BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1...

20
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah (2016: 137-138) menyatakan bahwa salah satu kompetensi yang akan di capai dalam pembelajaran IPA SD adalah menunjukkan sikap ilmiah : rasa ingin tahu, jujur ,logis, kritis, disiplin, dan tanggung jawab melalui IPA. Sikap ilmiah ini diartikan sebagai rasa keingintahuan siswa tentang cara berpikir logis melalui pengetahuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pernyataan Wahyana yang dikutip dalam Trianto, (2012:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan, tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum sebatas pada pada gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dari sikap ilmiah. Sikap ilmiah berasal dari rasa keingintahuan siswa tentang pemgetahuan terutama tentang Ilmu Pengetahuan Alam sehingga pendidikan IPA diarahkan kepada peserta didik untuk menemukan hal baru sesuai dengan metode ilmiah. Faktual merupakan pengetahuan dasar berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa dan negara (Permendikbud nomor 20 tahun 2016 tentang SKL, 2016: 5). Dengan siswa bersikap ilmiah, maka siswa menjadi terbiasa berpikir kritis dan logis dalam kehidupannya. Powler dalam Samatowa (2010:3) menyatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, tersusun secara teratur, berlaku umum berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Adapun ruang lingkup IPA menurut Permendikbud No 21 tahun 2016 tentang SI, meliputi alam

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016

Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah (2016: 137-138) menyatakan

bahwa salah satu kompetensi yang akan di capai dalam pembelajaran IPA SD adalah

menunjukkan sikap ilmiah : rasa ingin tahu, jujur ,logis, kritis, disiplin, dan tanggung jawab

melalui IPA. Sikap ilmiah ini diartikan sebagai rasa keingintahuan siswa tentang cara

berpikir logis melalui pengetahuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat,

sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitar.

Pernyataan Wahyana yang dikutip dalam Trianto, (2012:136) mengatakan bahwa

IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan, tersusun secara sistematis dan dalam

penggunaannya secara umum sebatas pada pada gejala alam. Perkembangannya tidak

hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dari sikap

ilmiah.

Sikap ilmiah berasal dari rasa keingintahuan siswa tentang pemgetahuan terutama

tentang Ilmu Pengetahuan Alam sehingga pendidikan IPA diarahkan kepada peserta didik

untuk menemukan hal baru sesuai dengan metode ilmiah. Faktual merupakan

pengetahuan dasar berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya

terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,

bangsa dan negara (Permendikbud nomor 20 tahun 2016 tentang SKL, 2016: 5). Dengan

siswa bersikap ilmiah, maka siswa menjadi terbiasa berpikir kritis dan logis dalam

kehidupannya.

Powler dalam Samatowa (2010:3) menyatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang

berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, tersusun secara

teratur, berlaku umum berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Adapun

ruang lingkup IPA menurut Permendikbud No 21 tahun 2016 tentang SI, meliputi alam

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

7

sekitar yang terdiri dari gejala alam dan kebendaan yang sistematis berupa ekosistem,

perubahan dan sifat benda dan alam semesta.

IPA merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu,

istilah mencari tahu ini sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai yang tertulis dalam

permendikbud no 21 Tahun 2016 tentang alam secara sistematis, IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang membutuhkan

keterlibatan siswa (Sulistyorini, 2007: 39).

Dari pendapat tentang IPA, maka IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang

berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, tersusun secara

teratur, dan berlaku umum berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen dengan

cara mencari tahu berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang merupakan

suatu proses penemuan dengan membutuhkan keterlibatan siswa untuk menunjukkan

rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin dengan melakukan pengamatan objek IPA

menggunakan panca indra.

