BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

26
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Tematik Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, maka kegiatan pembelajaran bagi siswa kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik, yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. Tema adalah pokok pikiran/gagasan yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta dalam pusat kurikulum , 2006). Dengan tema diharapkan memberikan keuntungan, di antaranya: 1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; 3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; 5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Model Pembelajaran Tematik

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, maka kegiatan

pembelajaran bagi siswa kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan

Pembelajaran tematik, yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. Tema adalah pokok

pikiran/gagasan yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta

dalam pusat kurikulum , 2006). Dengan tema diharapkan memberikan

keuntungan, di antaranya:

1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,

2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;

3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan

matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena

materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

6

6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi

nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata

pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;

7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan

secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua

atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan

remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa

dalam proses belajar secara aktif, sehingga siswa dapat memperoleh

pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri

pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa

akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan

menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori

pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, yang menekankan

bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada

kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep

belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru perlu merancang

pengalaman belajar yang mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.

Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual

menjadikan pembelajaran lebih efektif. Selain itu penerapan pembelajaran

tematik sangat membantu siswa yang masih melihat segala sesuatu

sebagai satu keutuhan (holistik).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

7

2.1.2. Media Perkalian dan Pembagian

2.1.2.1. Pengertian media

Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang

menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasarkan

fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana. Namun

dalam keseharian kita tidak terlalu membedakan antara alat peraga

dan sarana. Sehingga semua benda yang digunakan sebagai alat

dalam pembelajaran matematika kita sebut alat peraga matematika.

Demikian pula pada penelitian ini, media matematika kita sebut alat

peraga matematika.

Menurut Estiningsih (1994) alat peraga merupakan media

pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep

yang dipelajari. Contoh: papantulis, buku tulis, dan daun pintu yang

berbentuk persegipanjang dapat berfungsi sebagai alat peraga

pada saat guru menerangkan bangun geometri dalam persegi

panjang. Fungsi utama alat peraga adalah untuk menurunkan

keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu menangkap arti

sebenarnya dari konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba,

dan memanipulasi alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman

nyata dalam kehidupan tentang arti konsep. Sedangkan sarana

merupakan media pembelajaran yang fungsi utamanya sebagai alat

bantu untuk melakukan pembelajaran. Dengan menggunakan

sarana tersebut diharapkan dapat memperlancar pembelajaran.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

8

Contoh: papan tulis, jangka, penggaris,lembar tugas (LT), lembar

kerja (LK), dan alat-alat permainan.

2.1.2.2. Langkah-langkah Penggunaan media

Bila kita cermati pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini,

masih banyak yang dikelola secara klasikal. Artinya semua siswa

diperlakukan sama oleh guru. Pembelajaran klasikal merupakan

pembelajaran yang paling disenangi oleh guru karena cara ini

mudah dilaksanakan.

Pada pembelajaran klasikal umumnya komunikasi terjadi

searah, yaitu dari guru ke siswa, dan hampir tidak terjadi

sebaliknya. Oleh sebab itu penggunaan alat peraganya didominasi

oleh guru. Pada umumnya hanya sebagian kecil dari siswa yang

dapat memanfaatkan alat peraga tersebut. Untuk meminimalisasi

dominasi guru dalam penggunaan alat peraga, maka perlu

direncanakan dan dikembangkan alat peraga untuk kelompok atau

individu.

Menurut Arief S. Sadiman (1996) ada beberapa keuntungan

bila alat peraga digunakan untuk kelompok, antara lain: (1) adanya

tutor sebaya dalam kelompok, akan dapat membantu guru dalam

menerangkan pemanfaatan alat peraga kepada temannya, (2)

kerjasama yang terjadi dalam penggunaan alat peraga kelompok

akan membuat suasana kelas lebih menyenangkan, (3) banyaknya

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

9

anggota kelompok yang relatif kecil akan memudahkan siswa untuk

berdiskusi dan bekerjasama dalam pemanfaatan alat.

Dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan alat

peraga kelompok yakni: (1) tugas-tugas pelengkap dari alat

peraga/sarana yang menjadi tanggung jawab kelompok hendaknya

mengaktifkan semua anggota kelompok, agar tidak terjadi dominasi

oleh seorang anggota kelompok, (2) pemilihan anggota kelompok

dalam melaksanakan tugas-tugas pemanfaatan alatperaga haruslah

secermat mungkin, sehingga tidak terjadi penumpukan siswa yang

pandai atau sebaliknya dalam satu kelompok.

2.1.3. Tujuan Penggunaan Alat Peraga

a) Memberikan kemampuan berpikir matematika secara kreatif. Bagi

sebagian siswa, matematika tampak seperti suatu sistem yang kaku,

yang hanya berisi simbol-simbol dan sekumpulan dalil-dalil untuk

dipecahkan. Padahal sesungguhnya matematika memiliki banyak

hubungan untuk mengembangkan kreatifitas.

b) Mengembangkan sikap yang menguntungkan ke arah berpikir

matematika. Suasana pembelajaran matematika di kelas haruslah

sedemikian rupa, sehingga para siswa dapat menyukai pelajaran

tersebut. Suasana semacam ini merupakan salah satu hal yang dapat

membuat para siswa memperoleh kepercayaan diri akan kemampuannya

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

10

dalam belajar matematika melalui pengalaman-pengalaman yang akrab

dengan kehidupannya.

c) Menunjang matematika di luar kelas, yang menunjukkan penerapan

matematika dalam keadaan sebenarnya. Siswa dapat menghubungkan

pengalaman belajarnya dengan pengalaman-pengalaman dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan keterampilan masing-

masing mereka dapat menyelidiki atau mengamati benda-benda di

sekitarnya, kemudian mengorganisirnya untuk memecahkan suatu

masalah.

d) Memberikan motivasi dan memudahkan abstraksi. Dengan alat peraga

diharapkan siswa lebih memperoleh pengalaman-pengalaman yang baru

dan menyenangkan, sehingga mereka dapat menghubungkannya

dengan matematika yang bersifat abstrak.

e) Dari tujuan di atas diharapkan dengan bantuan penggunaan alat peraga

dalam pembelajaran dapat memberikan permasalahan-permasalahan

menjadi lebih menarik bagi siswa yang sedang melakukan kegiatan

belajar. Karena penemuan-penemuan yang diperoleh dari aktivitas siswa

biasanya bermula dari munculnya hal-hal yang merupakan tanda tanya,

maka permasalahan yang diselidiki jawabannya itu harus didasarkan

pada obyek yang menarik perhatian siswa. Jadi bila memungkinkan hal

itu haruslah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang mengarah pada

bahan diskusi dalam berbagai cabang penyelidikan, misalnya dari buku,

dari guru atau bahkan dari siswa sendiri. Hal itu dapat ditentukan melalui

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

11

peragaan dari guru dan diskusi yang melibatkan seluruh kelas atau oleh

kelompok kecil/seorang siswa yang bekerja dengan lembar kerja.

Dengan menggunakan suatu lembar kerja, mereka dapat menggunakan

bahan-bahan yang dirancang untuk mengarahkan dalam menjawab

pertanyaan yang akan membantu mereka menemukan suatu jawaban

yang dimaksudkan pada arti pertanyaannya. Oleh karena itu sebaiknya

setiap alat peraga dilengkapi dengan kartu-kartu atau lembar kerja atau

petunjuk penggunaan alat untuk menjawab permasalahan.

2.1.4. Prinsip-Prinsip Umum Penggunaan Alat Peraga

Menurut Briggs (1977) selain mempersiapkan langkah-langkah

penggunaan alat peraga, seperti persiapan guru, lingkungan, persiapan

siswa, maka perlu pula mengetahui prinsip-prinsip umum dalam penggunaan

alat peraga, di antaranya sebagai berikut.

a) Penggunaan alat peraga hendaknya sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b) Alat peraga yang digunakan hendaknya sesuai dengan metode/strategi

pembelajaran.

c) Tidak ada satu alat peragapun yang dapat atau sesuai untuk segala

macam kegiatan belajar.

d) Guru harus terampil menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.

e) Peraga yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan siswa dan

gaya belajarnya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

12

f) Pemilihan alat peraga harus obyektif, tidak didasarkan kepada

kesenangan pribadi.

g) Keberhasilan penggunaan alat peraga juga dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan.

