BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian...

28
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Daniel Goleman (2002) mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Chaplin (2002, dalam Safaria, 2009) merumuskan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. Emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu. Perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi. Jika seseorang mengalami ketakutan mukanya menjadi pucat, jantungnya berdebar-debar, jadi adanya perubahan-perubahan kejasmanian sebagai rangkaian dari emosi yang dialami oleh individu yang bersangkutan Walgito (1994, dalam Safaria, 2009).

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Emosi

1.1 Pengertian Emosi

Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak

menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal

mutlak dalam emosi. Daniel Goleman (2002) mengatakan bahwa emosi merujuk pada

suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan

serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap

rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi gembira

mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat

tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Chaplin (2002, dalam Safaria, 2009) merumuskan emosi sebagai suatu

keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang

disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. Emosi cenderung terjadi

dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir

(avoidance) terhadap sesuatu. Perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya

ekspresi kejasmanian sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang

mengalami emosi. Jika seseorang mengalami ketakutan mukanya menjadi pucat,

jantungnya berdebar-debar, jadi adanya perubahan-perubahan kejasmanian sebagai

rangkaian dari emosi yang dialami oleh individu yang bersangkutan Walgito (1994,

dalam Safaria, 2009).

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

Dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas,

suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk

bertindak terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu mencakup

perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku

pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian.

1.2 Macam-macam Emosi

Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain

Descrates, JB Watson dan Daniel Goleman. Menurut Descrates, emosi terbagi atas :

Desire (hasrat), Hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan

Joy (kegembiraan), sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu :

Fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002)

mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh

di atas, yaitu amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan

malu.

Mayer (1990, dalam Goleman, 2002) menyebutkan bahwa orang cenderung

menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu :

sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Melihat keadaan itu maka

penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup

lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.

1.3 Proses Terjadinya Emosi

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis maupun faktor

fisiologis. Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau

sebuah peristiwa, yang bisa netral, positif, ataupun negatif. Stimulus tersebut

kemudian ditangkap oleh reseptor kita, lalu melalui otak. Kita menginterpretasikan

kejadian tersebut sesuai dengan kondisi pengalaman dan kebiasaan kita dalam

mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi yang kita buat kemudian memunculkan

perubahan secara internal dalam tubuh kita. Perubahan tersebut misalnya napas

tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak, perubahan raut wajah,

intonasi suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah kita.

Pandangan teori kognitif menyebutkan emosi lebih banyak ditentukan oleh

hasil interpretasi kita terhadap sebuah peristiwa. Kita bisa memandang dan

menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilai negatif, tidak

menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan. Persepsi yang

lebih positif seperti sebuah kewajaran, hal yang indah, sesuatu yang mengharukan,

atau membahagiakan. Interpretasi yang kita buat atas sebuah peristiwa

mengkondisikan dan membentuk perubahan fisiologis kita secara internal, ketika kita

menilai sebuah peristiwa secara lebih positif maka perubahan fisiologis kita pun

menjadi lebih positif.

1.4 Teori Emosi

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

Para ahli mengemukakan beberapa teori dalam upaya menjelaskan timbulnya

gejala emosi. Beberapa teori emosi tersebut antara lain :

a. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer

Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada

rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja seperti hati berdebar, tekanan darah naik,

nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah. Jika rangsangannya

menyenangkan seperti diterima di perguruan tinggi idaman, emosi yang timbul

dinamakan senang, sebaliknya, jika rangsangannya membahayakan misalnya melihat

ular berbisa emosi yang timbul dinamakan takut.

b. Teori Emosi James-Lange

Teori ini menjelaskan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai

rangsangan yang datang dari luar. Jika seseorang misalnya melihat harimau,

reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat,

paru-paru lebih cepat memompa udara. Respons tubuh ini kemudian dipersepsikan

dan timbullah rasa takut. Rasa takut timbul oleh hasil pengalaman dan proses belajar.

Orang bersangkutan dari hasil pengalamannya telah mengetahui bahwa harimau

adalah makhluk yang berbahaya, karena itu debaran jantung dipersepsikan sebagai

rasa takut.

c. Teori Emosi “Emergency” Cannon

Teori ini menyatakan emosi timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik.

Teori Cannon kemudian diperkuat oleh Philip Bard, sehingga kemudian lebih dikenal

dengan teori Cannon-Bard atau teori emergency. Teori ini mengatakan pula bahwa

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

emosi adalah reaksi yang diberikan oleh organisme dalam situasi darurat atau

emergency. Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa ada antagonisme antara saraf-

saraf simpatis dengan cabang-cabang cranial dan sacral daripada susunan saraf

otonom. Jadi, kalau saraf-saraf simpatif aktif, saraf otonom nonaktif, dan begitu

sebaliknya.

2. Kecerdasan Emosional

2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh

psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of

New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya

penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional

atau yang sering disebut Emotional Quotion (EQ) sebagai:“Himpunan bagian dari

kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang

melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan

informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan” (Shapiro, 1998).

Goleman (2002) mengatakan bahwa kecerdasan emosional merujuk kepada

kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan

memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri

sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional mencakup

kemempuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi, dengan kecerdasan

akademik, yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur dengan

Inteligence Quotion (IQ). Banyak orang yang cerdas, dalam arti terpelajar, tetapi

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

tidak mempunyai kecerdasan emosi. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan

IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik

pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. EQ tidak begitu dipengaruhi oleh

faktor keturunan (Shapiro, 1998). Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh

lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Peranan

lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam

pembentukan kecerdasan emosional.

Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-

On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan

emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan

tekanan lingkungan (Goleman, 2000).

Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000)

mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang penting untuk meraih

sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan

tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik,

interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai

kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.

Gardner (1993, dalam Goleman, 2000) mengungkapkan bahwa kecerdasan

pribadi terdiri dari: kecerdasan antarpribadi yaitu kemampuan untuk memahami

orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana

bekerja bahu membahu dengan kecerdasan, sedangkan kecerdasan intrapribadi adalah

kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri

serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh

kehidupan secara efektif (Goleman, 2002).

Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey

(1990, dalam Goleman, 2000) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan

intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional

pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang

untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali

emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (sosial) dengan

orang lain.

Goleman (2002) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage

our emotional life with intelligence), menjaga keselarasan emosi dan

pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui

keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan

keterampilan sosial.

Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan

seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri,

mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan

(sosial) dengan orang lain.

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

2.2 Komponen Kecerdasan Emosional

Goleman (2002) memperluas kecerdasan emosional menjadi lima kemmapuan

utama, yaitu:

a. Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan

sewaktu perasaan itu terjadi. Hal ini menyebabkan individu menyadari emosi yang

sedang dialami serta mengetahui penyebab emosi tersebut terjadi serta memahami

kuantitas, intensitas, dan durasi emosi yang sedang berlangsung. Kesadaran akan

intensitas emosi memberi informasi mengenai besarnya pengaruh kejadian tersebut

pada individu. Intensitas yang tinggi cenderung memotivasi individu untuk bereaksi

sedangkan intensitas emosi yang rendah tidak banyak mempengaruhi individu secara

sadar. Kesadaran akan durasi emosi yang berlangsung membuat individu dapat

berpikir dan mengambil keputusan yang selaras dalam mengungkapkan emosinya.

Kemampuan mengenali emosi diri merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para

ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran

seseorang akan emosinya sendiri. Mayer (Goleman, 2002) mengatakan bahwa

kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana

hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan

dikuasai oleh emosi. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang

sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan., sehingga tidak peka

akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan

masalah (Mutadin, 2002). Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi

sehingga individu mudah menguasai emosi.

b. Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani

perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai

keseimbangan dalam diri individu. Individu dapat mengungkapkan emosinya dengan

kadar yang tepat pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat (Aristoteles dalam

Goleman 2004). Tujuan pengendalian diri adalah keseimbangan emosi bukan

menekan emosi, karena setiap perasaan memiliki nilai dan makna tersendiri. Menjaga

agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan

emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan

mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002). Kemampuan ini mencakup kemampuan

untuk menghibur diri sendiri ketika ditimpa kesedihan, melepaskan kecemasan,

kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta

kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. Orang-orang yang

buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan

perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh

lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan (Goleman, 1996).

c. Memotivasi Diri Sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang

berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan

mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu

antusiasme, gairah, optimis dan keyakinan diri. Keterampilan memotivasi diri

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang

yang memiliki keterampilan ini cenderung lebih jauh produktif dan efektif dalam hal

apa pun yang mereka kerjakan (Goleman, 1996).

d. Mengenali Emosi Orang Lain (Empati)

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Empati

adalah dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami

perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri

dengan bermacam-macam orang (Setrianingsih, 2006). Empati dibangun berdasarkan

pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat

dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain, sebaliknya orang

yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak

akan mampu menghormati perasaan orang lain. Goleman (2002) mengatakan bahwa

kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan

kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih

mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-

apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang

orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan

orang lain.

Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang

mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan diri

secara emosional, lebih populer, lebih mudah beraul, dan lebih peka (Goleman,

2002). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu

membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

frustasi (Goleman, 2002). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga

memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri,

mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai

kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

e. Membina Hubungan (Sosial)

Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan

sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain.

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang

menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman,

2002). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam

keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang

diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan

sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu

berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam

lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya

berkomunikasi (Goleman, 2002). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang

lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana perawat mampu membina hubungan

dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian perawat berkembang dilihat dari

banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya. Apabila individu tidak

memiliki keterampilan-keterampilan semacam ini dapat menyebabkan seseorang

seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponen-komponen

utama dari kecerdasan emosional sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen

kecerdasan emosional.

2.3 Kecerdasan Emosional di Tempat Kerja

Aturan bekerja saat ini telah berubah. Kita dinilai berdasarkan tolak ukur yang

baru yaitu tidak hanya dinilai berdasarkan tingkat kepandaian, atau berdasarkan

pelatihan dan pengalaman, tetapi juga berdasarkan kemampuan kita mengelola diri

sendiri dan berhubungan dengan orang lain yang disebut cerdas secara emosional.

Keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan keterampilan kognitif

(Goleman, 1999).

Martin (2003) mengatakan dalam konteks pekerjaan, kecerdasan emosional

adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan, termasuk

cara tepat untuk menangani masalah. Orang lain yang dimaksud adalah bisa meliputi

atasan, rekan sejawat, bawahan atau juga pelanggan. Realitas menunjukkan, sering

kali kita tidak mampu menangani masalah-masalah emosional di tempat kerja secara

memuaskan. Bukan saja tidak mampu memahami perasaan sendiri, melainkan juga

perasaan orang lain yang berinteraksi dengan kita. Akibatnya sering terjadi

kesalahpahaman dan konflik antar pribadi.

Di dunia kerja, kelebihan orang-orang ber-EQ tinggi dibandingkan dengan

orang lain tercermin dari fakta berikut :

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

a. Pada posisi yang berhubungan dengan banyak orang, mereka lebih sukses

bekerja. Terutama karena mereka lebih berempati, komunikatif, lebih tinggi rasa

humornya dan lebih peka akan kebutuhan orang lain.

b. Mereka lebih bisa menyeimbangkan rasio dan emosi. Tidak terlalu sensitif dan

emosional, namun juga tidak dingin dan terlalu rasional. Pendapat mereka

dianggap selalu objektif dan penuh pertimbangan.

c. Mereka menanggung stres yang lebih kecil karena biasa dengan leluasa

mengungkapkan perasaan, bukan memendamnya.

d. Berbekal kemampuan komunikasi dan hubungan interpersonal yang tinggi,

mereka selalu mudah menyesuaikan diri dan mudah beradaptasi.

e. Saat yang lainnya menyerah, mereka tidak putus asa dan frustasi, justru menjaga

motivasi untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.

Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi

berbagai situasi yang berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi

terhadap berbagai situasi nyata, maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi

buruk. Emosi di kantor dapat dikatakan baik atau buruk hanya tergantung pada akibat

yang ditimbulkan.

Tantangan menonjol bagi pekerja saat ini terutama adalah bertambahnya jam

kerja serta keharusan untuk mengelola hal-hal berpotensi stres dan berfungsi efektif

di tengah kompleksitas bisnis. Pekerja juga dituntut untuk mampu menempatkan

kehidupan kerja dan keluarga selalu dalam posisi seimbang.

Tantangan pekerjaan juga terletak pada kemampuan berempati, misalnya para

perawat, ketika menghadapi keluhan pasien, perawat membutuhkan ketabahan emosi

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

dan juga mempunyai kemampuan melihat hal tersebut dari perspektif pasien. Perawat

dalam berkata, bertindak, dan mengambil keputusan, membutuhkan kecerdasan

emosional yang tinggi, sehingga mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang

lain. Seorang perawat dengan empatinya akan membantu pasien. Perawat harus

bersikap baik dan santun kepada seluruh pasien, baik itu bayi yang baru lahir sampai

lanjut usia. Sikap ini didasarkan pada pemikiran, pilihan sikap yang benar dan tepat

dalam segala situasi, yaitu tempat dan waktu. Perawatan yang efektif mencakup

pemberian perhatian kepada kebutuhan emosi pasien. Sikap perawat kepada pasien

disesuaikan dengan usia pasien, hal ini menguatkan bahwa kemampuan untuk dapat

berempati sangat diperlukan sekali oleh perawat agar perawatan lebih efektif

(Bharata, 2008 ).

Emosi menjadi penting karena ekspresi emosi yang dapat terbukti bisa

melenyapkan stres pekerjaan. Semakin tepat kita mengkomunikasikan perasaan,

semakin nyaman perasaan kita. Keterampilan manajemen emosi memungkinkan kita

menjadi lebih akrab dan mampu bersahabat, berkomunikasi dengan tulus dan terbuka

kepada orang lain.

3. Kinerja

3.1 Pengertian Kinerja

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak pekerja

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

memberi kontribusi kepada perusahaan antara lain kuantitas, output, kualitas output,

kehadiran di tempat kerja dan sikap kooperatif (Mathis & Jackson, 2002). Banyak

ahli mengemukakan tentang pengertian kinerja, antara lain Stoner (1978, dalam Tika,

2006) mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan

persepsi peranan. Sedangkan Bernadin dan Russel (1993, dalam Tika, 2006)

mendefinisikan kinerja sebagai pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-

fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Prawiro Suntoro

(1999, dalam Tika, 2006) mengemukakan bahwa bahwa kinerja merupakan hasil

karya yang dapat dicapai seseorang atau kelompok dalam rangka upaya mencapai

tujuan organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing untuk

mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan

sesuai dengan moral dan etika.

Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu hasil fungsi pekerjaan atau

kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.

Fungsi pekerjaan atau kegiatan yang dimaksud adalah pelaksanaan hasil pekerjaan

atau kegiatan seseorang atau kelompok yang menjadi wewenang dan tanggung jawab

dalam suatu organisasi (Tika, 2006).

3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Tika (2006) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

hasil pekerjaan atau prestasi kerja seseorang atau kelompok, terdiri dari faktor intern

dan ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi kinerja karyawan atau kelompok

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

terdiri dari kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi, motivasi, persepsi, peran,

kondisi keluarga, kondisi fisik seseorang dan karakteristik kelompok kerja,

sedangkan faktor ekstern antara lain berupa peraturan ketenagakerjaan, keinginan

pelanggan, pesaing, nilai-nilai sosial, serikat buruh, kondisi ekonomi, perubahan

lokasi kerja, dan kondisi pasar.

Gibson (1987) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi

kinerja yaitu faktor individu, faktor psikologi, dan faktor organisasi. Faktor individu

terdiri dari kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman, tingkat

sosial, dan demografi seseorang. Variabel kemampuan dan keterampilan merupakan

faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu sedangkan variabel

demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.

Faktor psikologis terdiri dari persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan

kepuasan kerja. Variabel tersebut banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial,

pengalaman kerja sebelumnya, dan variabel demografis. Variabel seperti persepsi,

sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur. Faktor

organisasi berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu terdiri dari

struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward

system).

3.3 Sistem Penilaian Kinerja

Setiap pimpinan harus dapat melakukan penilaian objektif terhadap kinerja

karyawan sehingga perlu dikembangkan instrumen penilaian kinerja. Penilaian

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

kinerja dalam organisasi adalah proses organisasi mengevaluasi hasil kerja atau

prestasi kerja para pemegang jabatan.

Beberapa alasan dan pertimbangan mengapa kinerja harus dinilai yaitu :

1. Penilaian kinerja memberikan informasi bagi pertimbangan pemberian promosi

dan penetapan gaji

2. Penilaian kinerja memberikan umpan balik bagi para manajer maupun karyawan

untuk melakukan instrospeksi dan meninjau kembali perilaku selama ini, baik

yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dirumuskan kembali sebagai

yang mendukung tumbuh kembangnya budaya organisasi secara keseluruhan.

3. Penilaian kinerja diperlukan untuk pertimbangan pelatihan dan pelatihan kembali

(retraining) serta pengembangan (Soeroso, 2003).

Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan turut

menentukan mutu pelayanan kesehatan. Untuk mendukung dan mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat yang bermutu tinggi, profesionalisme dan kinerja tenaga

kesehatan termasuk perawat perlu ditingkatkan kapasitasnya. Langkah-langkah

strategis dan aplikatif diperlukan agar perawat dapat berperan dan siap bersaing di

tatanan dunia kesehatan regional, nasional dan global.

Langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja antara lain:

1. Dorong pelayanan lebih memuaskan dan ciptakan agar individu atau tim kerja

meningkatkan mutu proses secara terus menerus.

2. Tingkatkan hasil kerja dan implementasikan rencana untuk peningkatan mutu.

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

3. Temukan strategi agar pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien dengan cara

memberikan pelayanan lebih cepat, lebih mudah, lebih simpel, dengan biaya lebih

rendah tanpa mengurangi hasil.

4. Kaji dan tingkatkan kualitas dokumentasi yang prima, agar dapat dimanfaatkan

sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan mutu kinerja selanjutnya.

5. Komunikasikan hasil-hasil yang telah dicapai kepada staf atau tim kerja.

3.4 Indikator Kinerja

Indikator terdiri dari dua kata yaitu indikator dan kinerja. Banyak defenisi

yang dikemukakan para pakar tentang indikator dan kinerja, salah satunya dari World

Health Organization (WHO, 1981) menyatakan bahwa indikator adalah variabel

untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung; kinerja

adalah catatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi atau kegiatan tertentu

dalam kurun waktu tertentu (Benardin dan Russel, 1993). Kinerja sinonim dengan

mutu, juga sama dengan akuntabilitas. Garvin menyatakan kinerja adalah

karakteristik operasional utama dari suatu produk pelayanan. Menurut Prajawanto

(2009) indikator kinerja adalah indikator yang berfokus pada hasil asuhan

keperawatan kepada pasien dan proses pelayanannya.

Dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau

kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang

telah ditetapkan. Indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang dapat dihitung dan

diukur serta digunakan sebagai dasar untuk melihat dan menilai tingkat kinerja yang

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

baik. Beberapa syarat yang berlaku untuk semua kelompok kinerja. Syarat-syarat

tersebut antara lain:

1. Spesifik dan jelas sehingga mudah dipahami dan tidak ada kesalahan interpretasi.

2. Dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif yaitu

dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja mempunyai kesimpulan yang

sama.

3. Relevan, indikator kerja harus menangani aspek-aspek objektif yang relevan.

4. Penting atau terpilih, dapat dicapai dan harus berguna untuk menunjukkan

keberhasilan masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak setiap proses.