Pencapaian tujuan pembelajaran ditetapkan melalui kompetensi. Kompetensi yang

dicapai bersifat generik, yang mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan

keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini

diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia

seutuhnya yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan

dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik

terdiri atas 4 (empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial,

pengetahuan, dan keterampilan, yang selanjutnya disebut Kompetensi Inti (KI)

(Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Lampiran 1, 2016: 5). Empat

kompetensi tersebut merupakan tujuan kurikulum. Ke empat kompetensi tersebut dicapai

melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler

(Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD Lampiran 5, 2016: 1). Kompetensi

inti untuk tingkat kompetensi Pendidikan Dasar (Tingkat Kelas I-VI SD/MI/SDLB/PAKET

A) disajikan dalam tabel 2.1 berikut.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

8

Tabel 2.1 Kompetensi Inti pada Tingkat Kompetensi Pendidikan Dasar SD/MI/SDLB/PAKET A

KOMPETENSI NTI

DESKRIPSI KOMPETENSI

Sikap Spritual 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku: a. jujur, b. disiplin, c. santun, d. percaya diri, e. peduli, dan f. bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga,

teman, guru, dan tetangga, dan negara.

Pengetahuan 3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar dengan cara :

a. mengamati, b. menanya, dan c. mencoba Berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak: a. kreatif b. produktif, c. kritis, d. mandiri, e. kolaboratif, dan f. komunikatif Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

Sumber: Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan

Menegah Lampiran (2016: 1).

Setiap muatan pelajaran menerapkan tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan

karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya tingkat kompetensi

dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi

kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang, berdasarkan

Permendikbud No.21 Tahun 2016, tentang Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan

Menengah (2016: 2). Muatan mata pelajaran dalam Permendikbud No.21 Tahun 2016,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

9

tentang Tentang Standar Isi terdiri dari tingkat kompetensi, kompetensi dan ruang lingkup

materi. Deskripsi muatan mata pelajaran IPA disajikan melalui tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Muatan Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI/SDLB/PAKET A

Tingkat kompetensi

Kompetensi Ruang Lingkup Materi

Tingkat pendidikan Dasar( Kelas I-VI)

Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin melalui IPA.

Mengajukan pertanyaan : apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar.

Melakukan pengamatan objek IPA dengan menggunakan panca indra.

Menceritakan hasil pengamatan IPA dengan bahasa yang jelas.

Tubuh dan panca indra.

Tumbuhan dan hewan

Sifat dan wujud benda-benda sekitar

Alam semesta dan kenampakannya.

Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin melalui IPA.

Mengajukan pertanyaan : apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar.

Melakukan pengamatan objek IPA dengan menggunakan panca indra.

Mendeskripsikan konsep IPA berdasarkan hasil pengamatan

Rangka dan organ tubuh manusia dan hewan

Makanan, rantai makan an, dan keseimbangan ekosistem.

Perkembangbiakan makh luk hidup pada lingkungan

Penyesuaian diri makhluk hidup pada lingkungan.

Kesehatan dan sistem pernafasan manusia.

Perubahan dan sifat benda.

Hantaran panas listrik dan magnet.

Tata surya.

Campuran dan larutan.

Sumber: Permendikbud No.21 Tahun 2016, tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (2016: 137-138)

Kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) dari muatan IPA SD terdapat

dalam Permendikbud RI No. 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD Pendidikan dasar dan

Menengah lampiran 5 mata pelajaran IPA. KI dan KD pengetahuan dan ketrampilan kelas

5 secara rinci disajikan melalui tabel 2.3 berikut ini.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

10

Tabel 2.3 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Semester 1

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)

3 . Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain

4. Menyajikan pengetahuan faktual dan anak sehat, dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

KOMPETENSI DASAR (3) KOMPETENSI DASAR (4)

3.1 Menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan alat gerak manusia

4.1 Membuat model sederhana alat gerak manusia atau hewan

3.2 Menjelaskan organ pernafasan dan fungsinya pada hewan dan manusia, serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan manusia

4.2 Membuat model sederhana organ pernapasan manusia

3.3 Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia

4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia.

