BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016
Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah (2016: 137-138) menyatakan
bahwa salah satu kompetensi yang akan di capai dalam pembelajaran IPA SD adalah
menunjukkan sikap ilmiah : rasa ingin tahu, jujur ,logis, kritis, disiplin, dan tanggung jawab
melalui IPA. Sikap ilmiah ini diartikan sebagai rasa keingintahuan siswa tentang cara
berpikir logis melalui pengetahuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat,
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
Pernyataan Wahyana yang dikutip dalam Trianto, (2012:136) mengatakan bahwa
IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan, tersusun secara sistematis dan dalam
penggunaannya secara umum sebatas pada pada gejala alam. Perkembangannya tidak
hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dari sikap
ilmiah.
Sikap ilmiah berasal dari rasa keingintahuan siswa tentang pemgetahuan terutama
tentang Ilmu Pengetahuan Alam sehingga pendidikan IPA diarahkan kepada peserta didik
untuk menemukan hal baru sesuai dengan metode ilmiah. Faktual merupakan
pengetahuan dasar berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa dan negara (Permendikbud nomor 20 tahun 2016 tentang SKL, 2016: 5). Dengan
siswa bersikap ilmiah, maka siswa menjadi terbiasa berpikir kritis dan logis dalam
kehidupannya.
Powler dalam Samatowa (2010:3) menyatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, tersusun secara
teratur, berlaku umum berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Adapun
ruang lingkup IPA menurut Permendikbud No 21 tahun 2016 tentang SI, meliputi alam
7
sekitar yang terdiri dari gejala alam dan kebendaan yang sistematis berupa ekosistem,
perubahan dan sifat benda dan alam semesta.
IPA merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu,
istilah mencari tahu ini sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai yang tertulis dalam
permendikbud no 21 Tahun 2016 tentang alam secara sistematis, IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang membutuhkan
keterlibatan siswa (Sulistyorini, 2007: 39).
Dari pendapat tentang IPA, maka IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, tersusun secara
teratur, dan berlaku umum berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen dengan
cara mencari tahu berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang merupakan
suatu proses penemuan dengan membutuhkan keterlibatan siswa untuk menunjukkan
rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin dengan melakukan pengamatan objek IPA
menggunakan panca indra.
Pencapaian tujuan pembelajaran ditetapkan melalui kompetensi. Kompetensi yang
dicapai bersifat generik, yang mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini
diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia
seutuhnya yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan
dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik
terdiri atas 4 (empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, yang selanjutnya disebut Kompetensi Inti (KI)
(Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Lampiran 1, 2016: 5). Empat
kompetensi tersebut merupakan tujuan kurikulum. Ke empat kompetensi tersebut dicapai
melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler
(Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD Lampiran 5, 2016: 1). Kompetensi
inti untuk tingkat kompetensi Pendidikan Dasar (Tingkat Kelas I-VI SD/MI/SDLB/PAKET
A) disajikan dalam tabel 2.1 berikut.
8
Tabel 2.1 Kompetensi Inti pada Tingkat Kompetensi Pendidikan Dasar SD/MI/SDLB/PAKET A
KOMPETENSI NTI
DESKRIPSI KOMPETENSI
Sikap Spritual 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya
Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku: a. jujur, b. disiplin, c. santun, d. percaya diri, e. peduli, dan f. bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru, dan tetangga, dan negara.
Pengetahuan 3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar dengan cara :
a. mengamati, b. menanya, dan c. mencoba Berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak: a. kreatif b. produktif, c. kritis, d. mandiri, e. kolaboratif, dan f. komunikatif Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
Sumber: Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menegah Lampiran (2016: 1).
Setiap muatan pelajaran menerapkan tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan
karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya tingkat kompetensi
dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi
kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang, berdasarkan
Permendikbud No.21 Tahun 2016, tentang Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah (2016: 2). Muatan mata pelajaran dalam Permendikbud No.21 Tahun 2016,
9
tentang Tentang Standar Isi terdiri dari tingkat kompetensi, kompetensi dan ruang lingkup
materi. Deskripsi muatan mata pelajaran IPA disajikan melalui tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 Muatan Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI/SDLB/PAKET A
Tingkat kompetensi
Kompetensi Ruang Lingkup Materi
Tingkat pendidikan Dasar( Kelas I-VI)
Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin melalui IPA.
