BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Scientific

26
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendekatan Scientific 2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Scientific Pendekatan scientific adalah pembelajaran yang menggunakan kaidah- kaidah keilmuan. Pendekatan scientific atau metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah infomasi atau data, kemudian mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2014:19). Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hosnan (2014:34) pendekatan scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengontruk konsep, hokum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hokum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Scientific

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pendekatan Scientific

2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Scientific

Pendekatan scientific adalah pembelajaran yang menggunakan kaidah-

kaidah keilmuan. Pendekatan scientific atau metode ilmiah pada umumnya

memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya,

eksperimen, mengolah infomasi atau data, kemudian mengkomunikasikan

(Kemendikbud, 2014:19).

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hosnan (2014:34) pendekatan

scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta

didik secara aktif mengontruk konsep, hokum atau prinsip melalui tahapan-tahapan

mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan

masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan

konsep, hokum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan scientific dimaksudkan

untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai

materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja,

kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific

diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak

menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses

10

pembelajaran diharapan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik

diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin

dengan haya mendengarkan dan mengahapal semata (Majid, 2014:194).

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaannya pendekatan scientific

berlandaskan pada kaidah keilmuan yang menekankan pentingnya kerjasama

siswa dalam aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen,

mengolah data atau informasi, dan mengkomunikasikan. Selama pembelajaran

berlangsung siswa harus dapat mencari tahu sendiri dari berbagai sumber melalui

observasi tentang hal yang dipelajari, tidak hanya menerima informasi dan

menjawab pertanyaan dari guru saja.

2.1.1.2 Karakteristik dan Prinsip Pendekatan Scientific

Pembelajaran dengan menggunakan pedekatan scientific memiliki

karakteristik dan prinsip. Menurut Hosnan (2014:36) pendekatan scientific

memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa; 2) Melibatkan

keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hokum atau prinsip; 3)

Melibatkan proses-prose kognitif yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa;

4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

Selain karakteristik, Hosnan (2014:37) juga menyebutkan prinsip-prinsip

pembelajaran dengan pendekatan scientific yaitu: 1) Pembelajaran berpusat pada

siswa; 2) Pembelajaran membentuk students self concept; 3) Pembelajaran

terhindar dari verbalisme; 4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa

untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hokum, dan prinsip; 5)

11

Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa; 6)

Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru;

7) Memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih kemampuan dalam

komunikasi; 8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hokum, dan prinsip yang

dikonstruksi siswa dalam struktur kogntifnya.

2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific didasarkan pada

keunggulan pendekatan tersebut. Menurut Hosnan (2014:36) beberapa tujuan

pembelajaran dengan pendekatan scientific adalah sebagai berikut:

1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir

tingkat tinggi siswa.

2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah

secara sistematik.

3) Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu

merupakan suatu kebutuhan.

4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam

menulis artikel ilmiah.

6) Untuk mengembangkan karakter siswa.

Jadi dapat disimpulkan tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

scientific adalah untuk mengembangkan karakter siswa. Selain itu juga untuk

meningkatkan kemampuan berpikir siswa sehingga siswa memiliki kemampuan untuk

meyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya dan memiliki hasil belajar yang tinggi.

12

2.1.1.4 Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific

Pendekatan scientific memiliki beberapa tahapan pelaksanaan dalam

proses belajar mengajar. Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013

Lampiran IV, proses pembelajaran terdiri dari lima pengalaman belajar pokok.

Berikut kelima langkah pembelajaran dan keterkaitan dengan kegiatan belajar

serta maknanya:

Tabel 2.1 Keterkaitan antara langkah-langkah pembelajaran dengan kegiatan belajar dan

maknanya

Langkah-langkah

pembelajaran Kegiatan belajar

Kompetensi yang

dikembangkan

Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa atau

dengan alat).

Melatih kesungguhan,

ketelitian, mencari informasi.

