BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Belajar€¦ · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA ....
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Belajar€¦ · 8 BAB II . KAJIAN PUSTAKA ....
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Hakikat Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat suatu sistem
yang terdiri dari berbagai unsur yang saling terkait sehingga akan terjadi
perubahan perilaku. Karena hasil dari kegiatan belajar dapat dinilai dari perubahan
perilaku seseorang. Menurut Rifa’i dan Anni (2009: 2) belajar merupakan proses
penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar mencakup segala sesuatu
yang di pikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan
penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian
dan bahkan persepsi seseorang. Maka dengan menguasai konsep dasar tentang
belajar, seseorang dapat mengetahui bahwa aktivitas belajar itu memegang
peranan penting dalam proses psikologis.
Slameto (2010: 2) mengatakan belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Menurut Djamarah (2008: 15) jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah
laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukan ke dalam ciri-ciri
belajar, antara lain: 1) perubahan yang terjadi secara sadar; 2) perubahan dalam
belajar bersifat fungsional; 3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; 4)
perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; 5) perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah; 6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Berdasarkan pengertian belajar dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang bersifat positif, aktif,
menyeluruh, terarah, serta berkesinambungan, yang terjadi secara sadar sebagai
hasil dari interaksi manusia terhadap pengalaman yang telah dilalui dengan
lingkungan sekitarnya.
9
2.1.2. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yang dapat diartikan
sebagai proses dalam kegiatan belajar. Penggunaan model, metode, dan
pendekatan dapat digunakan untuk tercapainya pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan. Gagne (dalam Rifa’i dan Anni, 2009: 192) menyatakan bahwa
pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang
dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Menurut Trianto (2007: 24)
pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik,
dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah
menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Rifa’i dan Anni (2009: 194) menyatakan bahwa proses pembelajaran
merupakan suatu sistem. Tujuan sistem adalah menghasilkan belajar, atau
memberikan sarana penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komponen
sistem tersebut adalah pendidik, materi pembelajaran dan lingkungan belajar.
Komponen-komponen itu berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pengertian pembelajaran dari beberapa ahli, dapat disimpulan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi dua arah antara guru dengan peserta
didik yang telah dirancang dan ditujukan untuk melakukan perubahan sikap dan
pola pikir peserta didik ke arah yang lebih baik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang optimal.
2.1.3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar yang diperoleh peserta didik merupakan perubahan perilaku
pada peserta didik setelah belajar. Hasil belajar dicerminkan bukan dari salah satu
aspek potensi saja. Seperti pendapat Gerlach dan Ely (dalam Rfa’i Anni, 2009: 5)
hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah
mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu pebelajar mempelajari pengetahuan
tentang konsep. Maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa
penguasaan konsep. Bloom (dalam Poerwanti, 2008: 1.23) mengemukakan bahwa
hasil belajar dibagi menjadi tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar,
10
yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik, yang akan di jelaskan
sebagai berikut.
1. Ranah kognitif
Yaitu perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognitif yang
meliputi stimulus eksternal, penyimpanan, pengolahan dalam otak yang
menjadi informasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Bloom, menyebutkan ranah kognitif meliputi: 1) mengingat (remember),
kata-kata operasional yang di gunakan yaitu: memasangkan, membaca,
membilang, menamai, menandai; 2) memahami (understand), kata-kata
operasional yang di gunakan yaitu: membedakan, melaporkan, member contoh,
memperkirakan, membandingkan; 3) mengaplikasikan (apply), kata-kata
operasional yang di gunakan yaitu: melaksanakan, melakukan, melatih,
memproses, menentukan; 4) menganalisis (analyze), kata-kata operasional
yang di gunakan yaitu: melatih, memadukan, memaksimalkan, membagankan,
membuat struktur, memecahkan; 5) mengevaluasi (evaluate), kata-kata
operasional yang di gunakan yaitu: membuktikan, memilih, memisahkan,
memonitor; 6) mencipta (create), kata-kata operasional yang di gunakan yaitu:
memadukan, membangun, membatas, membentuk, memproduksi.
