BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep ... II.pdf · serangkaian konsep dan azas...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep ... II.pdf · serangkaian konsep dan azas...
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Kebijakan Publik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebijakan merupakan
serangkaian konsep dan azas yang menjadi garis dasar rencana dalam pelaksanaan
pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak. Menurut Koontz dan O’Donnel
(1972:113) mendefinisikan kebijakan sebagai pertanyaan umum dari pengertian yang
memandu pikiran dalam membuat keputusan. Anderson (1997:113) kebijakan adalah
suatu tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan seorang pelaku untuk
memecahkan suatu masalah. Kebijakan dapat diklasifikasi menjadi dua yaitu :
kebijakan substantif yang merupakan kebijakan yang harus dikerjakan pemerintah,
dan kebijakan procedural yaitu siapa dan bagaimana kebijakan tersebut dikerjakan.
Ini berarti kebijakan publik merupaka kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh para
pejabat dan badan pemerintah.
Selanjutnya dikataka bahwa terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan
kebijakan publik. Pertama, tujuan atau kegiatan yang berorientasi tujuan haruslah
menjadi perhatian utama prilaku acak. Kedua, kebijakan merupakan pola tindakan
pejabat pemerintah mengenai keputusan-keputusan secara terpisah. Ketiga, kebijakan
harus nyata dengan apa yang pemerintah perbuat. Keempat, bentuk kebijakan publik
yang positif berdasarkan pada ketentuan hukum dan wewenang. Tujuan kebiajakn
2
publik adalah tercapainya kesejahtraan masyarakat melalui produk kebijakan yang
dibuat pemerintah (Tahir,2014:22).
Dye (2008) mengemukakan kebijakan publik sebagai “Public policy is what
ever governments choose to do or not to do”, konsep ini dijelaskan bahwa kebijakan
publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak
dilakukan. Berdasarkan pandangan para ilmuan mengenai kebijakan publik dapat
disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan suatu tindakan yang memiliki
konsep dan tujuan dalam memecahkan masalah yang ditetapkan oleh para pejabat dan
badan pemerintah.
2.1.1.1 Peran Pemerintah
Pemerintah mempunyai peran penting dalam mengatur perekonomian pada
suatu negara. Teori pemerintahan yang dikemukan oleh Adam Smith, membahas
tentang tiga peran terpenting dari pemerintah. Peran penting tersebut digunakan
dalam sistem kemerdekaan yang mengharuskan pemerintah untuk menjalankan tiga
peran atau tugas utamanya tersebut yaitu : 1) Peran untuk memelihara keamanan
dalam negeri dan pertahanan. 2) Peran untuk menyelenggarakan peradilan yang
seadil-adilnya. 3) Peran untuk menyediakan barang-barang yang tidak disediakan
sektor swasta. Dalam hal ini, Smith menyadari bahwa pasar tidak dapat menyediakan
beberapa barang publik yang mana terlalu mahal apabila diusahakan sendiri
penyediaannya oleh individu (Prasetyia,2012: 4) .
3
Musgrave (1959) mengidentifikasi tiga jenis fungsi dari pemerintah: 1) Fungsi
alokasi, 2) Fungsi distribusi, 3) Fungsi stabilisasi. Fungsi alokasi terjadi ketika
pemerintah turut serta dalam memperbaiki distorsi ekonomi yang disebabkan oleh
kegagalan pasar. Pemerintah bertugas untuk mengadakan kembali distribusi disaat
pasar gagal untuk melakukan tugasnya tersebut. Peran alokasi pemerintah berkaitan
dengan pencapaian efisiensi statis alokasi sumber daya. Pengalokasian sumberdaya
ini harus dilakukan secara merata. Pemerintah harus mengoreksi dan menyediakan
barang dan jasa publik yang mungkin tidak dapat disediakan secara efisien oleh
sektor swasta. Pengalokasian sumberdaya berhubungan dengan teori tentang hak
milik. Salah satu teori alokasi yang efisien dikemukakan oleh Ronald Coase, yang
teorinya disebut sebagai “The Coase Theorem”. Teori ini menjelaskan tentang cara
mengalokasikan sumber daya secara efisien melalu pertukaran individual dan jika tak
ada biaya transaksi maka pengalokasian sumberdaya tidak akan bergantung pada
keberadaan hak milik individual. Artinya semakin sedikit biaya transaksi maka
memungkinkan untuk semakin efisien pengalokasiannya.