2.1.5. Perkalian dan Pembagian

Perkalian dan pembagian merupakan operasi hitung yang harus

dikuasai siswa sejak kelas rendah. Hal ini supaya pembelajaran di kelas-

kelas selanjutnya tidak mengalami hambatan. Dalam penelitian ini dibahas

tentang bagaimana membelajarkan perkalian dasar, perkalian lanjut,

pembagian dasar, dan pembagian lanjut.

2.1.5.1. Perkalian Dasar

Menurut Widowati (2012) Perkalian dasar adalah perkalian dari dua

bilangan yang masing-masing terdiri dari satu angka (dalam penelitian ini

disebut perkalian dua bilangan satu angka). Pembelajaran perkalian dasar

dilakukan dengan memberikan masalah nyata kepada siswa sehingga

siswa mengonstruksi sendiri tentang konsep perkalian di kepalanya.

Masalah-masalah yang diberikan kepada siswa hendaknya masalah yang

dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Untuk pembinaan keterampilan, guru dapat memberikan permainan-

permainan terkait perkalian dasar. Hal ini supaya siswa mahir perkalian

dasar dengan sendirinya tanpa merasa tertekan perasaannya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

13

2.1.5.2. Perkalian Lanjut

Perkalian lanjut adalah perkalian yang melibatkan dua bilangan

selain dua bilangan satu angka. Artinya perkalian dari dua bilangan

dengan salah satu bilangannya lebih dari satu angka atau kedua-duanya

lebih dari satu angka. Pembelajaran perkalian lanjut dilakukan dengan

memanfaatkan sifat-sifat perkalian. Sifat-sifat tersebut adalah:

a. Komutatif

a × b = b × a

b. Distributif

a × (b + c) = (a × b) + (a × c)

a × (b + c + d) = (a × b) + (a × c) + (a × d)

Pembelajaran perkalian bersusun diawali dengan memberikan media

kartu perkalian dan pembagian untuk memudahkan siswa mempelajari

nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan. Dengan sifat distributif, siswa

diajak menalar teknik bersusun dalam menyelesaikan perkalian yaitu

dengan mengumpulkan ratusan dengan ratusan, puluhan dengan

puluhan, dan satuan dengan satuan. Dengan peragaan ini, perkalian

bersusun tanpa menyimpan atau dengan menyimpan tidak akan

mengalami kendala.

2.1.5.3. Pembagian dasar

Definisi pembagian adalah sebagai berikut.a : b = c artinya adalah

ada sekumpulan benda sebanyak a dibagi rata (sama banyak) dalam b

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

14

kelompok. Maka cara membaginya dilakukan dengan pengambilan

berulang sebanyak b sampai habis dengan setiap kali pengambilan dibagi

rata ke semua kelompok (Widowati: 2012)

Banyaknya pengambilan ditunjukkan dengan hasil yang didapat oleh

masing-masing kelompok yaitu c. Hasil bagi (c) adalah banyaknya satuan

pengambilan b dalam setiap kali mengambil untuk dibagi rata. Jika

banyaknya anggota yang dimuat oleh masing-masing kelompok adalah c,

maka banyaknya pengambilan b satuan sampai habis pada kumpulan

benda sebanyak a adalah c kali. Mengapa? Sebab untuk setiap kali

pengambilan sebanyak b anggota dari kumpulan benda beranggotakan a

selalu dibagi rata pada masing-masing kelompok sebanyak b. Sehingga

jika hasil pada masing-masing anggota adalah c, maka dapat dipastikan

bahwa banyaknya satuan pengambilan b anggota sampai habis dari

sekumpulan benda sebanyak a itu adalah c kali. Dalam membelajarkan

pembagian dasar, siswa diberikan pengalaman membagi, misalnya

dengan membagikan sejumlah barang kepada beberapa temannya.

