BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu...

35
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Kata sains berasal dari bahasa Latin “scientia” yang berarti pengetahuan. Menurut Trianto (2010:136) IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Nokes di dalam bukunya “Science in Education” memiliki pendapat bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus. Definisi lain dari sains yaitu cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2006:154). Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang mempelajari tentang objek atau kejadian alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan pengamatan yang dilakukan dengan cara bereksperimen berdasarkan metode ilmiah. 2.1.2 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki sikap, keterampilan dan nilai ilmiah dalam menanggapi fenomena atau kejadian alam yang terjadi di sekitar lingkungannya. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila program- program pelajaran IPA di sekolah diorganisasikan dengan baik.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu...

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

    Kata sains berasal dari bahasa Latin “scientia” yang berarti

    pengetahuan. Menurut Trianto (2010:136) IPA adalah suatu kumpulan teori

    yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

    lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan

    eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur

    dan sebagainya. Nokes di dalam bukunya “Science in Education” memiliki

    pendapat bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan

    metode khusus.

    Definisi lain dari sains yaitu cara mencari tahu tentang alam secara

    sistematis sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

    yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga

    merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains diarahkan untuk

    mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

    pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas,

    2006:154).

    Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA

    merupakan cabang pengetahuan yang mempelajari tentang objek atau

    kejadian alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan pengamatan yang

    dilakukan dengan cara bereksperimen berdasarkan metode ilmiah.

    2.1.2 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

    Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bertujuan untuk

    mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki sikap, keterampilan dan

    nilai ilmiah dalam menanggapi fenomena atau kejadian alam yang terjadi di

    sekitar lingkungannya. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila program-

    program pelajaran IPA di sekolah diorganisasikan dengan baik.

  • 9

    Fungsi dan tujuan IPA secara khusus berdasarkan kurikulum berbasis

    kompetensi menurut Depdiknas dalam Trianto (2010) adalah:

    a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

    b. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.

    c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan

    teknologi.

    d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan

    melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

    Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di atas, siswa diharapkan dapat

    mengembangkan pengetahuan, pemahaman tentang IPA untuk diterapkan

    dalam kehidupan sehari-hari dan meningkatkan kesadaran untuk memelihara,

    menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

    2.1.3 Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

    Prawirohatono (1989:93) mengatakan bahwa IPA memiliki

    karakteristik sebagai berikut:

    a. IPA mempunyai nilai ilmiah, maksudnya adalah kebenaran dalam IPA

    dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode

    ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.

    b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

    sistematis, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-

    gejala alam.

    c. IPA merupakan pengetahuan teoretis karena teori IPA diperoleh atau

    disusun dengan cara yang khas atau khusus yaitu dengan melakukan

    observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi dan

    demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang

    lain.

    d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan karena

    bagian-bagian konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil

    eksperimen dan observasi dapat bermanfaat untuk eksperimentasi dan

    observasi lebih lanjut (Depdiknas,2006).

  • 10

    e. IPA meliputi empat unsur yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.

    Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori dan hukum. Proses merupakan

    prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, aplikasi merupakan

    penerapan metode ilmiah atau konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari,

    sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk

    hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang

    dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

    2.1.4 Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD

    a. Peran Guru dalam Pembelajaran IPA

    Sebagai orang yang bertanggungjawab mendidik para siswanya menjadi

    manusia seutuhnya tentu ada berbagai peran yang harus dilakukan guru.

    Adapun peran-peran guru dalam pembelajaran khususnya IPA, antara lain:

    Guru sebagai pengembang ilmiah.

    Dalam pembelajaran IPA, guru berperan sebagai wakil dari para ilmuwan

    untuk mengembangkan konsep-konsep ilmiah (science) yang diperoleh oleh

    para ilmuwan melaui prinsip metode ilmiah. Sikap ilmiah tersebut harus

    dirasakan oleh siswa untuk mendapatkan pelajaran yang bermakna.

    Guru sebagai pendidik dan pengajar.

    Dalam pembelajaran IPA, guru sebagai pendidik dan pengajar adalah satu

    kesatuan karena guru harus mampu menguraikan dan mentransfer konsep-

    konsep ilmiah kepada peserta didik juga dituntut untuk mampu

    menanamnkan karakter religius, disiplin, teliti, mengembangkan sikap rasa

    ingin tahu, berani, menghargai pendapat orang lain, mengikuti hasil

    keputusan bersama, jujur, dll.

    Guru sebagai fasilitator dalam menanamkan pandangan konstruktivisme.

    Dalam proses penanaman konsep IPA terhadap peserta didik dibutuhkan cara

    pembelajaran yang bersifat konstruktif dengan ciri-ciri guru harus lebih

    memahami dan merespon minat, kekuatan dan pengalaman peserta didik,

    guru harus mampu memberikan pemahaman pada peserta didik untuk mau

    menggunakan pengetahuan sains, ide serta prose serta guru harus

  • 11

    memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi dengan

    peserta didik lain.

    Pada pembelajaran IPA, siswa bukan hanya menjadi posisi penerima

    materi saja dari guru melainkan juga menjadi subyek yang aktif dalam

    pembelajaran. Maka dari itu guru harus mengetahui kondisi peserta didiknya

    yaitu kondisi perkembangan mental peserta didik, kesadaran mental peserta

    didik dan menggali potensi peserta didik.

    b. Keterampilan Dasar dalam Pengajaran IPA

    Dalam melaksanakan pendekatan keterampilan proses perlu

    memperhatikan hal-hal yaitu pembelajaran harus sesuai dan selalu

    berpedoman pada tujuan akhir kulikuler, harus berpegang pada dasar

    pemikiran bahwa semua siswa mempunyai kemampuan (potensi) sesuai

    dengan kodratnya, harus memberikan kesempatan, penghargaan dan motivasi

    kepada peserta didik untuk berpendapat, berfikir, dan mengungkapkan

    perasaan dan pikiran, bagi siswa pembinaan harus berdasarkan pengalaman

    belajar siswa, perlu mengupayakan agar pembina mengarah pada kemampuan

    siswa untuk mengolah hasil temuannya dan harus berpegang pada prinsip

    ”Tut Wuri Handayani”. Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses

    dalam pembelajaran IPA, maka harus mengamati keterampilan mendasar baik

    mental, fisik maupun sosial. Yang dimaksud dengan keterampilan mendasar

    yaitu :

    Observasi

    Kegiatan mengamati atau observasi dapat dilakukan peserta didik melalui

    kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan

    dan atau informasi. Kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah

    dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya

    sekedar pada penglihatan dengan panca indera..