Menanya Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak

dipahami dari apa yang

diamati atau pertanyaan untuk

mendapatkan informasi

tambahan tentang apa yang

diamati (dimulai dari

pertanyaan faktual sampai ke

pertanyaan yang bersifat

hipotetik).

Mengembangkan kreativitas,

rasa ingin tahu, kemampuan

merumuskan pertanyaan untuk

membentuk pikiran kritis yang

perlu untuk hidup cerdas dan

belajar sepanjang hayat.

Mengumpulkan

informasi/eksperimen Melakukan eksperimen

Membaca sumber lain

selaian buku teks

Mengamati objek/kejadian

Aktivitas

Wawancara dengan

narasumber

Mengembangkan sikap teliti,

jujur, sopan, menghargai

pendapat orang lain, kempuan

berkomunikasi, menerapkan

kemampuan mengumpulkan

informasi melalui berbagai

cara yang dipelajari,

mengembangkan kebiasaan

belajar, dan belajar sepanjang

hayat.

Mengasosiasikan/mengolah

informasi Mengolah informasi yang

sudah dikumpulkan baik

terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperime

n maupun hasil dari

kegiatan mengamati dan

kegiatan mengumpulkan

informasi.

Pengolahan informasi

yang dikumpulkan dari

yang bersifat menambah

keleluasaan dan

kedalaman sampai kepada

pengolahan informasi

yang bersifat mencari

solusi dari berbagai

Mengembangkan sikap jujur,

teliti, disiplin, taat aturan,

kerja keras, kemampuan

menerapkan prosedur dan

kemampuan berfikir induktif

serta deduktif dalam

menyimpulkan.

13

Langkah-langkah

pembelajaran Kegiatan belajar

Kompetensi yang

dikembangkan

sumber yang memiliki

pendapat yang berbeda

sampai kepada yang

bertentangan.

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil

pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis

secara lisan, tertulis, atau

media lainnya.

Mengembangkan sikap jujur,

teliti, toleransi, kemampuan

berpikir sistematis,

mengungkapkan pendapat

dengan singkat dan jelas, dan

mengembangkan kemampuan

berbahasa yang baik dan

benar.

Sumber: Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013

Penjelasan langkah-langkah pendekatan scientific dalam pembelajaran

adalah sebagai berikut:

1) Mengamati (Observing)

Kegiatan pertama pada pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah

langkah pembelajaran mengamati (observing). Menurut Hosnan (2014:39) metode

observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan

kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang

mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode observasi, siswa

akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa keingintahuannya tentang fenomena

dan rahasia alam yang senantiasa menantang. Metode observasi mengedepankan

pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa

mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai

tingkat perkembangan siswa.

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti

menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan

mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati memerlukan waktu persiapan yang

14

lama dan matang, biaya dan tenaga relative banyak, dan jika tidak terkendali kana

mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran (Majid, 2014:211).

2) Menanya (Questioning)

Langkah ke dua pada pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah

questioning (menanya). Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan

untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari

pertanyaan factual sampai pertanyaan yang bersifat hipotetik (Hosnan, 2014:48).

Guru harus mampu menginsprirasi peserta didik untuk meningkatkan dan

mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru

bertanya, pada saat itu pula guru membimbing atau memandu peserta didik belajar

dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didik, ketika itu pula guru

mendorong peserta didik untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan

dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak

selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk

pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal (Majid, 2014:215).

3) Mencoba (Experimenting)

Langkah ketiga pada (scientific approach) adalah Experimenting

(mencoba). Kegiatan belajarnya adalah melakukan eksperimen, membaca sumber

lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan

narasumber. Eksperimen/mencoba dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci

yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau

menguji sesuatu hipotesis (Hosnan, 2014:58).

15

Menurut Majid (2014:231) untuk memperoleh hasil belajar yang nyata

atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama

untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada matapelajaran IPA, misalnya,

peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses

untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu

menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memcahkan masalah-

masalah yang dihadapinya sehari-hari.

