BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. IPS 2.1.1.1 Hakikat IPS · 2017. 4. 19. · nilai....
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. IPS 2.1.1.1 Hakikat IPS · 2017. 4. 19. · nilai....
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. IPS
2.1.1.1 Hakikat IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa,
fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada
jenjang SD/ MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah,
sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik
diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis
dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai (KTSP Standar
Isi 2006). Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPS
disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di
masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan
memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang berkaitan.
Sedangkan IPS menurut Zuraik dalam Susanto (2013: 137) adalah
harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana para
anggotanya benar- benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional
dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-
nilai. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan
keterampilan untuk media pelatihan siswa sebagai warga negara sedini
mungkin.Tidak jauh berbeda menurut Banks dalam Susanto (2013: 141)
mengatakan bahwa pendidikan IPS atau yang dia sebut social studies,
merupakan bagian dari kurikulum yang di sekolah yang bertujuan untuk
membantu mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai- nilai dalam rangka
berpartisipasi di dalam masyarakat, negara, bahkan dunia. Banks
8
menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS diterapkan di sekolah-
sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di
sekolah dasar dan menengah.
Definisi yang hampir sama dikemukakann oleh Jarolimek dalam
Susanto (2013: 141) yang menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan
IPS berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-
nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok
masyarakat di mana ia tinggal.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan
dasar dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau
pada geografi dan sejarah terutama gejala dan masalah sosial kehidupan
sehari- hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Menurut
Permendiknas No. 22 Tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran IPS di
SD meliputi aspek sebagai berikut:
1. Manusia, tempat, dan lingkungan
2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
3. Sistem sosial dan budaya
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Dari uraian pembelajaran IPS di atas peneliti mendeskripsikan
bahwa IPS di sekolah dasar yang meliputi materi sejarah, geografi,
sosiologi, dan ekonomi tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan
semata, tetapi juga pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap yang
yang berguna dalam kehidupan sehari- hari untuk menjadi warga negara
yang baik.
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah dasar
Menurut Mutakhin dalam Susanto (2013: 145) merumuskan tujuan
pembelajaran IPS, sebagai berkut:
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai- nilai sejarah dan
kebudaayan masyarakat.
9
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu- ilmu social yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah- masalah sosial.
3. Mampu mmenggunakan model- model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu- isu dan masalah- masalah social, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian
bertanggungjawab membangun masyarakat.
Pendapat yang hamper sama dikemukakan oleh Nur Hadi dalam
Susanto (2013: 146) ada 4 tujuan pendidikan IPS yaitu knowledge, skill,
attitude, dan value. Pertama, knowledge, yaitu membantu para siswa
sendiri untuk mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya, dan
mencakup geografi, sejarah, politik, ekonomi, dan sosiologi psikologi.
Kedua, skill yaitu mencakup keterampilan berpikir (thinking skills).
Ketiga, attitudes, yang terdiri atas tingkah laku berpikir (intellectual
behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior). Keempat, value, yaitu
nilai yang terkandung di dalam masyarakat yang diperoleh dari lingkungan
masyarakat maupun lembaga pemerintahan, termasuk di dalamnya nilai
ekonomi, pergaulan antar bangsa, dan ketaatan kepada pemerintah dan
hukum.
Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPS
di tingkat SD / MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
10
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, inkuiri,
memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal,
nasional dan global.
Kemampuan peserta didik yang memiliki kestandaran yang
dinamakan standar kompetensi (SK) yang kemudian dirincikan ke dalam
kompetensi dasar (KD). Pembelajaran IPS untuk kelas V Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah (BNSP: 2008) sebagai berikut:
Tabel 2
SK dan KD Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas V Semester 1 dan 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menghargai berbagai
peninggalan dan tokoh
sejarah yang berskala
nasional pada masa
Hindu Budha, dan Islam,
keragaman kenampakan
alam, dan suku bangsa
serta kegiatan ekonomi di
Indonesia.
