BAB II KAJIAN NILAI KEPEMIMPINAN ISLAMI DAN FILM A. …eprints.walisongo.ac.id/7078/3/BAB...
Transcript of BAB II KAJIAN NILAI KEPEMIMPINAN ISLAMI DAN FILM A. …eprints.walisongo.ac.id/7078/3/BAB...
19
BAB II
KAJIAN NILAI KEPEMIMPINAN ISLAMI DAN FILM
A. Kajian Nilai Kepemimpinan Islami
1. Pengertian Nilai
Kata value secara bahasa Indonesia menjadi nilai,
berasal dari bahasa Latin valere atau bahasa Prancis
Kuno valoir (Mulyana, 2011 : 7). Menurut Gordon
Allport nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang
bertindak atas dasar pilihannya. Nilai adalah sesuatu yang
dianggap berharga dan menjadi tujuan yang hendak
dicapai. Nilai secara praktis merupakan sesuatu yang
bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari
(Rahmat, 1994 : 36). Secara umum memengaruhi sikap
dan perilaku. Nilai yang menjadi rujukan cara berperilaku
lahiriah dan rohaniah manusia muslim adalah nilai yang
diajarkan oleh agama Islam sebagai wahyu Allah yang
diturunkan kepada utusannya Muhammad SAW (Arifin,
1987 : 139).
Nilai bersifat ideal, abstrak dan tidak dapat
disentuh oleh pancaindra, sedangkan yang dapat
ditangkap hanya barang atau tingkah laku yang
mengandung nilai tersebut. Nilai juga bukan fakta yang
berbentuk kenyataan dan konkret karena masalah nilai
bukan soal benar dan salah, tetapi soal dikehendaki atau
20
tidak, disenangi atau tidak, sehingga bersifat subjektif.
Nilai tidak mungkin diuji, dan ukurannya terletak pada
diri yang menilai (Mujib, 1993 : 110). Bagi manusia nilai
dijadikan landasan, motivasi, atau alasan dalam bersikap
dan bertingkah laku, baik disadarinya maupun tidak.
Setiap manusia tentu melakukan semua aktivitas dan
tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
sehingga perlu adanya suatu patokan atau tolak ukur
untuk mengatur tindakan manusia. Jadi nilai itu sesuatu
yang penting dan berkualitas dalam jiwa serta tindakan
manusia yang menyempurnakan manusia sesuai dengan
hakikatnya.
2. Pengertian Kepemimpinan Islami
Dalam Islam istilah kepemimpinan dikenal dengan
khilafah, imamah, dan ulil amri. Khalifah diartikan
sebagai kepala negara dalam pemerintahan dan kerajaan
Islam di masa lalu. Sedangkan imam atau imamah
diartikan untuk menyebut pemuka agama, pemimpin
keagamaan, atau pemimpin spiritual. Lain halnya dengan
ulil amri diartikan sebagai pemerintah, ulama,
cendekiawan, pemimpin militer atau tokoh-tokoh
masyarakat yang menerima kepercayaan atau amanat dari
masyarakat (Moedjiono, 2002 : 10). Dalam bahasa
Inggris, kepemimpinan disebut leadership (Nawawi,
1993 : 16).
21
Dalam pandangan Bellows, kepemimpinan
diartikan sebagai proses menciptakan situasi sehingga
para anggota kelompok, termasuk pemimpin, dapat
mencapai tujuan bersama dengan hasil maksimal dalam
waktu dan kerja yang singkat, sedangkan R.C. Davis
memandang kepemimpinan sebagai kekuatan dinamik
yang merangsang motivasi dan koordinasi organisasi
dalam mencapai tujuan. Lain halnya dengan K. Davis,
yang mendefinisikan kepemimpinan sebagai faktor
manusia yang mempersatukan kebersamaan kelompok
serta motivasi untuk mencapai tujuan (Moedjiono, 2002 :
7).
Dalam arti lain, kepemimpinan merupakan upaya
yang muncul dari dalam diri seseorang untuk melakukan
proses aktivitas memengaruhi antar pribadi dalam suatu
kelompok dan dalam situasi tertentu melalui proses
komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu secara
bersama (Dubrin, 2005 : 4). Definisi kepemimpinan yang
mudah dipahami, yaitu rangkaian kegiatan penataan
berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain
dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sutarto, 1991 :
25). Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan aktivitas mempengaruhi seseorang atau
kelompok untuk bekerjasama dalam mencapai suatu
22
tujuan yang ditentukan bersama. Para teoris
kepemimpinan memandang bahwa kepemimpinan dalam
Islam adalah dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi
manusia sebagai khalifah di muka bumi. Selain itu juga
landasan dalam menjalankan kepemimpinan dalam Islam
harus berdasarkan atas Al qur’an dan hadits.