4) Menalar (Associating)

Langkah keempat pada scientific approach adalah associating

(menalar/mengolah informasi). Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka

proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum

2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku

aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih

aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis

atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan

berupa pengetahuan. Penalaran dimaksudkan merupakan penalaran ilmiah,

walaupun penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat (Majid, 2014:223).

Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum

2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau

pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada

kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam

peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. Selama

mentransfer, peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam

16

referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak

berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.

Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar (Hosnan, 2014:67).

5) Membentuk Jejaring (Networking)

Langkah ke lima pada scientific approach adalah networking (membentuk

jaringan). Model networking adalah model pembelajaran berupa kerja sama antara

siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya

sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya

sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber

dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orang

tua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya

sendiri, artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar

dalam dirinya. Networking adalah kegiatan siswa untuk membentuk jejaring pada

kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pegamatan, Kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Pada tahapan

ini siswa mempresentasikan kemampuan mereka mengenai apa yang telah

dipelajari sementara siswa lain menanggapi. Tanggapan siswa lain bisa berupa

pertanyaan, sanggahan atau dukungan tentang materi presentasi. Guru berperan

sebagai fasilitator (Hosnan, 2014:77).

Pembelajaran dengan pendekatan scientific menurut pendapat ahli

memang berbeda-beda. Namun, hakikatnya semua sama dan penjelasannya juga

sama yaitu para ahli berpedoman pada Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013.

Sebagai contoh mengamati, para ahli biasa menggunakan mengamati (observing),

menanya para ahli menggunakan menanya (questioning), mengumpulkan

17

informasi/eksperimen para ahli menggunakan mencari (experimenting),

mengasosiasikan/mengolah informasi para ahli menggunakan menalar

(associating), mengkomunikasikan para ahli menggunakan membentuk jejaring

(networking). Jadi, meskipun istilah dalam langkahnya berbeda tapi arti, maksud,

isi, dan tujuannya sama.

2.1.2 Pembelajaran Tematik

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik yakni pembelajaran yang menggunakan tema untuk

mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman

bermakna bagi siswa (Daryanto, 2014:3). Dengan demikian, proses pembelajaran

mengelola pembelajaran yang mengintregasikan materi dari beberapa mata

pelajaran dalam satu topik pembicaraan atau satu tema.

Pembelajaran tematik pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang

menggunakan tema untuk memadukan beberapa mata pelajaran dengan menekankan

keterlibatan siswa secara aktif dan menyenangkan, yakni tidak semata-mata mendorong

peserta didik untuk mengetahui (learning to know), tetapi belajar juga untuk melakukan

(learning to do), belajar untuk menjadi (learning to be), dan belajar untuk hidup

bersama (learnig to live together), sehingga aktivitas pembelajaran relevan dan

bermakna bagi siswa (Prastowo, 2013:56).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan model

pembelajaran yang menggunakan tema untuk memadukan materi beberapa mata

pelajaran. Pembelajaran dilakukan secara aktif dan menyenangkan agar

memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.

18

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki beberapa tujuan. Menurut Prastowo

(2013:65) tujuan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;

2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar

antara mata pelajaran dalam tema yang sama;

3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata

pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

5) Siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema kelas;

6) Siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi

nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran

sekaligus mempelajari mata pelajaran lain;

7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara

terpadu dapat disiapkan sekaligus dan dapat diberikan dalam dua atau tiga

pertemua, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,

pemantapan, atau pengayaan.

Jadi tujuan pembelajaran tematik adalah pemahaman siswa lebih

mendalam dan berkesan melaui pembelajaran dengan menggunakan topik atau

tema. Selain itu dapat menghemat waktu karena materi pembelajaran disampaikan

dengan menggunakan topik atau tema yang menggabungkan beberapa mata

pelajaran.

