BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil...

12
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004:22). Dari situs indramunawar.blogspot.com menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru (Indra, 2009). Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Oemar Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Ranah psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, dan koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil...

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut

Horwart Kingsley membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) keterampilan

dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita (Sudjana,

2004:22).

Dari situs indramunawar.blogspot.com menurut Dimyati dan Mudjiono,

hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa

dan dari sisi guru (Indra, 2009). Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum

belajar. Menurut Oemar Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar

akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi

lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,

organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Ranah

psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, dan

koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor

karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus

menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk

5

dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini

dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh

perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

2.1.2. Media Benda Konkret

Menurut Blake dan Horalsen dalam Darhim (1993:5), media adalah

saluran komunikasi atau perantara yang digunakan uintuk membawa atau

menyampaikan sesuatu pesan, di mana perantara itu merupakan jalan atau alat

untuk lalu lintas suatu pesan antara komunikator dan komunikan. Menurut

Mahidjojo dalam Darhim (1993:5) media adalah semua bentuk perantara yang

dipakai orang menyebarkan ide sehingga gagasannya sampai pada penerima.

Menurut Darhim (1993:6) media pembelajaran matematika didefinisikan

sebagai suatu alat peraga yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan

isi pembelajaran yang dituangkan dalam GBPP bidang studi matematika dan

bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran

matematika adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar

untuk membantu menyampaikan materi pelajaran.

Penggunaan media pendidikan didasarkan pada:

a. Objek-objek matematika yang abstrak, perlu dicari upaya untuk dapat

dipahami secara bertahap oleh peserta didik.

b. Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.

c. Media dapat membangkitkan keingintahuan pada peserta didik.

Wibawa dan Mukti (1993:54) menyampaikan beberapa hal yang perlu

diperhatikan agar penggunaan media menjadi lebih efektif, yaitu: (1) media harus

digunakan di kelas dengan kondisi semenarik mungkin, (2) setiap orang dalam

kelas itu harus dapat melihat media dengan mudah, (3) media harus digunakan

dalam hubungannya dengan materi pelajaran lainnya, (4) siswa perlu diberi

kesempatan semaksimal mungkin untuk menangani, mencoba dan mengamati

media, bertanya atau membuat generalisasi, (5) upayakan objek, sampel, atau

model lain yang tak ada kaitannya denga topik yang dibicarakan dialihkan dari

6

perhatian siswa, (6) bila perlu siswa dilatih untuk membuat media untuk

menjabarkan suatu objek, atau prinsip yang ia pelajari.

Dalam pdf Lilis Lisnawati, Widodo (2007:109) media benda konkret

adalah benda-benda asli apa adanya tanpa mengalami perubahan yang dijadikan

media dalam kegiatan pembelajaran. Media benda konkret sering disebut juga

media benda nyata atau realita. Realita adalah benda-benda nyata seperti apa

adanya atau aslinya, tanpa perubahan. Dengan memanfaatkan realita dalam proses

belajar siswa lebih aktif dapat mengamati, menangani, memanipulasi,

mendiskusikan, dan akhirnya menjadi alat untuk meningkatkan kemampuan siswa

untuk menggunakan sumber-sumber belajar serupa (Wibawa dan Mukti,

1993:55).

Anderson (1987: 183) berpendapat bahwa objek yang sesungguhnya, atau

benda model yang mirip sekali dengan benda nyatanya, akan memberikan

rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari tugas yang

menyangkut keterampilan psikomotor. Untuk mencapai hasil yang optimum dari

proses belajar mengajar mengajar, salah satu hal yang sangat disarankan adalah

digunakannya pula media yang bersifat langsung dalam bentuk objek nyata atau

realia (Ibrahim dan Syaodih, 2010:118).

Ada beberapa keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan media

benda nyata ini. Ibrahim dan Syaodih (2010:119) menyatakan bahwa keuntungan

menggunakan media ini antara lain (1) dapat memberikan kesempatan

semaksimal mungkin pada siswa untuk mempelajari sesuatu ataupun

melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata dan (2) memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih

keterampilan mereka dengan menggunakan sebanyak mungkin alat indera.