Menurut konsep Alqur’an sekurang-kurangnya ada
lima syarat kepemimpinan yang harus mampu
mengembangkan kepribadian dirinya sebagai pemimpin,
yaitu (Kayo, 2005 : 75)
1. Beriman dan bertakwa.
2. Berilmu pengetahuan.
3. Mempunyai kemampuan menyusun perencanaan dan
evaluasi.
4. Mempunyai kekuatan mental melaksanakan kegiatan.
5. Mempunyai kesadaran dan tanggung jawab moral,
serta mau menerima kritik.
Menurut Imam Moedjiono, dikemukakan beberapa
dasar-dasar kepemimpinan Islam adalah sebagai berikut
(Moedjiono, 2002 : 53)
1. Tidak mengambil orang kafir atau orang yang tidak
beriman sebagai pemimpin bagi orang-orang muslim
karena bagaimanapun akan mempengaruhi lebih
lanjut terhadap kualitas keberagaman rakyat yang
dipimpinnya. Dalam hal ini Rasulullah pernah
23
bersabda, “Keberagaman rakyat tergantung
keberagaman pemimpinnya”. Allah telah memberi
patokan, bagaimana kaum muslimin dalam
mengangkat pemimpinnya. Allah berfirman dalam
Surah An-Nisa ayat 144:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang kafir menjadi
wali (pelindung, pemimpin) dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah
kamu ingin menjadikan hal itu sebagai
alasan bagi Allah untuk menimpakan
siksaan yang nyata?” (Departemen Agama
RI, 2002 : 133).
2. Setiap kelompok orang bahkan dalam kelompok lebih
dari tiga orang diperlukan adanya pemimpin. Guna
mencapai tujuan organisasi, disamping memiliki
anggota, juga harus mengangkat pemimpin sebagai
penanggungjawab organisasi tersebut. Nabi
Muhammad saw, bersabda :
“Jika tiga orang berjalan dalam suatu perjalanan,
angkatlah salah satu di antara mereka sebagai
pemimpin.” (H.R. Abu Dawud).
3. Pemimpin harus orang yang memiliki keahlian di
bidangnya dan kehancuran jika menyerahkan urusan
24
umat kepada seseorang yang bukan ahlinya atau tidak
memiliki kemampuan untuk memimpin. Sabda Nabi
Muhammad SAW:
“Siapa yang menyerahkan urusan kepada bukan
ahlinya, tunggulah kehancurannya.” (H.R. Bukhari
dan Muslim).
4. Pemimpin harus bisa diterima (acceptable) mencintai
dan dicintai umatnya, mendoakan umat dan didoakan.
Bukan sebaliknya dibenci dan membenci, melaknat
dan dilaknat umat. Nabi bersabda :
“Sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang kamu
cintai dan mencintai kamu, kamu berdoa untuk
mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-
buruk pemimpinmu adalah mereka yang kamu benci
dan mereka membenci kamu, kamu melaknati mereka
dan mereka melaknati kamu.” (H.R. Muslim).
5. Mengutamakan, membela dan mendahulukan
kepentingan umat, menegakkan keadilan,
melaksanakan syariat, berjuang menghilangkan segala
bentuk kemungkaran, kekufuran, kekacauan dan
fitnah. Allah berfirman dalam Surah An-Anfal ayat
39:
Artinya: “ Dan perangilah mereka itu (orang kafir
yang membunuh, mengusir umat Islam,
25
memerangi kamu) sehingga tidak ada lagi
fitnah dan agar agama itu semata-mata
untuk Allah jika mereka berhenti
memusuhi kamu, tidak ada lagi
permusuhan kecuali terhadap orang-orang
yang aniaya” (Departemen Agama RI,
2002 : 245).
6. Di samping pemimpin harus sehat dan kuat, seorang
pemimpin juga harus menyukai persatuan dan benci
perpecahan.
7. Islam mengajarkan bahwa setiap orang mempunyai
kedudukan kepemimpinan (leadership), bertanggung
jawab terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Dalam
hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda:
“Tiap-tiap kamu menjadi pemimpin dan bertanggung
jawab terhadap orang-orang yang kamu pimpin.