Mengajukan pertanyaan : apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar.
Melakukan pengamatan objek IPA dengan menggunakan panca indra.
Menceritakan hasil pengamatan IPA dengan bahasa yang jelas.
Tubuh dan panca indra.
Tumbuhan dan hewan
Sifat dan wujud benda-benda sekitar
Alam semesta dan kenampakannya.
Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin melalui IPA.
Mengajukan pertanyaan : apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar.
Melakukan pengamatan objek IPA dengan menggunakan panca indra.
Mendeskripsikan konsep IPA berdasarkan hasil pengamatan
Rangka dan organ tubuh manusia dan hewan
Makanan, rantai makan an, dan keseimbangan ekosistem.
Perkembangbiakan makh luk hidup pada lingkungan
Penyesuaian diri makhluk hidup pada lingkungan.
Kesehatan dan sistem pernafasan manusia.
Perubahan dan sifat benda.
Hantaran panas listrik dan magnet.
Tata surya.
Campuran dan larutan.
Sumber: Permendikbud No.21 Tahun 2016, tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (2016: 137-138)
Kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) dari muatan IPA SD terdapat
dalam Permendikbud RI No. 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD Pendidikan dasar dan
Menengah lampiran 5 mata pelajaran IPA. KI dan KD pengetahuan dan ketrampilan kelas
5 secara rinci disajikan melalui tabel 2.3 berikut ini.
10
Tabel 2.3 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Semester 1
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
3 . Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain
4. Menyajikan pengetahuan faktual dan anak sehat, dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
KOMPETENSI DASAR (3) KOMPETENSI DASAR (4)
3.1 Menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan alat gerak manusia
4.1 Membuat model sederhana alat gerak manusia atau hewan
3.2 Menjelaskan organ pernafasan dan fungsinya pada hewan dan manusia, serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan manusia
4.2 Membuat model sederhana organ pernapasan manusia
3.3 Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia
4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia.
3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia
4.4 Menyajikan karya tentang organ peredaran darah pada manusia
3.5 Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring-jaring makanan di lingkungan sekitar
4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem
3.6 Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari
4.6 Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor
3.7 Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda dalam kehidupan sehari-hari
4.7 Melaporkan hasil percobaanpengaruh kalor pada benda
3.8 Menganalisis siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan mahluk hidup
4.8 Membuat karya tentang skema siklus air berdasarkan informasi dari berbagai sumber
3.9 Mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran)
4.9 Melaporkan hasil pengamatan sifat-sifat campuran dan komponen penyusunnya dalam kehidupan sehari-hari
Sumber: Permendikbud No.24 Tahun 2016, tentang KI-KD Pendidikan Dasar dan Menengah Lampiran 5 (2016: 3-4)
Pelaksanaan pembelajaran IPA kelas 5 diatur dalam Permendikbud No 22 Tahun
2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah BaB III, di jelaskan bahwa
Perencanaan Pembelajaran di rancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanan
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber
belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran.
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran. Sedangkan RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi
11
dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pendekatan PBL dalam mata pelajaran IPA akan memberikan pengalaman belajar
langsung bagi siswa karena terkait dengan kehidupan nyata. Menurut Slameto (2011: 7)
pendekatan PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir
tingkat tinggi artinya pendekatan PBL merupakan pembelajaran yang sangat potensial
untuk meningkatkan hasil belajar, karena langkah pembelajarannya relevan dengan
keterampilan proses pemecahan masalah.
Menurut Barrow dalam Huda, (2014 : 271) mendefisinikan PBL sebagai
pembelajaran yang diperoleh melalui proses yang menuju pemahaman akan resolusi
suatu masalah. Masalah tersebut ditemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran.
PBL merupakan pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa
yang masalahnya dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari siswa. Secara garis
besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan kepada siswa suatu masalah autentik. PBL
menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses belajar siswa sebelum mengetahui
konsep formal.
Pendapat Nursalam dan Ferry dikutip oleh Putra (2013: 66), bahwa “PBL
didefinisikan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
bahwa masalah dapat dijadikan sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun
mengintegrasikan ilmu baru.”
