BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. ·...

26
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD Pendidikan matematika merupakan mata pelajaran yang ada di berbagai Negara, terutama Negara-negara maju telah berkembang dengan cepat, disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan serta perkembangan teknologi. Pembelajaran matematika diberikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Tetapi, matematika juga terdapat pada kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga semua orang dapat melakukan pembelajaran matematika. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari misalnya, jam, hari, jual-beli di pasar, dan lain-lain. Corey (2003) dalam Ahmad Susanto (2013: 186) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan Dimyati (2006) dalam Ahmad Susanto (2013: 186) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara baik, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna. Depdiknas (2004) dalam Ahmad Susanto (2013: 184) menyebutkan : Siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran, tidak hanya dapat memahami standar kompetensi atau penguasaan matematika saja, tetapi juga dapat memahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam kehidupan sehari-hari. Susanto (2013:195) mengemukakan : Bidang studi matematika merupakan bidang studi yang berguna dan membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan hitung menghitung atau angka- angka dalam berbagai macam masalah, yang memerlukan suatu keterampilan dan kemampuan untuk memecahkannya.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. ·...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD

Pendidikan matematika merupakan mata pelajaran yang ada di berbagai

Negara, terutama Negara-negara maju telah berkembang dengan cepat,

disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan serta perkembangan teknologi.

Pembelajaran matematika diberikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari

Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Tetapi, matematika juga terdapat pada

kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga semua orang dapat melakukan

pembelajaran matematika. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari misalnya,

jam, hari, jual-beli di pasar, dan lain-lain.

Corey (2003) dalam Ahmad Susanto (2013: 186) mengemukakan bahwa

“pembelajaran adalah proses menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang

kondusif sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku siswa”. Sedangkan

Dimyati (2006) dalam Ahmad Susanto (2013: 186) mengemukakan bahwa

“pembelajaran adalah kegiatan guru dalam merancang bahan pengajaran agar

proses pembelajaran dapat berlangsung secara baik, yakni siswa dapat belajar

secara aktif dan bermakna”.

Depdiknas (2004) dalam Ahmad Susanto (2013: 184) menyebutkan :

Siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran, tidak hanya dapat

memahami standar kompetensi atau penguasaan matematika saja, tetapi

juga dapat memahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam

kehidupan sehari-hari.

Susanto (2013:195) mengemukakan :

Bidang studi matematika merupakan bidang studi yang berguna dan

membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan

sehari-hari yang berhubungan dengan hitung menghitung atau angka-

angka dalam berbagai macam masalah, yang memerlukan suatu

keterampilan dan kemampuan untuk memecahkannya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

9

Soedjadi (1999) dalam Gatot Muhsetyo (2008: 1.2) menyatakan bahwa :

Keabsahan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep,

operasi, dan prinsip. Ciri keabsahan matematika yang tidak sederhana

menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipahami dan akhirnya

banyak siswa yang kurang tertarik. Oleh karena itu, diperlukan model

pembelajaran yang menarik, mudah dipahami siswa, membangkitkan

semangat, dan menantang terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga

siswa menjadi cerdas matematika.

Muhsetyo (2008:1.26) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika

adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui

kegiatan yang terencana.

Susanto (2013:186) mengemukakan :

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang

dibangun oleh guru untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta

dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru untuk

menungkatkan siswa dalam menguasai materi matematika.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar yaitu

supaya siswa mampu dan terampil menggunakan matematika, memberikan

tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika. Secara khusus, tujuan

pembelajaran matematika di Sekolah Dasar yang disajikan oleh Depdiknas dalam

Ahmad Susanto (2013: 190) yaitu sebagai berikut :

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan

mengaplikasikannya konsep atau algoritme.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan

dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

10

e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-

hari.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika, seorang

guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang membuat siswa aktif,

tekun, menemukan dan mengembangkan pengetahuannya. Dengan menemukan

sendiri, siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dengan

menemukan sendiri, sehingga mudah diingat. Hal ini sebagaiman dijelaskan oleh

Jean Piaget dalam Ahmad Susanto (2013: 191) mengemukakan bahwa

pengetahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan

oleh siswa sendiri. Kemudian Ausubel dalam Ibrahim, dkk (2012: 67) juga

menjelaskan bahwa belajar menjadi bermakna bila informasi yang diterima siswa

itu disusun sendiri sesuai dengan pemikiran siswa.

Ruang lingkup mata pelajaran matematika meliputi penjumlahan,

pengurangan, perkalian, pembagian. Selain itu juga berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari, misalnya menghitung uang, jam, kecepatan, jual-beli di pasar. Bangun

datar meliputi persegi, persegi panjang, segitiga, belah ketupat, lingkaran, jajar

genjang, trapesium, layang-layang, dan segi banyak. Bangun ruang meliputi,

kubus, balok, tabung, kerucut, prisma. Selain itu, pengumpulan data, penyajian

data dengan tabel, grafik, dan gambar, mengurutkan data, rata-rata data, dan

modus.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran matematika yaitu untuk menumbuhkan atau mengembangkan

keterampilan berhitung, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan

sehari-hari. Selain itu, untuk membentuk sikap cermat, teliti, jujur, dan percaya

diri. Belajar matematika pada jenjang Sekolah Dasar sangat penting, karena pada

pendidikan yang selanjutnya juga akan diberikan mata pelajaran matematika.