Seorang imam (kepala negara, pemuka) menjadi
pemimpin dan bertanggung jawab kepada rakyatnya.
Seorang suami menjadi pemimpin di lingkungan
keluarganya, dia bertanggung-jawab terhadap
keseluruhannya. Seorang pesuruh (khadim) menjadi
pemimpin dari harta benda majikannya, dia
bertanggung jawab mengamankannya. Seorang anak
menjadi pemimpin harta benda ayahnya, dia
bertanggung jawab memeliharanya. Setiap kamu
menjadi pemimpin dan bertanggung jawab terhadap
orang-orang yang kamu pimpin.” (H.R. Bukhari dan
Muslim).
8. Tugas kepemimpinan adalah melaksanakan ketaatan
kepada Allah. Islam menetapkan tujuan dan tugas
26
utama pimpinan adalah untuk melaksanakan ketaatan
kepada Allah dan Rasul-Nya, serta melaksanakan
perintah-perintah-Nya dan meninggalkan semua
larangan-Nya.
9. Tujuan kepemimpinan Islam adalah agar urusan
masyarakat dapat berjalan dengan lancar.
10. Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin
hendaklah mengutamakan musyawarah.
3. Nilai Kepemimpinan Islami
Nilai yang menjadi rujukan cara berperilaku
lahiriah dan rohaniah manusia muslim adalah nilai yang
diajarkan oleh agama Islam sebagai wahyu Allah yang
diturunkan kepada utusannya Muhammad SAW. Nilai-
nilai kepemimpinan merupakan sejumlah sifat-sifat
utama yang harus dimiliki seorang pemimpin agar
kepemimpinannya dapat efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Islam
memandang bahwa seorang pemimpin harus mencontoh
sifat-sifat Nabi yang dapat dijadikan barometer.
Jadi nilai kepemimpinan Islami adalah nilai yang
telah diteladani oleh Rasulullah SAW yang telah
menerapkan teori manajemen dengan sifat-sifat utamanya
yang tetap berpegang teguh pada ajaran Islam.
Kepemimpinan Islam yang ideal telah diteladankan oleh
sang Rosul pilihan, tentang karakteristik-karakteristik
27
seorang pemimpin sebagaimana yang terdapat pada diri
Rasulullah SAW, diantaranya adalah sebagai berikut
(Rivai, 2009 : 381)
a. Siddiq
Sifat Rasulullah SAW yang benar dan jujur. Seorang
pemimpin harus senantiasa berperilaku benar dan
jujur dalam sepanjang kepemimpinannya. Kebenaran
dan kesungguhan dalam berucap, bersikap, dan
berjuang melaksanakan tugasnya. Benar juga dalam
mengambil keputusan yang menyangkut visi dan misi,
serta efektif dan efisien operasionalnya di lapangan.
b. Tabligh
Sifat Rasulullah SAW yang komunikatif dan
argumentatif. Seorang pemimpin harus mempunyai
cara penyampaian yang benar (berbobot) dan dengan
tutur kata yang tepat. Artinya, berbicara dengan orang
lain dengan sesuatu yang mudah dipahami.
c. Amanah
Sifat Rasulullah SAW yang dapat dipercaya dan
bertanggung jawab. Seorang pemimpin harus
memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
dan kewajiban yang diberikan kepadanya. Seorang
pemimpin juga harus memelihara sebaik-baiknya apa
yang diserahkan kepadanya, baik dari Tuhan maupun
28
dari orang-orang yang dipimpinnya, sehingga tercipta
rasa aman bagi semua pihak.
d. Fathonah
Sifat Rasulullah SAW yang memiliki intelektual,
kecerdikan dan kebijaksanaan. Seorang pemimpin
harus dapat menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan
untuk melakukan berbagai macam inovasi yang
bermanfaat. Serta memiliki kecerdasan yang mampu
menciptakan kemampuan untuk menghadapi dan
menanggulangi persoalan yang muncul seketika
sekalipun.