Fungsi selanjutnya adalah fungsi distribusi, dalam mempertimbangkan
distribusi pendapatan pemerintah menggunakan konsep ekuitas dan keadilan.
Pendapatan didistribusikan dengan melihat pada sejarah, hukum warisan, pendidikan,
mobilitas sosial, kesempatan ekonomi dan beberapa faktor-faktor lainnya pada suatu
negara. Pemerintah dalam hal ini menggunakan kebijakan fiskal yang lebih luas
cakupannya untuk mengadakan kembali proses distribusi. Pemerintah juga
mendistribusikan kembali pendapatan melalui kebijakan pengeluaran yang telah
4
dikeluarkan pemerintah. Selain itu, negara juga dapat ikut serta dalam mekanisme
pasar melalui pemberian subsidi, kontrol terhadap harga, dan pengenaan pajak pada
barang mewah Fungsi yang ketiga adalah fungsi stabilisasi. Fungsi stabilisasi adalah
fungsi jangka pendek dari pemerintah. Stabilisasi sangat penting 11 dalam ekonomi
terbuka, yang dapat dilihat sebagai ketidakseimbangan sistem (Balassa 1982). Oleh
karena itu, pemerintah harus membuat kebijakan untuk memperbaiki kondisi
ketidakseimbangan tersebut agar tidak berdampak buruk kedepannya.
2.1.2 Konsep Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dapat diartikan sebagai kemampuan masyarakat dalam mendukung
secara mutlak program-program pemerintah yang dirancang dan ditentukan tujuannya
oleh pemerintah, serta terjadinya kerjasama antar pemerintah dalam merencanakan,
melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan (Soetrisno, 1995:89).
Pengertian tersebut memiliki makna bahwa masyarakat ikutserta dalam program-
program pemerintahan berarti masyarakat secara langsung telah mendukung program
pemerintah. Partisipasi telah terbentuk apabila adanya keikutsertaan masyarakat
dalam menjalankan program-program pemerintah. Tanpa pastisipasi dari masyarakat
program-program yang telah dibuat pemerintah tidak akan berjalan karna masyarakat
merupakan subyek atau peran utama dalam pembangunan.
Menurut Siagian (1985:2) partisipasi dapat bersifat pasif maupun aktif,
partisipasi bersifat pasif berarti sikap, prilaku, dan tidakan yang dilakukan seseorang
5
dengan tidak mengganggu kegiatan pembangunan. Sedangkan partisipasi aktif dapat
berwujud berupa :
1. Ikut berpartisipasi dengan memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada di
masyarakat sebagai saluran inspirasi.
2. Menunjukan adanya kesadaran bermasyarakat dan bernegara yang tinggi dengan
tidak menyerahkan penentuan nasib kepada orang lain baik bersifat formal
maupun informal.
3. Memenuhi kewajiban sebagai warga Negara yang bertanggung jawab seperti
membayar pajak yang rutin.
4. Ketaatan kepada berbagai undang-undang yang berlaku.
5. Kerelaan melakukan pengorbanan yang dituntut oleh pembangunan demi
kepentingan bersama yang lebih luas dan penting.
Partisipasi masyarakat mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
pemerintahan, karna tanpa adanya partisipasi masyarakat maka penyelenggaraan
pemerintahan tidak akan berjalan secara maksimal. Tujuan dari partisipasi
masyarakat adalah untuk meningkatkan komunikasi antara pelaku kepentingan dalam
memfasilitasi pengambilan keputusan yang baik dan berkelanjutan dalam
pembangunan (Ernovianthy,2014).
Menurut Pangestu (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat terdiri dari faktor dari dalam diri masyarakat (internal) dan faktor dari
luar masyarakat (eksternal) sebagai berikut :
6
1. Faktor internal, yang mencangkup karakteristik individu yang dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Karakteristik individu mencangkup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban
keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok.
2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek
dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karna sasaran akan dengan
sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan
menguntungkan mereka.
2.1.3 Partisipasi Masyarakat dalam Program Bank Sampah
Dalam Konteks bank sampah, partisipasi masyarakat dapat berupa pemilahan
sampah anorganik yang berbentuk kaleng, pastik, kertas, dll, dalam proses
pewadahan (Yolarita, 2011). Candra (2012) mengungkapkan bahwa konsep
partisipasi dapat diukur melalui tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap
pemanfaatan. Bila dikaitkan dengan bank sampah , maka partisipasi masyarakat
dalam program bank sampah tidak hanya dilihat dari ikut sertanya masyarakat dalam
proses pelaksanaan mengelola sampah, tetapi keaktifan anggota dalam membawa dan
memilah sampah setiap datang ke bank sampah. Banyak cara yang dapat dilakukan
oleh masyarakat untuk berpartisipasi dalam program bank sampah, baik dalam bentuk
sumbangan tenaga, ide, pikiran, maupun materi.
Partisipasi merupakan modal yang penting bagi program bank sampah untuk
dapat berhasil mengatasi permasalahan mengenai sampah rumah tangga yang banyak
7
terdapat di lingkungan masyarakat, terutama di perkotaan. Pada penelitian ini,
partisipasi masyarakat dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu partisipasi
aktif dan partisipasi tidak aktif. Partisipasi aktif dilihat dari kehadiran anggota atau
nasabah dalam membawa sampah setiap bulannya. Sedangkan partisipasi tidak akfit
dilihat dari kehadiran anggota atau nasabah yang kurang dalam satu bulan dalam
membawa sampah.
2.1.4 Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat
Kondisi sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada yang
keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Zaki Oktama (2013)
sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam suatu kelompok yang
ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, usia, jenis
rumah tinggal, dan kekayaan yang dimiliki. Sedangkan sosial ekonomi adalah posisi
seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan
pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan
sumber daya. Menurut Conyers (1991:5) kata sosial ekonomi mengandung pengertian
sebagai sesuatu yang bersifat non moneter yang bertalian dengan kualitas kehidupan
insani. Sedangkan ekonomi dijelaskan sebagai lawan dari pengertian sosial yaitu
dilibatkan kaitannya dengan uang. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat
disimpulkan pengertian kondisi sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah
kedudukan atau posisi seseorang dalam bermasyarakat yang berkaitan dengan tingkat
pendidikan, pendapatan keluarga, status pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga.
8
a) Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, serta memperluas wawasan. Pendidikan mempunyai peran
penting bagi suatu bangsa karena pendidikan memiliki andil yang besar terhadap
kemajuan bangsa, baik secara ekonomi maupun sosial. Pertama dan paling penting
adalah pendidikan harus dapat mengembangkan, menjawab rasa ingin tahu
intelektual manusia, sehingga pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidup dan
memperdayakan manusia dalam mengembangkan semua masalah sosial dan
lingkungan. Oleh karenanya, pendidikan merupakan proses untuk mempengaruhi
sejumlah aspek perlilaku individu (Mar’at, 1984: 12 ). Status pendidikan penduduk
dibagi menjadi tiga komponen yaitu tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah
dan tidak sekolah lagi (Agustinus, 2007). Sedangkan Muchsin (2004: 14)
menyatakan bahwa tingkat pendidikan dihitung dari lamanya mengikuti
pendidikan.
b) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan adalah jumlah penerimaan berupa uang atau barang yang
dihasilkan oleh segenap orang yang merupakan balas jasa untuk faktor-faktor
produksi. Ada 3 sumber penerimaan rumah tangga yaitu: 1) Pendapatan dari gaji dan
upah yaitu balas jasa terhadap kesediaan orang menjadi tenaga kerja 2) Pendapatan
dari asset produktif yaitu asset yang memberikan pemasukan atas balas jasa
penggunaanya. Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer adalah
9
pendapatan yang di terima bukan sebagai balas jasa atau input yang di berikan.
Pendapatan dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Pendapatan pokok, Pendapatan pokok yaitu pendapatan yang tiap bulan
diharapkan diterima, pendapatan ini diperoleh dari pekerjaan utama yang bersifat
rutin.
2) Pendapatan sampingan, Pendapatan sampingan yaitu pendapatan yang diperoleh
dari pekerjaan di luar pekerjaan pokok, maka tidak semua orang mempunyai
pendapatan sampingan.
3) Pendapatan lain-lain, Pendapatan lain-lain yaitu pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain, baik bentuk barang maupun bentuk uang, pendapatan bukan
dari usaha.
