BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori -...

25
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Menurut Usman Samatowa (2010:1) “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical science dan life science. Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoology, dan seterurusnya)”. Menurut Hendro Darmojo (1992) “IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya” (dalam Usman Samatowa, 2010: 2). Sedangkan menurut Powler dalam Usman Samatowa (2010: 3) : IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Menurut Ahmad Susanto ( 2013:167) “sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan”. Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi dijelaskan bahwa I lmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dari beberapa pendapat diatas dinyatakan bahwa IPA berhubungan dengan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD

Menurut Usman Samatowa (2010:1) “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau

sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical science dan life science.

Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi,

minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi,

zoology, dan seterurusnya)”. Menurut Hendro Darmojo (1992) “IPA adalah

pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya”

(dalam Usman Samatowa, 2010: 2). Sedangkan menurut Powler dalam Usman

Samatowa (2010: 3) :

IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan

yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa

kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya

pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu

dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya

merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya

pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang

dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama

atau konsisten.

Menurut Ahmad Susanto ( 2013:167) “sains atau IPA adalah usaha manusia

dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta

menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan

suatu kesimpulan”. Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi

dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

juga merupakan suatu proses penemuan.

Dari beberapa pendapat diatas dinyatakan bahwa IPA berhubungan dengan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

7

gejala alam semesta. Dapat disimpulkan bahwa IPA adalah pengetahuan yang

berhubungan tentang gejala alam yang tersusun secara sistematis yang dalam

prosesnya terdapat metode ilmiah proses penemuan.

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok di sekolah.

IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif karena didalamnya terdapat metode

ilmiah yang merangsang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi dijelaskan :

Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas

(Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui

penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman

belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan

proses dan sikap ilmiah.

Menurut Ahmad Susanto (2013) :

Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam

yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat

diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan sebagai produk,

proses, dan sikap. Pertama, ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu

kumpulam hasil penelitian yang telah ilmuan lakukan dan sudah membentuk

konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analistis.

Bentuk IPA sebagai produk antara lain : fakta-fakta, prinsip, hukum, dan

teori-teori IPA….Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk

menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan

kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam

menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasikan oleh

ilmuwan….Ketiga, ilmu pengetahuan alam sebagai sikap. Sikap ilmiah harus

dikembangkan dalam pembelajaran sains.

Di sekolah dasar IPA tidak hanya hafalan tetapi lebih penting dari hal tersebut

adalah bagaimana proses pembelajaran. Pembelajaran IPA menekankan pada proses

pembelajaran. Bagaimana siswa belajar dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan

menggunakan metode ilmiah tersebut, maka pembelajaran IPA melibatkan keaktifan

siswa, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental siswa.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

8

Tujuan Mata Pelajaran IPA di SD/MI

Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun

2006 adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dan ciptaan Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilam proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Ruang Lingkup IPA SD/MI

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI dalam Permendiknas Nomor

22 Tahun 2006 tentang Standar Isi meliputi aspek-aspek berikut :

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik

yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester, pada suatu mata pelajaran

(Permendiknas, No.41 Tahun 2007). Sedangkan kompetensi dasar merupakan

sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu

sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi dalam suatu pelajaran

(Permendiknas No.41 Tahun 2007).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

9

Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA kelas 4 semester II adalah

sebagai berikut :

Tabel 1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran IPA Kelas 4 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

7. Memahami gaya dapat mengubah

gerak dan/atau bentuk suatu benda.

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bawa gaya

(dorongan dan tarikan) dapat mengubah

gerak suatu benda. 7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

(dorongan dan tarikan) dapat mengubah

bentuk suatu benda.

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam

kehidupan sehari-hari.

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta

sifat-sifatnya.

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya.

8.3 Membuat suatu karya/model untuk

menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari

kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut.

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi

melalui penggunaan alat musik.

Bumi dan Alam Semesta

9. Memahami perubahan kenampakan

permukaan bumi dan benda langit.

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan

bumi.

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari.

10. Memahami perubahan lingkungan

fisik dan pengaruhnya terhadap

daratan.

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab

perubahan lingkungan fisik (angin, hujan,

cahaya matahari, dan gelombang air laut). 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan (erosi,

abrasi, banjir, dan longsor).

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (eosi, abrasi, banjir,

dan longsor).

11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan.

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya

alam dengan teknologi yang digunakan.

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.

Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

10

2.1.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Model Problem Based Learning (yang selanjutnya disingkat PBL) biasanya

juga disebut Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Terdapat berbagai pendapat

tentang pengertian PBL. Berikut beberapa pendapat para ahli tentang pengertian

model pembelajaran PBL. Menurut Drs. Daryanto (2014 : 29) pembelajaran berbasis

masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah

kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.

Menurut Tan (2003) dalam Rusman (2010: 229):

Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran

karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan

melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat

memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan

berpikirnya secara berkesinambungan.

Menurut Fogarty dalam Hamruni (2012: 220) “Problem-based learning

adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan „membenturkan‟ siswa kepada

masalah-masalah praktis, dengan berbentuk ill-structured, atau open-ended melalui

stimulus dalam belajar”. Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai

rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian

masalah yang dihadapi secara ilmiah. “SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian

aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang

dihadapi secara ilmiah” (Wina Sanjaya, 2014: 214).

Dari beberapa pendapat ahli dapat ditemukan bahwa PBL mengandung

permasalahan yang harus dipecahkan atau dicari jawabannya oleh siswa. Jadi

berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa PBL adalah model pembelajaran

dengan memberikan suatu permasalahan dunia nyata pada peserta didik yang melatih

kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik yang diterapkan dengan proses kerja

kelompok. PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran. Dengan PBL siswa akan

mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Siswa tidak hanya duduk diam

mendengarkan penjelasan guru tetapi siswa juga dituntut untuk aktif mencari

pengetahuannya sendiri.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

11

Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Rusman (2010 : 232) katarkteristik pembelajaran berbasis masalah

adalah sebagai berikut :

a. permasalahan menjadi starting point dalam belajar;

b. permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata

yang tidak terstruktur;

c. permaslahan membutuhkan perspektif ganda (multiple persperctive);

d. permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,

dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan

belajar dan bidang baru dalam belajar;

e. belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

f. pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses esensial dalam PBL;

g. belajar adalah kolaborasi, komunikasi, dan kooperatif;

h. pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari

sebuah permasalahan;

i. keterbukaan proses PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses

belajar; dan

j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses

belajar.

Menurut Min Liu (2005) dalam Aris Shoimin (2014: 130) karakteristik dari

PBL, yaitu :

a. Learning is student-centered

Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa

sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori

kontruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan

pengetahuan sendiri.

b. Authentic problems form the organizing focus for learning

Masalah disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga

siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat

menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.

c. New information is acquired throught self-directed learning

Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui

dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehingga siswa berusaha

untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi

lainnya.

d. Learning occurs in small groups

Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha

membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

12

kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang

jelas dan penetapan tujuan yang jelas.

e. Teacher act as facilitators

Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktifitas

siswa dan mendorong meraka agar mencapai target yang hendak dicapai.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik PBL adalah awal

pembelajartan diawai dengan suatu permasalahan yang diberikan guru, masalah

berkaitan dengan dunia nyata siswa, permasalahan tersebut akan menentukan arah

pembelajaran dalam kelompok. Dengan permasalahan yang diberikan siswa didorong

untuk mencari informasi yang diperlukan dari berbagai sumber untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL)

Menurut Hamruni (2012:157) kelebihan PBL, diantaranya :

1. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

2. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

3. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4. Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk

memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

6. Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil

maupun proses belajarnya.

7. Memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (Matematika,

IPA, Sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara

berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya

sekedar belajar dari guru atau buku-buku saja.

8. Lebih menyenangkan dan disukai siswa.

9. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kemampuan

mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

10. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan

yang mereka miliki dalam dunia nyata.

11. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar

meskipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

13

Menurut Hamruni (2012:158) disamping kelebihan, PBL juga memiliki

kelemahan, diantaranya :

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit bisa dipecahkan, maka mereka akan

merasa enggan untuk mencoba.

2. Keberhasilan pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu

untuk persiapan.

3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan

masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang

mereka ingin pelajari.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Agus Suprijono (2009: 74) sintak pembelajaran berbasis masalah

sebagai berikut :

Tabel 2

Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

No Fase Perilaku Guru

1. Fase 1 : Melakukan orientasi

masalah kepada siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik (bahan dan alat) apa yang

diperlukan bagi penyelesaian masalah serta memberikan motivasi kepada siswa agar

menaruh perhatian terhadap aktivitas

penyelesaian masalah.

2. Fase 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan pembelajaran agar relevan

dengan penyelesaian masalah,

3 Fase 3 : Mendukung kelompok investigasi

Guru mendorong siswa untuk mencari informasi yang sesuai, melakukan eksperimen, dan

mencari penjelasan dan pemecahan masalahnya,

4. Fase 4 : Mengembangkan dan

menyajikan artefak dan memamerkannya

Guru membantu siswa dalam perencanaan dan

perwujudan artefak yang sesuai dengan tugas yang diberikan seperti : laporan, video, dan

model-model, serta membantu mereka saling

berbagi satu sama lain terkait hasil karyanya.

5. Fase 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian

masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikannya serta proses-

proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

14

Duffy & Cunningham, 1996 dalam Martinis Yamin (2011: 31) terdapat lima strategi

dalam menggunakan PBL :

1. Permasalahan sebagai suatu kajian. Permasalahan dipresentasikan pada

awal pembelajaran untuk menarik perhatian peserta didik ke dalam proses

pembelajaran.

2. Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman. Permasalahan

dipresentasikan atau didiskusikan setelah peserta didik selesai

membacanya, kemudian dipergunakan untuk menjajaki pemahaman

peserta didik.

3. Permasalahan sebagai contoh. Permasalahan diintegrasikan ke dalam

materi pelajaran untuk dapat mengilustrasikan suatu prinsip, konsep dan

prosedur.

4. Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.

Permasalahan digunakan untuk mendorong berpikir kritis sehingga

analisis dapat dijadikan untuk pemecahan masalah bagi peserta didik.

5. Permasalahan sebagai stimulus aktifitas otentik. Permasalahan digunakan

untuk mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah-

keterampilan bisa berupa keterampilan fisik, disebutkan dengan

pengetahuan awal, dan keterampilan metakognisi yang telah berhubungan

terhadap proses pemecahan masalah.

Menurut John Dewey dalam Hamruni (2012: 153) menjelaskan 6 langkah

PBL, yaitu :

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang

akan dipecahkan.

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara

kritis dari berbagai sudut pandang.

3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai

kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5. Menguji hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan

kesimpulan sesuai dengan penerimaan atau penolakan hipotesis yang

diajukan.

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil

pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

7.

Dari pendapat para ahli terdapat langkah-langkah PBL yang sangat khas yang

mencerminkan PBL, yaitu :

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

15

1. Orientasi tentang masalah

Siswa dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus dipecahkan. Guru

mendorong siswa untuk melakukan kegiatan menyelesaikan masalah.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Pada tahap ini guru membimbing siswa merencanakan kegiatan untuk

menyelesaikan masalah. Mengorganiasasikan siswa pada kelompok-kelompok

belajar untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.

3. Investigasi kelompok

Siswa melaksanakan diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan yang

diberikan. Guru mengarahkan dan membantu diskusi kelompok.

4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil

Guru membantu siswa membuat artefak yang akan ditampilkan sesuai dengan

tugas yang diberikan.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi hasil penyelidikan dan

proses belajar yang telah dilakukan.

Sintak Pembelajaran Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dalam Pembelajaran IPA Berdasarkan Standar Proses

Pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Tahap Persiapan, meliputi :

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan

model Problem Based Learning (PBL).

b. Merumuskan indikator pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi (SK)

dan Kompetensi Dasar (KD).

c. Merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator pembelajaran.

d. Membuat lembar observasi untuk guru dan siswa.

e. Membuat lembar soal tes untuk melihat hasil belajar IPA siswa.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

16

2) Pelaksanaan, meliputi :

1. Kegiatan Awal

a. Guru menyiapkan siswa untuk belajar.

Fase 1: Orientasi Siswa Pada Permasalahan

b. Guru melakukan apersepsi pembelajaran.

c. Guru memberikan motivasi yang berupa masalah awal pada siswa.

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

e. Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran menggunakan PBL.

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar

a. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok secara heterogen.

b. Siswa mengamati dan membaca LKS yang diberikan guru.

c. Siswa dengan bimbingan guru mengidentifikasi permasalahan.

Elaborasi

Fase 3 : Investigasi Kelompok

d. Siswa melaksanakan investigasi kelompok dengan bimbingan guru.

e. Guru membantu investigasi kelompok dan memfasilitasi siswa tentang

hal-hal yang belum dipahami.

Fase 4 : Mengembangkan dan Mempresentasikan Hasil

f. Siswa menyusun hasil diskusi kelompok.

g. Perwakilan kelompok maju kedepan mempresentasikan hasil diskusi yang

telah dibuat.

h. Guru memberikan kesempatan untuk kelompok lain atau siswa lain untuk

berpendapat dan bertanya mengenai hasil pekerjaan kelompok yang

sedang presentasi.

Fase 5 : Menganalisis dan Mengevaluasi Hasil Pemecahan Masalah

i. Guru bersama siswa menganalisis laporan tiap kelompok.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

17

j. Guru mengevaluasi hasil diskusi tiap kelompok yang telah

dipresentasikan.

Konfirmasi

k. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang

materi yang belum jelas.

l. Siswa menjawab pertanyaan guru untuk menguji pemahaman siswa dan

memberikan penguatan.

3. Kegiatan Penutup

a. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan dan penguatan

tentang materi yang telah dipelajari.

b. Siswa bersama guru melakukan refleksi tentang kegiatan pembelajaran.

c. Guru menutup pembelajaran.

2.1.3 Model Pembelajaran Konvensional

Menurut Sagala (2003:187) pembelajaran konvensional adalah pembelajaran

klasikal atau yang disebut juga pembelajaran tradisional. Sedangkan menurut Ujang

Sukandi dalam Scholaria jurnal pendidikan ke-SD-an (2011: 215) mendeskripsikan

bahwa “pembelajaran konvensional ditandai dengan guru lebih banyak mengajar

konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetaui sesuatu bukan

mampu melakukan sesuatu dan pada saat pembelajaran siswa lebih banyak

mendengarkan”. Menurut Jainuri “model konvensional adalah suatu pembelajaran

yang mana dalam proses belajar mengajar dilakukan dengan cara yang lama, yaitu

dalam penyampaian pelajaran pengajar masih mengandalkan ceramah”.

Dalam model pembelajaran tradisional guru menggunakan metode ceramah

dalam menyampaikan materi pelajaran. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan

Zain (2013: 97) “metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode

tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi

lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar”. Menurut Wina

Sanjaya (2014: 147) “metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

18

pelajaran melalui penuturan lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok

siswa”.

Menurut beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

konvensional merupakan pembelajaran dimana guru berperan aktif menyampaikan

materi dengan menggunakan metode ceramah, yaitu dengan penjelasan secara lisan.

Karakterisitik pembelajaran konvensional menurut Mawardi dan Puspitasari

dalam Scholaria jurnal pendidikan ke-SD-an (2011: 219) antara lain: (1) siswa adalah

penerima informasi, (2) siswa cenderung belajar secara individual, (3) pembelajaran

cenderung abstrak dan teoritis, (4) perilaku dibangun atas kebiasaan (5) keterampilan

dikembangkan atas dasar latihan, (6) siswa tidak melakukan yang jelek karena dia

takut hukuman, (7) bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural.