Dalam membuat sebuah keputusan, seorang
pemimpin tidak dapat melepaskan diri dari nilai-nilai
yang dimilikinya. Menurut Guth dan R. Tagiuri yang
dikutip oleh Moedjiono mengidentifikasi 6 tipologi yang
penting dari kecenderungan nilai-nilai kepemimpinan,
antara lain (Moedjiono, 2002 : 49)
a. Teoritik, yaitu nilai-nilai yang tertarik pada usaha
mencari kebenaran dan mencari pembenaran secara
rasional.
b. Ekonomis, yaitu nilai-nilai yang praktis, tertarik pada
usaha akumulasi kekayaan.
c. Estetik, yaitu yang tertarik pada aspek-aspek
kehidupan yang penuh dengan keindahan, menikmati
setiap peristiwa untuk kepentingan sendiri.
29
d. Sosial, yaitu menaruh belas kasihan pada orang lain,
simpati, tidak mementingkan diri sendiri.
e. Politis, yaitu berorientasi pada kekuasaan dan melihat
kompetisi sebagai faktor yang sangat vital dalam
kehidupannya.
f. Religius, yaitu selalu menghubungkan setiap aktivitas
dengan kekuasaan Sang Pencipta.
4. Prinsip Kepemimpinan Menurut Islam
Kepemimpinan menurut Islam yaitu musyawarah,
adil, dan kebebasan berpikir (Rivai, 2009 : 154).
1. Musyawarah
Mengutamakan musyawarah sebagai prinsip yang
harus diutamakan dalam kepemimpinan Islam. Di dalam
Alqur’an dengan jelas menyatakan bahwa seorang yang
menyebut dirinya sebagai pemimpin wajib melakukan
musyawarah dengan orang yang berpandangan baik.
Melalui musyawarah memungkinkan seluruh
komunitas Islam akan turut serta berpartisipasi dalam
proses pembuatan keputusan, dan sementara itu pada saat
yang sama musyawarah dapat berfungsi sebagai tempat
untuk mengawasi tingkah laku para pemimpin jika
menyimpang dari tujuan semula. Pemimpin yang Islami
haruslah mencari dan mengutamakan cara-cara dan jalan
musyawarah untuk memecahkan setiap persoalan sesuai
dengan permasalahannya.
30
Pemimpin harus mengikuti dan melaksanakan
keputusan yang telah disepakati dalam musyawarah dan
harus berupaya menghindari dirinya dari manipulasi atau
bermain dengan kata-kata untuk hanya menonjolkan
pendapatnya atau mengungguli keputusan yang dibuat
dalam musyawarah. Secara umum pemilihan tugas,
tanggung jawab atau delegation of authoty dapat
membantu untuk menjelaskan lingkup musyawarah,
seperti:
a. Urusan-urusan yang bersifat administrasi dan
eksekutif dapat diserahkan kepada pemimpin.
b. Persoalan yang membutuhkan keputusan segera
ditangani oleh pemimpin dan disajikan kepada
kelompok untuk ditinjau dalam pertemuan
berikutnya.
c. Semua anggota kelompok harus mampu mengkaji
dan mengoreksi tindakan pemimpin secara bebas
tanpa rasa segan dan malu.
d. Kebijakan yang hendak diambil, sasaran jangka
panjang yang direncanakan dan keputusan penting
yang harus diambil diputuskan dengan cara
musyawarah. Masalah ini tidak boleh diputuskan
oleh pemimpin seorang diri.
31
2. Adil
Pemimpin sepatutnya mampu memperlakukan
semua orang secara adil, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Lepas dari suku bangsa, warna kulit,
keturunan, golongan, strata di masyarakat ataupun
agama. Alqur’an memerintahkan setiap muslim dapat
berlaku adil, bahkan sekalipun ketika berhadapan dengan
para penentang mereka. Allah berfirman dalam Surah
An-Nisa (4) ayat 58:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat” (Departemen
Agama RI, 2002 : 113).
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada para
hamba-Nya yang beriman agar menjadi orang-orang yang
benar-benar menegakkan keadilan ditengah-tengah
masyarakat. Ajaran Allah yang baik ini, yaitu
32
melaksanakan amanat dan hukum dengan seadil-adilnya,
jangan sekali-kali diabaikan tetapi hendaklah diterapkan
dalam kehidupan, untuk dapat mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat. Semua perintah itu jika dilakukan oleh
manusia dengan sebaik-baiknya, niscaya akan
menjadikan kebiasaan yang meresap di dalam jiwanya.
3. Kebebasan Berpikir
Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu
memberikan ruang dan mengundang anggota kelompok
untuk mampu mengemukakan kritiknya. Para anggota
diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau
keberatan mereka dengan bebas, serta harus dapat
memberikan jawaban atas setiap masalah yang diajukan.
