n c e . S t r a t e g i c

Entrepreneurship J., 2: 57–72 Hyrsky, Kimmo., & Tuunanen, Mika.

(1999). Innovativeness and Risk-taking Propensity: A Cross-Cultural Study of F i n n i s h a n d U . S . Entrepreneurs and Small Business Owners. University of Jyväskylä, School of

Business & Economics Indira, C., Soenhadji, I., (2010).

Students Entrepreneurship I n t e n t i o n : S t u d y o f Comparison Between Java

and Non Java. Jurusan M a n a j e m e n , F a k u l t a s Ekonomi. Depok: Universitas Gunadarma

Indarti, N. dan Rostiani, R. (2008). I n

t e n s i K e w i r a u s a h a a

n M a h a s i s w a : S t u d i P

e r b a n d i n g a n A n t a r a

Indonesia, Jepang dan

Norwegia. Jurnal Ekonomika

dan Bisnis Indonesia, Vol. 23,

No. 4, Oktober 2008 Izquierdo, E., Buelens, M. (2008). C o

m p e t i n g M o d e l s o f

Entrepreneurial Self-Efficacy

a n d A t t i t u d e s . I n t e r n

a t i o n a l i z i n g

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 797

Page 13: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Niqo Ahmad

Entrepreneurship Education

and Training Conference.

USA: Oxford Kementerian Tenaga Kerja dan T r

a n s m i g r a s i ( 2 0 1 2 ) . R e n c a n a P e m b a n g u n a

n Jangka Panjang 2010-2025

Bidang Ketenagakerjaan dan

Ketransmigrasian. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tr a n s m i g r a s i R e p u b l i k Indonesia

KEP. 16/MEN/II/2010. (2010). Perluasan Kesempatan Kerja d a n P e n i n g k a t a n Kesejahteraan

Tenaga Kerja Melalui Penciptaan dan

Pengembangan Wirausaha. Kesepakatan Bersama antara Kementerian Tenaga Kerja d a n T r a n s m i g r a s i , Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian d e n g a n K e m e n t e r i a n Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Pemuda dan Olah Raga

K e r l i n g e r , F r e d N . ( 2 0 0 2 ) .

Foundations of Behavioral Research. 3rd ed. New York: Holt, Rinehart and Winston Publishing Co

Khodabakhshi, S., & Talebi, K.

(2012). Evaluating the Role of Entrepreneurial Self-Efficacy on Entrepreneurial Intention of Tehran University (Case S t u d y o f E n g i n e e r i n g C a m p u s ) . J o u r n a l o f

Education and Vocational

Research Vol. 3, No. 3, pp. 82-

8 8 . I r a n : F a c u l t y o f Entrepreneurship, University of Tehran

Larsen, Randy J., & David, M. Buss.

( 2 0 0 2 ) . P e r s o n a l i t y psychology: Domains of knowladge about human nature (1st ed). New York. McGraw Hill

L e v e n s o n , H a n n a . ( 1 9 8 1 ) .

D i f f e re n t i a t i n g A m o

n g Internality, Powerful

Others, and Chance. Research

with T h e L o c u s o f C o n t

r o l Construct (Vol. 1).

Academic

Press Linan, F., & Chen, Y. (2006). Testing

the Entrepreneurial Intention

Model On a Two-Country

Sample. Spain: Departament

d'Economia de l'Empresa, F a

c u l t a t d e C i è n c i e s

Econòmiques i Empresarials M a h s h u n a h , S h o f i a . ( 2 0 1

0 ) . H u b u n g a n A n t a r

a S e l f Efficacy Dengan Intensi

Berwirausaha (Penelitian

Pada Siswa Kelas XII SMK

Ibu Kartini Semarang). Under

Graduates thesis, Universitas

Negeri Semarang Mobaraki, M.H., Zare, Y.B. (2012). D

e s i g n i n g P a t t e r n o f

Entrepreneurial Self-Efficacy

on Entrepreneurial Intention.

Information Management and

Business Review Vol. 4, No.