2. Ranah afektif
Yaitu hasil belajar yang di susun secara hirarkis mulai dari tingkat yang
paling rendah hingga yang paling tinggi dan kompleks yang berkaitan dengan
pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi yang meliputi: 1) menerima; 2)
menjawab; 3) menilai; 4) Organisasi.
3. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan kegiatan
motorik yang meliputi : 1) gerakan reflek; 2) gerakan dasar; 3) gerakan
persepsi; 4) gerakan kemampuan fisik; 5) gerakan terampil; 6) gerakan indah
dan kreatif. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, di ambil kesimpulan
bahwa hasil belajar adalah suatu tujuan dalam pembelajaran yang merupakan
perubahan perilaku secara utuh dimana di dalamnya terdapat beberapa aspek
yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
11
Berdasarkan penjelasan pengertian belajar menurut beberapa ahli, maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku akibat
dari proses belajar yang perubahannya relatif menetap, dimana perubahan itu
terjadi pada ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik
ketrampilan. Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji hasil belajar yang
berupa ranah kognitif serta keaktifan peserta didik berupa ranah afektif dan
psikomotorik dengan penerepan metode talking stick dengan bantuan media
pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung bilanngan bulat..
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010: 54) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam
diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstrn adalah faktor yang ada
diluar individu.
1. Faktor-faktor intern
Faktor intern dibedakan menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor
psikologis, dan faktor kelelahan.
a) Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah terdiri dari dua faktor kesehatan dan cacat tubuh. Kesehatan
seseorang sangat berpengaruh terhadap belajarnya sebab belajar memerlukan
kondisi yang sehat.
b) Faktor psikologis
Faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar
adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan.
c) Faktor kelelahan
Faktor ini dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasamani dan kelelahan
rohani. Kelelahan jasamani dapat terlihat dengan lemah dan lunglai dari
tubuh, sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan sehingga akan mempengaruhi hasil belajar.
12
2. Faktor-faktor ektern
Faktor ekstrn adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
yang diluar diri peserta didik, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan
keluarga, lingkungan.
Menurut Slameto (2010) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar
adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat”
a) Keadaan keluarga
seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, penfertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b) Keadaan sekolah
seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi
peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c) Lingkungan masyarakat
seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan
bentuk kehidupan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
menurut beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar pada penelitian ini adalah fakor intern yang berupa
faktor psikologis. Penerapan metode talking stick dengan bantuan media pada
mata pelajaran matematika materi operasi hitung bilangan bulat dapat
mempengaruhi perhatian, minat, dan bakat belajar peserta didik. Serta faktor
ekstern seperti faktor sekolah yaitu metode mengajar guru dengan penerapan
metode talking stick dengan bantuan media.
c. Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur
tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses
pembelajaran (Rusman, 2011: 13).
Menurut Arifin (2010: 15) ada tujuh tujuan penilaian hasil belajar yaitu
13
1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik materi terhadap materi
yang telah diberikan.
2. Untuk megetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik
terhadap program pembelajaran.
3. Untuk megetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah dimiliki.
4. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
5. Untuk seleksi yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai
dengan jenis pendidikan tertentu.
6. Untuk menentukan kenaikan kelas.
7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik peserta didik
sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan (Hermawan, 2007).
Menurut Rusman (2011: 13) mengatakan bahwa penilaian dilakukan secara
konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam
bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, serta penilaian diri.
Berdasarkan pendapat tentang tujuan penilain hasil belajar dapat
disimpulkan bahwa tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima
pengalaman belajarnya sesuai dengan tujuan pembelajarannya.
2.1.4. Keaktifan Peserta Didik
Keaktifan belajar peserta didik merupakan unsur dasar yang penting bagi
keberhasilan dalam proses pembelajaran. Berikut ini dapat dikemukakan beberapa
pengertian keaktifan belajar peserta didik.
Menurut Rusman (2011) keaktifan peserta didik dalam menjalani proses
belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran.