    Mengklasifikasikan

    Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih/

    memilah berbagai obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya.

  • 12

    Mengklasifikasi dapat dilakukan dengan cara mencari persamaan dengan

    menyamakan, mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan.

    Mengkomunikasikan

    Mengkomunikasikan tidak hanya melalui berbicara saja tetapi dapat

    dengan gambar, tulisan, dan penampilan. Kegiatan mengkomunikasikan dapat

    berkembang dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan

    aktivitas seperti: berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya,

    mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk

    lisan, tulisan, gambar dan penampilan.

    Mengukur

    Mengukur diartikan membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran

    tertentu yang telah ditetapkan. Mengembangkan keterampilan mengukur

    dapat dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya mengukur

    adalah membandingkan.

    Memprediksi

    Memprediksi adalah antisipasi atau meramal tentang sesuatu hal yang

    akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan pada pola

    kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu

    pengetahuan. Untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat

    dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang

    berdasarkan pada pola/ kecenderungan.

    Menyimpulkan

    Menyimpulkan adalah suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan

    suatu objek atau peristiwa bardasarkan fakta, konsep dan prinsip yang

    diketahui. Contoh dari kegiatan menyimpulkan yaitu berdasarkan pengamatan

    diketahui bahwa lilin mati ketika di tempatkan pada botol atau gelas dengan

    keadaan tertutup, kemudian peserta didik menyimpulkan bahwa lilin akan

    hidup atau menyala jika ada oksigen.

  • 13

    c. Teknik dan Strategi Pengajaran IPA

    Teknik dan stategi pengajaran dalam mata pelajaran IPA adalah sebagai

    berikut:

    Inquiry atau menemukan

    Konstruktivisme

    SETS atau Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat

    Pemecahan masalah

    Diskusi

    Tanya jawab

    Penugasan

    Karya wisata

    Demonstrasi

    2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

    2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang

    berlandaskan pada teori belajar Vigotsky (1978, 1986) yaitu suatu metode

    belajar dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang

    memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, kelompok kecil ini setiap

    anggotanya dituntut untuk saling bekerjasama antar anggota kelompok

    yang satu dengan yang lain. Untuk mencapai hasil pembelajaran

    kooperatif yang memadai diperlukan kemampuan berfikir untuk

    memecahkan masalah yang ditemui menuju tercapainya suatu

    pembelajaran biologi yang bermutu serta peneliti-peneliti juga harus

    menggunakan metode pembelajaran kooperatif yang dapat dijadikan

    sebagai penataan cara-cara sehingga terbentuk suatu ukuran langkah-

    langkah yang dapat digunakan untuk mencapai hasil pembelajaran

    kooperatif yang lebih efektif.

    Ada beberapa unsur yang terdapat di dalam pembelajaran kooperatif

    menurut teori Vigotsky, yaitu:

    1. Positive independence (saling ketergantungan), artinya siswa merasa

    bahwa mereka saling bergantung secara positif dan saling terkait antar

    sesama anggota kelompok, merasa tidak sukses jika temannya tidak

  • 14

    sukses, unsur ini memiliki prinsip yakni “tenggelam atau berenang

    bersama”.

    2. Individual accountability (pertanggung jawaban individu), artinya

    siswa memiliki tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam

    mempelajari materi yang dihadapi, keberhasilan kelompok tergantung

    pada keberhasilan individu. Artinya setiap individu harus aktif

    terhadap kelompoknya.

    3. Mereka semuanya harus memiliki pola pikir bahwa mereka memiliki

    tujuan yang sama yakni aktif dalam proses belajar mengajar, dan juga

    aktif terhadap kelompoknya.

    4. Harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya

    diantara para anggota kelompoknya.

    5. Diberikan evaluasi secara individu yang akan ikut berpengaruh

    terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

    2.3 Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievements Divisions)

    2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran STAD

    Student Team Achievement Divisions (STAD) menurut Slavin (1995)

    adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Model

    ini merupakan pendekatan yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di

    antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai

    materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang

    menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa

    setiap minggu mengunakan presentasi verbal atau teks.

    Menurut Slavin dalam Noornia (1997:21) ada lima komponen utama

    dalam pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu:

    a. Penyajian Kelas

    Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara

    klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian

    difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian

  • 15

    materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran

    melalui tutorial, kuis atau diskusi.

    b. Menetapkan siswa dalam kelompok

    Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap

    anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk

    mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu.

    Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok

    atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang.

    Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan antar

    anggota dalam satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat

    menentukan sendiri teman sekelompoknya.

    c. Tes dan Kuis

    Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian

    kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari

    bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan

    yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.

    d. Skor peningkatan individual

    Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras

    memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya.

    Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes.

    Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai

    pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran

    kooperatif metode STAD.

    e. Pengakuan kelompok

    Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha

    yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi

    sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang

    telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari

    kreativitas guru.

  • 16

    2.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran STAD

    Karakteristik STAD menurut Arends (2001) adalah sebagai berikut:

    a. Tujuan kognitif : informasi akademik sederhana.

    b. Tujuan sosial : kerja kelompok dan kerja sama.

    c. Struktur tim : kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota.

    d. Pemilihan topik pelajaran : biasanya oleh guru.

    e. Tugas utama : siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling

    membantu untuk menuntaskan materi belajarnya.

    f. Penilaian : tes mingguan.

    2.3.3 Kelebihan Model Pembelajaran STAD

    Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan begitu juga dengan

    cooperative learning model STAD. Menurut Soewarso (1998:22) kelebihan

    model pembelajaran STAD ini antara lain:

    a. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi

    pelajaran yang sedang dibahas.