Banyak siswa yang bilang bahwa matematika sulit, tetapi pada jenjang yang

selanjutnya juga akan lebih sulit. Oleh karena itu, pada jenjang Sekolah Dasar

belajar matematika harus mengerti supaya pada jenjang selanjutnya juga akan

lebih mengerti.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

11

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran matematika dibutuhkan

strategi/model pembelajaran supaya siswa memiliki keterampilan atau

kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah. Terdapat berbagai model

pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran matematika yang berkaitan dengan

pemecahan masalah, yaitu Contextual Teaching and Learning (CTL), Think Pairs

Share (TPS), Problem Solving, Direct Learning (DL), Problem Based Learning

(PBL), Problem Terbuka.

Model yang dianggap lebih cocok dalam pembelajaran matematika yang

berkaitan dengan pemecahan masalah kehidupan sehari-hari yaitu Contextual

Teaching and Learning (CTL) dan Think Pairs Share (TPS). Kedua model

tersebut mengandung atau berkaitan dengan pemecahan masalah. Oleh karena itu,

akan dibahas secara berurutan tentang 2 model pembelajaran tersebut.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

Joyce dan Weil (1980:1) dalam Miftahul Huda (2015: 73) berpendapat :

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),

merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di

kelas atau yang lain.

Eggen dan Kauchak dalam Hosnan (2014: 234) mengemukakan :

Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk

strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran.

Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

Jadi dari pendapat Eggen & Kauchak dan Joyce & Weil dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pedoman yang dibuat

sebelum proses pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran digunakan

supaya dapat mempermudah pembelajaran, sehingga siswa menjadi mudah

mengerti saat mengikuti pembelajaran. Banyak model pembelajaran yang bisa

digunakan, tetapi guru juga harus bisa memilih model pembelajaran yang cocok

sesuai dengan tingkat berpikirnya siswa.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

12

Siswa SD tahap pemikirannya masih dalam tahap konkrit, belum bisa untuk

berfikir yang abstrak. Selain itu, mereka masih suka bermain dan berkumpul atau

berkelompok. Jadi, siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari dalam proses

pembelajaran digunakan pembelajaran yang kooperatif.

Slavin dalam Hosnan (2014: 235) mengemukakan :

Cooperative learning adalah suatu metode pembelajaran dimana siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya terdiri dari atas 4 sampai 8 orang, dengan struktur

kelompoknya yang bersifat heterogen.

Pendapat lain yaitu Suprijono (2009: 54) dalam Hosnan (2014: 235)

mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas,

meliputi semua jenis kerja kelompok, baik yang dipimpin oleh guru maupun

siswa. Selanjutnya Hasan dalam Hosnan (2014: 235) berpendapat bahwa

cooperative learning artinya bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Jadi menurut ahli Slavin, Suprijono, dan Hasan, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif adalah suatu rancangan atau rencana pembelajaran

yang menekankan aspek kerja sama dengan kelompok untuk mengerjakan atau

menyelesaikan masalah untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Dalam

pembagian kelompok juga harus adil, sehingga siswa dalam kelompok

mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda, bisa rendah, sedang, dan tinggi.

Tetapi, dalam pembagian kelompok tidak membeda-bedakan agama atau asal

siswa.

Terdapat berbagai model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran

matematika yang berkaitan dengan pemecahan masalah yaitu Contextual

Teaching and Learning (CTL), Think Pairs Share (TPS), Problem Solving,

Problem Based Learning (PBL), Problem Posing, Problem Terbuka.

Model yang dianggap lebih cocok dalam pembelajaran matematika yang

berkaitan dengan pemecahan masalah kehidupan sehari-hari yaitu Contextual

Teaching and Learning (CTL) dan Think Pairs Share (TPS). Kedua model

tersebut mengandung atau berkaitan dengan pemecahan masalah, sehingga sesuai

dengan materi matematika yang diambil yaitu tentang pemecahan masalah yang

berkaitan dengan pecahan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

13

Penelitian lebih lanjut mengenai keefektifan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Think Pairs Share (TPS) perlu

dilakukan terlebih dahulu memahami hakekat model CTL dan TPS, karakteristik,

langkah-langkah, kelebihan, dan kelemahannya. Berikut secara berurutan akan

dipaparkan mengenai model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) dan Think Pairs Share (TPS).

2.1.4 Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Johnson (2008) dalam Rusman (2014: 187) mengemukakan bahwa

pembelajaran konstektual adalah sebuah pembelajaran yang merangsang otak

untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna. Menurut Rusman (2014:187)

berpendapat bahwa pembelajaran konstektual adalah usaha untuk membuat siswa

aktif dalam pembelajaran, mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan

mengaitkannya dengan dunia nyata.

Taniredja (2011: 49) mengemukakan :

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep

belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Jadi dari pendapat Johnson, Rusman, dan Nurhadi dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran CTL adalah suatu rancangan pembelajaran yang

menghadirkan atau menekankan aspek kehidupan nyata ke dalam kelas. Model

pembelajaran ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk menghubungkan

pengetahuan atau pengalaman yang dimilikinya dengan kehidupan sehari-hari.