Dengan memberikan pengalaman, siswa akan selalu mengingat

konsep pembagian tersebut di kepalanya. Selanjutnya dengan memberi

banyak latihan, siswa diajak untuk mengamati hubungan antara bilangan

yang dibagi, pembagi, dan hasil baginya. Setelah dicermati ternyata

bilangan yang dibagi = pembagi × hasil bagi.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

15

2.1.5.4. Pembagian Lanjut

Pembagian lanjut adalah pembagian yang tidak berhubungan

langsung dengan perkalian dua bilangan satu angka. Pembagian lanjut

dilakukan dengan teknik yang dikenal dengan sebutan “pembagian

bersusun”. Untuk mengetahui mengapa pembagian bersusun selalu

diawali dengan kumpulan terbesar terlebih dahulu barulah kemudian

dilanjutkan ke satuan kumpulan benda berikutnya yang lebih kecil, guru

dapat mengawalinya dengan membagi rata sedotan 36 kepada 3 orang

temannya. Peraga 36 ditunjukkan di papan tulis dengan 3 ikat sedotan

yang masing-masing ikatannya sebanyak 10 satuan, dan 6 sedotan yang

tidak diikat. Sedotan yang diikat dimasukkan di kantong puluhan (kantong

sebelah kiri) dan yang tidak diikat dimasukkan di kantong satuan (kantong

di sebelah kanannya). Dari peragaan itu guru kemudian meminta 4 orang

siswa untuk maju ke depan bermain peran. Salah seorang siswa ditunjuk

sebagai pihak yang melakukan pembagian dan 3 siswa lainnya berperan

sebagai pihak yang menerima bagian. Guru mengamati jalannya

peragaan. Ada 2 cara pembagian yang dapat dilakukan pada kegiatan

bermain peran tersebut. Cara pertama adalah 3 ikat yang puluhan dilepas

ikatannya untukdigabung dengan satuannya yakni sebanyak 6. Sehingga

seluruhnya menjadi 36. Selanjutnya dari 36 sedotan itu diambil secara

berulang tiga-tiga sedotan sampai habis dengan setiap kali ambil dibagi

rata pada 3 orang temannya. Hingga pembagian habis itu ternyata setelah

masing-masing siswa disuruh menghitung banyak sedotan yang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

16

diterimanya, ternyata masing-masing menerima sedotan sebanyak 12.

Guru kemudian menulis di papan tulis 36 : 3 = 12.

2.1.6. Hakekat Matematika

2.1.6.1. Pengertian Matematika

Matematika merupakan ilmu yang mempunyai peranan sangat

penting dalam berbagai aktivitas yang dilakukan manusia di dalam

kehidupannya. Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak

terlepas dari pemanfaatan dan penerapan konsep-konsep yang ada di

dalam matematika. Sebagai ilmu yang universal, matematika tidak

dapat terpisahkan dari berbagai disiplin ilmu lain yang ada dalam

kehidupan manusia.

Menurut Freudenthal (Zulkardi, 2001), matematika haruslah

dihubungkan dengan realitas dan matematika sebagai aktivitas

manusia. Sementara itu Maulana (2006), menyatakan bahwa

matematika merupakan kegiatan manusia dan oleh karena matematika

merupakan kegiatan manusia, matematika dapat dipelajari dengan

baik bila disertai dengan mengerjakannya.

Berdasarkan pernyataan para ahli tersebut, maka dengan kata

lain matematika merupakan bagian dari seluruh kegiatan dan aktivitas

manusia. Oleh karena itu, manusia akan mampu memahami dan

menguasai matematika hanya jika manusia tersebut mempelajarinya

disertai dengan mengerjakan konsep-konsep matematika baik itu

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

17

aktivitas yang dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari, maupun

aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran.