Menurut Sunardi dan Evers (1982:20) menyebutkan bahwa “pendapatan adalah
seluruh penerimaan baik berupa barang maupun uang baik dari pihak lain maupun
dari hasil sendiri, dengan jalan dinilai dengan sejumlah uang atau harga yang berlaku
saat itu”. Uang atau barang tidak langsung kita terima sebagai pendapatan tanpa kita
melakukan suatu pekerjaan baik itu berupa jasa ataupun produksi. Pendapatan ini
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidup.
Sedangkan pendapatan keluarga adalah semua hasil yang diterima seluruh anggota
keluarga dari bekerja baik dari pekerjaan pokok maupun pekerajaan sampingan
berupa uang atau barang yang dapat di nilai dengan uang.
10
c) Status Pekerjaan
Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di
suatu unit usaha/kegiatan. Menurut Fridayanti (2010) mulai tahun 2001 status
pekerjaan dibedakan menjadi 7 kategori yaitu :
a. Berusaha sendiri adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko
secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah
dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja
tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau
keahlian khusus.
b. Buruh/karyawan/pegawai adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau
instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik
berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap,
tidak di golongkan sebagai buruh/karyawan, tetapi sebagai pekerja bebas.
Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki 1 majikan
(orang/rumah tangga) yang sama sebulan terakhir, khusus pada sektor
bangunan batasannya tiga bulan. Apabila majikannya instansi/lembaga boleh
lebih dari satu.
c. Pekerja bebas di pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang
lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan
terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan
usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan
11
baik berupa uang atau barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian
maupun borongan.
d. Pekerja bebas di non pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang
lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan
terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik
berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian
maupun borongan.
e. Pekerja tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang
berusaha dengan tidak mendapat upah atau gaji baik berupa uang maupun
barang
d) Jumlah Anggota Keluarga
Menurut Erwin Adiana (2012) Jumlah anggota keluarga sangat menentukan
jumlah kebutuhan keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga berarti semakin
besar pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya,
semakin sedikit jumlah anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan
keluarga yang harus dipenuhi. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya
banyak, akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar
ukuran rumah tangga berarti semakin banyak anggota rumah tangga yang pada
akhirnya akan semakin berat beban rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Demikian pula jumlah anak yang tertanggung dalam keluarga dan anggota-
anggota keluarga yang cacat maupun lanjut usia akan berdampak pada besar kecilnya
12
pengeluaran suatu keluarga. Mereka tidak bisa menanggung biaya hidupnya sendiri
sehingga mereka bergantung pada kepala keluarga dan istrinya. Anak-anak yang
belum dewasa perlu di bantu biaya pendidikan, kesehatan, dan biaya hidup lainnya.
2.1.5 Undang – Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Menurut Wijaya (2014) mekanisme pengelolaan sampah dalam Undang-
Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah meliputi, kegiatan-kegiatan
berikut :
a). Pengurangan Sampah
Pengurangan Sampah merupakan kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah
(sampah rumah tangga, pasar,dll ), mengguna ulang dari sumbernya atau di tempat
pengolahan. Pengurangan sampah akan diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri,
kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah ini adalah :
1) Menetapkan sasaran pengurangan sampah.
2) Mengembangkan teknologi bersih dan label produk.
3) Menggunakan bahan produksi yang dapat didaur ulang.
4) Fasilitas kegiatan daur ulang.
5) Mengembangkan kesadaran program daur ulang.
b). Penanganan Sampah
Penanganan sampah merupakan serangkaian kegiatan penanganan sampah yang
mencangkup pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah dari sumber sampah
ke TPS atau tempat pengelolaan sampah terpadu), pengangkutan (kegiatan
13
memindahkan sampah dari sumber, TPS atau tempat pengelolaan sampah terpadu),
pengolahan asil akhir (mengubah bentuk, komposisi, karakteristik dan jumlah sampah
agar diproses lebih lanjut), dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan
aktif kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sampah sebelumnya
agar dapat dikembalikan ke media lingkungan.
2.1.6 Bank Sampah
Menurut Suwerda (2012) Bank Sampah adalah suatu tempat dimana terjadi
kegiatan pelayanan terhadap penabung sampah yang dilakukan oleh teller bank
sampah. Mekanisme pengelolaan sampah dalam bank sampah hampir sama dengan
bank konvensional pada umumnya. Bedanya, jika masyarakat menabung uang
dapatnya uang, maka melalui bank sampah masyarakat menabung sampah dapatnya
uang. Sistem seperti inilah yang telah diterapkan di bank sampah yang ada di Kota
Denpasar.