    Dengan adanya tugas diskusi maka siswa dapat saling membantu dan

    bertukar informasi yang ia pahami dengan siswa lain yang belum terlalu

    paham dengan materi.

    b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa

    mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota

    kelompoknya.

    c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,

    belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang

    bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.

    d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang

    tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan

    teman sebaya.

    e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi

    siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

    f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu

    pengetahuan.

    g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk

    memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

  • 17

    2.3.4 Kekurangan Model Pembelajaran STAD

    Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning STAD

    mempunyai kekurangan sebagai berikut:

    a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan

    keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika

    kelompok akan tampak macet. Hal ini dikarenakan siswa yang kurang pandai

    dan kurang rajin akan merasa minder berkerja sama dengan teman-teman

    yang lebih mampu.

    b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat,

    misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang

    aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan

    ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam

    penyelesaian tugas. Hal ini dikarenakan tugas dikuasai oleh siswa hanya

    berdiskusi dengan pasangannya saja yang ia anggap pintar sedangkan siswa

    yang satunya lagi merasa dikucilkan sehingga ia malas untuk memberikan

    pendapatnya.

    c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul

    secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif. Konflik yang

    timbul dalam kelompok misalnya ada yang tidak membantu sama sekali

    dalam diskusi karena ketidakcocokan antar teman dalam suatu kelompok

    tersebut. Hal ini bisa membuat siswa yang merasa tidak cocok tersebut

    enggan berinteraksi dengan teman yang lain. Untuk itu ketua kelompok harus

    selalu diingatkan untuk mengarahkan teman sekelompoknya agar mau

    bekerja sama.

    Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi

    menurut Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif

    bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul

    dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa

    yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga

    pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target

    mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi

  • 18

    pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan

    pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.

    2.3.5 Tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran STAD

    Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD

    (Slavin, 2008) :

    1. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa

    sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

    2. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5

    siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah).

    3. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk

    mencapai kompetensi dasar.

    5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

    memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

    6. Guru memberikan post test/ evaluasi kepada setiap siswa secara

    individual.

    7. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan

    nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis

    berikutnya.

    Dari uraian langkah-langkah di atas gagasan utama dibalik model STAD

    adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu

    sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh

    guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh

    penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari

    materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk

    melakukan yang terbaik.

    2.3.6 Penggunaan Model STAD Berbantuan Video Interaktif pada Mata

    Pelajaran IPA

    Pengajaran dalam mata pelajaran IPA menggunakan media

    pembelajaran berupa media video pembelajaran harus menimbulkan suasana

    pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa terlibat aktif dalam proses

    pembelajaran di dalam kelas khususnya pada mata pelajaran IPA. Metode

  • 19

    pengajaran interaksi edukatif sangat sesuai dalam pengajaran IPA

    menggunakan media video, Nurhadi (2010:65) mengatakan tentang kriteria

    pengajaran interaksi edukatif adalah terdaoat tujuan yang jelas, terdapat

    bahan ajar, terdapat peserta didik, terdapat guru, terdapat metode tertentu dan

    proses interaksi berlangsung dalam ikatan situasional.

    Menyesuaikan dengan kriteria di atas, berikut adalah langkah-langkah

    penggunaan model pembelajaran STAD berbantuan video interaktif pada

    mata pelajaran IPA:

    a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5

    siswa yang heterogen kemampuannya. Dipilih satu siswa yang pandai dan

    dijadikan tutor sebaya. Maing-masing kelompok mendapat hak yang sama

    untuk menggunakan laptop. Dalam melakukan hal ini, kelompok yang

    dibentuk harus yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah,

    sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan

    demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua kelompok dalam kelas

    kurang lebih sama. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih

    kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih teman yang disenangi

    saja.

    b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ditampilkan lewat

    proyektor. Penyampaian tujuan pembelajaran sangatlah penting untuk

    membantu peserta didik mengetahui apa yang harus ia capai dan kuasai

    setelah pembelajaran selesai. Dengan video interaktif, siswa dapat membaca

    kembali standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan

    pembelajaran karena sudah dipaparkan di dalam video.

    c. Guru menyampaikan materi dengan video interaktif yang ditampilkan

    oleh proyektor. Siswa juga dapat belajar dari video interaktif. Guru

    menjelaskan kepada siswa materi yang akan dipelajari secara urut. Dengan

    video interaktif, siswa akan dipancing rasa keingintahuannya terhadap

    materi yang akan dipelajari lewat materi yang dikemas dengan media video

    interaktif sehingga diharapkan mampu menarik siswa untuk fokus.

  • 20

    d. Guru membagi lembar kerja kepada tiap kelompok. Anggota kelompok

    bekerja sama untuk menguasai materi. Hal ini merupakan kesempatan bagi

    setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan bekerja

    sama serta saling mengenal antar anggota kelompok.

    e. Guru memberi kuis kepada seluruh siswa. Siswa dilarang saling

    membantu. Setelah siswa bekerja dalam kelompok, guru memberikan kuis

    atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis. Waktu yang

    disediakan guru untuk kuis tergantung pada jumlah soal. Hasil dari kuis itu

    kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok.

    f. Guru memberikan skor atas pekerjaan siswa. Setelah diadakan kuis, guru

    menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok berdasarkan

    rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor perkembangan ditentukan

    berdasarkan skor awal siswa.

    g. Guru memberi penegasan materi. Guru bersama-sama dengan siswa

    membaca rangkuman materi yang ada di dalam video interaktif dari

    pembelajaran yang telah dilakukan untuk penguatan konsep.

    h. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok. Setelah guru

    menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru

    mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi.

    Setelah itu guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang

    berupa bintang.

    2.4 Media Pembelajaran

    2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

    a. Pengertian media secara harafiah

    Kata media sendiri berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk

    jamak dari kata “medium” yang secara harafiah memiliki arti “perantara”

    yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam kegiatan belajar

    mengajar di kelas, media memiliki arti sebagai sarana yang berfungsi untuk

    membantu menyampaikan pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Media

    pembelajaran adalah segala sesuatu yang merupakan alat bantu untuk

  • 21

    menyampaikan sebuah pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan,

    perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.

    Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana (2007:5.5) mengemukakan bahwa

    media pembelajaran merupakan wahana penyalur pesan atau informasi

    belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Pada saat kegiatan

    pembelajaran berlangsung bahan belajar yang diterima siswa diperoleh

    melalui media. Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2009:7) “media

    pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan

    adalah pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses

    pembelajaran”. Sedangkan media pembelajaran menurut Hujair AH. Sanaky

    adalah “sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan

    pesan pembelajaran.”

    Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media

    pembelajaran merupakan suatu wahana/ alat yang mampu memberikan

    kemudahan pada siswa dalam proses memahami dan mempelajari materi

    pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan juga harus mampu

    memfokuskan perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih

    merangsang kegiatan belajar siswa.

    2.4.2 Fungsi Media Pembelajaran

    Fungsi media pembelajaran menurut Levie & Lentz dalam Arsyad

    (2010:16), mengemukakan 4 fungsi media pembelajaran, yaitu :

    1. Fungsi atensi

    Fungsi atensi merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian

    siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan

    makna visual yang ditampilkan atau menyertai materi teks pelajaran.

    2. Fungsi afektif

    Fungsi afektif dapat dilihat dari kenikmatan siswa ketika belajar pada teks

    yang bergambar (bervariasi). Dengan disertai gambar dapat menggugah

    emosi dan sikap siswa.

  • 22

    3. Fungsi kognitif

    Fungsi kognitif terlihat dengan lambang visual atau gambar bervariasi

    memperlancar pencapaian tujuan memahami dan mengingat informasi

    atau pesan yang terkandung di dalamnya.

    4. Fungsi kompensatoris

    Fungsi kompensatoris terlihat dari konteks untuk memahami teks

    membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan

    informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

    Dengan kata lain media pembelajaran berfungsi untuk

    mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan

    memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau verbal.

    2.4.3 Peranan Media dalam Pembelajaran

    Peranan media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely

    (1971:285) ditegaskan ada tiga, yaitu:

    1. Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, dan

    menampilkan kembali suatu objek atau kejadian sehingga dapat

    mengatasi keterbatasan ruang kelas seperti ketika guru ingin

    menunjukkan hewan yang bernama kerbau. Karena membawa objek

    asli terlalu besar maka digunakanlah media untuk mempermudah

    pembelajaran di dalam kelas.

    2. Media mempunyai kemampuan untuk menampilkan suatu objek atau

    kejadian yang mengandung makna sehingga dapat mengatasi masalah

    letak geografis seperti ketika guru akan menjelaskan tentang laut atau

    samudera.

    3. Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau

    kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan

    sehingga dapat mengatasi benda yang gerakannya terlalu cepat atau

    terlalu lambat seperti metamorfosis kupu-kupu.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media sangat

    penting dalam proses pembelajaran karena dapat membantu guru apabila

  • 23

    mengalami kendala dan proses pengajaran begitu pula sebaliknya dapat

    membantu siswa dalam menyerap ilmu pengetahuan.

    2.4.4 Macam-Macam Media Pembelajaran

    Jenis media pembelajaran menurut Rudy Brets dalam Asra, Deni

    Darmawan, Cepi Riana (2007:5.7) ada 7 yaitu:

    1. Media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada

    televisi, televisi dan animasi.

    2. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide.

    3. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara. 4. Media visual bergerak, seperti: film bisu.

    5. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu.

    4. Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio. 5. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.

    Sedangkan Klasek dalam Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana (2007:5.8)

    membagi media pembelajaran sebagai berikut: 1) media visual, 2) media audio,

    3) media display, 4) pengalaman nyata dan simulasi, 5) media cetak, 6) belajar

    terprogram, 7) pembelajaran melalui komputer.

    Dari kedua pendapat tentang pengelompokan media di atas, menunjukkan

    bahwa media pembelajaran beragam. Hal ini menjadikan guru untuk

    menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran sesuai dengan materi

    dan karakteristik siswa. Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana (2007:5.8)

    menyimpulkan bahwa media terdiri atas:

    1. Media visual: yaitu media yang hanya dilihat, yang termasuk kelompok visul, seperti foto, gambar, poster, grafik, kartun, torso, film

    bisu, diorama.

    2. Media audio: yaitu media yang hanya dapat didengar saja, seperti kaset audia, radio, MP3 Player.

    3. Media audio visual: yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar sepert film bersuara, video, televisi.

    4. Multimedia/ video interaktif: yaitu media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap seperti suara, animasi, video, grafis dan film.

    Multimedia dan video interaktif sering diidentikan dengan komputer,

    internet dan pembelajaran berbasis komputer (CBI).

    5. Media realita: yaitu semua media nyata yang ada dilingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti

    tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah dan

    sebagainya.

  • 24

    2.4.5 Faktor dalam Pemilihan Media Pembelajaran

    Djamarah dan Zain (2002:104-102) Faktor dalam memilih media

    pembelajaran meliputi 6 yaitu:

    1) Objektivitas

    2) Program pengajaran

    3) Sasaran program

    4) Situasi dan kondisi

    5) Kualitas teknik

    6) Kefektifan dan efisiensi penggunaan.

    2.5 Video Pembelajaran Interaktif

    2.5.1 Pengertian Video Pembelajaran Interaktif

    Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang

    artinya melihat (mempunyai daya penglihatan). Kamus Besar Bahasa

    Indonesia (1995:1119) mengartikan video dengan: 1) bagian yang

    memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk

    ditayangkan pada pesawat televisi.

    Sejalan dengan definisi di atas, Smaldino (2008:374) mengartikannya

    video pembelajaran adalah “the storage of visuals and their display on

    television-type screen” yang artinya penyimpanan/perekaman gambar dan

    penanyangannya pada layar televisi. Video, dilihat sebagai media penyampai

    pesan, termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar (Setyosari &

    Sihkabuden,2005:117).

