BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu...
-
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Kata sains berasal dari bahasa Latin “scientia” yang berarti
pengetahuan. Menurut Trianto (2010:136) IPA adalah suatu kumpulan teori
yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,
lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan
eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur
dan sebagainya. Nokes di dalam bukunya “Science in Education” memiliki
pendapat bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan
metode khusus.
Definisi lain dari sains yaitu cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains diarahkan untuk
mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas,
2006:154).
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA
merupakan cabang pengetahuan yang mempelajari tentang objek atau
kejadian alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan pengamatan yang
dilakukan dengan cara bereksperimen berdasarkan metode ilmiah.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki sikap, keterampilan dan
nilai ilmiah dalam menanggapi fenomena atau kejadian alam yang terjadi di
sekitar lingkungannya. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila program-
program pelajaran IPA di sekolah diorganisasikan dengan baik.
-
9
Fungsi dan tujuan IPA secara khusus berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensi menurut Depdiknas dalam Trianto (2010) adalah:
a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.
c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan
teknologi.
d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di atas, siswa diharapkan dapat
mengembangkan pengetahuan, pemahaman tentang IPA untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari dan meningkatkan kesadaran untuk memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
2.1.3 Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Prawirohatono (1989:93) mengatakan bahwa IPA memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. IPA mempunyai nilai ilmiah, maksudnya adalah kebenaran dalam IPA
dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode
ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-
gejala alam.
c. IPA merupakan pengetahuan teoretis karena teori IPA diperoleh atau
disusun dengan cara yang khas atau khusus yaitu dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi dan
demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang
lain.
d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan karena
bagian-bagian konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil
eksperimen dan observasi dapat bermanfaat untuk eksperimentasi dan
observasi lebih lanjut (Depdiknas,2006).
-
10
e. IPA meliputi empat unsur yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.
Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori dan hukum. Proses merupakan
prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, aplikasi merupakan
penerapan metode ilmiah atau konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari,
sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk
hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang
dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
2.1.4 Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD
a. Peran Guru dalam Pembelajaran IPA
Sebagai orang yang bertanggungjawab mendidik para siswanya menjadi
manusia seutuhnya tentu ada berbagai peran yang harus dilakukan guru.
Adapun peran-peran guru dalam pembelajaran khususnya IPA, antara lain:
Guru sebagai pengembang ilmiah.
Dalam pembelajaran IPA, guru berperan sebagai wakil dari para ilmuwan
untuk mengembangkan konsep-konsep ilmiah (science) yang diperoleh oleh
para ilmuwan melaui prinsip metode ilmiah. Sikap ilmiah tersebut harus
dirasakan oleh siswa untuk mendapatkan pelajaran yang bermakna.
Guru sebagai pendidik dan pengajar.
Dalam pembelajaran IPA, guru sebagai pendidik dan pengajar adalah satu
kesatuan karena guru harus mampu menguraikan dan mentransfer konsep-
konsep ilmiah kepada peserta didik juga dituntut untuk mampu
menanamnkan karakter religius, disiplin, teliti, mengembangkan sikap rasa
ingin tahu, berani, menghargai pendapat orang lain, mengikuti hasil
keputusan bersama, jujur, dll.
Guru sebagai fasilitator dalam menanamkan pandangan konstruktivisme.
Dalam proses penanaman konsep IPA terhadap peserta didik dibutuhkan cara
pembelajaran yang bersifat konstruktif dengan ciri-ciri guru harus lebih
memahami dan merespon minat, kekuatan dan pengalaman peserta didik,
guru harus mampu memberikan pemahaman pada peserta didik untuk mau
menggunakan pengetahuan sains, ide serta prose serta guru harus
-
11
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi dengan
peserta didik lain.
Pada pembelajaran IPA, siswa bukan hanya menjadi posisi penerima
materi saja dari guru melainkan juga menjadi subyek yang aktif dalam
pembelajaran. Maka dari itu guru harus mengetahui kondisi peserta didiknya
yaitu kondisi perkembangan mental peserta didik, kesadaran mental peserta
didik dan menggali potensi peserta didik.
b. Keterampilan Dasar dalam Pengajaran IPA
Dalam melaksanakan pendekatan keterampilan proses perlu
memperhatikan hal-hal yaitu pembelajaran harus sesuai dan selalu
berpedoman pada tujuan akhir kulikuler, harus berpegang pada dasar
pemikiran bahwa semua siswa mempunyai kemampuan (potensi) sesuai
dengan kodratnya, harus memberikan kesempatan, penghargaan dan motivasi
kepada peserta didik untuk berpendapat, berfikir, dan mengungkapkan
perasaan dan pikiran, bagi siswa pembinaan harus berdasarkan pengalaman
belajar siswa, perlu mengupayakan agar pembina mengarah pada kemampuan
siswa untuk mengolah hasil temuannya dan harus berpegang pada prinsip
”Tut Wuri Handayani”. Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses
dalam pembelajaran IPA, maka harus mengamati keterampilan mendasar baik
mental, fisik maupun sosial. Yang dimaksud dengan keterampilan mendasar
yaitu :
Observasi
Kegiatan mengamati atau observasi dapat dilakukan peserta didik melalui
kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan
dan atau informasi. Kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah
dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya
sekedar pada penglihatan dengan panca indera..
Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih/
memilah berbagai obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya.
-
12
Mengklasifikasi dapat dilakukan dengan cara mencari persamaan dengan
menyamakan, mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan.
Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan tidak hanya melalui berbicara saja tetapi dapat
dengan gambar, tulisan, dan penampilan. Kegiatan mengkomunikasikan dapat
berkembang dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan
aktivitas seperti: berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya,
mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk
lisan, tulisan, gambar dan penampilan.
Mengukur
Mengukur diartikan membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran
tertentu yang telah ditetapkan. Mengembangkan keterampilan mengukur
dapat dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya mengukur
adalah membandingkan.
Memprediksi
Memprediksi adalah antisipasi atau meramal tentang sesuatu hal yang
akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan pada pola
kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu
pengetahuan. Untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat
dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang
berdasarkan pada pola/ kecenderungan.
Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan
suatu objek atau peristiwa bardasarkan fakta, konsep dan prinsip yang
diketahui. Contoh dari kegiatan menyimpulkan yaitu berdasarkan pengamatan
diketahui bahwa lilin mati ketika di tempatkan pada botol atau gelas dengan
keadaan tertutup, kemudian peserta didik menyimpulkan bahwa lilin akan
hidup atau menyala jika ada oksigen.
-
13
c. Teknik dan Strategi Pengajaran IPA
Teknik dan stategi pengajaran dalam mata pelajaran IPA adalah sebagai
berikut:
Inquiry atau menemukan
Konstruktivisme
SETS atau Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat
Pemecahan masalah
Diskusi
Tanya jawab
Penugasan
Karya wisata
Demonstrasi
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
berlandaskan pada teori belajar Vigotsky (1978, 1986) yaitu suatu metode
belajar dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, kelompok kecil ini setiap
anggotanya dituntut untuk saling bekerjasama antar anggota kelompok
yang satu dengan yang lain. Untuk mencapai hasil pembelajaran
kooperatif yang memadai diperlukan kemampuan berfikir untuk
memecahkan masalah yang ditemui menuju tercapainya suatu
pembelajaran biologi yang bermutu serta peneliti-peneliti juga harus
menggunakan metode pembelajaran kooperatif yang dapat dijadikan
sebagai penataan cara-cara sehingga terbentuk suatu ukuran langkah-
langkah yang dapat digunakan untuk mencapai hasil pembelajaran
kooperatif yang lebih efektif.
Ada beberapa unsur yang terdapat di dalam pembelajaran kooperatif
menurut teori Vigotsky, yaitu:
1. Positive independence (saling ketergantungan), artinya siswa merasa
bahwa mereka saling bergantung secara positif dan saling terkait antar
sesama anggota kelompok, merasa tidak sukses jika temannya tidak
-
14
sukses, unsur ini memiliki prinsip yakni “tenggelam atau berenang
bersama”.
2. Individual accountability (pertanggung jawaban individu), artinya
siswa memiliki tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi, keberhasilan kelompok tergantung
pada keberhasilan individu. Artinya setiap individu harus aktif
terhadap kelompoknya.
3. Mereka semuanya harus memiliki pola pikir bahwa mereka memiliki
tujuan yang sama yakni aktif dalam proses belajar mengajar, dan juga
aktif terhadap kelompoknya.
4. Harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya
diantara para anggota kelompoknya.
5. Diberikan evaluasi secara individu yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
2.3 Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievements Divisions)
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran STAD
Student Team Achievement Divisions (STAD) menurut Slavin (1995)
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Model
ini merupakan pendekatan yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di
antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang
menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa
setiap minggu mengunakan presentasi verbal atau teks.
Menurut Slavin dalam Noornia (1997:21) ada lima komponen utama
dalam pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu:
a. Penyajian Kelas
Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara
klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian
difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian
-
15
materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran
melalui tutorial, kuis atau diskusi.
b. Menetapkan siswa dalam kelompok
Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap
anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk
mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu.
Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok
atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang.
Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan antar
anggota dalam satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat
menentukan sendiri teman sekelompoknya.
c. Tes dan Kuis
Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian
kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari
bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan
yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
d. Skor peningkatan individual
Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras
memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya.
Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes.
Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai
pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran
kooperatif metode STAD.
e. Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha
yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi
sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang
telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari
kreativitas guru.
-
16
2.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran STAD
Karakteristik STAD menurut Arends (2001) adalah sebagai berikut:
a. Tujuan kognitif : informasi akademik sederhana.
b. Tujuan sosial : kerja kelompok dan kerja sama.
c. Struktur tim : kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota.
d. Pemilihan topik pelajaran : biasanya oleh guru.
e. Tugas utama : siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling
membantu untuk menuntaskan materi belajarnya.
f. Penilaian : tes mingguan.
2.3.3 Kelebihan Model Pembelajaran STAD
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan begitu juga dengan
cooperative learning model STAD. Menurut Soewarso (1998:22) kelebihan
model pembelajaran STAD ini antara lain:
a. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi
pelajaran yang sedang dibahas.
Dengan adanya tugas diskusi maka siswa dapat saling membantu dan
bertukar informasi yang ia pahami dengan siswa lain yang belum terlalu
paham dengan materi.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa
mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota
kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,
belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang
tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan
teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi
siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuan.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
-
17
2.3.4 Kekurangan Model Pembelajaran STAD
Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning STAD
mempunyai kekurangan sebagai berikut:
a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika
kelompok akan tampak macet. Hal ini dikarenakan siswa yang kurang pandai
dan kurang rajin akan merasa minder berkerja sama dengan teman-teman
yang lebih mampu.
b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat,
misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang
aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan
ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam
penyelesaian tugas. Hal ini dikarenakan tugas dikuasai oleh siswa hanya
berdiskusi dengan pasangannya saja yang ia anggap pintar sedangkan siswa
yang satunya lagi merasa dikucilkan sehingga ia malas untuk memberikan
pendapatnya.
c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul
secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif. Konflik yang
timbul dalam kelompok misalnya ada yang tidak membantu sama sekali
dalam diskusi karena ketidakcocokan antar teman dalam suatu kelompok
tersebut. Hal ini bisa membuat siswa yang merasa tidak cocok tersebut
enggan berinteraksi dengan teman yang lain. Untuk itu ketua kelompok harus
selalu diingatkan untuk mengarahkan teman sekelompoknya agar mau
bekerja sama.
Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi
menurut Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif
bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul
dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa
yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga
pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target
mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi
-
18
pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan
pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
2.3.5 Tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran STAD
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Slavin, 2008) :
1. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah).
3. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk
mencapai kompetensi dasar.
5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6. Guru memberikan post test/ evaluasi kepada setiap siswa secara
individual.
7. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya.
Dari uraian langkah-langkah di atas gagasan utama dibalik model STAD
adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu
sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh
guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh
penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari
materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk
melakukan yang terbaik.
2.3.6 Penggunaan Model STAD Berbantuan Video Interaktif pada Mata
Pelajaran IPA
Pengajaran dalam mata pelajaran IPA menggunakan media
pembelajaran berupa media video pembelajaran harus menimbulkan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran di dalam kelas khususnya pada mata pelajaran IPA. Metode
-
19
pengajaran interaksi edukatif sangat sesuai dalam pengajaran IPA
menggunakan media video, Nurhadi (2010:65) mengatakan tentang kriteria
pengajaran interaksi edukatif adalah terdaoat tujuan yang jelas, terdapat
bahan ajar, terdapat peserta didik, terdapat guru, terdapat metode tertentu dan
proses interaksi berlangsung dalam ikatan situasional.
Menyesuaikan dengan kriteria di atas, berikut adalah langkah-langkah
penggunaan model pembelajaran STAD berbantuan video interaktif pada
mata pelajaran IPA:
a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5
siswa yang heterogen kemampuannya. Dipilih satu siswa yang pandai dan
dijadikan tutor sebaya. Maing-masing kelompok mendapat hak yang sama
untuk menggunakan laptop. Dalam melakukan hal ini, kelompok yang
dibentuk harus yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah,
sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan
demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua kelompok dalam kelas
kurang lebih sama. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih
kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih teman yang disenangi
saja.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ditampilkan lewat
proyektor. Penyampaian tujuan pembelajaran sangatlah penting untuk
membantu peserta didik mengetahui apa yang harus ia capai dan kuasai
setelah pembelajaran selesai. Dengan video interaktif, siswa dapat membaca
kembali standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran karena sudah dipaparkan di dalam video.
c. Guru menyampaikan materi dengan video interaktif yang ditampilkan
oleh proyektor. Siswa juga dapat belajar dari video interaktif. Guru
menjelaskan kepada siswa materi yang akan dipelajari secara urut. Dengan
video interaktif, siswa akan dipancing rasa keingintahuannya terhadap
materi yang akan dipelajari lewat materi yang dikemas dengan media video
interaktif sehingga diharapkan mampu menarik siswa untuk fokus.
-
20
d. Guru membagi lembar kerja kepada tiap kelompok. Anggota kelompok
bekerja sama untuk menguasai materi. Hal ini merupakan kesempatan bagi
setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan bekerja
sama serta saling mengenal antar anggota kelompok.
e. Guru memberi kuis kepada seluruh siswa. Siswa dilarang saling
membantu. Setelah siswa bekerja dalam kelompok, guru memberikan kuis
atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis. Waktu yang
disediakan guru untuk kuis tergantung pada jumlah soal. Hasil dari kuis itu
kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
f. Guru memberikan skor atas pekerjaan siswa. Setelah diadakan kuis, guru
menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok berdasarkan
rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor perkembangan ditentukan
berdasarkan skor awal siswa.
g. Guru memberi penegasan materi. Guru bersama-sama dengan siswa
membaca rangkuman materi yang ada di dalam video interaktif dari
pembelajaran yang telah dilakukan untuk penguatan konsep.
h. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok. Setelah guru
menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru
mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi.
Setelah itu guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang
berupa bintang.
2.4 Media Pembelajaran
2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran
a. Pengertian media secara harafiah
Kata media sendiri berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk
jamak dari kata “medium” yang secara harafiah memiliki arti “perantara”
yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, media memiliki arti sebagai sarana yang berfungsi untuk
membantu menyampaikan pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang merupakan alat bantu untuk
-
21
menyampaikan sebuah pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.
Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana (2007:5.5) mengemukakan bahwa
media pembelajaran merupakan wahana penyalur pesan atau informasi
belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung bahan belajar yang diterima siswa diperoleh
melalui media. Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2009:7) “media
pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan
adalah pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses
pembelajaran”. Sedangkan media pembelajaran menurut Hujair AH. Sanaky
adalah “sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan
pesan pembelajaran.”
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan suatu wahana/ alat yang mampu memberikan
kemudahan pada siswa dalam proses memahami dan mempelajari materi
pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan juga harus mampu
memfokuskan perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih
merangsang kegiatan belajar siswa.
2.4.2 Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media pembelajaran menurut Levie & Lentz dalam Arsyad
(2010:16), mengemukakan 4 fungsi media pembelajaran, yaitu :
1. Fungsi atensi
Fungsi atensi merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai materi teks pelajaran.