14
Hermawan (2007: 83) keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar tidak
lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif
membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi
dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Sardiman (2011) terdapat aspek keaktifan peserta didik dalam
proses belajar mengajar, yaitu:
1. Visual activities, yang termasuk didalamnya seperti: membaca,
memperhatikan gambar demostrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan seperti: uraian,
percakapan, diskusi, musik pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya: menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5. Drawing activities, Misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,
bermain,berkebun,beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, membuat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, sebagai contoh misalnya: menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Berdasarkan pendapat tentang keaktifan peserta didik, dapat disimpulkan
bahwa keaktifan peserta didik adalah proses belajar yang menekankan peserta
didik untuk aktif baik dari segi fisik, mental, intelektual dan emosional dalam
menemukan pengetahuannya dengan hasil belajar dari aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Jadi pembelajaran peserta didik harus aktif supaya peserta didik
dapat mehamami dan mengkonstruksi pengetahuan dari dirinya sendiri.
15
2.1.5. Hakikat Matematika
a. Pengertian Matematika
Menurut Soedjadi (2000: 11) definisi matematika dapat diartikan sebagai
berikut:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
ruang dan bentuk.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Menurut Muhsetyo (2009: 1.26) pembelajaran matematika adalah proses
pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan
yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan
matematika yang dipelajar. Kegiatan yang telah dialami dalam memperoleh
kompetensi seperti pemahaman materi matematika merupakan salah satu tujuan
yang diinginkan dalam pembelajaran. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan,
hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Berdasarkan pengertian dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan ilmu tentang bilangan yang terorganisir secara sistematis
yang didalamnya terdapat aturan-aturan yang ketat.
b. Matematika di SD
Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung dengan kemampuan
dan kreatifitas guru, terutama dalam pembelajaran matematika. Guru harus
mampu meningkatkan semangat dan menarik peserta didik dalam melaksanakan
16
proses pembelajaran. Heruman (2010: 2) mengungkapkan dalam mengajarkan
matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap peserta didik
berbeda-beda, serta tidak semua peserta didik menyenangi mata pelajaran
matematika. Dari pendapat tersebut maka guru hendaknya berusaha untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan sehingga
dapat diterima dan dipahami oleh semua peserta didik dengan baik.
Kemampuan guru dalam meningkatkan kreatifitas dapat membuat peserta
didik merasa senang dan tertarik sehingga peserta didik mampu memahami
seluruh pembelajaran matematika yang memiliki langkah-langkah dalam
penyelesaian masalah. Menurut Heruman (2010: 2) langkah-langkah
pembelajaran matematika di SD antara lain:
1) Penanaman konsep dasar, yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika,
ketika peserta didik belum pernah mempelajari konsep tersebut.
2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang
bertujuan agar peserta didik lebih memahami suatu konsep matematika.
3) Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep
dan pemahaman konsep.
Berdasarkan dari beberapa pendapat maka pembelajaran matematika di SD
dalam penerapannya tidak hanya hafalan tetapi harus benar-benar memahami
konsep dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika
Pencapaian tujuan Matematika dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik
yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci kedalam
Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang
secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum disetiap satujan pendidikan. Secara rinci SK dan KD
untuk mata pelajaran Matematika di SD yang ditujukan bagi peserta didik kelas
IV, semester 2 dapat dilihat pada tabel 2.1:
17
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Komptensi Dasar Mata Pelajaran
Matematika Sekolah Dasar Kumpulrejo 03 Salatiga Kelas IV Semester 2
Tahun Ajaran 2013/2014
Kelas IV, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
5. Menjumlahkan dan mengurangkan
bilangan bulat.
5.2 Menjumlahkan bilangan bulat
5.3 Mengurangkan bilangan bulat
2.1.6. Media pembelajaran
Media belajar adalah salah satu komponen yang mendukung kualitas
pembelajaran. Sesuai pendapat Wahid (2010: 136) media belajar dilihat dari alat
indera yang dipergunakan dapat dibedakan menjadi media dengar, media pandang
(lihat), media dengar pandang dapat dimanipulasi anak. Menurut Indriana (2011:
13) media merupakan alat saluran komunikasi.
Gerlach dan Ely (dalam Hamdani, 2011: 72) mengatakan bahwa media
bila dipahami dalam garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media harus meningkatkan motivasi
peserta didik dan merangsang peserta didik mengingat apa yang sudah di pelajari.
Selain itu media yang baik mengaktifkan peserta didik dalam memberikan
tanggapan, umpan balik, dan mendorong peserta didik untuk melakukan praktik
yang benar.
Kemp dan Dayton (dalam Hamdani, 2011: 73) mengidentifikasikan
manfaat media sebagai berikut: 1) penyampaian materi pelajaran dapat
diseragamkan; 2) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik; 3) proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif; 4) efisiensi dalam waktu dan tenaga; 5)
meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik; 6) memungkinkan proses
belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja; 7) media dapat
18
menumbuhkan sikap positif terhadap materi dan proses belajar; 8) mengubah
peran guru menjadi lebih positif produktif.
Dari pengertian media dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa media
adalah alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mendukung
kualitas pembelajaran. Pembelajaran yang baik adalah media yang memenuhi
kriteria yang ada dan dapat menunjang proses pembelajaran. Dalam penelitian ini
peneliti mengunakan media garis bilangan dan permainan buka tutup yang
digunakan untuk memperkenalkan konsep bilangan bulat.
2.1.7. Metode Pembelajaran Talking stick
Menurut Nana Sudjana (2005) metode pembelajaran adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat
berlangsungnya pengajaran. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009) menyatakan
bahwa Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri peserta didik
dalam upaya untuk mencapai tujuan. Berdasarkan definisi metode pembelajaran
yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan
suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses
belajar pada diri peserta didik untuk mencapai tujuan.
a. Pengertian Metode Talking Stick
Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara
dan menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku).
Tongkat berbicara telah digunakan berabad-abad oleh suku-suku Indian
sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara
sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai
hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskuasi dan membahas
masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang
lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat
berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin
mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara,
19
tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Kini metode itu
sudah digunakan sebagai metode pembelajaran ruang kelas (Miftahul Huda,
2013: 225).
Menurut Suprijono (2011: 89) mengatakan bahwa talking stick
merupakan metode pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran kooperatif yang
artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai suatu kelompok atau satu tim. Sedangkan menurut
Slavin 1995 (Is Joni, 2009 : 15) cooperative learning merupakan suatu metode
pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang berjumlah 4 sampai 6 orang, secara kolaboratif sehingga
merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar.
Talking stick merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan kelompok strategi pengajaran yang
melibatkan peserta didik bekerja secara kolaboratisi untuk mencapai tujuan
bersama (Eggan and Kauchak, 1996: 279 dalam Trianto, 2007: 41). Metode
Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran dengan metode
Talking Stick bertujuan untuk mendorong peserta didik agar berani
mengemukakan pendapat.
Menurut Miftahul Huda (2013: 224) mengatakan bahwa metode
pembelajaran talking stick merupakan metode pembelajatan yang
menggunakan sebuah tongkat sebagai alat petunjuk giliran. Peserta didik yang
mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian
secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan peserta didik lainnya secara
bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh peserta didik mendapat tongkat
pertanyaan.
Berdasarkan pengertian metode talking stick dapat disimpulkan bahwa
talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara)
yang diberikan secara bergiliran/bergantian. Talking Stick yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah proses belajar mengajar di kelas yang berorientasi
pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari
20
satu peserta didik kepada peserta didik yang lainnya, maka peserta didik yang
sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga sebagian besar peserta
didik berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan
guru. Penggunaan metode ini menuntut peserta didik untuk berpartisipasi aktif
selama pembelajaran, peserta didik harus selalu siap menjawab pertanyaan dari
guru ketika stick yang digulirkan jatuh kepadanya.
b. Langkah-Langkah Metode Talking Stick
Suprijono (2012: 109-110) mengatakan pembelajaran dengan metode
talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.
Langkah-langkah pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan mengenai materi pokok yang akan dipelajari.
2. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajarai materi
tersebut.
3. Guru meminta peserta didik untuk menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya.
5. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik.
6. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab
pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika tongkat bergulir dari
peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogyanya diiringi musik.
7. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi
terhadap materi yang dipelajarinya
8. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan
peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan
kesimpulan.
Dalam pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran menurut Suprijono
sebaiknya perlu ditambahkan evaluasi pada kegiatan akhir pembelajaran.