19

2.1.2.3 Manfaat Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki beberapa manfaat. Menurut Daryanto

(2014:4-5) manfaat dari pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi

mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat

dikurangi bahkan dihilangkan.

2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi

pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir.

3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian

mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.

4) Dengan adanya pemanduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep

akan semakin baik dan meningkat.

Jadi manfaat pembelajaran tematik adalah dapat menghemat isi mata

pelajaran. Selain itu materi pelajaran bukan merupakan tujuan akhir

pembelajaran, tetapi berperan sebagai sarana, dan pembelajaran menjadi utuh

karena materi tidak terpecah-pecah sehingga penguasaan konsep semakin baik

dan meningkat.

2.1.2.4 Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai model pembelajaran di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah,

pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa

Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak

menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak

20

berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk

melakukan aktifitas belajar.

2) Memberikan pengalaman langsung

Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata

(konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu

jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang

paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran

dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami

konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa

dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan

bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya,

bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan

dimana sekolah dan siswa berada.

6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya

sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Daryanto,

2014: 5).

21

2.1.2.5 Prinsip Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki prinsip yang diklasifikasikan menjadi

beberapa prinsip. Menurut Prastowo (2013:60) secara umum prinsip pembelajaran

tematik dapat diklasifikasikan menjadi:

1) Prinsip penggalian tema

Dalam penggalian tema hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan

sebagai berikut:

a) Tema hendaklah tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan

untuk memadukan banyak mata pelajaran.

b) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji

harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.

c) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.

d) Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.

e) Tema yang diplih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa

otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.

f) Tema yang diplih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku

serta harapan masyarakat.

g) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan

sumber belajar.

2) Prinsip pengelolaan pembelajaran

Dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai

berikut:

a) Guru hendaklah jangan menjadi single actor yang mendominasi

pembicaraan dalam proses belajar mengajar.

22

b) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam

setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.

c) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang yang sama

sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.

3) Prinsip evaluasi

Dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran tematik, diperlukan langkah-

langkah positif antara lain:

a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self

evaluation/self asessment) di samping bentuk evaluasi lainnya.

b) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan hasil belajar

yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang

akan dicapai.

4) Prinsip reaksi

Guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran

sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus

bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan

aspek yang sempit tetapi sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna.

2.1.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan bagi guru dan siswa.

Kelebihan pembelajaran bagi guru antara lain sebagai berikut:

1) Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat

dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran. Dengan kata

lain, guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan

23

secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau

tiga kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan

remedial, pemantapan atau pengayaan.

2) Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan

alami.

3) Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinu, tidak

terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas.

Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar keberbagai

aspek kehidupan.

4) Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari

berbagai berbagai sudut pandang.

5) Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi

bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.

Sedangkan kelebihan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah

sebagai berikut:

1) Dapat lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.

2) Menghilangkan batas semu antar bagian kurikulum dan menyediakan

pendekatan proses belajar yang integrative.

3) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan

minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat

keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.

4) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.

5) Membantu siswa membangun hubungan antar konsep dan ide, sehingga

meningkatkan apresiasi dan pemahaman.

24

6) Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

7) Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.

8) Pemahaman terhadap materi lebih mendalam dan berkesan.

9) Kompetensi yang dibahas bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan

mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi siswa.

10) Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan

dalam konteks tema yang jelas.

11) Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam

situasi yang nyata

Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki

keterbatasan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan

evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak

hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja (Prastowo, 2013: 68).

2.1.3 Aktivitas Belajar

2.1.3.1 Pengertian Aktivitas Belajar

Menurut Gie (dalam Wawan, 2010:1) aktivitas belajar adalah segenap

rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan oleh seseorang yang

mengakibatkan perubahan dalam dirinya tergantung pada setiap pengetahuan yang

dimliki. Didalam kurikulum 2013 dijelaskan bahwa aktivitas merupakan hal yang

utama untuk mendorong siswa untuk membangun pemahaman pengetahuan,

keterampilan dan sikap spiritual dan sosial dalam diri siswa melalui kegiatan

mengamati, bertanya, menalar, mencoba serta membuat jaringan.