    Sedangkan video interaktif dirancang secara khusus sebagai media

    belajar yang efektif. Berisi tuntunan praktis secara tepat sasaran, disajikan

    lewat presentasi audio visual (gambar dan suara) yang dilengkapi dengan

    suara penuntun berbahasa indonesia yang jelas dan mudah dipahami dan

    dikemas dalam program autorun (Niswa,2012:3). Video interaktif juga

    merupakan sarana pembelajaran dengan pengendalian komputer sehingga

    terlihat seperti gambar hidup yang dapat memberikan respon aktif kepada

    siswa dalam menentukan hasil belajar siswa (Arsyad,2006:36).

  • 25

    Jadi dapat disimpulkan video pembelajaran interaktif adalah media

    yang dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya memperhatikan objek dan

    materi yang terdapat di dalam video saja, melainkan juga dituntut untuk

    berinteraksi selama mengikuti pembelajaran lewat penggunaan komputer.

    2.5.2 Karakteristik Video Pembelajaran Interaktif

    Pembelajaran menggunakan media video pembelajaran interaktif atau

    teknologi audio visual adalah satu cara menyampaikan materi dengan

    menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-

    pesan audio visual. Arsyad (2011:31) mengemukakan bahwa media video

    pembelajaran interaktif memiliki karakteristik sebagai berikut.

    a. Video interaktif biasanya bersifat linear.

    b. Video interaktif biasanya menyajikan visual yang dinamis.

    c. Video interaktif digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya

    oleh perancang/ pembuatnya.

    d. Video interaktif merupakan gambaran fisik dari gagasan real atau abstrak.

    e. Video interaktif dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme

    dan kognitif.

    f. Umumnya video interaktif berorientasi pada guru dengan tingkat pelibatan

    interaktif murid yang rendah.

    2.5.3 Kelebihan Video Pembelajaran Interaktif

    Kelebihan video pembelajaran menurut Nugent (2005) dalam Smaldino

    dkk. (2008:310) antara lain:

    Video dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe belajar, dan setiap

    ranah mulai dari kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada ranah kognitif,

    pembelajaran bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah

    masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna,

    suara dan gerak di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Pada

    ranah kognitif, siswa tidak hanya menonton video saja namun setelah atau

    sebelum membaca materi video dapat memperkuat pemahaman siswa

    terhadap materi ajar. Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa

    dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang

  • 26

    efektif. Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam

    memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja.

    Sedangkan video interaktif menurut Kumala (2004:45) antara lain

    lebih praktis dalam pelaksanaan siswa, menyenangkan siswa, tidak klasik,

    dan membosankan. Siswa dapat mengukur tenaga yang harus ia keluarkan

    untuk mendapatkan nilai yang baik, dapat dipantau oleh guru, menumbuhkan

    pemahaman tentang materi secara menyenangkan.

    Peter Shea memandang bahwa nilai media pembelajaran

    diklasifikasikan berdasarkan nilai pengalaman. Menurutnya, pengalaman itu

    mempunyai enam (6) tingkatan. Tingkatan yang paling tinggi adalah

    pengalaman yang paling konkret. Sedangkan yang paling rendah adalah yang

    paling abstrak.

    Berdasarkan modus pengalaman belajar yang diungkapkan oleh Peter

    Shea, maka siswa belajar 10% dari apa yang telah mereka baca, 20% dari apa

    yang telah mereka dengar, 30% dari apa yang telah mereka lihat, 50% dari

    apa yang telah mereka lihat dan dengar, 70% dari apa yang telah mereka

    katakan, dan yang terakhir 90% dari apa yang telah mereka katakan dan

    lakukan.

  • 27

    Dari tingkatan tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa pengalaman

    belajar yang diperoleh siswa ternyata pembelajaran dengan penuturan kata-

    kata mempunyai nilai yang sangat rendah dalam alur pembelajaran siswa.

    Oleh karena itu, agar pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar

    yang lebih berarti bagi peserta didik, perlu dipikirkan bentuk-bentuk media

    pembelajaran tertentu seperti media berbentuk video interaktif yang dapat

    membawa peserta didik kepada pengalaman belajar yang lebih konkrit. Agar

    pengalaman belajar atau hasil belajar itu dapat diperoleh secara efektif

    melalui kegiatan belajar, maka media pembelajaran yang digunakan

    mempertimbangkan kemanfaatannya sesuai dengan tingkatan di atas. Dengan

    demikian, pemilihan bentuk-bentuk media pembelajaran tertentu disesuaikan

    dengan kepentingannya untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.

    2.5.4 Kekurangan Video Pembelajaran Interaktif

    Video pembelajaran interaktif juga memiliki kekurangan, menurut

    Nugent (2005) dalam Smaldino dkk. (2008:310) kekurangan media video

    antara lain:

    Sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu

    menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi

    tersebut, pemanfaatan media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah,

    terutama bagi guru honorer yang mendapat tempat di daerah pelosok, dengan

    gaji pas-pasan di negeri ini dan penanyangannya juga terkait peralatan

    lainnya seperi videoplayer, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, dan lain-

    lain.

    Pemakaian media video sebagai media ajar sangat membantu pengajar

    dalam menyampaikan materi terlebih nilai tambah dalam pemanfaatan IT

    namun tetap metode pembelajaran lainnya misalkan yang bersifat

    konvensional seperti ceramah atau penugasan juga berperan penting dalam

    penyampaian materi ajar. Ketersediaan tenaga listrik, layar dan media yang

    lain juga perlu diperhatikan karena apabila salah satu dari fasilitas tersebut

    tidak ada maka guru harus kreatif memanfaatkan fasilitas yang ada agar tidak

    menghambat pembelajaran. Jadi diperlukan perpaduan antara penggunaan

    media berbasis IT dengan penggunaan media konvensional.

  • 28

    2.5.5 Kepraktisan Video Interaktif dalam Pembelajaran

    Penggunaan media video pembelajaran interaktif dalam kegiatan belajar

    mengajar mempunyai nilai-nilai praktis s]ebagai berikut:

    1. Media video interaktif dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman

    yang dimiliki siswa.

    2. Media video interaktif dapat mengatasi ruang kelas.

    3. Media video interaksi memungkinkan adanya interaksi langsung antara

    siswa dengan lingkungan.

    4. Media video interaktif menghasilkan keseragaman pengamatan.

    Pengamatan yang dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan

    kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin

    dicapai.

    5. Media video interaktif dapat menanamkan konsep dasar yang benar,

    konkrit dan realistis.