3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia

4.4 Menyajikan karya tentang organ peredaran darah pada manusia

3.5 Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring-jaring makanan di lingkungan sekitar

4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem

3.6 Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari

4.6 Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor

3.7 Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda dalam kehidupan sehari-hari

4.7 Melaporkan hasil percobaanpengaruh kalor pada benda

3.8 Menganalisis siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan mahluk hidup

4.8 Membuat karya tentang skema siklus air berdasarkan informasi dari berbagai sumber

3.9 Mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran)

4.9 Melaporkan hasil pengamatan sifat-sifat campuran dan komponen penyusunnya dalam kehidupan sehari-hari

Sumber: Permendikbud No.24 Tahun 2016, tentang KI-KD Pendidikan Dasar dan Menengah Lampiran 5 (2016: 3-4)

Pelaksanaan pembelajaran IPA kelas 5 diatur dalam Permendikbud No 22 Tahun

2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah BaB III, di jelaskan bahwa

Perencanaan Pembelajaran di rancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanan

Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber

belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran.

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap

bahan kajian mata pelajaran. Sedangkan RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran

tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

11

dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara

lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pendekatan PBL dalam mata pelajaran IPA akan memberikan pengalaman belajar

langsung bagi siswa karena terkait dengan kehidupan nyata. Menurut Slameto (2011: 7)

pendekatan PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang melatih dan

mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada

masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir

tingkat tinggi artinya pendekatan PBL merupakan pembelajaran yang sangat potensial

untuk meningkatkan hasil belajar, karena langkah pembelajarannya relevan dengan

keterampilan proses pemecahan masalah.

Menurut Barrow dalam Huda, (2014 : 271) mendefisinikan PBL sebagai

pembelajaran yang diperoleh melalui proses yang menuju pemahaman akan resolusi

suatu masalah. Masalah tersebut ditemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran.

PBL merupakan pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa

yang masalahnya dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari siswa. Secara garis

besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan kepada siswa suatu masalah autentik. PBL

menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses belajar siswa sebelum mengetahui

konsep formal.

Pendapat Nursalam dan Ferry dikutip oleh Putra (2013: 66), bahwa “PBL

didefinisikan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip

bahwa masalah dapat dijadikan sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun

mengintegrasikan ilmu baru.”

Berdasarkan pendapat para ahli tentang definisi PBL, maka PBL dapat

didefinisikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melatih dan mengembangkan

kemampuan penyelesaian masalah autentik siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

12

pemahaman resolusi masalah sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun

mengintegrasikan ilmu baru.

Dalam pelaksanaan PBL, PBL memiliki karakteristik. Karakteristik PBL menurut

Rusman (2012: 232), berorientasi pada permasalahan yang menjadi titik awal dalam

pembelajaran. Permasalahan yang diangkat merupakan permasalahan yang ada di

lingkungan siswa untuk kemudian dipecahkan berdasarkan pengetahuan serta

pengalaman siswa yang didukung oleh fakta yang ada. Permasalahan tersebut dimiliki

oleh siswa. Bagaimana siswa berusaha menyelesaikan masalah berdasarkan ketiga hal

yang dimiliki masing-masing siswa untuk kemudian disatukan dan dipecahkan secara

berkelompok. Dalam prosesnya, pemecahan masalah melibatkan berbagai sumber belajar

yang nantinya diakhiri dengan evaluasi dari informasi yang sudah didapat dari berbagai

sumber belajar agar diperoleh solusi pemecahan masalah yang paling tepat.

Langkah-langkah pelaksanaan Pendekatan PBL

Langkah-langkah pendekatan PBL menurut Jumanta Hamdayana (2014: 212)

sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah yaitu siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan 2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah dari berbagai sudut pandang 3. Merumuskan hipotesa, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan

masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari data dan menggambarkan informasi yang

diperlukan untuk pemecahan masalah. 5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai

dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. 6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan

rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Menurut Arends (2008: 57) terdapat lima tahapan dalam pendekatan PBL

diantaranya :

1. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa, yaitu menjelaskan tujuan

pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2. Mengorganisasi siswa untuk meneliti, yaitu membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

3. Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok, yaitu membimbing penyelidikan individu maupun kelompok untuk mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan pemecahan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

13

4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja, yaitu membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, vdeo, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah, yaitu membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya pemechan masalah.