Menurut I Wayan Sukra Warpala (2009):

Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan pembelajaran,

penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan

modus telling (pemberian informasi), ketimbang modus demonstrating

(memperagakan) dan doing direct performance (memberikan kesempatan

untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung). Dalam perkataan lain, guru

lebih sering menggunakan strategi atau metode ceramah dan/atau drill dengan

mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat.

Menurut Sunarto dalam Scholaria jurnal pendidikan ke-SD-an, (2011: 219)

mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional dipandang efektif terutama untuk

(1) berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain, 2) menyampaikan

informasi dengan cepat, 3) membangkitkan minat akan informasi, 4) mengajari siswa

yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.

Namun pembelajaran konvensional juga mempunyai beberapa kelemahan

yaitu 1) tidak semua siswa memiliki cara belajar dengan mendengarkan, 2) siswa

cepat bosan karena pendidik sering kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik

dengan apa yang dipelajari, 3) tidak membangkitkan pemikiran kritis siswa, 4)

pembelajaran konvensional mengansumsikan bahwa cara belajar siswa sama dan

tidak bersifat individual.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

19

Sintak Model Pembelajaran Konvensional dalam Pembelajaran IPA di Sekolah

1. Kegiatan Awal

a. Guru menyiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan

mengucap salam, mengajak siswa berdoa, melaksanakan presensi dan

membimbing peserta didik menyiapkan peralatan sekolah.

b. Guru melakukan apersepsi.

c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan materi pembelajaran.

b. Siswa mendengarkan penjelasan yang diberikan guru.

c. Siswa memberikan contoh yang berhubungan dengan materi.

d. Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dijelaskan.

e. Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.

f. Siswa menuliskan jawabannya di papan tulis.

g. Guru bersama siswa membahas jawaban siswa yang dituliskan di papan

tulis.

h. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang

materi yang belum jelas.

i. Guru memberikan pertanyaan pada siswa untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa.

3. Kegiatan Penutup

a. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan secara lisan.

b. Guru memberikan tugas untuk membaca materi pada pertemuan selanjutnya.

c. Guru menutup pembelajaran.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar memiliki peranan sangat penting dalam proses pembelajaran.

Hasil belajar sering diartikan sebagai hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti

kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar seringkali digunakan sebagi patokan apakah

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

20

seseorang telah berhasil atau belum dalam menjapai tujuan pembelajaran. Proses

penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang

kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan

belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina

kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Menurut Purwanto (2014:44) :

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)

menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau

proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Setelah

mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.

Menurut Ahmad Susanto ( 2013: 5) “hasil belajar yaitu perubahan-perubahan

yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik”. Sedangkan Agus Suprijono (2009: 5) “hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan”.

Menurut Gronlund (1985:20) dalam Purwanto (2014:45):

Hasil belajar yang diukur merefleksikan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran

adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang

dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan

diukur.

Hasil belajar erat kaitannya dengan tujuan pembelajaran, tercapainya tujuan

pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan

pencapaian tujuan pembelajaran pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat diambil simpulan bahwa

hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa akibat dari proses belajar

mengajar yang telah dilaluinya atau pengalaman belajar. Kemampuan tersebut dapat

berupa perubahan tingkah laku setelah terjadinya proses belajar mengajar. Untuk

mengetahui hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis

ataupun tes lisan. Hasil belajar siswa mencerminkan berhasil tidaknya pencapaian

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

21

tujuan pembelajaran yang sebelumnya telah dirancang.

Hasil belajar dibagi menjadi tiga domain. Menurut Purwanto (2014:48)

“domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam

proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain : kognitif, afektif,

dan psikomotorik”.

