BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1...

17
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Proses Pembelajaran Untuk melakukan proses pembelajaran, terlebih dahulu harus di ketahui arti proses pembelajaran, proses pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar di kelas, yang ada hanya siswa dan guru yang didalamnya terjadi kegiatan interaksi timbal balik yang berlangsung secara edukatif yang bertujuan untuk mencapai tujuan belajar yang ingin di capai. Menurut Bafadal (2005:11), pembelajaran dapat diartikan sebagai “ segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif, dan efisien”. Menurut Rooijakkers (1991:114) “ Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan progam pendidikan. Sedangkan menurut Winkel (1991:200) “ Proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat simpulkan bahwa proses pembelajaran adalah suatu kegiatan yang di lakukan oleh seorang guru dengan siswa yang terjadi secara langsung di suatu lingkungan baik lingkungan dalam kelas ataupun lingkungan luar kelas. Pembelajaran yang bersangkutan dengan alam akan lebih efektif jika, pembelajaran tersebut di laksanakan di luar kelas, karena di luar kelas siswa akan berinteraksi langsung dengan alam sehingga siswa akan terbentuk suatu interaksi aktif dan menyenangkan antara guru dan siswa, yang merangsang siswa berpikir kritis, kreatif. Jadi di dalam pembelajaran

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Proses Pembelajaran

Untuk melakukan proses pembelajaran, terlebih dahulu harus di ketahui arti

proses pembelajaran, proses pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar di kelas,

yang ada hanya siswa dan guru yang didalamnya terjadi kegiatan interaksi timbal

balik yang berlangsung secara edukatif yang bertujuan untuk mencapai tujuan

belajar yang ingin di capai. Menurut Bafadal (2005:11), pembelajaran dapat

diartikan sebagai “ segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka

terciptanya proses belajar mengajar yang efektif, dan efisien”.

Menurut Rooijakkers (1991:114) “ Proses pembelajaran merupakan suatu

kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta

didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber

belajar suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan progam

pendidikan.

Sedangkan menurut Winkel (1991:200) “ Proses pembelajaran adalah suatu

aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai sikap.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat simpulkan bahwa proses

pembelajaran adalah suatu kegiatan yang di lakukan oleh seorang guru dengan

siswa yang terjadi secara langsung di suatu lingkungan baik lingkungan dalam

kelas ataupun lingkungan luar kelas. Pembelajaran yang bersangkutan dengan

alam akan lebih efektif jika, pembelajaran tersebut di laksanakan di luar kelas,

karena di luar kelas siswa akan berinteraksi langsung dengan alam sehingga siswa

akan terbentuk suatu interaksi aktif dan menyenangkan antara guru dan siswa,

yang merangsang siswa berpikir kritis, kreatif. Jadi di dalam pembelajaran

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

9

tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

yang akan di ketahui siswa. Pengetahuan tersebut tidak hanya bersifat sementara akan

tetapi pengetahuan tersebut bersifat lama didalam pikiran siswa.

Proses pembelajaran secara nyata tersebut melibatkan siswa dalam aktivitas

penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks

kehidupan nyata yang mereka hadapi. Sehingga pembelajaran menjadi mudah diserap

oleh siswa karena sebelum pembelajaran tersebut berlangsung siswa sudah pernah

melihat, mengalami, bahkan sudah pernah di lakukan dalam kehidupan sehari-hari

mereka dengan cara ini siswa menemukan makna.

Penemuan sebuah makna merupakan ciri utama dari Contexstual Teaching and

Learning.

2.1.1.1 Model Pembelajaran

Model pembelajaran berawal dari kata “model” yaitu suatu rencana yang

menjelaskan suatu objek. Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi antara

guru dengan siswa yang berada pada sebuah lingkungan belajar baik disuatu ruangan

atapun di luar ruangan. Jadi, model pembelajaran adalah cara seorang guru dalam

mengolah, mengarahkan suatu pembelajaran untuk menjadikan siswa mudah dalam

menerima penjelasan dari guru pada suatu lingkungan tertentu untuk mencapai tujuan

belajar.