2. Fungsi afektif
Fungsi afektif dapat dilihat dari kenikmatan siswa ketika belajar pada teks
yang bergambar (bervariasi). Dengan disertai gambar dapat menggugah
emosi dan sikap siswa.
-
22
3. Fungsi kognitif
Fungsi kognitif terlihat dengan lambang visual atau gambar bervariasi
memperlancar pencapaian tujuan memahami dan mengingat informasi
atau pesan yang terkandung di dalamnya.
4. Fungsi kompensatoris
Fungsi kompensatoris terlihat dari konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau verbal.
2.4.3 Peranan Media dalam Pembelajaran
Peranan media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely
(1971:285) ditegaskan ada tiga, yaitu:
1. Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, dan
menampilkan kembali suatu objek atau kejadian sehingga dapat
mengatasi keterbatasan ruang kelas seperti ketika guru ingin
menunjukkan hewan yang bernama kerbau. Karena membawa objek
asli terlalu besar maka digunakanlah media untuk mempermudah
pembelajaran di dalam kelas.
2. Media mempunyai kemampuan untuk menampilkan suatu objek atau
kejadian yang mengandung makna sehingga dapat mengatasi masalah
letak geografis seperti ketika guru akan menjelaskan tentang laut atau
samudera.
3. Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau
kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan
sehingga dapat mengatasi benda yang gerakannya terlalu cepat atau
terlalu lambat seperti metamorfosis kupu-kupu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media sangat
penting dalam proses pembelajaran karena dapat membantu guru apabila
-
23
mengalami kendala dan proses pengajaran begitu pula sebaliknya dapat
membantu siswa dalam menyerap ilmu pengetahuan.
2.4.4 Macam-Macam Media Pembelajaran
Jenis media pembelajaran menurut Rudy Brets dalam Asra, Deni
Darmawan, Cepi Riana (2007:5.7) ada 7 yaitu:
1. Media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada
televisi, televisi dan animasi.
2. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide.
3. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara. 4. Media visual bergerak, seperti: film bisu.
5. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu.
4. Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio. 5. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
Sedangkan Klasek dalam Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana (2007:5.8)
membagi media pembelajaran sebagai berikut: 1) media visual, 2) media audio,
3) media display, 4) pengalaman nyata dan simulasi, 5) media cetak, 6) belajar
terprogram, 7) pembelajaran melalui komputer.
Dari kedua pendapat tentang pengelompokan media di atas, menunjukkan
bahwa media pembelajaran beragam. Hal ini menjadikan guru untuk
menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran sesuai dengan materi
dan karakteristik siswa. Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana (2007:5.8)
menyimpulkan bahwa media terdiri atas:
1. Media visual: yaitu media yang hanya dilihat, yang termasuk kelompok visul, seperti foto, gambar, poster, grafik, kartun, torso, film
bisu, diorama.
2. Media audio: yaitu media yang hanya dapat didengar saja, seperti kaset audia, radio, MP3 Player.
3. Media audio visual: yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar sepert film bersuara, video, televisi.
4. Multimedia/ video interaktif: yaitu media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap seperti suara, animasi, video, grafis dan film.
Multimedia dan video interaktif sering diidentikan dengan komputer,
internet dan pembelajaran berbasis komputer (CBI).
5. Media realita: yaitu semua media nyata yang ada dilingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti
tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah dan
sebagainya.
-
24
2.4.5 Faktor dalam Pemilihan Media Pembelajaran
Djamarah dan Zain (2002:104-102) Faktor dalam memilih media
pembelajaran meliputi 6 yaitu:
1) Objektivitas
2) Program pengajaran
3) Sasaran program
4) Situasi dan kondisi
5) Kualitas teknik
6) Kefektifan dan efisiensi penggunaan.
2.5 Video Pembelajaran Interaktif
2.5.1 Pengertian Video Pembelajaran Interaktif
Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang
artinya melihat (mempunyai daya penglihatan). Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1995:1119) mengartikan video dengan: 1) bagian yang
memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk
ditayangkan pada pesawat televisi.
Sejalan dengan definisi di atas, Smaldino (2008:374) mengartikannya
video pembelajaran adalah “the storage of visuals and their display on
television-type screen” yang artinya penyimpanan/perekaman gambar dan
penanyangannya pada layar televisi. Video, dilihat sebagai media penyampai
pesan, termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar (Setyosari &
Sihkabuden,2005:117).
Sedangkan video interaktif dirancang secara khusus sebagai media
belajar yang efektif. Berisi tuntunan praktis secara tepat sasaran, disajikan
lewat presentasi audio visual (gambar dan suara) yang dilengkapi dengan
suara penuntun berbahasa indonesia yang jelas dan mudah dipahami dan
dikemas dalam program autorun (Niswa,2012:3). Video interaktif juga
merupakan sarana pembelajaran dengan pengendalian komputer sehingga
terlihat seperti gambar hidup yang dapat memberikan respon aktif kepada
siswa dalam menentukan hasil belajar siswa (Arsyad,2006:36).
-
25
Jadi dapat disimpulkan video pembelajaran interaktif adalah media
yang dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya memperhatikan objek dan
materi yang terdapat di dalam video saja, melainkan juga dituntut untuk
berinteraksi selama mengikuti pembelajaran lewat penggunaan komputer.
2.5.2 Karakteristik Video Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran menggunakan media video pembelajaran interaktif atau
teknologi audio visual adalah satu cara menyampaikan materi dengan
menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-
pesan audio visual. Arsyad (2011:31) mengemukakan bahwa media video
pembelajaran interaktif memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Video interaktif biasanya bersifat linear.
b. Video interaktif biasanya menyajikan visual yang dinamis.
c. Video interaktif digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh perancang/ pembuatnya.
d. Video interaktif merupakan gambaran fisik dari gagasan real atau abstrak.
e. Video interaktif dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme
dan kognitif.
f. Umumnya video interaktif berorientasi pada guru dengan tingkat pelibatan
interaktif murid yang rendah.