8, pp. 428-433

Page 14: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

798 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014

Page 15: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Pengukuran terhadap Intensi berwirausaha Siswa SMK

Hasil Uji Validitas Konstruk Intensi Berwirausaha

Muzayini, Ayi. E. K. (2008). Indahnya Berbisnis Dengan Tuhan. Tangerang: Penerbit Fatihah Publishing

Nicholson., et al. (2005). Risk Propensity and Personality. London: Economic and Social Research Council

Nishantha, Busige (2009). Influence of

Personality Traits and Socio-

demographic Background of Undergraduate Students on M o t i v a t i o n f o r Entrepreneurial Career: The

Case. of Sri Lanka. Euro-Asia

M a n a g e m e n t S t u d i e s

A s s o c i a t i o n ( E A M S

A ) Conference. Japan:

Doshisha Business School Nwankwo, B., Marire, M., Kanu, G.,

Balogun, S., & Uhiara, A. ( 2 0 1 2 ) . G e n d e r - R o l e

Orientation and Self Efficacy

a s C o r r e l a t e s o f

Entrepreneurial Intention. European Journal of Business

and Social Sciences, Vol. 1, No. 6. Nigeria

Ogundipe, S., Kosile, B., Olaleye, V., O g u n d i p e , L . ( 2 0 1 2 ) . Entrepreneurial Intention a m o n g B u s i n e s s a n d Counseling Students in Lagos State University Sandwich Programme . Journal of Education and Practice Vol 3, No 14

Opoku-Antwi, G., Amofah, K., Koffuor, K., & Yakubu, A. (2012) .

Entrepreneurial

Intention Among Senior High

School Students in the S u n y a n i M u n i c i p a l i t y. International Review of Management and Marketing Vol. 2, No. 4, 2012, pp.210-219

Pedhazur, E.J, (1997), Multiple Regression in Behavioral Research (3th Ed). CBS College Publishing, New

York Prihatsanti, Unika. (2010). Hubungan

Kepuasan Kerja Dan Need For Achievement Dengan Kecenderungan Resistance To Change Pada Dosen Undip Semarang. Semarang: F a k u l t a s P s i k o l o g i

Universitas Diponegoro Santrock, J.W. (2009). Psikologi

Pendidikan Edisi 3 Buku 2.

Jakarta: Salemba Humanika Sieger, P., Fueglistaller, U., &

Z e l l w e g e r, T. ( 2 0 11 ) . Entrepreneurial Intentions and Activities of Students a c r o s s t h e W o r l d . International report of the G l o b a l U n i v e r s i t y E n t r e p r e n e u r i a l S p i r i t Students' Survey project (GUESSS 2011). St.Gallen: Swiss Research Institute of S m a l l B u s i n e s s a n d Entrepreneurship at the University of St.Gallen

(KMU-HSG) Stewart, W.H., & Roth, P.L. (2001)

Risk Propensity Differences

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014 799

Page 16: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …

Niqo Ahmad

Between Entrepreneurs and Managers: A Meta-Analytic Review.Arthur M. Spiro Center for Entrepreneurial L e a d e r s h i p W o r k i n g

PaperNumber: 99-101 Suryana, (2009). Kewirausahaan:

Pedoman praktis kita dan p ro s e s m e n u j u s u k s e s . Jakarta: Salemba empat

T h o m p s o n , E d m u n d . ( 2 0 0 9 ) . Individual Entrepreneurial I n t

e n t : C o n s t r u c t C l a r i f i c a t i o n a n d

D e v e l o p m e n t o f a n

Internationally Reliable Metric. Entrepreneurship Theory and Practice. Baylor University

Turker, D., Selcuk, S. (2008). Which factors affect entrepreneurial i n t e n t i o n o f u n i v e r s i t y s t u d e n t

s ? J o u r n a l o f European Industrial Training Vol. 33 No. 2.

Turkey: Emerald Group Publishing Limited

Umar, Jahja (2010). Personality Needs, Kepuasan, & Prestasi Kerja.UIN Jakarta Press:

Ciputat UU No. 69 Tahun 2009. Percepatan

Pelayanan Perizinan dan N o

n P e r i z i n a n U n t u k

Memulai Usaha. Peraturan

Bersama Menteri Dalam

Negeri, Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia, Menteri

Perdagangan, Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi, dan

Kepada Badan Koordinasi

Penanaman Modal Winardi, J. (2004). Entrepreneur

& Entrepreneurship. Jakarta: Prenada Media

Woolfolk, Anita.(2009). Educational

Psychology Active Learning Edition. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Z a i n , Z a h a r i a h . M . ( 2 0 1 0 )

. Entrepreneurship Intention Among Malaysian Business Students. Canadian Social Science Vol. 6, No. 3, 2010, pp. 34-44

800 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol III, No. 3 Juli 2014

Page 17: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …
Page 18: PENGUKURAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA …