BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

12
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian Keaktifan Belajar Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98). Whipple (dalam Hamalik, 2009) memberikan pengertian bahwa keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar adalah suatu proses belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama siswa berada di dalam kelas. Menurut Rahardja (2002: 12) aktivitas adalah kegiatan jasmani dan rohani manusia untuk melakukan sesuatu dalam upaya mencapai tujuan tertentu. Guru berupaya agar siswa benar-benar ada keaktifan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar baik keaktifan secara jasmani seperti melakukan praktik, berlatih dan keaktifan secara rohani seperti: mengamati, memecahkan persoalan, mengambil kesimpulan dan sebagainya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas baik keaktifan secara jasmani maupun keaktifan secara rohani guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama siswa berada di dalam kelas. b. Prinsip-prinsip Keaktifan belajar Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Siswa yang beraktivitas akan memperoleh pengetahuan pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya. Sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan/aktivitas (Hamalik, 2008). Proses pembelajaran akan berlangsung efektif apabila guru memberikan peluang kepada siswa agar mereka secara berlangsung dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Suhendra, dkk., 2007). Sardiman (2001) mengemukakan bahwa prinsip aktivitas belajar siswa dibagi menjadi 2 yaitu a) menurut pandangan ilmu lama, aktivitas

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3633/3/T1_202009068_BAB II.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian

5

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori1. Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan BelajarProses pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk

mengembangkan aktivitas dan kreatifitas siswa melalui berbagaiinteraksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakanunsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran.Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaituberbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapatdipisahkan (Sardiman, 2001: 98). Whipple (dalam Hamalik, 2009)memberikan pengertian bahwa keaktifan siswa dalam proses belajarmengajar adalah suatu proses belajar mengajar yang menekankankeaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional gunamemperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif,afektif dan psikomotor selama siswa berada di dalam kelas.

Menurut Rahardja (2002: 12) aktivitas adalah kegiatan jasmanidan rohani manusia untuk melakukan sesuatu dalam upaya mencapaitujuan tertentu. Guru berupaya agar siswa benar-benar ada keaktifandalam mengikuti kegiatan belajar mengajar baik keaktifan secarajasmani seperti melakukan praktik, berlatih dan keaktifan secara rohaniseperti: mengamati, memecahkan persoalan, mengambil kesimpulandan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifanbelajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikutikegiatan belajar mengajar di kelas baik keaktifan secara jasmanimaupun keaktifan secara rohani guna memperoleh hasil belajar berupaperpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama siswaberada di dalam kelas.

b. Prinsip-prinsip Keaktifan belajarPembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang

menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitassendiri. Siswa yang beraktivitas akan memperoleh pengetahuanpemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya. Sistempembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaanasas keaktifan/aktivitas (Hamalik, 2008). Proses pembelajaran akanberlangsung efektif apabila guru memberikan peluang kepada siswaagar mereka secara berlangsung dapat berpartisipasi aktif dalamproses pembelajaran (Suhendra, dkk., 2007).

Sardiman (2001) mengemukakan bahwa prinsip aktivitas belajarsiswa dibagi menjadi 2 yaitu a) menurut pandangan ilmu lama, aktivitas

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3633/3/T1_202009068_BAB II.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian

6

belajar siswa didominasi oleh guru sehingga guru memegang perananpenting, siswa hanya bersifat pasif dan menerima begitu saja; b)menurut pandangan ilmu modern, siswa dipandang sebagai organismeyang memiliki potensi untuk berkembang sehingga tugas seorangpendidik adalah membimbing dalam mengembangkan bakat danminatnya. Aktivitas diperlukan karena tanpa perbuatan anak itu tidakberpikir.

Prinsip aktivitas menurut pandangan ilmu lama dan ilmumodern terdapat perbedaannya. Menurut pandangan ilmu lamaaktivitas belajar siswa didominasi oleh guru tetapi dalam pandanganilmu moden siswa diberi kesempatan untuk memperolehpengalamannya sendiri, sehingga mereka akan berpikir denganmelakukannya. Implikasi prinsip aktivitas bagi siswa terwujud melaluiperilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan,menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia,membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis lainnya(Dimyati & Mudjiono, 2009).

Gagne dan Briggs (dalan Hamalik, 2008) menyebutkan adabeberapa faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa, yaitu: a)motivasi, jika siswa dimotivasi dalam kegiatan pembelajaran makamereka akan berperan aktif dalam kegiatan tersebut; b) penjelasantujuan instruksional dari guru; c) penjelasan kompetensi belajar dariguru kepada siswa; d) stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akandipelajari); e) petunjuk dari guru kepada siswa cara mempelajarinya; f)inisiatif guru dalam memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didikdalam kegiatan pembelajaran; g) umpan balik atau feedback, umpanbalik atau feedback dari guru maupun siswa lain didalam kelas akanmembuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran; h) tes ataumengerjakan lembar kerja siswa, dengan adanya tes atau lembar kerjasiswa, kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatansiswa pada saat belajar. Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Usman(2001) cara untuk memperbaiki keterlibatan siswa diantaranya yaituabadikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar,tingkatkan partisipasi siswa secara efektif dalam kegiatan belajarmengajar, serta berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuaidengan tujuan mengajar yang akan dicapai. Selain memperbaikiketerliban siswa juga dijelaskan cara meningkatkan keterlibatan siswaatau keaktifan siswa dalam belajar. Cara meningkatkan keterlibatanatau keaktifan siswa dalam belajar adalah mengenali dan membantuanak-anak yang kurang terlibat dan menyelidiki penyebabnya danusaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa,sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3633/3/T1_202009068_BAB II.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian

7

Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan keinginan siswauntuk berfikir secara aktif dalam kegiatan belajar.

Menurut Hamalik (2008: 91) aktifitas siswa sangat besar nilainyabagi pengajaran siswa karena: siswa mencari pengalaman sendiri danlangsung mengalami sendiri; berbuat sendiri akan mengambangkanseluruh aspek pribadi siswa; memupuk rasa kerjasama yang harmonisdikalangan siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerjakelompok; siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dankemampuan sendiri; memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasanabelajar menjadi demokratis; mempererat hubungan sekolah danmasyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru; Pengajarandiselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkanpemahaman dan berpikir kritis serta menghindari terjadinyaverbalisme; pembelajaran dan kegiatan belajar di sekolah menjadihidup sebagaimana aktivitas kehidupan di masyarakat.

Berdasarkan pendapat Hamalik tersebut, maka dengankeaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas akan memberikanpembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa, dimana siswa mendapatkesempatan untuk turut berperan serta dalam kegiatan belajar sertabelajar untuk bekerjasama dengan teman lain.

c. Indikator Keaktifan BelajarIndikator aktivitas belajar siswa menurut Paul D. Diedrich

(Hamalik, 2008), terdiri atas delapan kelompok yaitu: 1) Kegiatan-kegiatan visual seperti membaca, memerhatikan gambar demonstrasi,percobaan, pameran, mengamati orang lain bekerja; 2) Kegiatan-kegiatan lisan/ oral seperti mengajukan suatu pertanyaan,menghubungkan suatu kejadian, memberi saran, mengemukakanpendapat, wawancara, diskusi; 3) Kegiatan-kegiatan mendengarkanseperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapanatau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumenmusik, pidato; 4) Kegiatan-kegiatan menulis seperti menulis cerita,menulis laporan, menulis karangan, membuat rangkuman,mengerjakan tes, mengisi angket; 5) Kegiatan-kegiatan mengambarseperti menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola; 6)Kegiatan-kegiatan motorik/metrik seperti melakukan percobaan,memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,menyelenggarakan permainan (simulasi), berkebun; 7) Kegiatan mentalseperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisisfaktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, mengambilkeputusan; 8) Kegiatan-kegiatan emosional seperti minat,membedakan, berani, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah,berani, tenang, gugup.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3633/3/T1_202009068_BAB II.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian

8

Berdasarkan uraian tersebut diharapkan keaktifan belajar siswadapat mengikutsertakan tujuh indikator diatas. Siswa tidak hanyamendengarkan dan menulis saja tetapi juga lisan, visual, mental sertaemosional. Penelitian ini menggunakan tujuh indikator aktivitas dariPaul D. Dierich (Hamalik, 2008) untuk mengukur keaktifan siswa dalamproses pembelajaran di kelas.

2. Hasil Belajara. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilakuyang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorisdari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu (Jihad danHaris, 2008: 14). Menurut Suprijono (2012:5), Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasidan keterampilan. Merujuk pada pemikiran Gagne, Hasil belajar berupaa) informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuandalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; b) Keterampilanintelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang;c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkanaktivitas kognitifnya sendiri; d) Keterampilan motorik yaitukemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusankoordinasi; e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyekberdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut (Suprijono, 2012: 5-6).

Hasil belajar yang ditandai oleh perubahan perilaku menurutSuprijono (2012:4) memiliki ciri-ciri yaitu: sebagai hasil tindakanrasional instrumental yaitu perubahan yang disadari, kontinu ataukesinambungan dengan perilaku lainnya, fungsional atau bermanfaatsebagai bekal hidup, positif atau berakumulasi, aktif atau sebagai usahayang direncanakan dan dilakukan, permanen atau tetap, bertujuanatau terarah, mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (Hamalik, 2008) hasilbelajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antaralain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya sebagai berikut: a)Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiridari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,sintesis dan penilaian; Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai;b) Ranah afektif , berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektifmeliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab ataureaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai ataukompleks nilai; c) Ranah psikomotor, meliputi keterampilan motorik,manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan,mengamati).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwahasil belajar tersebut dapat ada karena siswa telah melakukan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3633/3/T1_202009068_BAB II.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian

9

pembelajaran dalam kompetensi tertentu, dan dalam pembelajarantersebut siswa mendapat pengalaman berulang-ulang daripembelajaran di kelas, baik itu langsung maupun tidak langsung,sehingga terjadi perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengaruhlingkungan belajarnya.

b. Pengukuran hasil belajarPenilaian hasil belajar sangat bermanfaat bagi siswa. Bagi siswa,

hasil belajar berguna untuk mengetahui seberapa jauh pemahamansiswa terhadap materi yang disampaikan serta untuk mengetahuikelebihan atau potensi dan kekurangan yang dimilikinya. Adapun fungsihasil belajar (Arifin, 2011) adalah sebagai berikut: a) Fungsi formatif,yaitu untuk memberikan umpan balik dan memperbaiki prosespembelajaran serta mengadakan remedial bagi siswa; b) Fungsisumatif, yaitu untuk menentukan nilai/ angka kemajuan hasil belajarsiswa dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan laporan kepadapihak tertentu, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulustidaknya siswa; c) Fungsi diagnostik, yaitu untuk memahami latarbelakang siswa yang mengalami kesulitan belajar, dan hasilnya dapatdigunakan sebagai dasar untuk memecahkan kesulitan tertentu; d)Fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan siswa dalam situasipembelajaran yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

Berdasarkan fungsi hasil belajar tersebut, maka dapatdisimpulkan bahwa hasil belajar tidak hanya menilai tentangbagaimana pemahaman siswa tetapi juga untuk memperbaiki kegiatanpembelajaran yang sudah dilaksanakan, mengatasi kesulitan belajarsiswa serta untuk mengontrol kemajuan siswa. Hasil belajar yangdigunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar dari fungsi sumatifyang diartikan sebagai peningkatan kemampuan kognitif siswa yangdiukur melalui pretestt dan posttest guna memperoleh data berupanilai.

3. Metode DiskusiMetode diskusi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran

dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa di dalam kelompok(3-7 orang) untuk mengadakan perbincangan secara ilmiah gunamengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau mencari berbagaialternatif pemecahan masalah terhadap suatu masalah. Metode diskusijuga dapat diartikan sabagai suatu kegiatan dimana sejumlah orangmembicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentangsuatu topik/masalah berdasarkan semua fakta (Rahardja, 2002:59).

Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat,dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untukmendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentangsesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3633/3/T1_202009068_BAB II.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian

10

bersama (Sudjana, 2008: 79). Menurut Sagala (2009) diskusi adalahpercakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yangdijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis pemunculan ide-idedan pengujian ide-ide ataupun pendapat, dilakukan oleh beberapa orangyang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperolehpemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran. Jadi, dapatdikatakan bahwa metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahanpelajaran yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran dimanasejumlah siswa bergabung dalam kelompok bertukar pikiran danpendapat untuk memperoleh pemecahan masalah.

Metode diskusi juga memiliki beberapa jenis yaitu diskusi kelas dandiskusi kelompok. Beberapa tipe diskusi kelas yaitu whole group, brainstroming group dan colloqium, sedangkan diskusi kelompok yaitu buzzgroup, Syndicate Group, informal debate dan fish bowl dan juga gabungankeduanya yaitu diskusi kelas dan kelompok yaitu panel (Rahardja, 2002:62-63).

Jenis-jenis diskusi kelas yang sering dilakukan dalam kegiatanpembelajaran adalah a) Whole Group: Suatu kelas merupakan satukelompok diskusi dengan anggota tidak lebih dari 15 anggota; b) Brainstroming Group: Merupakan suatu diskusi dimana anggota kelompokbebas menyumbangkan ide-ide baru terhadap suatu masalah tertentu,dibawah seorang ketua. Semua ide yang sudah masuk dicatat untukkemudian diklarifikasikan menurut suatu urutan tertentu. Suatu saatmungkin ada diantara ide baru tersebut yang dirasa menarik untukdikembangkan; c) Colloqium: Merupakan suatu kegiatan dimana siswadihadapkan pada nara sumber untuk mengajukan pertanyaan.Selanjutnya mengandung pertanyaan-pertanyaan tambahan dari siswayang lain. Pelajaran dengan maksud untuk memperjelas bahan pelajaranyang telah diterima.

Menurut Rahardja (2002: 63-65) diskusi kelompok dibedakanmenjadi a) Buzz group: Suatu kelas yang besar dibagi ke dalam beberapakelompok kecil 4 atau 5 orang, tempat duduk diatur sedemikian rupasehingga siswa saling berhadapan untuk memudahkan pertukaranpendapat, diadakan ditengah-tengah atau diakhir pembelajaran; 2)Syndicate Group: Suatu kelas besar dibagi menjadi beberapa kelompokkecil yang terdiri dari 3-5 orang. Guru menjelaskan garis besar masalahdengan aspek-aspeknya. Kemudian tiap kelompok bertugas membahassuatu topik yang berbeda antar kelompok dan membuat kesimpulanuntuk dilaporkan dalam sidang pleno serta didiskusikan lebih lanjut; 3)Informal Debate: Kelas dibagi menjadi dua team yang agak sama besarnyauntuk memperdebatkan suatu bahan yang problematis, tanpamemperhatikan peraturan diskusi panel; 4) Fish Bowl: Diskusi terdiri daribeberapa orang siswa yang dipimpin oleh seorang ketua, tempat duduk

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3633/3/T1_202009068_BAB II.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian

11

diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadappeserta, seolah-olah menjaring ikan dalam sebuah mangkuk (fish Bowly),kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat duduk dikursi kosong tersebut, ketua mempersilahkan berbicara dan setelahselesai kembali ketempat semula.

Demikianlah beberapa jenis metode diskusi yang dapat digunakandalam pembelajaran di kelas. Salah satunya dalam penelitian ini adalahmenggunakan metode diskusi Tipe Syndicate Group.

4. Metode Diskusi Tipe Syndicate Groupa. Pengertian Metode Diskusi Tipe Syndicate Group

Metode diskusi kelompok tipe Syndicate Group pada hakikatnyaadalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru membagikelas dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa, yang setiapkelompok ditugasi membahas sub-sub topik (aspek tertentu) yangberbeda dari topik yang sama pada akhirnya akan diadakan diskusikelas, agar setiap kelompok melaporkan hasilnya di forum kelas untukditarik suatu kesimpulan dari suatu topik itu (Rahardja, 2002: 59-62).Metode diskusi tipe Sindicate Group merupakan salah satu jenis diskusikelompok kecil (3-6 orang), dimana setiap kelompok mengerjakantugas yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lain(Dimyati & Mudjiono, 2009).

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwametode diskusi tipe Syndicate Group adalah salah satu jenis diskusikelompok kecil yang terdiri dari 3-6 siswa. Setiap kelompok ditugasimembahas sub-sub topik yang berbeda antara kelompok satu denganyang lainnya. Kemudian setiap kelompok melaporkan hasilnya di depankelas untuk kemudian ditarik ditarik kesimpulan.

b. Langkah-langkah metode Diskusi Tipe Syndicate GroupMetode diskusi kelompok jenis Syndicate Group memiliki

langkah-langkah yang sesuai dengan tahapan pada pembelajarankooperatif, pola mengajar dari Morrison Plan dan unsur-unsur daripembelajaran kooperatif (hamalik, 2009:60-61). Langkah-langkahtersebut yaitu a) Proses forming (pembentukan)/tahap eksplorasi danpresentasi, siswa diberi kesempatan untuk membentuk kelompoksesuai norma yang berlaku dan kemudian guru memberi arahan untukmenghubungkan dengan topik/ subtopik yang akan dibahas denganharapan tumbuh sikap saling ketergantungan positif; b) Prosesfunctioning (pengaturan)/ tahap asimilasi, siswa diberikan pembagiantugas untuk menyelesaikan topik/subtopik yang akan dibahas, dan jugasiswa diberi kesempatan mempelajari masalah dan mempelajaribahan-bahan dari berbagai sumber serta berusaha menguasainyahingga menjadi miliknya dan menumbuhkan tanggung jawabperseorangan untuk mendukung kelompoknya karena subtopik yang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3633/3/T1_202009068_BAB II.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian

12

dibahas tiap kelompok berbeda; c) Proses Formating (perumusan)/tahap organisasi, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan, baiklisan maupun tertulis, materi yang telah dikuasainya kemudian disusundalam satu kesatuan melalui ketrampilan memahami bahan pelajarankhususnya dalam bentuk rangkuman yang didalamnya dilandasi proseskomunikasi yang tumbuh antar anggota kelompok; d) ProsesFermenting (penyerapan)/tahap resitasi, kegiatan yang dilakukanadalah resitasi atau penilaian performance (penampilan) masing-masing kelompok melalui presentasi mengkomunikasikan buahpemikiran kelompok pada subtopiknya masing-masing di kelas danditanggapi kelompok yang lain untuk ditarik suatu kesimpulan sertaguru memberikan tambahan pemahaman materi yang telah dipelajari.

Langkah-langkah pembelajaran dengan metode diskusikelompok Tipe Syndicate Group yang terdiri dari forming, functioning,formating dan fermenting (Hamalik, 2009) dirasa cocok untukpenelitian ini. Hal tersebut dirasa cocok untuk mengetahui pengaruhmetode Diskusi Tipe Syndicate Group terhadap keaktifan dan hasilbelajar matematika siswa SMP kelas VII.

B. Kajian Hasil Penelitian Yang RelevanWahyono (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan

Metode Diskusi Syndicate Group Untuk Meningktakan Pemahaman Mahasiswapada Konsep Dasar Pengantar Ilmu Ekonomi” menyatakan bahwa metodeDiskusi Tipe Syndicate Group efektif dalam meningkatkan kualitaspembelajaran mata kuliah pengantar ilmu ekonomi. Prestasi belajarmahasiswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Ketuntasan belajarmahasiswa sebelum penerapan metode siklus belajar 0%, setelah penerapanmetode siklus belajar, ketuntasan belajar dari mahasiswa setelah dilakukan ujiakhir adalah 94%. Minat, keaktifan dan kerjasama mahasiswa dalam prosespembelajaran juga meningkat.

Susetiyono dan Achmad A. Hinduan (2010) dalam penelitiannya yangberjudul “Penerapan Model Syndicate Group Untuk Meningkatkan Motivasidan Hasil Belajar Zat Dan Wujudnya Untuk Kelas VII SMP” menyatakan bahwapenerapan model Syndicate Group dapat meningkatkan motivasi belajar siswajuga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa pembelajaran dengan menggunakan model Syndicate Group dapatmembantu siswa mempermudah dalam memahami materi fisika, siswa dapatbertanya kepada sesama teman, dan siswa mengembangkan pengetahuannyamelalui diskusi antara teman, baik diskusi kelompok maupun diskusi kelassehingga memperoleh pengetahuan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.Selain itu terdapat hubungan yang signifikan antara hasil belajar siswa denganmotivasi belajar fisika siswa.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3633/3/T1_202009068_BAB II.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian

13

Takarina (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “PeningkatanKeaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan Metode Diskusi DalamPembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas V SD Negeri 3 Banjardowo TahunPelajaran 2009/2010” menyatakan bahwa penggunaan metode diskusi dapatmeningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapatditunjukkan dengan presentase keaktifan siswa pada pra siklus dan siklus 1adalah 38% dan 83% meningkat menjadi 100%. Hasil belajar siswa jugamengalami kemajuan. Rata-rata hasil belajar pada pra siklus, siklus 1, dansiklus 2 berturut-turut 54, 63, 88.

Pratiwi (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antarakeaktifan siswa dalam kegiatan kepramukaan dengan kedisiplinan siswa kelasV di gugus kartini Salatiga tahun ajaran 2009-2010” menyatakan bahwaadanya hubungan positif dan signifikan antara keaktifan siswa dalam kegiatankepramukaan dengan kedisiplinan siswa kelas V di Gugus Kartini, dimanasemakin tinggi keaktifan siswa dalam kegiatan kepramukaan semakin tinggipula tingkat kedisiplinan siswa kelas V di Gugus Kartini Salatiga tahun 2009-2010.