Indikator kinerja juga mempunyai beberapa fungsi antara lain :

1. Memperjelas tentang apa, berapa, dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan.

2. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk

menghindari kesalahan interpretasi dalam penilaian kinerja staf, tim dan kinerja

instansi/ organisasi.

3. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja organisasi/ unit

kerja.

4. Harus fleksibel dan sensitif terhadap perubahan atau penyesuaian pelaksanaan dan

hasil pelaksanaan kegiatan.

5. Efektif, data atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang

bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang

tersedia.

3.5 Kinerja Perawat

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

Kusnanto (2004) mengemukakan bahwa kinerja seorang perawat merupakan

suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan

biopsikososialspiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan

masyarakat baik sakit maupun yang sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan

manusia. Perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja perawat untuk menilai sejauh

mana perawat telah menjalankan tanggung jawab dan untuk memberikan umpan balik

bagi perawat. Kinerja Perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat

dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-

masing, tidak melanggar hukum, aturan serta sesuai moral dan etika, dimana kinerja

yang baik dapat memberikan kepuasan pada pengguna jasa (Depkes, 1994). Selain

aktivitas perawat tersebut terkait dengan kinerja perawat dapat dilihat dari pelayanan

kesehatan yang diberikan perawat kepada pasiennya (Tanjary, 2009).

Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi suatu

pelaksanaan kegiatan dalam waktu tertentu. Indikator yang berfokus pada hasil

asuhan keperawatan kepada pasien dan proses pelayanannya disebut indikator kinerja

(Prajawanto, 2009). Kinerja perawat dapat dilihat sesuai dengan peran fungsi perawat

sebagai pemberi asuhan keperawatan.

3.6 Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat

Menurut Asa’ad (2000, dalam Tanjary, 2009), faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja perawat adalah karakteristik, motivasi, kemampuan,

keterampilan, persepsi, sikap serta lingkungan kerja. Adapun yang termasuk dalam

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

karakteristik perawat meliputi umur, pendidikan, tingkat pengetahuan, masa kerja,

serta status. Umur berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin berumur

seorang perawat memiliki tanggung jawab moral dan loyal terhadap pekerjaan serta

lebih terampil karena lama bekerja menjadi perawat.

Pendidikan perawat berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin

tinggi pendidikan yang ditempuh, semakin banyak ilmu pengetahuan serta

keterampilan yang dimiliki oleh perawat. Masa kerja berpengaruh terhadap kinerja

perawat karena semakin lama masa kerja seorang perawat semakin banyak

pengalaman yang diperolehnya dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat

meningkatkan kinerjanya. Status pekerjaan berpengaruh terhadap kinerja perawat

karena semakin tinggi jabatan yang diembannya maka semakin tinggi motivasi dalam

pekerjaannya sehingga akan dapat meningkatkan kinerja perawat (Tanjary, 2009).

Motivasi juga mempengaruhi kinerja seseorang. Motivasi seseorang akan

timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba cara baru dan mendapat

umpan balik dari hasil yang diberikan. Oleh karena itu penghargaan psikis dalam hal

ini sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan diperhatikan serta

dibimbing manakala melakukan suatu kesalahan (Bachtiar & Suarly, 2009).

3.7 Penilaian Kinerja Perawat

Penilaian kinerja merupakan suatu komponen dari sistem manajemen kinerja

yang digunakan organisasi untuk memotivasi pekerja. Tujuan utama penilaian kinerja

adalah untuk memperbaiki kinerja. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa

keperawatan dalam kualitas yang tinggi.

Perawat perlu mengetahui adanya pembagian tugas (job description) dalam

melakukan pelayanan keperawatan. Hal ini akan mempermudah perawat untuk

berfungsi sesuai dengan tugas dan tahu apa yang diharapkan dan tidak diharapkan.

Uraian tugas (job description) perawat di ruang rawat adalah sebagai berikut :

1. Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungan.

2. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.

3. Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap pakai.

4. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnose keperawatan,

sesuai batas kewenangannya

5. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.

6. Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas

kemampuannya, antara lain:

1) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan

2) Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya mengenai

penyakitnya

7. Melatih/membantu pasien untuk melakukan latihan gerak

8. Melakukan tindakan darurat kepada pasien (antara lain panas tinggi, kolaps,

perdarahan, keracunan, henti nafas & henti jantung), sesuai Protap yang berlaku.

Selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter

ruang rawat/ dokter jaga

9. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya.

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

10. Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang tepat

berdasarkan hasil observasi tersebut, sesuai batas kemampuannya.

11. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan upaya

meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

12. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai jadwal

dinas.

13. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Kepala Ruang Rawat.

14. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan, antara lain

melalui pertemuan ilmiah dan penataran atas izin/persetujuan atasan.

15. Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat

dan benar sesuai Standar Ashukan Keperawatan.

16. Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun

tertulis, pada saat penggantian dinas.

17. Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya sesuai dengan

keadaan dan kebutuhan pasien, mengenai:

a) Program Diet

b) Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaannya

c) Pentingnya pemeriksaan ulang di rumah sakit, puskesmas atau institusi

pelayanan kesehatan lain

d) Cara hidup sehat, seperti pengaturan istirahat, makanan yang bergizi atau

bahan pengganti sesuai dengan keadaan sosial ekonomi.

18. Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan, seperti:

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

a) Rollstoel

b) Tongkat penyangga

c) Protesa

19. Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di rumah sakit,

misalnya :

a) Merawat luka

b) Melatih anggota gerak

20. Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi:

1) Menyediakan formulir untuk menyelesaian administrasi, seperti:

a) Surat izin pulang

b) Surat keterangan istirahat sakit

c) Petunjuk diet

d) Resep obat untuk di rumah, jika diperlukan

e) Surat rujukan atau pemeriksaan ulang

4. Hubungan kecerdasan emosional perawat dengan kinerja perawat menurut

persepsi pasien

Perawat merupakan sebuah profesi yang berorientasi kepada pelayanan dalam

bentuk jasa. Pelayanan diberikan kepada klien yang mencakup individu, keluarga dan

masyarakat. Perawat memerlukan suatu keterampilan manajemen emosi agar

pelayanan yang diberikan meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual.

Keterampilan tersebut lebih dikenal dengan istilah kecerdasan emosional. Kecerdasan

perawat bukanlah merupakan suatu hal yang bersifat dimensi tunggal semata, yang

hanya bisa diukur dari satu sisi dimensi saja (dimensi IQ). Kesuksesan perawat

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

di dalam kinerjanya, ternyata lebih terkait dengan jenis kecerdasan selain IQ.

Goleman (2000) melalui penelitiannya, setidaknya 75% kesuksesan manusia lebih

ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya (EQ) dan hanya 25% yang ditentukan oleh

kecerdasan intelektualnya (IQ).

IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional

terhadap kinerja perawat, namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi.

Alam diciptakan dalam keseimbangan, demikian pula kecerdasan perawat perlu

dikelola secara seimbang. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci

keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan (Goleman, 2002). Pendidikan di

keperawatan bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model

pemahaman yang lazimnya dipahami mahasiswa saja, melainkan juga perlu

mengembangkan emotional intelligence mahasiswa.

Kecerdasan emosional penting dalam dunia kerja, karena dengan kecerdasan

emosional seseorang bisa mengadakan hubungan yang baik dengan atasan, rekan

sejawat maupun bawahan atau juga pelanggan (Dio, 2003). Pendapat tersebut

diperkuat lagi oleh penelitian yang pernah dilakukan Boyatzis pada tahun 1999

(dalam Martin, 2000) memberikan hasil bahwa kecerdasan emosi memiliki pengaruh

positif terhadap hasil kerja dan kinerja seseorang. Bagi seorang perawat, kecerdasan

emosional merupakan syarat mutlak. Para perawat dalam pekerjaan sehari-hari

hampir selalu melibatkan perasaan dan emosi, sehingga setiap memberikan perawatan