Kelemahan dalam menggunakan objek nyata ini antara lain (1) membawa murid-

murid ke berbagai tempat di luar sekolah kadang-kadang mengandung resiko

dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya; (2) biaya yang diperlukan untuk

mengadakan berbagai objek nyata kadang-kadang tidak sedikit, apalagi ditambah

dengan kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya; dan (3) tidak selalu

dapat memberikan semua gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti

7

pembesaran, pemotongan, dan gambar bagian demi bagian, sehingga pengajaran

harus didukung pula dengan media lain.

Sejalan dengan Ibrahim dan Syaodih, Anderson (1987:187) menyatakan

beberapa kelebihan penggunaan media benda konkret antara lain (1) dapat

memberi kesempatan maksimal mungkin pada siswa untuk melaksanakan tugas-

tugas nyata, atau tugas-tugas simulasi, dan mengurangi transfer belajar; (2) dapat

memperlihatkan seluruh atau sebagian besar rangsangan yang relevan dari

lingkungan kerja, dengan biaya yang sedikit; (3) memberi kesempatan pada siswa

untuk mengalami dan melatih keterampilan manipulatif mereka dengan

menggunakan indera peraba; dan (4) memudahkan pengukuran penilaian siswa,

bila ketangkasan fisik atau keterampilan koordinasi diperlukan dalam pekerjaan.

Anderson juga memiliki pendapat yang sama mengenai keterbatasan penggunaan

media konkret ini, namun ia menambahkan bahwa menggunakan media konkret

dalam pembelajaran akan mengakibatkan sulitnya mengontrol hasil belajar,

karena konflik-konflik yang terjadi dengan pekerjaan, atau dengan lingkungan

kelas.

Menurut Dienes (dalam Hudoyo, 1998) bahwa setiap konsep atau prinsip

matematika dapat dimengerti secara sempurna apabila pertama-tama disajikan

kepada peserta didik dalam bentuk-bentuk konkret. Oleh karena itu betapa

pentingnya pemanfaatan benda-benda konkret/alat peraga baik yang dirancang

secara khusus ataupun benda-benda yang ada di lingkungan sekitar sebagai media

dalam pembelajaran matematika.

2.1.3. Pembelajaran Matematika di SD

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas. Objek

matematika merupakan benda pikiran yang bersifat abstrak dan tidak dapat

diamati dengan pancaindera. Objek matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-

konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif,

konsisten dan logis. Sudjadi (1999) menyatakan bahwa keabstrakan matematika

karena objek dasarnya yang berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip tersebut

bersifat abstrak. Ciri keabstrakan dan ciri lainnya yang tidak sederhana,

menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari, sehingga banyak peserta

8

didik yang merasa kesulitan belajar matematika. Oleh karena itu perlu ada

“jembatan” yang bisa menghubungkan antara keilmuan matematika dan

pembelajaran matematika. Salah satu cara untuk menjembatani agar matematika

yang bersifat abstrak tersebut mudah dipahami oleh peserta didik dengan

memanfaatkan media dalam pembelajaran matematika.

Pembelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman

penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari. Matematika di Sekolah Dasar diutamakan agar

siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya

dengan praktik kehidupan sehari-hari (Slamet Haryanto, 1994:66).

Tujuan umum pembelajaran matematika di sekolah adalah:

1. Mempersiapkan agar siswa sanggup menghadapi perubahan keadaan di

dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,

dan efektif.

2. Mempersiapkan agar siswa dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai

ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang

pendidikan dasar tersebut memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan

sikap siswa serta memberi tekanan pada keterampilan dalam penerapan

matematika.

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah untuk:

1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung

(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menumbuhkan kemauan siswa, yang dialihgunakan, melalui kegiatan

matematika.

3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar

lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

9

4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin. (Depdikbud,

1994:111-112)

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Data hasil observasi yang dilakukan oleh Stefanus Suhartono di kelas V

SD Wonotingal 01 Semarang tahun pelajaran 2002/2003, peneliti menggunakan

media kartu pecahan dan diperoleh hasil sebagai berikut: tes uji coba nilai rata-

rata 3,7. Siklus 1 nilai lembar kerja rata-rata 8,07 nilai evaluasi rata-rata 8,11.