Sutejo (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan MetodeDiskusi Kelompok Jenis Syndicate Group Sebagai Upaya MeningkatkanAktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan DiKelas VIII D Semester Gasal 2010/2011 SMP Bhakti Mulia Wonosobo”menyatakan bahwa penerapan metode diskusi tipe Syndicate Group dapatmeningkatkan aktivitas belajar siswa serta berpengaruh positif pada hasilbelajar siswa. Pada siklus 1 aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 80,16%dan peningkatan tersebut berdampak positif pada hasil belajarnya yang jugameningkat menjadi 90,48. Pada siklus 2 Prosentase aktivitas belajar siswameningkat menjadi 90,87% dan hasil belajarnya meningkat menjadi 97,38.

Swasono (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antaraperilaku asertif dengan keaktifan dalam proses belajar mengajar di kelas padasiswa SMA Laboratorium Satya Wacana” menyatakan bahwa ada hubunganpositif dan sangat signifikan antara perilaku asertif dengan keaktifan dalamproses belajar mengajar di kelas pada siswa SMA laboratorium Satya Wacana.Variansi skor variabel keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapatdijelaskan oleh variabel perilaku asertif sebesar 27,8%.

Wahyuningsih (2012) dalam skripsinya yang berjudul “EfektivitasPenggunaan Metode Diskusi Kelompok Jenis Syndicate Group Terhadap HasilBelajar Kognitif Dan Afektif IPA Siswa Kelas V SD Gugus Hasanudin KecamatanKedungjati Kabupaten Grobogan Semester II Ahun Ajaran 2011/2012”menyatakan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok jenis SyndicateGroup efektif terhadap hasil belajar kognitif. Hasil analisi menunjukkan nilaisiswa yang menggunakan metode diskusi kelompok jenis Syndicate Grouplebih tinggi daripada nilai siswa yang belajar dengan metode konvensional.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3633/3/T1_202009068_BAB II.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian

14

Diperkuat dengan hasil analisi uji t untuk hasil belajar kognitif adalah sebesar4,181 dengan probabilitas signifikasi sebesar 0,000 (0,000 < 0,05).

Berdasarkan beberapa penetian yang telah dilakukan sebelumnya,peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh Metode diskusi kelompok TipeSyndicate Group terhadap keaktifan dan hasil belajar matematika siswa SMPkelas VII. Adapun subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1Bergas kabupaten Semarang semester II tahun Ajaran 2012/2013.

C. KERANGKA BERPIKIRKondisi awal siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bergas, kecenderungan siswa

aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran di kelas masih kurang, banyaksiswa yang kurang fokus ketika guru sedang menjelaskan dan asyik dengankegiatannya sendiri. Proses pembelajaran di kelas tidak dapat berjalan denganbaik, sehingga pembelajaran hanya berjalan satu arah saja atau berpusat padaguru. Kondisi pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa,sehingga diperlukan suatu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Mengatasi pembelajaran yang berpusat pada guru, maka penelitian inimencoba mengeksperimenkan metode Diskusi Tipe Syndicate Group dalamproses belajar-mengajar. Hal ini karena metode Diskusi Tipe Syndicate Groupmerupakan metode yang menuntut siswa melakukan kegiatan atau aktivitassecara bertanggungjawab untuk mendapatkan pengetahuan, sehinggapembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru, tetapi siswa juga terlibat aktifdalam proses pembelajaran dan menjadi bagian dalam pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitukelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol adalah siswa kelas VIIC danKelas eksperimen adalah siswa kelas VIIG SMP Negeri 1 Bergas. Pemilihansiswa kelas VIIC dan VIIG SMP Negeri 1 Bergas karena pada kondisi awalnyamemiliki keseimbangan keaktifan belajar dan hasil belajar. Kemudian darikedua kelas, akan diberi perlakuan yang berbeda, kelompok eksperimen akanmenggunakan pembelajaran dengan metode Diskusi Tipe Syndicate Group,sedangkan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran secara konvensionaltanpa perlakuan. Kemudian hasil belajar dari kelas eksperimen dan kelaskontrol akan dibandingkan. Begitu juga dengan keaktifan belajar siswa selamaproses pembelajaran di kelas. Adapun bagan kerangka berpikir dapat dilihatsebagai berikut:

Gambar 2.1Diagram Kerangka Berpikir

Metode Diskusi tipeSyndicate Group

Keaktifan belajar siswa

Hasil belajar Siswa

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3633/3/T1_202009068_BAB II.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian

15

D. HIPOTESIS PENELITIANBerdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis

dalam penelitian ini sebagai berikut “Metode Diskusi Tipe Syndicate GroupBerpengaruh Terhadap Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIISMP Negeri 1 Bergas Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran2012/2013”.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3633/3/T1_202009068_BAB II.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian

16