Model pembelajaran menurut Richard I Arends adalah lebih mengacu pada

pendekatan yang akan di gunakan, termasuk didalamnya terdapat tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran

dan pengelolaan kelas.

pada penelitian ini akan dibahas mengenai model pembelajaran Kontekstual

(Contexstual Teaching and Learning). Elaine (dalam Rusman, 201:187) mengatakan

pembelajaran Kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk

menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Pembelajaran kontekstual merupakan

usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri, sebab siswa

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

10

berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkan dengan dunia

nyata. Melalui model pembelajaran kontekstual, mengajar bukan transformasi

pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang

terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi

siswa untuk mencari kemampuan bisa hidup (life skill) dari apa yang di pelajarinya.

Ciri khas Contexstual Teaching And Learning ditandai oleh tujuh komponen utama

yaitu 1) Contructivism 2) inquiry 3) Questioning 4) learning community 5) modelling

6) reflection dan 7) Authentic Assessment.

Adapun tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan guru yaitu

:

1). Konstruktivisme

Pengetahuan yang dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang dihasilkan dan

diperbanyak melalui konteks yang minimal. Manusia harus membangun pengetahuan

itu memberi makna atau maksud yang melalui pengalaman nyata. Pengalaman akan

dirasakan memiliki makna atau maksud apabila secara langsung maupun tidak

langsung berhubungan dengan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh para siswa

itu sendiri.

2). Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan inti dari Contexstual Teaching and Learning (Contexstual

Teaching And Learning) melalui cara menemukan akan memberikan suatu

pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang di perlukan

bukan merupakan hasil dari mengingat berdasarkan materi yang didapat akan tetapi

seperangkat fakta-fakta, yang merupakan hasil menemukan sendiri.

3). Bertanya (questioning)

Seseorang akan tahu diawali dengan bertanya oleh karena itu, bertanya merupakan

strategi utama dalam Contexstual Teaching And Learning. Melalui bertanya

pembelajaran akan lebih hidup atau aktif, akan mendorong proses dan hasil

pembelajaran yang lebih luas dan mendalam. Dengan bertanya maka:

1) Dapat memperdalam informasi yang telah di ketahui

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

11

2) Mengecek pemahaman siswa pada pembelajaran yang telah disampaikan

3) Membangkitkan minat siswa dalam bertanya

4) Mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa

5) Mengetahui hal-hal yang di ketahui siswa dari pertanyaan yang diajukan oleh

siswa

6) Dapat membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan siswa

7) Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

4). Masyarakat belajar (learning community)

Membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama serta memanfaatkan sumber belajar

dari teman-teman belajarnya. Ketika mereka saling bekerja sama maka pengetahuan

yang mereka dapatkan akan semakin bertambah. Ketika kita dan siswa dibiasakan

untuk memberikan pengalaman yang luas kepada orang lain, maka saat itu pula kita

atau siswa mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari komunitas lain.

5). Pemodelan (modeling)

Pada pemodelan pembelajaran pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahan dan

teknologi semakin berkembang, guru dituntut dengan segudang tuntutan yang harus

dihadapi serta dituntut untuk mencerdaskan siswa terutama pada sikap dan moral

yang yang berkarakter dan disamping itu banyak siswa beraneka ragam, dan berbeda

karakter, ini merupakan suatu tatangan untuk guru. Maka dari itu kini guru bukan

satu-satunya sumber belajar untuk siswa melainkan sebagai fasilitaor siswa yang

bertugas mendidik moral siswa. Seorang guru tidak lelah dalam mendidik moral

mereka, berbagai upaya dan cara yang telah ia lakukan. Maka dari itu, pada

pembuatan model dapat dijadikan cara alternatif untuk mengembangkan

pembelajaran agar dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan.

6). Refleksi (reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja di pelajari.

Melalui model Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning) pengalaman belajar

tidak hanya terjadi dan dimiliki ketika seseorang siswa berada dalam kelas, akan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

12

tetapi jauh lebih penting dari itu bagaimana membawa pengalaman belajar tersebut

keluar kelas atau lingkungan sekitar kelas yaitu pada saat ia dituntut untuk

menanggapi dan memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

7). Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Tahap terakhir adalah melakukan penilaian. Penilaian adalah proses pengumpulan

berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap

pengalaman belajar siswa.