25

Menurut Dimiyanti dan Mudjiono (2013:45) mengemukakan bahwa dalam

proses belajar, siswa akan menampakakan keaktifan pada saat pembelajaran

berlangsung, keaktifan memiliki bentuk beraneka ragam mulai dari kegiatan fisik

dan psikis yang sulit diamati. Contoh dari kegiatan fisik seperti membaca,

mendengar, menulis dan lain-lain. Sedangkan kegiatan psikis seperti

menyimpulkan hasil experiment.

Menurut Djamarah (2010:49) dipandang dari sisi proses belajar,

pembelajaran berbasis aktivitas siswa menekankan aktivitas siswa yang

optimal, seimbang antara aktivitas fisik, mental, emosional, dan intelektual.

Dipandang dari sisi hasil belajar, pembelajaran berbasis aktivitas siswa

menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan

intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Dari

beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Aktivitas belajar adalah segala

kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran

2.1.3.2 Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B.

Diedric (dalam Sardiman, 2007:101) adalah sebagai berikut:

1) Visual activities, yang termasuk didalamnya membaca, memperhatikan

gambar demonstrasi, percobaan pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

3) Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik pidato.

26

4) Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, test, angket,

menyalin.

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola.

6) Motor activities, yang termasuk didalamnya adalah: melakukan percobaan,

membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7) Mental activities, misalnya: menganggap, mengingat, memecahkan soal,

menganalisa melihat hubungan, mengambil keputusan.

Berdasarkan kurikulum 2013, aktivitas dalam pembelajaran meliputi

kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah

kegiatan yang dilakukan siswa selama proses belajar berlangsung. Menurut

(Permendikbud No. 103 Tahun 2014) Pembelajarana harus dilaksanakan berbasis

aktivitas dengan karakteristik sebagai berikut: 1) interaktif dan inspiratif, 2)

menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, 3) kontekstual dan kolaboratif, 4) memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik, 5) sesuai dengan bakat,

minat, kemampuan dan perkembangan fisik sera psikologis peserta didik.

2.1.3.3 Pengukuran Aktivitas Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengukuran adalah proses, cara,

perbuatan mengukur yang meliputi proses penilaian. Pengukuran aktivitas

pembelajaran adalah proses mengukur aktivitas pembelajaran yang dilakukan peneliti

kepada siswa yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas pembelajaran itu sendiri. Alat

yang digunakan untuk mengukur aktivitas pembelajaran scientific yaitu dengan

menggunakan lembar observasi. Cara mengukur aktivitas belajar siswa dapat dengan

27

menggunakan indikator aktivitas pembelajaran. Berikut adalah indikator aktivitas

pembelajaran scientific Kurikulum 2013 antara lain adalah sebagai berikut.

Table 2.2 Aktivitas-aktivitas belajar yang dinilai

No. Jenis

Aktivitas

Indikator Keterangan

1. Mengamati Mengamati opjek yang diberikan oleh guru

Mengumpulkan data melalui objek.

Visual activities

Mental activities

2. Menanya Melakukan Tanya jawab dngan guru.

Mengajukan pendapat dan bertanya pada saat

kelompok lain melakukan presentasi.

Oral activities

Oral activities

3. Mencoba Melakukan percobaan kepada objek yang

diberikan

Menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru

Motor activities

Mental activities

4. Menalar Melakukan diskusi untuk menyelesaikan

permasalahan

Menulis hasil diskusi

Motor activities

Writing activities

5. Membentuk

jejaring Melakukan presentasi

Membuat kesimpulan dari hasil diskusi.

Oral activities

Mentas activities

Sedangkan menurut Hosnan (2014:39) kegiatan pembelajaran erat

kaitannya dengan aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru.