Menurut Novyanti (2013) cara kerja bank sampah pada umumnya hampir
sama dengan bank lainnya dimana, ada nasabah, pencatatan pembukuan dan
manajemen pengelolaan. Pengelolaan sampah pada bank sampah berbasis rumah
tangga, dengan memberikan reward kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan
sejumlah sampah. Selain bisa sebagai sarana untuk melakukan gerakan penghijauan,
pengelolaan sampah juga bisa menjadi sarana pendidikan gemar menabung untuk
masyarakat dan anak-anak. Metode bank sampah juga berfungsi untuk
memberdayakan masyarakat agar peduli terhadap kebersihan.
14
Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2012, tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle. Melalui bank
sampah, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan bank sampah adalah tempat
pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang atau digunakan
kembali sehingga menghasilkan nilai ekonomis.
Bank sampah merupakan suatu proyek yang didirikan oleh komunitas yang
bertujuan sebagai wadah sampah yang telah dipilah-pilah. Hasil dari sampah
yang telah dipilah-pilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari
sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola menggunakan
sistem seperti perbankan yang dilakukan oleh petugas sukarelawan dan warga
berperan sebagai penyetor sampah dan mendapatkan buku tabungan seperti
menabung di bank. Tujuan bank sampah adalah untuk membantu menangani
pengolahan sampah di Indonesia dan menyadarkan masyarakat akan lingkungan
serta merubah paradigma masyarakat mengenai sampah (Setyaningrum, 2015).
2.1.6.1 Peranan Bank Sampah
Peranan Bank Sampah terdapat dalam teori pertukaran. “Teori pertukaran
menekankan kepada sosiologi prilaku agar memusatkan perhatian pada hubungan
antara pengaruh prilaku seseorang aktor terhadap lingkungan dan dampak lingkungan
terhadap aktor. Hubungan ini adalah dasar untuk pengkondisian opera atau proses
belajar yang melalui prilaku disebabkan oleh konsekuensinya” (Ritzer dan Douglas,
2007:356). Teori ini berkembang pada rewads and punishment. Bank Sampah tidak
15
dapat melakukan punishment kepada masyarakat, sehingga Bank sampah harus
menggunakan sistem rewads. Proses penyadaran lingkungan melalui tabungan
sampah yang dinilai dengan uang atau rupiah merubah paradigma masyarakat tentang
sampah.
2.1.6.2 Mekanisme Pelaksanaan Bank Sampah
Menurut UU No. 13 tahun 2012 mekanisme kerja bank sampah meliputi :
pemilahan sampah, penyerapan sampah ke bank sampah, penimbangan sampah,
pencatatan, hasil penjualan sampah yang diserahkan dimasukan ke dalam buku
tabungan, dan yang terakhir bagi hasil penjualan sampah antar penabung dan
pelaksana. Berdasarkan uraian diatas untuk lebih jelanya akan dijelaskan pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1 Mekanisme Program Bank Sampah
PILAH SAMPAH
SESUAI JENIS DARI
RUMAH
SETORKAN KE BANK
SAMPAH
SAMPAH DIANGKUT
OLEH PETUGAS
BANK SAMPAH
DICATAT DAN
DIBUKUKAN
REGRISTASI/
PENDAFTARAN
SAMPAH DI
TIMBANG
NASABAH
MENERIMA BUKU
TABUNGAN
16
Berdasarkan Tabel 2.1 mekanisme dalam pelaksanaan bank sampah yang
pertama dilakukan yaitu : masyarakat memilah sampah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh bank sampah, setelah sampah selesai dipilah masyarakat membawa
sampah ke bank sampah untuk ditimbang beratnya. Sebelum itu masyarakat harus
mengisi terlebih dahulu buku regristasi atau buku pendaftaran sebagi anggota bank
sampah. Jika sudah menjadi anggota bank sampah masyarakat akan diberikan buku
tabungan oleh petugas. Selanjutnya sampah yang dibawa masyarakat akan ditimbang
petugas dan hasilnya akan dimasukan ke dalam buku tabungan para anggota bank
sampah. Masyarakat hanya bisa mengambil atau menarik uang dari hasil menabung
sampah setiap 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali.