2.5.3 Kelebihan Video Pembelajaran Interaktif
Kelebihan video pembelajaran menurut Nugent (2005) dalam Smaldino
dkk. (2008:310) antara lain:
Video dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe belajar, dan setiap
ranah mulai dari kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada ranah kognitif,
pembelajaran bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah
masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna,
suara dan gerak di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Pada
ranah kognitif, siswa tidak hanya menonton video saja namun setelah atau
sebelum membaca materi video dapat memperkuat pemahaman siswa
terhadap materi ajar. Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa
dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang
-
26
efektif. Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam
memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja.
Sedangkan video interaktif menurut Kumala (2004:45) antara lain
lebih praktis dalam pelaksanaan siswa, menyenangkan siswa, tidak klasik,
dan membosankan. Siswa dapat mengukur tenaga yang harus ia keluarkan
untuk mendapatkan nilai yang baik, dapat dipantau oleh guru, menumbuhkan
pemahaman tentang materi secara menyenangkan.
Peter Shea memandang bahwa nilai media pembelajaran
diklasifikasikan berdasarkan nilai pengalaman. Menurutnya, pengalaman itu
mempunyai enam (6) tingkatan. Tingkatan yang paling tinggi adalah
pengalaman yang paling konkret. Sedangkan yang paling rendah adalah yang
paling abstrak.
Berdasarkan modus pengalaman belajar yang diungkapkan oleh Peter
Shea, maka siswa belajar 10% dari apa yang telah mereka baca, 20% dari apa
yang telah mereka dengar, 30% dari apa yang telah mereka lihat, 50% dari
apa yang telah mereka lihat dan dengar, 70% dari apa yang telah mereka
katakan, dan yang terakhir 90% dari apa yang telah mereka katakan dan
lakukan.
-
27
Dari tingkatan tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa pengalaman
belajar yang diperoleh siswa ternyata pembelajaran dengan penuturan kata-
kata mempunyai nilai yang sangat rendah dalam alur pembelajaran siswa.
Oleh karena itu, agar pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar
yang lebih berarti bagi peserta didik, perlu dipikirkan bentuk-bentuk media
pembelajaran tertentu seperti media berbentuk video interaktif yang dapat
membawa peserta didik kepada pengalaman belajar yang lebih konkrit. Agar
pengalaman belajar atau hasil belajar itu dapat diperoleh secara efektif
melalui kegiatan belajar, maka media pembelajaran yang digunakan
mempertimbangkan kemanfaatannya sesuai dengan tingkatan di atas. Dengan
demikian, pemilihan bentuk-bentuk media pembelajaran tertentu disesuaikan
dengan kepentingannya untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.
2.5.4 Kekurangan Video Pembelajaran Interaktif
Video pembelajaran interaktif juga memiliki kekurangan, menurut
Nugent (2005) dalam Smaldino dkk. (2008:310) kekurangan media video
antara lain:
Sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu
menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi
tersebut, pemanfaatan media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah,
terutama bagi guru honorer yang mendapat tempat di daerah pelosok, dengan
gaji pas-pasan di negeri ini dan penanyangannya juga terkait peralatan
lainnya seperi videoplayer, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, dan lain-
lain.
Pemakaian media video sebagai media ajar sangat membantu pengajar
dalam menyampaikan materi terlebih nilai tambah dalam pemanfaatan IT
namun tetap metode pembelajaran lainnya misalkan yang bersifat
konvensional seperti ceramah atau penugasan juga berperan penting dalam
penyampaian materi ajar. Ketersediaan tenaga listrik, layar dan media yang
lain juga perlu diperhatikan karena apabila salah satu dari fasilitas tersebut
tidak ada maka guru harus kreatif memanfaatkan fasilitas yang ada agar tidak
menghambat pembelajaran. Jadi diperlukan perpaduan antara penggunaan
media berbasis IT dengan penggunaan media konvensional.
-
28
2.5.5 Kepraktisan Video Interaktif dalam Pembelajaran
Penggunaan media video pembelajaran interaktif dalam kegiatan belajar
mengajar mempunyai nilai-nilai praktis s]ebagai berikut:
1. Media video interaktif dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman
yang dimiliki siswa.
2. Media video interaktif dapat mengatasi ruang kelas.
3. Media video interaksi memungkinkan adanya interaksi langsung antara
siswa dengan lingkungan.
4. Media video interaktif menghasilkan keseragaman pengamatan.
Pengamatan yang dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan
kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
5. Media video interaktif dapat menanamkan konsep dasar yang benar,
konkrit dan realistis.
2.5.6 Penggunaan Video Interaktif dalam Pengajaran
Menurut Andre R. (1982:53-56) ada beberapa cara dalam penggunaan
media video di dalam pengajaran, sehingga memungkinkan peserta didik
ambil bagian secara aktif dan kreatif yang memungkinkan anak didik mampu
menyumbangkan pemikiran dan pengalamannya.