    2.5.6 Penggunaan Video Interaktif dalam Pengajaran

    Menurut Andre R. (1982:53-56) ada beberapa cara dalam penggunaan

    media video di dalam pengajaran, sehingga memungkinkan peserta didik

    ambil bagian secara aktif dan kreatif yang memungkinkan anak didik mampu

    menyumbangkan pemikiran dan pengalamannya.

    Terdapat 2 cara yang merupakan cara dasar dari berbagai variasi

    penggunaan metode mengajar dengan video interaktif yakni sebagai berikut:

    1) Cara pertama (diskusi kelompok)

    Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

    a. Guru memberikan keterangan singkat akan jalannya pelajaran yang akan

    dibahas dan dialami bersama-sama, supaya peserta didik dapat

    mempersiapkan diri sehingga tujuan intruksional dapat tercapai.

    b. Siswa dibagi dalam kelompok yang nantinya juga akan menjadi kelompok

    diskusi dan media diperlihatkan kepada siswa. Media berupa video

    interaktif akan diputarkan melalui alat yang sudah disediakan sebelumnya

    sambil guru menjelaskan dan siswa juga mencermati lewat komputer yang

    sudah dibagi untuk digunakan secara berkelompok.

  • 29

    c. Setelah itu guru mengajukan beberapa pertanyaan yang sederhana kepada

    siswa namun mampu merangsang anak didik untuk menjawab.

    d. Diskusi berlangsung dalam bimbingan guru, agar kelas tidak gaduh guru

    harus cermat dalam memperhatikan siswa baik yang aktif dalam diskusi

    maupun yang pasif supaya semua siswa dapat menyumbangkan

    pemikirannya melalui diskusi yang dilakukan.

    e. Setelah diskusi selesai siswa diminta melaporkan hasil diskusi dalam

    bentuk presentasi sederhana dan anggota kelompok lainnya memberikan

    tanggapan. Guru di sini sebagai mediator dan penilai dalam presentasi

    hasil diskusi.

    f. Guru memberikan kesimpulan tentang pembelajaran hari ini dan

    memberikan penekanan pada butir-butir penting terkait materi yang

    diajarkan.

    2) Cara kedua (diskusi klasikal)

    a. Guru memberikan penjelasan singkat akan jalannya pelajaran yang akan

    dibahas dan dialami bersama-sama, supaya peserta didik dapat

    mempersiapkan diri sehingga tujuan intruksional dapat tercapai.

    b. Media diperlihatkan kepada siswa. Media berupa video interaktif akan

    diputarkan melalui alat yang sudah disediakan sebelumnya sambil guru

    menjelaskan dan siswa mencermati materi lewat komputer masing-masing.

    c. Guru mengajukan pertanyaan tidak lebih dari 3 butir.

    d. Siswa dipersilahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut pada buku

    tulisnya. Waktu yang diberikan kurang lebih 15 menit.

    e. Guru meminta siswa menghentikan tugasnya. Lalu guru minta agar siswa

    mengungkapkan jawaban yang ditulisnya. Demikian seterusnya hingga

    jawaban yang tertulis ini dapat mewakili jawaban siswa secara

    keseluruhan.

    f. Guru memilih dan mengumpulkan jawaban-jawaban yang sekiranya mirip

    atau senada. Lalu mengajak anak didik menyimpulkan secara bersama-

    sama.

  • 30

    g. Setelah kesimpulan dicapai, guru memberikan kesempatan kepada siswa

    untuk bertanya terkait materi yang belum jelas.

    2.5.7 Kriteria dalam Mengevaluasi Media Video Interaktif

    1. Selaras dengan standar kompetensi, hasil belajar dan tujuan belajar.

    a. Selaras dengan standar kompetensi: materi yang terdapat di dalam video

    pembelajaran interaktif harus selaras dengan standar kompetensi yang telah

    ditentukan.

    b. Hasil belajar: dalam video pembelajaran interaktif memuat materi ajar

    yang menjadikan siswa memperoleh pengetahuan baru sebagai bentuk hasil

    dari belajar.

    c. Tujuan belajar: dalam video pembelajaran interaktif memuat tujuan

    pembelajaran yang ingin dicapai sesuai materi ajar yang terdapat di dalam

    video pembelajaran interaktif.

    2. Informasinya akurat dan terbaru

    Video pembelajaran interaktif harus memuat informasi yang akurat. Agus

    (2009:247) mengatakan bahwa “informasi dikatakan akurat apabila indormasi

    tersebut tidak bias/menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan, harus jelas

    mencerminkan maksudnya”.

    3. Bahasa yang sesuai usia

    Di dalam video pembelajaran interaktif penggunaan bahasa harus sesuai usia,

    adapun 6 kriteria bahasa yang baik adalah sebagai berikut:

    a. Tata bunyi

    b. Tata bahasa

    c. Kosakata

    d. Ejaan

    e. Makna

    f. Kelogisan

    g. Tingkat ketertarikan dan keterlibatan

    Walker & Hess (1984:306) mengatakan bahwa “kualitas instruksional

    didalamnya terdapat aspek media harus dapat memberikan dampak bagi

    siswa, memiliki kualitas memotivasi siswa … dan memiliki kualitas sosial

  • 31

    interaksi”. Sehingga video interaktif harus dapat menarik minat dan motivasi

    siswa untuk belajar serta terlibat di dalamnya.