Jadi dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran kontekstual

(Contexstual Teaching and Learning) adalah pembelajaran yang bersifat nyata, dari

pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan pada pembelajaran

disekolah yang bisa menemukan suatu makna, makna yang berarti maksud dari

belajar. Dengan didasari tujuh komponen yang sudah di jelaskan di atas yang harus di

lakukan oleh seorang guru untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Langkah-langkah model pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and

Learning ) pada kelas 4 pada materi IPA KD 2.4 Menjelaskan hubungan antara

struktur bunga dengan fungsinya adalah sebagai berikut sebelum guru melakukan

pembelajaran kontekstual pada anak sebaiknya guru membuat alur terlebih dahulu

yaitu :

a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar mandiri

yaitu siswa dapat mengingat kembali pengalaman yang pernah berkaitan dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Melaksanakan kegiatan inquiry pada pembelajaran IPA bagian-bagian

tumbuhan.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa, supaya siswa mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan materi bagian-bagian bunga.

d. Menciptakan masyarakat yaitu guru membaginya dalam kegiatan kelompok,

berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

e. Mengahadirkan sebuah model secara langsung, yaitu mengajak siswa keluar

kelas, dengan mengamati bunga-bunga yang ada dilingkungan sekitar.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

13

f. Membiasakan anak untuk merefleksi pada setiap pembelajaran yang telah di

laksanakan.

g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya

pada masing-masing siswa.

Jadi pada model pembelajaran kontekstual ini siswa yang berperan aktif dalam proses

pembelajaran.

2.1.1.2 Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA yang diawali dengan kata “Pembelajaran” artinya menurut

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 yaitu

Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogam

dalam design intruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan

pada penyediaan sumber.

Sedangkan IPA menurut Trowbidge dan Bybee adalah tubuh (bangun)

pengetahuan dibentuk oleh proses pertemuan terus-menerus dan orang-orang yang

terlibat didalam kegiatan ilmiah.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara terbimbing.

Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi

juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang

bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam

tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini

menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses di perlukan untuk menciptakan

pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

14

dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana

cara produk sains ditemukan.

Dari definisi “Pembelajaran” dan “IPA” di atas dapat di simpulkan bahwa

pembelajaran IPA merupakan sebuah pelajaran yang berkaitan dengan lingkungan

alam yang didalamnya ada interaksi antara siswa, guru, dan lingkungan alam.

Pembelajaran IPA tidak hanya fakta-fakta, prinsip-prinsip atau konsep-konsep saja,

akan tetapi suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA mengharapkan siswa bisa

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar secara langsung dan wahana untuk

mengaitkan pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat belajar IPA

sebaiknya di lakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk atau negatif

terhadap lingkungan.

Pada pembelajaran IPA sebaiknya di laksanakan secara efektif dengan cara

a. Mampu memenuhi keingintahuan siswa misalnya pada saat kegiatan belajar

mengajar tentang bagian-bagian bunga sebaiknya siswa diajak langsung

keluar dari kelas, sehingga siswa mudah menyerap materi pelajaran yang

diberikan.

b. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengkomunikasikan pengalaman

kehidupan sehari-hari kedalam proses pembelajaran sehingga siswa akan

menemukan sebuah makna dari pembelajaran tersebut.

c. Menyediakan sarana dan prasana untuk belajar. Misalnya belajar tentang

bagian-bagian bunga dengan begitu guru memberi kesempatan pada siswa

untuk keluar kelas lalu mengamati bunga yang berada di luar kelas.

d. Menyediakan kesempatan untuk mengekplorasi alam sekitar. Guru mengajak

siswa untuk berinteraksi dengan alam.

e. Penerapan IPA menegaskan pada pemberian pengalaman belajar secara

langsung dengan alam. Dalam pembelajaran tersebut siswa dibekali guna

mengembangkan sejumlah keterampilan bekerja ilmiah dan sikap ilmiah dalam

memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya sendiri dan alam sekitar.