Berdasarkan pendapat para ahli tentang definisi PBL, maka PBL dapat
didefinisikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melatih dan mengembangkan
kemampuan penyelesaian masalah autentik siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam
12
pemahaman resolusi masalah sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun
mengintegrasikan ilmu baru.
Dalam pelaksanaan PBL, PBL memiliki karakteristik. Karakteristik PBL menurut
Rusman (2012: 232), berorientasi pada permasalahan yang menjadi titik awal dalam
pembelajaran. Permasalahan yang diangkat merupakan permasalahan yang ada di
lingkungan siswa untuk kemudian dipecahkan berdasarkan pengetahuan serta
pengalaman siswa yang didukung oleh fakta yang ada. Permasalahan tersebut dimiliki
oleh siswa. Bagaimana siswa berusaha menyelesaikan masalah berdasarkan ketiga hal
yang dimiliki masing-masing siswa untuk kemudian disatukan dan dipecahkan secara
berkelompok. Dalam prosesnya, pemecahan masalah melibatkan berbagai sumber belajar
yang nantinya diakhiri dengan evaluasi dari informasi yang sudah didapat dari berbagai
sumber belajar agar diperoleh solusi pemecahan masalah yang paling tepat.
Langkah-langkah pelaksanaan Pendekatan PBL
Langkah-langkah pendekatan PBL menurut Jumanta Hamdayana (2014: 212)
sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah yaitu siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan 2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah dari berbagai sudut pandang 3. Merumuskan hipotesa, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan
masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari data dan menggambarkan informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah. 5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. 6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Menurut Arends (2008: 57) terdapat lima tahapan dalam pendekatan PBL
diantaranya :
1. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa, yaitu menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Mengorganisasi siswa untuk meneliti, yaitu membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
3. Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok, yaitu membimbing penyelidikan individu maupun kelompok untuk mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan pemecahan.
13
4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja, yaitu membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, vdeo, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah, yaitu membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya pemechan masalah.
Langkah-langkah pendekatan PBL menurut Nurhadi (2004: 111)
1. Orientasi siswa pada masalah, siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar, siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok, siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, serta saling berbagi tugas dengan kelompoknya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses, siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan serta proses pemecahan masalah.
Berdasarkan tiga pendapat tentang pendekatan PBL, maka dapat disimpulkan
bahwa langkah-langkah pendekatan PBL adalah sebagai berikut :
1. Menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran
2. Merumuskan masalah
3. Menganalisis masalah
4. Merumuskan hipotesa
5. Mengumpulkan informasi yang sesuai atau melakukan eksperimen
6. Pengujian hipotesa
7. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
8. Membuat laporan
9. Menyajikan karya laporan pemecahan masalah
10. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Kelebihan dan Kekurangan pendekatan PBL
Setiap pendekatan dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan,
seperti halnya dalam pendekatan PBL memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun yang
menjadi kelebihan dari pendekatan PBL menurut Ibrahim dan Nur (2000) dalam Agus N.
Cahyo (2013: 285) diantaranya:
14
1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi,
3. Pengetahuan tertananm berdasarkan skema yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna,
4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivsi dan ketertarikan siswa twerhadap bahan yang dipelajari,
5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif di antara siswa,
6. Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.
Kelemahan pendekatan PBL, menurut Aisyah (2011: 7) adalah bahwa dalam
pembelajaran dengan menggunakan PBL, membutuhkan waktu yang lama untuk
menyelesaikan satu siklus pembelajaran.
Sintak Pembelajaran Pendekatan Problem Based Learning (PBL)
Tabel 2.4 Sintak Pembelajaran Pendekatan Problem Based Learning (PBL)
Kegiatan Guru Langkah-langkah PBL Kegiatan Siswa
1.1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
1. Menyimak tujuan pembelajaran
1.1 Siswa menyimak tujuan pembelajaran
1.2 Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran
2. Merumuskan masalah 1.2 Siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan yang berkaitan dengan data-data yang dikumpulkan.
1.3 Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan permasalahan
3. Menganalisis masalah 1.3 Siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang
1.4 Guru membantu siswamenentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah
4. Merumuskan hipotesa 1.4 siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan .
1.5 Guru membimbing penyelidikan kelompok dan mendorong siswa mendapatkan pemecahan masalah
5. Mengumpulkan informasi yang sesuai atau melakukan eksperimen
1.5 langkah siswa untuk mengumpulkan data yang relevan dan memetakanserta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.
15
1.6 Guru membantu siswa menguji rumusan permasalahan
6. Pengujian Hipotesa 1.6 Langkah siswa dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
1.7 Guru membantu siswa membuat pemecahan masalah.
7. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
1.7 Siswa memiliki kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
1.8 Guru membantu siswa meyiapkan karya sesuai laporan
8. Membuat laporan 1.8 Siswa mampu membuat laporan dari dari rumusan masalah yang telah disajikan
1.9 Guru membantu siswa mempresentasikan karya laporan pemecahan masalah
9. Menyajikan karya laporan pemecahan masalah
1.9 Siswa mampu menyajikan hasil karya laporannya
1.10 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan permasalahan
10. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
1.10 Siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.
2.1.3 Hasil Belajar
Menurut Darmansyah ( 2006 : 124), hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap
kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Ini berarti ada proses belajar
yang merupakan kemampuan siswa yang harus diukur melalui angka.
Guru dapat menilai peserta didik tidak hanya berkenaan dengan hasil belajar
peserta didik tetapi meliputi proses pembelajaran. Selanjutnya Permendikbud No. 23 tahun
2016 tentang standar penilaian pendidikan (2016 : 6 ), Penilaian hasil belajar oleh peserta
didik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang
diperlukan. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup penilaian otentik,
penilaian diri, penilaian berbasis portopolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah
semerter, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi,
ujian nasional dan ujian sekolah/madrasah (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2014:90).
16
Penilaian hasil belajar peserta didik bersifat utuh dan menyeluruh, yakni mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang
(Wardani Naniek Sulistya, 2016:82). Ke tiga kompetensi tersebut oleh Wardani Naniek
Sulistya (2016:111) dinamakan dengan taksonomi tujuan belajar. Taksonomi tujuan belajar
menurut Benyamin S.Bloom, David Krathwohl serta Norman E. Gronlund dan RW de
Maclay ds adalah sebagai berikut:
1. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah sikap ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
ini dibagi ke dalam lima jenjang, yaitu menerima atau memperhatikan (receiving atau
attending), menanggapi (responding), menilai sama dengan menghargai (valuing),
mengatur atau mengorganisasikan (organizing) dan karakteristik dari nilai atau
kelompok nilai (Wardani NS., dkk., (2014: 115-116).
2. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah
kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai
dengan jenjang yang paling tinggi. Taksonomi tujuan belajar domain kognitif dari
Benyamin S. Bloom (1956) yang disempurnakan oleh Krathwol terdiri dari enam
jenjang atau aspek, yakni pengetahuan/ hafalan/ingatan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), penilaian/
penghargaan/evaluasi (evaluation). dan membuat (create) (Wardani NS., dkk., 2014:
111-112).
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Jenjang ranah psikomotorik adalah berkaitan dengan kemampuan fisik yaitu persepsi,
kesiapan, respon terpimpin, mekanisme penggunaan sejumlah skill dan respon yang
kompleks (Wardani NS., dkk., (2014: 115-116).
Mendasarkan pada pengertian hasil belajar menurut Darmansyah, Wardani
Naniek Sulistya, dan Nasution, maka hasil belajar merupakan suatu pengukuran sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan pada saat proses belajar dan akhir belajar.
17
Penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Prinsip penilaian hasil belajar
dalam pasal 5 (2016:12-13) adalah:
1. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur; 2. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai; 3. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan
khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender;
4. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
5. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
6. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik;
7. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;
8. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan
9. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi
proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan (Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian
pendidikan, pasal 4: 12).
Penilaian yang dilakukan pendidik untuk mencapai kompetensi yang ditentukan
dalam SK dan KD. Ukuran yang digunakan untuk ketercapaian kompetensi adalah
indikator dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang berupa butir soal. Dari butir
soal yang telah dijawab oleh siswa dilakukan analisis butir. Hasil analisis butir akan
diketahui tingkat kesukaran butir soal, validitas dan reliabilitas butir soal. Dari tes dapat
diketahui seberapa besar kompetensi yang dimiliki siswa, sehingga disinilah peran
evaluasi, yakni tindak lanjut dari skor tes yang diperoleh untuk menentukan peserta didik
untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, atau remidial. Pada prinsipnya semua siswa
dilayani sesuai dengan bakat, minat dan kemampuanya. Penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada KI dan KD. Hal ini berarti bahwa semua indikator harus dibuatkan butir
18
soalnya, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar apa saja yang
sudah atau belum dikuasai siswa. Hal ini dijadikan dasar menentukan keputusan,
melanjutkan ke jenjang berikutnya, atau remidial. Pada prinsipnya, semua siswa dilayani
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
Teknik dan Instrumen Penilaian
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan, 2016: 2).