1.1 Mengenal makna peninggalan sejarah
yang berskala nasional dari masa Hindu,
Budha, dan Islam Indonesia.
1.2 Menceritakan tokoh- tokoh sejarah pada
masa Hindu, Budha, dan Islam Indonesia.
1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam
dan buatan serta pembagian wilayah
waktu di Indonesia.
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan
budaya di Indonesia
1.5 Mengenal jenis- jenis usaha dan kegiatan
ekonomi di Indonesia
2. Menghargai peranan
tokoh pejuang dan
masyarakat dalam
mempersiapkan dan
mempertahankan
kemerdekaan
Indonesia.
2.1 Mendiskripsikan perjuangan para tokoh
pejuang pada penjajah Belanda dan
Jepang.
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam memproklamasikan
11
kemerdekaan Indonesia.
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh
dalam mempertahankan kemerdekaan.
Adapun SK dan KD yang berkaitan dengan penelitian ini adalah SK
ke 2 yaitu menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesiadan KD ke
2.1 Mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah
Belanda dan Jepang.
Pada intinya tujuan pendidikan IPS adalah untuk membentuk dan
mengembangkan pribadi warga negara yang baik (good citizenship).
Adapun karakeristik warga negara yang baik, seperti yang dikemukakan
Barth & Shermis dalam Susanto (2013: 146), sebagai berikut:
1. Memiliki sikap pratiotisme, yaitu cinta tanah air, bangsa dan
negara.
2. Mempunyai penghargaan dan pengertian terhadap nilai- nilai,
pranata, dan praktik kehidupan kemasyarakatan.
3. Memiliki sikap integritas sosial dan tanggung jawab sebagai warga
negara.
4. Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap nilai- nilai
budaya atau tradisi yang diwariskan oleh bangsanya.
5. Mempunyai motivasi untuk turut serta secara aktif dalam
pelaksanaan kehidupan demokratis.
6. Memiliki kesadaran (tanggap akan) masalah- masalah sosial.
7. Memiliki ide, sikap, dan keterampilan yang diharapkan sebagai
seorang warga negara.
8. Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap sistem ekonomi
yang berlaku.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan
tujuan dari pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah untuk
memiliki penhetahuan dan keterampilan dasar untuk berinteraksi
antar individu dengan lingkungannya di masyarakat agar menjadi
warga negara yang baik.
12
2.1.2. Belajar
2.1.2.1.Hakikat Belajar
Ada pepatah mengatakan “tiada hari tanpa belajar”, yang
maksudnya adalah setiap hari kita belajar baik tentang mempelajari suatu
hal secara langsung maupun tidak secara langsung. namun, sebenarnya
apakah yang dimaksud dengan belajar? Berikut beberapa definisi belajar
menurut pakar pendidikan (Suprijono: 2013):
1. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktivitas.
2. Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
3. Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.
(Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
4. Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves,
to listen, to follow direction. (Belajar adalah mengamati, membaca,
meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).
5. Geoch
Learning is change in performance as aresult of practice. (Belajar
adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).
6. Morgan
Learning is any relatively permanent change in behavior that is a
result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang
bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).
7. Reber
Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa pakar pendidikan di atas,
menurut peneliti, hakikat belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku yang terjadi karena ada interaksi antara individu yang satu
dengan yang lainnya melalaui pengalaman atau pengetahuan yang
telah didapatkan.
2.1.2.2 Hasil Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh siapapun
hendaknya kita mengetahui bagaimana hasilnya, apakah hasilnya sudah
baik atau belum.
13
Menurut Bloom dalam Suprijono (2013: 6) hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).
Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory,
pre- routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan
produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Gagne dalam Suprijono (2013: 5) mengemukakan hasil belajar
berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2. Keterampilan intelektual yaitu mempresentasikan konsep dan
lambang.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek berdasarkan penilaian terhadap objek
tersebut.
Hasil belajar dimanfaatkan sebagai ukuran apakah apakah proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa berhasil atau tidak.
Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses
belajar yang dilakukan oleh siswa. Semakin tinggi proses belajar yang
dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi pula hasil belajarnya. Proses
14
belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana,
2004).
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hasil belajar peneliti
mendeskripsikan hasil belajar adalah suatu gambaran umum tentang
kemampuan pemahaman siswa terhadap suatu materi yang telah diajarkan
oleh guru. Dalam penelitian ini hasil belajarnya lebih dominan ke ranah
kognitif yaitu kemampuan knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), analysis
(menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, membentuk
bangunan baru). Di dalam soal tes yang diberikan nanti berkaitan dengan
ke empat aspek yang termasuk ranah kognitif. Untuk kemampuan
knowledge (pengetahuan, ingatan) bisa dalam soal pilihan ganda dan isian,
kemampuan comprehension bisa dalam soal isian dan uraian, sedangkan
kemampuan analysis dan synthesis bisa dalam soal berbentuk uraian.
2.1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang baik atau buruk dipengaruhi oleh banyak faktor.
Slameto (2010: 54) faktor yang mempengaruhi hasil belajar
menggolongkannya menjadi dua yaitu intern dan ekstern. Faktor intern
adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
Faktor intern meliputi:
a. Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan, cacat tubuh.
b. Faktor psikologis, meliputi intelegensj, perhatian, minat, bakat, motif,
keuntungan, kesiapan.
c. Faktor kelelahan, baik itu kelelahan jasmani maupun rohani.
Faktor ekstern meliputi:
a. Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan.
15
b. Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran
di atas ukuran, keadaan, gedung, metode belajar, tugas rumah.
c. Faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa,
teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Dari beberapa faktor di atas, peneliti berpendapat bahwa faktor
yang mempengaruhi belajar juga berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa, teutama faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti minat,
bakat, kesiapan, perhatian dan faktor dari luar seperti keluarga sebagai
lingkungan pertama dan yang paling lama didapatkan siswa tentunya
perhatian dari orang tua sangat berperan penting dalam aktivitas belajar
siswa. Namun dalam penelitian ini lebih fokus pada faktor ektern yang
berasal dari sekolah yaitu metode mengajar yang dilakukan oleh guru.
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.3.1 Hakikat Model Pembelajaran
Menurut (Komalasari, 2010), model pembelajaran adalah bentuk khas
pembelajaran yang disajikan oleh guru dari awal sampai akhir. Model
pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai pembungkus antara pendekatan,
strategi, metode, teknik, dan taktik. Pendekatan pembelajaran adalah “titik
tolak atau cara pandang terhadap proses pembelajaran” (Sanjaya, 2011).
Strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang
dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan,
evaluasi, serta program tindak lanjut untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu (Iskandarwassid & Sunendar, 2011). Teknik pembelajaran adalah
cara yang dilakukan oleh pengajar dalam mengaplikasikan metode secara
khusus. Sedangkan taktik pembelajaran adalah gaya pengajar dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran yang individual
(Komalasari, 2010).
Sedangkan menurut Joyce & Weil dalam Rusman (2011, h. 133)
model pembelajaran adalah suatu rencana yang digunakan untuk
16
membentuk kurikulum, merencakan pembelajaran di kelas, dan merancang
bahan ajar. Pendapat ini senada dengan yang diungkapkan oleh Hosnan
(2014, h. 181) yang menyatakan bahwa model pembelajaran adalah sebuah
kerangka konseptual yang menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi pengajar untuk merencanakan dan melaksanakan strategi dan
aktivitas prinsip pembelajaran.