Siklus 2 nilai lembar kerja rata-rata 8,57 nilai evaluasi rata-rata 8,46. Siklus 3 nilai

lembar kerja rata-rata 9,43 nilai evaluasi rata-rata 8,46. Siklus 4 tes formatif (tes

akhir) nilai rata-rata 8,64. Dari hasil tersebut terlihat peningkatkan nilai awal tes

uji coba rata-rata 3,7 dan nilai tes akhir rata-rata 8,64.

Lies Erna Malaiati menggunakan media konkret pada pembelajaran

geometri siswa kelas V SDN 1 Tanjung Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten

Tahun Pelajaran 2009/2010 hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan, hal

ini dibuktikan dengan hasil pelaksanaan maksimal nilai rata-rata 4,4, namun hasil

pembelajaran belum maksimal karena masih terdapat 7 siswa yang belum tuntas

atau belum mencapai KKM 70. Siklus II pelaksanaan sudah maksimal terbukti

telah mencapai rata-rata 4,5. Hasil pembelajaran maksimal dibuktikan dengan

ketuntasan belajar sudah mencapai 89,3% dengan nilai rata-rata 7,41 atau di atas

KKM.

2.3. Kerangka Pikir

Mata pelajaran matematika seringkali menjadi pelajaran yang paling

ditakuti oleh hampir semua siswa begitu pula dengan orang dewasa. Maka dari

itu, guru diharapkan dapat menyampaikan materi pelajaran matematika secara

menarik dan mudah dipahami oleh siswa.

10

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Pada saat kondisi sebelum tindakan, guru belum menggunakan media

dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa rendah atau di bawah KKM.

Kemudian dilakukan tindakan yang terdiri dari dua siklus di mana masing-masing

siklus menggunakan media benda konkret. Setelah itu ditemukan kondisi akhir

hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

2.4. Hipotesis

Mengacu pada landasan dan kerangka berpikir sebagaimana yang telah

diuraikan, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

“Penggunaan media benda konkret dalam pelajaran matematika dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok menentukan jaring-jaring

berbagai bangun ruang sederhana kelas V SD Negeri Ngijo 01 Semarang.”

Kondisi Awal

Siswa:

Hasil belajar

Matematika rendah

Kondisi Akhir

Siklus I Menggunakan media

benda konkret

Siklus II Menggunakan media

benda konkret

Guru belum

menggunakan

media dalam

pembelajaran

Guru menggunakan

media dalam

pembelajaran

Hasil belajar

Matematika

meningkat

Tindakan

11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

kolaborasi di mana guru kelas sebagai pelaksana penelitian tindakan kelas yang

dilakukan sedangkan peneliti berperan sebagai observer.

3.2. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada kelas V dengan jumlah siswa 29 anak yang terdiri dari

15 anak laki-laki dan 14 anak perempuan di SD Negeri Ngijo 01 Semarang

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ngijo 01 Semarang yang berlokasi

di jalan Raya Ngijo, kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang

dan dilaksanakan pada bulan April 2012. Subjek dalam penelitian ini adalah

semua siswa yang ada di kelas V SD N Ngijo 01 Semarang Tahun Pelajaran

2011/2012, yaitu 29 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 14 siswa

perempuan. Hasil belajar matematika siswa kelas V masih rendah. Dari 29 anak

hanya 6 yang nilainya tuntas dari KKM dan sisanya yaitu sebanyak 23 siswa

mendapat nilai di bawah 65 atau belum mencapai KKM yang ditentukan.

3.3. Variabel yang Akan Diteliti

Variabel penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu variabel bebas dan

variabel terikat.

a. Variabel Bebas (X)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran

matematika menggunakan media benda konkret.

b. Variabel Terikat (Y)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar

siswa dalam mata pelajaran matematika pada materi pokok menentukan

jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok.

12

3.4. Rencana Tindakan

Sesuai dengan gagasan guru maka rencana penelitian ini berupa prosedur

kerja dalam penelitian tindakan yang akan ditempuh dalam dua siklus. Tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai terdiri dari:

a. Perencanaan

b. Pelaksanaan

c. Analisis dan Refleksi

Rincian prosedur tindakan tiap siklus adalah sebagai berikut:

3.4.1. Siklus I

Secara terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk Siklus I ini

diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan dalam tahap perencanaan berikut ini adalah:

1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

2) Merancang rencana pembelajaran dengan kompetensi dasar

menentukan jaring-jaring bangun ruang sederhana

3) Mempersiapkan media konkret yang akan digunakan

4) Menyusun evaluasi

b. Pelaksanaan

Skenario pembelajaran yang telah dirancang pada tahap

perencanaan dilaksanakan sepenuhnya dalam tahap ini.