Tabel 2.3 Keterkaitan antara kegiatan pembelajaran, aktivitas belajar, dan aktivitas guru

Kegiatan Aktivitas belajar Aktivitas guru

Mengamati Melihat, mengamati, membaca,

mendengar, menyimak (tanpa

dan dengan alat)

Guru menyajikan perangkat pembelajaran

berupa media pembelajaran berupa video,

gambar, miniatur, tayangan atau objek asli

Menanya Mengajukan pertanyaan dari

yang faktual sampai ke yang

bersifat hipotesis

Guru membimbing peserta didik untuk dapat

mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil

pengamatan objek yang konkret sampai padayang

abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur,

ataupun hal lain yang lebih abstrak

Mencoba Menentukan data yang

diperlukan dari pertanyaan yang

diajukan, menentukan sumber

data ( benda, dokumen, buku,

eksperimen), mengumpulkan

data

Guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik

dan mental, serta emosional siswa.

Keterlibatan fisik dan mental seta emosional

siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada

suatu cara atau kondisi pembelajaran yang

dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan

juga perilaku yang inovatif dan kreatif

Menalar Menganalisis data dalam bentuk

membuat kategori, menentukan

hubungan data/kategori,

menyimpulkan dari hasil

analisis data

Guru berperan aktif dalam membimbing serta

mengarahkan kegiatan pembelajaran agar

berjalan dengan baik

Membentuk

jejaring

Menyampaikan hasil

konseptualisasi dalam bentuk

lisan, tulisan, diagram, bagan,

gambar atau media lainnya

Guru berfungsi sebagai fasilitator

Sumber: Hosnan (2014:39)

28

Pengukuran terhadap aktivitas pembelajaran scientific baik dari Kurikulum

2013 maupun dari Hosnan sama-sama menggunakan aktivitas mengamati,

menanya, mencoba, menalar, membentuk jejaring dan pada dasarnya isinya juga

sama. Aktivitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific besar

harapannya menjadikan siswa aktif di kelas.

2.1.4 Hasil Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya

2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Thobroni, M & Mustofa, A (2013:24) hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku secara menyeluruh bukan hanya dari aspek kemanusian

saja. Sedangkan menurut Sudjana (2005:2) hasil belajar adalah hasil yang dicapai

siswa terhadap ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan siswa

dalam mata pelajaran dalam bentuk tes.

Berikut ini adalah beberapa definisi hasil belajar menurut para ahli

(Suprihatiningrum, 2013:37) yaitu :

1) Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah melalui

kegiatan belajar (Gagne & Briggs, 1979).

2) Menurut Reigeluth (1983) hasil belajar adalah suatu kegiatan yang

dilakukan siswa untuk mendapatkan hasil.

3) Menurut Permendikbud (2013) penilaian hasil belajar kurikulum 2013 mencakup

3 kompetensi yaitu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian

dilakukan secara berimbang yang digunakan untuk menentukan posisi relatif

siswa terhadap standar yang ditentukan. Dari ketiga kompetensi penilaian

tersebut bertujuan untuk menuntaskan proses belajar siswa.

29

Berdasarkan uraian dan beberapa pendapat para ahli tentang hasil belajar

maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa

terhadap ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai perubahan tingkah

laku dari proses belajar yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang ingin

dicapai. Kompetensi dari beberapa aspek diatas dapat diketahui melalui hasil

belajar yang indikatornya dapat diukur dan diamati.

2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Baharuddin, M & Wahyuni, N (2008:19) faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor-faktor yang termasuk internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor

psikologis. Faktor fisiologis meliputi kesehatan jasmani, tidak dalam keadaan lelah dan

capek, tidak cacat jamani dan lain-lain. Sedangkan faktor psikologis mliputi intelegensi,

perhatian, minat dan bakat, motivasi, serta kognitif dan daya nalar. Sedangkan faktor

eksternal terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor keluarga meliputi: cara

orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua

serta latar blakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum,

relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, metode belajar, standar pelajaran,

disiplin sekolah, peralatan sekolah dan lain-lain. Sedangkan faktor masyarakat meliputi:

kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul serta bentuk kehidupan

masyarakat.