Jadi berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah sebuah prosedur pembelajaran yang sistematis
yang dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun kegiatan pembelajaran
yang mencakup pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan taktik
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
2.1.3.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Pengertian model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
menurut Isjoni (2013: 15) adalah suatu model pembelajaran dimana sistem
belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil yang berjumlah 4- 6
orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah
dalam belajar. Sedangkan menurut Anita Lie dalam Isjoni (2010: 16),
menyebutkan dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu system
pembelajaran yang member kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja
sama dengan siswa lain dalam tugas- tugas yang terstruktur. Rusman (2011:
207) juga menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif meliputi:
1. Pembelajaran secara tim
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif
3. Kemauan untuk bekerja sama
4. Keterampilan bekerja sama
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran
yang menempatkan siswanya dibentuk berkelompok untuk saling
17
bekerjasama menyelesaikan suatu tugas dalam sebuah pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Untuk melaksanakan model pembelajaran kooperatif, diperlukan
langkah-langkah (prosedur) pembelajaran yang jelas. Rusman (2011: 211)
membagi langkah-langkah pembelajaran kooperatif ke dalam tiga tahap
pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Tahap-Tahap Model Pembelajaran Kooperatif
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
pada kegiatan pembelajaran dan
menekankan pentingnya topik yang
akan dipelajari dan memotivasi
siswa belajar.
Tahap 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau
materi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau melalui bahan
bacaan.
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membimbing
setiap kelompok belajar agar
melakukan transisi secara efektif dan
efisien.
Tahap 4
18
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar.
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas.
Tahap 5
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan kelompok.
Selanjutnya Rusman (2011: 212) meringkas bahwa pada dasarnya
model pembelajaran kooperatif terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai
berikut:
1. Penjelasan materi
Pada tahap ini berisi penjelasan pokok-pokok materi sebelum siswa
belajar secara berkelompok. Tujuannya adalah agar siswa dapat
memahami pokok materi pelajaran.
2. Belajar kelompok
Setelah siswa paham terhadap materi kelompok, maka siswa bekerja
dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3. Penilaian
Penilaian pembelajaran kooperatif dapat dilakukan melalui tes maupun
non tes, baik dilakukan secara individu maupun kelompok.
4. Pengakuan tim
Tahap ini berisi penetapan kelompok yang dianggap paling menonjol
dalam satu kelas. Selanjutnya kelompok tersebut diberikan hadiah atau
penghargaan untuk memotivasi siswa agar mempertahankan
prestasinya.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif
untuk diaplikasikan dalam pembelajaran IPS di SD. Karena selain sesuai
untuk pembelajaran Bahasa Indonesia, model pembelajaran kooperatif
juga sesuai dengan karakteristik siswa SD yang masih senang
berkelompok dan bermain.
19
2.1.5 Metode Pembelajaran Mind Mapping
1. Hakikat Metode Pembelajaran
Seorang calon guru tentunya sudah tidak asing lagi mendengar
kata metode pembelajaran. Ketika kuliah, banyak sekali beberapa mata
kuliah yang membahas metode- metode pembelajaran, seperti: strategi
pembelajaran, micro teaching, dll. Menurut Djamarah (2002) metode
adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini
dimaksudkan guru dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dengan menggunakan metode- metode pembelajaran tertentu.
Definisi yang hampir sama menurut Slameto (2003) mendefinisikan
metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Belajar dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan,
sikap, kecakapan, dan keterampilan. Sedangkan pembelajaran menurut
Sagala (2006) adalah membelajarkan siswa menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama
keberhasilan suatu pendidikan. Sedangkan Riyanto (2002) berpendapat
pembelajaran adalah suatu proses eksperimentasi. Selalu harus ada
yang dipelajari dan karena adanya pengalaman- pengalaman baru.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
metode pembelajaran merupakan suatu alat atau cara yang
mempermudah guru untuk mencapai tujuan materi pembelajaran
kepada siswa agar kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dapat
berhasil. Metode pembelajaran ada berbagai macam seperti: picture
and picture, example non example, mind mapping, ceramah, tanya
jawab, diskusi, pemberian tugas, kerja kelompok, karya wisata,
simulasi, dan masih banyak lagi yang lain. Namun dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode pembelajaran mind mapping, sehingga
dalam bagian selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai metode
mind mapping.