Langkah-langkah pendekatan PBL menurut Nurhadi (2004: 111)

1. Orientasi siswa pada masalah, siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar, siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok, siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, serta saling berbagi tugas dengan kelompoknya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses, siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan serta proses pemecahan masalah.

Berdasarkan tiga pendapat tentang pendekatan PBL, maka dapat disimpulkan

bahwa langkah-langkah pendekatan PBL adalah sebagai berikut :

1. Menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran

2. Merumuskan masalah

3. Menganalisis masalah

4. Merumuskan hipotesa

5. Mengumpulkan informasi yang sesuai atau melakukan eksperimen

6. Pengujian hipotesa

7. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah

8. Membuat laporan

9. Menyajikan karya laporan pemecahan masalah

10. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Kelebihan dan Kekurangan pendekatan PBL

Setiap pendekatan dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan,

seperti halnya dalam pendekatan PBL memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun yang

menjadi kelebihan dari pendekatan PBL menurut Ibrahim dan Nur (2000) dalam Agus N.

Cahyo (2013: 285) diantaranya:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

14

1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.

2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi,

3. Pengetahuan tertananm berdasarkan skema yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna,

4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivsi dan ketertarikan siswa twerhadap bahan yang dipelajari,

5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif di antara siswa,

6. Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

Kelemahan pendekatan PBL, menurut Aisyah (2011: 7) adalah bahwa dalam

pembelajaran dengan menggunakan PBL, membutuhkan waktu yang lama untuk

menyelesaikan satu siklus pembelajaran.

Sintak Pembelajaran Pendekatan Problem Based Learning (PBL)

Tabel 2.4 Sintak Pembelajaran Pendekatan Problem Based Learning (PBL)

Kegiatan Guru Langkah-langkah PBL Kegiatan Siswa

1.1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

1. Menyimak tujuan pembelajaran

1.1 Siswa menyimak tujuan pembelajaran

1.2 Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran

2. Merumuskan masalah 1.2 Siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan yang berkaitan dengan data-data yang dikumpulkan.

1.3 Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan permasalahan

3. Menganalisis masalah 1.3 Siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang

1.4 Guru membantu siswamenentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah

4. Merumuskan hipotesa 1.4 siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan .

1.5 Guru membimbing penyelidikan kelompok dan mendorong siswa mendapatkan pemecahan masalah

5. Mengumpulkan informasi yang sesuai atau melakukan eksperimen

1.5 langkah siswa untuk mengumpulkan data yang relevan dan memetakanserta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

15

1.6 Guru membantu siswa menguji rumusan permasalahan

6. Pengujian Hipotesa 1.6 Langkah siswa dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan

1.7 Guru membantu siswa membuat pemecahan masalah.

7. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah

1.7 Siswa memiliki kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.

1.8 Guru membantu siswa meyiapkan karya sesuai laporan

8. Membuat laporan 1.8 Siswa mampu membuat laporan dari dari rumusan masalah yang telah disajikan

1.9 Guru membantu siswa mempresentasikan karya laporan pemecahan masalah

9. Menyajikan karya laporan pemecahan masalah

1.9 Siswa mampu menyajikan hasil karya laporannya

1.10 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan permasalahan

10. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

1.10 Siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Darmansyah ( 2006 : 124), hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap

kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Ini berarti ada proses belajar

yang merupakan kemampuan siswa yang harus diukur melalui angka.