1) Membuka pelajaran

2) Menyampaikan materi sifat-sifat kubus dan balok dengan

menggunakan media benda konkret

3) Membagi siswa dalam kelompok untuk kegiatan pembelajaran

4) Membagi lembar kerja kelompok

5) Membagi lembar evaluasi

6) Menutup pelajaran

c. Analisis dan Refleksi

Hasil kerja evaluasi dianalisis dan dijadikan bahan renungan serta

refleksi diri oleh peneliti bersama dengan guru kelas. Kemudian hasil

13

analisis dan refleksi ini dijadikan dasar oleh peneliti bersama guru untuk

merancang pelaksanaan Siklus II.

3.4.2. Siklus II

Untuk Siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan pada tahap ini meliputi:

1) Merancang kembali rencana pembelajaran

2) Mempersiapkan media yang diperlukan

3) Menyusun kembali lembar kerja evaluasi

b. Pelaksanaan

Rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan

dilaksanakan sepenuhnya pada tahap ini. Kegiatan pelaksanaan tindakan

kelas pada siklus kedua ini adalah:

1) Membuka pelajaran

2) Menyajikan materi jaring-jaring kubus dan balok dengan

menggunakan media konkret

3) membagi kelompok, bertanya jawab, diskusi, serta memberikan

penugasan kepada siswa

4) Membimbing siswa dalam proses pembelajaran dan menarik

kesimpulan

5) Siswa dibagikan lembar evaluasi

6) Menutup pelajaran

7) Menganalisis hasil evaluasi

c. Refleksi dan Analisis

Hasil kerja siswa dalam mengerjakan lembar kerja dan evaluasi

didata dan dijadikan bahan untuk refleksi diri. Setelah diperoleh hasil

analisis, maka peneliti bersama dengan guru membandingkan hasil analisis

Siklus 1 dengan Siklus 2.

14

3.5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam mutu

penelitian sehingga kecermatan dan ketelitian sangat diperlukan untuk

mendapatkan data yang baik.

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah:

a. Observasi terhadap kelas V SD Negeri Ngijo 01 Semarang pada saat

pembelajaran matematika. Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana penerapan model pembelajaran pada saat proses pembelajaran.

Observasi yang dilakukan tidak hanya kepada guru namun juga kepada

siswa.

b. Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran dan tingkat

pemahaman dalam pembelajaran matematika.

3.5.2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan

kelas untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas V dalam mata pelajaran

matematika di SD Negeri Ngijo 01 Semarang setelah menggunakan media benda

konkret yaitu:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

berupa lembar observasi guru dan lembar observasi siswa pada praktik

pembelajaran terhadap penggunaan media konkret pada setiap kegiatan

pembelajaran.

b. Soal Evaluasi

Soal evaluasi yang diberikan adalah soal evaluasi tertulis. Evaluasi ini

digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

Evaluasi ini diberikan setelah akhir pembelajaran.

3.6. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil

belajar yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan hasil evaluasi belajar siswa.

15

Peneliti menyatakan hasil belajar matematika meningkat jika sebanyak 85% dari

jumlah siswa atau sebanyak 25 siswa telah mencapai KKM. Untuk KKM yang

telah ditetapkan yaitu 65.

3.7. Teknik Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif

komparatif, yaitu membandingkan nilai tes sebelum perbaikan, setelah Siklus I

dan setelah Siklus II. Berdasarkan perbandingan nilai tersebut, juga akan

diketahui perbandingan ketuntasan klasikal sebelum perbaikan, setelah Siklus I

dan setelah Siklus II.

Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa dianalisis dengan cara

menghitung ketuntasan belajarnya sebagai berikut:

a. Menghitung rata-rata nilai

Untuk menghitung rata-rata nilai menggunakan rumus:

xi =

Keterangan:

xi : rata-rata nilai

x : jumlah seluruh nilai

N : jumlah siswa

b. Menghitung ketuntasan belajar klasikal

Persentase =

x 100%

Dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika seluruh populasi kelas telah

tuntas belajar.