Terdapat 2 cara yang merupakan cara dasar dari berbagai variasi
penggunaan metode mengajar dengan video interaktif yakni sebagai berikut:
1) Cara pertama (diskusi kelompok)
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Guru memberikan keterangan singkat akan jalannya pelajaran yang akan
dibahas dan dialami bersama-sama, supaya peserta didik dapat
mempersiapkan diri sehingga tujuan intruksional dapat tercapai.
b. Siswa dibagi dalam kelompok yang nantinya juga akan menjadi kelompok
diskusi dan media diperlihatkan kepada siswa. Media berupa video
interaktif akan diputarkan melalui alat yang sudah disediakan sebelumnya
sambil guru menjelaskan dan siswa juga mencermati lewat komputer yang
sudah dibagi untuk digunakan secara berkelompok.
-
29
c. Setelah itu guru mengajukan beberapa pertanyaan yang sederhana kepada
siswa namun mampu merangsang anak didik untuk menjawab.
d. Diskusi berlangsung dalam bimbingan guru, agar kelas tidak gaduh guru
harus cermat dalam memperhatikan siswa baik yang aktif dalam diskusi
maupun yang pasif supaya semua siswa dapat menyumbangkan
pemikirannya melalui diskusi yang dilakukan.
e. Setelah diskusi selesai siswa diminta melaporkan hasil diskusi dalam
bentuk presentasi sederhana dan anggota kelompok lainnya memberikan
tanggapan. Guru di sini sebagai mediator dan penilai dalam presentasi
hasil diskusi.
f. Guru memberikan kesimpulan tentang pembelajaran hari ini dan
memberikan penekanan pada butir-butir penting terkait materi yang
diajarkan.
2) Cara kedua (diskusi klasikal)
a. Guru memberikan penjelasan singkat akan jalannya pelajaran yang akan
dibahas dan dialami bersama-sama, supaya peserta didik dapat
mempersiapkan diri sehingga tujuan intruksional dapat tercapai.
b. Media diperlihatkan kepada siswa. Media berupa video interaktif akan
diputarkan melalui alat yang sudah disediakan sebelumnya sambil guru
menjelaskan dan siswa mencermati materi lewat komputer masing-masing.
c. Guru mengajukan pertanyaan tidak lebih dari 3 butir.
d. Siswa dipersilahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut pada buku
tulisnya. Waktu yang diberikan kurang lebih 15 menit.
e. Guru meminta siswa menghentikan tugasnya. Lalu guru minta agar siswa
mengungkapkan jawaban yang ditulisnya. Demikian seterusnya hingga
jawaban yang tertulis ini dapat mewakili jawaban siswa secara
keseluruhan.
f. Guru memilih dan mengumpulkan jawaban-jawaban yang sekiranya mirip
atau senada. Lalu mengajak anak didik menyimpulkan secara bersama-
sama.
-
30
g. Setelah kesimpulan dicapai, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya terkait materi yang belum jelas.
2.5.7 Kriteria dalam Mengevaluasi Media Video Interaktif
1. Selaras dengan standar kompetensi, hasil belajar dan tujuan belajar.
a. Selaras dengan standar kompetensi: materi yang terdapat di dalam video
pembelajaran interaktif harus selaras dengan standar kompetensi yang telah
ditentukan.
b. Hasil belajar: dalam video pembelajaran interaktif memuat materi ajar
yang menjadikan siswa memperoleh pengetahuan baru sebagai bentuk hasil
dari belajar.
c. Tujuan belajar: dalam video pembelajaran interaktif memuat tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sesuai materi ajar yang terdapat di dalam
video pembelajaran interaktif.
2. Informasinya akurat dan terbaru
Video pembelajaran interaktif harus memuat informasi yang akurat. Agus
(2009:247) mengatakan bahwa “informasi dikatakan akurat apabila indormasi
tersebut tidak bias/menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan, harus jelas
mencerminkan maksudnya”.
3. Bahasa yang sesuai usia
Di dalam video pembelajaran interaktif penggunaan bahasa harus sesuai usia,
adapun 6 kriteria bahasa yang baik adalah sebagai berikut:
a. Tata bunyi
b. Tata bahasa
c. Kosakata
d. Ejaan
e. Makna
f. Kelogisan
g. Tingkat ketertarikan dan keterlibatan
Walker & Hess (1984:306) mengatakan bahwa “kualitas instruksional
didalamnya terdapat aspek media harus dapat memberikan dampak bagi
siswa, memiliki kualitas memotivasi siswa … dan memiliki kualitas sosial
-
31
interaksi”. Sehingga video interaktif harus dapat menarik minat dan motivasi
siswa untuk belajar serta terlibat di dalamnya.
4. Kualitas teknis
Walker & Hess (1984:306) mengatakan bahwa “kualitas teknis meliputi : (1)
keterbacaan (2) mudah digunakan (3) kualitas tayangan/gambar ... Adapun
kriteria gambar yang baik menurut Arsyad (2011:177) adalah sebagai berikut:
a. Relevan dengan tujuan/sasaran belajar
b. Kesedehanaan (rapih, teratur, tidak tercampur dengan bahan-bahan yang
tidak relevan, objek yang tidak perlu atau latar belakang yang mengganggu)
c. Tidak ketinggalan jaman (mode yang kuno dapat mengundang tawadan
menyebabkan siswa kehilangan maksud pesan gambar)
d. Skala (ukuran relatif suatu objek harus tampak dari gambar. Objek yang
biasa dapat memberikan perbandingan skala ukuran benda/objek yang asing)
e. Kualitas teknis (kontras yang bagus, tajam terfokus dengan bidang fokus
dan detail yang bersih, warna alamiah dan realistik)
f. Ukuran (terlihat memadai cocok untuk kelompok besar, dan juga untuk
kelompok kecil).