Pengukuran adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-
angka suatu gejala atau peristiwa atau benda (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012:47).
Dalam Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan (2016:
bab VII pasal 14) tentang Instrumen Penilaian menyatakan bahwa :
1. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
2. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.
3. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun
Menurut instrumen penilaian diatas bahwa validitas empirik digunakan sebagai
perbandingan atau tolak ukur keberhasilan antar sekolah. Yang dimaksud dengan validitas
empirik adalah hasil skor pengukuran yang dinyatakan secara empirik atau berupa data-
data kuantitatif hasil belajar peserta didik yang diperoleh selama pembelajaran seperti
raport dan ijasah.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan,
pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan (Permendikbud nomor 23
tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan, 2016: 5).
Pengolahan hasil tes merupakan kegiatan lanjutan dari pengukuran yang berupa
tes, yaitu memeriksa hasil tes dan mencocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban
untuk tes kognitif. Terdapat dua pedoman penilaian hasil belajar yang berlaku, yaitu
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
19
Dalam pendekatan PAN kelulusan seseorang ditentukan oleh kedudukan
seseorang dalam kelompok itu. Untuk PAN diperlukan untuk menentukan ranking peserta
didik dalam kelas. Penilaian dikatakan menggunakan pendekatan PAN apabila nilai-nilai
yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa lain yang termasuk dalam
kelompok itu. Yang dimaksud dengan norma dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi
kelompok. Sedangkan yang dimaksud kelompok adalah semua siswa yang mengikuti tes
tersebut. Selain itu dari hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan
penguasaan siswa tentang materi pembelajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukan
kedudukan siswa didalam peringkat kelompoknya.
Dalam pendekatan PAP, kelulusan seseorang ditentukan oleh kriteria tertentu,
yang dalam proses pembelajaran selalu mengacu pada tujuan/KD dan indikator. PAP
selalu digunakan dalam sistem belajar tuntas, misalnya seseorang dikatakan telah
menguasai satu pokok bahasan, bila peserta didik telah mampu menjawab dengan betul
80% KKM. Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum
dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya
dapat dikembangkan. Guru dan setiap siswa mendapat manfaat dari adanya PAP
(Wardani. Naniek Sulistya, dkk. 2014:124).
Jadi hasil belajar merupakan suatu pengukuran sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang dilakukan pada saat proses belajar dan akhir belajar dan dinyatakan
dengan KKM.
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang relevan mengenai pendekatan PBL dalam
pembelajaran yang telah dipublikasikan dalam pembelajaran. Hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendekatan PBL merupakan pendekatan yang efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut adalah kajian hasil penelitian yang relevan.
Penelitian yang dilakukan Sri Sukaptiyah pada tahun 2014 dengan judul,
“Peningkatan hasil belajar PKn melalui model problem based learning pada siswa kelas 6
SD Negeri 1 Mongkrong, Wonosegoro semester 1 tahun pelajaran 2014/2015”. Kelebihan
dari penelitian ini adalah dapat menunjukkan bahwa ada peningkatan persentase hasil
belajar IPA berdasarkan ketuntasan belajar siswa setelah dilakukan perbaikan
20
pembelajaran dengan tindakan berupa pendekatan problem based learning yakni
ketuntasan belajar dicapai oleh 13 siswa atau 68,4% dari 19 siswa, meningkat menjadi 16
atau 84,2% dari jumlah siswa pada siklus I dan siklus II menjadi 19 siswa atau 100%
tuntas. Namun kekurangan dalam penelitian ini yaitu penelitian tidak melakukan penilaian
terhadap keterampilan dan sikap belajar siswa yang muncul pada saat siswa melakukan
aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran PBL. Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini
akan mengukur hasil belajar melalui aspek afektif, kognitif dan keterampilan.