Landasan filosofis CTL adalah Konstruktivisme, yaitu filosofis belajar

yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi

merekonstruksi atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-

fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

14

2.1.5 Komponen Model Pembelajaran CTL

Model pembelajaran CTL mempunyai 7 komponen yang melandasi

pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung. Hosnan (2014: 270)

menyebutkan 7 komponen pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL,

yaitu sebagai berikut :

a. Konstruktivisme (Contructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan

baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Jean Piaget (2005)

menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata,

tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek

yang diamatinya. Dalam konstruktivisme terdapat hal-hal yaitu belajar. Belajar

artinya menyediakan kondisi siswa membangun pengetahuannya sendiri,

menemukan ide, kemudian mencari strategi belajar yang efektif sesuai dengan

kerangka berpikir siswa, sehingga pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna.

b. Menemukan (Inquiry)

Inquiry artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan

penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Jadi, inquiry adalah proses

kegiatan inti dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL

yang menekankan siswa untuk menemukan sendiri sehingga hasil yang didapat

bukan sekedar menghafal dan mudah diingat. Langkah-langkah dalam inquiry

yaitu merumuskan masalah, mengamati atau melakukan observasi, menganalisis

dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya

lainnya. Kemudian mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada

pembaca, teman sekelas, guru atau audiensi yang lain.

c. Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.

Pembelajaran dengan melakukan tanya jawab akan banyak menemukan informasi

yang sebelumnya tidak terpikirkan baik guru maupun siswa dan pembelajaran

yang dilakukan juga akan lebih hidup. Kegiatan bertanya berfungsi yaitu untuk

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

15

menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, menyegarkan kembali

pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Manusia tidak bisa hidup sendiri, sehingga manusia tidak hanya diciptakan

sebagai makhluk individu tetapi juga sosial. Masyarakat belajar yaitu belajar yang

dilakukan melalui kerja sama atau berdiskusi dengan teman, sehingga bisa dekat

dengan teman dan informasi yang didapat lebih banyak.

e. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu

sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Model yang dimaksud bisa berupa

pemberian contoh tentang cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya

atau mempertontonkan suatu penampilan.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah proses mengingatkan kembali apa yang telah dipelajari

siswa. Kegiatan refleksi dilakukan di akhir pembelajaran yaitu dengan guru

memberi pertanyaan.

g. Penilaian Autentik (Authentic Assesment)

Penilaian adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui apakah

siswa belajar dengan sungguh-sungguh atau tidak. Penilaian dilakukan dengan

terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

2.1.6 Karakteristik Model Pembelajaran CTL

Model pembelajaran CTL juga mempunyai beberapa karakteristik. Aqib

(201: 8) mengemukakan 11 karakteristik pembelajaran menggunakan model

pembelajaran CTL, yaitu sebagai berikut :

a. Kerja sama.

b. Saling menunjang.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

16

c. Menyenangkan, tidak membosankan.

d. Belajar dengan semangat.

e. Menggunakan berbagai sumber.

f. Siswa aktif.

g. Sharing dengan teman.

h. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,

artikel, humor, dan lain-lain.

i. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan

hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.

2.1.7 Langkah-langkah Model Pembelajaran CTL

Rusman (2014: 192) mengemukakan langkah-langkah model

pembelajaran CTL yaitu sebagai berikut :

a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih

bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri.

b. Melaksanakan kegiatan inquiry.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan

pertanyaa.

d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya

jawab, dan sebagainya.

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,

model bahkan media yang sebenarnya.

f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan.

g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang

sebenarnya pada setiap siswa.

Prosedur pelaksanaan pembelajaran atau langkah-langkah dibuat atau

dirancang sebelum pembelajaran dilaksanakan. Langkah-langkah yang harus

ditempuh dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL adalah

sebagai berikut :

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

17

Tabel 2.1 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Matematika

Menggunakan Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Kegiatan Guru Tahapan

Pelaksanaan

Kegiatan Siswa

Guru mengarahkan siswa untuk

sedemikian rupa dapat

mengembangkan pemikirannya

dan memfasilitasi siswa untuk

mengkontruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan

yang baru saja ditemui.

1. Mengembangkan

Pikiran

Siswa menemukan

maslah dan mencari

serta menemukan

sendiri jawabannya.

Guru membimbing siswa untuk

menemukan suatu masalah yang

diberikan oleh guru.

2. Menemukan

Suatu Fakta

Siswa menemukan

suatu fakta dari

permasalahan yang

disajikan oleh guru /

dari materi yang

diberikan oleh guru.

Guru memancing siswa untuk

melakukan pertanyaan-pertanyaan

dengan tujuan untuk

mengembangkan rasa ingin tahu.

3. Mengembangkan

Rasa Ingin Tahu

Siswa melakukan

kegiatan bertanya.

Guru membentuk siswa menjadi

beberapa kelompok untuk

melakukan diskusi dan tanya

jawab.

4. Melakukan

Diskusi

Siswa melakukan

diskusi dan tanya

jawab.

Guru mendemonstrasikan ilustrasi

/ gambaran materi dengan model

atau media yang sebenarnya.

5. Kegiatan

Demonstrasi

Siswa

mendengarkan guru

saat menjelaskan.

Guru melakukan refleksi atas

kegiatan yang telah dilakukan

dengan memberikan pertanyaan

kepada siswa.

6. Kegiatan Refleksi Siswa melakukan

refleksi atas kegiatan

yang telah dilakukan

dengan menjawab

pertanyaan yang

telah diberikan oleh

guru.

Guru melakukan evaluasi, yaitu

menilai kemampuan siswa yang

sebenarnya.

7. Kegiatan Evaluasi Siswa mengerjakan

soal evaluasi.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

18

2.1.8 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran CTL

Hosnan (2014: 279) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran

menggunakan model pembelajaran CTL terdapat beberapa kelebihan dan

kelemahan. Kelebihan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran

CTL, yaitu sebagai berikut :

a. Pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna dan nyata.

b. Pembelajaran konstektual dapat menjadikan siswa belajar bukan menghafal,

melainkan proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.

c. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

d. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antarindividu maupun kelompok.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, dalam pembelajaran menggunakan

model pembelajaran CTL juga terdapat kelemahan-kelemahan, yaitu sebagai

berikut :

a. Penerapan pembelajaran konstektual merupakan pembelajaran yang kompleks

dan sulit dilaksanakan dalam konteks pembelajaran, selain itu juga

membutuhkan waktu yang lama.

b. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi, tetapi mengelola kelas

dan membimbing siswa agar dapat belajar sesuai dengan tahap

perkembangannya.

c. Guru hanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan sendiri ide-ide dengan cara mereka sendiri. Dalam hal ini guru

memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan

pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan.

2.1.9 Model Pembelajaran Think Pairs Share (TPS)

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pertama kali diperkenalkan

oleh Frang Lyman. Arends (1997) dalam Jumanta Hamdayana (2014: 201)

menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS) adalah suatu cara efektif yang

digunakan dalam pembelajaran diskusi kelas sehingga diskusi dalam kelas

menjadi bervariasi. Huda (2013: 206) mengemukakan bahwa Think Pair Share

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

19

(TPS) memperkenalkan gagasan tentang waktu “tunggu atau berpikir” pada proses

pembelajaran kooperatif yang ampuh dalam meningkatkan respon siswa terhadap

pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Shoimin (2014: 208) menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS) adalah

suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada siswa

untuk berpikir dan bekerja sama atau diskusi dengan teman yang lain. Menurut

Hamdayana (2014: 201) mengemukakan bahwa Think Pair Share (TPS)

merupakan suatu teknik sederhana untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

mengingat suatu informasi atau materi dan didiskusikan dengan temannya

sehingga memperoleh pengalaman belajar dari teman lainnya.

Jadi menurut ahli Arends, Huda, Shoimin, Hamdayana dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yaitu suatu teknik atau cara

yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menuntut siswa untuk

memecahkan masalah kemudian didiskusikan dengan teman sebangku, setelah itu

dipresentasikan di depan teman-temannya. Model pembelajaran Think Pair Share

(TPS) ini dilakukan supaya siswa dapat berpikir atau mengingat pembelajaran

yang dilakukan dan memperoleh pengalaman belajar dari teman lainnya.

2.1.10 Komponen Model Pembelajaran Think Pairs Share (TPS)

Komponen dalam pembelajaran menggunakan model Think Pairs Share

(TPS) menurut Aqib (2013: 25) yaitu sebagai berikut :

a. Think (berpikir)

Pembelajaran TPS diawali dengan pemberian masalah dari guru, kemudian

siswa diminta untuk berpikir dalam memecahkan masalah yang telah diberikan

oleh guru. Dalam memecahkan masalah siswa dituntut untuk tekun belajar dan

aktif mencari referensi supaya dalam memecahkan masalah tersebut lebih mudah.

b. Pair (berpasangan)

Setelah siswa berpikir atau memecahkan masalah yang diberikan oleh guru,

kemudian siswa diminta untuk berkelompok dengan teman satu bangku. Dengan

berkelompok ini, siswa diminta untuk mendiskusikan hasil pemikirannya atau

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

20

bertukar pendapat tentang pemecahan masalah tersebut, sehingga siswa dapat

memperoleh pengetahuan yang lebih banyak, salng menghargai pendapat orang

ain, dan dapat bekerja sama dengan temannya.

c. Share (berbagi)

Pada tahap share (berbagi) ini merupakan tahap dimana siswa membagikan

hasil pemikirannya atau pekerjaannya. Setelah selesai berdiskusi dengan teman

sebangku, kemudian salah satu siswa membagikan atau mempresentasikan hasil

pekerjaannya ke semua teman satu kelas. Pada tahap terakhir ini, semua siswa

akan memperoleh keuntungan mendapatkan pengalaman atau berbagai cara untuk

menyelesaikan suatu masalah dari berbagai kelompok dengan cara mendengarkan

teman lain saat presentasi di depan.

2.1.11 Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Pairs Share (TPS)

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) mempunyai beberapa

langkah. Hamdayana (2014: 202) mengemukakan langkah yang harus dilakukan

dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran TPS yaitu sebagai

berikut:

a. Tahap Pendahuluan

Pembelajaran dimulai dengan apersepsi dan memotivasi siswa agar terlibat

dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini, guru menjelaskan aturan main atau

memberi masalah kepada siswa pada proses pembelajaran.

b. Tahap Think (berpikir secara individual)

Setelah siswa diberi masalah dari guru, kemudian siswa diminta untuk

berpikir atau memecahkan masalah tersebut secara individu. Selain itu, guru juga

memberi waktu atau kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah

tersebut.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

21

c. Tahap Pairs (berpasangan dengan teman sebangku)

Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Penentuan

kelompok berpasangan ditentukan oleh guru yaitu dari teman sebangku masing-

masing siswa, sehingga siswa tidak memilih kelompok sendiri dengan teman yang

pintar dan tidak meninggalkan teman sebangkunya. Setelah berkelompok secara

berpasangan, kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan hasil pemikirannya

atau pemecahannya dengan teman sebangkunya. Dengan berdiskusi, siswa

diharapkan dapat bertukar pendapat sehingga dapat memecahkan masalah dengan

teman sebangku.

d. Tahap Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)

Setelah berdiskusi dengan teman sebangku, kemudian perwakilan kelompok

diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan teman-teman satu

kelas. Pada tahap ini, siswa memperoleh banyak cara yang berbeda atau

pengalaman dalam memecahkan masalah dari teman-temannya yang presentasi di

depan.

e. Tahap Penghargaan

Tahap penghargaan yaitu tahap pemberian nilai baik secara individu maupun

kelompok.

Prosedur pelaksanaan pembelajaran atau langkah-langkah dibuat atau

dirancang sebelum pembelajaran dilaksanakan, sehingga setelah membuat

langkah pembelajaran tersebut guru mempunyai kesempatan untuk mempelajari

atau memahami dahulu langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses

pembelajaran. Mempelajari atau memahami dahulu langkah-langkah yang telah

dibuat bertujuan supaya dalam mengimplementasikan dapat berjalan dengan

lancar dan tidak lupa urutan langkah pembelajaran yang akan dilakukan.

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yaitu teknik pembelajaran

dengan meminta siswa untuk memecahkan masalah, kemudian mendiskusikan

dengan teman sebangku, dan mempresentasikannya di depan teman sekelas.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

22

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran menggunakan model

Think Pairs Share (TPS) yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.2 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Menggunakan

Model Think Pairs Share (TPS)

Kegiatan Guru Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Siswa

Guru menjelaskan materi

yang akan dipelajari

kepada siswa

1. Tahap Pendahuluan Siswa menerima meteri

dari penjelasan guru

Guru memberikan

masalah setelah

menjelaskan materi,

kemudian siswa diminta

untuk mengerjakan atau

memecahkan masalah

tersebut secara individual

2. Tahap Think (berpikir

secara individual)

Siswa menerima masalah

yang diberikan oleh guru

kemudian mengerjakan

atau memecahkan

masalah tersebut dengan

caranya sendiri

Guru meminta siswa

untuk berkelompok

dengan teman sebangku,

kemudian mendiskusikan

hasil pemikiran siswa

masing-masing

3. Tahap Pairs

(berpasangan dengan

teman sebangku)

Siswa berkelompok

dengan teman sebangku

kemudian berdiskusi

mengenai hasil pemikiran

masing-masing

Guru meminta siswa

perwakilan kelompok

untuk mempresentasikan

hasilnya

4. Tahap Share (berbagi

jawaban dengan

pasangan lain atau

seluruh kelas)

Siswa perwakilan

kelompok

mempresentasikan hasil

kerja kelomponya

Guru menilai siswa secara

individu maupun

kelompok

5. Tahap Penghargaan Siswa menerima nilai

yang diberikan oleh guru

2.1.12 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think Pairs Share

Hamdayana (2014: 203) mengemukakan model pembelajaran TPS

mempunyai beberapa kelebihan, yaitu sebagai berikut :

a. TPS mudah diterapkan di berbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap

kesempatan.

b. Menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respons siswa.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

23

c. Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata

pelajaran.

d. Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi.

e. Siswa dapat belajar dari siswa lain.

f. Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau

menyampaikan ide.

Selain kelebihan, TPS juga mempunyai kelemahan-kelemahan. Hamdayana

(2014: 204) mengemukakan kelemahan TPS yaitu sebagai berikut :

a. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik.

b. Lebih sedikit ide yang masuk.

c. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang

bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.

d. Jumlah murid yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok,

karena ada salah satu murid tidak mempunyai pasangan.

e. Banyak kelompok yang terbentuk.

f. Menggantungkan pada pasangan.

2.1.13 Hasil Belajar

Nawawi (2007) dalam Ahmad Susanto (2013: 5) mengemukakan bahwa

hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari tes mengenai

materi yang dipelajari. Nana Sudjana (2011: 22) mengemukakan hasil belajar

yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Menurut Susanto (2013: 5) menyimpulkan bahwa hasil

belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa pada aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Jadi dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan tingkah laku dan kemampuan dari yang tidak bisa menjadi bisa

setelah menerima pengalaman belajar.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

24

2.1.14 Penilaian Hasil Belajar

Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan

pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Proses

belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan

dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah

menyelesaikan pengalaman belajarnya.