Agar sukses dalam memimpin, seorang pemimpin
hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan
berpikir dan pertukaran gagasan yang sehat dan bebas,
saling kritik dan saling menasihati satu sama lain,
sehingga para pengikutnya merasa senang mendiskusikan
masalah atau persoalan yang menjadi kepentingan
bersama.
Perkembangan globalisasi menuntut untuk pandai
memanfaatkan peluang dalam menghadapi berbagai
masalah kehidupan yang disebabkan oleh adanya
globalisasi. Kemampuan berpikir seorang pemimpin
dituntut untuk mampu beradaptasi dan berpikir secara
33
kreatif serta piawai mencari pemecahan masalah. Dengan
demikian, konsep kebebasan berpikir secara kreatif pada
dasarnya mengarah kepada penemuan hal-hal baru seperti
ide, alternatif baru atau desain baru.
B. Kajian Tentang Film
1. Pengertian Film
Film atau gambar hidup atau biasa disebut dengan
movie dihasilkan dari rekaman orang dan benda dengan
menggunakan kamera (Aziz, 2004 : 425). Film memiliki
realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang
realitas masyarakat. Film sebagai komunikasi massa
merupakan gabungan dari berbagai teknologi seperti
fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa dan
seni teater sastra dan arsitektur seni musik. Bahan baku
dari film adalah celluloid, pita video, piringan video, dan
bahan penemuan teknologi lainnya. Bentuk, jenis, dan
ukuran film dibuat melalui proses kimiawi, proses
elektronik dan proses lainnya. Film ada yang dihasilkan
tanpa suara atau film bisu dan film bersuara. Film yang
telah selesai diproduksi ditayangkan dengan sistem
proyeksi mekanik, elektronik, dan lainnya. Film
mempunyai peran yang besar dalam pengembangan
budaya bangsa dan pembangunan nasional. Film juga
mempunyai fungsi penerangan, pendidikan,
34
pembangunan budaya bangsa, dan hiburan juga
mempunyai fungsi ekonomi (Kristanto, 2004 : 469).
Film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam
bentuk gambar dan suara yang dikemas sedemikian rupa
dengan permainan kamera, teknik editing, dan skenario
yang ada. Film bergerak dengan cepat dan bergantian
sehingga memberikan visual yang berkelanjutan.
Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara
memberikan daya tarik tersendiri. Media ini pada
umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan,
dokumentasi, dan pendidikan. Ia dapat menyajikan
informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-
konsep yang rumit, mengajarkan ketrampilan,
menyingkatkan atau memperpanjang waktu, dan
memengaruhi sikap (Arsyad, 2005 : 49).
2. Sejarah Film
Film atau motion pictures ditemukan dari hasil
pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor
(Elvinaro, 2007 : 143). The Great Train Robbery
dianggap merupakan film cerita pertama yang dibuat di
Amerika Serikat pada tahun 1903 dan dibuat oleh Edwin
S. Porter. Sejarah perfilman Amerika mencatat antara
tahun 1906 sampai dengan tahun 1916 sebagai periode
penting atau disebut pula zamannya Griffith. Selain
karena pada masa itu karya-karya David Wark Griffith
35
dibuat, satu diantaranya film berjudul Intorelance
memperlihatkan teknik editing yang baik serta jalan
cerita yang baik pula, juga pada masa ini ditemukannya
pusat perfilman Hollywood. Bahkan film-film komedi
yang dibintangi Charlie Chaplin dengan sutradara Mack
Sennett dibuat pada masa tersebut.
Menurut Karlinah (2014 : 36) sejarah perfilman
Indonesia pertama berjudul Lely Van Java yang diproses
di Bandung pada tahun 1926 oleh David. Selama tahun
1927/1928 dibuat film-film berjudul Eulis Atjih dan
tahun 1928/1930 dibuat film-film Lutung Kasarung, Si
Conet dan Pareh, semuanya merupakan film bisu. Film
bicara pertama di Indonesia adalah Terang Bulan yang
dibintangi oleh Roekiah dan R. Muchtar. Pada awalnya
film dikelola oleh orang-orang Belanda dan Cina. Ketika
Jepang datang, film di ambil alih oleh pemerintah Jepang
dan film digunakan sebagai alat propaganda Jepang.
