BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori -...

18
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini akan dibahas tentang definisi pembelajaran, hasil belajar, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD, aktivitas siswa, model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). 2.1.1 Definisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning, yaitu suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk meningkatkan kemampuan akademik. Pembelajaran sendiri merupakan proses kegiatan yang dalam arti didalam setiap pembelajaran terjadi hubungan interaksi antara guru dengan siswa. Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Untuk menunjang suatu proses pembelajaran maka pemerintah telah berupaya dengan menerapkan metode-metode pembelajaran pada setiap kegiatan proses pembelajaran. Untuk itu setiap guru wajib menggunakan metode-metode pembelajaran seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah, supaya dapat menunjang keaktifan siswa, kreativitas siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, menjadikan suasana kelas yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman ketika mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1996:12) pembelajaran memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dibantu oleh guru sebagai fasilitator ataupun pembimbing.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam kajian teori ini akan dibahas tentang definisi pembelajaran, hasil

belajar, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD, aktivitas siswa, model

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).

2.1.1 Definisi Pembelajaran

Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning, yaitu suatu proses

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk

meningkatkan kemampuan akademik. Pembelajaran sendiri merupakan proses

kegiatan yang dalam arti didalam setiap pembelajaran terjadi hubungan interaksi

antara guru dengan siswa. Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan

pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi

bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan

pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru

lakukan di dalam kelas. Untuk menunjang suatu proses pembelajaran maka

pemerintah telah berupaya dengan menerapkan metode-metode pembelajaran

pada setiap kegiatan proses pembelajaran. Untuk itu setiap guru wajib

menggunakan metode-metode pembelajaran seperti yang telah ditetapkan oleh

pemerintah, supaya dapat menunjang keaktifan siswa, kreativitas siswa yang pada

akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, menjadikan suasana kelas yang

aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman ketika

mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono

(1996:12) pembelajaran memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk

bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan

dibantu oleh guru sebagai fasilitator ataupun pembimbing.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

7

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2002: 22) hasil belajar adalah segala kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1996), hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sementara menurut Lindgren

(dalam Agus Suprijono 2011:7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan,

informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gagne

(dalam Agus Suprijono 2011:5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi

verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan

sikap.

Senada dengan Gagne, Bloom (dalam Agus Suprijono 2011:6-7)

mengemukakan bahwa:

“Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),

analisis (menguraikan, menentukan hubungan), sysnthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru,

evaluation (meskor). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), valuing (skor), organization

(organisasi), Characterization (karakterisasi). Domain psikomotor

meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga

mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan

intelektual.”

Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil

belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak

proses belajar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah cermin dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa

dalam mengikuti proses belajar mengajar. Untuk mengukur bukti keberhasilan

seseorang setelah mangalami proses belajar digunakan alat penilaian yaitu tes

evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

Hasil belajar dapat dicari dengan pengukuran. Pengukuran hasil belajar

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu dengan teknik tes dan non tes.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

8

1) Teknik Tes

Adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites,

dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat

ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut.

Yang termasuk dalam teknik tes, yaitu :

a. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Yaitu tes dengan soal yang harus dijawab oleh peserta didik dengan

memilih jawaban yang tersedia.

b. Tes Tertulis

Yaitu tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan

memberikan jawaban tertulis

c. Tes Lisan

Yaitu tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya

jawab secara langsung antara pendidik dengan peserta didik.

d. Tes Perbuatan

Yaitu tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau

tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau

unjuk kerja.

2) Teknik Non Tes

Teknik non tes dapat dilakukan dengan observasi baik secaira langsung

ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula dilakukan

dengan Sosiometri. Teknik non tes digunakan sebagai pelengkap dan

digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan

keputusan penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih

menyeluruh pada semua aspek kehidupan anak

Menurut bentuknya tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Tes Objektif

Menurut Popham (dalam Purwanto 2011:70) tes objektif adalah tes yang

keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah

tersedia. Keunggulan tes obyektif adalah hanya mempunyai dua

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

9

kemungkinan jawaban benar atau salah, sehingga penilaiannya bersifat

obyektif.

2) Tes Essay

Nurkancana dan Sumartana (dalam Purwanto 2011:70) menyebutkan

bahwa tes essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau

suruhan yang menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relatif

panjang. Tes dirancang untuk mengukur hasil belajar dimana unsur-unsur

yang diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan, dan disusun

sendiri oleh siswa.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik tes yang berupa tes

pilihan ganda, dan teknik non tes yang berupa observasi.

2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri

dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran

Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan

konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

10

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah

serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman

belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan

proses dan sikap ilmiah.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik

untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru.

Dalam IPA hal-hal yang komplek dapat disederhanakan, sehingga mudah

dipahami hakekat dan saling keterkaitannya. Menurut Moh. Amin bahwa IPA

adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan model-

model yang berdasarkan observasi. IPA merupakan salah satu bidang studi yang

penting dan strategis dalam mengubah sikap serta perilaku siswa untuk

memperoleh nilai yang dapat mengembangkan kepribadian termasuk didalamnya

pengembangan aspek intelektual.

Berdasarkan pengertian diatas, pada hakekatnya IPA merupakan program

untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai

ilmiah pada siswa serta salah satu mata pelajaran yang menuntut keterlibatan

siswa secara aktif.

2.1.3.1 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang Lingkup bahan kajian Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

11

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Berhubung penulis mengadakan penelitian di kelas V, maka ruang lingkup

pelajaran IPA yang dikaji adalah salah satu konsep dari konsep-konsep yang

dibahas di kelas tersebut, yang meliputi sebagai berikut:

1. Fungsi alat-alat tubuh

2. Cara tumbuhan hijau membuat makanan

3. Cara mahkluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan

4. Sifa bahan penyususn benda

5. Gaya

6. Cahaya dan alat optik

7. Tanah, air dan alam sekitar

2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

12

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Menurut Dede Awan (2009) tujuan pembelajaran IPA adalah untuk

memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-

hari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan

alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda

serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis,

mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapakan

berbagai konsep IPA, mampu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan

memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan

keagungan Allah Yang Maha Esa.

Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan

pembelajaran IPA adalah untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai

positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan selalu tertarik

dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat memanfaatkan teknologi

sederhana dari aplikasi IPA.

2.1.3.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Kompetensi dasar IPA yaitu: pernyataan yang menyatakan ketrampilan

atau kecakapan siswa yang mencakup kemampuan penalaran dan komunikasi,

pemecahan masalah, pengetahuan, dan memiliki sikap menghargai kegunaan IPA.

Kompetensi dasar IPA yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran

telah tercantum dalam kurikulum yang sekarang digunakan yaitu kurikulum SD

2006, walaupun guru harus menjabarkan lebih dahulu menjadi tujuan-tujuan yang

lebih khusus yang disebut indikator.

Adapun kompetensi dasar IPA yang digunakan dalam penelitian ini sesuai

dalam buku kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI oleh Refandi (2006:47)

dapat dilihat pada Tabel 2.1 (pada halaman berikut).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

13

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V SD Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. menerapkan sifat-sifat

cahayamelalui kegiatan

membuat suatu karya/model

6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

Standar kompetensi adalah tujuan pembelajaran yang berupa kompetensi

yang bersifat umum sedangkan kompetensi dasar adalah pernyataan tujuan

pembelajaran yang berupa kompetensi yang sifatnya lebih khusus.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian.Dalam merancang kegiatan pembelajaran

dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Dimyati dan Mudjiono 1996) ada

enam ciri pembelajaran yang efektif :

1) Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungan melalui

mengopservasi membandingkan , menemukan kesamaan-kesamaan dan

perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi

berdasarkan kesamaan yang ditemukan.

2) Guru menyediakan materi sebagai fokus berfikir dan berinteraksi dalam

pelajaran.

3) Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkayaan

4) Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada

siswa dalam menganalisa informasi.

5) Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan

ketrampilan pola berfikir.

6) Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan

dan gaya mengajar guru.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

14

2.1.4 Aktivitas Siswa

Menurut Nana Sudjana (1989:12) secara umum aktivitas merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia sehingga menjadi rutinitas

yang mempunyai tujuan dan nilai tertentu. Dalam dunia pendidikan, aktivitas

merupakan kegiatan dalam suatu pembelajaran yang bisa dilakukan oleh guru

maupun oleh siswa. Aktivitas mempunyai batasan tertentu ketika didalam

pembelajaran dan dapat berupa tindakan. Aktivitas dari siswa bisa dilihat ketika

siswa mengikuti pembelajaran, dimana ketika siswa antusias terhadap suasana

pembelajaran maka aktivitas yang terjadi meningkat karena siswa merasa senang

dengan pembelajaran yang berlangsung. Tetapi sebaliknya ketika siswa pasif

berarti tidak terjadi perubahan aktivitas karena siswa tidak bisa menikmati

pembelajaran.