Penelitian yang dilakukan oleh I GD. Agus Siswantara, I. B Surya Manuaba, I GD.
Meter pada tahun 2012 yang berjudul “Penerapan model problem based learning (PBL)
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri 8 Kesiman
tahun 2012/2013”. Kelebihan penelitian PBL ini adalah dapat meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas 4 di SD Negeri 8 Kesiman melalui pembelajaran PBL. Hal ini terlihat dari
adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa pada siklus I mencapai 66,33% dari seluruh
siswa kriteria hasil belajar IPA sedang dengan ketuntasan klasikal sebesar 56,67%. Pada
siklus II mencapai 81,67% dari seluruh siswa kriteria hasil belajar IPA tinggi dengan
ketuntasan klasikal 86,67%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
sebesar 15% dan ketuntasan klasikal sebesar 30%. Kekurangan dari penelitian ini adalah
hanya meneliti meningkatnya skor hasil belajar IPA saja, sedangkan proses dalam
pembelajaran model PBL tidak dilakukan pengukuran. Oleh karena itu, maka dalam
penelitian ini akan mengukur proses belajar untuk mencapai aspek afektif dan
keterampilan peserta didik.
Penelitian yang dilakukan oleh Farles Derawati tahun 2013 dengan judul, “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar siswa pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Gaya Magnet
Dengan Menggunakan Model Problem Based Learning di Kelas 5 SD Negeri 25 Bengkulu
Selatan”. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri atas
tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil dari penelitian ini pada
siklus I pengamatan terhadap aktivitas guru skor = 21 dengan kategori cukup, meningkat
pada siklus II menjadi 27 dengan kategori baik. Pengamatan terhadap aktivitas siswa skor
= 19 dengan kategori cukup, meningkat pada siklus II skor 27 dengan kategori baik. Hasil
belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata 76,9 didapat persentase ketuntasan belajar
53,8%. Kelebihan hasil penelitian tersebut dengan penerapan model Problem Based
21
Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dan guru serta hasil belajar pada proses
pembelajaran siswa kelas 5 SD Negeri 25 Bengkulu Selatan. Kekurangan penelitian ini
yaitu penelitian tidak melakukan penilaian terhadap keterampilan belajar siswa yang
muncul pada saat siswa melakukan aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran PBL.
Secara rinci rekapitulasi hasil kajian penelitian yang relevan dan terkait dengan
penelitian tentang PBL dan hasil belajal diisajikan melalui tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.5 Rekapitulasi Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Nama Tahun Penelitian
Jenis Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 2 Kelebihan Kelemahan
Sri Sukaptiyah
2014 PTK Model PBL
Hasil Belajar
PKn
Ada peningkatan hasil belajar PKn dari 68,4 %, ke 84,2 %, naik menjadi 100%
Pengukuran hasil belajar PKn mencakup aspek kognitif.
I GD. Agus Siswantara, I. B Surya Manuaba, I GD. Meter
2012 PTK Model PBL
Hasil Belajar IPA
Ada peningkatan hasil belajar PKn dari 66,33 %, ke 86,67 %, naik menjadi 15% dan ketuntasan klasikal sebesar 30%
Pengukuran hasil belajar IPA mencakup aspek afektif.
Farles Derawati
2013 PTK Model PBL
Hasil Belajar
Ada peningkatan hasil belajar IPA mencapai 53,8%
Pengukuran hasil belajar IPA mencakup aspek keterampilan.
Dari beberapa hasil penelitian di atas, nampak terdapat peningkatan hasil belajar
IPA siswa, setelah menggunakan pendekatan PBL.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA yang telah di SDN Maguan Kecamatan Kaliori, Kabupaten
Rembang masih belum mencapai maksimal dan efisien, yang ditunjukkan dengan
persentase ketuntasan mencapai 28% dari seluruh siswa yang ada atau 6 dari 21 siswa
22
denga KKM≥ 80. Dalam pembelajaran IPA di kelas, Guru mengajar secara konvensional,
yaitu guru menyampaikan materi secara ceramah dan terus menerus. Sedangkanaktivitas
siswa dalam proses belajar itu adalah siswa duduk diam, mendengarkan penjelasan guru.