Menurut Bloom (dalam Agus Suprijono, 2009:5) :

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,ingatan), comprehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),

analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan

evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization ( karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-

routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif,

teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat ditemukan bahwa domain

hasil belajar adalah kognitif, afektif, psikomotorik. Jadi dapat disimpulkan bahwa

domain hasil belajar mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

Aspek kognitif berupa pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai materi yang

telah dipelajari. Aspek afektif berupa sikap siswa saat mengikuti kegiatan

pembelajaran, dan aspek psikomotorik berupa keterampilan yang dimiliki siswa saat

mengikuti dan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan berbagai

teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik

penilaian dikelompokkan menjadi dua, yakni teknik tes dan nontes.

1. Teknik Tes

Menurut Endang Poerwati, dkk (2008:1) tes adalah seperangkat tugas yang

harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik

untuk mengukur tingkat pemahaman dan penugasannya terhadap cakupan materi

yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Sedangkan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

22

menutut menurut Ngalim Purwanto (2010: 33) tes hasil belajar atau achievement test

ialah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan

oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam jangka

waktu tertentu.

Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir

pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar,

Suryanto Adi, dkk, dalam Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:70).

Tes sebagai alat ukur sangat banyak macamnya, berikut macam tes

berdasarkan cara pengerjaannya, Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:144) yaitu :

1. Tes Tertulis

Tes tertulis yaitu tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik

dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Tes objektif, ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian,

benar-salah, dan menjodohkan.

b. Tes uraian, yang terbagi atas ada tes uraian objektif (penskorannya

dapat dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif

(penskorannya sulit dilakukan secara objektif).

2. Tes Lisan

Tes lisan yaitu tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan

mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dengan peserta

didik dengan tujuan melakukan pengukuran atau menentukan skor.

3. Tes Perbuatan

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam

bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan

perbuatan atau unjuk kerja.

2. Teknik Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengases peserta didik pada ranah

afektif dan psikomotor. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:73-75) jenis

teknik non tes, yaitu :

1. Unjuk Kerja

Merupakan suatu penilaian/pengukuran yang dilakukan melalui

pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

23

tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca puisi

dan berdiskusi.

2. Penugasan

Merupakan penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang

mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu

tertentu.

3. Tugas Individu

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik

yang dilakukan secara individu.

4. Tugas kelompok

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik

yang dilakukan secara kelompok.

5. Portofolio

Teknik yang digunakan kepada siswa untuk menjabarkan tugas

atau karyanya. Portofolio memberikan gambaran menyeluruh tentang apa

yang telah dipelajari dan dicapai siswa.

2.1.5 Hubungan Antara Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Terhadap Hasil Belajar

Hubungan antara model pembelajaran PBL dan hasil belajar saling berkaitan.

Model pembelajaran PBL merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran. Dalam

model ini ditandai dengan adanya permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa.

PBL melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Siswa dituntut aktif

untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran

melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Dengan pembelajaran PBL siswa

dilatih untuk untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Siswa tidak hanya

duduk menerima materi dari guru tetapi siswa mengembangkan pengetahuannya

sendiri dengan bimbingan dari guru. Pembelajaran PBL dapat melatih kerja sama

siswa dengan menyelesaikan suatu permasalahan secara berkelompok. Model

penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah

dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh.

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu

pembelajaran. Hasil belajar biasanya berupa nilai. Hasil belajar dipengaruhi oleh

model pembelajaran yang digunakan guru, jika guru menggunakan model

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

24

pembelajaran yang tepat dan menyenangkan akan berpengaruh pada hasil belajar

siswa. Oleh karena itu, antara model pembelajaran PBL dengan hasil belajar

memliliki kaitan yang erat, karena kedua hal tersebut saling mempengaruhi. Hasil

belajar dipengaruhi oleh model pembelajaran PBL. Jika guru dapat mengaplikasikan

PBL dengan baik dan benar maka dapat mempengaruhi hasil belajar menjadi lebih

baik.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai model Problem Based Learning (PBL) pernah dilakukan

oleh peneliti sebelumnya, antara lain :

Merinda Dian Prametasari (2012) melakukan penelitian berjudul “Efektifitas

Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning-PBL)

