Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan Bank Jatim

download Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan Bank Jatim

of 40

description

Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan Bank Jatim

Transcript of Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan Bank Jatim

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad

    1

    PENELITIAN MANDIRI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN

    INTENSI TURNOVERPADA KARYAWAN BANK JATIM

    STUDI KASUS KANTOR CABANG MALANG

    Oleh

    Alfedro Putut Prahoro, S.Psi.,M.Si

    FFAAKKUULLTTAASSPPSSIIKKOOLLOOGGII

    LLEEMMBBAAGGAAPPEENNEELLIITTIIAANNDDAANNPPEENNGGAABBDDIIAANNMMAASSYYAARRAAKKAATT

    UUNNIIVVEERRSSIITTAASSWWIISSNNUUWWAARRDDHHAANNAAMMAALLAANNGG

    DAFTAR ISI

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad

    2

    DAFTAR ISI ................................................................................................................... 1

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... 2

    ABSTRAK ...................................................................................................................... 3

    PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4

    DASAR TEORI ............................................................................................................... 7

    METODE PENELITIAN ................................................................................................ 22

    HASIL PENELITIAN ...................................................................................................... 32

    KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 36

    PUSTAKA .................................................................................................................... 38

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad

    3

    LEMBAR PENGESAHAN

    Judul : HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIFDENGAN INTENSI TURNOVERPADA KARYAWAN

    BANK JATIM

    STUDI KASUS KANTOR CABANG MALANG

    SKIM : Penelitian Mandiri Fakultas

    Ketua

    Nama : Alfedro Putut P.,S.Psi, M.Si

    NIDN : 0722047702

    Unit : Fakultas Psikologi

    Alamat : Jl Danau Sentani 99 MalangTelp/HP: 0341-723720

    Anggota 1

    Nama : -

    NIDN : -

    Unit : -Anggota 2

    Nama : -

    NIDN : -

    Unit : -

    Malang, 9 November 2010

    Mengetahui Ketua Peneliti

    Dekan Fakultas Psikologi

    Drs.Psi. H. Amir Hasan Ramli, M.Si Alfedro Putut P, S.Psi., M.Si

    Ketua LPPM

    Dr.Eny Dyah Yuniwati., SP, MP

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad

    4

    ABSTRAK

    Kurang terpenuhinya kebutuhan karyawan dapat mengarahkan karyawan melakukan turnover.Turnover merupakan penarikan diri atau keluarnya seorang karyawan dari perusahaan dimana karyawan

    akan berhenti secara permanen dari pekerjaannya. Turnovermenjadi masalah yang cukup mengganggu dan

    harus mendapatkan perhatian yang cukup besar dari perusahaan, karena turnoverdianggap merugikan bagi

    organisasi kerja atau perusahaan dan juga karena biaya yang dikeluarkan akibat turnover sangat mahal.

    Perusahaan dalam usaha untuk mempertahankan dan memuaskan karyawan seringkali melakukan

    pendekatan ekonomis semata, berupa gaji tinggi, bonus, atau insentif ekonomis lainnya, namun dalam

    kenyataannya karyawan tersebut masih tetap meninggalkan perusahaan, karena ada faktor lain yang

    membuat karyawan merasa nyaman bekerja di perusahaan tersebut. Perusahaan harus menyadari bahwa

    karyawan merupakan manusia yang juga memiliki kebutuhan yang sifatnya non-materiil, yaitu kebutuhan

    sosial. Kebutuhan sosial ini hanya dapat diperoleh melalui komunikasi yang efektif antar karyawan, maupun

    antara pihak menajemen dengan karyawan. Komunikasi efektif merupakan komunikasi dua arah yang

    mengandung aspek-aspek saling berbalas, terbuka, interaktif dan seimbang di antara dua orang atau lebihpeserta komunikasi. Komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu pengertian,

    kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan sosial yang makin baik dan tindakan pada peserta komunikasi.

    Komunikasi yang efektif merupakan salah satu aspek yang menentukan terjalinnya hubungan sosial yang

    baik antar individu. Hubungan sosial yang menyenangkan mengarah pada terciptanya kondisi psikologis

    kerja yang menyenangkan dan menggairahkan. Hal ini dapat membuat lingkungan sosial dalam perusahaan

    nyaman dan dengan gaji yang layak, karyawan merasa betah bekerja dalam perusahaan tersebut. Oleh

    karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh hubungan antara komunikasi efektif dengan

    intensi turnoverpada karyawan Bank Jatim Kantor Cabang. Sampel yang diambil sebanyak 33 orang, dengan

    menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penskalaan

    model summated rating yang telah dimodifikasi dengan menghilangkan pilihan jawaban Entah . Untuk

    menghitung validitas skalakomunikasi efektif dan skala intensi turnover digunakan teknik korelasi product

    moment dengan bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni

    Pamardiningsih versi IBM/IN. Untuk skala komunikasi efektifdari 40 aitem yang ada didapat 31 aitem yang

    sahih dan 9 aitem yang gugur, dimana aitem yang sahih memiliki nilai rbtberkisar antara 0,295-0,847. Untuk

    skala intensi turnover dari 46 aitem yang ada didapat 44 aitem yang sahih dan 2 aitem yang gugur, dimana

    aitem yang sahih memiliki nilai rbt berkisar antara 0,325-0,940. Metode yang digunakan peneliti untuk

    menghitung reliabilitas adalah teknik Hoyt dengan bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000)

    edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih versi IBM/IN, dari perhitungan reliabilitas skala komunikasi

    efektif diperoleh nilai rtt berkisar antara 0,755-0,874; p = 0,000, sehingga dalam penelitian ini skala

    komunikasi efektif dapat dinyatakan andal atau reliabel. Untuk skala intensi turnover diperoleh nilai rtt

    berkisar antara 0,929-0,947; p = 0,000, sehingga dalam penelitian ini skala intensi turnoverdapat dinyatakan

    andal atau reliabel. Uji analisis data dengan menggunakan korelasi product moment dengan bantuan

    komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih versi IBM/IN,

    menghasilkan rxy= -0,414; p = 0,016; p

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad

    5

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangSurvei Global Strategic Rewards pada tahun 2007/2008 juga menemukan

    tingkat turnover alias masuk-keluar karyawan untuk posisi-posisi penting (level

    manajerial dan di atasnya) pada perusahaan-perusahaan di Indonesia di industri

    perbankan antara 6,3 persen - 7,5 persen. Sementara, pada industri umumnya hanya

    berkisar antara 0,1 persen - 0,74 persen, sedangkan anggaran kenaikan gaji yang dimiliki

    oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah dua kali lipat perusahaan di Asia

    Pasifik.

    Majalah Marketingpada tahun 2008, mengacu pada hasil survei Global Strategic

    Rewards, mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia menghadapi

    masalah dalam mempertahankan karyawan yang berprestasi tinggi (top performingemployees), karyawan dengan keahlian khusus (critical skilled employees), dan karyawan

    berpotensi tinggi (high potential employees)

    (http://www.marketing.co.id/WebSite/DisplayOpinion.aspx?id=11).

    Hasil Survei Global Strategic Rewards pada tahun 2007/2008 tersebut menarik

    untuk diperhatikan, karena walaupun dengan tingkat kenaikan gaji yang jumlahnya dua

    kali lipat daripada perusahaan di Asia Pasifik, tingkat turnover karyawan terutama

    karyawan pada posisi-posisi penting pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di

    bidang perbankan di Indonesia lebih tinggi daripada tingkat turnover karyawan di

    perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang lain. Fakta bahwa dengan insentif

    ekonomis yang menggiurkan, karyawan tetap melakukan turnover, mengindikasikan

    adanya faktor lain yang berhubungan dengan turnoverkaryawan selain faktor ekonomis.

    Bank Jatim sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perbankan

    patut memperhatikan fenomena ini, karena walaupun karyawan telah diberikan gaji

    yang memadai dengan tingkat kenaikan gaji yang cukup besar, turnover karyawan tetap

    saja bisa terjadi. Keluarnya karyawan dari perusahaan tentu saja akan merugikan

    perusahaan, baik dari segi waktu, biaya, maupun pelaksanaan tugas-tugas atau program

    kerja, yang akhirnya akan menghambat pencapaian target kerja yang telah ditetapkan.

    Perusahaan dengan manajemen yang baik seharusnya menyadari bahwa hakikat

    karyawan sebagai manusia yang memiliki kebutuhan yang ingin dipenuhi. Manusia

    memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, sampai kepada usahauntuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya seperti

    kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.

    Hakikat manusia yang berperilaku untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya

    merupakan hal yang tidak terhindarkan. Mau tidak mau perusahaan harus bisa

    memberikan kesempatan bagi karyawannya untuk memenuhi kebutuhan-

    kebutuhannya. Kurangnya perhatian terhadap kebutuhan dan keinginan karyawan akan

    memberikan dampak yang buruk bagi perusahaan itu sendiri, baik dalam jangka

    panjang, maupun jangka pendek.

    Tuntutan persaingan ekonomi menyebabkan perusahaan yang ingin bertahan

    dalam persaingan ini menuntut karyawannya untuk dapat memberikan kontribusi

    http://www.marketing.co.id/WebSite/DisplayOpinion.aspx?id=11http://www.marketing.co.id/WebSite/DisplayOpinion.aspx?id=11http://www.marketing.co.id/WebSite/DisplayOpinion.aspx?id=11http://www.marketing.co.id/WebSite/DisplayOpinion.aspx?id=11
  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad

    6

    maksimal bagi perusahaan tempatnya bekerja. Tuntutan perusahaan terhadap

    karyawannya inilah yang terkadang membuat perusahaan kurang memperhatikan

    kebutuhan dan keinginan karyawan, sehingga karyawan merasa tidak nyaman.

    Ketidaknyamanan dalam bekerja yang terjadi dapat menimbulkan hal-hal yang

    berakibat buruk bagi perusahaan dan karyawan yang bersangkutan. Antara lain yang

    terjadi adalah tingginya tingkat turnoverdi perusahaan tesebut.

    Menurut Shapero, Davis & Newstrom, dalam Triana (2003), turnover menjadi

    masalah yang cukup mengganggu dan harus mendapatkan perhatian yang cukup besar

    dari perusahaan, karena turnover dianggap merugikan bagi organisasi kerja atau

    perusahaan dan juga karena biaya yang dikeluarkan akibat turnoversangat mahal.

    WellPoint Inc., salah satu perusahaan asuransi kesehatan terbesar di Amerika

    Serikat, sebelum tahun 1998, menderita kerugian 60 juta dolar per tahun akibattingginya tingkat turnover (http://www.ebizzasia.com/0423-

    2006/enterprise,0432,02.html).