Menurut (Miftahul Huda, 2013: 225) dalam penerapan metode talking
stick, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau
6 peserta didik yang heterogen. Langkah-langkah metode talking stick adalah:
21
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm.
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran.
3. Peserta didik berdiskusi membahas masalah yang terdapat diwacana
4. Setelah selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru
mempersilahkan peserta didik untuk menutup isi bacaan
5. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu peserta
didik, setelah itu guru memberi pertanyaan dan peserta didik yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya
sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab
setiap pertanyaan dari guru.
6. Guru memberikan kesimpulan
7. Guru melakukan evaluasi/penilaian
8. Guru menutup pembelajaran.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajarn menurut Miftahul Huda
sebaiknya pada saat berkelompok peserta didik tidak hanya membaca dan
mempelajari materi pelajaran akan tetapi diberikan LKS (Lembar Kerja Peserta
didik).
Berdasarkan dari berbagai pendapat para ahli dapat terangkum langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
3. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok..
4. Guru memberikan LKS (Lembar kerja Peserta didik) dan media kepada
setiap kelompok.
5. Peserta didik berdiskusi dengan kelompoknya untuk mengerjakan LKS
dan menggunakan media yang dibagikan guru .
6. Setelah selesai berdiskusi, peserta didik membaca dan mempelajari
materi pelajaran yang telah didiskusikan.
22
7. Guru meminta peserta didik untuk menutup bukunya
8. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya dan
memutarkan musik.
9. Guru memberikan tongkat kepada salah satu peserta didik dan meminta
peserta didik untuk memberikan tongkatnya kepada peserta didik
lainnya secara berurutan selama musik berlangsung.
10. Ketika musik berhenti, siapa yang mendapat tongkat wajib maju
kedepan menjawab pertanyaan.
11. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi
terhadap materi yang dipelajarinya
12. Guru beserta peserta didik membuat kesimpulan tentang materi yang
telah dipelajarinya,
13. Evaluasi/penilaian.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Talking stick
Metode talking stick memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut
Miftahul Huda (2013 :225), mengemukakan bahwa kelebihannya meliputi (1)
menguji kesiapan siswa, (2) melatih keterampilan peserta didik dalam
membaca dan memahami materi dengan cepat, dan (3) mengajak mereka siap
dalam siatuasi apapun. Sedangkan untuk kekuranganya ialah suasana
pembelajaran dapat berpotensi menjadi menegangkan.
2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang terkait dengan
metode talking stick.
Cahya Riandini, Devi. 2013. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui
Metode Talking Stick dengan Iringan Lagu Anak-Anak Siswa Kelas 5 SD Negeri
5 Kedungjati Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.
Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Universitas Kristen Satya Wacana.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui
23
metode talking stick dengan iringan lagu anak-anak siswa kelas 5 SD Negeri 5
Kedungjati Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode talking stick dengan iringan
lagu anak-anak dapat meningkatkan hasil belajar matematika yaitu ditunjukkan
dari ketuntasan belajar pada pra siklus 17% meningkat pada siklus 1 menjadi 54%
dan pada siklus 2 meningkat lagi menjadi 96%. Proses pembelajaran lebih
menyenangkan, siswa menjadi aktif dan lebih antusias selama pembelajaran.
Menurut Lestari, Atik. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui
Metode Pembelajaran talking stick pada Peserta didik Kelas IV SDN
Tlogowungu, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran
2011/2012.Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Universitas Kristen Satya
Wacana. Mendeskripsikan hasil yang diperoleh dalam penelitiannya adalah terjadi
peningkatan hasil belajar dari tiap siklus pada pembelajaran dengan materi energi
dengan menggunakan metode pembelajaran talking stick. Hal ini ditunjukan oleh
skor rata-rata pada pra siklus sebesar 52 dengan skor tertinggi 70 dan skor
terendah 17, skor rata-rata pada siklus 1 adalah 71 dengan skor tertinggi 90 dan
skor terendah 45, sedangkan skor rata-rata pada siklus II adalah 85 dengan skor
tertinggi 100 dan skor terendah 55. Pada pra siklus ketuntasan belajar hanya
dicapai oleh 1 peserta didik dari seluruh peserta didik (15 peserta didik) yaitu
sebesar 7 %. Sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar dapat dicapai oleh 11
peserta didik dari seluruh peserta didik (15 peserta didik) yaitu sebesar 73 %, pada
siklus II ketuntasan belajar dapat dicapai oleh 14 peserta didik dari seluruh peserta
didik (15 peserta didik) yaitu sebesar 93 %. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa penggunaan metode pembelajaran talking stick dapat meningkatkan hasil
belajar IPA bagi peserta didik kelas IV SDN Tlogowungu, Kecamatan Kaloran,
Kabupaten Temanggung semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.