2.1.5 Model Pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu

tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan

aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran

kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat

belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja

sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh

Davied Devries dan Keith Edward ini merupakan model pembelajaran pertama

dari Johns Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok

kecil yang beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat

kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan

bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

15

2.1.5.1 Pendekatan Kelompok Kecil dalam Teams Games Tournament

Pendekatan yang digunakan dalam Teams Games Tournament adalah

pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil

dalam pembelajaran. Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin

aktif dalam pembelajaran. Ciri-ciri dari pendekatan secara berkelompok dapat

ditinjau dari segi.

a. Tujuan Pembelajaran dalam Kelompok Kecil

Tujuan pembelajaran dalam kelompok kecil yaitu: (a) memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan

masalah secara rasional, (b) mengembangkan sikap social dan semangat

bergotong royong (c) mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar

sehingga setiap kelompok merasa memiliki tanggung jawab, dan (d)

mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut

(Dimyati dan Mundjiono, 1996).

b. Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil

Agar kelompok kecil dapat berperan konstruktif dan produktif dalam

pembelajaran diharapkan; (a) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota

kelompok, (b) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung

jawab, (c) setiap anggota kelompok membina hubungan yang baik dan

mendorong timbulnya semangat tim, dan (d) kelompok mewujudkan suatu

kerja yang kompak (Dimyati dan Mundjiono, 2006).

c. Guru dalam Pembelajaran Kelompok

Peranan guru dalam pembelajaran kelompok yaitu; (a) pembentukan

kelompok (c) perencanaan tugas kelompok, (d) pelaksanaan, dan (d) evalusi

hasil belajar kelompok.

2.1.5.2 Tahap-tahap Pembelajaran

Menurut Slavin (dalam Miftahul Huda,2013) maka model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams games tournament) memiliki langkah-langkah

(sintaks) sebagai berikut:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

16

a. Presentasi kelas (class precentation).

Dalam presentasi kelas guru memperkenalkan materi pembelajaran

yang diberikan secara langsung atau mendiskusikan dalam kelas. Guru

dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran mengacu pada apa

yang disampaikan oleh guru agar nantinya dapat membantu siswa dalam

mengikuti game dan turnamen.

b. Kelompok (Teams).

Kelompok terdiri dari lima sampai enam orang yang heterogen

misalnya berdasar kemampuan akademik dan jenis kelamin, jika

memungkinkan suku, ras, atau kelas sosial. Tujuan utama pembentukan

kelompok adalah untuk meyakinkan siswa bahwa semua anggota kelompok

belajar dan semua anggota mempersiapkan diri untuk mengikuti game dan

turnamen dengan sebaik-baiknya. Diharapkan tiap anggota kelompok

melakukan hal yang terbaik bagi kelompoknya dan adanya usaha kelompok

melakukan untuk membantu anggota kelompoknya sehingga dapat

meningkatkan kemampuan akademik dan menumbuhkan pentingnya

kerjasama diantara siswa dan meningkatkan percaya diri.

c. Permainan (game).

Permainan (game) dibuat dengan isi pertanyaan-pertanyaan untuk

mengetes siswa yang didapat dari presentasi kelas dan latihan kelompok.

Game dimainkan dengan meja yang berisi tiga murid yang mewakili tiga

kelompok yang berbeda. Siswa mengambil kartu bernomor dan berusaha

untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor. Aturannya membolehkan

pemain untuk menantang jawaban yang lain.

d. Pertandingan (tournament).

Biasanya turnamen diselenggarakan akhir minggu, setelah guru

membuat presentasi kelas dan kelompok-kelompok mempraktikkan tugas-

tugasnya. Untuk turnamen pertama guru mengelompokkan siswa dengan

kemampuan serupa yang mewakili tiap timnya. Kompetisi ini merupakan

sistem penilaian kemampuan yang mewakili tiap timnya. Kompetisi ini juga

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

17

memungkinkan bagi siswa dari semua level dipenampilan sebelumnya untuk

memaksimalkan nilai kelompok mereka menjadi terbaik.

2.1.5.3 Implementasi Model Pembelajaran TGT

Dalam pengimplementasian model pembelajaran TGT, yang harus

diperhatikan yaitu:

1) Pembelajaran terpusat pada siswa

2) Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi

3) Pembelajaran bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat

menyelesaikan persoalan)

4) Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi

tim-tim

5) Dalam kompetisi diterapkan system point

6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau

dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik

7) Kemajuan kelompok dapat diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal

kelas yang diterbitkan secara mingguan

8) Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal

9) Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point

banyak

2.1.5.4 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT

Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam

pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun

oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis

yang kuat untuk memprediksi bahwa model-model pembelajaran

kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab

individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama

yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori

kognitif.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

18

Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana

satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka

adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus

membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok

berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha

maksimal.

Perspektif teori kognitif, Slavin (dalam Miftahul Huda,2013)

mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada

pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di

antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingatkan

penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang

heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi

pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian

psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan

di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di

dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam

pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara

elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang

lain.

Tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua

materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik

yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat

mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis,

lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragam oleh

siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran

kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan

dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan

efek psikologis bagi siswa.

Slavin (dalam Miftahul Huda,2013), melaporkan beberapa laporan

hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

19

belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan

kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:

1) Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT

memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari

kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas

tradisional.

2) Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka

peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.

3) TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk

rasa harga diri akademik mereka.

4) TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama

verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)

5) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi

menggunakan waktu yang lebih banyak.

6) TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja

dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors

atau perlakuan lain.

Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam

pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan

nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat

penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa

secara individual.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Model

pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai

kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (dalam Istiqomah,2006),

yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:

1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa

5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

20

6) Motivasi belajar lebih tinggi

7) Hasil belajar lebih baik

8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

Sedangkan kelemahan TGT adalah:

a. Bagi Guru

Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan

heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru

yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan

pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa

cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan

ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

b. Bagi Siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan

sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi

kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang

mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu

menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

Pengalaman belajar yang telah direncanakan secara optimal akan

menimbulkan proses belajar yang optimal pula. Proses belajar terjadi secara

internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, sehingga guru harus merencanakan

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Maka dari itu peneliti mencoba

menggunakan model pembelajaran TGT karena model pembelajaran ini akan

melibatkan siswa aktif untuk belajar di dalam kelas sehingga diharapakan hasil

belajar siswa akan meningkat.

2.2 Kajian penelitian yang Relevan

Luh Juwita Purwati (2011) model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) berbantuan LKS yang diterapkan dalam pembelajaran IPA

dengan nilai ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada Siklus I 76,66% berada

pada kategori tinggi (23 orang siswa yang dapat mencapai KKM) dan pada Siklus

II 93,3% berada pada kategori sangat tinggi (28 orang siswa yang dapat mencapai

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

21

KKM). Ini berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari Siklus I ke

Siklus II setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) berbantuan LKS sebesar 16,64%. Berdasarkan analisis data

dan pembahasan disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT) berbantuan LKS sangat efektif digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD No.3 Anturan tahun ajaran

2009/2010.

Hasil penelitian tindakan kelas yang lain dilakukan oleh Stevianus Laiyan

(2011) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Penggunaan

Model TGT (Teams Games Turnamnet) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan

Aktivitas Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran IPA DI SDN Sukoharjo I

Kecamatan Klojen Kota Malang.”. Penelitian dengan menggunakan pendekatan

kualitatif, jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa

kelas V SDN Sukoharjo I Kecamatan Klojen Kota Malang yang berjumlah 29

siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi selama proses

pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua Siklus melalui tahap

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian yang

diperoleh adalah sebagai berikut; hasil belajar siswa yang merupakan pemahaman

konsep IPA materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya secara klasikal mengalami

peningkatan dari 63,39 % pada pra tindakan menjadi 73,04 % kemudian menjadi

82,13 % pada Siklus II. Hasil belajar berupa keterampilan proses bekerja sama

meningkat dari 58.62 % pada Siklus I kemudian mengalami peningkatan menjadi

93,33 % pada Siklus II. Dari hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh

kesimpulan bahwa penerapan model kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa kelas V SDN Sukoharjo I, Kecamatan Klojen, Kota Malang.

2.3 Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori diatas, dalam belajar Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) diperlukan model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, bermakna,

dan dapat memenuhi gaya belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

22

belajar siswa. Melalui model pembelajaran TGT, siswa dapat belajar sesuai

dengan belajarnya masing-masing, menemukan pengetahuan sendiri, serta

mengkomunikasikannya dengan siswa lainnya sehingga siswa menemukan

kebermaknaan belajar. Dalam model pembelajaran ini siswa harus berkompetisi

sehingga akan termotivasi untuk memenangkannya sehingga mengikuti pelajaran

secara aktif dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat meningkat.

Adapun kerangka berpikir model pembelajaran TGT dapat dilihat pada

gambar berikut (Subyantoro,2011) :

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir (Sumber: Subyantoro,2011)

OBA P RP

SSIKKNJH

R T R T

GG

O O

OBA = observasi awal

P = perencanaan

T = tindakan oleh peneliti

O = observasi oleh guru kelas

R = refleksi oleh peneliti dan guru kelas

RP = revisi perencanaan

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:

Dengan menggunakan model pembelajaran Team Games Turnamen (TGT) pada

mata pelajaran IPA materi mengidentifikasi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V

Sekolah Dasar Negeri Mlilir 01 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

SIKLUS II SIKLUS I

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7933/3/T1_292010159_BAB II.pdfditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

23

Semester II Tahun Ajaran 2013/2014, penelitian ini dikatakan berhasil bila hasil

belajar dan keaktifan siswa dapat meningkat.