20
2. Metode Mind Mapping
Menurut Buzan (2005: 4) mind map adalah cara termudah untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke
luar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif,
dan secara harfiah akan “ memetakan” pikir-an-pikiran kita. Mind map
didasarkan pada cara kerja alamiah otak dan mampu menyalakan
percikan- percikan kretifitas dalam otak karena melibatkan kedua
belah otak kita (Windura, 2010).
Mind map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan,
memungkinkan kita untuk menyusun fakta dan pikiran sedemikian
rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Informasi
akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan dari pada menggunakan
teknik pencatatan tradisional. Suasana yang menyenangkan di dalam
kelas ketika sedang pembelajaran akan mempengerahi penciptaan peta
pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menciptakan
suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam
pembuatan mind map ini.
Mind mapping merupakan metode pemetaan otak terhadap semua
informasi. Metode ini membuka pikiran manusia agar mampu
mengembangkan pendekatan berpikir yang lebih kreatif dan inovatif
(Khan, 2010).
Menurut peneliti setelah membaca pengertian metode mind
mapping berdasarkan para ahli, metode mind mapping adalah suatu
metode pembelajaran yang bisa merangsang kreativitas otak untuk
memunculkan ide- ide baru dengan menggunakan garis- garis yang
bercabang dan bila perlu di beri warna dan gamabar agar lebih menarik
terhadap materi suatu pelajaran yang sedang dipelajari.
3. Kegunaan Mind Mapping
Kegunaan mind mapping menurut Buzan (2007: 5), meliputi:
1. Memberikan pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang
luas.
21
2. Memnungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-
pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita
berada.
3. Mengunpulkan sejumlah besar data di satu tempat.
4. Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat
jalan- jalan terobosan kreatif baru.
5. Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat.
Menurut Yahya (2010) kegunaan dari mind mapping yaitu
untuk membuat catatan yang memberdayakan diri. Metode mind
mapping yang menggabungkan teks dan gambar ini akan membantu
seseorang dalam mengelola informasi, menambah kaitan dan asosiasi,
serta menjadikan informasi lebih bertahan lama dalam ingatan. Dalam
pembuatan mind map, semuanya menggunakan garis lengkung,
simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan cara kerja otak. Melalui
mind map daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi
catatan yang berwarna- warni, dan mudah diingat yang bekerjanya
sama dengan cara kerja.
4. Bahan Membuat Mind Map
Untuk membuat mind map sangat sedikit dan mudah bahan yang
dibutuhkan, yaitu:
1. Kertas kosong tak bergaris
2. Pena dan pensil warna
3. Otak
4. Imajinasi
Tidak perlu susah payah dan membayar mahal karena ternyata
bahannya cukup murah dan mudah didapat. Dari bahan- bahan di atas
dapat dilihat bahwa siapa pun bisa membuat mind map.
22
4. Langkah membuat mind map
Menurut Buzan (2007: 15) ada tujuh langkah dalam membuat mind
map, yaitu:
1. Siapkan kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar.
2. Pada bagian tengah gunakan gambar atau foto untuk dijadikan sebagai
ide sentral. Diletakkan di tengah kertas dimaksudkan agar tetap fokus
dan menarik.
3. Berilah warna. Warna membuat otak menjadi tertarik dan lebih hidup .
4. Hubungkan gambar yang digunakan sebagai ide sentral dengan cabang-
tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.
5. Buat garis hubung yang melengkung. Garis lengkung ini lebih menarik
dan tidak membosankan otak dibandingkan dengan garis lurus.
6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Dengan satu kata kunci ini
bisa memicu ide dan pikiran baru.
7. Gunakan gambar pada cabang- cabangnya. Seperti gambar sentral,
setiap gambar bermakna seribu kata. Jadi jika ada 10 gambar, mind map
kita sudah setara dengan 10.000 kata catatan.
