BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori -...

27
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian ini, teori yang akan dikaji adalah: (1) Model pembelajaran Problem Based Learning, (2) Model Konvensional, (3) Media pembelajaran, (4) Media power point, (5) Hasi belajar (6) Pembelajaran IPA. 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasari permasalahan dan membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan tersebut. Menurut Sanjaya (2006), Problem Based Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Tiga ciri utama pembelajaran Problem Based Learning: (1) Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam pelaksanaannya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Dalam pembelajaran Problem Based Learning menuntut siswa secara aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan daya pikir, mencari dan mengolah data serta menyusun kesimpulan, tidak hanya mendengarkan, mencatat, atau menghafal materi pembelajaran. (2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Tanpa masalah pembelajaran tidak akan terjadi. (3) Pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya cara berpikir melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Menurut Dewey dalam Trianto (2011), belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam penelitian ini, teori yang akan dikaji adalah: (1) Model

pembelajaran Problem Based Learning, (2) Model Konvensional, (3)

Media pembelajaran, (4) Media power point, (5) Hasi belajar (6)

Pembelajaran IPA.

2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model

pembelajaran yang didasari permasalahan dan membutuhkan penyelesaian

nyata dari permasalahan tersebut. Menurut Sanjaya (2006), Problem Based

Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara

ilmiah. Tiga ciri utama pembelajaran Problem Based Learning: (1)

Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam

pelaksanaannya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Dalam

pembelajaran Problem Based Learning menuntut siswa secara aktif terlibat

berkomunikasi, mengembangkan daya pikir, mencari dan mengolah data

serta menyusun kesimpulan, tidak hanya mendengarkan, mencatat, atau

menghafal materi pembelajaran. (2) Aktivitas pembelajaran diarahkan

untuk menyelesaikan masalah. Tanpa masalah pembelajaran tidak akan

terjadi. (3) Pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir

ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.

Sistematis artinya cara berpikir melalui tahapan-tahapan tertentu,

sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada

data dan fakta yang jelas.

Menurut Dewey dalam Trianto (2011), belajar berdasarkan masalah

adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan

antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

7

kepada siswa berupa bantuan dan masalah. Arends Trianto (2011)

menjelasakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah merupakan

pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik

dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,

mengembangkan inkuiri, dan kemampuan berfikir tingkat tinggi,

mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang

model pembelajaran Problem Based Learning di atas dapat disimpulkan

bahwa problem based learning adalah suatu pembelajaran yang diawali

dengan penyajian masalah, dan diambil dari kasus-kasus kongkrit yang ada

di sekitar siswa. Kemudian siswa secara berkelompok aktif merumuskan

masalah, mengidentifikasi, menelaah, dan merumuskan penyelesaian

masalah.

2.1.1.1 Karakteristik Problem Based Learning

Menurut Arends dalam Trianto (2011), berbagai pengembangan

pengajaran berdasarkan masalah, khususnya model pembelajaran berbasis

masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di

sekitar prinsip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu,

pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di

sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting

dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

2. Fokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran

masalah berpusat pada mata pelaajaran tertentu (IPA, matematika, dan

ilmu- ilmu sosial) masalah yang diselidiki telah dipilih benar-benar

nyata, agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari

banyak mata pelajaran.

3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah

mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari

penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

8

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran

berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk

tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang

menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka

temukan.

5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa

yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau

secara berkelompok.

Menurut Tan dalam Rusman (2010), karakteristik yang terdapat

dalam proses PBL adalah:

1. Permasalahan menjadi startng point dalam belajar.

2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia

nyata yang tidak terstruktur.

3. permasalah membutuhkan perspektif ganda (multiple perspektif).

4. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap,

dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan

belajar dan bidang baru dalam belajar.

5. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

6. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam

PBM

7. Belajar adalah kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

8. Pengembangan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi

dari sebuah permasalahan.

9. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari

sebuah proses pembelajaran.

10. PBM melibatkan evaluasi review pengalaman siswa dan proses

balajar.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

9

2.1.1.2 Tujuan Problem Based Learning

Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah meliputi suatu

pengajuan pertanyaan atau masalah memusatkan karakter antar disiplin.

Penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya atau peragaan.

Berdasarkan kriteria tersebut, menurut Trianto (2011) pembelajaran

berdasarkan masalah memiliki tujuan :

1. Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan

ketrampilan pemecahan masalah. PBL memberikan dorongan kepada

peserta didik untuk tidak untuk berfikir sesuai yang bersifat konkret

tapi lebih dari itu berfikir terhadap ide-ide yang abstrak dan

kompleks.