Guru dapat menilai peserta didik tidak hanya berkenaan dengan hasil belajar

peserta didik tetapi meliputi proses pembelajaran. Selanjutnya Permendikbud No. 23 tahun

2016 tentang standar penilaian pendidikan (2016 : 6 ), Penilaian hasil belajar oleh peserta

didik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang

diperlukan. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup penilaian otentik,

penilaian diri, penilaian berbasis portopolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah

semerter, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi,

ujian nasional dan ujian sekolah/madrasah (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2014:90).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

16

Penilaian hasil belajar peserta didik bersifat utuh dan menyeluruh, yakni mencakup

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang

(Wardani Naniek Sulistya, 2016:82). Ke tiga kompetensi tersebut oleh Wardani Naniek

Sulistya (2016:111) dinamakan dengan taksonomi tujuan belajar. Taksonomi tujuan belajar

menurut Benyamin S.Bloom, David Krathwohl serta Norman E. Gronlund dan RW de

Maclay ds adalah sebagai berikut:

1. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah sikap ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif

ini dibagi ke dalam lima jenjang, yaitu menerima atau memperhatikan (receiving atau

attending), menanggapi (responding), menilai sama dengan menghargai (valuing),

mengatur atau mengorganisasikan (organizing) dan karakteristik dari nilai atau

kelompok nilai (Wardani NS., dkk., (2014: 115-116).

2. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya

yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah

kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai

dengan jenjang yang paling tinggi. Taksonomi tujuan belajar domain kognitif dari

Benyamin S. Bloom (1956) yang disempurnakan oleh Krathwol terdiri dari enam

jenjang atau aspek, yakni pengetahuan/ hafalan/ingatan (knowledge), pemahaman

(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), penilaian/

penghargaan/evaluasi (evaluation). dan membuat (create) (Wardani NS., dkk., 2014:

111-112).

3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Jenjang ranah psikomotorik adalah berkaitan dengan kemampuan fisik yaitu persepsi,

kesiapan, respon terpimpin, mekanisme penggunaan sejumlah skill dan respon yang

kompleks (Wardani NS., dkk., (2014: 115-116).

Mendasarkan pada pengertian hasil belajar menurut Darmansyah, Wardani

Naniek Sulistya, dan Nasution, maka hasil belajar merupakan suatu pengukuran sikap,

pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan pada saat proses belajar dan akhir belajar.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

17

Penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Prinsip penilaian hasil belajar

dalam pasal 5 (2016:12-13) adalah:

1. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur; 2. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi

subjektivitas penilai; 3. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan

khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender;

4. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;

5. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;

6. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik;

7. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;

8. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan

9. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi

proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan (Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian

pendidikan, pasal 4: 12).

Penilaian yang dilakukan pendidik untuk mencapai kompetensi yang ditentukan

dalam SK dan KD. Ukuran yang digunakan untuk ketercapaian kompetensi adalah

indikator dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang berupa butir soal. Dari butir

soal yang telah dijawab oleh siswa dilakukan analisis butir. Hasil analisis butir akan

diketahui tingkat kesukaran butir soal, validitas dan reliabilitas butir soal. Dari tes dapat

diketahui seberapa besar kompetensi yang dimiliki siswa, sehingga disinilah peran

evaluasi, yakni tindak lanjut dari skor tes yang diperoleh untuk menentukan peserta didik

untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, atau remidial. Pada prinsipnya semua siswa

dilayani sesuai dengan bakat, minat dan kemampuanya. Penilaian berkelanjutan yang

didasarkan pada KI dan KD. Hal ini berarti bahwa semua indikator harus dibuatkan butir

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

18

soalnya, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar apa saja yang

sudah atau belum dikuasai siswa. Hal ini dijadikan dasar menentukan keputusan,

melanjutkan ke jenjang berikutnya, atau remidial. Pada prinsipnya, semua siswa dilayani

sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

Teknik dan Instrumen Penilaian

Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan, 2016: 2).

Pengukuran adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-

angka suatu gejala atau peristiwa atau benda (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012:47).

Dalam Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan (2016:

bab VII pasal 14) tentang Instrumen Penilaian menyatakan bahwa :

1. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

2. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.

3. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun

Menurut instrumen penilaian diatas bahwa validitas empirik digunakan sebagai

perbandingan atau tolak ukur keberhasilan antar sekolah. Yang dimaksud dengan validitas

empirik adalah hasil skor pengukuran yang dinyatakan secara empirik atau berupa data-

data kuantitatif hasil belajar peserta didik yang diperoleh selama pembelajaran seperti

raport dan ijasah.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan,

pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan (Permendikbud nomor 23

tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan, 2016: 5).