dituntut untuk memiliki kecerdasan emosi yang tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosalina (2008) mengatakan bahwa

kecerdasan emosional perawat sangat menentukan perilaku melayani konsumen atau

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

pasien. Jika perawat memiliki kecerdasan emosional baik, maka perilaku perawat

dalam memberikan layanan kepada pasien pun akan baik. Perawat yang memiliki

kecerdasan emosional yang baik dapat mengontrol emosi-emosinya pada saat

berinteraksi langsung dengan pasien atau keluarga pasien

Realitas menunjukkan bahwa perawat tidak mampu menangani masalah–

masalah emosional di tempat kerja secara memuaskan. Bukan saja tidak mampu

memahami perasaan diri sendiri, melainkan juga perasaan orang lain yang

berinteraksi dengan kita, akibatnya sering terjadi kesalahpahaman dan konflik antar

pribadi. Kecerdasan emosional ini jelas sangat dibutuhkan oleh perawat sebab

perawat selalu berhubungan dan berinteraksi dengan klien yang latar belakang

budaya dan sifatnya berbeda. Perbedaan ini menuntut perawat untuk mengenali

perasaan dirinya maupun orang lain dalam hal ini klien dan keluarganya. Sehingga

perawat secara profesional akan bersifat asertif. Asertif yaitu terampil menyampaikan

pikiran dan perasaan dengan baik, lugas, dan jelas tanpa harus membuat orang lain

tersinggung. Perawat yang cerdas secara emosional adalah orang yang memahami

kondisi dirinya, emosi-emosi yang terjadi, serta mengambil tindakan yang tepat.

Orang tersebut juga secara sosial mampu mengenali dan berempati terhadap apa yang

terjadi pada orang lain dan menanggapinya secara proporsional.

Seorang perawat yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan

dapat dikenali melalui lima komponen dasar, yaitu sebagai berikut (Bharata, 2008) :

1. Self-awarenes (mengenali emosi diri) yaitu mampu mengenali emosi dan

penyebab dari pemicu emosi tersebut, mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan

mendapatkan informasi untuk melakukan suatu tindakan, mampu untuk

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan,

dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut.

2. Self-regulation (mengelola diri). Seseorang yang mempunyai pengenalan diri

yang baik dapat lebih terkontrol dalam membuat tindakan agar lebih hati-

hati. Dia juga akan berusaha untuk tidak impulsif. Perlu diingat, hal ini

bukan berarti bahwa orang tersebut menyembunyikan emosinya melainkan

memilih untuk tidak diatur oleh emosinya.

3. Self-motivation (motivasi diri), ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan

rencana, seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi tidak akan

bertanya “Apa yang salah dengan saya atau kita?”, sebaliknya ia bertanya

“Apa yang dapat kita lakukan agar kita dapat memperbaiki masalah ini?”.

4. Empathy (empati) yaitu kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan

merasakan apa yang orang lain rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada

posisi tersebut. Perawat dengan kemampuan empati maka perawat memiliki

kemampuan untuk menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati seorang

perawat dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat perlu menjaga

kondisi kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi satu

sama lain.

5. Effective Relationship (hubungan yang efektif). Keempat kemampuan tersebut

jika dimiliki oleh seorang perawat maka seseorang dapat berkomunikasi dengan

orang lain secara efektif. Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama

lebih ditekankan dan bukan pada konfrontasi yang tidak penting yang

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Emosi 1.1 Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27243/4/Chapter II.pdfrangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi

sebenarnya dapat dihindari. Orang yang mempunyai kemampuan intelegensia

emosional yang tinggi mempunyai tujuan yang konstruktif dalam pikirannya.

Kecerdasan emosional perlu dikembangkan karena hal inilah yang

mendasari keterampilan perawat di tengah masyarakat dan mempengaruhi semua

aspek yang berhubungan dengan pelayanan perawat, sehingga akan membuat

seluruh potensi dapat berkembang secara lebih optimal. Idealnya seorang

perawat dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial

emosional.