    Kompas Cyber Media (2007) merilis hasil survei Global Strategic Rewards

    2007/2008 yang dilakukan Watson Wyatt yang menemukan bahwa turnoverkaryawan

    ini sudah menjadi masalah perusahaan-perusahaan di Indonesia, karena yang sering

    terjadi adalah karyawan berprestasi tinggilah yang gampang berpindah perusahaan. Hal

    ini memberikan dampak yang buruk pada perusahaan karena karyawan berprestasi

    tinggi bukanlah hal yang mudah didapat.

    Perilaku turnover karyawan seringkali berarti hilangnya orang-orang yang

    keluarnya tidak diinginkan perusahaan. Sebuah studi yang meliputi 900 karyawan yang

    mengajukan permohonan berhenti dari pekerjaannya, mendapatkan bahwa 92 persen

    karyawan memiliki kinerja yang memuaskan atau lebih baik dari atasannya (Robbinson,

    2001).

    Tingginya tingkat turnoverdalam perusahaan jelas sangat merugikan, terutama

    jika karyawan yang meninggalkan perusahaan adalah orang yang cukup potensial untuk

    dipertahankan dalam perusahaan.

    Kehilangan karyawan dengan karakteristik di atas merupakan kerugian besar

    bagi perusahaan, karena lebih sering menimbulkan masalah daripada memberi manfaat

    bagi perusahaan, dan tidak mudah mencari pengganti yang memiliki kompetensi ataukeahlian yang sama atau lebih baik.

    Perusahaan yang baik tahu bagaimana cara menghargai karyawan dan

    memperlakukan karyawan sebagai manusia yang memiliki kebutuhan dan selalu

    mempunyai hasrat untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Dengan catatan bahwa

    karyawan tersebut benar-benar memiliki kontribusi yang nyata bagi perusahaan.

    Pemberian insentif ekonomis yang besar merupakan cara yang umum dipakai

    oleh perusahaan untuk mempertahankan karyawan, terutama karyawan pada tingkat

    manajerial.

    http://www.ebizzasia.com/0423-2006/enterprise,0432,02.htmlhttp://www.ebizzasia.com/0423-2006/enterprise,0432,02.htmlhttp://www.ebizzasia.com/0423-2006/enterprise,0432,02.htmlhttp://www.ebizzasia.com/0423-2006/enterprise,0432,02.htmlhttp://www.ebizzasia.com/0423-2006/enterprise,0432,02.htmlhttp://www.ebizzasia.com/0423-2006/enterprise,0432,02.html
  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad

    7

    Banyak perusahaan yang menganggap bahwa cara yang tepat untuk menarik,

    memuaskan, dan mempertahankan karyawan adalah memberikan gaji yang tinggi,

    bonus yang memadai, hak memiliki saham dan berbagai insentif lainnya. Namunkenyataannya, walaupun karyawan tersebut pada mulanya sudah melalui tahap

    rekruitmen yang teliti dan telah diberi kompensasi yang memadai masih juga

    meninggalkan perusahaan, karena masih merasa tidak nyaman dalam bekerja.

    Ketidaknyamanan dalam bekerja bukan hanya disebabkan oleh sifat dari

    pekerjaan, tapi lebih banyak disebabkan oleh situasi lingkungan pekerjaan dan konteks

    sosialnya (Kartono, 2002).

    Sejalan dengan hal di atas, menurut Bertha (2009), perusahaan harus

    memahami bahwa hubungan antara sesama karyawan di sebuah organisasi lebih

    berfokus pada aspekaspek manusiawi, sehingga hal tersebut tidak sepenuhnya sama

    dengan hubungan industrial. Hubungan industrial lebih menekankan pada besar kecilnya

    upah dan berbagai kondisi atau fasilitas kerja. Akan tetapi, di antara keduanya terdapat

    hubungan yang erat, mengingat hubungan industrial juga sangat dipengaruhi oleh

    efektif tidaknya komunikasi di kalangan karyawan maupun antara karyawan dengan

    pihak manajemen.

    Perlu diingat bahwa organisasi adalah sekelompok masyarakat yang saling

    bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan komunikasi adalah perekat

    yang memungkinkan kelompok masyarakat tersebut secara bersama-sama melakukan

    fungsinya dengan baik (Purwanto, 2006).

    Menurut Rakhmat (2004), komunikasi adalah peristiwa sosial, yaitu peristiwayang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Sebagai akibatnya,

    proses komunikasi akan mempengaruhi kondisi psikologis orang-orang yang terlibat

    dalam proses komunikasi tersebut.

    Proses komunikasi buruk, seperti penggunaan bahasa yang agresif atau intonasi

    suara yang tidak sesuai dengan isi pesan yang disampaikan dapat menyebabkan

    terjadinya kesalahan persepsi terhadap maksud dari isi pesan dan dapat menimbulkan

    persepsi yang negatif pada peserta komunikasi, seperti perasaan tidak dihargai, bahkan

    direndahkan. Hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman pada karyawan dan bila

    terjadi terus menerus dapat membuat lingkungan sosial dalam perusahaan menjadi

    buruk pula.dan dapat membuat karyawan memutuskan untuk meninggalkan

    perusahaan.

    Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam dinamika suatu

    perusahaan, karena komunikasi digunakan untuk menyampaikan berbagai informasi

    antar individu dalam perusahaan dan membantu menghubungkan sekelompok anggota

    dalam organisasi yang terpisah dari anggota lainnya (Purwanto, 2006). Perusahaan

    sendiri pada dasarnya adalah kelompok yang terdiri dari individu-individu yang saling

    melakukan kerjasama antara mereka untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai sebuah

    kelompok yang terdiri dari individu-individu yang saling bekerjasama, komunikasi yang

    efektif merupakan hal yang wajib terjadi.

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pa

    8

    Komunikasi merupakan faktor penting bagi perusahaan, karena tanpa adanya

    komunikasi yang efektif, kegiatan perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Melalui

    komunikasi, diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi yang baik dan salingpengertian di antara orangorang yang terlibat dalam kegiatan tersebut (Bertha, 2009).

    Menurut Bertha (2009), jika perusahaan memiliki dan melakukan komitmen

    untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan karyawan maka sejumlah

    keuntungankeuntungan penting dapat dicapai. Komunikasi yang efektif akan

    menghasilkan kepuasan dan produktivitas karyawan, perbaikan pencapaian hasil karya

    dan tujuan perusahaan.

    Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, dalam

    Rakhmat (2004), paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu pengertian, kesenangan,

    pengaruh pada sikap, hubungan sosial yang makin baik dan tindakan.

    Menurut Rakhmat (2004), komunikasi yang efektif adalah bila pertemuan

    komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Lebih lanjut Rakhmat

    menjelaskan, bahwa terjadinya komunikasi yang buruk membuat seseorang merasa

    tidak nyaman dan ingin segera mengakhiri proses komunikasi. Respon menghindari atau

    mengacuhkan hal-hal yang tidak menyenangkan, termasuk proses komunikasi yang

    buruk merupakan hal yang wajar terjadi, namun bukanlah hal yang diharapkan terjadi

    dalam sebuah perusahaan, di mana setiap karyawannya harus mampu melakukan

    kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama.

    Komunikasi yang efektif merupakan salah satu aspek yang menentukan

    terjalinnya hubungan sosial yang baik antar individu (Soekanto, 2000). Hubungan sosialyang menyenangkan mengarah pada terciptanya kondisi psikologis kerja yang

    menyenangkan dan menggairahkan. Hal ini dapat membuat lingkungan sosial dalam

    perusahaan nyaman dan dengan gaji yang layak, karyawan merasa betah bekerja dalam

    perusahaan tersebut.

    Kartono (2002), menegaskan bahwa sekalipun perusahaan memberikan upah

    yang sangat tinggi, kondisi kerja yang baik, dan pensiun yang cukup, fasilitas materiil ini

    tidak akan mencukupi, karena karyawan akan bersedia terus bekerja di perusahaan itu

    apabila kebutuhan mereka sebagai manusia seutuhnya bisa terpenuhi, terutama

    kebutuhan sosialnya, seperti fenomena turnover yang diungkap dalam survei Global

    Strategic Rewards 2007/2008 oleh Watson Wyatt yang menunjukkan persentase

    turnoverpada industri perbankan di Indonesia jauh lebih besar daripada industri-industri

    lain, sedangkan anggaran kenaikan gaji yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan di

    Indonesia adalah dua kali lipat perusahaan di Asia Pasifik.

    Bank Jatim sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan tidak

    lepas dari fenomena turnover. Terjadinya turnoverakan sangat merugikan Bank Jatim,

    terutama apabila karyawan yang keluar adalah karyawan dengan prestasi, maupun

    kinerja yang baik.

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad

    9

    DASAR TEORI

    A. Sejarah Bank JatimBank Pembangunan Daerah Jawa Timur, yang dikenal dengan sebutan Bank

    JATIM, didirikan pada tanggal 17 Agustus 1961 di Surabaya. Landasan hukum pendirian

    adalah Akte Notaris Anwar Mahajudin Nomor 91 tanggal 17 Agustus 1961 dan

    dilengkapi dengan landasan operasional Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor

    BUM.9-4-5 tanggal 15 Agustus 1961.

    Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang

    Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

    1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, pada tahun 1967 dilakukan penyempurnaan

    melalui Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 2 Tahun 1976

    yang menyangkut Status Bank Pembangunan Daerah dari bentuk Perseroan Terbatas(PT) menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

    Secara operasional dan seiring dengan perkembangannya, maka pada tahun

    1990 Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur meningkatkan statusnya dari Bank Umum

    menjadi Bank Umum Devisa, hal ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Bank Indonesia

    Nomor 23/28/KEP/DIR tanggal 2 Agustus 1990.

    Untuk memperkuat permodalan, maka pada tahun 1994 dilakukan perubahan

    terhadap Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1992 tanggal 28 Desember 1992 menjadi

    Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 26 Tahun 1994 tanggal

    29 Desember 1994 yaitu merubah Struktur Permodalan/Kepemilikan dengan

    diijinkannya Modal Saham dari Pihak Ketiga sebagai salah satu unsur kepemilikandengan komposisi maksimal 30%.

    Dalam rangka mempertahankan eksistensi dan mengimbangi tuntutan

    perbankan saat itu, maka sesuai dengan Rapat Umum Pemegang Saham Tahun Buku

    1997 telah disetujui perubahan bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah

    menjadi Perseroan Terbatas. Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri

    Nomor 1 Tahun 1998 tentang Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah, maka

    pada tanggal 20 Maret 1999 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Daerah

    Tingkat I Jawa Timur telah mensahkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1999 tentang

    Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur dari Perusahaan

    Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur.

    Sesuai dengan Akte Notaris R. Sonny Hidayat Yulistyo, S.H. Nomor 1

    tanggal 1 Mei 1999 yang telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri

    Kehakiman Nomor C2-8227.HT.01.01.Th tanggal 5 Mei 1999 dan telah

    diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 25 Mei 1999 Nomor

    42 Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 3008, selanjutnya secara

    resmi menjadi PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur.

    Salah satu cabang dari Bank Jatim adalah Bank Jatim Cabang Malang.

    Bank Jatim Cabang Malang diresmikan pada tanggal 25 Maret 1996. Bank Jatim

    Cabang Malang mempunyai 2 kantor cabang pembantu dan 11 kantor kas

    (http://www.bankjatim.co.id/index.php?show=static&showview=profil).

    http://www.bankjatim.co.id/index.php?show=static&showview=profilhttp://www.bankjatim.co.id/index.php?show=static&showview=profilhttp://www.bankjatim.co.id/index.php?show=static&showview=profilhttp://www.bankjatim.co.id/index.php?show=static&showview=profil
  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    10

    B. Intensi Turnover1. Pengertian Turnover

    Secara umum turnover adalah kesediaan karyawan untuk meninggalkan suatuorganisasi kerja dan berpindah kerja ke organisasi kerja lainnya.

    Morhead dan Griffin (1998) mendefinisikan turnover sebagai penghentian

    secara permanen seseorang dari pekerjaannya di suatu organisasi kerja.

    Sedangkan menurut Glueck, Sherman dan Bohlander, dalam Triana (2003),

    turnoveradalah pergerakan pekerja masuk dan keluar pada suatu organisasi kerja.

    Nankervis, Compton, dan McCarthy (1999) berpendapat bahwa turnover

    merupakan pergerakan karyawan dalam organisasi atau perusahaan yaitu perpindahan

    dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lainnya dalam perusahaan melalui transfer,

    promosi atau relokasi.

    Menurut Cascio (1998) turnover adalah berhentinya hubungan kerja secara

    permanen antara perusahaan dengan karyawannya.

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa turnover adalah penarikan diri atau keluarnya

    seorang karyawan dari perusahaan dimana karyawan akan berhenti secara permanen

    dari pekerjaannya. Menurut Mobley, dkk., (2000) turnover sebagai salah satu bentuk

    penarikan diri karyawan merupakan hak individu dalam menentukan pilihannya.

    Adapun proses terjadinya turnover pada karyawan digambarkan oleh

    Mobley, dkk., seperti pada gambar 1.

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    11

    Gambar 1.Proses keputusan turnoverpada karyawan (Mobley, dkk., 2000)

    Karyawan berdasarkan pengalamannya atas kepuasan atau

    ketidakpuasannya yang dirasakannya selama bekerja pada suatu perusahaan akan

    mengevaluasi pekerjaan yang dilakukannya. Masalah-masalah yang berhubungan

    dengan perilaku kerja seperti kemangkiran kerja dan perilaku pasif terhadap

    pekerjaannya akan muncul, apabila karyawan tersebut merasakan ketidakpuasan

    dalam bekerja. Permasalahan ini akan berlanjut dengan munculnya pemikiran

    untuk berhenti dari jabatannya dalam perusahaan.

    Karyawan kemudian akan mengevaluasi harapan-harapan yang ingin

    dicapainya, melihat kesempatan kerja yang ada di luar perusahaannya sekarang

    Evaluasi pada

    Pengalamanatas

    Berpikir untuk berhenti

    Evaluasi terhadapharapan, ada usaha

    Intensi untuk

    Mencari alternatif

    Mengevaluasi

    Membandingka

    Intensiuntuk

    Berhenti atau tinggal

    I

    A

    H

    G

    F

    E

    D

    C

    B

    J

    a. Format alternatifpengunduran diriseperti

    b. Hal-hal yg tidakberhubungan dengan

    eker aan se erti

    c. Banyaknya

    alternmatif ygtersedia da at

    d. Salah satu

    e.Dorongan

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    12

    dan memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang akan dialaminya bila

    berhenti dari pekerjaannya yang sekarang.

    Keinginan untuk mencari alternatif atau kesempatan kerja di luarperusahaannya yang sekarang dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak langsung

    berhubungan dengan pekerjaannya, seperti hubungan suami istri atau pengaruh

    dari lingkungan sosialnya.

    Karyawan akan mengevaluasi alternatif-alternatif yang ditemukannya

    tersebut untuk digunakan sebagai bahan perbandingan dengan pekerjaan yang

    sekarang dilakukannya. Banyaknya alternatif yang ditemukan akan menstimulasi

    karyawan dalam menentukan alternatif pekerjaan mana yang akan diambilnya.

    Hal tersebut akan berlanjut pada tahap dimana karyawan itu akan

    memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan yang dilakukannya sekarang atau tetap

    bekerja di perusahaannya sekarang. Pada tahap ini dalam diri karyawan sudah ada

    dorongan untuk berperilaku. Perilaku yang muncul kemudian dapat berupaberhenti dari pekerjaannya sekarang dan berpindah ke pekerjaan di perusahaan

    lain atau tetap bekerja di perusahaannya sekarang dengan menerima segala resiko

    telah yang dialami sebelumnya.

    2. Macam-macam TurnoverMenurut Robbins (1998) turnoverdibedakan menjadi dua tipe yaitu voluntary

    turnoverdan involuntary turnover. Voluntary turnovermerupakan pengunduran diri atas

    keinginan karyawan sendiri, sedangkan involuntary turnovermerupakan pemberhentian

    hubungan kerja karyawan oleh perusahaan. Walker (1998) memberikan istilah voluntary

    termination atau turnoveryang terjadi atas prakarsa karyawan sendiri dan involuntary

    terminationatau turnoveryang terjadi atas kehendak organisasi kerja.

    Menurut Wood (1998) turnoverdilihat dari fungsinya dibedakan menjadi 2 (dua)

    macam, yaitu fungsional dan disfungsional. Turnover fungsional dimaksud apabila

    keluarnya karyawan (secara sukarela) merupakan keuntungan bagi perusahaan.

    Misalnya karyawan yang keluar adalah karyawan yang tidak produktif atau tidak

    potensial atau perusahaan sedang dalam keadaan kesulitan ekonomi sehingga harus

    melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) sebagai salah satu langkah penghematan

    biaya. Merupakan keuntungan pula bila turnover digunakan sebagai kesempatan

    promosi ataupun mutasi bagi karyawan yang lain dalam perusahaan yang sama.

    Turnover dikatakan disfungsional apabila dengan keluarnya karyawan tersebut justru

    menyebabkan perusahaan mengalami kerugian, terutama bila yang keluar adalahkaryawan yang produktif dan berprestasi.

    Jackofsky dan Peters, dalam Triana (2003), membedakan turnover menjadi 2

    (dua), yaitu : job turnover dan company turnover. Job turnover apabila karyawan

    meninggalkan jabatannya saat ini, baik yang keluar dari perusahaan ataupun yang tidak,

    misalnya berganti jabatan. Mereka yang meninggalkan atau keluar dari perusahaan

    dimasukkan dalam golongan company turnover.

    Turnover yang dimaksud dalam penelitian ini adalah voluntary turnover, yang

    bersifat company turnoverdan disfungsional.

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    13

    3. Penyebab terjadinya TurnoverAda beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya turnover. Menurut

    Mobley (2000), ada 3 (tiga) variabel utama yang menyebabkan terjadinyaturnoverpada organisasi kerja, yaitu :

    1. Variabel EkonomiKeadaan ekonomi dapat disusun dalam suatu daftar indeks dengan berbagai

    cara yang mencakup tingkat pengangguran, laju lowongan kerja, produksi

    nasional bruto, neraca perdagangan dan laju inflasi.

    2. Variabel OrganisasiLaju turnoverlebih sering terjadi pada kelompok kerja pada tingkat yang lebih

    tinggi. Selain itu faktor rutinisasi tugas, kurangnya pertimbangan dari

    penyelia, banyaknya sentralisasi, kurangnya keterpaduan dan kurangnya

    komunikasi sangat berpengaruh dan berkaitan erat terhadap pengunduran diri

    karyawan.3. Variabel Individu

    a) Variabel demografik individu meliputi usia, masa kerja, jenis kelamin,pendidikan dan status perkawinan.

    b) Variabel pribadi meliputi kepribadian, minat, bakat dan kemampuan.c) Variabel terpadu meliputi kepuasan kerja, aspirasi dan harapan atas karir,

    keikatan pada organisasi, tekanan jiwa, harapan-harapan pada pekerjaan

    lain dan maksud keperilakuan.

    Watkins, dkk., dalam Triana (2003), menyatakan bahwa ada 3 (tiga) hal

    yang menyebabkan terjadinya turnover, yaitu :

    1. Penyebab pribadi (Personal causes)Terbagi atas 2 (dua), yaitu :

    a) Kondisi fisiologis, misalnya sakit dan kematian.b) Kondisi psikologis, misalnya keinginan untuk berkelana, watak yang

    buruk, ikatan keluarga, dan hasrat untuk peningkatan standar

    kehidupannya.

    2. Penyebab yang berhubungan dengan industri (Industrial causes)Terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu:

    a) Hal-hal yang menyebabkan kurangnya prosedur personalia, misalnyakekurangan metode pada proses rekrutmen, seleksi dan penempatan;

    kurangnya insentif finansial dan non-finansial; kondisi pekerjaan yang

    kurang menguntungkan; produksi yang tidak dapat diatur; manajemenyang bersifat otokrasi; dan kurangnya fasilitas-fasilitas training atau

    pelatihan.

    b) Kondisi umum dunia bisnis, termasuk perubahan yang terjadi padabanyaknya permintaan pelanggan, skala upah umum yang tidak sama dan

    perputaran bisnis.

    3. Kondisi sosial (Social condition causes)Terbagi atas faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan fasilitas

    transportasi, buruknya komunikasi, buruknya kondisi perumahan, dan

    kurangnya penyediaan fasilitas rekreasi.

    Menurut Muchinsky dan Tuttle, dalam Novliadi (2007), terjadinya

    turnoverpada karyawan lebih pada ketidakpuasan. Ketidakpuasan ini meliputi :

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    14

    1. Faktor individual, meliputi kebutuhan yang dimiliki, nilai yang dianut, sifatkepribadian.

    2. Faktor di luar individu yang berhubungan dengan pekerjaan, meliputi :a) Pekerjaan itu sendiri, termasuk tugas-tugas yang diberikan, variasi dalam

    pekerjaan, kesempatan untuk belajar dan banyaknya pekerjaan.

    b) Mutu pengawasan dan pengawas, termasuk di dalamnya hubungan antaraatasan dan bawahan, pengawasan kerja dan kualitas kerja.

    c) Rekan sekerja meliputi hubungan antar karyawan.d) Promosi berkaitan erat dengan masalah kenaikan pangkat atau jabatan,

    kesempatan untuk maju dan pengembangan karir.

    e) Gaji yang diterima, meliputi besarnya gaji, kesesuaian gaji denganpekerjaan.

    f) Kondisi kerja, meliputi jam kerja, waktu istirahat, lingkungan kerja,keamanan dan peralatan kerja.

    g) Perusahaan dan manajemen, berhubungan dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan, perhatian perusahaan kepada kepentingan

    karyawannya dan sistem penggajian.

    h) Keuntungan bekerja di perusahaan, seperti pensiun, jaminan kesehatan,cuti, THR dan tunjangan sosial lainnya.

    i) Pengakuan, seperti pujian atas pekerjaan yang telah dilakukan,penghargaan terhadap prestasi karyawan dan juga kritikan yang

    membangun.

    4. Pengertian IntensiMenurut Drever (1998) intensi adalah usaha yang disadari untuk mencapai

    tujuan atau sasaran yang didefinisikan secara jelas. Menurut Ancok (1997), intensi

    merupakan niat individu untuk melakukan suatu perilaku yang berkaitan erat

    dengan pengetahuannya tentang suatu hal, sikap terhadap hal tersebut dan dengan

    perilaku itu sendiri sebagai wujud nyata dari niatnya.

    Intensi dalam hal ini dipengaruhi oleh dua konsepsi utama yaitu pengaruh

    individu atau sikap terhadap tampak atau tidaknya perilaku dan persepsi

    perorangan terhadap pengaruh sosial atau tekanan normatif untuk tampak tidaknya

    suatu perilaku yang mengacu pada norma subjektif. Prestholdt, Lane, dan

    Mathews (dalam Novliadi, 2007) menyatakan bahwa intensi keperilakuan yang

    dimiliki seseorang untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan perilaku tertentu

    merupakan determinan awal dari perilaku sebenarnya. Oleh sebab itu muncul

    asumsi bahwa perilaku seseorang dapat diprediksi dari intensinya.

    Menurut Fishbein dan Ajzen, dalam Novliadi (2007), intensi merupakan

    variabel terdekat dengan perilaku nyata yang akan dilakukan seseorang.

    Fishbein dan Ajzen, Triana (2003), mengajukan teori pembentukan

    tingkah laku berdasarkan hubungan timbal balik antara keyakinan (belief), sikap

    (attitude), dan intensi (intention) pada individu. Keyakinan dikategorikan sebagai

    aspek kognitif yang melibatkan pengetahuan, pendapat dan pandangan individu

    terhadap obyek. Sikap dikategorikan sebagai aspek afektif yang mengarah pada

    perasaan individu terhadap suatu obyek serta evaluasi yang dilakukannya. Intensi

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    15

    dipandang sebagai komponen konasi dari sikap yang menunjukkan keinginan

    individu untuk bertingkah laku (behavioral intention) dan bertindak ketika

    berhadapan langsung dengan obyek. Ketiga ubahan ini akan membentuk tingkahlaku atau tindakan nyata. Secara skematis hubungan tersebut dapat dilihat pada

    gambar 2.

    g di

    Gambar 2. Kerangka konseptual untuk meramalkan suatu intensi atau perilaku

    tertentu (Fishbein dan Ajzen, dalam Novliadi, 2003)

    Keterangan :

    a. : pengaruh

    b. : umpan balik

    Keyakinan akan akibat perilaku A adalah komponen yang berisikan aspek

    pengetahuan tentang A yaitu akibat positif dan akibat negatif yang didapat bila

    subyek melakukan perilaku A. Makin banyak segi positif yang diperoleh subyek

    tentang akibat perilaku tersebut, maka makin positif sikap subyek terhadap

    perilaku tersebut.

    Keyakinan normatif akan akibat perilaku A adalah komponen pengetahuantentang A yang merupakan pandangan atau pendapat orang orang lain yang

    berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Individu dapat menerima atau

    menolak pengaruh-pengaruh terhadap pengaruh yang diterima oleh individu akan

    membentuk norma subyektif individu akan perilaku A. Jadi, norma subyektif

    tersebut berisikan keputusan yang dibuat individu setelah mempertimbangkan

    pandangan-pandangan orang yang mempengaruhi dirinya.

    Intensi seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap orang

    tersebut terhadap perilaku itu dan norma subyektif tentang perilaku itu, sedangkan

    norma subyektif muncul berdasarkan keyakinan normatif subyektif akan akibat

    perilaku dan keyakinan normatif akibat perilaku tersebut terbentuk dari umpan

    balik yang diberikan perilaku itu sendiri.

    Keyakinan akan

    akibat perilaku X

    Norma subyektif

    tentang perilaku X

    Keyakinan normatif

    akan akibat perilaku X

    Sikap terhadap

    perilaku X

    PerilakuIntensi untuk melakukan

    perilaku X

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    16

    Asumsinya, semakin favorable sikap seseorang terhadap obyek, maka

    semakin tinggi intensinya untuk melakukan perilaku yang positif terhadap obyek

    tersebut dan semakin rendah intensinya untuk berperilaku negatif, sehingga jikaintensi merupakan prediktor tunggal terbaik bagi perilaku yang akan dilakukan

    individu, maka intensi turnoverakan menjadi prediktor terbaik terhadap perilaku

    turnoverkaryawan.

    Hal di atas jika dikaitkan dengan turnover, maka keyakinan akan akibat

    perilaku turnover adalah komponen yang berisikan aspek pengetahuan tentang

    turnover yaitu akibat positif dan akibat negatif yang didapat bila seorang

    karyawan melakukan perilaku turnover. Makin banyak segi positif yang

    diperoleh karyawan tersebut tentang akibat melakukan turnover, maka makin

    positif sikap karyawan terhadap perilaku tersebut. Keyakinan normatif akan akibat

    perilaku turnover adalah komponen pengetahuan tentang turnover yang

    merupakan pandangan atau pendapat orang orang lain yang berpengaruh terhadapkehidupan karyawan tersebut. Individu dapat menerima atau menolak pengaruh-

    pengaruh terhadap pengaruh yang diterima oleh individu akan membentuk norma

    subyektif individu akan perilaku turnover. Jadi, norma subyektif tersebut

    berisikan keputusan yang dibuat individu setelah mempertimbangkan pandangan-

    pandangan orang yang mempengaruhi dirinya.

    Mobley, dkk. (2000), menerangkan bahwa dalam tinjauan dan analisis

    proses turnover, ada dua macam intensi yang perlu diperhatikan, yaitu intention to

    search danintention to quit. Intensi untuk mencari alternatif kerja di tempat lain

    dan perilaku mencari itu sendiri akan mendahului intensi untuk mengundurkan

    diri dan turnover.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa intensi turnover adalah

    komponen konatif dari karyawan yang menjadi prediktor terhadap perilaku turnover.

    5. Aspek-aspek Intensi TurnoverMenurut Mobley (2000), intensi turnoverterdiri dari 3 aspek, yaitu :

    a. Berpikir untuk keluar atau mengundurkan diri (thinking of quitting).Karyawan memiliki beberapa pikiran untuk berhenti dari pekerjaannya

    pada perusahaan dan menarik diri dari perusahaan. Hal lain yang akan

    dilakukan karyawan seperti membanding-bandingkan apa yang diperoleh diperusahaan ini dengan apa yang diperoleh oleh teman di perusahaan yang

    lain.

    b. Intensi untuk mencari alternatif pekerjaan lain ( intention to search).Karyawan melakukan usaha-usaha seperti melihat-lihat lowongan

    pekerjaan melalui berbagai media informasi yang tersedia ataupunmenanyakan informasi lowongan pekerjaan di luar perusahaan tempatnya

    bekerja.

    c. Intensi untuk keluar atau mengundurkan diri (intention to quit).Karyawan mulai menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang menunjukkan

    keinginannya untuk keluar dari perusahaan. Misalnya memiliki niat untuk

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    17

    mengundurkan diri dan mulai dapat memastikan bahwa dirinya akan berhenti dari

    perusahaan.

    6. Pengukuran Intensi TurnoverFishbein dan Ajzen, dalam Novliadi (2007), menyatakan bahwa pengukuran

    intensi dapat secara langsung maupun tidak langsung. Pendekatan pengukuran intensi

    secara langsung dilakukan melalui pertanyaan yang diajukan langsung kepada individu

    apakah ia akan melakukan suatu perilaku tertentu atau tidak, bertitik tolak dari penilaian

    tunggal yaitu: ya-tidak atau mau-tidak mau. Sebaliknya, pengukuran intensi secara tidak

    langsung dapat dilakukan dengan menggunakan skala yang bertitik tolak pada model

    pilihan jawaban dari sangat sesuai sampai sangat tidak sesuai terhadap perilaku

    tertentu.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan pengukuran intensi turnover tidak

    langsung, yaitu dengan menggunakan skala yang bertitik tolak pada model pilihan

    jawaban dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap perilaku turnover.

    C. Komunikasi Efektif1. Pengertian Komunikasi Efektif

    Hovland, Janis dan Kelly, dalam Rakhmat (2004), mendefinisikan komunikasi

    sebagai the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli

    (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience) yang dapat

    diterjemahkan sebagai suatu proses dimana seorang individu yang beperan sebagai

    komunikator (pemberi pesan) mengirimkan stimuli yang biasanya berupa lambang-

    lambang verbal untuk mengubah perilaku individu lain (penerima pesan).

    Dance, dalam Rakhmat (2004), mengartikan komunikasi sebagai usaha

    menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal, ketika lambang-lambang verbal

    tersebut berfungsi sebagai stimuli.

    Raymond S. Ross, dalam Rakhmat (2004), mendefinisikan komunikasi sebagai a

    transactional process involving cognitive sorting, selecting and sharing of symbols in

    such a way to help another elicit from his own experiences a meaning or responses

    similar to that intended by the source yang dapat diterjemahkan sebagai proses

    transaksional yang meliputi pemisahan, pemilihan dan pengungkapan secara kognitif

    simbol-simbol sedemikian rupa untuk membantu orang lain menarik kesimpulan

    berdasarkan pengalaman-pengalamannya sendiri atau untuk memberikan respon-

    respon yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh sumbernya.

    Cooley, dalam Kurniawan (2006), mendefinisikan komunikasi sebagai

    mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antara manusia, melalui simbol-

    simbol pesan yang merupakan representasi ide-ide pengalaman, perasaan dan emosi.

    Seiler, dalam Kurniawan (2006) mendefinisikan komunikasi sebagai proses

    dimana simbol-simbol dikirimkan, diterima dan diberi arti untuk kemudian ditanggapi.

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad

    18

    Menurut Davis, komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan

    pengertian dari satu orang ke orang lain. (http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-

    KOMUNIKASI(revJan'03).doc).

    Komunikasi dapat disimpulkan sebagai proses penyampaian pesan dari individu

    satu kepada individu lain melalui media tertentu untuk tujuan tertentu dengan

    mengharapkan umpan balik.

    Menurut Johnson & Johnson, dalam Kurniawan (2006), komunikasi yang efektif

    adalah komunikasi dua arah yang saling berbalas (reciprocity), terbuka dan interaktif

    dalam kepentingan komunikasi.

    James, dalam Kurniawan (2006), menyatakan bahwa komunikasi efektif adalah

    proses komunikasi dua arah yang seimbang di antara peserta komunikasi.

    Two-way communication as a balance process trought communication both of

    sender and receiver.

    Komunikasi efektif dalam penelitian ini adalah komunikasi dua arah yang

    mengandung aspek-aspek saling berbalas, terbuka, interaktif dan seimbang di antara

    dua orang atau lebih peserta komunikasi.

    2. Pola Komunikasi dalam PerusahaanMenurut Purwanto (2006), komunikasi yang terjadi dalam organisasi atau

    perusahaan pada dasarnya merupakan komunikasi antarpribadi atau lebih dikenaldengan komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi berlangsung antara seseorang

    dengan orang lain dengan menggunakan media tertentu untuk mencapai tujuan

    tertentu.

    Goldhaber, dalam Kurniawan (2006), mendefinisikan bahwa komunikasi dalam

    perusahaan sebagai proses saling bertukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang

    saling tergantung antara satu dengan yang lainnya untuk mengatasi lingkungan yang ada

    dalam perusahaan.

    Menurut Redding, ada tiga alasan pentingnya komunikasi dalam perusahaan

    dilakukan, yaitu untuk pelaksanaan tugas-tugas, untuk pemeliharaan hubungan kerja

    dan untuk kemanusiaan.

    Pendekatan yang dipakai antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain

    dalam menjalankan komunikasi dapat bervariasi. Pada perusahaan yang berskala kecil

    yang memiliki beberapa karyawan, komunikasi dapat dilakukan secara langsung dengan

    tatap muka di antara karyawan. Lain halnya dengan perusahaan besar yang memiliki

    ratusan, bahkan ribuan karyawan, proses komunikasi tidak dapat selalu dilakukan secara

    langsung dengan tatap muka (Purwanto, 2006).

    Menurut Purwanto (2006), pola komunikasi yang terjadi dalam suatu

    perusahaan dapat dibedakan menjadi dua saluran, yaitu :

    http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc)http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc)http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc)http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc)http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc)http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc)
  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    19

    a.Saluran komunikasi formalSaluran komunikasi formal berkaitan dengan proses penyampaian informasi dari

    atasan ke bawahannya, maupun dari bawahan ke atasannya yang berkaitan langsungdengan pelaksanaan tugas-tugas dan menjaga hubungan kerja tetap berlangsung

    dengan baik. Pola transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi ke bawah,

    komunikasi ke atas, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal, sebagai berikut :

    1. Komunikasi ke bawahKomunikasi ke bawah merupakan bentuk komunikasi yang

    menyampaikan informasi dari tingkat hirarki yang lebih tinggi ke tingkat hirarki

    yang lebih rendah sesuai dengan posisi individu dalam struktur perusahaan.

    Menurut Katz dan Kahn, dalam Purwanto (2006), komunikasi ke bawah

    mempunyai lima tujuan, yaitu memberikan instruksi kerja tertentu, memberikan

    informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilakukan, memberikan informasi

    tentang prosedur dan praktek organisasional, memberikan umpan balik

    pelaksanaan kerja pada karyawan dan menyajikan informasi mengenai aspek

    ideologi dalam membantu perusahaan menanamkan pengertian tentang tujuan

    yang ingin dicapai.

    2. Komunikasi ke atasKomunikasi ke atas merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan

    informasi dari tingkat hirarki yang lebih rendah ke tingkat hirarki yang lebih tinggi

    sesuai dengan posisi individu dalam struktur perusahaan. Jenis komunikasi ini

    biasanya mencakup 1) kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan, yaitu hal-hal

    yang terjadi dalam pelaksanaan tugas, pencapaian yang telah dicapai danmasalah lain yang serupa; 2) masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan

    pertanyaan yang belum terjawab; 3) berbagai gagasan dan saran-saran perbaikan;

    4) perasaan yang berkaitan dengan perusahaan, pekerjaan itu sendiri dan

    masalah lain yang serupa.

    Komunikasi ke atas penting untuk memberikan pihak manajemen

    umpan balik yang diperlukan mengenai semangat kerja dan kemungkinan

    munculnya ketidakpuasan. Komunikasi ini juga membuat bawahan mempunyai

    rasa memiliki dan merasa dirinya merupakan bagian dari perusahaan.

    3. Komunikasi horizontalKomunikasi horizontal atau sering disebut dengan istilah komunikasi

    lateral adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi

    sederajat/sejajar dalam struktur perusahaan. Tujuan komunikasi horizontal

    antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberikan informasi

    kepada bagian atau departemen yang memiliki posisi sejajar. Komunikasi

    horizontal bersifat koordinatif di antara mereka yang memiliki posisi sejajar, baik

    dalam satu bagian atau departemen maupun di antara beberapa departemen

    yang berbeda.

    Komunikasi horizontal menjadi penting jika setiap bagian atau

    departemen dalam perusahaan memiliki tingkat ketergantungan yang cukup

    tinggi.

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    20

    4. Komunikasi diagonalKomunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua tingkat bagian

    yang berbeda dalam perusahaan. Contohnya, komunikasi formal antara manajerproduksi dengan karyawan bagian akuntansi. Keuntungan bentuk komunikasi

    diagonal adalah penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat daripada bentuk

    komunikasi konvensional dan memungkinkan individu dari berbagai bagian ikut

    membantu menyelesaikan masalah dalam perusahaan.

    b.Saluran komunikasi informalSaluran komunikasi informal memfasilitasi individu-individu yang berada dalam

    suatu perusahaan untuk melakukan komunikasi secara fleksibel, tanpa terlalu

    memperhatikan jenjang hirarki, jabatan, dan pangkat. Hal-hal yang diperbincangkan

    tidak hanya hal-hal yang tidak langsung berhubungan dengan pekerjaan, seperti

    lelucon yang baru didengar, keluarga, olahraga, musik, tetapi juga hal-hal yangberkaitan dengan situasi kerja yang ada dalam perusahaannya.

    3. Aspek-aspek Komunikasi EfektifMenurut Johnson & Johnson, dalam Kurniawan (2006), komunikasi yang efektif

    adalah komunikasi dua arah yang saling berbalas (reciprocity), terbuka dan interaktif

    dalam kepentingan komunikasi, sedangkan James, dalam Kurniawan (2006),

    menyatakan bahwa komunikasi efektif adalah proses komunikasi dua arah yang

    seimbang di antara peserta komunikasi. Keempat aspek komunikasi efektif tersebut

    dapat dijelaskan sebagai berikut :

    1. Saling berbalas (reciprocity)Komunikasi yang saling berbalas memiliki pengertian bahwa pihak-pihak yang

    terlibat dalam proses komunikasi dapat saling berbalas dalam menerima atau

    mengirim stimulus komunikasi.

    2. TerbukaKomunikasi yang terbuka memiliki pengertian bahwa peserta komunikasi

    mempunyai kemauan untuk menyampaikan klarifikasi atas materi pesan yang

    disampaikan atau diterima dengan transparan sehingga dalam komunikasi tersebut

    menjadi terbuka bagi masing-masing pihak atas pesan-pesan komunikasi.

    3. InteraktifKomunikasi yang interaktif memiliki pengertian, membuat suasana komunikasi

    yang mampu menciptakan pola hubungan komunikasi yang menyenangkan di antara

    peserta komunikasi.

    4. SeimbangKomunikasi efektif memungkinkan peserta komunikasi saling memiliki

    kedudukan yang seimbang dalam berkomunikasi, dalam pengolahan materi pesan,

    serta dalam jalur komunikasi yang berlangsung. Proses komunikasi sendiri menjadi

    proses yang dinamis tanpa adanya dominasi dan subordinasi yang timpang.

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    21

    4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi EfektifAda tiga faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi efektif, yaitu filtering,

    censoringdan exaggeration(Gaines, dalam Kurniawan, 2006).

    a.FilteringFiltering adalah penyampaian kandungan atau isi pesan secara selektif. Ada

    beberapa bagian dari isi pesan yang seharusnya disampaikan, justru tidak

    disampaikan. Pada komunikasi ke bawah, filtering ini sering digunakan oleh para

    manajer dan pengawas yang mereka pikir tidak penting untuk menyampaikan isi

    pesan tersebut pada bawahannya. Pada komunikasi ke atas, pemotongan pesan ini

    terjadi apabila ada bagian-bagian dari pesan tersebut yang mereka pikir tidak disukai

    oleh atasannya. Pada komunikasi horizontal, pemotongan pesan dilakukan karena isi

    pesan tersebut dinilai tidak bermanfaat bagi rekannya.

    b.CensoringCensoring adalah memilih pesan untuk disampaikan kepada orang lain untuk

    maksud tertentu. Censoring bertujuan untuk mengurangi kelalaian dalam

    mengirimkan pesan pada penerima. Pada saatfilteringlalai dalam berbagai aspek dari

    isi pesan, dalam censoring pilihan yang dibuat oleh filtering tidak dikirimkan.

    Censoring terjadi apabila pengirim mengerti dan sangat percaya bahwa kata-kata

    yang dikirimkan tidak dimengerti atau dianggap penting oleh penerima. Censoringini

    sering terjadi dalam hubungan komunikasi dari atas ke bawah dalam satu perusahaan

    besar (Davis, dalam Kurniawan, 2006).

    c. ExaggerationExaggeration adalah penyimpangan komunikasi dimana komunikasi itu dibuat

    menjadi rumit, banyak prasangka atau meminimalisasi bagian dalam pesan. Orang-

    orang melakukan exaggeration dalam komunikasi guna menghindari akibat yang

    ditimbulkan oleh pesan tersebut. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa

    perusakan komunikasi kebanyakan berasal dari alur komunikasi ke atas, dimana

    mereka menganggap bahwa pesan-pesan tersebut tidak diinginkan dan dikhawatirkan

    dapat terjadi akibat-akibat yang tidak menguntungkan (Gaines, dalam Kurniawan,

    2006).

    D.

    Hubungan Komunikasi Efektif dengan IntensiTurnover

    Ada begitu banyak alasan mengapa seseorang memilih untuk berpindah

    kerja. Beberapa meninggalkan perusahaan karena ingin menghindari atau bahkan

    melarikan diri dari pengaruh buruk yang ditimbulkan dalam lingkungan kerja dan

    yang lainnya karena ada kesempatan kerja yang lebih menarik (McElroy, Morrow

    dan Rude, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Mowday, dkk (1998)

    menunjukkan bahwa tingkat turnover dipengaruhi oleh kepuasan kerja seseorang.

    Mereka menemukan bahwa semakin tidak puas seseorang terhadap pekerjaannya

    akan semakin kuat dorongannya untuk melakukan turnover.

    Ketidakpuasan yang menjadi salah satu penyebab terjadinya turnover

    memiliki banyak aspek. Di antara aspek-aspek itu adalah ketidakpuasan terhadap

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    22

    manajemen perusahaan, kondisi kerja, mutu pengawasan, penghargaan, gaji,

    promosi, dan hubungan interpersonal.

    Jika perusahaan tidak hati-hati dan tidak teliti dalam menempatkankebutuhan-kebutuhan karyawan, maka yang terjadi adalah karyawan akan menjadi

    sangat frustasi dan ini dapat dinilai dengan kinerja yang sangat rendah, kepuasan

    kerja yang rendah, dan juga adanya keinginan untuk melakukan turnover(Steers

    dan Porter, 1997).

    Wexley dan Yukl (1997) menyatakan bahwa semakin banyak aspek-aspek

    atau nilai-nilai dalam perusahaan sesuai dengan diri karyawan, maka semakin

    tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan. Hal ini sejalan dengan discrepancy theory

    yang menyatakan bahwa kepuasan dapat tercapai bila tidak ada perbedaan antara

    apa yang seharusnya ada (harapan, kebutuhan, nilai-nilai) dengan apa yang

    menurut perasaan atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan.

    Perusahaan harus berupaya menciptakan suatu kondisi tertentu dimanakondisi ini akan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi karyawan sehingga

    karyawan dapat meraih kepuasan kerja dan sekaligus dapat memenuhi

    kebutuhannya.

    Salah satu cara yang harus dikembangkan oleh perusahaan agar karyawan

    merasa betah untuk tinggal dalam lingkup perusahaan tersebut adalah berusaha

    memenuhi kebutuhan materiil dan kebutuhan sosialnya.

    Kartono (2002) yang menegaskan bahwa sekalipun perusahaan

    memberikan upah yang sangat tinggi, kondisi kerja yang baik, dan pensiun yang

    cukup, fasilitas materiil ini tdak akan mencukupi, karena karyawan akan bersedia

    terus bekerja di perusahaan itu apabila kebutuhan mereka sebagai manusia

    seutuhnya bisa terpenuhi, termasuk kebutuhan sosialnya.

    Perusahaan harus memahami bahwa hubungan antara sesama karyawan di

    sebuah organisasi lebih berfokus pada aspekaspek manusiawi, sehingga hal

    tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan industrial. Hubungan industrial

    lebih menekankan pada besar kecilnya upah dan berbagai kondisi atau fasilitas

    kerja. Akan tetapi, di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, mengingat

    hubungan industrial juga sangat dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi di

    kalangan karyawan maupun antara karyawan dengan pihak manajemen (Bertha,

    2009).

    Komunikasi yang efektif paling tidak akan menimbulkan 5 hal pada

    peserta komunikasinya, yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap,hubungan yang makin baik, dan tindakan (Tubbs dan Moss, dalam Rakhmat,

    2004). Artinya apabila suatu komunikasi membawa dampak yang menyenangkan

    dan menciptakan hubungan yang baik antar karyawan maka kebutuhan sosial para

    karyawan pun dapat terpenuhi.

    Apabila kebutuhan materiil dan sosialnya terpenuhi, yang muncul

    kemudian pada diri karyawan adalah kenyamanan ketika melakukan kerjasama

    baik dengan atasan, maupun dengan rekan kerja yang setingkat dan kenyamanan

    dalam bekerja ini akan mengurangi intensi karyawan melakukan turnover.

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    23

    METODE PENELITIAN

    A. Subyek Penelitian

    Subyek dalam penelitian ini adalah karyawan Bank Jatim Kantor Cabang Malang

    yang berjumlah 90 orang .

    B. Sampel dan Teknik Sampling

    Sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 orang yang diambil dengan

    menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi yang

    dilakukan berdasarkan tujuan atau karakteristik tertentu, yaitu tingkat pendidikan

    minimal SMA, telah bekerja selama minimal 1 (satu) tahun dan maksimal 5 (lima) tahun.

    Alasan pemilihan subyek ini didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka telah

    mengenal bentuk tugas kerjanya dan telah mengenal pula kondisi lingkungan kerjanya.

    C. Variabel Penelitian

    1. Variabel terikat : Intensi Turnover

    Intensi Turnover adalah prediktor terhadap perilaku individu untuk keluar dari

    organisasi atau perusahaan tempatnya bekerja. Intensi turnover berwujud skor total

    subyek pada skala intensi turnover. Semakin tinggi skor total subyek, semakin tinggi

    intensi turnoversubyek pada perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah skor total subyek,

    semakin rendah intensi turnoversubyek pada perusahaan.

    1.1Penyusunan Skala Intensi TurnoverAdapun penyusunan skala Intensi Turnover menggunakan metode summated

    rating (rating yang dijumlahkan) atau lebih populer dengan nama penskalaan model

    Likert yang telah dimodifikasi dengan menghilangkan pilihan jawaban Entah, karena

    jawaban Entah mengindikasikan sikap ragu-ragu atau tidak dapat menentukan sikap,

    sehingga hanya ada 4 (empat) alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

    Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) (Azwar, 2007).

    Setiap pernyataan subyek akan diberikan skor sesuai dengan nilai skala kategori

    jawaban pada tabel 1.

    Tabel 1

    Penilaian skala intensi turnover

    JawabanSkor

    Favourable Unfavourable

    SS 4 1

    S 3 2

    TS 2 3

    STS 1 4

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    24

    Penyusunan blue print skala intensi turnover berdasarkan aspek-aspek

    intensi turnoverdari Mobley (2000), yaitu :

    a. Berpikir untuk keluar atau mengundurkan diri (thinking of quiting).Karyawan memiliki beberapa pikiran untuk berhenti dari pekerjaannya pada

    perusahaan dan menarik diri dari perusahaan. Hal lain yang akan dilakukan

    karyawan seperti membanding-bandingkan apa yang diperoleh di perusahaan

    ini dengan apa yang diperoleh oleh teman di perusahaan yang lain.

    b. Intensi untuk mencari alternatif pekerjaan lain (intention to search).Karyawan melakukan usaha-usaha seperti melihat-lihat lowongan pekerjaan

    melalui berbagai media informasi yang tersedia ataupun menanyakan

    informasi lowongan pekerjaan diluar perusahaan tempatnya bekerja.

    c. Intensi untuk keluar atau mengundurkan diri (intention to quit).Karyawan mulai menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang menunjukkan

    keinginannya untuk keluar dari perusahaan. Misalnya memiliki niat untukmengundurkan diri dan mulai dapat memastikan bahwa dirinya akan berhenti dari

    perusahaan.

    Sebaran aitem skala Intensi Turnoverdapat dilihat pada tabel 2.

    Tabel 2

    Sebaran Aitem Skala Intensi Turnover

    No. AspekNomor Aitem

    JumlahFavourable Unfavourable

    1.Thinking of

    quiting

    4, 9, 12, 20, 26, 29,

    30, 35

    7, 18, 34, 37, 39,

    42, 43, 46

    16

    2.Intention to

    search

    1, 5, 10, 16, 19, 23,

    28, 45

    3, 8, 14, 22, 25, 32 14

    3. Intention to quit6, 11, 13, 17, 21, 31,

    36, 41, 44

    2, 15, 24, 27, 33,

    38, 40

    16

    Total 25 21 46

    1.2Validitas Butir Skala IntensiTurnoverValiditas butir merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui sejauh

    mana alat ukur dapat mengukur apa yang diukur. Berdasarkan cara estimasinya yang

    disesuaikan dengan sifat dan fungsi setiap tes, tipe validitas pada umumnya digolongkan

    dalam tiga kategori, yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas

    konstrak), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria). Validitas yangdigunakan dalam penelitian ini adalah content validity (validitas isi) karena dapat

    menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan ini

    yang hendak diukur oleh tes itu. Pengertian mencakup keseluruhan kawasan isi tidak

    saja berarti tes itu harus komprehensif akan tetapi isinya harus pula tetap relevan dan

    tidak keluar dari batasan tujuan pengukurannya (Azwar, 2007).

    Penghitungan validitas skala intensi turnover dilakukan dengan menggunakan

    bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000), Program Analisis Kesahihan Butir

    edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, UGM Yogyakarta versi IBM/ IN; Hak Cipta

    2005, dilindungi undang-undang. Setelah dilakukan uji validitas diketahui bahwa dari

    46 aitem intensi turnover, 44 aitem dinyatakan sahih, dan 2 aitem dinyatakan gugur (2,

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    25

    23), dimana aitem yang sahih memiliki nilai rbtyang berkisar antara 0,325 sampai 0,940.

    Hasil perhitungan validitas skala intensi turnoverditunjukkan pada tabel 3.

    Tabel 3

    Hasil Validitas Butir Skala IntensiTurnover

    No. Aitem rxy rbt p Status

    1. 0,727 0,670 0,000 Sahih

    2. 0,308 0,192 0,142 Gugur

    3. 0,696 0,630 0,000 Sahih

    4. 0,730 0,692 0,000 Sahih

    5. 0,876 0,849 0,000 Sahih6. 0,863 0,843 0,000 Sahih

    7. 0,518 0,448 0,004 Sahih

    8. 0,694 0,644 0,000 Sahih

    9. 0,636 0,570 0,000 Sahih

    10. 0,831 0,785 0,000 Sahih

    11. 0,870 0,847 0,000 Sahih

    12. 0,812 0,783 0,000 Sahih

    13. 0,827 0,803 0,000 Sahih

    14. 0,718 0,663 0,000 Sahih

    15. 0,715 0,664 0,000 Sahih

    16. 0,903 0,881 0,000 Sahih

    17. 0,749 0,705 0,000 Sahih

    18. 0,744 0,708 0,000 Sahih

    19. 0,822 0,785 0,000 Sahih

    20. 0,806 0,769 0,000 Sahih

    21. 0,877 0,853 0,000 Sahih

    22. 0,608 0,537 0,001 Sahih

    23. 0,227 0,096 0,300 Gugur

    24. 0,653 0,600 0,000 Sahih

    25. 0,676 0,612 0,000 Sahih

    26. 0,872 0,848 0,000 Sahih

    27. 0,566 0,493 0,002 Sahih

    28. 0,775 0,727 0,000 Sahih

    29. 0,921 0,905 0,000 Sahih

    30. 0,864 0,839 0,000 Sahih

    31. 0,864 0,840 0,000 Sahih

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    26

    32. 0,481 0,399 0,010 Sahih

    33. 0,667 0,625 0,000 Sahih

    No. Aitem rxy rbt p Status

    34. 0,830 0,807 0,000 Sahih

    35. 0,904 0,887 0,000 Sahih

    36. 0,869 0,843 0,000 Sahih

    37. 0,744 0,706 0,000 Sahih

    38. 0,601 0,531 0,001 Sahih

    39. 0,717 0,662 0,000 Sahih

    40. 0,559 0,494 0,002 Sahih

    41. 0,950 0,940 0,000 Sahih42. 0,751 0,724 0,000 Sahih

    43. 0,392 0,325 0,031 Sahih

    44. 0,788 0,743 0,000 Sahih

    45. 0,762 0,711 0,000 Sahih

    46. 0,781 0,743 0,000 Sahih

    1.3Reliabilitas Butir Skala Intensi TurnoverReliabilitas merupakan keandalan alat ukur, dimana alat ukur tersebut

    menunjukkan hasil pengukuran yang relatif konstan walaupun diberikan padawaktu dan tempat berbeda. Pada umumnya untuk mengukur reliabilitas digunakan

    tiga teknik penguji reliabilitas, yaitu: a. Teknik ulangan, b. Teknik bentuk paralel

    atau sejajar dan c. Teknik pendekatan konsistensi internal (Azwar, 2007).

    Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pendekatan

    konsistensi internal. Prosedur pendekatannya hanya memerlukan satu kali

    pengenaan sebuah tes kepada sekelompok individu sebagai subyek (single trial

    administration). Oleh karena itu pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan

    efisiensi yang tinggi. Dengan hanya satu kali pengenaan tes akan diperoleh satu

    distribusi skor tes dari kelompok subyek yang bersangkutan.

    Menghitung reliabilitas butir skala intensi turnover ini menggunakan bantuankomputasi Seri Program Statistik (SPS-2000), Program Analisis Keandalan Butir teknik

    Hoytedisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, UGM Yogyakarta versi IBM/ IN; Hak

    Cipta 2005, dilindungi undang-undang. Hasil perhitungan reliabilitas skala intensi

    turnoverpada tabel 4.

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    27

    Tabel 4

    Hasil Reliabilitas Butir Skala IntensiTurnover

    No Aspek-Aspek rtt p Status

    1. Thinking of quiting 0,947 0,000 Andal

    2. Intention to search 0,929 0,000 Andal

    3. Intention to quit 0,946 0,000 Andal

    Hasil perhitungan reliabilitas 3 aspek skala intensi turnover dinyatakan sangat

    signifikan dengan nilai p = 0,000 dan nilai rtt berkisar antara 0,929-0,947. Dengan

    demikian dalam penelitian ini skala intensi turnover dapat dinyatakan andal atau

    reliabel.

    2. Variabel Bebas : Komunikasi EfektifKomunikasi Efektif adalah komunikasi dua arah yang saling berbalas, terbuka,

    interaktif dan terjadi keseimbangan dinamis peserta komunikasi. Tingkat keefektifan

    komunikasi ditunjukkan oleh skor total yang diperoleh dari skala komunikasi efektif.

    Semakin tinggi skor total subyek maka semakin tinggi tingkat keefektifan komunikasi

    yang terjadi di antara karyawan. Sebaliknya, semakin rendah skor total subyek maka

    semakin tidak efektif komunikasi yang terjadi di antara karyawan.

    2.1 Penyusunan Skala Komunikasi Efektif

    Adapun penyusunan skala Komunikasi Efektif menggunakan metode summated

    rating (rating yang dijumlahkan) atau lebih populer dengan nama penskalaan model

    Likert yang telah dimodifikasi dengan menghilangkan pilihan jawaban Entah, karena

    jawaban Entah mengindikasikan sikap ragu-ragu atau tidak dapat menentukan sikap,

    sehingga hanya ada 4 (empat) alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

    Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) (Azwar, 2007).

    Setiap pernyataan subyek akan diberikan skor sesuai dengan nilai skala kategori

    jawaban pada tabel 5.

    Tabel 5

    Penilaian Skala Komunikasi Efektif

    JawabanSkor

    Favourable Unfavourable

    SS 4 1

    S 3 2

    TS 2 3

    STS 1 4

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad

    28

    Penyusunan blue print skala komunikasi efektif berdasarkan aspek-aspek

    komunikasi efektif dari Johnson & Johnson dan James, yaitu :

    a. Saling berbalas (reciprocity)Komunikasi yang saling berbalas memiliki pengertian bahwa pihak-pihak yang

    terlibat dalam proses komunikasi dapat saling berbalas dalam menerima atau

    mengirim stimulus komunikasi.

    b. TerbukaKomunikasi yang terbuka memiliki pengertian bahwa peserta komunikasi

    mempunyai kemauan untuk menyampaikan klarifikasi atas materi pesan yang

    disampaikan atau diterima dengan transparan sehingga dalam komunikasi tersebut

    menjadi terbuka bagi masing-masing pihak atas pesan-pesan komunikasi.

    c. InteraktifKomunikasi yang interaktif memiliki pengertian, membuat suasana komunikasi yang

    mampu menciptakan pola hubungan komunikasi yang menyenangkan di antara

    peserta komunikasi.

    d. SeimbangKomunikasi efektif memungkinkan peserta komunikasi saling memiliki kedudukan

    yang seimbang dalam berkomunikasi, dalam pengolahan materi pesan, serta dalam

    jalur komunikasi yang berlangsung. Proses komunikasi sendiri menjadi proses yang

    dinamis tanpa adanya dominasi dan subordinasi yang timpang.

    Sebaran aitem skala Komunikasi Efektif dapat dilihat dari Tabel 6.

    Tabel 6

    Sebaran Aitem Skala Komunikasi Efektif

    No. AspekNo aitem

    TotalFavourable Unfavourable

    1 Saling berbalas 1, 9, 17, 25, 33 5, 13, 21, 29, 37 10

    2 Terbuka 2, 10, 18, 26, 34 6, 14, 22, 30, 38 10

    3 Interaktif 3, 11, 19, 27, 35 7, 15, 23, 31, 39 10

    4 Seimbang 4, 12, 20, 28, 36 8, 16, 24, 32, 40 10

    Total 20 20 40

    2.2 Validitas Butir Skala Komunikasi Efektif

    Validitas butir merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui sejauh

    mana alat ukur dapat mengukur apa yang diukur. Berdasarkan cara estimasinya yang

    disesuaikan dengan sifat dan fungsi setiap tes, tipe validitas pada umumnya digolongkan

    dalam tiga kategori, yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas

    konstrak), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria). Validitas yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah content validity (validitas isi) karena dapat

    menunjukkan sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan ini

    yang hendak diukur oleh tes itu. Pengertian mencakup keseluruhan kawasan isi tidak

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    29

    saja berarti tes itu harus komprehensif akan tetapi isinya harus pula tetap relevan dan

    tidak keluar dari batasan tujuan pengukurannya (Azwar, 2007).

    Penghitungan validitas skalakomunikasi efektif dilakukan dengan menggunakan

    bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000), Program Analisis Kesahihan Butir

    edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, UGM Yogyakarta versi IBM/ IN; Hak Cipta

    2005, dilindungi undang-undang. Setelah dilakukan uji validitas, diketahui bahwa dari

    40 aitem komunikasi efektif, 31 aitem dinyatakan sahih, dan 9 aitem dinyatakan gugur

    (1, 4, 9, 21, 27, 28, 30, 31, 33), dimana aitem yang sahih memiliki nilai r btyang berkisar

    antara 0,295 sampai 0,847. Hasil perhitungan validitas skala komunikasi efektif

    ditunjukkan pada tabel 7.

    Tabel 7

    Hasil Validitas Butir Skala Komunikasi Efektif

    No. Aitem rxy rbt p Status

    1. 0,352 0,128 0,259 Gugur

    2. 0,686 0,582 0,000 Sahih

    3. 0,591 0,453 0,004 Sahih

    4. 0,402 0,251 0,078 Gugur

    5. 0,623 0,468 0,003 Sahih

    6. 0,594 0,480 0,002 Sahih

    7. 0,521 0,361 0,018 Sahih

    8. 0,779 0,677 0,000 Sahih

    9. 0,172 -0,046 0,397 Gugur

    10. 0,706 0,615 0,000 Sahih

    11. 0,676 0,514 0,001 Sahih

    12. 0,708 0,622 0,000 Sahih

    13. 0,754 0,593 0,000 Sahih

    14. 0,834 0,778 0,000 Sahih

    15. 0,770 0,658 0,000 Sahih

    16. 0,671 0,599 0,000 Sahih

    17. 0,558 0,328 0,030 Sahih

    18. 0,688 0,592 0,000 Sahih

    19. 0,824 0,767 0,000 Sahih

    20. 0,434 0,295 0,046 Sahih

    21. 0,463 0,251 0,077 Gugur

    22. 0,725 0,635 0,000 Sahih

    23. 0,801 0,737 0,000 Sahih

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    30

    No. Aitem rxy rbt p Status

    24. 0,710 0,619 0,000 Sahih

    25. 0,666 0,522 0,001 Sahih

    26. 0,729 0,634 0,000 Sahih

    27. 0,361 0,214 0,115 Gugur

    28. 0,390 0,243 0,085 Gugur

    29. 0,764 0,653 0,000 Sahih

    30. -0,088 -0,273 0,060 Gugur

    31. 0,411 0,249 0,079 Gugur

    32. 0,848 0,764 0,000 Sahih

    33. 0,072 -0,157 0,306 Gugur34. 0,658 0,582 0,000 Sahih

    35. 0,751 0,675 0,000 Sahih

    36. 0,649 0,545 0,001 Sahih

    37. 0,707 0,493 0,002 Sahih

    38. 0,743 0,640 0,000 Sahih

    39. 0,769 0,690 0,000 Sahih

    40. 0,902 0,847 0,000 Sahih

    2.3 Reliabilitas Butir Skala Komunikasi Efektif

    Reliabilitas merupakan keandalan alat ukur, dimana alat ukur tersebut

    menunjukkan hasil pengukuran yang relatif konstan walaupun diberikan pada

    waktu dan tempat berbeda. Pada umumnya untuk mengukur reliabilitas digunakan

    tiga teknik penguji reliabilitas, yaitu: a. Teknik ulangan, b. Teknik bentuk paralel

    atau sejajar dan c. Teknik pendekatan konsistensi internal (Azwar, 2007).

    Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pendekatan

    konsistensi internal. Prosedur pendekatannya hanya memerlukan satu kali

    pengenaan sebuah tes kepada sekelompok individu sebagai subyek (single trial

    administration). Oleh karena itu pendekatan ini mempunyai nilai praktis danefisiensi yang tinggi. Dengan hanya satu kali pengenaan tes akan diperoleh satu

    distribusi skor tes dari kelompok subyek yang bersangkutan.

    Menghitung reliabilitas butir skala komunikasi efektif ini menggunakan bantuan

    komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000), Program Analisis Keandalan Butir teknik

    Hoytedisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, UGM Yogyakarta versi IBM/ IN; Hak

    Cipta 2005, dilindungi undang-undang. Hasil perhitungan reliabilitas skala komunikasi

    efektif pada tabel 8.

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    31

    Tabel 8

    Hasil Reliabilitas Butir Skala Komunikasi Efektif

    No Aspek-Aspek rtt p Status

    1. Saling berbalas 0,755 0,000 Andal

    2. Terbuka 0,874 0,000 Andal

    3. Interaktif 0,846 0,000 Andal

    4. Seimbang 0,864 0,000 Andal

    Hasil perhitungan reliabilitas 4 aspek dalam skala komunikasi efektif dinyatakan

    sangat signifikan dengan nilai p = 0,000 dan nilai r ttberkisar antara 0,755-0,874. Dengan

    demikian dalam penelitian ini skala komunikasi efektif dapat dinyatakan andal atau

    reliabel.

    D. Analisis Data

    Untuk menganalisis data yang telah diperoleh, digunakan Analisis Korelasi

    Product Moment dari Pearson dengan bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-

    2000) dari Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    versi IBM/IN.

    Tabel 9

    Tabel komputasi

    X Y

    x1 y1

    x2 y2

    xn yn

    Keterangan:

    X : komunikasi efektif.

    Y : intensi turnover.

    x1, x2, ..., xn : total skor komunikasi efektif subyek 1, 2, ..., subyek ke-n.

    y1, y2, ..., yn : total skor intensi turnoversubyek 1, 2, ..., subyek ke-n.

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    32

    Adapun pedoman pengujian hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    jika rhitung > rtabel 1% berarti sangat signifikan, hipotesis alternatif yang

    digunakan diterima karena ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel

    X dan variabel Y.

    jika rtabel 5% < rhitung < rtabel 1% berarti signifikan hipotesis alternatif yang

    diajukan diterima karena ada hubungan antara variabel X dan variabel Y.

    jika rhitung < rtabel5% berarti tidak signifikan hipotesis alternatif yang diajukan

    ditolak karena tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y (Hadi, 2000).

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    33

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment

    Pearson. Rangkuman hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 10.

    Tabel 10

    Tabel Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Product MomentPearson

    N X X2 Y Y

    2 XY r r

    2 p

    33 3038 282734 2855 262203 260013 -0,414 0,171 0,016

    Hasil analisis korelasiproduct momentmenyatakan rxy= -0,414 dengan p = 0,016

    dinyatakan signifikan, artinya ada korelasi negatif antara komunikasi efektif dengan

    intensi turnover.

    Berdasarkan hasil analisis dari data penelitian maka hipotesis ada hubungan

    negatif antara komunikasi efektif dengan intensi turnover pada karyawan Bank Jatim

    Kantor Cabang Malang diterimapada taraf kepercayaan 95%.

    Nilai r negatif memiliki pengertian bahwa kenaikan nilai variabel komunikasi

    efektif akan disertai secara proporsional oleh penurunan nilai variabel inteni turnoverdan sebaliknya atau bisa dikatakan, semakin efektif komunikasi yang terjadi, semakin

    rendah intensi turnover pada karyawan Bank Jatim Kantor Cabang Malang dan

    sebaliknya, semakin tidak efektif komunikasi yang terjadi, semakin tinggi intensi

    turnover pada karyawan pada karyawan Bank Jatim Kantor Cabang Malang.

    Adapun sumbangan efektif komunikasi efektif terhadap intensi turnoversebesar

    17,1% (r= 0,171).

    B. Pembahasan

    Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan

    ada hubungan negatif antara komunikasi efektif dengan intensi turnoverpada karyawan

    Bank Jatim Kantor Cabang Malang diterima, artinya semakin efektif komunikasi, semakin

    rendah intensiturnoverpada karyawan dan sebaliknya semakin tidak efektif komunikasi,

    semakin tinggi intensi turnover. Hal ini dapat diartikan bahwa responden penelitian yang

    menganggap komunikasi antar karyawan dalam perusahaan efektif cenderung memiliki

    intensi turnover yang rendah dan demikian pula sebaliknya, reponden penelitian yang

    menganggap komunikasi antar karyawan tidak efektif cenderung memiliki intensi

    turnoveryang lebih tinggi..

    Pandangan karyawan tentang komunikasi antar karyawan yang sudah efektif

    tersebut, tentu harus dipertahankan, karena sesuai dengan hasil analisis data penelitian

    yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara komunikasi efektif dengan intensi

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    34

    turnover pada karyawan, sehingga dapat diramalkan bahwa karyawan yang

    berpandangan komunikasi yang terjadi antar karyawan sudah efektif cenderung

    memiliki intensi turnover yang lebih rendah dari pada karyawan yang berpandangankomunikasi yang terjadi antar karyawan tidak efektif.

    Hal tersebut bisa dipahami, karena pada dasarnya setiap karyawan dalam

    bekerja tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan material (fisik) saja, melainkan

    juga sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan non-material (psikis) yang dimilikinya.

    Artinya, melalui komunikasi efektif, karyawan dapat memenuhi kebutuhannya yang

    sifatnya non-material, yaitu kebutuhan untuk menjalin hubungan sosial dengan orang

    lain dan apabila adanya komunikasi efektif di antara karyawan ini didukung oleh

    terpenuhinya kebutuhan material, yaitu gaji yang sesuai dengan beban kerja, bonus

    prestasi yang menarik, fasilitas kantor yang memadai, lingkungan fisik yang baik, dan lain

    sebagainya, tentu hal-hal tersebut akan mereduksi tingkat intensi turnover padakaryawan.

    Survei Global Strategic Rewards pada tahun 2007/2008 menemukan tingkat

    turnoveralias masuk-keluar karyawan untuk posisi-posisi penting (level manajerial dan

    di atasnya) pada perusahaan-perusahaan di Indonesia di industri perbankan antara 6,3

    persen - 7,5 persen. Sementara, pada industri umumnya hanya berkisar antara 0,1

    persen - 0,74 persen, sedangkan anggaran kenaikan gaji yang dimiliki oleh perusahaan-

    perusahaan di Indonesia adalah dua kali lipat perusahaan di Asia Pasifik.

    Kecenderungan karyawan melakukan turnover di kalangan karyawan

    perusahaan perbankan yang lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan yang

    bergerak di bidang lain ini patut diperhatikan terutama oleh Bank Jatim sebagai salahsatu perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, karena dengan tingkat kenaikan

    gaji yang cukup tinggipun, karyawan terutama karyawan pada posisi-posisi penting tetap

    memutuskan untuk melakukan turnover. Artinya pemenuhan kebutuhan material saja

    tidaklah cukup untuk mempertahankan karyawan tetap bekerja dalam suatu

    perusahaan.

    Secara teoritis, turnoveryang dilakukan karyawan tidak hanya disebabkan oleh

    ketidakpuasan pada faktor industrial, yang salah satu contohnya adalah besaran gaji

    yang diterima, tetapi juga disebabkan oleh ketidakpuasan pada kondisi sosial di

    perusahaan, yang hanya bisa terbentuk dengan baik melalui komunikasi efektif. Artinya

    apabila gaji yang diterima karyawan sudah memadai atau bahkan lebih tinggi daripadagaji karyawan dengan posisi yang sama di perusahaan sejenis, namun karyawan tetap

    memutuskan untuk mengundurkan diri dan bekerja di perusahaan lain, sudah

    sepatutnya perusahaan mengevaluasi tingkat kepuasan karyawan terhadap komunikasi

    antar karyawan di perusahaan, apakah komunikasi antar karyawan sudah efektif atau

    belum.

    Komunikasi yang efektif tentu akan membawa dampak yang positif pada hal-hal

    yang berkaitan dengan hubungan industrial, seperti efektivitas kerjasama, pemecahan

    masalah dalam kerja, dll., karena komunikasi yang efektif akan membentuk hubungan

    sosial yang baik. Seorang karyawan yang memiliki hubungan sosial yang baik dengan

    karyawan lainnya, tentu memiliki kesempatan lebih besar untuk dibantu oleh karyawan

  • 5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...

    http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada

    35

    lainnya apabila dirinya mengalami hambatan dalam melakukan pekerjaannya, daripada

    karyawan lain yang tidak memiliki hubungan sosial yang baik.

    Komunikasi yang efektif akan mengarahkan terciptanya suatu suasana yang

    kondusif sehingga masing-masing karyawan dapat mengembangkan potensi-potensi

    yang dimilikinya secara maksimal. Suasana ini dapat berbentuk kesempatan untuk

    otonomi yang lebih besar, varietas, tanggung jawab terhadap tugas, lingkungan sosial

    yang menyenangkan dan sebagainya. Dengan demikian karyawan dapat bekerja dengan

    kebutuhan kepuasan kerja yang tinggi.

    Bagi perusahaan hal ini merupakan suatu tantangan yang berat.

    Perusahaan harus berupaya menciptakan suatu kondisi tertentu dimana kondisi ini

    akan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi karyawan sehingga karyawan

    dapat meraih kepuasan kerja dan sekaligus dapat memenuhi kebutuhannya.

    Bagaimanapun perusahaan harus mengakui bahwa keunggulan suatu organisasi

    tidak hanya terletak pada banyaknya produksi yang dihasilkan, tetapi lebih detail

    lagi melihat keadaan sumber daya manusia dalam perusahaan sebagai sumber

    potensial bagi kemajuan perusahaan.

    Hasil penelitian juga menunjukkan sumbangan efektif komunikasi efektif

    terhadap intensi turnover sebesar 17,1%. Hal ini berarti ada faktor-faktor lain sebesar

    82,9% yang juga berhubungan dengan intensi turnover pada responden penelitian.

    Faktor-faktor lain tersebut, dapat diperhatikan dari apa yang dikemukakan oleh

    Watkins, dkk., dalam Triana (2003), yaitu :

    4. Penyebab pribadi (Personal causes)Terbagi atas 2 (dua), yaitu :

    c) Kondisi fisiologis, misalnya sakit dan kematian.d) Kondisi psikologis, misalnya keinginan untuk berkelana, watak yang

    buruk, ikatan keluarga, dan hasrat untuk peningkatan standar

    kehidupannya.

    5. Penyebab yang berhubungan dengan industri (Industrial causes)Terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu:

    c) Hal-hal yang menyebabkan kurangnya prosedur personalia, misalnyakekurangan metode pada proses rekrutmen, seleksi dan penempatan;

    kurangnya insentif finansial dan non-finansial; kondisi pekerjaan yangkurang menguntungkan; produksi yang tidak dapat diatur; manajemen

    yang bersifat otokrasi; dan kurangnya fasilitas-fasilitas training atau

    pelatihan.

    d) Kondisi umum dunia bisnis, termasuk perubahan yang terjadi padabanyaknya permintaan pelanggan, skala upah umum yang tidak sama dan

    perputaran bisnis.

    6. Kondisi sosial (Social condition causes)Terbagi atas faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan fasilitas

    transportasi, buruknya komunikasi, buruknya kondisi perumahan, dan kurangnya

    penyediaan fasilitas rekreasi.

  • 5/28/2018 Hubungan Antara