2. Belajar peranan orang tua yang autentik. Menurut Resnick dalam

Trianto (2011), bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah amat

penting untuk menjembatani jarak antara pembelajaran di sekolah

formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di

luar sekolah. Berdasar pendapat resnick tersebut PBL memiliki

implikasi pertama mendorong siswa melakukan kerjasama dalam

menyelesaikan tugas. Kedua memiliki elemen-elemen magang, hal ini

mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara

bertahap siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau yang

diajak dialog (ilmuan, guru, dokter, dan sebagainya). ketiga

melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga

memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan

fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap

fenomena itu sendiri.

3. Menjadi pembelajar yang mandiri. PBL berusaha membantu siswa

menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan

guru secara berulang-ulang, mendorong, dan mengarahkan mereka

untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap

masalah nyata oleh mereka sendiri.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

10

Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2010) mengemukakan tujuan

pembelajaran berbasis masalah secara lebih rinci yaitu:

1. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan

memecahkan masalah

2. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibat mereka dalam

pengalaman nyata

3. Menjadi siswa yang onotom.

2.1.1.3 Kelebihan Problem Based Learning

Menurut Sanjaya (2006), kelebihan-kelebihan model Problem

Based Learning yaitu:

1. pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih

memahami isi pelajaran

2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa

3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa

4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer

pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata

5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran

yang mereka lakukan

6. Melalui pemecahan masalah bisa diperlihatkan bahwa setiap mata

pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang

dimengerti oleh siswa bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari

buku saja

7. Pemecahan masalah dipandang lebih mengasikkan dan disukai siswa

8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyesuaikan pengetahuan baru. Pemecahan masalah dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang telah mereka miliki dalam dunia nyata

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

11

9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara

terus-menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah

berakhir.

2.1.1.4 Tahap Pelaksanakan Problem Based Learning

Sanjaya (2006), mengemukakan lima tahap pembelajaran pada

PBL. Lima tahap ini juga sering disebut sintaks dari PBL. Lama waktu

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap tahapan pembelajaran

tergantung pada jangkauan masalah yang diselesaikan.

Tahapan pelaksanaan PBL terdiri dari lima tahap proses yaitu:

1. Tahap pertama adalah proses orientasi peserta didik pada masalah.

2. Tahap kedua adalah mengorganisasi peserta didik, membagi peserta

didik menjadi kelompok.

3. Tahap ketiga adalah membimbing penyelidikan individu maupun

kelompok.

4. Tahap empat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil.

5. Tahap kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil

pemecahan masalah.

Tabel 2.1

Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Fase 1. Orientasi

siswa terhadap

masalah autentik.

Guru menyampaikan

tujuan belajar,

menjelaskan logistik

yang diperlukan, dan

memotivasi

menggunakan

kemampuannya

memecahkan masalah.

Siswa mendengarkan

tujuan belajar yang

disampaikan oleh guru

dan mempersiapkan

logistik yang

diperlukan.

Fase 2. Guru membantu siswa Siswa mendefinisikan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

12

Mengorganisasi

siswa dalam

belajar.

mendefinisikan dan

mengorganisasikan

tugas belajar yang

diangkat.

dan mengorganisasikan

tugas belajar yang

diangkat.

Fase 3.

Membantu siswa

secara individual

atau kelompok

dalam

melaksanakan

penelitian.

Guru mendorong siswa

untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai,

melaksanakan

eksperimen, untuk

memperoleh jawaban

yang sesuai atas

masalah.

Siswa mengumpulkan

informasi yang sesuai,

melaksanakan

eksperimen, dan

berusaha menemukan

jawaban atas masalah

yang diangkat.

Fase 4.

Mengembangkan

dan menyajikan

hasil karya.

Guru membantu siswa

dalam merencanakan

dan menyiapkan karya

seperti laporan, video,

model-model dan

membantunya untuk

menyampaikan kepada

teman lain.

Siswa merencanakan

dan menyiapkan karya,

video, dan

menyampaikannya pada

teman lain.

Fase 5. Analisis

dan evaluasi

proses pemecahan

masalah.

Guru membantu siswa

melakukan refleksi

kegiatan

penyelidikannya dan

proses yang telah

dilakukan.