Matematika adalah satu diantara mata pelajaran yang sangat vital

dan berperan strategis dalam pembangunan iptek, karena mempelajari

matematika sama halnya melatih pola inovatif dalam memecahkan

masalah yang dihadapi. Pentingnya ilmu matematika dalam kehidupan

manusia tidak perlu diperdebatkan lagi. “Ilmu matematika tidak hanya

untuk matematika saja tetapi teori maupun pemakaiannya praktis

banyak membantu dan melayani ilmu-ilmu lain” (Ruseffendi dkk,

1993:106). Bisa dikatakan bahwa semua aspek kehidupan manusia

tidak dapat dilepaskan dari ilmu ini. Artinya bahwa matematika

digunakan oleh manusia di segala bidang.

Meskipun ilmu matematika merupakan ilmu yang sangat penting

dalam kehidupan masyarakat umum, namun sering kali ilmu ini

dipahami dengan cara yang salah. Ilmu ini sering kali sekedar

dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit sehingga banyak siswa

yang kurang menyukainya.

Matematika merupakan ilmu yang mengkaji obyek abstrak dan

mengutamakan penalaran deduktif. “Objek Matematika adalah benda

pikiran yang bersifat abstrak dan tidak dapat diamati dengan panca

indra” (Pujianti, 2004:1).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

18

2.1.7. Pembelajaran Matematika

Treffers (Zulkardi, 2001) mengklasifikasikan pendidikan matematika

berdasarkan matematika horizontal dan vertikal ke dalam empat tipe sebagai

berikut. 1) Mekanistik, pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan

tradisional yang didasarkan pada drill and practice dan pola. Pendekatan ini

menganggap siswa sebagai sebuah mesin (mekanik). 2) Empiristik,

pendekatan ini menganggap bahwa dunia adalah realistis, yang membuat

siswa dihadapkan pada sebuah situasi yang mengharuskan mereka

menggunakan aktivitas matematisasi horizontal. 3) Strukturalistik, pendekatan

ini didasarkan pada teori himpunan dan permainan yang bisa dikategorikan

ke daam matematisasi horizontal. Tetapi ditetapkan dari dunia yang dibuat

sesuai dengan kebutuhan, yang tidak ada kesamaanya dengan dunia siswa.

4) Realistik, yaitu pendekatan yang menggunakan situasi dunia nyata atau

suatu konteks sebagai titik tolak dalam belajar matematika. Pada tahap ini

siswa melakukan aktifitas matematisasi horizontal, yaitu pada saat siswa

mengorganisasikan masalah dan mencoba mengidentifikasi aspek

matematika yang ada pada masalah tersebut. Kemudian, dengan

menggunakan matematisasi vertikal siswa sampai pada tahap pembentukan

konsep.

2.1.8. Pembelajaran Matematika di SD

Proses belajar akan dirasakan bermakna jika siswa terlibat langsung dan

melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan teori belajar yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

19

dikemukakan oleh David Ausubel (Maulana, 2008b: 66) “Belajar bermakna

adalah belajar untuk memahami apa yang sudah diperolehnya, untuk

kemudian dikaitkan dan dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajar

lebih mengerti.”

2.1.9. Metode Demonstrasi

2.1.9.1. Pengertian metode demonstrasi

Metode adalah cara yang digunakan dalam menyampaikan materi

pembelajaran. Dalam suatu metode mengandung pengertian

terlaksananya kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu. Keaktifan siswa dalam

belajar mendapat perhatian utama dibandingkan keaktifan guru yang

bertindak sebagai fasilitator. Istilah metode yang penekanannya pada

keaktifan guru selanjutnya diganti dengan istilah strategi pembelajaran

yang menekankan pada kegiatan siswa (Surakhmad, 1994:96).

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk

memperhatikan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang

berkenaan dengan bahan pelajaran. Menurut Hamzah (2007: 81)

menjelaskan bahwa metode ini mengajar dengan cara memperagakan

barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik

secara langsung maupun melalui pengunaan media pengajaran yang

relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

20

Biasanya, setelah guru melakukan demonstrasi, mengajak siswa

untuk mempraktekkannya. Siswa diberi kesempatan melakukan

keterampilan atau proses yang sama di bawah bimbingan guru.