Dalam Ahmad Susanto (2013: 5), Sunal (1993) mengemukakan bahwa

penilaian adalah proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan

secara efektif dari suatu proses pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa.

Menurut Nana Sudjana (1988: 111) menyimpulkan bahwa penilaian adalah

memberikan pertimbangan atau harga terhadap sesuatu berdasarkan kriteria

tertentu.

Hosnan (2014: 387) mengemukakan :

Penilaian atau asesmen hasil belajar siswa artinya untuk mengukur

kompetensi atau kemampuan tertentu terhadap kegiatan yang telah

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan penilaian untuk

mengetahui sikap yang digunakan dalam teknik nontes.

Dalam proses belajar mengajar penilaian berfungsi untuk mengetahui

tercapai tidaknya suatu tujuan pengajaran/instruksional dan sebagai bahan dalam

memperbaiki proses belajar mengajar. Sedangkan penilaian yang lebih banyak

ditujukan untuk mengetahui hasil belajar siswa disebut penilaian sumatif yang

pelaksanaannya oleh guru dilakukan pada akhir program seperti akhir semester,

tengah semester dan lain-lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah pedoman yang dilakukan

oleh guru untuk mengetahui kemampuan atau hasil belajar siswa terhadap

kegiatan yang telah dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dengan kriteria

tertentu. Penilaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tes dan non tes.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

25

A. Teknik Tes

Menurut Mardapi (2008) dalam Eko Putro Widoyoko (2014: 2), tes (test)

merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara

tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan.

Mansyur, dkk (2009) dalam Eko Putro Widoyoko (2014: 2) berpendapat :

Tes sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau

sejumlah pertanyaan yang harus diberi tanggapan dengan tujuan mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang

yang dikenai tes (testee).

Widoyoko (2014: 2), tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi

hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban atau respons benar atau salah. Tes

merupakan bagian tersempit dari evaluasi.

Berdasarkan pendapat Djemari Mardapi, Mansyur, Adi Suryanto, dan Eko

Putro Widoyoko, tes adalah salah satu cara atau alat untuk mengukur kemampuan

siswa terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan dengan pemberian pertanyaan

yang sudah direncanakan. Berdasarkan alat pelaksanaannya secara garis besar alat

penilaian dengan teknik tes dapat dikelompokkan sebagai berikut :

i. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntun jawaban dari

siswa secara tertulis. Tes tertulis ini dapat berbentuk pilihan ganda, menjodohkan,

benar-salah, isian singkat, atau uraian (essay).

ii. Tes Lisan

Tes lisan adalah suatu teknik penilaian hasil belajar siswa yang pertanyaan

dan jawabannya disampaikan secara lisan. Dalam penilaian menggunakan tes

lisan ini menggunakan pedoman penskoran.

B. Teknik Non Tes

Teknik non tes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran

terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Teknik non tes lebih

sesuai digunakan untuk menilai aspek tingkah laku. Dalam proses pembelajaran

pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

26

lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan

keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan pencapaian hasil belajar

siswa. Seiring dengan berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, maka teknik

penilaian harus disesuaikan dengan hal-hal sebagai berikut :

i. Kompetensi yang diukur

ii. Aspek yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan atau sikap)

iii. Kemampuan siswa yang akan diukur

iv. Sarana dan prasarana yang ada

Teknik penilaian nontes dapat dikelompokkan sebagai berikut :

i. Pengamatan atau Observasi

Observasi yaitu pengamatan kepada tingkah laku pada suatu situasi

tertentu. Observasi bisa dalam situasi yang sebenarnya atau observasi langsung

dan situasi buatan atau observasi tidak langsung. Kedua jenis observasi ini dapat

dilaksanakan secara sistematik, yaitu dengan menggunakan pedoman observasi

dan tidak observasi (tanpa pedoman).

ii. Penugasan

Penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menekankan siswa untuk

mengerjakan atau melakukan suatu tugas di luar kegiatan pembelajaran. Penilaian

dengan penugasan diberikan oleh guru, baik secara individual atau kelompok.

Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas atau proyek.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa terdapat pengaruh

yang positif dan signifikan penerapan pembelajaran konstektual terhadap hasil

belajar matematika. Penelitian ini dilakukan oleh Lies Setyaningrum yang

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Konstektual terhadap Hasil Belajar

Matematika”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran konstektual terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD

Negeri Se-Gugus III Kartini menggunakan Pretest Posttest Control Group

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

27

Design. Pada hasil uji dengan taraf signifikansi 0,05, nilai > (2,317

> 1,992). Jadi, ditolak dan diterima, sehingga ada pengaruh yang positif

dan signifikan penerapan model pembelajaran konstektual terhadap hasil belajar

Matematika.

Peneliti yang lain yaitu Darhim yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran

Matematika Konstektual terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas

Awal”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelaah hasil belajar siswa

dengan PMK dan PMB menggunakan eksperimen dengan kontrol. Hasil

penelitian ini ditinjau dari keseluruhan maupun dari kelompok sekolah (baik dan

sedang) pembelajaran matematika konstektual berpengaruh lebih baik terhadap

hasil belajar siswa daripada pembelajaran matematika biasa.