    4. Kualitas teknis

    Walker & Hess (1984:306) mengatakan bahwa “kualitas teknis meliputi : (1)

    keterbacaan (2) mudah digunakan (3) kualitas tayangan/gambar ... Adapun

    kriteria gambar yang baik menurut Arsyad (2011:177) adalah sebagai berikut:

    a. Relevan dengan tujuan/sasaran belajar

    b. Kesedehanaan (rapih, teratur, tidak tercampur dengan bahan-bahan yang

    tidak relevan, objek yang tidak perlu atau latar belakang yang mengganggu)

    c. Tidak ketinggalan jaman (mode yang kuno dapat mengundang tawadan

    menyebabkan siswa kehilangan maksud pesan gambar)

    d. Skala (ukuran relatif suatu objek harus tampak dari gambar. Objek yang

    biasa dapat memberikan perbandingan skala ukuran benda/objek yang asing)

    e. Kualitas teknis (kontras yang bagus, tajam terfokus dengan bidang fokus

    dan detail yang bersih, warna alamiah dan realistik)

    f. Ukuran (terlihat memadai cocok untuk kelompok besar, dan juga untuk

    kelompok kecil).

    g. Mudah digunakan

    “Video pembelajaran mudah digunakan baik dari segi pengoprasiannya

    maupun pendokumentasiannya”.Arsyad (2011:179)

    5. Bebas bias

    “Materi di dalam video tidak mengandung makna bias baik dari segi bias ras,

    suku, gender, agama dan lain-lain”. Arsyad (2011:179)

    6. Panduan dan arahan pengguna

    Dalam video terdapat panduan penggunaan terkait materi dari mata pelajaran

    terkait, serta terdapat arahan dari guru tentang penggunaan / cara kerja video

    .(Smaldino dkk :430)

    7. Melaju dengan sesuai

    Materi yang terdapat di dalam video disajikan secara runtut dalam KBBI

    runtut diartikan “selaras/sesuai”, sehingga materi yang disajikan dalam video

  • 32

    mampu membuat anak paham dan memperoleh informasi baru .(Smaldino

    dkk :430)

    8. Penggunaan alat bantu belajar kognitif (tinjauan, petunjuk,rangkuman)

    Di dalam video dilengkapi dengan petunjuk pengunaan serta rangkuman

    materi ajar sehingga siswa mampu memperoleh hasil belajar dari segi

    kognitifnya.(Smaldino dkk)

    2.6 Aplikasi Adobe Flash CS 4.0

    a. Pengertian Adobe Flash CS 4.0

    Menurut Dhanta dalam Hidayatullah dkk (2011:18), Adobe Flash adalah

    sebuah program yang ditunjukkan kepada para desainer maupun programmer

    yang bermaksud merancang animasi guna ditujukan pada pembuatan halaman

    web, presentasi untuk tujuan bisnis, maupun proses pembelajaran hingga

    pembuatan games yang interaktif serta tujuan-tujuan lain yang lebih spesifik.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Adobe Flash CS 4.0 adalah

    sebuah aplikasi di mana ia biasa digunakan untuk kebutuhan seperti memberi

    efek pada animasi, CD interaktif, membuat film, logo, game, pembuatan

    navigasi, banner, menu interaktif, screen saver dan pembuatan aplikasi-

    aplikasi yang biasa digunakan pada situs web.

    b. Kegunaan Adobe Flash CS 4.0

    Dalam pengembangan media pembelajaran video interaktif dengan Adobe

    Flash CS 4.0 akan menghasilkan media pembelajaran yang interaktif dan

    terdapat animasi yang menarik sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk

    belajar seperti animasi kartun, animasi proses terjadinya sesuatu atau animasi

    lain yang dapat kita sesuaikan jalan dan bentuknya menurut keinginan.

    c. Kelebihan Adobe Flash CS 4.0

    Dhanta dalam Hidayatullah dkk (2011:19) menyebutkan ada enam

    kelebihan dari media flash, yaitu: (1)flash menghasilkan file yang kecil dan

    ringan sehingga mudah diakses pada halaman slide presentasi tanpa harus

    menggunakan waktu loading yang lama, (2)dapat menganimasikan objek

    gambar, sehingga seolah-olah gambar itu bergerak di sepanjang stage,

  • 33

    (3)flash dapat dijadikan sarana untuk membuat movie yang interaktif, (4)flash

    memiliki beberapa tool (alat) untuk memodifikasi warna pada gambar yang

    memanipulasi objek gambar, (6)flash memiliki efek animasi, (7)flash juga

    dapat digunakan untuk menyusun slide show untuk presentasi.

    b. Kekurangan Adobe Flash CS 4.0

    Terdapat bahasa pemograman yaitu actionscript, di mana tidak semua

    orang dapat membuat media tersebut.

    Pembuatan media yang membutuhkan waktu relatif lama.

    c. Langkah-Langkah Penggunaan Adobe Flash CS 4.0

    Menjalankan Adobe Flash CS 4.0

    Klik tombol Start All Programs Adobe Adobe Flash CS4

    hingga tampil gambar berikut:

    Open a Recent Item untuk membuka file yang baru saja tersimpan.

    Open untuk membuka file yang disimpan.

    Create New untuk membuka dokumen baru.

    Create from Template untuk membuka format yang telah tersedia.

    Don’t show again, berfungsi untuk menyembunyikan tampilan awal

    jendela program Flash.

  • 34

    Membuka dokumen baru

    Pada tampilan awal jendela program Adobe Flash CS 4.0, pilih Flash File

    (Actions Scripts 3.0). (lihat gambar sebelumnya)

    Klik menu File New atau Ctrl + N hingga tampil kotak dialog New

    Document. Pada rollout General pilih salah satu jenis file kemudian tekan

    OK.

    Setelah itu maka akan tampil dokumen baru seperti pada gambar berikut:

  • 35

    Mengenal elemen flash CS4

    Panel Tools yaitu bagian yang berisi tombol-tombol untuk membuat,

    mengatur dan mendesain objek.

    Timeline yaitu bagian untuk mengatur dan mengontrol isi dokumen dalam

    layer frame.

    Panel Motion Editor digunakan untuk mengontrol animasi.

    Stage merupakan tempat untuk membuat atau memodifikasi semua objek

    dalam Flash.

  • 36

    Scale View digunakan untuk mengatur skala lembar kerja atau stage.

    Panel Properties digunakan untuk mengatur objek, frame dan stage yang

    terpilih.

    Panel Library digunakan untuk menampung simbol seperti simbol

    Graphic, Button dan Movie Clip yang telah dibuat.

    Workspace berfungsi untuk mengatur tampilan area kerja Adobe Flash CS

    4.0.

    Batang Menu merupakan kumpulan perintah dalam bentuk teks.

    Tabulasi Dokumen merupakan tabulasi dari lembar kerja atau stage yang

    sedang dikerjakan. Sering juga disebut Document Tab.