Jenis sampah yang dapat ditabung di bank sampah dikelompokan menjadi: 1)
Kertas, yang meliputi koran, majalah, kardus, buku tulis, kertas warna, dan dupleks.
2) Plastik, yang meliputi plastik bening, botol plastik, plastic campur, jerigen, mika,
dan plastik kertas lainnya. 3) Logam, yang meliputi besi, aluminium, zenk, kuningan,
tembaga dan timah. 4) Botol, yang meliputi: bir besar, bir kecil, kecap, sprite, the
botol, dan botol putih. Setiap sampah memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda.
Sampah kertas jika diuangkan bernilai antara harga Rp. 400 – 1.200,-/kg. Sampah
Plastik berkisar harga antara Rp. 400 – 4.000,-/kg. Sampah Botol dijual dengan harga
Rp. 100 – 1.000,-/btl dan sampah logam per kilo mencapai harga Rp. 1.200 –
50.000,-.
17
2.1.6.3 Manfaat Bank Sampah
Menurut Suwerda (2012:33) manfaat yang dapat diperoleh dari adanya sistem
pengelolaan sampah yaitu:
a) Kesehatan Lingkungan
1. Dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan terhindar dari sampah.
2. Dapat mengurangi kebiasaan membakar sampah yang dapat merusak
kesehatan dan pencemaran udara.
3. Dapat mengurangi kebiasaan menimbun sampah (organik) yang dapat
mencemari tanah.
4. Masyarakat dapat memahami pentingnya menjaga lingkungan.
b) Sosial Ekonomi Masyarakat
1. Dapat menambah penghasilan keluarga yang diperoleh dari tabungan
sampah.
2. Dapat mengakrabkan hubungan antar anggota masyarakat.
3. Dapat menekan biaya transportasi yang harus dikeluarkan pengepul untuk
mengengkut sampah.
2.1.7 Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Partisipasi Masyarakat
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat
yang sangat berperan dalam meningkatkan kualitas hidup. Secara umum semakin
tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka akan semakin baik kualitas sumber
dayanya (Budhiati,2011). Sutami (2009) menyatakan bahwa salah satu karakteristik
18
partisipan dalam pembangunan partisifatif adalah tingkat pengetahuan masyarakat
tentang usaha-usaha partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pembangunan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan.
Sukirno (1985:195), menyatakan bahwa semakin tinggi latar belakang
pendidikannya, tentunya mempunyai pengetahuan yang luas tetang pembangunan dan
bentuk serta cara partisipasi yang dapat diberikan. Menurut Daud (2009:11), tingkat
pendidikan adalah jenjang pendidikan yang dimiliki seseorang. Tingkat pendidikan
suatu bangsa mempengaruhi prilaku masyarakat sebab makin tinggi pendidikan
masyarakat tingkat analisisnya lebih cepat dan lebih mudah menerima motivasi,
sehingga program yang sedang digalakan pemerintah dapat tercapai sesuai yang
diharapkan.
Menurut Erfinna (2013), tingkat pendidikan berhubungan secara signifikan
dengan partisipasi masyarakat. Tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan
pengetahuan respondent, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka akan
semakin rendah juga pola pikirnya. Menurut Amini dan Yuliana (2015) Tingkat
pendidikan berhubungan secara signifikan terhadap partisipasi masyarakat, semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi peluang seseorang untuk
berpartisipasi. Hal ini dikarenakan seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
memiliki wawasan lebih luas dan dapat memahami berbagai pelaksanaan program
pemerintah. Menurut Hamid (2013) tingkat pendidikan berpengaruh signifikan
terhadap partisipasi masyarakat. Tingkat pendidikan adalah tahun sukses yang
telah atau sedang ditempuh seseorang ,pendidikan memegang peranan yang sangat
19
menentukan didalam membawa masyarakat ke arah suatu kemajuan. Peningkatan
pendidikan akan membawa perubahan-perubahan nilai. Johan (2007) juga
menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap partisiapsi masyarakat.
Sedangkan menurut Hidayat (2009) tidak terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan partisipasi masyarakat.