Sebagai hasilnya, peserta akan memperoleh pengalaman belajar

langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan

dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktik adalah

membuat perubahan pada ranah keterampilan. Hal ini untuk

menanamkan pengetahuan kepada siswa tentang cara menggunakan

barang atau alat yang benar atau membuktikan suatu kejadian.

Adapun tujuan peneliti menggunakan metode demonstrasi adalah

(1) memperlihatkan cara kerja suatu operasi matematika; (2)

membuktikan teori dan penggunaan alat peraga matematika; (3)

memberikan pemahaman siswa yang tidak mungkin disampaikan

secara penjelasan saja; (4) meningkatkan keterampilan menggunakan

operasi hitung perkalian dan pembagian yang menghasilkan dua

angka.

2.1.9.2. Kelebihan metode demonstrasi

Tidak ada metode yang paling baik dan sesuai untuk diterapkan

pada setiap kompetensi dasar yang akan diajarkan. Setiap metode

memilliki kelebihan dan kekurangan. Kelebiha dari metode

demonstrasi adalah sebagai berikut

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

21

a). Membantu siswa didik memahami dengan jelas jalannya suatu

proses penyelesaian operasi matematika.

b). Memudahkan menghitung operasi perkalian dan pembagian.

c). Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat

diperbaiki dengan peragaan dan contoh konkrit, dengan

menghadirkan objek sebenarnya berupa bilangan.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa metode

demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan

siswa dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-

langkah pengerjaan sesuatu dengan cara memperagakan barang,

kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara

langsung maupun melalalui penggunaan media pengajaran yang

relevan dengan bagian pelajaran.

2.1.9.3. Langkah-langkah metode demonstrasi dalam pembelajaran

Setiap metode memilki langkah-langkah sendiri yang berbeda

antara satu dengan yang lain. Perbedaan langkah tersebut menjadikan

karakteristik atau kekhasan dari metode tersebut. Adanya karakteristik

metode dalam langkah-langkahnya. Maka pembelajaran tidak dapat

hanya menggunakan satu metode saja, tetapi bisa lebih dari satu

metode.

Menurut Hamzah (2007) metode demonstrasi memiliki langkah-

langkah pembelajaran sebagai berikut:

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

22

a) Menunjukkan dan mengenalkan operasi perkalian dan pembagian

dengan menggunakan kartu perkalian dan pembagian yang akan

didemonstrasikan.

b) Memberikan penjelasan sambil menunjukkan dan memeragakan

cara mencari perkalian dan pembagian dengan menggunakan kartu

perkalian dan pembagian.

c) Siswa memperagakan kembali cara menghitung perkalian dan

pembagian dengan menggunakan kartu perkalian dan pembagian.

d) Apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam operasi hitung

perkalian dan pembagian, guru dapat memberikan bimbingan dan

peragaan kembali cara menghitung perkalian dan pembagian

dengan menggunakan media kartu perkalian dan pembagian.

2.1.9.4. Penerapan metode demonstrasi dengan media kartu

perkalian dan pembagian

Penerapan metode demonstrasi dengan media kartu perkalian

dan pembagian pada siswa dalam pembelajaran matematika dapat

berupa siswa demonstrasi menghitung perkalian dan pembagian

menggunakan kartu perkalian dan pembagian (Mardianingrum:2011).

Siswa sebelum memulai dengan menggunakan media kartu perkalian

dan pembagian, diberikan penjelasan oleh guru tentang tata cara dan

penggunaan kartu perkalian dan pembagian dengan tepat dan benar.

Kemudian, siswa dibentuk dalam satu kelompok untuk melakukan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

23

diskusi dan diberi soal latihan berupa perkalian dan pembagian yang

hasilnya dua angka untuk dikerjakan secara berkelompok, kemudian

wakil dari masing-masing kelompok mendemonstrasikan menghitung

soal perkalian dan pembagian dengan menggunakan perkalian dan

pembagian di depan kelas.