Pengolahan hasil tes merupakan kegiatan lanjutan dari pengukuran yang berupa

tes, yaitu memeriksa hasil tes dan mencocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban

untuk tes kognitif. Terdapat dua pedoman penilaian hasil belajar yang berlaku, yaitu

Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

19

Dalam pendekatan PAN kelulusan seseorang ditentukan oleh kedudukan

seseorang dalam kelompok itu. Untuk PAN diperlukan untuk menentukan ranking peserta

didik dalam kelas. Penilaian dikatakan menggunakan pendekatan PAN apabila nilai-nilai

yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa lain yang termasuk dalam

kelompok itu. Yang dimaksud dengan norma dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi

kelompok. Sedangkan yang dimaksud kelompok adalah semua siswa yang mengikuti tes

tersebut. Selain itu dari hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan

penguasaan siswa tentang materi pembelajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukan

kedudukan siswa didalam peringkat kelompoknya.

Dalam pendekatan PAP, kelulusan seseorang ditentukan oleh kriteria tertentu,

yang dalam proses pembelajaran selalu mengacu pada tujuan/KD dan indikator. PAP

selalu digunakan dalam sistem belajar tuntas, misalnya seseorang dikatakan telah

menguasai satu pokok bahasan, bila peserta didik telah mampu menjawab dengan betul

80% KKM. Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum

dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya

dapat dikembangkan. Guru dan setiap siswa mendapat manfaat dari adanya PAP

(Wardani. Naniek Sulistya, dkk. 2014:124).

Jadi hasil belajar merupakan suatu pengukuran sikap, pengetahuan dan

keterampilan yang dilakukan pada saat proses belajar dan akhir belajar dan dinyatakan

dengan KKM.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Ada beberapa hasil penelitian yang relevan mengenai pendekatan PBL dalam

pembelajaran yang telah dipublikasikan dalam pembelajaran. Hasil-hasil penelitian

menunjukkan bahwa pendekatan PBL merupakan pendekatan yang efektif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut adalah kajian hasil penelitian yang relevan.

Penelitian yang dilakukan Sri Sukaptiyah pada tahun 2014 dengan judul,

“Peningkatan hasil belajar PKn melalui model problem based learning pada siswa kelas 6

SD Negeri 1 Mongkrong, Wonosegoro semester 1 tahun pelajaran 2014/2015”. Kelebihan

dari penelitian ini adalah dapat menunjukkan bahwa ada peningkatan persentase hasil

belajar IPA berdasarkan ketuntasan belajar siswa setelah dilakukan perbaikan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

20

pembelajaran dengan tindakan berupa pendekatan problem based learning yakni

ketuntasan belajar dicapai oleh 13 siswa atau 68,4% dari 19 siswa, meningkat menjadi 16

atau 84,2% dari jumlah siswa pada siklus I dan siklus II menjadi 19 siswa atau 100%

tuntas. Namun kekurangan dalam penelitian ini yaitu penelitian tidak melakukan penilaian

terhadap keterampilan dan sikap belajar siswa yang muncul pada saat siswa melakukan

aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran PBL. Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini

akan mengukur hasil belajar melalui aspek afektif, kognitif dan keterampilan.

Penelitian yang dilakukan oleh I GD. Agus Siswantara, I. B Surya Manuaba, I GD.