Berikut contoh mencatat dengan menggunakan metode mind
mapping:
Gambar 1
Contoh Mind Map
Sumber: gambar mind map
23
5. Cara Kerja Mind Map
Dalam membuat mind map disarankan menggunakan warna. Cara
ini dapat mempermudah untuk menyusun pokok pikiran yang berbeda
serta memperkuat efek asosiasi yang dibentuk oleh kata kunci, gambar,
warna (Muhammad, 2009). Dengan bimbingan dari guru, siswa akan
tertarik untuk membuat mind mapnya sendiri. Metode yang
menggabungkan kerja otak kanan dan otak kiri ini, masing- masing
mempunyai kelebihan dan tingkat kecerdasan yang berbeda. Maka dari
itu, mind map yang telah dibuat akan berbeda karena tergantung pada
informasi yang ia dapat dan kreativitas yang dimiliki.
Berikut contoh sederhana: Coba bayangkan kata “kucing”. Ketika
Anda membayangkannya dengan seekor anjing, maka yang Anda lihat
seekor binatang yang mempunyai kaki empat, dua daun telinga, bulu
yang indah, atau binatang piaraan yang sangat menggemaskan.
Pernahkah mendengar kata anjing, tetapi yang terbayang di benak
Anda adalah kucing? Kemungkinan sedikit jika hal itu yang Anda
bayangkan. Demikian juga mind map, cukup dengan menulis kata kunci
yang mewakili dan gambar yang paling sesuai dengan asosiasi Anda.
6. Kelemahan dan Kelebihan Metode Mind Mapping
Dalam setiap metode pembelajaran tentunya ada kekurangan dan
kelebihannya. Berikut adalah kelemahan dan kelebihan dari metode
mind mapping menurut Buzan (2007: 6):
a. Waktu terbuang untuk menulis kata- kata yang tidak memiliki
hubungan antar kata.
b. Waktu terbuang untuk mengulang kembali membaca kata- kata
yang tak perlu.
c. Waktu terbuang untuk mencari kata kunci.
d. Hubungan kata kunci terputus oleh kata- kata yang memisahkan.
e. Kata kunci terpisah oleh jarak.
f. Hanya siswa aktif saja yang terlibat.
Adapun kelebihannya dari metode mind mapping adalah:
24
a. Menjadi lebih kreatif dalam memecahkan masalah.
b. Memudahkan untuk melihat gambaran keseluruhan.
c. Membantu otak untuk mengatur, mengingat, membandingkan, dan
membuat hubungan.
d. Pengulangan materi bisa lebih mudah dan cepat.
e. Menambah informasi baru.
f. Peta pikiran yang dibuat membuat unik dan tertarik.
Dari paparan kelemahan dan kelebihan metode mind map peneliti
dapat merangkum bahwa kelemahannya hanya siswa yang aktif saja
yang dapat mengikuti pembelajaran sedangkan yang pasif kurang
dapat mengikuti sehingga guru harus cermat dalam membimbing
siswanya, sedangkan untuk kelebihannya dari metode mind map
adalah siswa menjadi tertarik terhadap suatu materi yang menyajikan
bacaan yang banyak, yaitu dengan mencatat materi tersebut dengan
cara yang unik seperti menggambarnya atau menggunakan foto yang
kemudian dihubungkan dengan garis- garis lengkung sehingga tidak
membosankan dan meningkatkan pemahaman dengan mudah.
7. Penerapan Metode Mind Mapping pada Pembelajaran
Metode pembelajaran mind maaping dapat digunakan oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di sini dalam mata
pelajaran IPS. Siswa dapat tertarik dengan kegiatan pembelajaran
walaupun IPS banyak menyajikan konsep- konsep abstrak. Siswa dapat
menciptakan ide- ide yang baru dalam materi pelajaran IPS.