g. Mudah digunakan
“Video pembelajaran mudah digunakan baik dari segi pengoprasiannya
maupun pendokumentasiannya”.Arsyad (2011:179)
5. Bebas bias
“Materi di dalam video tidak mengandung makna bias baik dari segi bias ras,
suku, gender, agama dan lain-lain”. Arsyad (2011:179)
6. Panduan dan arahan pengguna
Dalam video terdapat panduan penggunaan terkait materi dari mata pelajaran
terkait, serta terdapat arahan dari guru tentang penggunaan / cara kerja video
.(Smaldino dkk :430)
7. Melaju dengan sesuai
Materi yang terdapat di dalam video disajikan secara runtut dalam KBBI
runtut diartikan “selaras/sesuai”, sehingga materi yang disajikan dalam video
-
32
mampu membuat anak paham dan memperoleh informasi baru .(Smaldino
dkk :430)
8. Penggunaan alat bantu belajar kognitif (tinjauan, petunjuk,rangkuman)
Di dalam video dilengkapi dengan petunjuk pengunaan serta rangkuman
materi ajar sehingga siswa mampu memperoleh hasil belajar dari segi
kognitifnya.(Smaldino dkk)
2.6 Aplikasi Adobe Flash CS 4.0
a. Pengertian Adobe Flash CS 4.0
Menurut Dhanta dalam Hidayatullah dkk (2011:18), Adobe Flash adalah
sebuah program yang ditunjukkan kepada para desainer maupun programmer
yang bermaksud merancang animasi guna ditujukan pada pembuatan halaman
web, presentasi untuk tujuan bisnis, maupun proses pembelajaran hingga
pembuatan games yang interaktif serta tujuan-tujuan lain yang lebih spesifik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Adobe Flash CS 4.0 adalah
sebuah aplikasi di mana ia biasa digunakan untuk kebutuhan seperti memberi
efek pada animasi, CD interaktif, membuat film, logo, game, pembuatan
navigasi, banner, menu interaktif, screen saver dan pembuatan aplikasi-
aplikasi yang biasa digunakan pada situs web.
b. Kegunaan Adobe Flash CS 4.0
Dalam pengembangan media pembelajaran video interaktif dengan Adobe
Flash CS 4.0 akan menghasilkan media pembelajaran yang interaktif dan
terdapat animasi yang menarik sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk
belajar seperti animasi kartun, animasi proses terjadinya sesuatu atau animasi
lain yang dapat kita sesuaikan jalan dan bentuknya menurut keinginan.
c. Kelebihan Adobe Flash CS 4.0
Dhanta dalam Hidayatullah dkk (2011:19) menyebutkan ada enam
kelebihan dari media flash, yaitu: (1)flash menghasilkan file yang kecil dan
ringan sehingga mudah diakses pada halaman slide presentasi tanpa harus
menggunakan waktu loading yang lama, (2)dapat menganimasikan objek
gambar, sehingga seolah-olah gambar itu bergerak di sepanjang stage,
-
33
(3)flash dapat dijadikan sarana untuk membuat movie yang interaktif, (4)flash
memiliki beberapa tool (alat) untuk memodifikasi warna pada gambar yang
memanipulasi objek gambar, (6)flash memiliki efek animasi, (7)flash juga
dapat digunakan untuk menyusun slide show untuk presentasi.
b. Kekurangan Adobe Flash CS 4.0
Terdapat bahasa pemograman yaitu actionscript, di mana tidak semua
orang dapat membuat media tersebut.
Pembuatan media yang membutuhkan waktu relatif lama.
c. Langkah-Langkah Penggunaan Adobe Flash CS 4.0
Menjalankan Adobe Flash CS 4.0
Klik tombol Start All Programs Adobe Adobe Flash CS4
hingga tampil gambar berikut:
Open a Recent Item untuk membuka file yang baru saja tersimpan.
Open untuk membuka file yang disimpan.
Create New untuk membuka dokumen baru.
Create from Template untuk membuka format yang telah tersedia.
Don’t show again, berfungsi untuk menyembunyikan tampilan awal
jendela program Flash.
-
34
Membuka dokumen baru
Pada tampilan awal jendela program Adobe Flash CS 4.0, pilih Flash File
(Actions Scripts 3.0). (lihat gambar sebelumnya)
Klik menu File New atau Ctrl + N hingga tampil kotak dialog New
Document. Pada rollout General pilih salah satu jenis file kemudian tekan
OK.
Setelah itu maka akan tampil dokumen baru seperti pada gambar berikut:
-
35
Mengenal elemen flash CS4
Panel Tools yaitu bagian yang berisi tombol-tombol untuk membuat,
mengatur dan mendesain objek.
Timeline yaitu bagian untuk mengatur dan mengontrol isi dokumen dalam
layer frame.
Panel Motion Editor digunakan untuk mengontrol animasi.
Stage merupakan tempat untuk membuat atau memodifikasi semua objek
dalam Flash.
-
36
Scale View digunakan untuk mengatur skala lembar kerja atau stage.
Panel Properties digunakan untuk mengatur objek, frame dan stage yang
terpilih.
Panel Library digunakan untuk menampung simbol seperti simbol
Graphic, Button dan Movie Clip yang telah dibuat.
Workspace berfungsi untuk mengatur tampilan area kerja Adobe Flash CS
4.0.
Batang Menu merupakan kumpulan perintah dalam bentuk teks.
Tabulasi Dokumen merupakan tabulasi dari lembar kerja atau stage yang
sedang dikerjakan. Sering juga disebut Document Tab.