Menurut Suprihatiningrum (2013:85) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya siswa, pendidik, kurikulum,

sarana dan prasarana, tenaga nonpendidik dan lingkungan. Sedangkan menurut

30

Slameto (2010:54) faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdapat faktor ekstern

yang meliputi tiga faktor yaitu: faktor keluarga, sekolah dan masyrakat. Faktor

sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa serta disiplin sekolah.

Faktor pendidik dan cara mengajar merupakan faktor terpenting dalam

menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar. Cara mengajar dan kemampuan

pendidik dalam menguasai materi adalah kunci keberhasilan dalam proses belajar

mengajar. Model, metode, dan pendekatan yang digunakan sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar yang akan diterima oleh siswa, karena dengan menerapkan

model, metode, dan pendekatan pembelajaran yang tepat akan mensukseskan proses

belajar mengajar. Memberikan inovasi pendekatan pembelajaran akan lebih baik

sehingga tidak terjadi kesalahan dalam proses pembelajaran. Selain itu, penggunaan

pendekatan pembelajaran juga diperlukan agar dapat menarik siswa untuk mengikuti

aktivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa pun akan meningkat.

Berdasarkan urain dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar diatas, yaitu: faktor pendidik, model pembelajaran, metode pembelajaran,

pendekatan pembelajaran, dan penggunaan media pembelajaran memiliki peran

penting dalam menunjang aktivitas dan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.

Pembelajaran tematik menekankan keaktivan siswa dalam proses belajar. Apabila

siswa aktif dalam pembelajaran, maka akan berpengaruh pada hasil belajar yang

diperoleh. Untuk itu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan terebut adalah

salah satunya pendekatan pembelajaran yang relevan adalah pendekatan ilmiah

atau pendekatan scientific. pendekatan scientific merupakan pembelajaran yang

melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.

31

2.1.4.3 Pengukuran Hasil Belajar dengan Pendekatan Scientific

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengukuran adalah proses, cara,

perbuatan mengukur yang meliputi proses penilaian. Mengukur hasil belajar

siswa dapat dilakukan dengan cara melalukan penilaian. Penilaian hasil belajar

siswa mencakup kompetensi sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan

keterampilan (psikomotor) yang dilakukan secara berimbang, sehingga dapat

digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap siswa terhadap standar yang

telah ditetapkan (Hosnan, 2014:416).

Menurut Bloom (dalam Thobroni, M & Mustofa, A 2013:23 ) hasil belajar

terdiri dari tiga kemampuan yaitu:

1) Ranah kognitif, yaitu kemampuan yang berhubungn dengan pengetahuan,

ingatan, pemahaman, menerapkan, menguraikan, merencanakan dan

menilai.

2) Ranah afektif, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan sikap

menerima, memberikan respon, menilai, organisasi dan karakterisasi.

3) Ranah psikomotorik yaitu kemampuan yang berhubungan dengan

keterampilan dan kemampuan bertindak.

Sedangkan menurut Hosnan (2014:389), ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam penilaian hasil belajar siswa adalah sebagai berikut.

1) Penilaian terhadap aspek kognitif lebih mudah bila dibandingkan dengan

mengukur ranah afektif maupun psikomotor. Proses pengukuran aspek

kognitif digunakan dengan cara lisan atau tulisan. Aspek kognitif dapat

dikur dengan menggunakan tes esai dan objektif.