Metode Mind Mapping menurut (Silberman: 2004) dapat
dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
a. Memberikan topik pembelajaran
b. Membagi siswa dalam beberapa kelompok
c. Menentukan kata kunci dari topik pembelajaran
d. Menambahkan informasi dari setiap kata kunci
e. Mempresentasikan hasil diskusi
25
f. Memberikan konfirmasi dari hasil diskusi
g. Memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran
Metode Mind Mapping ini dapat membuat suasana
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tentunya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS.
Hal ini dikarenakan pada pembelajaran IPS dibutuhkan tingkat
penguasaan materi yang luas, sehingga dibutuhkan suatu metode yang
dapat digunakan oleh siswa secara efektif untuk membantu mereka agar
lebih mudah dalam menyerap materi yang diberikan. Dalam penerapan
model ini, siswa didorong untuk menggunakan kemampuan kedua
belah otaknya untuk membuat mind map yang sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh setiap siswa. Dan yang terpenting adalah mereka dapat
meningkatkan daya ingatnya pada materi yang telah dipelajari dan
dapat memahami materi dengan lebih menyeluruh.
2.1.6 Media Kertas Lipat
2.1.6.1 Media Pembelajaran
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, media berasal dari bahasa
Latin yaitu medium (bentuk jamak), yang berarti perantara atau pengantar
pesan dari pengirim atau sumber pesan. Pengertian yang hampir sama
dikemukakan oleh Oemar Halik dalam Susanto (2014: 111) media
pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang dipergunakan dalam
rangka mengaktifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam
proses pendidikan dan pengajaran. Sedangkan menurut Blake dalam
Susanto ( 2014: 111) media adalah medium yang dipergunakan untuk
membawa atau menyampaikan pesan berjalan antara komunikator dengan
komunikan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah perantara yang dapat digunakan oleh
guru untuk menyampaikan pesan atau materi kepada peserta didik. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan kertas lipat yang biasanya digunakan
26
sebagai salah satu permainan untuk dijadikan media dalam pembelajaran
IPS.
2.1.6.2 Permainan kertas lipat
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, kertas lipat berasal dari
bahasa Jepang yaitu origami (折り紙). Ori yang berarti "lipat", dan kami
yang berarti "kertas" dalam bahasa Jepang) merupakan sebuah seni lipat
yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain
yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu
hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.
Origami berasal sejak seseorang yang bernama Ts ai Lun dari Cina
memperkenalkan kertas pada abad pertama. Pada abad ke enam mulai
dikenal di Spanyol dan Jepang. Di Jepang origami ini menjadi warisan
budaya yang diturunkan secara turun temurun oleh leluhur. Kemudian
semakin berkembang menjadi origami modern yang dipelopori oleh Akira
Yoshizawa dari Jepang pada tahun 1950-an. Origami yang dibuat dengan
bentuk model realistic seperti binatang, benda atau bentuk- bentuk
dekoratif.(Sumber dari http://saburina1504.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-
origami.html).
Di Indonesia sendiri sekarang bisa kita lihat sejak Play Group
sampai Taman Kanak- Kanak pelajaran melipat kertas juga diajarkan.
Seni origami ini dinilai sangat menyenangkan tidak hanya untuk anak-
anak, kaum muda, dan orang tua pun banyak yang menyukainya. Selain
menyenangkan, ternyata juga ada manfaatnya seperti dapat meningkatkan
kreativitas dan motorik halus anak. Membuat origami membutuhkan
ketelitian dan imajinasi sehingga otak akan bekerja dengan baik.
Origami atau kertas lipat ini lebih sering digunakan juga sebagai
permainan. Adapun salah satu permainan kertas lipat yang peneliti
gunakan adalah cumi- cumian. Bahan dan alatnya hanya kertas berbentuk
bujur sangkar dan pensil/ pulpen. Berikut adalah cara membuat origami
27
cumi- cumian yang peneliti ambil dari buku IPS Aktif kelas 5 karya Tim
Mitra Guru:
1. Siapkan kertas berbentuk bujur sangkar.
2. Lipatlah dua sudut yang saling berhadapan
3. Buka kembali semua lipatan.
4. Lipat sudut atas ke titik tengah.
5. Lipat sudut kiri ke titik tengah, ulangi juga pada sudut kanan.
6. Balikkan kertas. Lipat setiap sudut ke titik tengah dan kamu akan
mendapatkan bujur sangkar yang lebih kecil. Kemudian lipat bujur
sangkar menjadi dua bagian. Buka lipatan dan lipat dua sisi yang
satunya lagi.