Peneliti yang lain yaitu Windi Septyani yang berjudul “Pengaruh

pembelajaran Matematika Berbasis Konstektual terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Salatiga Tahun Pelajaran 2012/2013.

Hasil analisis data diperoleh nilai signifikan 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat

pengaruh pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstektual (kelas

eksperimen) dengan rata-rata hasil belajar matematikanya sebesar 87,81,

sedangkan dengan menggunakan model konvensional (kelas kontrol) dengan rata-

rata hasil belajar matematikanya sebesar 80,22. Hasil dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan konstektual terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 02 Salatiga tahun pelajaran

2012/2013.

Selain penelitian tentang model pembelajaran CTL, peneliti lain juga

meneliti model pembelajaran yang berbeda. Penelitian tersebut yaitu Pujiono yang

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Terdahap Hasil Belajar Matematika SMP Negeri 3 Getasan”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran

kooperatif Think Pairs Share (TPS) materi garis dan sudut bagi siswa kelas VIIB

SMP Negeri 3 Getasan. Hasil analisis data yang diperoleh t hitung yaitu sig 0,003

< 0,05 yang berarti ditolak. Jadi, hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujiono

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

28

yaitu model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) lebih efektif dengan

nilai rata-rata 75,57 daripada menggunakan model pembelajaran konvensional.

Peneliti yang lain yaitu Yani Purbaningrum yang berjudul “Pengaruh

Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa Ditinjau dari Minat Belajar Siswa Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 di

SD Negeri Salatiga 06” dengan menggunakan eksperimen semu (quasi

eksperimental research). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Think

Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap hasl belajar matematika siswa ditinjau

dari minat siswa kelas III Tahun Ajaran 2011/2012 di SD Negeri Salatiga 06 dan

untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat

belajar terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari minat siswa kelas III

Tahun Ajaran 2011/2012 di SD Negeri Salatiga 06. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika

siswa dengan hasil uji menunjukkan bahwa perbedaan tidak signifikan dengan

nilai sig. 0,067 > 0,05 maka diterima.

Peneliti yang lain yaitu Juli Rahayu dengan judul “Efektivitas Model

Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share) Terhadap Hasil Belajar

Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa pada Pelajaran Matematika Bangun

Ruang Kelas V SD Gugus Hasanudin Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, yaitu Pre Test – Post Test

Control Group Design. Hasil penelitian yang dilaksanakan menunjukkan nilai

signifikan 0,035 < 0,05 dan signifikan ranah afektif 0,011 < 0,0, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair

Share dengan metode konvensional.

2.3 Kerangka Pikir

Matematika merupakan mata pelajaran yang dikenal semua orang, dan

diberikan pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi,

bahkan masyarakat. Matematika mata pelajaran yang berhubungan dengan angka

atau perhitungan, sehingga banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

29

tersebut, karena bagi mereka perhitungan itu sulit, membingungkan. Proses

pembelajaran matematika di lapangan masih didominasi oleh guru, pembelajaran

yang dilakukan juga biasa. Oleh karena itu, siswa menjadi tidak semangat belajar

atau tidak ada keinginan untuk belajar apalagi pembelajaran matematika bagi

mereka membosankan.

Masalah yang dihadapi siswa tersebut, memunculkan ide untuk

menerapkan model pembelajaran saat proses pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran dengan teknik atau cara

yang berbeda, diharapkan siswa menjadi semangat atau menyukai pembelajaran

matematika dan dapat memperoleh pengalaman belajar serta lebih mudah

memahami pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, dengan penerapan model

diharapkan akan berpengaruh baik terhadap hasil belajar mereka, sehingga hasil

belajarnya menjadi lebih bagus atau meningkat. Penerapan model pembelajaran

yang dianggap cocok dengan masalah yang dihadapi siswa tersebut yaitu, model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Think Pairs Share

(TPS).

Jadi, dengan penerapan kedua model ini, diharapkan dapat menjadikan

siswa lebih mudah memahami pembelajaran atau masalah matematika. Model

pembelajaran CTL menekankan pembelajaran dengan menemukan sendiri

(inkuiri) atau memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dengan temannya 4

orang atau berkelompok. Setelah berdiskusi, kemudian perwakilan kelompok

mempresentasikannya. Model CTL menggunakan benda nyata atau sebenarnya,

sehingga siswa melihat sendiri benda tersebut dan diharapkan dapat lebih

mengerti pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan TPS menekankan aspek-aspek

atau masalah yang diberikan oleh guru, kemudian memecahkannya secara

berkelompok dengan teman sebangku dan mempresentasikannya, sehingga

pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dan mudah untuk diingat. Jadi, dengan

menggunakan model pembelajaran CTL dan Think Pairs Share (TPS) diharapkan

dapat memberi pengaruh baik pada hasil belajar matematika siswa.