Siswa tidak pernah diberi permasalahan yang harus dipecahkannya sendiri, melalui upaya
untuk mencari jawaban atas pemecahan permasalahan. Kondisi yang demikian, perlu
diperbaiki dalam pembelajaran, dengan membuat desain pembelajaran yang mendorong
siswa untuk belajar memecahkan permasalahan. Selain itu pengukuran yang dilakukan
oleh guru tidak mengukur sikap dan keterampilan (non tes), namun hanya menggunakan
tes saja.
Pembelajaran yang berlangsung berbasis pada guru tidak efektif, karena kurang
terdapat interaksi baik antara guru dan siswa, maupun siswa dengan siswa itu sendiri.
Dengan pembelajaran yang seperti ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Maka dari itu salah satu cara meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa adalah pendekatan PBL dan pengukuran hasil belajar
IPA.
Pembelajaran dengan pendekatan PBL, melibatkan siswa dalam belajar, sehingga
hasil belajar siswa meningkat, apalagi pengukuran hasil belajar dengan menggunakan
teknik pengukuran tes dan teknik non tes.
Pendekatan PBL adalah pembelajaran IPA dengan KD 3.3 Menjelaskan organ
pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan
organ pencernaan manusia dan KD 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan
fungsi pencernaan pada hewan atau manusia serta KD 3.4 Menjelaskan organ peredaran
darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ
peredaran darah manusia dan KD 4.4 Menyajikan karya tentang organ peredaran darah
pada manusia, yang melatih dan mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah
autentik siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam pemahaman resolusi masalah sebagai
titik awal untuk mendapatkan ataupun mengintegrasikan ilmu baru, dengan menggunakan
langkah–langkah sebagai berikut:
1. Menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran organ pencernaan, fungsi dan
cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia
23
2. Merumuskan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia
3. Menganalisis masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan manusia
4. Merumuskan hipotesa gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia
5. Mengumpulkan informasi tentang gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia
6. Pengujian hipotesis tentang gangguan fungsi Organ Percernaan Manusia
7. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan
Manusia
8. Membuat laporan gangguan fungsi Organ Perncernaan Manusia.
9. Menyajikan karya tentang pemecahan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan
Manusia.
Langkah-langkah pendekatan PBL merupakan upaya untuk meningkatkan hasil
belajar IPA. Hasil belajar IPA merupakan total skor dari pengukuran pengetahuan dan
keterampilan yang dilakukan pada saat proses belajar dan akhir belajar. Pengukuran
proses dilakukan untuk mengukur aspek ketrampilan siswa yakni melalui aktivitas
menyajikan atau mempresentasikan hasil laporan hubungan kesehatan dengan
pencernaan.
Penjelasan secara rinci kerangka berfikir disajikan melalui gambar 2.1
Peningkatan hasil belajar IPA melalui penedekatan PBL.
24
Pembelajaran Konvensional
Pendekatan Pembelajaran PBL
Hasil belajar ≤ KKM 80
Pembelajaran IPA
KD 3.3 . Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia.
KD 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia
KD 3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia
KD 4.4 . Menyajikan karya tentang organ peredaran darah pada manusia
Menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran organ pencernaan manusia
Merumuskan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia
Menganalisis masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia
Merumuskan hipotesa gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia
Mengumpulkan informasi gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia
Pengujian hipotesis tentang gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia
Membuat laporan gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia
Butir Soal pengetahuan Skor Pengetahuan
Skor
Keterampilan
Has
il B
elaj
ar m
enin
gkat
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui PBL
Merumuskan rekomendasi pemecahan gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia
Menyajikan karya laporan pemecahan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan
Manusia
Rubrik Penilaian Keterampilan
Butir Soal pengetahuan Skor Pengetahuan
25
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 3.3 Menjelaskan organ pencernaan dan
fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ
pencernaan manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL siswa kelas 5
SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1 tahun
pelajaran 2016/2017.
2. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ
dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia diduga dapat diupayakan melalui
pendekatan PBL siswa kelas 5 SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten
Rembang semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.
3. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan
fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran
darah manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL siswa kelas 5 SD
Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1 tahun pelajaran
2016/2017.
4. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 4.4 Menyajikan karya tentang organ
peredaran darah pada manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL
siswa kelas 5 SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1
tahun pelajaran 2016/2017.