7. Buka lipatan dan pertemukan keempat sudut dan masukkan jari kamu
keempat kantong, untuk membuat bentuk seperti berlian. Kamu akan
dapat menggerak- gerakkan keempat bagian tersebut.
8. Tuliskan angka 1 sampai 4 pada keempat kotak kecil.
9. Ratakan pemberi informasi dan tuliskan potongan informasi sejarah
pada masing- masing segitiga dari delapan segitiga yang ada.
10. Kemudian buka kotaknya dan tuliskan pada sisi dalam segitiga yang
sama, hal- hal terkait informasi pada sisi luar segitiga.
2.2 Kajian Hasil- Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut adalah kajian dari beberapa hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian yang peneliti lakukan:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yudy Guspriyanto dari Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. 2012. Dengan judul
“Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Mind Mapping Terhadap
Minat Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Banyubiru 01
Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Hasil penelitian
menghasilkan temuan sebagai berikut: minat belajar IPS di kelas
eksperimen mencapai 80% sesuai dengan criteria penilaian angket minat
28
belajar setelah menggunakan model mind mapping, sedangkan hasil
belajar IPS juga mencapai 80% pada kelas eksperimen.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ivandra Bagus Irawan dari Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. 2012. Dengan judul “Upaya
Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Menggunakan Metode
Pembelajaran Mind Mapping Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial di Kelas IV SDN Kutowinangun 09 Semester Genap Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”. Hasil penelitiannya sebagai berikut: Minat belajar
meningkat sampai 70%, yang sebelumnya hanya 37,5%, sedangkan hasil
belajarnya meningkat 73 % yang sebelumnya hanya 41%.
Berdasarkan dua penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
mind mapping ini mempengaruhi tingkat hasil belajar yang relevan dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan. Namun di sini peneliti menambahkan
suatu permainan yaitu kertas lipat yang berhubungan dari kerja otak yaitu
membutuhkan kreativitas berpikir yang juga digunakan dalam metode mind
mapping. Maka peneliti serasa perlu melakukan penelitian ini dengan judul:
Penggunaan Model Kooperatif Tipe Mind Mapping Berbantuan Media Kertas
Lipat Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada mata Pelajaran IPS di
Kelas V SD Negeri Regunung 01 Semester II Tahun Pelajaran 2015/ 2016.
2.3. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal memang tingkat hasil belajar IPS siswa memang
sangat rendah. Hal ini bisa terjadi karena guru kurang kreatif dalam
melakukan pembelajaran. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan suatu
metode pembelajaran yang berguna untuk memudahkan pemahaman yakni
metode mind mapping. Dari cara mencatatnya mind map lebih menarik dan
mudah mengingat materi pembelajaran khususnya yang diteliti di sini mata
pelajaran IPS. Pada kondisi akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar IPS melalui penerapan metode pembelajaran mind mapping tersebut.
29
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah sebagai berikut: ”Melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe mind mapping berbantuan media kertas lipat
dapat meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa kelas V di SDN Regunung 01
pada semester II tahun 2015/ 2016”.
Kondisi awal Guru belum menggunakan metode mind mapping dan permainan kertas lipat
Hasil belajar IPS
rendah
tindakan Dalam pembelajaran
guru menggunakan
metode mind mapping
dan permainan kertas
lipat
Siklus 1: ceramah, penugasan, mind mapping 1.
Siklus 2: mind mapping 2 & penugasan.
Kondisi akhir Hasil belajar meningkat
Gambar 2
Kerangka berpikir