Meter pada tahun 2012 yang berjudul “Penerapan model problem based learning (PBL)

untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri 8 Kesiman

tahun 2012/2013”. Kelebihan penelitian PBL ini adalah dapat meningkatkan hasil belajar

IPA siswa kelas 4 di SD Negeri 8 Kesiman melalui pembelajaran PBL. Hal ini terlihat dari

adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa pada siklus I mencapai 66,33% dari seluruh

siswa kriteria hasil belajar IPA sedang dengan ketuntasan klasikal sebesar 56,67%. Pada

siklus II mencapai 81,67% dari seluruh siswa kriteria hasil belajar IPA tinggi dengan

ketuntasan klasikal 86,67%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar

sebesar 15% dan ketuntasan klasikal sebesar 30%. Kekurangan dari penelitian ini adalah

hanya meneliti meningkatnya skor hasil belajar IPA saja, sedangkan proses dalam

pembelajaran model PBL tidak dilakukan pengukuran. Oleh karena itu, maka dalam

penelitian ini akan mengukur proses belajar untuk mencapai aspek afektif dan

keterampilan peserta didik.

Penelitian yang dilakukan oleh Farles Derawati tahun 2013 dengan judul, “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar siswa pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Gaya Magnet

Dengan Menggunakan Model Problem Based Learning di Kelas 5 SD Negeri 25 Bengkulu

Selatan”. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri atas

tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil dari penelitian ini pada

siklus I pengamatan terhadap aktivitas guru skor = 21 dengan kategori cukup, meningkat

pada siklus II menjadi 27 dengan kategori baik. Pengamatan terhadap aktivitas siswa skor

= 19 dengan kategori cukup, meningkat pada siklus II skor 27 dengan kategori baik. Hasil

belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata 76,9 didapat persentase ketuntasan belajar

53,8%. Kelebihan hasil penelitian tersebut dengan penerapan model Problem Based

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

21

Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dan guru serta hasil belajar pada proses

pembelajaran siswa kelas 5 SD Negeri 25 Bengkulu Selatan. Kekurangan penelitian ini

yaitu penelitian tidak melakukan penilaian terhadap keterampilan belajar siswa yang

muncul pada saat siswa melakukan aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran PBL.

Secara rinci rekapitulasi hasil kajian penelitian yang relevan dan terkait dengan

penelitian tentang PBL dan hasil belajal diisajikan melalui tabel 2.4 berikut ini.

Tabel 2.5 Rekapitulasi Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Nama Tahun Penelitian

Jenis Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 2 Kelebihan Kelemahan

Sri Sukaptiyah

2014 PTK Model PBL

Hasil Belajar

PKn

Ada peningkatan hasil belajar PKn dari 68,4 %, ke 84,2 %, naik menjadi 100%

Pengukuran hasil belajar PKn mencakup aspek kognitif.

I GD. Agus Siswantara, I. B Surya Manuaba, I GD. Meter

2012 PTK Model PBL

Hasil Belajar IPA

Ada peningkatan hasil belajar PKn dari 66,33 %, ke 86,67 %, naik menjadi 15% dan ketuntasan klasikal sebesar 30%

Pengukuran hasil belajar IPA mencakup aspek afektif.

Farles Derawati

2013 PTK Model PBL

Hasil Belajar

Ada peningkatan hasil belajar IPA mencapai 53,8%

Pengukuran hasil belajar IPA mencakup aspek keterampilan.

Dari beberapa hasil penelitian di atas, nampak terdapat peningkatan hasil belajar

IPA siswa, setelah menggunakan pendekatan PBL.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA yang telah di SDN Maguan Kecamatan Kaliori, Kabupaten

Rembang masih belum mencapai maksimal dan efisien, yang ditunjukkan dengan

persentase ketuntasan mencapai 28% dari seluruh siswa yang ada atau 6 dari 21 siswa

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

22

denga KKM≥ 80. Dalam pembelajaran IPA di kelas, Guru mengajar secara konvensional,

yaitu guru menyampaikan materi secara ceramah dan terus menerus. Sedangkanaktivitas

siswa dalam proses belajar itu adalah siswa duduk diam, mendengarkan penjelasan guru.

Siswa tidak pernah diberi permasalahan yang harus dipecahkannya sendiri, melalui upaya

untuk mencari jawaban atas pemecahan permasalahan. Kondisi yang demikian, perlu

diperbaiki dalam pembelajaran, dengan membuat desain pembelajaran yang mendorong

siswa untuk belajar memecahkan permasalahan. Selain itu pengukuran yang dilakukan

oleh guru tidak mengukur sikap dan keterampilan (non tes), namun hanya menggunakan

tes saja.