Siswa melakukan

refleksi kegiatan

penyelidikannya dan

proses yang dilakukan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

13

2.1.2 Model Konvensional

2.1.2.1 Pengertian Konvensional

Pembelajaran konvensional sering disebut pembelajaran

tradisional. I Wayan Sukra dalam Scholaria jurnal pendidikan ke-SD-an

(2011) juga berpendapat, bahwa model konvensional merupakan model

pembelajaran yang berpusat pada guru dan hampir seluruh kegiatan

pembelajaran dikontrol oleh guru. Menurut Sagala (2006) pembelajaran

konvensional adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada sejumlah

siswa, yang biasanya dilakukan oleh pengajar dengan berceramah di kelas.

Sagala (2006) berpendapat bahwa dalam pembelajaran yang menggunakan

model konvensional, perbedaan individu kurang diperhatikan karena

seorang guru hanya mengelola kelas dan mengelola pembelajaran dari

depan kelas. Model konvensional cenderung menempatkan siswa dalam

posisi pasif.

Menurut Slameto (2003) pembelajaran klasikal memandang siswa

sebagai objek belajar yang hanya duduk dan pasif mendengarkan

penjelasan guru. Guru yang mengajar dengan metode ceramah saja

menyebabkan siswa menjadi bosan dan pasif. Dari pendapat-pendapat

mengenai model konvensional tersebut disimpulkan bahwa meodel

konvensional adalah pembelajaran yang berpusat kepada guru dimana guru

menjadi sumber utama dalam pembelajaran sehingga siswa hanya

menerima transfer ilmu yang diberikan oleh guru.

Menurut Djamarah dalam Scholaria jurnal pendidikan ke-SD-an

(2011), berpendapat bahwa pembelajaran dengan menggunakan model

konvensional ditandai dengan ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan

latihan.

1. Metode Ceramah

Menurut Taniredja (2011), ceramah adalah sebuah bentuk interaksi

melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik.

Suryosubroto dalam Taniredja (2011) mengemukakan bahwa kelebihan

metode ceramah antara lain:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

14

1. Guru dapat menguasai seluruh arah kelas

2. Organisasi kelas sederhana

3. Cepat untuk menyampaikan informasi

4. Dapat menyampaikan informasi dalam jumlah banyak dengan waktu

singkat kepada sejumlah pendengar besar.

Sedangkan kelemahan metode ceramah menurut Suryosubroto

dalam Taniredja (2011) antara lain:

1. Guru sukar mengetahui sampai dimana murid telah mengerti

pembicaraannya

2. Siswa sering kali memberi pengertian lain dari hal yang

dimaksudkaan.

2. Metode Penugasan

Metode penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru

memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Bahri

Djamarah dan Aswan Zain dalam Scholaria (2011) mengemukakan

langkah-langkah dalam penggunaan metode penugasan, yaitu:

1. Fase pemberian tugas

Dalam fase pemberian tugas kepada siswa hendaknya

mempertimbangkan:

a. Tugas yang diberikan harus mencakup tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai.

b. Tugas yang diberikan sesuai dengan kemampuan siswa.

c. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang

ditugaskan tersebut.

d. Ada petunjuk/ sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.

e. Waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas.

2. Langkah pelaksanaan tugas

a. Guru memberikan bimbingan/pengawasan saat pelaksanaan tugas.

b. Guru memberikan motivasi dalam pelaksanaan tugas.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

15

c. Guru mengarahkan agar tugas tersebut dikerjakan oleh siswa sendiri

secara mandiri tanpa bantuan orang lain.

d. Siswa mencatat hasil-hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan tugas

dengan baik dan sistematis

3. Fase pertanggungjawabkan tugas

a. Laporan siswa baik lisan/ tertulis dari apa yang telah dikerjakannya

b. Tanya jawab/ diskusi kelas

c. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau

cara lain.

3. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang bersifat dua

arah yaitu guru bertanya dan siswa menjawab atau sebaliknya

Kelebihan metode tanya jawab:

1. Pertanyaan yang menarik dapat menarik perhatian siswa

2. Merangsang siswa mengembangkan daya pikir dan daya ingat

3. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab

dan mengemukakan pendapat

Kelemahan metode tanya jawab:

a. Siswa tegang karena siswa merasa kurang percaya atas jawaba

b. Tidak mudah menbuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir

dan mudah dipahami siswa

c. Membuang banyak waktu

d. Tidak semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk

mendapat pertanyaan.