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di Gugus Hasanudin Salatiga Semester

II Tahun Aajaran 2011/2012”. Dalam penelitian ini dinyatakan ada efektifitas

penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL)

terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Gugus Hasanudin Salatiga Semester

II Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukan dengan hasil perhitungan uji t, taraf

siginifikansi yaitu 0,002 yang berarti bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas

eksperimen yaitu pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL)

lebih efektif terhadap hasil belajar siswa. Rata-rata hasil belajar kelas kontrol yang

menggunakan model pembelajaran konvensional sebesar 74,53 dan rata-rata hasil

belajar kelas eksperimen yaitu 83,38 dengan perbedaan rata-rata (mean difference)

sebesar 8,85. Kelebihan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Learning-PBL), artinya model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah

(Problem Based Learning-PBL) bermakna terhadap peningkatan hasil belajar.

Kelemahan penelitian ini adalah tidak diuraikan refleksi terhadap pembelajaran PBL

sehingga kesulitan untuk mengevaluasi bagaimana sistem belajar mengajarnya.

Prisky Chitika (2012) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh

Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

25

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Jepon Kecamatan Jepon

Kabupaten Blora Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”, dalam penelitian ini

dinyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran

berbasis masalah dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Jepon semester

II Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian membuktikan bahwa pembelajaran

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif dibandingkan

dengan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV

SDN Jepon, hal ini dapat dilihat dari hasil uji t yang menunjukkan bahwa

signifikansi sebesar 0,000. Rata-rata kelas eksperimen yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebesar 90,00 dan rata-rata

kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran konvensional sebesar 85,00.

Kelebihan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model

pembelajaran berbasis masalah dalam pelajaran IPA, artinya penggunaan model

pembelaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar sehingga hasil belajar

siswa dapat memuaskan. Kelemahan penelitian ini adalah tidak diuraikan refleksi

terhadap pembelajaran PBL sehingga kesulitan untuk mengevaluasi bagaimana

sistem belajar mengajarnya.

Dalam penelitian yang berjudul “Keefektifan Penggunaan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V

SD Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun

Pelajaran 2011/ 2012” yang ditulis Sri Hartati (2012), model pembelajaran berbasis

masalah efektif digunakan dalam pembelajaran matematika siswa kelas V di SD

Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Hal ini didukung oleh hasil

nilai rata-rata pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional sebesar 57,60 sedangkan hasil nilai rata-rata pembelajaran matematika

dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mencapai hasil 80,80.

Hal ini, dipertegas dengan hasil uji t dengan signifikansi sebesar 0,000. Kelebihan

penelitian ini adalah nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Kelemahan penelitian ini adalah penerapan model PBL belum sepenuhnya mengikuti

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

26

sintak model pembelajaran berbasis masalah.

Penelitian dalam e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Vol 2 yang ditulis oleh Kade Mahendra, Made Sumantri, I Gede Margunayasa (2014)

yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas V SD”, menunjukkan hasil penelitian yaitu terdapat

perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti model

pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran

konvensional pada siswa kelas V SD di gugus XV Kecamatan Buleleng Tahun

Ajaran 2013/2014. Rata-rata model pembelajaran berbasis masalah = 21,70 > rata-

rata konvensional = 12,72. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa

model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA

siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Berikut disajikan tabel hasil kajian penelitian yang relevan yang telah

dilakukan sebelumnya :

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

27

Tabel 3

Hasil Kajian Penelitian Yang Relevan

No

Nama Peneliti

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

PBL Hasil

Belajar

IPA

1. Merinda Dian

Prametasari

Model pembelajaran PBL lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional,

dengan rata-rata kelas kontrol yaitu 74,53 dan

rata-rata kelas eksperimen yaitu 83,38.

2. Prisky Chitika

Pembelajaran menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah lebih efektif

dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional, hal ini ditunjukkan dengan rata-

rata kelas eksperimen yaitu 90,00 dan rata-rata

kelas kontrol yaitu 85,00.