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

mempunyai beberapa sintaks yang juga diharapkan dapat berpengaruh terhadap

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

30

hasil belajar matematika siswa. Sintaks dari model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) yaitu tahap pertama, diharapkan siswa dapat

melakukan kegiatan belajar yang bermakna. Tahap kedua, siswa diharapkan dapat

menemukan suatu fakta dari permasalahan yang disajikan guru. Tahap ketiga,

siswa melakukan pertanyaan-pertanyaan. Tahap keempat, siswa melakukan

diskusi dan tanya jawab dengan teman sekelas. Tahap kelima, siswa

mendengarkan guru saat menjelaskan menggunakan model atau media

sebenarnya. Tahap keenam, siswa melakukan refleksi atas kegiatan yang telah

dilakukan. Tahap ketujuh, siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah

dilakukan.

Model pembelajaran Think Pairs Share (TPS) juga mempunyai beberapa

sintak yang diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

Sintaks tersebut yaitu tahap pendahuluan, siswa dijelaskan materi pembelajaran

dan diberi masalah. Tahap think, setelah memperoleh masalah dari guru,

kemudian siswa diberi kesempatan berpikir untuk memecahkan masalah tersebut

secara individual. Tahap pair, siswa berkelompok dengan teman sebangku dan

berdiskusi mengenai hasil pemikiran masing-masing. Tahap share, siswa

perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan teman-

temannya. Tahap penghargaan, siswa dinilai oleh guru baik secara individu

maupun kelompok.

Berdasarkan sintaks model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) dan Think Pairs Share (TPS) tersebut, diharapkan siswa memiliki

semangat untuk menyelesaikan suatu masalah dengan caranya sendiri dan mampu

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran yang

dilakukan mudah diingat. Oleh karena itu siswa dapat belajar secara aktif sesuai

dengan sintaks dari model pembelajaran yang digunakan, sehingga kedua model

tersebut dapat efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika. Model efektif

yang dimaksudkan adalah hasil belajar yang diperoleh siswa saat pembelajaran

menggunakan model lebih bagus atau lebih meningkat daripada hasil belajar yang

sebelumnya atau pembelajaran konvensional tidak menggunakan model.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

31

Berikut gambar bagan kerangka pikir penggunaan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) :

Sintak / Langkah-langkah

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Model Contextual Teaching and

Learning (CTL)

Mengembangkan

pikiran

Penggunaan

model

Melakukan

diskusi

Mengembangkan

rasa ingin tahu

Kegiatan Inkuiri

Hasil

Belajar

Kegiatan refleksi

Penilaian

Rasa

ingin

tahu

tinggi

Mandiri

Komuni

katif

Tanggung

jawab

Teliti

Kerja

sama

Kritis

Minat

siswa

muncul

Contextual Teaching

and Learning (CTL)

Menyelesaikan

masalah yang

berhubungan dengan

pengurangan pecahan

dengan penyebut

berbeda

Menyelesaikan

masalah yang

berhubungan dengan

penjumlahan pecahan

dengan penyebut

berbeda

Menyelesaikan

masalah yang

berhubungan dengan

pengurangan pecahan

berpenyebut sama

Menyelesaikan

masalah yang

berhubungan dengan

penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

32

Kerangka pikir pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) di atas sesuai dengan teori belajar

Piaget bahwa pengetahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk, dan

dikembangkan oleh siswa sendiri.

Sedangkan gambar bagan kerangka pikir penggunaan model pembelajaran

Think Pairs Share (TPS) yaitu sebagai berikut :

Sintak / Langkah-langkah

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir Model Think Pairs Share (TPS)

Tahap

Pendahuluan

Tahap

Penghargaan

Tahap Share

Tahap Pairs

Tahap Think

Hasil

Belajar

Tanggung

jawab

Minat

siswa

muncul

Mandiri

Teliti

Kerja

sama

Disiplin

Rasa ingin

tahu tinggi

Komuni

katif

Kritis

Think Pairs

Share (TPS)

Menyelesaikan masalah

yang berhubungan

dengan pengurangan

pecahan dengan

penyebut berbeda

Menyelesaikan masalah

yang berhubungan

dengan pengurangan

pecahan dengan

penyebut berbeda

Menyelesaikan masalah

yang berhubungan

dengan pengurangan

pecahan dengan

penyebut berbeda

Menyelesaikan masalah

yang berhubungan

dengan pengurangan

pecahan dengan

penyebut berbeda

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika SD · 2017. 4. 26. · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

33

Kerangka pikir pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think

Pair Share (TPS) di atas sesuai dengan teori belajar Ausubel juga menjelaskan

bahwa belajar menjadi bermakna bila informasi yang diterima siswa itu disusun

sendiri sesuai dengan pemikiran siswa.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori, kajian hasil penelitian yang relevan, dan

kerangka pikir yang telah dibahas, diduga model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) dan Think Pairs Share (TPS) dapat mempengaruhi

hasil belajar matematika siswa. Perumusan dari suatu hipotesis adalah sebagai

berikut :

: Tidak ada perbedaan hasil belajar Matematika yang signifikan dalam

penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan

Think Pairs Share (TPS) pada kelas IV SD Negeri 5 Putatsari Grobogan.

: Ada perbedaan hasil belajar Matematika yang signifikan dalam penerapan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Think

Pairs Share (TPS) pada kelas IV SD Negeri 5 Putatsari Grobogan.