2.1.2.2 Karakteristik Model Konvensional

Mawardi dan Puspasari dalam Scholaria (2011) mengemukakan

karakteristik dari pembelajaran konvensional dalam penerapannya di kelas,

antara lain:

1. Siswa adalah penerima informasi

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

16

2. Siswa cenderung bekerja secara individual

3. Pembelajaran cenderung abstrak dan teoritis

4. Perilaku dibangun atas kebiasaan

5. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan

6. Siswa tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman

7. Bahasa diajarkan dengan pendekatan stuktural.

Lebih lanjut Mawardi dan Puspasari (2011) mengemukan bahwa

pembelajaran konvensional dipandang efektif terutama untuk:

1. Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain

2. Menyampaikan informasi dengan cepat

3. Membangkitkan minat akan informasi

4. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.

Namun pembelajaran model konvensional juga mempunyai

beberapa kelemahan yaitu:

1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar dengan mendengarkan

2. Siswa cepat bosan karena pendidik sering kesulitan untuk menjaga

agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari

3. Tidak membangkitkan pemikiran kritis siswa

4. Pembelajaran konvensional mengansumsikan bahwa cara belajar siswa

itu sama dan tidak bersifat individual.

2.1.3 Media pembelajaran

Menurut Bove dalam Sanaky (2009), media adalah sebuah alat

yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Kata media berasal dari

kata medium yang secara harafiah artinya perantara atau pengantar.

Menurut Schramm dalam Iswidayati (2010), mengatakan media

pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan

untuk keperluan pembelajaran dan mempengaruhi efektivitas

pembelajaran. Beberapa media yang dikenal dalam pembelajaran antara

lain : Media Visual (Gambar atau foto, Sketsa, Diagram, Bagan/Chart,

Grafik, Kartun, Poster, Peta dan Globe, Papan planel, Papan Buletin),

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

17

Media Audio (Radio, Alat perekam magnetik atau tape recorder), Media

Proyeksi Diam (Film Bingkai, Film Rangkai, OHT, Opaque Projektor,

Mikrofis), Media Proyeksi Gerak dan Audio Visual (Film gerak, Film

gelang atau film loop, Program TV, Video), Multimedia, Benda.

Menurut Kemp & Dayton dalam Arsyad (2011), media

pembelajaran memiliki tiga fungsi utama apabila media itu digunakan

untuk perorangan dan kelompok yang pendengarnya dalam jumlah besar,

yaitu: (a) Memotivasi minat atau tindakan, (b) Menyajikan informasi, (c)

Memberi instruksi.

Menurut Sanaky (2009), media pembelajaran berfungsi untuk

merangsang pembelajaran dengan:

1. Menghadirkan obyek yang sebenarnya dan obyek yang langkah

2. Membuat duplikasi dari obyek yang sebenarnya

3. Membuat konsep yang abstrak ke konsep kongkret

4. Memberi kesamaan persepsi

5. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak

6. Menyajikan ulang informasi secara konsisten

7. Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa

fungsi dari media pembelajaran adalah :

1. Menjembatani antara guru dan siswa dalam rangka menyampaikan

materi ajar.

2. Membantu siswa memahami bahan ajar.

3. Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pembelajaran.

4. Mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

5. Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-

peristiwa di lingkungan mereka.

Raharjo dalam Iswidayati (2010) menjelaskan kelebihan

menggunakan media dalam pembelajaran. Adapun kelebihan media dalam

pembelajaran antara lain :

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

18

1. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga lebih jelas

dipahami dan dimengerti siswa.

2. Metode mengajar akan lebih bervariasi.

3. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

4. Motivasi belajar dari para siswa dapat ditumbuhkan /dinaikkan.

5. Dapat mengatasi sifat pasif dari para siswa

2.1.4 Pengertian Microsoft Power point.

Sanaky (2009) menyatakan bahwa microsoft powerpoint adalah

program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di

bawah lisensi microsoft office program komputer dan tampilan ke layar

dengan menggunakan bantuan LCD projector.

Program aplikasi ini merupakan program untuk membuat

presentasi yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Dengan bantuan

media power point, seorang guru dapat mempresentasikan materi ajar

kepada siswa bisa lebih mudah dalam mentransformasikan ilmunya

melalui presentasi yang diberikan oleh seorang guru kepada anak didiknya

di kelas. Disamping memudahkan seorang guru menguasai kelas, dan

membantu siswa untuk tetap fokus dengan apa yang diterangkan oleh

seorang guru.