32

2) Penilaian terhadap aspek afektif yang dilakukan selama berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Penilaian

aspek afektif tidaklah semudah mengukur aspek kognitif. Pengukuran aspek

afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku

siswa memerlukan waktu yang relatif lama. Beberapa cara terbaik menilai

aspek afektif, yaitu dengan cara (a) observasi, yang merupakan teknik

paling mudah digunakan untuk menilai kemampuan hampeir setiap ranah,

(b) wawancara dan kuesioner, sebagi alat untuk mengetahui pendapat,

aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan, atau perasaan sebagai hasil

belajar siswa, (c) esai, guru dapat member pertanyaan kepada siswa untuk

membuat sebuat tulisan atau karangan mengenai perasaannya dan sikapnya

terhadap suatu gejala tertentu, (d) pernyataan pendapat (skala sikap), siswa

dapat dinilai dengan menggunakan respon alternatif setuju-tidak setuju,

tertarik-tidak tertarik, (e) iventori, digunaka untuk mengukur minat, (f)

sosiometri, untuk mengukur kemampuan penyesuaian sisoal siswa seperti

berhubungan sosial siswa dengan teman sekelasnya.

3) Penilaiana terhadap aspek psikomotor dilakukan selama berlangsungnya

proses kegiatan belajar mengajar. Mengukur aspek psikomotor dilakukan

terhadap hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian, biasanya

pengukuran aspek psikomotor ditentujkan atau dimulai dengan pengukuran

aspek kognitif sekaligus.

33

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Scientific Pada

Pembelajaran Tematik Subtema Perkembangbiakan dan Daur Hidup Hewan

Pelajaran 1 untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Kelas III SDN

Temas 02 Batu” belum pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Akan tetapi jenis

peneiltian yang menggunakan pendekatan scientific sudah pernah dilakukan,

dengan demikin hasil penelitian terdahulu dijadikan sebagai tinjauan terhadap

penelitian yang sedang dilakukan.

Penelitian tentang pendekatan scientific pernah dilakukan oleh

Marlenawati, Dinsi (2014) dengan judul “Penerapan Pendekatan Saintifik untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri

113 Bengkulu Selatan”. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang

dilakukan yaitu dengan menggunakan pendektan scientific. Perbedaan penelitian

terdahulu diterapkan pada mata pelajaran sedangkan penelitian yang sekarang

diterapkan pada pembelajaran tematik. Dari penlitian teresbut ditemukan bahwa

pembelajaran tematik dengan menggunakan pendekatan scientific dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Pikir

Dari uraian mengenai penerapan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan scientific untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa .

Secara skematik uraian di atas dapat digambarkan seperti pada Bagan 2.1

34

Gambar 2.1 Kerangka berfikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka hipotesis tindakan pada penelitian

ini adalah:

1. Penerapan pendekatan scientific pada pembelajaran tematik dapat

meningkatkan aktivitas siswa kelas III SDN Temas 02 Batu.

2. Penerapan pendekatan scientific pada pembelajaran tematik Subtema

Perkembangbiakan dan Daur Hidup Hewan Pelajaran 1 dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas III SDN Temas 02 Batu.

Pendekatan Scientific

Mengamati: melihat,

mengamati,membaca,

mendengar, menyimak (tanpa

dan dengan alat)

Menanya: mengajukan

pertanyaan dari yang faktual

sampai ke yang bersifat

hipotesis

Mencoba: menentukan data

yang diperlukan dari pertanyaan

yang diajukan, menentukan

sumber data, mengumpulkan

data

Menalar: menganalisis data

dalam bentuk kategori,

menentukan hubungna data,

menyimpulkan dari hasil

analisis data

Membuat jejaring:

menyampaikan hasil

konseptualisasi dalam bentuk

lisan, tulisan, diagram, bagan,

atau gambar

Aktivitas Belajar

Meningkat

(Aktivitas dalam

mengamati, bertanya,

menalar, mencoba serta

membuat jaringan)

Hasil belajar siswa

meningkat

Pembelajaran

Tematik

Langkah –langkah

Pendekatan

Scientific

Dapat menumbuhkan aktivitas siswa