Siswa yang semula tidak aktif dalam pembelajaran akan

memperhatikan siswa lain yang berdemonstrasi memperagakan cara

menghitung perkalian dan pembagian. Dengan menggunakan media

kartu perkalian dan pembagian tersebut dapat menumbuhkan

pemahaman siswa tentang operasi hitung perkalian dan pembagian.

Pemahaman siswa yang meningkat akan berdampak pada

meningkatnya hasil belajar matematika tentang operasi hitung

perkalian dan pembagian hingga mencapai tingkat ketuntasan 75%

dari jumlah siswa kelas II dengan rata-rata klasikal di atas KKM yaitu

6,0.

2.1.10. Belajar

Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.

Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar

merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang

kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

24

perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif

permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa

diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat

kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.

Jadi, pengertian belajar adalah suatu proses untuk merubah tingkah laku

sehingga diperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi lebih baik

dari sebelumnya. Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di

dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun pada

hakikatnya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.

2.1.11. Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dalam usaha

penguasaan materi dan ilmu penegetahuan yang merupakan suatu kegiatan

yang menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Melalui belajar dapat

diperoleh hasil yang lebih baik.

Belajar berarti mengubah tingkah laku. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Suhardiman (1988) bahwa belajar adalah mengubah

tingkah laku. Belajar akan membantu terjadinya suatu perubahan pada diri

individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya dikaitkan dengan perubahan

ilmu pengetahuan, melainkan juga berbentuk percakapan, ketrampilan, sikap,

pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri. Belajar menyangkut

segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang, prestasi belajar

pada hakekatnya merupakan hasil dari belajar sebagai rangkaian jiwa raga.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

25

Psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang

berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, efektif dan

prestasi motorik.

Prestasi belajar sebagai suatu hasil belajar akan menjangkau tiga ranah

atau matra seperti yang dikemukakan oleh (Bloom dalam Dimyati, 2002),

yaitu ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik dimana ranah tersebut dipenuhi

menjadi beberapa jangkauan kemampuan. Jangkauan kemampuan ranah

kognitif tersebut adalah meliputi (1) pengetahuan dan ingatan (knowledge);

(2) Pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh (coprehention); (3)

penerapan (application) ; (4) menguraikan, menentukan hubungan (analysis);

(5) mengorganisasikan, merencanakan membentuk bangunan baru

(syntesis), dan (6) menilai (evaluation).

Termasuk kedalam ranah afektif (affective) adalah; (1) sikap menerima

(receiving); (2) partisipasi (participation); (3) menentukan penilaian (valuing);

(4) mengorganisasi (organization); dan (5) pembentukan pola hidup

(characterization).

Sedangkan ranah psikomotor menurut (Simpson dalam Dimyati, 2002)

meliputi: (1) persepsi; (2) kesiapan; (3) gerakan terbimbing; (4) gerakan yang

terbiasa; (5) gerakan kompleks; (6) pentesuaian pola gerakan; (7) kreativitas.

Dengan demikian hasil belajar dapat dikatakan sempurna apabila target

jangkauan mengenai pencapaian tingkat sebagaimana yang telah

diasebutkan sesuai denga tujuan belajar yang diharapkan siswa.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

26

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah

dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam

mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai

saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan,

pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan, ketrampilan dan

sebagaimana yang menuju pada perubahan positif. Prestasi belajar

menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah mengalami

proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan

dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Walaupun sebenarnya prestasi

ini bersifat sesaat saja, tetapi sudah dapat dikatakan bahwa siswa tersebut

benar-benar memiliki ilmu pada materi atau bahasan tertentu. Jadi, dengan

adanya prestasi belajar, orang dapat mengetahuii seberapa jauh siswa dapat

menangkap , memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu

pendidik dapat menentukan strategi belajar-mengajar yang lebih baik.