Setelah kemerdekaan, film dikelola oleh Pemerintah
Republik Indonesia, dan mulai dibuat Berita Film
Indonesia. Pada waktu pemerintahan Indonesia hijrah
dari Yogyakarta ke Jakarta, B.F.I juga pindah ke Jakarta
dan bergabung dengan Perusahaan Film Negara, akhirnya
terbentuklah Pusat Film Nasional.
Film di Indonesia tidak semata-mata berfungsi
sebagai media hiburan karena pemerintah telah
36
mencanangkan film sebagai alat pendidikan dan
pembinaan bagi generasi muda (Effendy, 2008 : 30).
Kelebihan film dibandingkan media lainnya, terutama
televisi (sejenis) adalah layarnya yang luas, teknik
pengambilan gambar, penonton dapat berkonsentrasi
penuh, serta identifikasi psikologis. Layar luas memberi
keleluasaan penonton melihat adegan demi adegan secara
jelas. Di samping itu, gambaran situasi dapat secara utuh
ditampilkan karena juru kamera dapat mengambil gambar
secara keseluruhan melalui panoramic shot atau extreme
long shot. Ruangan kedap suara tanpa penerangan dan
terbebas dari gangguan dari luar, telah membantu
penonton mencurahkan perhatiannya secara penuh pada
film yang ditontonnya. Keadaan demikian, dapat
memengaruhi penonton selama film berlangsung, yakni
apabila penonton turut merasakan apa yang diperbuat
oleh pemain film sehingga seolah-olah dirinya yang
sedang main film. Hal itu menurut para ahli ilmu jiwa
disebut sebagai identifikasi psikologis. Pengaruh film
yang lainnya adalah imitasi, yaitu apabila penonton
meniru gaya atau tingkah laku dari pemain dalam film
tersebut, misalnya cara berpakaian atau model
rambutnya.
37
3. Jenis-jenis Film
Ada empat jenis film. Keempat jenis film tersebut adalah:
a. Film Cerita (Story Film)
Film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang
lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan
bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai
barang dagangan. Banyak sekali unsur yang terkandung
dalam film cerita ini seperti humor, tegang, gembira,
sedih, marah, kejahatan dan lain-lain (Kurniati, 2000 :
211).
Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa
berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang
dimodifikasi sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan
ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik. Sejarah
dapat diangkat menjadi film cerita yang mengandung
informasi akurat, sekaligus contoh teladan perjuangan
para pahlawan atau untuk memotivasi penonton. Cerita
sejarah yang pernah diangkat menjadi film adalah G30S
PKI, Janur Kuning, Serangan Umum 1 Maret, dan lain-
lain. Sekalipun film cerita itu fiktif, dapat saja bersifat
mendidik karena mengandung ilmu pengetahuan dan
teknologi tinggi (Karlinah, 2014 : 34).
b. Film Berita (Newsreel)
Film mengenai fakta atau peristiwa yang benar-
benar terjadi. Oleh karena sifatnya berita maka film yang
38
disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita
(news value). Film berita juga harus penting dan menarik.
Film berita juga bisa dilakukan dua cara, yaitu direkam
dengan suara pemerannya atau film beritanya bisu
dengan pembaca berita yang membacakan narasi
(Elvinaro, 2007 : 148).
Bagi peristiwa-peristiwa tertentu, seperti perang,
kerusuhan, pemberontakan dan sejenisnya, biasanya
merupakan film berita yang dihasilkan kurang baik.
Dalam hal ini yang terpenting adalah peristiwanya
terekam secara utuh.
c. Film Dokumenter (Documentary Film)
Didefinisikan oleh Robert Flatherty sebagai karya
ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of
actuality). Film dokumenter adalah perkembangan dari
konsep film non fiksi. Dalam dokumenter, selain
mengandung fakta, film dokumenter mengandung
subyektivitas pembuatnya (Nugroho, 2007: 34).
Misalnya, seorang sutradara mau membuat film
dokumenter mengenai para pembatik di kota Pekalongan
maka ia akan membuat naskah yang ceritanya bersumber
pada kegiatan para pembatik sehari-hari dan sedikit
merekayasanya agar sebagai film dapat menghasilkan
kualitas cerita dan gambar yang baik. Banyak kebiasaan
masyarakat Indonesia yang dapat diangkat menjadi film
39
dokumenter, diantaranya upacara kematian orang Toraja,
upacara ngaben di Bali. Biografi seseorang yang
memiliki karya pun dapat dijadikan sumber bagi film
dokumenter.
d. