Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan Bank Jatim
description
Transcript of Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan Bank Jatim
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad
1
PENELITIAN MANDIRI
FAKULTAS PSIKOLOGI
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN
INTENSI TURNOVERPADA KARYAWAN BANK JATIM
STUDI KASUS KANTOR CABANG MALANG
Oleh
Alfedro Putut Prahoro, S.Psi.,M.Si
FFAAKKUULLTTAASSPPSSIIKKOOLLOOGGII
LLEEMMBBAAGGAAPPEENNEELLIITTIIAANNDDAANNPPEENNGGAABBDDIIAANNMMAASSYYAARRAAKKAATT
UUNNIIVVEERRSSIITTAASSWWIISSNNUUWWAARRDDHHAANNAAMMAALLAANNGG
DAFTAR ISI
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad
2
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... 2
ABSTRAK ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4
DASAR TEORI ............................................................................................................... 7
METODE PENELITIAN ................................................................................................ 22
HASIL PENELITIAN ...................................................................................................... 32
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 36
PUSTAKA .................................................................................................................... 38
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad
3
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIFDENGAN INTENSI TURNOVERPADA KARYAWAN
BANK JATIM
STUDI KASUS KANTOR CABANG MALANG
SKIM : Penelitian Mandiri Fakultas
Ketua
Nama : Alfedro Putut P.,S.Psi, M.Si
NIDN : 0722047702
Unit : Fakultas Psikologi
Alamat : Jl Danau Sentani 99 MalangTelp/HP: 0341-723720
Anggota 1
Nama : -
NIDN : -
Unit : -Anggota 2
Nama : -
NIDN : -
Unit : -
Malang, 9 November 2010
Mengetahui Ketua Peneliti
Dekan Fakultas Psikologi
Drs.Psi. H. Amir Hasan Ramli, M.Si Alfedro Putut P, S.Psi., M.Si
Ketua LPPM
Dr.Eny Dyah Yuniwati., SP, MP
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad
4
ABSTRAK
Kurang terpenuhinya kebutuhan karyawan dapat mengarahkan karyawan melakukan turnover.Turnover merupakan penarikan diri atau keluarnya seorang karyawan dari perusahaan dimana karyawan
akan berhenti secara permanen dari pekerjaannya. Turnovermenjadi masalah yang cukup mengganggu dan
harus mendapatkan perhatian yang cukup besar dari perusahaan, karena turnoverdianggap merugikan bagi
organisasi kerja atau perusahaan dan juga karena biaya yang dikeluarkan akibat turnover sangat mahal.
Perusahaan dalam usaha untuk mempertahankan dan memuaskan karyawan seringkali melakukan
pendekatan ekonomis semata, berupa gaji tinggi, bonus, atau insentif ekonomis lainnya, namun dalam
kenyataannya karyawan tersebut masih tetap meninggalkan perusahaan, karena ada faktor lain yang
membuat karyawan merasa nyaman bekerja di perusahaan tersebut. Perusahaan harus menyadari bahwa
karyawan merupakan manusia yang juga memiliki kebutuhan yang sifatnya non-materiil, yaitu kebutuhan
sosial. Kebutuhan sosial ini hanya dapat diperoleh melalui komunikasi yang efektif antar karyawan, maupun
antara pihak menajemen dengan karyawan. Komunikasi efektif merupakan komunikasi dua arah yang
mengandung aspek-aspek saling berbalas, terbuka, interaktif dan seimbang di antara dua orang atau lebihpeserta komunikasi. Komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu pengertian,
kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan sosial yang makin baik dan tindakan pada peserta komunikasi.
Komunikasi yang efektif merupakan salah satu aspek yang menentukan terjalinnya hubungan sosial yang
baik antar individu. Hubungan sosial yang menyenangkan mengarah pada terciptanya kondisi psikologis
kerja yang menyenangkan dan menggairahkan. Hal ini dapat membuat lingkungan sosial dalam perusahaan
nyaman dan dengan gaji yang layak, karyawan merasa betah bekerja dalam perusahaan tersebut. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh hubungan antara komunikasi efektif dengan
intensi turnoverpada karyawan Bank Jatim Kantor Cabang. Sampel yang diambil sebanyak 33 orang, dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penskalaan
model summated rating yang telah dimodifikasi dengan menghilangkan pilihan jawaban Entah . Untuk
menghitung validitas skalakomunikasi efektif dan skala intensi turnover digunakan teknik korelasi product
moment dengan bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni
Pamardiningsih versi IBM/IN. Untuk skala komunikasi efektifdari 40 aitem yang ada didapat 31 aitem yang
sahih dan 9 aitem yang gugur, dimana aitem yang sahih memiliki nilai rbtberkisar antara 0,295-0,847. Untuk
skala intensi turnover dari 46 aitem yang ada didapat 44 aitem yang sahih dan 2 aitem yang gugur, dimana
aitem yang sahih memiliki nilai rbt berkisar antara 0,325-0,940. Metode yang digunakan peneliti untuk
menghitung reliabilitas adalah teknik Hoyt dengan bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000)
edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih versi IBM/IN, dari perhitungan reliabilitas skala komunikasi
efektif diperoleh nilai rtt berkisar antara 0,755-0,874; p = 0,000, sehingga dalam penelitian ini skala
komunikasi efektif dapat dinyatakan andal atau reliabel. Untuk skala intensi turnover diperoleh nilai rtt
berkisar antara 0,929-0,947; p = 0,000, sehingga dalam penelitian ini skala intensi turnoverdapat dinyatakan
andal atau reliabel. Uji analisis data dengan menggunakan korelasi product moment dengan bantuan
komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih versi IBM/IN,
menghasilkan rxy= -0,414; p = 0,016; p
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad
5
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangSurvei Global Strategic Rewards pada tahun 2007/2008 juga menemukan
tingkat turnover alias masuk-keluar karyawan untuk posisi-posisi penting (level
manajerial dan di atasnya) pada perusahaan-perusahaan di Indonesia di industri
perbankan antara 6,3 persen - 7,5 persen. Sementara, pada industri umumnya hanya
berkisar antara 0,1 persen - 0,74 persen, sedangkan anggaran kenaikan gaji yang dimiliki
oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah dua kali lipat perusahaan di Asia
Pasifik.
Majalah Marketingpada tahun 2008, mengacu pada hasil survei Global Strategic
Rewards, mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia menghadapi
masalah dalam mempertahankan karyawan yang berprestasi tinggi (top performingemployees), karyawan dengan keahlian khusus (critical skilled employees), dan karyawan
berpotensi tinggi (high potential employees)
(http://www.marketing.co.id/WebSite/DisplayOpinion.aspx?id=11).
Hasil Survei Global Strategic Rewards pada tahun 2007/2008 tersebut menarik
untuk diperhatikan, karena walaupun dengan tingkat kenaikan gaji yang jumlahnya dua
kali lipat daripada perusahaan di Asia Pasifik, tingkat turnover karyawan terutama
karyawan pada posisi-posisi penting pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang perbankan di Indonesia lebih tinggi daripada tingkat turnover karyawan di
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang lain. Fakta bahwa dengan insentif
ekonomis yang menggiurkan, karyawan tetap melakukan turnover, mengindikasikan
adanya faktor lain yang berhubungan dengan turnoverkaryawan selain faktor ekonomis.
Bank Jatim sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perbankan
patut memperhatikan fenomena ini, karena walaupun karyawan telah diberikan gaji
yang memadai dengan tingkat kenaikan gaji yang cukup besar, turnover karyawan tetap
saja bisa terjadi. Keluarnya karyawan dari perusahaan tentu saja akan merugikan
perusahaan, baik dari segi waktu, biaya, maupun pelaksanaan tugas-tugas atau program
kerja, yang akhirnya akan menghambat pencapaian target kerja yang telah ditetapkan.
Perusahaan dengan manajemen yang baik seharusnya menyadari bahwa hakikat
karyawan sebagai manusia yang memiliki kebutuhan yang ingin dipenuhi. Manusia
memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, sampai kepada usahauntuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya seperti
kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
Hakikat manusia yang berperilaku untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
merupakan hal yang tidak terhindarkan. Mau tidak mau perusahaan harus bisa
memberikan kesempatan bagi karyawannya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Kurangnya perhatian terhadap kebutuhan dan keinginan karyawan akan
memberikan dampak yang buruk bagi perusahaan itu sendiri, baik dalam jangka
panjang, maupun jangka pendek.
Tuntutan persaingan ekonomi menyebabkan perusahaan yang ingin bertahan
dalam persaingan ini menuntut karyawannya untuk dapat memberikan kontribusi
http://www.marketing.co.id/WebSite/DisplayOpinion.aspx?id=11http://www.marketing.co.id/WebSite/DisplayOpinion.aspx?id=11http://www.marketing.co.id/WebSite/DisplayOpinion.aspx?id=11http://www.marketing.co.id/WebSite/DisplayOpinion.aspx?id=11 -
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad
6
maksimal bagi perusahaan tempatnya bekerja. Tuntutan perusahaan terhadap
karyawannya inilah yang terkadang membuat perusahaan kurang memperhatikan
kebutuhan dan keinginan karyawan, sehingga karyawan merasa tidak nyaman.
Ketidaknyamanan dalam bekerja yang terjadi dapat menimbulkan hal-hal yang
berakibat buruk bagi perusahaan dan karyawan yang bersangkutan. Antara lain yang
terjadi adalah tingginya tingkat turnoverdi perusahaan tesebut.
Menurut Shapero, Davis & Newstrom, dalam Triana (2003), turnover menjadi
masalah yang cukup mengganggu dan harus mendapatkan perhatian yang cukup besar
dari perusahaan, karena turnover dianggap merugikan bagi organisasi kerja atau
perusahaan dan juga karena biaya yang dikeluarkan akibat turnoversangat mahal.
WellPoint Inc., salah satu perusahaan asuransi kesehatan terbesar di Amerika
Serikat, sebelum tahun 1998, menderita kerugian 60 juta dolar per tahun akibattingginya tingkat turnover (http://www.ebizzasia.com/0423-
2006/enterprise,0432,02.html).
Kompas Cyber Media (2007) merilis hasil survei Global Strategic Rewards
2007/2008 yang dilakukan Watson Wyatt yang menemukan bahwa turnoverkaryawan
ini sudah menjadi masalah perusahaan-perusahaan di Indonesia, karena yang sering
terjadi adalah karyawan berprestasi tinggilah yang gampang berpindah perusahaan. Hal
ini memberikan dampak yang buruk pada perusahaan karena karyawan berprestasi
tinggi bukanlah hal yang mudah didapat.
Perilaku turnover karyawan seringkali berarti hilangnya orang-orang yang
keluarnya tidak diinginkan perusahaan. Sebuah studi yang meliputi 900 karyawan yang
mengajukan permohonan berhenti dari pekerjaannya, mendapatkan bahwa 92 persen
karyawan memiliki kinerja yang memuaskan atau lebih baik dari atasannya (Robbinson,
2001).
Tingginya tingkat turnoverdalam perusahaan jelas sangat merugikan, terutama
jika karyawan yang meninggalkan perusahaan adalah orang yang cukup potensial untuk
dipertahankan dalam perusahaan.
Kehilangan karyawan dengan karakteristik di atas merupakan kerugian besar
bagi perusahaan, karena lebih sering menimbulkan masalah daripada memberi manfaat
bagi perusahaan, dan tidak mudah mencari pengganti yang memiliki kompetensi ataukeahlian yang sama atau lebih baik.
Perusahaan yang baik tahu bagaimana cara menghargai karyawan dan
memperlakukan karyawan sebagai manusia yang memiliki kebutuhan dan selalu
mempunyai hasrat untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Dengan catatan bahwa
karyawan tersebut benar-benar memiliki kontribusi yang nyata bagi perusahaan.
Pemberian insentif ekonomis yang besar merupakan cara yang umum dipakai
oleh perusahaan untuk mempertahankan karyawan, terutama karyawan pada tingkat
manajerial.
http://www.ebizzasia.com/0423-2006/enterprise,0432,02.htmlhttp://www.ebizzasia.com/0423-2006/enterprise,0432,02.htmlhttp://www.ebizzasia.com/0423-2006/enterprise,0432,02.htmlhttp://www.ebizzasia.com/0423-2006/enterprise,0432,02.htmlhttp://www.ebizzasia.com/0423-2006/enterprise,0432,02.htmlhttp://www.ebizzasia.com/0423-2006/enterprise,0432,02.html -
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad
7
Banyak perusahaan yang menganggap bahwa cara yang tepat untuk menarik,
memuaskan, dan mempertahankan karyawan adalah memberikan gaji yang tinggi,
bonus yang memadai, hak memiliki saham dan berbagai insentif lainnya. Namunkenyataannya, walaupun karyawan tersebut pada mulanya sudah melalui tahap
rekruitmen yang teliti dan telah diberi kompensasi yang memadai masih juga
meninggalkan perusahaan, karena masih merasa tidak nyaman dalam bekerja.
Ketidaknyamanan dalam bekerja bukan hanya disebabkan oleh sifat dari
pekerjaan, tapi lebih banyak disebabkan oleh situasi lingkungan pekerjaan dan konteks
sosialnya (Kartono, 2002).
Sejalan dengan hal di atas, menurut Bertha (2009), perusahaan harus
memahami bahwa hubungan antara sesama karyawan di sebuah organisasi lebih
berfokus pada aspekaspek manusiawi, sehingga hal tersebut tidak sepenuhnya sama
dengan hubungan industrial. Hubungan industrial lebih menekankan pada besar kecilnya
upah dan berbagai kondisi atau fasilitas kerja. Akan tetapi, di antara keduanya terdapat
hubungan yang erat, mengingat hubungan industrial juga sangat dipengaruhi oleh
efektif tidaknya komunikasi di kalangan karyawan maupun antara karyawan dengan
pihak manajemen.
Perlu diingat bahwa organisasi adalah sekelompok masyarakat yang saling
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan komunikasi adalah perekat
yang memungkinkan kelompok masyarakat tersebut secara bersama-sama melakukan
fungsinya dengan baik (Purwanto, 2006).
Menurut Rakhmat (2004), komunikasi adalah peristiwa sosial, yaitu peristiwayang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Sebagai akibatnya,
proses komunikasi akan mempengaruhi kondisi psikologis orang-orang yang terlibat
dalam proses komunikasi tersebut.
Proses komunikasi buruk, seperti penggunaan bahasa yang agresif atau intonasi
suara yang tidak sesuai dengan isi pesan yang disampaikan dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan persepsi terhadap maksud dari isi pesan dan dapat menimbulkan
persepsi yang negatif pada peserta komunikasi, seperti perasaan tidak dihargai, bahkan
direndahkan. Hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman pada karyawan dan bila
terjadi terus menerus dapat membuat lingkungan sosial dalam perusahaan menjadi
buruk pula.dan dapat membuat karyawan memutuskan untuk meninggalkan
perusahaan.
Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam dinamika suatu
perusahaan, karena komunikasi digunakan untuk menyampaikan berbagai informasi
antar individu dalam perusahaan dan membantu menghubungkan sekelompok anggota
dalam organisasi yang terpisah dari anggota lainnya (Purwanto, 2006). Perusahaan
sendiri pada dasarnya adalah kelompok yang terdiri dari individu-individu yang saling
melakukan kerjasama antara mereka untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai sebuah
kelompok yang terdiri dari individu-individu yang saling bekerjasama, komunikasi yang
efektif merupakan hal yang wajib terjadi.
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pa
8
Komunikasi merupakan faktor penting bagi perusahaan, karena tanpa adanya
komunikasi yang efektif, kegiatan perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Melalui
komunikasi, diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi yang baik dan salingpengertian di antara orangorang yang terlibat dalam kegiatan tersebut (Bertha, 2009).
Menurut Bertha (2009), jika perusahaan memiliki dan melakukan komitmen
untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan karyawan maka sejumlah
keuntungankeuntungan penting dapat dicapai. Komunikasi yang efektif akan
menghasilkan kepuasan dan produktivitas karyawan, perbaikan pencapaian hasil karya
dan tujuan perusahaan.
Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, dalam
Rakhmat (2004), paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu pengertian, kesenangan,
pengaruh pada sikap, hubungan sosial yang makin baik dan tindakan.
Menurut Rakhmat (2004), komunikasi yang efektif adalah bila pertemuan
komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Lebih lanjut Rakhmat
menjelaskan, bahwa terjadinya komunikasi yang buruk membuat seseorang merasa
tidak nyaman dan ingin segera mengakhiri proses komunikasi. Respon menghindari atau
mengacuhkan hal-hal yang tidak menyenangkan, termasuk proses komunikasi yang
buruk merupakan hal yang wajar terjadi, namun bukanlah hal yang diharapkan terjadi
dalam sebuah perusahaan, di mana setiap karyawannya harus mampu melakukan
kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama.
Komunikasi yang efektif merupakan salah satu aspek yang menentukan
terjalinnya hubungan sosial yang baik antar individu (Soekanto, 2000). Hubungan sosialyang menyenangkan mengarah pada terciptanya kondisi psikologis kerja yang
menyenangkan dan menggairahkan. Hal ini dapat membuat lingkungan sosial dalam
perusahaan nyaman dan dengan gaji yang layak, karyawan merasa betah bekerja dalam
perusahaan tersebut.
Kartono (2002), menegaskan bahwa sekalipun perusahaan memberikan upah
yang sangat tinggi, kondisi kerja yang baik, dan pensiun yang cukup, fasilitas materiil ini
tidak akan mencukupi, karena karyawan akan bersedia terus bekerja di perusahaan itu
apabila kebutuhan mereka sebagai manusia seutuhnya bisa terpenuhi, terutama
kebutuhan sosialnya, seperti fenomena turnover yang diungkap dalam survei Global
Strategic Rewards 2007/2008 oleh Watson Wyatt yang menunjukkan persentase
turnoverpada industri perbankan di Indonesia jauh lebih besar daripada industri-industri
lain, sedangkan anggaran kenaikan gaji yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan di
Indonesia adalah dua kali lipat perusahaan di Asia Pasifik.
Bank Jatim sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan tidak
lepas dari fenomena turnover. Terjadinya turnoverakan sangat merugikan Bank Jatim,
terutama apabila karyawan yang keluar adalah karyawan dengan prestasi, maupun
kinerja yang baik.
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad
9
DASAR TEORI
A. Sejarah Bank JatimBank Pembangunan Daerah Jawa Timur, yang dikenal dengan sebutan Bank
JATIM, didirikan pada tanggal 17 Agustus 1961 di Surabaya. Landasan hukum pendirian
adalah Akte Notaris Anwar Mahajudin Nomor 91 tanggal 17 Agustus 1961 dan
dilengkapi dengan landasan operasional Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
BUM.9-4-5 tanggal 15 Agustus 1961.
Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang
Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, pada tahun 1967 dilakukan penyempurnaan
melalui Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 2 Tahun 1976
yang menyangkut Status Bank Pembangunan Daerah dari bentuk Perseroan Terbatas(PT) menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Secara operasional dan seiring dengan perkembangannya, maka pada tahun
1990 Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur meningkatkan statusnya dari Bank Umum
menjadi Bank Umum Devisa, hal ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Bank Indonesia
Nomor 23/28/KEP/DIR tanggal 2 Agustus 1990.
Untuk memperkuat permodalan, maka pada tahun 1994 dilakukan perubahan
terhadap Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1992 tanggal 28 Desember 1992 menjadi
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 26 Tahun 1994 tanggal
29 Desember 1994 yaitu merubah Struktur Permodalan/Kepemilikan dengan
diijinkannya Modal Saham dari Pihak Ketiga sebagai salah satu unsur kepemilikandengan komposisi maksimal 30%.
Dalam rangka mempertahankan eksistensi dan mengimbangi tuntutan
perbankan saat itu, maka sesuai dengan Rapat Umum Pemegang Saham Tahun Buku
1997 telah disetujui perubahan bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah
menjadi Perseroan Terbatas. Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 1998 tentang Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah, maka
pada tanggal 20 Maret 1999 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Timur telah mensahkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1999 tentang
Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur dari Perusahaan
Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur.
Sesuai dengan Akte Notaris R. Sonny Hidayat Yulistyo, S.H. Nomor 1
tanggal 1 Mei 1999 yang telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kehakiman Nomor C2-8227.HT.01.01.Th tanggal 5 Mei 1999 dan telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 25 Mei 1999 Nomor
42 Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 3008, selanjutnya secara
resmi menjadi PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur.
Salah satu cabang dari Bank Jatim adalah Bank Jatim Cabang Malang.
Bank Jatim Cabang Malang diresmikan pada tanggal 25 Maret 1996. Bank Jatim
Cabang Malang mempunyai 2 kantor cabang pembantu dan 11 kantor kas
(http://www.bankjatim.co.id/index.php?show=static&showview=profil).
http://www.bankjatim.co.id/index.php?show=static&showview=profilhttp://www.bankjatim.co.id/index.php?show=static&showview=profilhttp://www.bankjatim.co.id/index.php?show=static&showview=profilhttp://www.bankjatim.co.id/index.php?show=static&showview=profil -
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
10
B. Intensi Turnover1. Pengertian Turnover
Secara umum turnover adalah kesediaan karyawan untuk meninggalkan suatuorganisasi kerja dan berpindah kerja ke organisasi kerja lainnya.
Morhead dan Griffin (1998) mendefinisikan turnover sebagai penghentian
secara permanen seseorang dari pekerjaannya di suatu organisasi kerja.
Sedangkan menurut Glueck, Sherman dan Bohlander, dalam Triana (2003),
turnoveradalah pergerakan pekerja masuk dan keluar pada suatu organisasi kerja.
Nankervis, Compton, dan McCarthy (1999) berpendapat bahwa turnover
merupakan pergerakan karyawan dalam organisasi atau perusahaan yaitu perpindahan
dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lainnya dalam perusahaan melalui transfer,
promosi atau relokasi.
Menurut Cascio (1998) turnover adalah berhentinya hubungan kerja secara
permanen antara perusahaan dengan karyawannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa turnover adalah penarikan diri atau keluarnya
seorang karyawan dari perusahaan dimana karyawan akan berhenti secara permanen
dari pekerjaannya. Menurut Mobley, dkk., (2000) turnover sebagai salah satu bentuk
penarikan diri karyawan merupakan hak individu dalam menentukan pilihannya.
Adapun proses terjadinya turnover pada karyawan digambarkan oleh
Mobley, dkk., seperti pada gambar 1.
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
11
Gambar 1.Proses keputusan turnoverpada karyawan (Mobley, dkk., 2000)
Karyawan berdasarkan pengalamannya atas kepuasan atau
ketidakpuasannya yang dirasakannya selama bekerja pada suatu perusahaan akan
mengevaluasi pekerjaan yang dilakukannya. Masalah-masalah yang berhubungan
dengan perilaku kerja seperti kemangkiran kerja dan perilaku pasif terhadap
pekerjaannya akan muncul, apabila karyawan tersebut merasakan ketidakpuasan
dalam bekerja. Permasalahan ini akan berlanjut dengan munculnya pemikiran
untuk berhenti dari jabatannya dalam perusahaan.
Karyawan kemudian akan mengevaluasi harapan-harapan yang ingin
dicapainya, melihat kesempatan kerja yang ada di luar perusahaannya sekarang
Evaluasi pada
Pengalamanatas
Berpikir untuk berhenti
Evaluasi terhadapharapan, ada usaha
Intensi untuk
Mencari alternatif
Mengevaluasi
Membandingka
Intensiuntuk
Berhenti atau tinggal
I
A
H
G
F
E
D
C
B
J
a. Format alternatifpengunduran diriseperti
b. Hal-hal yg tidakberhubungan dengan
eker aan se erti
c. Banyaknya
alternmatif ygtersedia da at
d. Salah satu
e.Dorongan
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
12
dan memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang akan dialaminya bila
berhenti dari pekerjaannya yang sekarang.
Keinginan untuk mencari alternatif atau kesempatan kerja di luarperusahaannya yang sekarang dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak langsung
berhubungan dengan pekerjaannya, seperti hubungan suami istri atau pengaruh
dari lingkungan sosialnya.
Karyawan akan mengevaluasi alternatif-alternatif yang ditemukannya
tersebut untuk digunakan sebagai bahan perbandingan dengan pekerjaan yang
sekarang dilakukannya. Banyaknya alternatif yang ditemukan akan menstimulasi
karyawan dalam menentukan alternatif pekerjaan mana yang akan diambilnya.
Hal tersebut akan berlanjut pada tahap dimana karyawan itu akan
memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan yang dilakukannya sekarang atau tetap
bekerja di perusahaannya sekarang. Pada tahap ini dalam diri karyawan sudah ada
dorongan untuk berperilaku. Perilaku yang muncul kemudian dapat berupaberhenti dari pekerjaannya sekarang dan berpindah ke pekerjaan di perusahaan
lain atau tetap bekerja di perusahaannya sekarang dengan menerima segala resiko
telah yang dialami sebelumnya.
2. Macam-macam TurnoverMenurut Robbins (1998) turnoverdibedakan menjadi dua tipe yaitu voluntary
turnoverdan involuntary turnover. Voluntary turnovermerupakan pengunduran diri atas
keinginan karyawan sendiri, sedangkan involuntary turnovermerupakan pemberhentian
hubungan kerja karyawan oleh perusahaan. Walker (1998) memberikan istilah voluntary
termination atau turnoveryang terjadi atas prakarsa karyawan sendiri dan involuntary
terminationatau turnoveryang terjadi atas kehendak organisasi kerja.
Menurut Wood (1998) turnoverdilihat dari fungsinya dibedakan menjadi 2 (dua)
macam, yaitu fungsional dan disfungsional. Turnover fungsional dimaksud apabila
keluarnya karyawan (secara sukarela) merupakan keuntungan bagi perusahaan.
Misalnya karyawan yang keluar adalah karyawan yang tidak produktif atau tidak
potensial atau perusahaan sedang dalam keadaan kesulitan ekonomi sehingga harus
melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) sebagai salah satu langkah penghematan
biaya. Merupakan keuntungan pula bila turnover digunakan sebagai kesempatan
promosi ataupun mutasi bagi karyawan yang lain dalam perusahaan yang sama.
Turnover dikatakan disfungsional apabila dengan keluarnya karyawan tersebut justru
menyebabkan perusahaan mengalami kerugian, terutama bila yang keluar adalahkaryawan yang produktif dan berprestasi.
Jackofsky dan Peters, dalam Triana (2003), membedakan turnover menjadi 2
(dua), yaitu : job turnover dan company turnover. Job turnover apabila karyawan
meninggalkan jabatannya saat ini, baik yang keluar dari perusahaan ataupun yang tidak,
misalnya berganti jabatan. Mereka yang meninggalkan atau keluar dari perusahaan
dimasukkan dalam golongan company turnover.
Turnover yang dimaksud dalam penelitian ini adalah voluntary turnover, yang
bersifat company turnoverdan disfungsional.
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
13
3. Penyebab terjadinya TurnoverAda beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya turnover. Menurut
Mobley (2000), ada 3 (tiga) variabel utama yang menyebabkan terjadinyaturnoverpada organisasi kerja, yaitu :
1. Variabel EkonomiKeadaan ekonomi dapat disusun dalam suatu daftar indeks dengan berbagai
cara yang mencakup tingkat pengangguran, laju lowongan kerja, produksi
nasional bruto, neraca perdagangan dan laju inflasi.
2. Variabel OrganisasiLaju turnoverlebih sering terjadi pada kelompok kerja pada tingkat yang lebih
tinggi. Selain itu faktor rutinisasi tugas, kurangnya pertimbangan dari
penyelia, banyaknya sentralisasi, kurangnya keterpaduan dan kurangnya
komunikasi sangat berpengaruh dan berkaitan erat terhadap pengunduran diri
karyawan.3. Variabel Individu
a) Variabel demografik individu meliputi usia, masa kerja, jenis kelamin,pendidikan dan status perkawinan.
b) Variabel pribadi meliputi kepribadian, minat, bakat dan kemampuan.c) Variabel terpadu meliputi kepuasan kerja, aspirasi dan harapan atas karir,
keikatan pada organisasi, tekanan jiwa, harapan-harapan pada pekerjaan
lain dan maksud keperilakuan.
Watkins, dkk., dalam Triana (2003), menyatakan bahwa ada 3 (tiga) hal
yang menyebabkan terjadinya turnover, yaitu :
1. Penyebab pribadi (Personal causes)Terbagi atas 2 (dua), yaitu :
a) Kondisi fisiologis, misalnya sakit dan kematian.b) Kondisi psikologis, misalnya keinginan untuk berkelana, watak yang
buruk, ikatan keluarga, dan hasrat untuk peningkatan standar
kehidupannya.
2. Penyebab yang berhubungan dengan industri (Industrial causes)Terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu:
a) Hal-hal yang menyebabkan kurangnya prosedur personalia, misalnyakekurangan metode pada proses rekrutmen, seleksi dan penempatan;
kurangnya insentif finansial dan non-finansial; kondisi pekerjaan yang
kurang menguntungkan; produksi yang tidak dapat diatur; manajemenyang bersifat otokrasi; dan kurangnya fasilitas-fasilitas training atau
pelatihan.
b) Kondisi umum dunia bisnis, termasuk perubahan yang terjadi padabanyaknya permintaan pelanggan, skala upah umum yang tidak sama dan
perputaran bisnis.
3. Kondisi sosial (Social condition causes)Terbagi atas faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan fasilitas
transportasi, buruknya komunikasi, buruknya kondisi perumahan, dan
kurangnya penyediaan fasilitas rekreasi.
Menurut Muchinsky dan Tuttle, dalam Novliadi (2007), terjadinya
turnoverpada karyawan lebih pada ketidakpuasan. Ketidakpuasan ini meliputi :
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
14
1. Faktor individual, meliputi kebutuhan yang dimiliki, nilai yang dianut, sifatkepribadian.
2. Faktor di luar individu yang berhubungan dengan pekerjaan, meliputi :a) Pekerjaan itu sendiri, termasuk tugas-tugas yang diberikan, variasi dalam
pekerjaan, kesempatan untuk belajar dan banyaknya pekerjaan.
b) Mutu pengawasan dan pengawas, termasuk di dalamnya hubungan antaraatasan dan bawahan, pengawasan kerja dan kualitas kerja.
c) Rekan sekerja meliputi hubungan antar karyawan.d) Promosi berkaitan erat dengan masalah kenaikan pangkat atau jabatan,
kesempatan untuk maju dan pengembangan karir.
e) Gaji yang diterima, meliputi besarnya gaji, kesesuaian gaji denganpekerjaan.
f) Kondisi kerja, meliputi jam kerja, waktu istirahat, lingkungan kerja,keamanan dan peralatan kerja.
g) Perusahaan dan manajemen, berhubungan dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan, perhatian perusahaan kepada kepentingan
karyawannya dan sistem penggajian.
h) Keuntungan bekerja di perusahaan, seperti pensiun, jaminan kesehatan,cuti, THR dan tunjangan sosial lainnya.
i) Pengakuan, seperti pujian atas pekerjaan yang telah dilakukan,penghargaan terhadap prestasi karyawan dan juga kritikan yang
membangun.
4. Pengertian IntensiMenurut Drever (1998) intensi adalah usaha yang disadari untuk mencapai
tujuan atau sasaran yang didefinisikan secara jelas. Menurut Ancok (1997), intensi
merupakan niat individu untuk melakukan suatu perilaku yang berkaitan erat
dengan pengetahuannya tentang suatu hal, sikap terhadap hal tersebut dan dengan
perilaku itu sendiri sebagai wujud nyata dari niatnya.
Intensi dalam hal ini dipengaruhi oleh dua konsepsi utama yaitu pengaruh
individu atau sikap terhadap tampak atau tidaknya perilaku dan persepsi
perorangan terhadap pengaruh sosial atau tekanan normatif untuk tampak tidaknya
suatu perilaku yang mengacu pada norma subjektif. Prestholdt, Lane, dan
Mathews (dalam Novliadi, 2007) menyatakan bahwa intensi keperilakuan yang
dimiliki seseorang untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan perilaku tertentu
merupakan determinan awal dari perilaku sebenarnya. Oleh sebab itu muncul
asumsi bahwa perilaku seseorang dapat diprediksi dari intensinya.
Menurut Fishbein dan Ajzen, dalam Novliadi (2007), intensi merupakan
variabel terdekat dengan perilaku nyata yang akan dilakukan seseorang.
Fishbein dan Ajzen, Triana (2003), mengajukan teori pembentukan
tingkah laku berdasarkan hubungan timbal balik antara keyakinan (belief), sikap
(attitude), dan intensi (intention) pada individu. Keyakinan dikategorikan sebagai
aspek kognitif yang melibatkan pengetahuan, pendapat dan pandangan individu
terhadap obyek. Sikap dikategorikan sebagai aspek afektif yang mengarah pada
perasaan individu terhadap suatu obyek serta evaluasi yang dilakukannya. Intensi
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
15
dipandang sebagai komponen konasi dari sikap yang menunjukkan keinginan
individu untuk bertingkah laku (behavioral intention) dan bertindak ketika
berhadapan langsung dengan obyek. Ketiga ubahan ini akan membentuk tingkahlaku atau tindakan nyata. Secara skematis hubungan tersebut dapat dilihat pada
gambar 2.
g di
Gambar 2. Kerangka konseptual untuk meramalkan suatu intensi atau perilaku
tertentu (Fishbein dan Ajzen, dalam Novliadi, 2003)
Keterangan :
a. : pengaruh
b. : umpan balik
Keyakinan akan akibat perilaku A adalah komponen yang berisikan aspek
pengetahuan tentang A yaitu akibat positif dan akibat negatif yang didapat bila
subyek melakukan perilaku A. Makin banyak segi positif yang diperoleh subyek
tentang akibat perilaku tersebut, maka makin positif sikap subyek terhadap
perilaku tersebut.
Keyakinan normatif akan akibat perilaku A adalah komponen pengetahuantentang A yang merupakan pandangan atau pendapat orang orang lain yang
berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Individu dapat menerima atau
menolak pengaruh-pengaruh terhadap pengaruh yang diterima oleh individu akan
membentuk norma subyektif individu akan perilaku A. Jadi, norma subyektif
tersebut berisikan keputusan yang dibuat individu setelah mempertimbangkan
pandangan-pandangan orang yang mempengaruhi dirinya.
Intensi seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap orang
tersebut terhadap perilaku itu dan norma subyektif tentang perilaku itu, sedangkan
norma subyektif muncul berdasarkan keyakinan normatif subyektif akan akibat
perilaku dan keyakinan normatif akibat perilaku tersebut terbentuk dari umpan
balik yang diberikan perilaku itu sendiri.
Keyakinan akan
akibat perilaku X
Norma subyektif
tentang perilaku X
Keyakinan normatif
akan akibat perilaku X
Sikap terhadap
perilaku X
PerilakuIntensi untuk melakukan
perilaku X
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
16
Asumsinya, semakin favorable sikap seseorang terhadap obyek, maka
semakin tinggi intensinya untuk melakukan perilaku yang positif terhadap obyek
tersebut dan semakin rendah intensinya untuk berperilaku negatif, sehingga jikaintensi merupakan prediktor tunggal terbaik bagi perilaku yang akan dilakukan
individu, maka intensi turnoverakan menjadi prediktor terbaik terhadap perilaku
turnoverkaryawan.
Hal di atas jika dikaitkan dengan turnover, maka keyakinan akan akibat
perilaku turnover adalah komponen yang berisikan aspek pengetahuan tentang
turnover yaitu akibat positif dan akibat negatif yang didapat bila seorang
karyawan melakukan perilaku turnover. Makin banyak segi positif yang
diperoleh karyawan tersebut tentang akibat melakukan turnover, maka makin
positif sikap karyawan terhadap perilaku tersebut. Keyakinan normatif akan akibat
perilaku turnover adalah komponen pengetahuan tentang turnover yang
merupakan pandangan atau pendapat orang orang lain yang berpengaruh terhadapkehidupan karyawan tersebut. Individu dapat menerima atau menolak pengaruh-
pengaruh terhadap pengaruh yang diterima oleh individu akan membentuk norma
subyektif individu akan perilaku turnover. Jadi, norma subyektif tersebut
berisikan keputusan yang dibuat individu setelah mempertimbangkan pandangan-
pandangan orang yang mempengaruhi dirinya.
Mobley, dkk. (2000), menerangkan bahwa dalam tinjauan dan analisis
proses turnover, ada dua macam intensi yang perlu diperhatikan, yaitu intention to
search danintention to quit. Intensi untuk mencari alternatif kerja di tempat lain
dan perilaku mencari itu sendiri akan mendahului intensi untuk mengundurkan
diri dan turnover.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa intensi turnover adalah
komponen konatif dari karyawan yang menjadi prediktor terhadap perilaku turnover.
5. Aspek-aspek Intensi TurnoverMenurut Mobley (2000), intensi turnoverterdiri dari 3 aspek, yaitu :
a. Berpikir untuk keluar atau mengundurkan diri (thinking of quitting).Karyawan memiliki beberapa pikiran untuk berhenti dari pekerjaannya
pada perusahaan dan menarik diri dari perusahaan. Hal lain yang akan
dilakukan karyawan seperti membanding-bandingkan apa yang diperoleh diperusahaan ini dengan apa yang diperoleh oleh teman di perusahaan yang
lain.
b. Intensi untuk mencari alternatif pekerjaan lain ( intention to search).Karyawan melakukan usaha-usaha seperti melihat-lihat lowongan
pekerjaan melalui berbagai media informasi yang tersedia ataupunmenanyakan informasi lowongan pekerjaan di luar perusahaan tempatnya
bekerja.
c. Intensi untuk keluar atau mengundurkan diri (intention to quit).Karyawan mulai menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang menunjukkan
keinginannya untuk keluar dari perusahaan. Misalnya memiliki niat untuk
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
17
mengundurkan diri dan mulai dapat memastikan bahwa dirinya akan berhenti dari
perusahaan.
6. Pengukuran Intensi TurnoverFishbein dan Ajzen, dalam Novliadi (2007), menyatakan bahwa pengukuran
intensi dapat secara langsung maupun tidak langsung. Pendekatan pengukuran intensi
secara langsung dilakukan melalui pertanyaan yang diajukan langsung kepada individu
apakah ia akan melakukan suatu perilaku tertentu atau tidak, bertitik tolak dari penilaian
tunggal yaitu: ya-tidak atau mau-tidak mau. Sebaliknya, pengukuran intensi secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan menggunakan skala yang bertitik tolak pada model
pilihan jawaban dari sangat sesuai sampai sangat tidak sesuai terhadap perilaku
tertentu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan pengukuran intensi turnover tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan skala yang bertitik tolak pada model pilihan
jawaban dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap perilaku turnover.
C. Komunikasi Efektif1. Pengertian Komunikasi Efektif
Hovland, Janis dan Kelly, dalam Rakhmat (2004), mendefinisikan komunikasi
sebagai the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli
(usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience) yang dapat
diterjemahkan sebagai suatu proses dimana seorang individu yang beperan sebagai
komunikator (pemberi pesan) mengirimkan stimuli yang biasanya berupa lambang-
lambang verbal untuk mengubah perilaku individu lain (penerima pesan).
Dance, dalam Rakhmat (2004), mengartikan komunikasi sebagai usaha
menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal, ketika lambang-lambang verbal
tersebut berfungsi sebagai stimuli.
Raymond S. Ross, dalam Rakhmat (2004), mendefinisikan komunikasi sebagai a
transactional process involving cognitive sorting, selecting and sharing of symbols in
such a way to help another elicit from his own experiences a meaning or responses
similar to that intended by the source yang dapat diterjemahkan sebagai proses
transaksional yang meliputi pemisahan, pemilihan dan pengungkapan secara kognitif
simbol-simbol sedemikian rupa untuk membantu orang lain menarik kesimpulan
berdasarkan pengalaman-pengalamannya sendiri atau untuk memberikan respon-
respon yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh sumbernya.
Cooley, dalam Kurniawan (2006), mendefinisikan komunikasi sebagai
mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antara manusia, melalui simbol-
simbol pesan yang merupakan representasi ide-ide pengalaman, perasaan dan emosi.
Seiler, dalam Kurniawan (2006) mendefinisikan komunikasi sebagai proses
dimana simbol-simbol dikirimkan, diterima dan diberi arti untuk kemudian ditanggapi.
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad
18
Menurut Davis, komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan
pengertian dari satu orang ke orang lain. (http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-
KOMUNIKASI(revJan'03).doc).
Komunikasi dapat disimpulkan sebagai proses penyampaian pesan dari individu
satu kepada individu lain melalui media tertentu untuk tujuan tertentu dengan
mengharapkan umpan balik.
Menurut Johnson & Johnson, dalam Kurniawan (2006), komunikasi yang efektif
adalah komunikasi dua arah yang saling berbalas (reciprocity), terbuka dan interaktif
dalam kepentingan komunikasi.
James, dalam Kurniawan (2006), menyatakan bahwa komunikasi efektif adalah
proses komunikasi dua arah yang seimbang di antara peserta komunikasi.
Two-way communication as a balance process trought communication both of
sender and receiver.
Komunikasi efektif dalam penelitian ini adalah komunikasi dua arah yang
mengandung aspek-aspek saling berbalas, terbuka, interaktif dan seimbang di antara
dua orang atau lebih peserta komunikasi.
2. Pola Komunikasi dalam PerusahaanMenurut Purwanto (2006), komunikasi yang terjadi dalam organisasi atau
perusahaan pada dasarnya merupakan komunikasi antarpribadi atau lebih dikenaldengan komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi berlangsung antara seseorang
dengan orang lain dengan menggunakan media tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu.
Goldhaber, dalam Kurniawan (2006), mendefinisikan bahwa komunikasi dalam
perusahaan sebagai proses saling bertukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang
saling tergantung antara satu dengan yang lainnya untuk mengatasi lingkungan yang ada
dalam perusahaan.
Menurut Redding, ada tiga alasan pentingnya komunikasi dalam perusahaan
dilakukan, yaitu untuk pelaksanaan tugas-tugas, untuk pemeliharaan hubungan kerja
dan untuk kemanusiaan.
Pendekatan yang dipakai antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain
dalam menjalankan komunikasi dapat bervariasi. Pada perusahaan yang berskala kecil
yang memiliki beberapa karyawan, komunikasi dapat dilakukan secara langsung dengan
tatap muka di antara karyawan. Lain halnya dengan perusahaan besar yang memiliki
ratusan, bahkan ribuan karyawan, proses komunikasi tidak dapat selalu dilakukan secara
langsung dengan tatap muka (Purwanto, 2006).
Menurut Purwanto (2006), pola komunikasi yang terjadi dalam suatu
perusahaan dapat dibedakan menjadi dua saluran, yaitu :
http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc)http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc)http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc)http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc)http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc)http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/3d-KOMUNIKASI(revJan'03).doc) -
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
19
a.Saluran komunikasi formalSaluran komunikasi formal berkaitan dengan proses penyampaian informasi dari
atasan ke bawahannya, maupun dari bawahan ke atasannya yang berkaitan langsungdengan pelaksanaan tugas-tugas dan menjaga hubungan kerja tetap berlangsung
dengan baik. Pola transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi ke bawah,
komunikasi ke atas, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal, sebagai berikut :
1. Komunikasi ke bawahKomunikasi ke bawah merupakan bentuk komunikasi yang
menyampaikan informasi dari tingkat hirarki yang lebih tinggi ke tingkat hirarki
yang lebih rendah sesuai dengan posisi individu dalam struktur perusahaan.
Menurut Katz dan Kahn, dalam Purwanto (2006), komunikasi ke bawah
mempunyai lima tujuan, yaitu memberikan instruksi kerja tertentu, memberikan
informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilakukan, memberikan informasi
tentang prosedur dan praktek organisasional, memberikan umpan balik
pelaksanaan kerja pada karyawan dan menyajikan informasi mengenai aspek
ideologi dalam membantu perusahaan menanamkan pengertian tentang tujuan
yang ingin dicapai.
2. Komunikasi ke atasKomunikasi ke atas merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan
informasi dari tingkat hirarki yang lebih rendah ke tingkat hirarki yang lebih tinggi
sesuai dengan posisi individu dalam struktur perusahaan. Jenis komunikasi ini
biasanya mencakup 1) kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan, yaitu hal-hal
yang terjadi dalam pelaksanaan tugas, pencapaian yang telah dicapai danmasalah lain yang serupa; 2) masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan
pertanyaan yang belum terjawab; 3) berbagai gagasan dan saran-saran perbaikan;
4) perasaan yang berkaitan dengan perusahaan, pekerjaan itu sendiri dan
masalah lain yang serupa.
Komunikasi ke atas penting untuk memberikan pihak manajemen
umpan balik yang diperlukan mengenai semangat kerja dan kemungkinan
munculnya ketidakpuasan. Komunikasi ini juga membuat bawahan mempunyai
rasa memiliki dan merasa dirinya merupakan bagian dari perusahaan.
3. Komunikasi horizontalKomunikasi horizontal atau sering disebut dengan istilah komunikasi
lateral adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi
sederajat/sejajar dalam struktur perusahaan. Tujuan komunikasi horizontal
antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberikan informasi
kepada bagian atau departemen yang memiliki posisi sejajar. Komunikasi
horizontal bersifat koordinatif di antara mereka yang memiliki posisi sejajar, baik
dalam satu bagian atau departemen maupun di antara beberapa departemen
yang berbeda.
Komunikasi horizontal menjadi penting jika setiap bagian atau
departemen dalam perusahaan memiliki tingkat ketergantungan yang cukup
tinggi.
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
20
4. Komunikasi diagonalKomunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua tingkat bagian
yang berbeda dalam perusahaan. Contohnya, komunikasi formal antara manajerproduksi dengan karyawan bagian akuntansi. Keuntungan bentuk komunikasi
diagonal adalah penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat daripada bentuk
komunikasi konvensional dan memungkinkan individu dari berbagai bagian ikut
membantu menyelesaikan masalah dalam perusahaan.
b.Saluran komunikasi informalSaluran komunikasi informal memfasilitasi individu-individu yang berada dalam
suatu perusahaan untuk melakukan komunikasi secara fleksibel, tanpa terlalu
memperhatikan jenjang hirarki, jabatan, dan pangkat. Hal-hal yang diperbincangkan
tidak hanya hal-hal yang tidak langsung berhubungan dengan pekerjaan, seperti
lelucon yang baru didengar, keluarga, olahraga, musik, tetapi juga hal-hal yangberkaitan dengan situasi kerja yang ada dalam perusahaannya.
3. Aspek-aspek Komunikasi EfektifMenurut Johnson & Johnson, dalam Kurniawan (2006), komunikasi yang efektif
adalah komunikasi dua arah yang saling berbalas (reciprocity), terbuka dan interaktif
dalam kepentingan komunikasi, sedangkan James, dalam Kurniawan (2006),
menyatakan bahwa komunikasi efektif adalah proses komunikasi dua arah yang
seimbang di antara peserta komunikasi. Keempat aspek komunikasi efektif tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Saling berbalas (reciprocity)Komunikasi yang saling berbalas memiliki pengertian bahwa pihak-pihak yang
terlibat dalam proses komunikasi dapat saling berbalas dalam menerima atau
mengirim stimulus komunikasi.
2. TerbukaKomunikasi yang terbuka memiliki pengertian bahwa peserta komunikasi
mempunyai kemauan untuk menyampaikan klarifikasi atas materi pesan yang
disampaikan atau diterima dengan transparan sehingga dalam komunikasi tersebut
menjadi terbuka bagi masing-masing pihak atas pesan-pesan komunikasi.
3. InteraktifKomunikasi yang interaktif memiliki pengertian, membuat suasana komunikasi
yang mampu menciptakan pola hubungan komunikasi yang menyenangkan di antara
peserta komunikasi.
4. SeimbangKomunikasi efektif memungkinkan peserta komunikasi saling memiliki
kedudukan yang seimbang dalam berkomunikasi, dalam pengolahan materi pesan,
serta dalam jalur komunikasi yang berlangsung. Proses komunikasi sendiri menjadi
proses yang dinamis tanpa adanya dominasi dan subordinasi yang timpang.
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
21
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi EfektifAda tiga faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi efektif, yaitu filtering,
censoringdan exaggeration(Gaines, dalam Kurniawan, 2006).
a.FilteringFiltering adalah penyampaian kandungan atau isi pesan secara selektif. Ada
beberapa bagian dari isi pesan yang seharusnya disampaikan, justru tidak
disampaikan. Pada komunikasi ke bawah, filtering ini sering digunakan oleh para
manajer dan pengawas yang mereka pikir tidak penting untuk menyampaikan isi
pesan tersebut pada bawahannya. Pada komunikasi ke atas, pemotongan pesan ini
terjadi apabila ada bagian-bagian dari pesan tersebut yang mereka pikir tidak disukai
oleh atasannya. Pada komunikasi horizontal, pemotongan pesan dilakukan karena isi
pesan tersebut dinilai tidak bermanfaat bagi rekannya.
b.CensoringCensoring adalah memilih pesan untuk disampaikan kepada orang lain untuk
maksud tertentu. Censoring bertujuan untuk mengurangi kelalaian dalam
mengirimkan pesan pada penerima. Pada saatfilteringlalai dalam berbagai aspek dari
isi pesan, dalam censoring pilihan yang dibuat oleh filtering tidak dikirimkan.
Censoring terjadi apabila pengirim mengerti dan sangat percaya bahwa kata-kata
yang dikirimkan tidak dimengerti atau dianggap penting oleh penerima. Censoringini
sering terjadi dalam hubungan komunikasi dari atas ke bawah dalam satu perusahaan
besar (Davis, dalam Kurniawan, 2006).
c. ExaggerationExaggeration adalah penyimpangan komunikasi dimana komunikasi itu dibuat
menjadi rumit, banyak prasangka atau meminimalisasi bagian dalam pesan. Orang-
orang melakukan exaggeration dalam komunikasi guna menghindari akibat yang
ditimbulkan oleh pesan tersebut. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
perusakan komunikasi kebanyakan berasal dari alur komunikasi ke atas, dimana
mereka menganggap bahwa pesan-pesan tersebut tidak diinginkan dan dikhawatirkan
dapat terjadi akibat-akibat yang tidak menguntungkan (Gaines, dalam Kurniawan,
2006).
D.
Hubungan Komunikasi Efektif dengan IntensiTurnover
Ada begitu banyak alasan mengapa seseorang memilih untuk berpindah
kerja. Beberapa meninggalkan perusahaan karena ingin menghindari atau bahkan
melarikan diri dari pengaruh buruk yang ditimbulkan dalam lingkungan kerja dan
yang lainnya karena ada kesempatan kerja yang lebih menarik (McElroy, Morrow
dan Rude, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Mowday, dkk (1998)
menunjukkan bahwa tingkat turnover dipengaruhi oleh kepuasan kerja seseorang.
Mereka menemukan bahwa semakin tidak puas seseorang terhadap pekerjaannya
akan semakin kuat dorongannya untuk melakukan turnover.
Ketidakpuasan yang menjadi salah satu penyebab terjadinya turnover
memiliki banyak aspek. Di antara aspek-aspek itu adalah ketidakpuasan terhadap
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
22
manajemen perusahaan, kondisi kerja, mutu pengawasan, penghargaan, gaji,
promosi, dan hubungan interpersonal.
Jika perusahaan tidak hati-hati dan tidak teliti dalam menempatkankebutuhan-kebutuhan karyawan, maka yang terjadi adalah karyawan akan menjadi
sangat frustasi dan ini dapat dinilai dengan kinerja yang sangat rendah, kepuasan
kerja yang rendah, dan juga adanya keinginan untuk melakukan turnover(Steers
dan Porter, 1997).
Wexley dan Yukl (1997) menyatakan bahwa semakin banyak aspek-aspek
atau nilai-nilai dalam perusahaan sesuai dengan diri karyawan, maka semakin
tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan. Hal ini sejalan dengan discrepancy theory
yang menyatakan bahwa kepuasan dapat tercapai bila tidak ada perbedaan antara
apa yang seharusnya ada (harapan, kebutuhan, nilai-nilai) dengan apa yang
menurut perasaan atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan.
Perusahaan harus berupaya menciptakan suatu kondisi tertentu dimanakondisi ini akan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi karyawan sehingga
karyawan dapat meraih kepuasan kerja dan sekaligus dapat memenuhi
kebutuhannya.
Salah satu cara yang harus dikembangkan oleh perusahaan agar karyawan
merasa betah untuk tinggal dalam lingkup perusahaan tersebut adalah berusaha
memenuhi kebutuhan materiil dan kebutuhan sosialnya.
Kartono (2002) yang menegaskan bahwa sekalipun perusahaan
memberikan upah yang sangat tinggi, kondisi kerja yang baik, dan pensiun yang
cukup, fasilitas materiil ini tdak akan mencukupi, karena karyawan akan bersedia
terus bekerja di perusahaan itu apabila kebutuhan mereka sebagai manusia
seutuhnya bisa terpenuhi, termasuk kebutuhan sosialnya.
Perusahaan harus memahami bahwa hubungan antara sesama karyawan di
sebuah organisasi lebih berfokus pada aspekaspek manusiawi, sehingga hal
tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan industrial. Hubungan industrial
lebih menekankan pada besar kecilnya upah dan berbagai kondisi atau fasilitas
kerja. Akan tetapi, di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, mengingat
hubungan industrial juga sangat dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi di
kalangan karyawan maupun antara karyawan dengan pihak manajemen (Bertha,
2009).
Komunikasi yang efektif paling tidak akan menimbulkan 5 hal pada
peserta komunikasinya, yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap,hubungan yang makin baik, dan tindakan (Tubbs dan Moss, dalam Rakhmat,
2004). Artinya apabila suatu komunikasi membawa dampak yang menyenangkan
dan menciptakan hubungan yang baik antar karyawan maka kebutuhan sosial para
karyawan pun dapat terpenuhi.
Apabila kebutuhan materiil dan sosialnya terpenuhi, yang muncul
kemudian pada diri karyawan adalah kenyamanan ketika melakukan kerjasama
baik dengan atasan, maupun dengan rekan kerja yang setingkat dan kenyamanan
dalam bekerja ini akan mengurangi intensi karyawan melakukan turnover.
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
23
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah karyawan Bank Jatim Kantor Cabang Malang
yang berjumlah 90 orang .
B. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 orang yang diambil dengan
menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi yang
dilakukan berdasarkan tujuan atau karakteristik tertentu, yaitu tingkat pendidikan
minimal SMA, telah bekerja selama minimal 1 (satu) tahun dan maksimal 5 (lima) tahun.
Alasan pemilihan subyek ini didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka telah
mengenal bentuk tugas kerjanya dan telah mengenal pula kondisi lingkungan kerjanya.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat : Intensi Turnover
Intensi Turnover adalah prediktor terhadap perilaku individu untuk keluar dari
organisasi atau perusahaan tempatnya bekerja. Intensi turnover berwujud skor total
subyek pada skala intensi turnover. Semakin tinggi skor total subyek, semakin tinggi
intensi turnoversubyek pada perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah skor total subyek,
semakin rendah intensi turnoversubyek pada perusahaan.
1.1Penyusunan Skala Intensi TurnoverAdapun penyusunan skala Intensi Turnover menggunakan metode summated
rating (rating yang dijumlahkan) atau lebih populer dengan nama penskalaan model
Likert yang telah dimodifikasi dengan menghilangkan pilihan jawaban Entah, karena
jawaban Entah mengindikasikan sikap ragu-ragu atau tidak dapat menentukan sikap,
sehingga hanya ada 4 (empat) alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) (Azwar, 2007).
Setiap pernyataan subyek akan diberikan skor sesuai dengan nilai skala kategori
jawaban pada tabel 1.
Tabel 1
Penilaian skala intensi turnover
JawabanSkor
Favourable Unfavourable
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
24
Penyusunan blue print skala intensi turnover berdasarkan aspek-aspek
intensi turnoverdari Mobley (2000), yaitu :
a. Berpikir untuk keluar atau mengundurkan diri (thinking of quiting).Karyawan memiliki beberapa pikiran untuk berhenti dari pekerjaannya pada
perusahaan dan menarik diri dari perusahaan. Hal lain yang akan dilakukan
karyawan seperti membanding-bandingkan apa yang diperoleh di perusahaan
ini dengan apa yang diperoleh oleh teman di perusahaan yang lain.
b. Intensi untuk mencari alternatif pekerjaan lain (intention to search).Karyawan melakukan usaha-usaha seperti melihat-lihat lowongan pekerjaan
melalui berbagai media informasi yang tersedia ataupun menanyakan
informasi lowongan pekerjaan diluar perusahaan tempatnya bekerja.
c. Intensi untuk keluar atau mengundurkan diri (intention to quit).Karyawan mulai menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang menunjukkan
keinginannya untuk keluar dari perusahaan. Misalnya memiliki niat untukmengundurkan diri dan mulai dapat memastikan bahwa dirinya akan berhenti dari
perusahaan.
Sebaran aitem skala Intensi Turnoverdapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Sebaran Aitem Skala Intensi Turnover
No. AspekNomor Aitem
JumlahFavourable Unfavourable
1.Thinking of
quiting
4, 9, 12, 20, 26, 29,
30, 35
7, 18, 34, 37, 39,
42, 43, 46
16
2.Intention to
search
1, 5, 10, 16, 19, 23,
28, 45
3, 8, 14, 22, 25, 32 14
3. Intention to quit6, 11, 13, 17, 21, 31,
36, 41, 44
2, 15, 24, 27, 33,
38, 40
16
Total 25 21 46
1.2Validitas Butir Skala IntensiTurnoverValiditas butir merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana alat ukur dapat mengukur apa yang diukur. Berdasarkan cara estimasinya yang
disesuaikan dengan sifat dan fungsi setiap tes, tipe validitas pada umumnya digolongkan
dalam tiga kategori, yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas
konstrak), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria). Validitas yangdigunakan dalam penelitian ini adalah content validity (validitas isi) karena dapat
menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan ini
yang hendak diukur oleh tes itu. Pengertian mencakup keseluruhan kawasan isi tidak
saja berarti tes itu harus komprehensif akan tetapi isinya harus pula tetap relevan dan
tidak keluar dari batasan tujuan pengukurannya (Azwar, 2007).
Penghitungan validitas skala intensi turnover dilakukan dengan menggunakan
bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000), Program Analisis Kesahihan Butir
edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, UGM Yogyakarta versi IBM/ IN; Hak Cipta
2005, dilindungi undang-undang. Setelah dilakukan uji validitas diketahui bahwa dari
46 aitem intensi turnover, 44 aitem dinyatakan sahih, dan 2 aitem dinyatakan gugur (2,
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
25
23), dimana aitem yang sahih memiliki nilai rbtyang berkisar antara 0,325 sampai 0,940.
Hasil perhitungan validitas skala intensi turnoverditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3
Hasil Validitas Butir Skala IntensiTurnover
No. Aitem rxy rbt p Status
1. 0,727 0,670 0,000 Sahih
2. 0,308 0,192 0,142 Gugur
3. 0,696 0,630 0,000 Sahih
4. 0,730 0,692 0,000 Sahih
5. 0,876 0,849 0,000 Sahih6. 0,863 0,843 0,000 Sahih
7. 0,518 0,448 0,004 Sahih
8. 0,694 0,644 0,000 Sahih
9. 0,636 0,570 0,000 Sahih
10. 0,831 0,785 0,000 Sahih
11. 0,870 0,847 0,000 Sahih
12. 0,812 0,783 0,000 Sahih
13. 0,827 0,803 0,000 Sahih
14. 0,718 0,663 0,000 Sahih
15. 0,715 0,664 0,000 Sahih
16. 0,903 0,881 0,000 Sahih
17. 0,749 0,705 0,000 Sahih
18. 0,744 0,708 0,000 Sahih
19. 0,822 0,785 0,000 Sahih
20. 0,806 0,769 0,000 Sahih
21. 0,877 0,853 0,000 Sahih
22. 0,608 0,537 0,001 Sahih
23. 0,227 0,096 0,300 Gugur
24. 0,653 0,600 0,000 Sahih
25. 0,676 0,612 0,000 Sahih
26. 0,872 0,848 0,000 Sahih
27. 0,566 0,493 0,002 Sahih
28. 0,775 0,727 0,000 Sahih
29. 0,921 0,905 0,000 Sahih
30. 0,864 0,839 0,000 Sahih
31. 0,864 0,840 0,000 Sahih
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
26
32. 0,481 0,399 0,010 Sahih
33. 0,667 0,625 0,000 Sahih
No. Aitem rxy rbt p Status
34. 0,830 0,807 0,000 Sahih
35. 0,904 0,887 0,000 Sahih
36. 0,869 0,843 0,000 Sahih
37. 0,744 0,706 0,000 Sahih
38. 0,601 0,531 0,001 Sahih
39. 0,717 0,662 0,000 Sahih
40. 0,559 0,494 0,002 Sahih
41. 0,950 0,940 0,000 Sahih42. 0,751 0,724 0,000 Sahih
43. 0,392 0,325 0,031 Sahih
44. 0,788 0,743 0,000 Sahih
45. 0,762 0,711 0,000 Sahih
46. 0,781 0,743 0,000 Sahih
1.3Reliabilitas Butir Skala Intensi TurnoverReliabilitas merupakan keandalan alat ukur, dimana alat ukur tersebut
menunjukkan hasil pengukuran yang relatif konstan walaupun diberikan padawaktu dan tempat berbeda. Pada umumnya untuk mengukur reliabilitas digunakan
tiga teknik penguji reliabilitas, yaitu: a. Teknik ulangan, b. Teknik bentuk paralel
atau sejajar dan c. Teknik pendekatan konsistensi internal (Azwar, 2007).
Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pendekatan
konsistensi internal. Prosedur pendekatannya hanya memerlukan satu kali
pengenaan sebuah tes kepada sekelompok individu sebagai subyek (single trial
administration). Oleh karena itu pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan
efisiensi yang tinggi. Dengan hanya satu kali pengenaan tes akan diperoleh satu
distribusi skor tes dari kelompok subyek yang bersangkutan.
Menghitung reliabilitas butir skala intensi turnover ini menggunakan bantuankomputasi Seri Program Statistik (SPS-2000), Program Analisis Keandalan Butir teknik
Hoytedisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, UGM Yogyakarta versi IBM/ IN; Hak
Cipta 2005, dilindungi undang-undang. Hasil perhitungan reliabilitas skala intensi
turnoverpada tabel 4.
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
27
Tabel 4
Hasil Reliabilitas Butir Skala IntensiTurnover
No Aspek-Aspek rtt p Status
1. Thinking of quiting 0,947 0,000 Andal
2. Intention to search 0,929 0,000 Andal
3. Intention to quit 0,946 0,000 Andal
Hasil perhitungan reliabilitas 3 aspek skala intensi turnover dinyatakan sangat
signifikan dengan nilai p = 0,000 dan nilai rtt berkisar antara 0,929-0,947. Dengan
demikian dalam penelitian ini skala intensi turnover dapat dinyatakan andal atau
reliabel.
2. Variabel Bebas : Komunikasi EfektifKomunikasi Efektif adalah komunikasi dua arah yang saling berbalas, terbuka,
interaktif dan terjadi keseimbangan dinamis peserta komunikasi. Tingkat keefektifan
komunikasi ditunjukkan oleh skor total yang diperoleh dari skala komunikasi efektif.
Semakin tinggi skor total subyek maka semakin tinggi tingkat keefektifan komunikasi
yang terjadi di antara karyawan. Sebaliknya, semakin rendah skor total subyek maka
semakin tidak efektif komunikasi yang terjadi di antara karyawan.
2.1 Penyusunan Skala Komunikasi Efektif
Adapun penyusunan skala Komunikasi Efektif menggunakan metode summated
rating (rating yang dijumlahkan) atau lebih populer dengan nama penskalaan model
Likert yang telah dimodifikasi dengan menghilangkan pilihan jawaban Entah, karena
jawaban Entah mengindikasikan sikap ragu-ragu atau tidak dapat menentukan sikap,
sehingga hanya ada 4 (empat) alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) (Azwar, 2007).
Setiap pernyataan subyek akan diberikan skor sesuai dengan nilai skala kategori
jawaban pada tabel 5.
Tabel 5
Penilaian Skala Komunikasi Efektif
JawabanSkor
Favourable Unfavourable
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pad
28
Penyusunan blue print skala komunikasi efektif berdasarkan aspek-aspek
komunikasi efektif dari Johnson & Johnson dan James, yaitu :
a. Saling berbalas (reciprocity)Komunikasi yang saling berbalas memiliki pengertian bahwa pihak-pihak yang
terlibat dalam proses komunikasi dapat saling berbalas dalam menerima atau
mengirim stimulus komunikasi.
b. TerbukaKomunikasi yang terbuka memiliki pengertian bahwa peserta komunikasi
mempunyai kemauan untuk menyampaikan klarifikasi atas materi pesan yang
disampaikan atau diterima dengan transparan sehingga dalam komunikasi tersebut
menjadi terbuka bagi masing-masing pihak atas pesan-pesan komunikasi.
c. InteraktifKomunikasi yang interaktif memiliki pengertian, membuat suasana komunikasi yang
mampu menciptakan pola hubungan komunikasi yang menyenangkan di antara
peserta komunikasi.
d. SeimbangKomunikasi efektif memungkinkan peserta komunikasi saling memiliki kedudukan
yang seimbang dalam berkomunikasi, dalam pengolahan materi pesan, serta dalam
jalur komunikasi yang berlangsung. Proses komunikasi sendiri menjadi proses yang
dinamis tanpa adanya dominasi dan subordinasi yang timpang.
Sebaran aitem skala Komunikasi Efektif dapat dilihat dari Tabel 6.
Tabel 6
Sebaran Aitem Skala Komunikasi Efektif
No. AspekNo aitem
TotalFavourable Unfavourable
1 Saling berbalas 1, 9, 17, 25, 33 5, 13, 21, 29, 37 10
2 Terbuka 2, 10, 18, 26, 34 6, 14, 22, 30, 38 10
3 Interaktif 3, 11, 19, 27, 35 7, 15, 23, 31, 39 10
4 Seimbang 4, 12, 20, 28, 36 8, 16, 24, 32, 40 10
Total 20 20 40
2.2 Validitas Butir Skala Komunikasi Efektif
Validitas butir merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana alat ukur dapat mengukur apa yang diukur. Berdasarkan cara estimasinya yang
disesuaikan dengan sifat dan fungsi setiap tes, tipe validitas pada umumnya digolongkan
dalam tiga kategori, yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas
konstrak), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria). Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah content validity (validitas isi) karena dapat
menunjukkan sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan ini
yang hendak diukur oleh tes itu. Pengertian mencakup keseluruhan kawasan isi tidak
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
29
saja berarti tes itu harus komprehensif akan tetapi isinya harus pula tetap relevan dan
tidak keluar dari batasan tujuan pengukurannya (Azwar, 2007).
Penghitungan validitas skalakomunikasi efektif dilakukan dengan menggunakan
bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000), Program Analisis Kesahihan Butir
edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, UGM Yogyakarta versi IBM/ IN; Hak Cipta
2005, dilindungi undang-undang. Setelah dilakukan uji validitas, diketahui bahwa dari
40 aitem komunikasi efektif, 31 aitem dinyatakan sahih, dan 9 aitem dinyatakan gugur
(1, 4, 9, 21, 27, 28, 30, 31, 33), dimana aitem yang sahih memiliki nilai r btyang berkisar
antara 0,295 sampai 0,847. Hasil perhitungan validitas skala komunikasi efektif
ditunjukkan pada tabel 7.
Tabel 7
Hasil Validitas Butir Skala Komunikasi Efektif
No. Aitem rxy rbt p Status
1. 0,352 0,128 0,259 Gugur
2. 0,686 0,582 0,000 Sahih
3. 0,591 0,453 0,004 Sahih
4. 0,402 0,251 0,078 Gugur
5. 0,623 0,468 0,003 Sahih
6. 0,594 0,480 0,002 Sahih
7. 0,521 0,361 0,018 Sahih
8. 0,779 0,677 0,000 Sahih
9. 0,172 -0,046 0,397 Gugur
10. 0,706 0,615 0,000 Sahih
11. 0,676 0,514 0,001 Sahih
12. 0,708 0,622 0,000 Sahih
13. 0,754 0,593 0,000 Sahih
14. 0,834 0,778 0,000 Sahih
15. 0,770 0,658 0,000 Sahih
16. 0,671 0,599 0,000 Sahih
17. 0,558 0,328 0,030 Sahih
18. 0,688 0,592 0,000 Sahih
19. 0,824 0,767 0,000 Sahih
20. 0,434 0,295 0,046 Sahih
21. 0,463 0,251 0,077 Gugur
22. 0,725 0,635 0,000 Sahih
23. 0,801 0,737 0,000 Sahih
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
30
No. Aitem rxy rbt p Status
24. 0,710 0,619 0,000 Sahih
25. 0,666 0,522 0,001 Sahih
26. 0,729 0,634 0,000 Sahih
27. 0,361 0,214 0,115 Gugur
28. 0,390 0,243 0,085 Gugur
29. 0,764 0,653 0,000 Sahih
30. -0,088 -0,273 0,060 Gugur
31. 0,411 0,249 0,079 Gugur
32. 0,848 0,764 0,000 Sahih
33. 0,072 -0,157 0,306 Gugur34. 0,658 0,582 0,000 Sahih
35. 0,751 0,675 0,000 Sahih
36. 0,649 0,545 0,001 Sahih
37. 0,707 0,493 0,002 Sahih
38. 0,743 0,640 0,000 Sahih
39. 0,769 0,690 0,000 Sahih
40. 0,902 0,847 0,000 Sahih
2.3 Reliabilitas Butir Skala Komunikasi Efektif
Reliabilitas merupakan keandalan alat ukur, dimana alat ukur tersebut
menunjukkan hasil pengukuran yang relatif konstan walaupun diberikan pada
waktu dan tempat berbeda. Pada umumnya untuk mengukur reliabilitas digunakan
tiga teknik penguji reliabilitas, yaitu: a. Teknik ulangan, b. Teknik bentuk paralel
atau sejajar dan c. Teknik pendekatan konsistensi internal (Azwar, 2007).
Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pendekatan
konsistensi internal. Prosedur pendekatannya hanya memerlukan satu kali
pengenaan sebuah tes kepada sekelompok individu sebagai subyek (single trial
administration). Oleh karena itu pendekatan ini mempunyai nilai praktis danefisiensi yang tinggi. Dengan hanya satu kali pengenaan tes akan diperoleh satu
distribusi skor tes dari kelompok subyek yang bersangkutan.
Menghitung reliabilitas butir skala komunikasi efektif ini menggunakan bantuan
komputasi Seri Program Statistik (SPS-2000), Program Analisis Keandalan Butir teknik
Hoytedisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, UGM Yogyakarta versi IBM/ IN; Hak
Cipta 2005, dilindungi undang-undang. Hasil perhitungan reliabilitas skala komunikasi
efektif pada tabel 8.
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
31
Tabel 8
Hasil Reliabilitas Butir Skala Komunikasi Efektif
No Aspek-Aspek rtt p Status
1. Saling berbalas 0,755 0,000 Andal
2. Terbuka 0,874 0,000 Andal
3. Interaktif 0,846 0,000 Andal
4. Seimbang 0,864 0,000 Andal
Hasil perhitungan reliabilitas 4 aspek dalam skala komunikasi efektif dinyatakan
sangat signifikan dengan nilai p = 0,000 dan nilai r ttberkisar antara 0,755-0,874. Dengan
demikian dalam penelitian ini skala komunikasi efektif dapat dinyatakan andal atau
reliabel.
D. Analisis Data
Untuk menganalisis data yang telah diperoleh, digunakan Analisis Korelasi
Product Moment dari Pearson dengan bantuan komputasi Seri Program Statistik (SPS-
2000) dari Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
versi IBM/IN.
Tabel 9
Tabel komputasi
X Y
x1 y1
x2 y2
xn yn
Keterangan:
X : komunikasi efektif.
Y : intensi turnover.
x1, x2, ..., xn : total skor komunikasi efektif subyek 1, 2, ..., subyek ke-n.
y1, y2, ..., yn : total skor intensi turnoversubyek 1, 2, ..., subyek ke-n.
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
32
Adapun pedoman pengujian hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
jika rhitung > rtabel 1% berarti sangat signifikan, hipotesis alternatif yang
digunakan diterima karena ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel
X dan variabel Y.
jika rtabel 5% < rhitung < rtabel 1% berarti signifikan hipotesis alternatif yang
diajukan diterima karena ada hubungan antara variabel X dan variabel Y.
jika rhitung < rtabel5% berarti tidak signifikan hipotesis alternatif yang diajukan
ditolak karena tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y (Hadi, 2000).
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
33
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment
Pearson. Rangkuman hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10
Tabel Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Product MomentPearson
N X X2 Y Y
2 XY r r
2 p
33 3038 282734 2855 262203 260013 -0,414 0,171 0,016
Hasil analisis korelasiproduct momentmenyatakan rxy= -0,414 dengan p = 0,016
dinyatakan signifikan, artinya ada korelasi negatif antara komunikasi efektif dengan
intensi turnover.
Berdasarkan hasil analisis dari data penelitian maka hipotesis ada hubungan
negatif antara komunikasi efektif dengan intensi turnover pada karyawan Bank Jatim
Kantor Cabang Malang diterimapada taraf kepercayaan 95%.
Nilai r negatif memiliki pengertian bahwa kenaikan nilai variabel komunikasi
efektif akan disertai secara proporsional oleh penurunan nilai variabel inteni turnoverdan sebaliknya atau bisa dikatakan, semakin efektif komunikasi yang terjadi, semakin
rendah intensi turnover pada karyawan Bank Jatim Kantor Cabang Malang dan
sebaliknya, semakin tidak efektif komunikasi yang terjadi, semakin tinggi intensi
turnover pada karyawan pada karyawan Bank Jatim Kantor Cabang Malang.
Adapun sumbangan efektif komunikasi efektif terhadap intensi turnoversebesar
17,1% (r= 0,171).
B. Pembahasan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan
ada hubungan negatif antara komunikasi efektif dengan intensi turnoverpada karyawan
Bank Jatim Kantor Cabang Malang diterima, artinya semakin efektif komunikasi, semakin
rendah intensiturnoverpada karyawan dan sebaliknya semakin tidak efektif komunikasi,
semakin tinggi intensi turnover. Hal ini dapat diartikan bahwa responden penelitian yang
menganggap komunikasi antar karyawan dalam perusahaan efektif cenderung memiliki
intensi turnover yang rendah dan demikian pula sebaliknya, reponden penelitian yang
menganggap komunikasi antar karyawan tidak efektif cenderung memiliki intensi
turnoveryang lebih tinggi..
Pandangan karyawan tentang komunikasi antar karyawan yang sudah efektif
tersebut, tentu harus dipertahankan, karena sesuai dengan hasil analisis data penelitian
yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara komunikasi efektif dengan intensi
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
34
turnover pada karyawan, sehingga dapat diramalkan bahwa karyawan yang
berpandangan komunikasi yang terjadi antar karyawan sudah efektif cenderung
memiliki intensi turnover yang lebih rendah dari pada karyawan yang berpandangankomunikasi yang terjadi antar karyawan tidak efektif.
Hal tersebut bisa dipahami, karena pada dasarnya setiap karyawan dalam
bekerja tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan material (fisik) saja, melainkan
juga sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan non-material (psikis) yang dimilikinya.
Artinya, melalui komunikasi efektif, karyawan dapat memenuhi kebutuhannya yang
sifatnya non-material, yaitu kebutuhan untuk menjalin hubungan sosial dengan orang
lain dan apabila adanya komunikasi efektif di antara karyawan ini didukung oleh
terpenuhinya kebutuhan material, yaitu gaji yang sesuai dengan beban kerja, bonus
prestasi yang menarik, fasilitas kantor yang memadai, lingkungan fisik yang baik, dan lain
sebagainya, tentu hal-hal tersebut akan mereduksi tingkat intensi turnover padakaryawan.
Survei Global Strategic Rewards pada tahun 2007/2008 menemukan tingkat
turnoveralias masuk-keluar karyawan untuk posisi-posisi penting (level manajerial dan
di atasnya) pada perusahaan-perusahaan di Indonesia di industri perbankan antara 6,3
persen - 7,5 persen. Sementara, pada industri umumnya hanya berkisar antara 0,1
persen - 0,74 persen, sedangkan anggaran kenaikan gaji yang dimiliki oleh perusahaan-
perusahaan di Indonesia adalah dua kali lipat perusahaan di Asia Pasifik.
Kecenderungan karyawan melakukan turnover di kalangan karyawan
perusahaan perbankan yang lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan yang
bergerak di bidang lain ini patut diperhatikan terutama oleh Bank Jatim sebagai salahsatu perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, karena dengan tingkat kenaikan
gaji yang cukup tinggipun, karyawan terutama karyawan pada posisi-posisi penting tetap
memutuskan untuk melakukan turnover. Artinya pemenuhan kebutuhan material saja
tidaklah cukup untuk mempertahankan karyawan tetap bekerja dalam suatu
perusahaan.
Secara teoritis, turnoveryang dilakukan karyawan tidak hanya disebabkan oleh
ketidakpuasan pada faktor industrial, yang salah satu contohnya adalah besaran gaji
yang diterima, tetapi juga disebabkan oleh ketidakpuasan pada kondisi sosial di
perusahaan, yang hanya bisa terbentuk dengan baik melalui komunikasi efektif. Artinya
apabila gaji yang diterima karyawan sudah memadai atau bahkan lebih tinggi daripadagaji karyawan dengan posisi yang sama di perusahaan sejenis, namun karyawan tetap
memutuskan untuk mengundurkan diri dan bekerja di perusahaan lain, sudah
sepatutnya perusahaan mengevaluasi tingkat kepuasan karyawan terhadap komunikasi
antar karyawan di perusahaan, apakah komunikasi antar karyawan sudah efektif atau
belum.
Komunikasi yang efektif tentu akan membawa dampak yang positif pada hal-hal
yang berkaitan dengan hubungan industrial, seperti efektivitas kerjasama, pemecahan
masalah dalam kerja, dll., karena komunikasi yang efektif akan membentuk hubungan
sosial yang baik. Seorang karyawan yang memiliki hubungan sosial yang baik dengan
karyawan lainnya, tentu memiliki kesempatan lebih besar untuk dibantu oleh karyawan
-
5/28/2018 Hubungan Antara Komunikasi Efektif Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan B...
http:///reader/full/hubungan-antara-komunikasi-efektif-dengan-intensi-turnover-pada
35
lainnya apabila dirinya mengalami hambatan dalam melakukan pekerjaannya, daripada
karyawan lain yang tidak memiliki hubungan sosial yang baik.
Komunikasi yang efektif akan mengarahkan terciptanya suatu suasana yang
kondusif sehingga masing-masing karyawan dapat mengembangkan potensi-potensi
yang dimilikinya secara maksimal. Suasana ini dapat berbentuk kesempatan untuk
otonomi yang lebih besar, varietas, tanggung jawab terhadap tugas, lingkungan sosial
yang menyenangkan dan sebagainya. Dengan demikian karyawan dapat bekerja dengan
kebutuhan kepuasan kerja yang tinggi.
Bagi perusahaan hal ini merupakan suatu tantangan yang berat.
Perusahaan harus berupaya menciptakan suatu kondisi tertentu dimana kondisi ini
akan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi karyawan sehingga karyawan
dapat meraih kepuasan kerja dan sekaligus dapat memenuhi kebutuhannya.
Bagaimanapun perusahaan harus mengakui bahwa keunggulan suatu organisasi
tidak hanya terletak pada banyaknya produksi yang dihasilkan, tetapi lebih detail
lagi melihat keadaan sumber daya manusia dalam perusahaan sebagai sumber
potensial bagi kemajuan perusahaan.
Hasil penelitian juga menunjukkan sumbangan efektif komunikasi efektif
terhadap intensi turnover sebesar 17,1%. Hal ini berarti ada faktor-faktor lain sebesar
82,9% yang juga berhubungan dengan intensi turnover pada responden penelitian.
Faktor-faktor lain tersebut, dapat diperhatikan dari apa yang dikemukakan oleh
Watkins, dkk., dalam Triana (2003), yaitu :
4. Penyebab pribadi (Personal causes)Terbagi atas 2 (dua), yaitu :
c) Kondisi fisiologis, misalnya sakit dan kematian.d) Kondisi psikologis, misalnya keinginan untuk berkelana, watak yang
buruk, ikatan keluarga, dan hasrat untuk peningkatan standar
kehidupannya.
5. Penyebab yang berhubungan dengan industri (Industrial causes)Terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu:
c) Hal-hal yang menyebabkan kurangnya prosedur personalia, misalnyakekurangan metode pada proses rekrutmen, seleksi dan penempatan;
kurangnya insentif finansial dan non-finansial; kondisi pekerjaan yangkurang menguntungkan; produksi yang tidak dapat diatur; manajemen
yang bersifat otokrasi; dan kurangnya fasilitas-fasilitas training atau
pelatihan.
d) Kondisi umum dunia bisnis, termasuk perubahan yang terjadi padabanyaknya permintaan pelanggan, skala upah umum yang tidak sama dan
perputaran bisnis.
6. Kondisi sosial (Social condition causes)Terbagi atas faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan fasilitas
transportasi, buruknya komunikasi, buruknya kondisi perumahan, dan kurangnya
penyediaan fasilitas rekreasi.
-
5/28/2018 Hubungan Antara