24
2.3. Kerangka Berpikir
Penerapan metode talking stick dengan bantuan media dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika dan keaktifan peserta didik
SIKLUS II :
Menerapkan
metode
talking stick
dengan
bantuan media
Kondisi
Akhir
Guru menerapkan metode talking stick dengan
bantuan media, dengan sintak sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan
dipelajari
3. Guru membagi peserta didik kedalam beberapa
kelompok.
4. Guru memberikan LKS (Lembar kerja Peserta
didik) dan media kepada setiap kelompok.
5. Peserta didik berdiskusi dengan kelompok untuk
mengerjakan LKS dan menggunakan media
yang dibagikan guru .
6. Setelah selesai berdiskusi, peserta didik
membaca dan mempelajari materi pelajaran
yang telah didiskusikan.
7. Setelah selesai membaca materi pelajaran,
Peserta didik menutup bukunya.
8. Guru mengambil tongkat dan memutarkan
musik.
9. Guru memberikan tongkat kepada salah satu
peserta didik dan meminta peserta didik untuk
memberikan tongkatnya kepada peserta didik
lainnya secara berurutan selama musik
berlangsung.
10. Ketika musik berhenti, siapa yang mendapat
tongkat wajib maju kedepan menjawab
pertanyaan dari guru.
11. Refleksi terhadap materi yang telah
dipelajarinya.
12. Guru beserta peserta didik membuat kesimpulan
tentang materi yang dipelajarinya
13. Evaluasi
Tindakan
SIKLUS I :
Menerapkan
metode talking
stick dengan
bantuan media
GURU :
Metode pembelajaran yang
digunakan kurang inovatif, guru
masih menggunakan metode
ceramah.
Hasil belajar peserta didik rendah
Pra
Siklus
PESERTA DIDIK :
Hasil belajar peserta didik
rendah dan keaktifan peserta
didik kurang atau peserta didik
cenderung pasif
25
Skema alur berpikir di atas memperlihatkan bahwa pada Pra siklus
pembelajaran Matematika peserta didik kelas IV SD Negeri Kumpulrejo 03
belum mencapai hasil yang optimal karena hasil belajar peserta didik rendah
dan keaktifan peserta didik kurang/peserta didik cenderung pasif. Hal ini
disebabkan oleh faktor guru dan peserta didik. Guru belum menerapkan
metode pembelajaran yang inovatif serta kurang memaksimalkan media
atau alat peraga. Selain itu, guru masih mendominasi dalam proses
pembelajaran yang menyebabkan peserta didik cepat merasa bosan dan
konsentrasi atau perhatian peserta didik teralih pada hal lain diluar kegiatan
pembelajaran.
Melihat kondisi tersebut, peneliti bersama tim kolaborasi dengan guru
kelas IV untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran dengan
menerapkan metode pembelajaran talking stick dengan bantuan media.
Maka dengan penerapan metode talking stick dengan bantuan media
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta didik
pada mata pembelajaran Matematika materi operasi hitung bilangan bulat di
kelas IV SD Negeri Kumpulrejo 03 Salatiga Semester II tahun pelajaran
2013/2014. Selanjutnya dapat memberikan konstribusi atau masukan bagi
guru untuk selalu menerapkan pembelajaran inovatif dan menyenangkan
agar peserta didik antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka maka peneliti mengambil hipotesis
tindakan sebagai berikut: melalui penerapan metode talking stick dengan
bantuan media pada mata pelajaran Matematika materi operasi hitung
bilangan bulat di kelas IV SD Negeri Kumpulrejo 03 Semester II tahun
pelajaran 2013/2014 dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta
didik.