Pembelajaran yang berlangsung berbasis pada guru tidak efektif, karena kurang

terdapat interaksi baik antara guru dan siswa, maupun siswa dengan siswa itu sendiri.

Dengan pembelajaran yang seperti ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Maka dari itu salah satu cara meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA

adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat dan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa adalah pendekatan PBL dan pengukuran hasil belajar

IPA.

Pembelajaran dengan pendekatan PBL, melibatkan siswa dalam belajar, sehingga

hasil belajar siswa meningkat, apalagi pengukuran hasil belajar dengan menggunakan

teknik pengukuran tes dan teknik non tes.

Pendekatan PBL adalah pembelajaran IPA dengan KD 3.3 Menjelaskan organ

pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan

organ pencernaan manusia dan KD 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan

fungsi pencernaan pada hewan atau manusia serta KD 3.4 Menjelaskan organ peredaran

darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ

peredaran darah manusia dan KD 4.4 Menyajikan karya tentang organ peredaran darah

pada manusia, yang melatih dan mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah

autentik siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam pemahaman resolusi masalah sebagai

titik awal untuk mendapatkan ataupun mengintegrasikan ilmu baru, dengan menggunakan

langkah–langkah sebagai berikut:

1. Menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran organ pencernaan, fungsi dan

cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

23

2. Merumuskan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

3. Menganalisis masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan manusia

4. Merumuskan hipotesa gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

5. Mengumpulkan informasi tentang gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

6. Pengujian hipotesis tentang gangguan fungsi Organ Percernaan Manusia

7. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan

Manusia

8. Membuat laporan gangguan fungsi Organ Perncernaan Manusia.

9. Menyajikan karya tentang pemecahan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan

Manusia.

Langkah-langkah pendekatan PBL merupakan upaya untuk meningkatkan hasil

belajar IPA. Hasil belajar IPA merupakan total skor dari pengukuran pengetahuan dan

keterampilan yang dilakukan pada saat proses belajar dan akhir belajar. Pengukuran

proses dilakukan untuk mengukur aspek ketrampilan siswa yakni melalui aktivitas

menyajikan atau mempresentasikan hasil laporan hubungan kesehatan dengan

pencernaan.

Penjelasan secara rinci kerangka berfikir disajikan melalui gambar 2.1

Peningkatan hasil belajar IPA melalui penedekatan PBL.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

24

Pembelajaran Konvensional

Pendekatan Pembelajaran PBL

Hasil belajar ≤ KKM 80

Pembelajaran IPA

KD 3.3 . Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia.

KD 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia

KD 3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia

KD 4.4 . Menyajikan karya tentang organ peredaran darah pada manusia

Menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran organ pencernaan manusia

Merumuskan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Menganalisis masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Merumuskan hipotesa gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Mengumpulkan informasi gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Pengujian hipotesis tentang gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Membuat laporan gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Butir Soal pengetahuan Skor Pengetahuan

Skor

Keterampilan

Has

il B

elaj

ar m

enin

gkat

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui PBL

Merumuskan rekomendasi pemecahan gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Menyajikan karya laporan pemecahan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan

Manusia

Rubrik Penilaian Keterampilan

Butir Soal pengetahuan Skor Pengetahuan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

25

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 3.3 Menjelaskan organ pencernaan dan

fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ

pencernaan manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL siswa kelas 5

SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1 tahun

pelajaran 2016/2017.

2. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ

dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia diduga dapat diupayakan melalui

pendekatan PBL siswa kelas 5 SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten

Rembang semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.

3. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan

fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran

darah manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL siswa kelas 5 SD

Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1 tahun pelajaran

2016/2017.

4. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 4.4 Menyajikan karya tentang organ

peredaran darah pada manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL

siswa kelas 5 SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1

tahun pelajaran 2016/2017.