Menurut Purnomo (2010) microsoft power point adalah suatu

software yang akan membantu dalam menyusun sebuah presentasi yang

efektif, professional, dan juga mudah. Media power point bisa membantu

sebuah gagasan menjadi lebih menarik dan jelas tujuannya jika

dipresentasikan, karena media power point akan membantu dalam

pembuatan slide, outline presentasi, presentasi elektronika, menampilkan

slide yang dinamis, termasuk clip art yang menarik, yang semuanya

mudah ditampilkan di layar monitor komputer. Power point adalah alat

bantu presentasi, biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu hal yang

dirangkum dan dikemas dalam slide power point. Sehingga pembaca dapat

lebih mudah memahami penjelasan kita melalui visualisasi yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

19

terangkum di dalam slide. Power point merupakan program untuk

membantu mempresentasikan dan menampilkan presentasi dalam bentuk

tulisan, gambar, grafik, objek, clip art, movie, suara, atau video yang

dimainkan pada saat presentasi.

Penggunaan power point dalam pembelajaran dapat merangsang

motivasi belajar siswa, dan dapat menyampaikan informai pembelajaran

secara interaktif.

2.1.4.1 Kelebihan dan Kekurangan Microsoft Power Point

Menurut Sanaky (2009), microsoft power point memiliki beberapa

kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

Kelebihan microsoft power point antara lain:

1. Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran/jenjang kelas.

2. Memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati respons siswa.

3. Memiliki variasi teknik penyajian yang menarik dan tidak

membosankan.

4. Dapat menyajikan berbagai kombinasi clip art, picture, warna,

animasi dan suara, sehingga membuat siswa lebih tertarik.

5. Dapat dipergunakan berulang-ulang.

Disamping kelebihan, microsoft power point juga memiliki

kelemahan diantaranya adalah:

1. Pengadaannya mahal dan tidak semua sekolah dapat memiliki.

2. Membutuhkan keterampilan khusus untuk menuangkan pesan atau

ide-ide yang baik pada desain program komputer microsoft power

point, sehingga mudah dicerna oleh penerima pesan.

3. Memerlukan persiapan yang matang, bila menggunakan teknik-teknik

penyajian (animasi) yang kompleks.

2.1.4.2 Media Power Point yang Efektif dalam Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar, kehadiran media mempunyai arti

yang cukup penting. Dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan-bahan

yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

20

perantara kerumitan bahan yang akan disampaikan, Daryanto (2010).

Penggunaan Media Power point dalam pembelajaran memegang peranan

penting sebagai alat bantu untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang

efektif, karena dapat mendorong motivasi dan meningkatkan hasil belajar

siswa.

Power point dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar

proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Menurut Kenthut dan Rahadi

(2008), langkah–langkah untuk mendesain media pembelajaran power

point yang efektif agar materi yang dipresentasikan dapat dipahami oleh

siswa secara maksimal adalah sebagai berikut:

1) Tentukan topik sesuai dengan materi yang akan di sampaikan.

2) Siapkan materi yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Pemilihan materi ini sangat penting karena tidak semua materi

dianjurkan untuk menggunakan power point.

3) Identifikasi bahan-bahan materi tersebut untuk diseleksi mana yang

sesuai dengan karakteristik media presentasi. Ingat tidak semua materi

tersebut cocok untuk dituangkan melalui media presentasi.

4) Tulis materi yang telah dipilih dalam kalimat yang singkat, pointers

dan hanya memuat poin-poin penting saja (keywords). Pada saat

membuat outline ini, pikirkan juga bahan-bahan pendukung

presentasi, misalnya: clip art, picture, sound, background music,

video klip dan lain sebagainya.

5) Tuangkan pesan-pesan yang disajikan dalam berbagai format seperti

teks (kata-kata), gambar, animasi atau audio-visual. Lengkapi outline

yang sudah dibuat dengan keterangan tambahan. Berilah warna pada

font. Atur tata letaknya. Berilah warna pada background.

6) Pastikan bahwa materi yang ditulis telah cukup lengkap, jelas dan

mudah dipahami oleh sasaran. Menyelesaikan desain, mengulas ulang

desain yang telah dibuat.

7) Sajikan isi materi secara urut dan sistematis agar mempermudah

penyajian dan pesan mudah dipahami oleh siswa.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

21

Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

media power point terlebih dahulu guru harus menyiapkan materi

pembelajaran yang didesain ke dalam microsoft power point. Kemudian

menyeleksi materi pembelajaran yang sesuai yang dapat ditampilkan ke

dalam slide microsoft power point. Mendesain materi dengan

menggunakan picture, clip art, animation, warna dan suara. Setelah proses

pembuatan materi ke dalam slide microsoft power point selesai, seorang

guru dapat melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan hal tersebut, dalam pembelajaran media microsoft

power point pada siswa juga dapat memotivasi siswa untuk mengikuti

kegiatan belajar mengajar dengan antusias. Karena adanya media yang

menarik perhatian mereka, juga dapat membuat siswa termotivasi dalam

belajar. Dengan adanya media pembelajaran yang menarik, diharapkan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.1.5 Hasil Belajar

2.1.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009), hasil belajar

merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari

sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari

sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran

dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Menurut Winkel (dalam Lina,

2009), mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan

yang telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan menurut Arif Gunarso

(dalam Lina, 2009), hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh

seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Jadi hasil belajar

adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah

dilakukannya.

Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih

baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

22

seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya

dinyatakan dalam bentuk nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

peranan penting dalam proses pembelajaran. Pemerolehan hasil belajar

yang baik akan memberikan kebanggaan pada diri sendiri, dan orang lain.

Untuk itu, guna memperoleh hasil belajar yang baik siswa dihadapkan

dengan beberapa faktor yang bisa membuat siswa mendapatkan hasil

belajar yang baik.

2.1.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor

dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah

mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan

pembentukan sikap. Menurut Slameto (2003), faktor yang mempengaruhi

hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu: faktor intern meliputi: faktor

jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern meliputi:

faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni

faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2009).

Dari pendapat ini, faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa

perubahan kemampuan yang dimilikinya. Demikian juga faktor dari luar

diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas

pembelajaran (Sudjana, 2009). Perubahan perilaku dalam proses belajar

terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya

berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil

apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya, apabila tidak

terjadi perubahan dalam diri individu, maka belajar tidak dikatakan

berhasil.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

23

kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah

profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru, baik

di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif), dan bidang perilaku

(psikomotorik).

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan

personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan.

Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah

mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi yang dilakukan

dengan tes yang dijadwalkan.

2.1.6 Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan

kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan

cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.

Menurut Hendro Darmodjo dan Kaligis (Indah, 2008), IPA dapat

dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami

berbagai gejala alam. Untuk itu diperlukan cara tertentu yang sifatnya

analisis, cermat, lengkap dan menghubungkan gejala alam yang satu

dengan gejala alam yang lain. IPA dapat dipandang sebagai suatu produk

dari upaya manusia memahami berbagai gejala alam. IPA dapat pula

dipandang sebagai fakta yang menyebabkan sikap dan pandangan yang

mitologis menjadi sudut pandang ilmiah.

Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan

mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada

siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha

Esa. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

24

mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah

menengah tingkat pertama (SMP). Menurut Sri Harsono (Indah, 2008),

prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA diterapkan dalam program-

program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan

pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media

belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang

mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperolah

berbagai pengalaman belajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran IPA

merupakan suatu pembelajaran yang membahas tentang ilmu alam

sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

siswa.

2.1.6.1 Tujuan IPA

Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan

lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga

pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa

dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru

berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran IPA. Menurut Sulistyorini (2007), Mata

Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut.

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-

Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

25

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.7 Syntak Pembelajaran Model PBL dengan Media Power Point

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model

Problem Based Learning yang memanfaatkan media power point sebagai

berikut:

1. Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah

Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab serta

menampilkan video tentang peristiwa alam yang sedang terjadi di

Indonesia seperti banjir, gunung meletus dan pemanfaatan SDA dalam

slide power point agar siswa tertarik dan membangkitkan keterlibatan

siswa dalam pemecahan masalah, kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

Pada tahap ini, guru pertama menyampaikan poin-poin penting

dalam materi yang akan dipelajari dengan slide power point, selanjutnya

guru menampilkan permasalahan-permasalahan berkaitan dengan materi

melalui slide power point membagi siswa dalam kelompok- kelompok

kecil (4-5 orang) secara heterogen antara kelompok yang pandai dan yang

kurang.

3. Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Pada tahap ini, masing-masing kelompok diminta memecahkan

masalah yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman siswa. Dalam

memecahkan masalah, masing-masing kelompok mengumpulkan fakta-

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

26

fakta dari permasalahan dan penyelesaiannya. Guru berkeliling untuk

mengamati, memotivasi dan memfasilitasi, serta membantu siswa yang

memerlukan.

4. Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pada tahap ini, masing-masing kelompok menyajikan atau

menyampaikan secara lisan hasil temuan kelompok di depan kelas,

kemudian guru dan kelompok yang lain memberikan komentar atas

temuan kelompok yang menyajikan. Selanjutnya guru dapat memberikan

penguatan terhadap materi yang telah didiskusikan sehingga siswa

mempunyai pemahaman yang sama.

5. Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan

masalah.