Keterampilan yang meliputi: keterampilan mengamati dengan semua indra,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

15

keterampilan memakai alat dan bahan secara benar yang selalu memperhatikan

keselamatan pada saat kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan data,

menafsirkan data, mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta

menggali dan memilah informasi secara fakta yang relevan untuk menguji

gagasan-gagasan atau memecahakan masalah-masalah dalam sehari-hari.

2.1.1.3 Sintak Pembelajaran IPA

Sintak (langkah) pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning),

yaitu :

Model pembelajaran kontekstual merupakan model yang mengusahakan untuk

membuat siswa aktif dalam menggali kemampuan diri siswa dengan mempelajari

konsep-konsep sekaligus menerapkannya dan mengaitkannya dengan dunia nyata di

sekitar lingkungan siswa. Sejalan dengan itu, Elaine (dalam Rusman, 2012:187)

mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang

merangsang otak untuk menyususn pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut

lagi, Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem

pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan

menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa

berada.

Hal inilah yang mendasari bahwa model kontekstual (Contexstual Teaching and

Learning) baik untuk diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. seperti yang kita

ketahui, sejauh ini pembelajaran yang biasa guru lakukan masih bersifat

konvensional, monoton, dan masih terpusat kepada guru saja. Sehingga siswa tidak

memperoleh pengalaman belajar yang bermakna, dan tidak diikut sertakan terlibat

secara langsung dalam pemecahan masalah yang diberikan guru pada proses

pembelajaran. dengan demikian, siswa sekolah dasar khususnya cenderung diam,

terkadang terlihat mengantuk, kurang semangat dalam mengikuti pelajaran atau

jenuh.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

16

Model pembelajaran kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) pada intinya

adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata.

artinya siswa dihadapkan pada suatu persoalan yang biasa dihadapi di lingkungan,

sehingga pada masanya nanti siswa dapat mampu mengatasi persoalan-persoalan

yang nyata yang dihadapi di lingkungannya. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran

kontekstual, pembelajaran bukan suatu transformasi pengetahuan yang diberikan guru

kepada siswa dengan cara menghafal beberapa konsep-konsep yang sepertinya

terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi

siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang di

pelajarinya. Hal ini sangat erat kaitanya dengan tujuan pendidikan nasional yang

ditetapkan pemerintah.

Adapun langkah-langkah yang harus di lakukan guru pada penerapan model

pembelajaran kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) dalam proses

kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut di bawah ini.

a. Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengembangkan pemikirannya, untuk

melakukan kegiatan belajar yang bermakna, berkesan, baik dengan cara meminta

siswa untuk bekerja sendiri dan mencari serta menemukan sendiri jawabannya,

kemudian memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan

keterampilannya yang baru saja ditemuinya. Misalnya pada pembelajaran IPA kelas 4

tentang bagian-bagian bunga pada pembelajaran ini siswa diminta untuk menemukan

nama-nama bagian bunga.

b. Dengan bimbingan guru, siswa di ajak keluar kelas untuk menemukan suatu fakta

atau jawaban dari permasalahan yang disajikan guru.

c. Memancing reaksi siswa untuk melakukan pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan

untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Pada saat pengamatan mengenai

bagian-bagian bunga guru harus memancing siswa untuk mengajukan pertanyaan-

pertanyaan agar pemahaman siswa bertambah.

d. Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi, dan

tanya jawab. Jika sudah selesai dalam mengajukan pertanyaan guru membentuk

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

17

siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mengenai bagian-bagian

bunga.

e. Guru mendemonstrasikan ilustrasi materi dengan model atau media yang

sebenarnya. Sesudah dikelompokkan kemudian guru mendemontrasikan ilustrasi

dengan media bunga secara kontekstual agar anak mengetahui bentuk nyata dari

wujud bunga, bagian-bagian bunga dan fungsi – fungsi bagian bunga.

f. Guru bersama siswa melakukan refleksi atas kegiatan yang telah di lakukan.

g. Guru melakukan evaluasi, yaitu menilai kemampuan siswa yang sebenarnya.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22).

Daryanto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa

raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif,

dan psikomotor.

Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian hasil belajar

yaitu suatu pengetahuan-pengetahuan yang didapat oleh siswa dari hasil pengalaman

yang didapat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang menemukan sebuah

makna. Sama halnya pada pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning).