3. Sri Hartati

Pembelajaran menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah lebih efektif

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, hal ini dibuktikan oleh hasil nilai

rata-rata pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran

konvensional sebesar 57,60 sedangkan hasil

nilai rata-rata pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah mencapai hasil 80,80.

4. Kd. Mahendra, Md.

Sumantri, I

Gd.Margunayasa

Terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang

signifikan antara siswa yang mengikuti model

pembelajaran berbasis masalah dengan siswa

yang mengikuti model pembelajaran

konvensional. Rata-rata model pembelajaran berbasis masalah = 21,70 > rata-rata

konvensional = 12,72.

5. Peneliti Sedang melakukan penelitian

Pada tabel 3 dapat dilihat hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

bahwa model pembelajaran PBL lebih efektif dibandingkan model pembelajaran

konvensional. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan hasil belajar yang signifikan

antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBL dengan kelas

kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

28

2.3 Kerangka Berpikir

Salah satu keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada hasil

belajar siswa. Jika hasil belajar siswa tinggi maka pembelajaran dapat dikatakan

berhasil namun sebaliknya jika hasil belajar rendah maka dapat dikatakan

pembelajaran belum berhasil. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar

siswa adalah metode atau model pembelajaran yang digunakan guru.

Sejauh pembelajaran sering kali menggunakan pembelajaran konvensional

yang berpusat pada guru. Pembelajaran seperti ini berpusat pada guru sehingga guru

menjadi sumber belajar utama siswa. Pembelajaran demikian lebih mementingkan

penguasaan materi dan kurang memperhatikan nilai-nilai yang terkandung dalam

mata pelajaran. Selain itu interaksi yang terjalin satu arah, yaitu dari guru kepada

siswa karena dalam pembelajaran ini siswa bekerja secara individualis.

Salah satu model pembelajaran siswa yang inovatif dan berpusat pada siswa

adalah model PBL. Pendekatan saintifik melalui model Problem Based Learning

merupakan suatu pendekatan dan model pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Dalam model Problem Based Learning, siswa dikondisikan untuk aktif memecahkan

masalah yang diberikan dengan menggunakan gagasan yang mereka miliki.

Pendekatan dan model pembelajaran ini menekankan pada kemampuan peserta didik

untuk menyelesaikan masalah dengan pengetahuannya sendiri. Dengan model PBL

peserta didik harus mampu membangun pengetahuannya sendiri.

Berikut gambar kerangka berpikir adalah sebagai berikut :

\

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

29

Gambar 1

Kerangka Pikir Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran PBL

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode

ceramah.

Guru memberikan pertanyaan pada

siswa terkait

dengan materi.

Guru memberikan latihan soal yang

dikerjakan secara individu oleh

siswa.

Guru memberikan motivasi dengan

mengajukan permasalahan.

Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok secara

heterogen.

Guru membantu dan mengarahkan

diskusi kelompok.

Guru memberi kesempatan pada

setiap kelompok untuk presentasi.

Guru bersama siswa menganalisis dan

mengevaluasi hasil diskusi siswa

Pembelajaran IPA

KD : 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan

fisik (angin, hjan, cahaya matahari, dan gelombang laut)

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Problem

Based Learning (PBL)

Menyampaikan materi

pelajaran Orientasi pada

permasalahan

Melakukan tanya jawab

Memberikan latihan

soal.

Investigasi kelompok

Mengembangkan dan

mempresentasikan hasil

Hasil Belajar Kognitif Siswa

Tes formatif

Mengorganisasikan siswa

untuk belajar

Menganalisis dan

mengevaluasi hasil

pemecahan masalah

Tes formatif

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16687/2/T1_292011167_BAB II...minerologi, dan fisika sedangkan life science meliputi

30

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah :

H0 : Tidak terdapat perbedaan efektivitas antara model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil

belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Ringinsari Kecamatan Ampel Kabupaten

Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015.

Ha : Terdapat perbedaan efektivitas antara model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil

belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Ringinsari Kecamatan Ampel Kabupaten

Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015.