Pada tahap ini, guru dan siswa mengadakan refleksi atau evaluasi

dan membuat kesimpulan terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan

yang baru diterima atau proses-proses yang mereka tempuh atau gunakan.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian tentang model pembelajaran berbasis masalah

(Problem Based Learning) yang diterapkan dalam usaha meningkatkan

hasil belajar siswa, diantaranya:

Hasil penelitian Yasinta (2012) UKSW, menyebutkan dalam hasil

penelitiannya yang menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dari

penelitian tentang pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning

(PBL) dengan memanfaatkan media Video Compact Disc (VCD) terhadap

hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1

Mangunrejo, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, semester II

tahun pelajaran 2011/2012 adalah ada pengaruh yang signifikan

penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan

memanfaatkan media Video Compact Disc (VCD) terhadap hasil belajar

Matematika pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Mangunrejo,

Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, semester II tahun pelajaran

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

27

2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikansi 0,038

< 0,05 dan perbedaan rata-rata antara kelas kontrol 70,92 dengan rata-rata

kelas eksperimen 80,15. Artinya bahwa signifikan lebih kecil dari 0,05 dan

rata-rata yang diperoleh kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, penggunaan metode PBL dengan

memanfaatkan media VCD mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1

Mangunrejo kecamatan Pulokulon kabupaten Grobogan semester II tahun

pelajaran 2011/2012.

Penelitian Handoko Eko Putro (2010), yang berjudul Penerapan

Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai Upaya

Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 2 SMA

Negeri 8 Surakarta pada Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran

2009/2010. Penelitian ini menyatakan bahwa sebelum diterapkan metode

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) keaktifan siswa masih

rendah, terlihat dari keaktifan siswa pada aspek visual activities 35,49%,

oral activities 22,58%, listening activities 41,94%, dan writing activities

45,16%. Penelitian siklus I diperoleh peningkatan hasil keaktifan pada

aspek visual activities 48,39%, oral activities 45,16%, listening activities

54,84% dan writing activities 58,09%. Penelitian siklus II diperoleh

peningkatan hasil keaktifan siswa pada aspek visual activities 74,19% ,

oral activities 67,73%, listening activities 77,41% dan writing activities

mencapai 70,96%. Sedangkan nilai rata-rata kelas sebelum diterapkan

metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah 60,4. Siswa

yang sudah tuntas sebesar 51,6% atau 16 siswa, sedangkan siswa yang

belum tuntas sebesar 48,4% atau 15 siswa. Pada prestasi belajar siswa

siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 71,90 dan 76,32 pada siklus II. Pada

pelaksanaan siklus I siswa yang sudah tuntas sebesar 77,42% atau 24

siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 22,58% atau 7 siswa.

Pada pelaksanaan siklus II siswa yang sudah tuntas sebesar 87,09% atau

sebanyak 27 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 12,91%

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

28

atau sebanyak 4 siswa. Kelebihan penelitian ini adalah PBL dapat

meningkatkan hasil belajar dan aktivitas pembelajaran dengan baik.

Adapun kelemahanya sampel yang digunakan di tingkat pendidikan

menengah dan membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama.

Mendasarkan kelemahan di atas pada penelitian berikutnya dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian

selanjutnya.

Yuliastutik, S Anis (2011). Penerapan pembelajaran Problem

Based Learning dengan media VCD dalam upaya meningkatkan

kemampuan berpikir kritis mahasiswa (studi kasus di AKPER RUSTIDA

BANYUWANGI ). Thesis. Pascasarjana, Program Studi Kedokteran

Keluarga. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2009.Hasil

penelitian menunjukkan : 1) Penerapan model pembelajaran problem

based learning dengan media VCD dalam upaya meningkatkan

kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah kebutuhan dasar manusia II

dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dan 2) dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.Simpulan dalam

penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran problem based

learning dengan media VCD dapat meningkatkan motivasi belajar dan

kemampuan berpikir kritis mahasiswa, sehingga model pembelajaran ini

dapat dijadikan alternatif pilihan pada strategi pembelajaran materi

kebutuhan dasar manusia.

Mustapa. 2012; Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Power

Point Terhadap hasil belajar IPA Siswa Kelas V Semester II Tahun

Pelajaran 2011/2012. Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penggunaan media power point terhadap hasil belajar siswa kelas V SD

Negeri Gedangan 02 semerter II tahun pelajaran 2011/2012 dalam

pelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya. Penelitian ini

menggunakan penelitian eksperimen semu, yaitu jenis quasi eksperimental

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

29

design. Desain ini menggunakan satu kelompok yang utuh tetapi diberi

perlakuan yang berbeda. Dengan membandingkan kelas eksperimen, yaitu

kelas yang menggunakan media power point dengan kelas yang

menggunakan alat peraga biasa (konvensional). Hasil belajar yang

dilakukan menggunakan alat peraga biasa (konvensional) dan eksperimen,

maka didapatkan hasil nilai rata-rata pre-test dengan menggunakan alat

peraga biasa (konvensional) sebesar 44,66 dan post-test pada eksperimen

sebesar 62,33. Selisih nilai rata-rata pre-test dan post-test sebesar 17,67.