    Mengenal fungsi tombol

  • 37

  • 38

    2.7 Kajian Penelitian yang Relevan

    1. Wanti, Irma (2015) dengan penelitiaannya yang berjudul “Penggunaan

    Media Video Interaktif Pada Pembelajaran IPA Materi Pencernaan Makanan

    Pada Manusia Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Di Kelas V SDN Tugu 11

    Cimanggis Depok”. Secara umum untuk mendeskripsikan penggunaan media

    video interaktif pada materi alat-alat pencernaan manusia untuk meningkatkan

    pemahaman siswa. secara khusus tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan

    langkah-langkah dalam penggunaan media video interaktif pada materi alat-alat

    pencernaan manusia untuk meningkatkan pemahaman siswa. Metode penelitian

    yang digunakan yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan

    model spiral Kemmis & Mc Taggart. Penelitian ini digunakan dalam dua siklus,

    subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Tugu 11 yang berjumlah 33

    orang. Untuk memperoleh data yang mendukung penelitian, instumen

    pengumpulan data yang digunakan yaitu berupa data-data siswa baik berupa

    perkataan dan perbuatatan siswa ketika KBM berlangsung serta instrument tes dan

    observasi. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan pemahaman siswa

    pada materi alat-alat pencernaan manusia. Hasil belajar pada siklus I rata-rata nilai

    mencapai 72 dan pada siklus II menjadi 85. Berdasarkan hasil penelitian, guru

    dapat menggunakan media video interaktif diharapkan dapat meningkatkan

    pemahaman siswa.

    2. Niswa, Auliyah (2012) dengan penelitiannya berjudul “Pengembangan

    Bahan Ajar Mendengarkan Berbasis Video Interaktif Bermedia Flash Kelas VIID

    SMP Negeri 1 Kedamean”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses

    pengembangan bahan ajar, kualitas bahan ajar dan implementasi bahan ajar

    mendengarkan berbasis video interaktif bermedia flash untuk SMP kelas VII

    semester I. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian ini

    menggunakan rancangan penelitian pengembangan model Four-D seperti yang

    dikemukakan oleh Thiagarajan (Triyanto, 2010: 94) yang terdiri atas empat tahap,

    yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develope), dan

    penyebaran (dissemination). Karena keterbatasan waktu dan biaya, tahap

    penyebaran tidak dilaksanakan. Selanjutnya hasil pengembangan bahan ajar ini

  • 39

    diujicobakan dalam pembelajaran di kelas VIID SMP Negeri 1 Kedamean dan

    hasilnya dianalisis dengan dua cara. Hasil data dari observasi dan wawancara

    dianalisis secara deskriptif kualitatif sedangkan hasil data dari tim validator

    dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil validasi, kualitas bahan

    ajar mendengarkan berbasis video interaktif dapat dikategorikan sangat

    memenuhi. Hasil penilaian dari ahli bahasa dan pembelajaran bahasa mencapai

    persentase 94,2% dan dari ahli grafika mencapai persentase 95,4%. Implementasi

    bahan ajar ditinjau dari keterlaksanaan bahan ajar masuk dalam kriteria sangat

    baik dengan hasil 95,4%, ditinjau dari aktifitas siswa masuk dalam kriteria sangat

    aktif dengan hasil 89,3%. Hasil belajar siswa juga masuk dalam kiteria sangat

    baik dengan rata-rata nilai 90. Sedangkan respon siswa tergolong dalam kriteria

    sangat baik dengan hasil 85%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahan

    ajar mendengarkan berbasis video interaktif yang dikembangkan telah memenuhi

    syarat kelayakan dan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran secara luas.

    2.8 Kerangka Berfikir

    Dalam proses pembelajaran pemilihan metode mengajar mempengaruhi jenis

    media pembelajaran yang sesuai meskipun masih banyak aspek lain yang harus

    diperhatikan dalam pemilihan media salah satu fungsi utama media adalah sebagai

    alat bantu mengajar

    Pemantulan cahaya merupakan materi penting bagi siswa untuk bekal masa

    depan mereka ketika mereka dihadapkan dengan penataan ruangan dalam sebuah

    rumah dengan kondisi sumber cahaya sedikit agar cahaya tetap bisa masuk

    ruangan dan terang, bagi mereka yang memakai kacamata atau untuk percobaan

    fisika.

    Untuk usia anak Sekolah Dasar membaca materi pelajaran dan mendengarkan

    materi dari guru tidak memungkinkan untuk mengingatnya secara keseluruhan,

    siswa lebih mudah menangkap dan mengingat materi pelajaran apabila guru

    menyajikannya dengan gambar berwarna apalagi berupa gambar kartun atau

    animasi yang disertai iringan lagu yang menarik. Video pembelajaran dapat

  • 40

    membantu proses pemahaman siswa dalam menangkap materi pelajaran serta

    menjadikan suasana kelas lebih kondusif dan menyenangkan.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk berupa video

    pembelajaran interaktif untuk mata pelajaran IPA kelas 5 SD materi pemantulan

    cahaya yang diharapkan layak digunakan dalam proses pembelajaran.

    Video yang dikembangkan menggunakan aplikasi Adobe Flash CS 4.0, jadi

    video pembelajaran interaktif ini berupa gambar kartun atau animasi berwarna

    disertai karakter kartun yang dapat bergerak serta diiringi lagu yang menarik

    sesuia dengan materi yang terdapat dalam video dari proses video pembelajaran

    merupakan media pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

  • 41

    2.9 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang dihadapi penulis maka hipotesis yang

    digunakan sebagai berikut:

    1. Ada perbedaan hasil belajar antara siswa setelah diajar dengan menggunakan

    media pembelajaran berupa video dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran

    konvensional.

    Proses belajar mengajar

    pemantulan cahaya

    Hambatan

    Analisis

    Pengembangan media

    pembelajaran

    Video pembelajaran

    interaktif

    Uji coba produk

    Parameter

    Pengembangan video

    pembelajaran interaktif

  • 42

    2. Hasil belajar IPA materi pemantulan cahaya kelas 5 SD yang diajar

    menggunakan media pembelajaran berupa video lebih baik daripada siswa yang

    diajar dengan pembelajaran konvensional.