2.1.2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Hasil Belajar

Ruang lingkup pada hasil belajar siswa yaitu ranah afektif, psikomotor, dan

kognitif. Ruang lingkup penilaian hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah

afektif dan ranah psikomotor. Bahasan utama ditekankan pada berbagai tingkatan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

18

kemampuan dari masing-masing ranah hasil belajar. Selanjutnya dari masing-masing

tingkatan diberikan beberapa contoh bentuk instrumen penilaian.

Seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar terutama pada siswa yaitu jika

ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan

tersebut dapat ditunjukkan diantaranya dari kemampuan berpikirnya,

keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu obyek. Perubahan dari hasil belajar ini

dalam Taksonomi Bloom dikelompokkan dalam tiga ranah (domain), yakni:

(1) domain kognitif atau kemampuan berpikir

(2) domain afektif atau sikap

(3) domain psikomotor atau keterampilan.

Para siswa dapat dikatakan berhasil dalam suatu belajar jika pada diri mereka telah

terjadi perubahan dari salah satu aspek tersebut.

perubahan dalam aspek kemampuan bersikap misalnya dapat terjadi jika terjadi

perubahan sikap yang kurang sopan akan menjadi sikap yang sopan yang lebih

menghargai orang yang lebih tua. Contoh perubahan dalam aspek keterampilan

misalnya, dari tidak dapat melakukan wudlu menjadi terampil berwudlu, dari tidak

terampil melukis menjadi terampil melukis dan seterusnya. Contoh perubahan dalam

aspek berfikir adalah dari tidak tahu menjadi tahu. Contoh dalam perubahan berfikir

misalnya dari tidak tahu mengenai bagian-bagian setelah belajar akan mengerti.

Dalam penyelenggaraan tiga aspek di atas, sebaiknya dinilai secara menyeluruh,

karena prestasi belajar siswa sebaiknya memberikan gambaran secara menyeluruh

sebagai hasil belajar siswa. Maka dari itu guru atau pendidik diwajibkan untuk

memahami dan menguasai beberapa aspek perubahan teknik untuk menilai beberapa

aspek perubahan belajar peserta didik.

2.1.2.3 Pengukuran

Pengukuran adalah proses pemberian angka atau label kepada unit analisis

untuk merepresentasikan sebuah konsep. Proses ini sebaiknya cukup dketaui orang,

karena didalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan sebuah pengukuran.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

19

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement)

adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk

mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam

hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang

di lakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan,

dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium,

dan merasakan.

Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik

utama yaitu:

1) penggunaan angka atau skala tertentu;

2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.

Dari dua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pengukuran adalah suatu

kegiatan yang bersifat belum ditentukan kebenarannya karena dengan menggunakan

kata mengira-ngira didalamnya mengandung makna pengukuran tersebut baru

terlintas difikiran. Untuk pengukuran hasil belajar secara Kontekstual pada

pembelajaran IPA kelas 4 yang harus diukur adalah proses siswa dalam bekerja.

Contohnya dalam mengamati sebuah bunga apakah mereka melakukan dengan

sungguh-sungguh atau tidak? dengan mengamati tersebut apakah dalam tes bisa

memberikan hasil yang memuaskan atau belum ? dari hal tersebut kita bisa mengukur

kemampuan seorang siswa dari proses dan kemudian hasil dari kegiatan mereka,

setelah itu kita bisa menarik kesimpulan seberapa besar hasil belajar.

2.1.2.4 Hasil Belajar IPA

Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan

standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir

pembelajaran. Hasil belajar seseorang tidak langsung kelihatan tanpa orang itu

melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang di perolehnya melalui

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

20

belajar. Namun demikian, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan

manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang di capai siswa dalam mengikuti

program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang

meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Syah, (1997: 91-92) menyatakan bahwa hasil belajar juga dapat di lihat dari tiga

aspek, yaitu secara kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Aspek kuantitatif

menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta-

fakta yang berarti. Aspek insitusional atau kelembagaan menekankan pada ukuran

seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka-angka.

Sedangkan aspek kualitatif menekankan pada seberapa baik pemahaman dan

penafsiran siswa terhadap lingkungan di sekitarnya. Sehingga dapat memecahkan

masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan definisi dan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat di simpulkan

bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah

mengikuti program belajar mengajar dalam bentuk tingkat penguasaan siswa terhadap

pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian, hasil belajar IPA harus dikaitkan

dengan tujuan pendidikan IPA yang telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak

melupakan hakiakt IPA itu sendiri. Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan

hakikat sains yang meliputi IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh

karena itu, dapat di simpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA

sebagai produk, proses dan sikap ilmiah.

Dalam segi produk, siswa daharapkan dapat memahami konsep-konsep IPA

dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses, siswa diharapkan

memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, pengetahuan,

dan menerapkan konsep yang di perolehnya untuk memecahkan masalah yang

mereka hadapi dalam kehidupan sehahri-hari. Dari segi ilmiah, siswa diharapkan

mempunyai keinginan untuk mempelajari benda-benda yang ada di sekitarnya,

mempunyai rasa ingin tahu yag tinggi, lebih tekun, lebih kritis, waspada, selalu

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

21

bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan

mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan

demikian, hasil belajar hasil yang dikembangkan di SD adalah hasil belajar yang

mencakup penguasaan produk, proses, dan sikap ilmiah.

Contoh dalam materi bagian-bagian bunga, dimensi produk yang harus didapat

siswa yaitu pemahaman konsep bagian-bagian bunga serta fungsinya, perbedaaan

bunga sempurna serta nama dari masing-masing bagian bunga. Berawal dimensi

proses, siswa diharapkan mempunyai keinginan untuk mengetahui bagian, fungsi dari

bunga. Dan harapannya siswa dapat mengaitkan pembelajaran yang telah didapat

tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 KAJIAN HASIL PEMBELAJARAN

Kajian hasil pembelajaran pada metode kontektual pembelajaran IPA kelas 4

pada materi bagian-bagian bunga. Siswa diharapkan pada hasil pembelajaran IPA

kelas 4 pada bagian-bagian bunga pada saat proses pembelajaran siswa bisa

mengaitkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari mereka ke dalam proses

pelaksanaan pembelajaran. Sehingga pada saat pembelajaran berlangsung siswa

mudah menyerap pembelajaran yang di sampaikan oleh guru.

Pada hasil pembelajaran ini nanti diharapkan semua siswa dapat mencapai pada

tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru dan dengan hasil nilai siswa yang

memuaskan bagi siswa itu sendiri dan semua pihak. Siswa bisa menerapkan ilmu

yang mereka dapat kedalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran

kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) menajadi pembelajaran yang

bermakna.

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Masalah pembelajaran IPA umumnya didominasi oleh pengenalan konsep-

konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa.

Disamping itu proses belajar mengajar hampir selalu berlangsung dengan metode

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

22

konvensional guru menggunakan metode ceramah dan latihan-latihan soal secara

individual, dan tidak ada interaksi antar siswa secara kelompok. Siswa cenderung

pasif selama proses belajar mengajar. Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran

tertentu perlu diterapkan guna melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran IPA.

Model pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning)

merupakan pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu

menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang

mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka

bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah

mereka miliki sebelumnya Elaine (2009). Dengan model pembelajaran Kontekstual

(Contexstual Teaching and Learning), pembelajaran siswa yang sebelumnya hanya

mendengarkan penjelasan dari guru menjadi lebih aktif, terdapat kerja kelompok yang

melibatkan interaksi antarsiswa maupun siswa dengan guru.

Pembelajaran diawali penyajian kelas oleh guru secara klasikal menggunakan

presentasi verbal atau teks. Setelah penyajian materi, siswa dibagi menjadi kelompok

kecil terdiri dari 1-2 siswa. Hal ini di lakukan agar siswa belajar untuk saling

menerima kekurangan maupun kelebihan orang lain. Setelah pembentukan kelompok,

anggota kelompok keluar dari ruang kelas untuk mengamati tumbuhan yang ada

ditaman sekolah. Fungsi utama dibentuk kelompok adalah memastikan bahwa semua

kelompok benar-benar belajar dan menjawab soal yang diberikan oleh peneliti

dengan tepat. Hasil kerja kelompok dibahas bersama-sama dengan dibimbing guru.

Melalui model pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning),

diharapkan siswa dapat meningkatkan belajar secara berkelompok dan siswa lebih

aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu

menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat secara aktif

dengan cara berdiskusi atau bekerjasama dalam kelompok sehingga siswa mampu

berfikir lebih kritis. Dengan langkah-langkah : (1) Penyajian kelas (2) Pembentukan

kelompok (3) Kerja kelompok. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam bentuk gambar

seperti terlihat pada gambar 2.1 sebagai berikut

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

23

Standar Kompetensi : 2. Memahami hubungan antara struktur bagian

tumbuhan dengan fungsinya

Kompetensi dasar : 2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun

dengan fungsinya.

2.4 Menjelaskan hubungan antara struktur bunga

dengan fungsinya

Tidak ada kerja

kelompok

Guru mendominasi kegiatan

PBM dengan ceramah Pembelajaran

Konvensional

Proses belajar berpusat pada guru Hasil belajar < 70

Pembelajaran Kontekstual

(Contekstual Teaching and

Learning)

1. Penyajian kelas

2. Pembentukan

Kelompok

3. Kerja Kelompok

4. Keluar dari kelas

5. Pengamatan

6. Presentasi kelas

1. Siswa dilatih mengaitkan

pengetahuan yang pernah

mereka alami dengan mata

pelajaran yang diajarkan

2. Siswa diharapkan berpartisipasi

aktif saling membantu dan

memotivasi dalam setiap

kegiatan.

3. Siswa diharapkan pembelajaran

yang mereka dapat menjadikan

pembelajaran yang bermakna.

Tes Formatif Pembelajaran berpusat pada siswa

Proses pembelajaran meningkat Hasil belajar IPA > 70

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15430/2/T1...9 tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata

24

Gambar 2.1 Skema proses belajar dan hasil belajar IPA melalui model Kontekstual

(Contexstual Teaching And Learning)

Dari kerangka berpikir di atas dapat di jelaskan sebagai berikut dengan SK dan KD yang

sudah terlampir di atas maka pada saat guru mendominasi kegiatan PBM dengan ceramah

guru tidak mengadakan kerja kelompok sehingga, proses belajar berpusat pada guru. Jadi

untuk hasil belajar siswa kurang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.

Maka dari itu dengan diterapkan model pembelajaran Contexstual Teaching and

Learning (CTL) siswa dilatih mengaitkan pengetahuan yang pernah mereka alami

dengan mata pelajaran yang diajarkan, siswa diharapkan berpartisipasi aktif saling

membantu dan memotivasi dalam setiap kegiatan, dan siswa diharapkan

pembelajaran yang mereka dapat menjadikan pembelajaran yang bermakna. dengan

7 aspek yaitu (1) Aspek penyajian kelas, (2) pembentukkan kelompok, (3) Kerja

kelompok, (4) Belajar langsung di luar kelas, (5) pengamatan (Observasi), (6)

Presentasi kelas dan (7) Tes.

Sehingga, pembelajaran tersebut berpusat pada siswa jadi, proses dan hasil

belajar siswa menjadi meningkat.

2.4 HIPOTESIS TINDAKAN

Dari kerangka berfikir yang telah dikemukakakan dapat dirumuskan hipotesis

tindakan sebagai berikut:

a. Model pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) dapat

meningkatkan proses pembelajaran IPA kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 02 Salatiga

semester 1 Tahun Ajaran 2016/2017 pada aktivitas guru dan aktivitas siswa secara

signifikan minimal 10%.

Proses pembelajaran dengan menggunakan model Kontekstual (Contexstual Teaching and

Learning) pembelajaran IPA kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 02 Salatiga semester 1 Tahun

Ajaran 2016/2017 secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai

hasil belajar IPA ≥ 70 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata

hasil belajar IPA meningkat minimal 7 nilai dari KKM ≥ 70 yang ditentukan oleh sekolah

yaitu 75 atau ketuntasan belajar secara klasikal sebesar ≥ 90% dari 23 siswa.