Mengenal fungsi tombol
-
37
-
38
2.7 Kajian Penelitian yang Relevan
1. Wanti, Irma (2015) dengan penelitiaannya yang berjudul “Penggunaan
Media Video Interaktif Pada Pembelajaran IPA Materi Pencernaan Makanan
Pada Manusia Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Di Kelas V SDN Tugu 11
Cimanggis Depok”. Secara umum untuk mendeskripsikan penggunaan media
video interaktif pada materi alat-alat pencernaan manusia untuk meningkatkan
pemahaman siswa. secara khusus tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
langkah-langkah dalam penggunaan media video interaktif pada materi alat-alat
pencernaan manusia untuk meningkatkan pemahaman siswa. Metode penelitian
yang digunakan yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan
model spiral Kemmis & Mc Taggart. Penelitian ini digunakan dalam dua siklus,
subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Tugu 11 yang berjumlah 33
orang. Untuk memperoleh data yang mendukung penelitian, instumen
pengumpulan data yang digunakan yaitu berupa data-data siswa baik berupa
perkataan dan perbuatatan siswa ketika KBM berlangsung serta instrument tes dan
observasi. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan pemahaman siswa
pada materi alat-alat pencernaan manusia. Hasil belajar pada siklus I rata-rata nilai
mencapai 72 dan pada siklus II menjadi 85. Berdasarkan hasil penelitian, guru
dapat menggunakan media video interaktif diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman siswa.
2. Niswa, Auliyah (2012) dengan penelitiannya berjudul “Pengembangan
Bahan Ajar Mendengarkan Berbasis Video Interaktif Bermedia Flash Kelas VIID
SMP Negeri 1 Kedamean”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses
pengembangan bahan ajar, kualitas bahan ajar dan implementasi bahan ajar
mendengarkan berbasis video interaktif bermedia flash untuk SMP kelas VII
semester I. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian pengembangan model Four-D seperti yang
dikemukakan oleh Thiagarajan (Triyanto, 2010: 94) yang terdiri atas empat tahap,
yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develope), dan
penyebaran (dissemination). Karena keterbatasan waktu dan biaya, tahap
penyebaran tidak dilaksanakan. Selanjutnya hasil pengembangan bahan ajar ini
-
39
diujicobakan dalam pembelajaran di kelas VIID SMP Negeri 1 Kedamean dan
hasilnya dianalisis dengan dua cara. Hasil data dari observasi dan wawancara
dianalisis secara deskriptif kualitatif sedangkan hasil data dari tim validator
dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil validasi, kualitas bahan
ajar mendengarkan berbasis video interaktif dapat dikategorikan sangat
memenuhi. Hasil penilaian dari ahli bahasa dan pembelajaran bahasa mencapai
persentase 94,2% dan dari ahli grafika mencapai persentase 95,4%. Implementasi
bahan ajar ditinjau dari keterlaksanaan bahan ajar masuk dalam kriteria sangat
baik dengan hasil 95,4%, ditinjau dari aktifitas siswa masuk dalam kriteria sangat
aktif dengan hasil 89,3%. Hasil belajar siswa juga masuk dalam kiteria sangat
baik dengan rata-rata nilai 90. Sedangkan respon siswa tergolong dalam kriteria
sangat baik dengan hasil 85%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahan
ajar mendengarkan berbasis video interaktif yang dikembangkan telah memenuhi
syarat kelayakan dan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran secara luas.
2.8 Kerangka Berfikir
Dalam proses pembelajaran pemilihan metode mengajar mempengaruhi jenis
media pembelajaran yang sesuai meskipun masih banyak aspek lain yang harus
diperhatikan dalam pemilihan media salah satu fungsi utama media adalah sebagai
alat bantu mengajar
Pemantulan cahaya merupakan materi penting bagi siswa untuk bekal masa
depan mereka ketika mereka dihadapkan dengan penataan ruangan dalam sebuah
rumah dengan kondisi sumber cahaya sedikit agar cahaya tetap bisa masuk
ruangan dan terang, bagi mereka yang memakai kacamata atau untuk percobaan
fisika.
Untuk usia anak Sekolah Dasar membaca materi pelajaran dan mendengarkan
materi dari guru tidak memungkinkan untuk mengingatnya secara keseluruhan,
siswa lebih mudah menangkap dan mengingat materi pelajaran apabila guru
menyajikannya dengan gambar berwarna apalagi berupa gambar kartun atau
animasi yang disertai iringan lagu yang menarik. Video pembelajaran dapat
-
40
membantu proses pemahaman siswa dalam menangkap materi pelajaran serta
menjadikan suasana kelas lebih kondusif dan menyenangkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk berupa video
pembelajaran interaktif untuk mata pelajaran IPA kelas 5 SD materi pemantulan
cahaya yang diharapkan layak digunakan dalam proses pembelajaran.
Video yang dikembangkan menggunakan aplikasi Adobe Flash CS 4.0, jadi
video pembelajaran interaktif ini berupa gambar kartun atau animasi berwarna
disertai karakter kartun yang dapat bergerak serta diiringi lagu yang menarik
sesuia dengan materi yang terdapat dalam video dari proses video pembelajaran
merupakan media pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
-
41
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi penulis maka hipotesis yang
digunakan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan hasil belajar antara siswa setelah diajar dengan menggunakan
media pembelajaran berupa video dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran
konvensional.
Proses belajar mengajar
pemantulan cahaya
Hambatan
Analisis
Pengembangan media
pembelajaran
Video pembelajaran
interaktif
Uji coba produk
Parameter
Pengembangan video
pembelajaran interaktif
-
42
2. Hasil belajar IPA materi pemantulan cahaya kelas 5 SD yang diajar
menggunakan media pembelajaran berupa video lebih baik daripada siswa yang
diajar dengan pembelajaran konvensional.