2.2. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sudah dilakukan oleh peneliti lain yang

menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian tersebut antara lain seperti yang dilakukan oleh peneliti berikut ini:

2.2.1. Anggraeni (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Prestasi

Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Trigonometri dengan Metode

Demonstrasi pada Siswa kelas III di SMP 4 Malang” yang hasilnya

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

27

menunjukkan dengan penggunaan metode demonstrasi prestasi belajar siswa

dapat meningkat.

2.2.2. Rumain (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Penguasaan

Konsep Penjumlahan Bilangan Cacah melalui Metode Demonstrasi di Kelas III

SDN Pukul Kecamatan Kraton Pasuruan” yang hasilnya dengan penerapan

metode demonstrasi dapat meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan

bilangan cacah.

2.2.3. Widowati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode

demonstrasi Menggunakan Kartu Bilangan Bulat untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika dalam menyelesaikan Penjumlahan Bilangan Bulat pada

Siswa Kelas IV SDN Kebotohan Pasuruan” dan hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi dapat

meningkatkan hasil belajar matematika dalam menyelesaikan operasi hitung

penjumlahan tersebut.

2.2.4. Mardianingrum (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode

Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas IV SDN

Purwantoro 8 Malang” menyatakan bahwa dengan metode demonstrasi dapat

meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD.

2.2.5. Hanesti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar

Jaring-jaring Kubus dan Balok melalui Metode demonstrasi di Kelas IV SDN

Tanjungrejo 2 Malang” hasilnya dengan penerapan metode demonstrasi dapat

meningkatkan hasil belajar jaring-jaring kubus dan balok pada siswa kelas IV

SDN Tanjungrejo 2 Malang.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

28

Dengan referensi kelima penelitian tersebut peneliti ingin memperbaiki prestasi

belajar siswa kelas II SDN Keniten Kecamatan Pecalungan dengan menggunakan

metode demonstrasi dengan media kartu perkalian dan pembagian.

2.3. Kerangka Berpikir

2.3.1. Kondisi Awal

Kegiatan pembelajaran matematika di kelas II SDN Keniten kurang

menarik perhatian siswa karena guru kurang memanfaatkan media yang ada di

sekitar sekolah. Siswa merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran yang selalu

monoton, kurang bervariasi sehingga menyebabkan hasil belajar yang kurang

memuaskan.

2.3.2. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika materi perkalian dan

pembagian bilangan dua angka dengan menggunakan media kartu perkalian dan

pembagian melalui metode demonstrasi siswa akan semakin mudah memahami

materi yang dipelajari. Dalam penelitian ini, pada siklus I demontrasi

penggunaaan media kartu perkalian dan pembagian dilakukan oleh siswa secara

kelompok besar. Sementara pada siklus II demontrasi penggunaaan media kartu

perkalian dan pembagian dilakukan oleh siswa secara kelompok

kecil/berpasangan.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

29

2.3.3. Kondisi Akhir

Dengan menggunakan media kartu perkalian dan pembagian melalui

metode demonstrasi diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada

siswa kelas II SDN Keniten semester II tahun pelajaran 2011/2012.

Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat penulis

gambarkan seperti pada diagram di bawah ini.

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Gambar 1 Diagram Alur Kerangka Berpikir

Tindakan

Kondisi Awal

Sudah menggunakan media kartu perkalian

dan pembagian melalui

metode demonstrasi

SIKLUS I

Menggunakan media kartu perkalian dan pembagian melalui

metode demonstrasi secara kelompok

besar

Belum menggunakan media kartu perkalian

dan pembagian melalui metode demonstrasi

Hasil belajar matematika rendah

SIKLUS II

Menggunakan media kartu perkalian dan pembagian melalui

metode demonstrasi secara kelompok

kecil

Diduga menggunakan media kartu perkalian

dan pembagian melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa kelas

II SDN Keniten semester II tahun

pelajaran 2011/2012

Kondisi Akhir

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model ...

30

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori diatas hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

penggunaan media kartu perkalian dan pembagian melalui metode demonstrasi dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas II SDN Keniten, Kecamatan

Pecalungan, kabupaten Batang semester II tahun pelajaran 2011/2012.