Sedangkan hasil perolehan dengan analisis data yang dilakukan dengan

teknik uji paired samples ttest diketahui bahwa nilai t adalah -10,094

dengan probabilitas signifikan sebesar 0,000. Berdasarkan hasil uji paired

samples t-test dan nilai signifikansi 0,005>0,000, maka terdapat perbedaan

yang signifikan pada pembelajaran dengan menggunakan media power

point dari pada pembelajaran dengan menggunakan alat peraga biasa

(konvensional). Berdasarkan selisih hasil nilai rata-rata pre-test dan post-

test serta hasil analisis dengan teknik uji paired samples t-test, maka dapat

disimpulkan bahwa media power point berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN Gedangan 02 Semester II

Tahun Pelajaran 2011/2012.

Sry Anitha (2009) dengan judul Pemanfaatan Microsoft Power

Point Untuk Media Pembelajaran. Kesimpulan yang didapat, Setiap

inovasi pembelajaran akan menghasilkan sesuatu yang menarik bagi

peserta didik, tetapi inovasi tanpa pengembangan lebih lanjut justru akan

berdampak kurang menarik, dan mengurangi minat peserta didik terhadap

bahan ajar yang disajikan.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan, maka kerangka

berpikir dapat dirumuskan sebagai berikut : Efektivitas model PBL dengan

menggunakan media power point pada hasil belajar IPA. Dalam

pelaksananan pembelajaran IPA diharapkan mampu mengubah

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

30

pemahaman siswa dari objek abstrak ke objek konkret, perlu menggunakan

model dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa SD. Salah satu

model yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA adalah model PBL.

Penggunaan model Pembelajaran berbasis masalah (PBL) bertujuan untuk

memberikan ruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa untuk mencari

konsep dan penyelesaian masalah.

Dengan menggunakan model PBL dalam pembelajaran IPA, guru

juga perlu menggunakan suatu media yang bertujuan untuk menyampaikan

informasi kepada siswa. Media yang bisa dimanfaatkan salah satunya

adalah media power point. Penggunaan media power point bertujuan

untuk membuat konsep yang abstrak menjadi lebih kongkrit, dapat

menampilkan gerak yang dipercepat atau diperlambat sehingga lebih

mudah diamati dan dipahami, dapat menampilkan detail suatu benda atau

proses, serta membuat penyajian pembelajaran lebih menarik, sehingga

proses pembelajaran menjadi menyenangkan.

Melalui pembelajaran dengan model PBL ini diharapkan semua

siswa dalam kelas aktif dan mampu bekerjasama dengan siswa lainnya

untuk memahami materi. Hasil belajar IPA yang diharapkan pada model

PBL diatas dapat dicapai dengan memanfaatkan media power point.

Membandingkan hasil belajar siswa antara yang diajar menggunakan

model Problem Based Learning yang memanfaatkan media power point

dengan yang hanya menggunakan metode ceramah adalah salah satu cara

untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa. Jika siswa yang diajar

dengan menggunakan model Problem Based Learning yang

memanfaatkan media power point memperoleh hasil belajar di atas rata-

rata, berarti benar-benar bermanfaat dalam pembelajaran. Bagan kerangka

berfikir yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Gambar 2.1

sebagai berikut:

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

31

Gambar 2.1

Bagan Kerangka berfikir

2.4 Hipotesis Penenitian

Maka hipotesis penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan model Problem

Based Learning (PBL) dengan memanfaatkan media power point

terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 2

Kapung semester II tahun pelajaran 2013/2014.

Siswa

kelompok eksperimen. kelompok kontrol.

Pre-test

Perlakuan: Kelompok

kontrol pembelajaran

konvensional.

Perlakuan : Kelompok

eksperimen model PBL

dengan media power point.

Post-test

Membandingkan hasil

belajar kelompok

ekperimen dan kelompok

kontrol.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7825/3/T1_292010065_BAB II.pdf · 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam

32

Ha : Ada pengaruh yang signifikan penggunaan model Problem Based

Learning (PBL) dengan memanfaatkan media power point terhadap

hasil belajar IPA siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 2 Kapung

semester II tahun pelajaran 2013/2014.