2.1.8 Hubungan Pendapatan Keluarga terhadap Partisipasi Masyarakat
Pendapatan yang dimiliki anggota keluarga adalah pendapatan yang diperoleh
dalam kurun waktu satu bulan yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pendapatan adalah salah satu indikator untuk mengukur tingkat
kesejahtraan seseorang, keluarga atau masyarakat sehingga besar kecilnya pendapatan
mencerminkan kemajuan ekonomi keluarga masyarakat itu sendiri (Sukirno,1985).
Secara umum pengertian pendapatan dapat diartikan sebagai pendapatan baik berupa
uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun pihak sendiri dari pekerjaan atau
aktivitas yang dilakukan dan nilai dengan uang (rupiah) atas harga yang berlaku pada
saat ini (Nuryani,2012).
Menurut Sutami (2009), bahwa penduduk yang lebih kaya kebanyakan
membayar pengeluaran tunai dan jarang melakukan kerja fisik sendiri. Sementara
penduduk yang berpenghasilan pas-pasan akan cendrung berpartisipasi dalam hal
tenaga. Erwiantono (2006:46) menyatakan bahwa tingkat pendapatan adalah faktor
yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam setiap program. Selain
itu ambisi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu juga mempunyai hubungan
20
dengan tingkat ekonomi keluarganya. Jadi dengan tingkat pendapatan yang lebih
baik atau tinggi dapat mendorong seseorang berpartisipasi lebih baik atau tinggi
pula.
Menurut Yuliastuti (2013) pendapatan masyarakat secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap partisipasi masyarakat, jika pendapatan masyarakat
meningkat, maka partisipasi masyarakat juga meningkat. Hal ini berarti terdapat
hubungan searah antara pendapatan masyarakat dan partisipasi masyarakat.
Sedangkan menurut Erfinna (2013) pendapatan keluarga tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap partisipasi masyarakat. Hamid (2013) juga menyatakan bahwa
pendapatan tidak berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat, besar kecilnya tingkat
pendapatan masyarakat tidak mempengaruhi besar kecilnya partisipasi
masyarakat.
2.1.9 Hubungan Status Pekerjaan Terhadap Partisipasi Masyarakat
Pekerjaan sangat berkaitan dengan penghasilan masyarakat. Status pekerjaan
berpengaruh terhadap peran serta, karena mempengaruhi derajat aktifitas kelompok.
Seorang yang bekerja tentu memiliki kesadaran untuk berpartisipasi sebab seseorang
yang bekerja lebih banyak bersosialisasi dengan lingkungan dari pada orang yang
tidak bekerja (Ernovianthy,2012). Menurut Erfinna (2013), status pekerjaan
berhubungan secara signifikan dengan partisipasi masyarakat. Masyarakat yang
bekerja umumnya merasakan pentingnya menjaga kesehatan individu maupun
21
keluarga untuk tetap dapat hidup secara sehat dan dapat melaksanakan aktivitas
sesuai pekerjaan yang dimilikinya.
2.1.10 Hubungan Jumlah Anggota Keluarga Terhadap Partisipasi Masyarakat
Menurut Mantra (2003) yang termasuk jumlah anggota keluarga adalah seluruh
jumlah anggota keluarga rumah tangga yang tinggal dan makan dari satu dapur
dengan kelompok penduduk yang sudah termasuk dalam kelompok tenaga kerja.
Kelompok yang dimaksud makan dari satu dapur adalah bila pengurus kebutuhan
sehari-hari dikelola bersama-sama menjadi satu. Jadi, yang termasuk dalam jumlah
anggota keluarga adalah mereka yang belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari
karena belum bekerja (dalam umur non produktif) sehingga membutuhkan bantuan
orang lain (dalam hal ini orang tua).
Amini dan Yuliana (2015) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga
berpengaruh signifikan terhadap partisipasi masyarakat. Semakin banyak jumlah
anggota keluarga, maka beban dan tanggung jawab dari kebutuhan keluarga yang
harus dipenuhi semakin besar, maka untuk memenuhi tanggung jawab kebutuhan
keluarganya masyarakat ikut berpartisipasi dalam suatu program.
22
2.2 Hipotesis
Berdasarkan pada rumusan Masalah, tujuan penelitian, dan kajian-kajian teori
yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Diduga bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam program bank sampah tinggi.
2) Diduga bahwa faktor kondisi sosial ekonomi meliputi tingkat pendidikan,
pendapatan keluarga, status pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga berpengaruh
signifikan terhadap peluang partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.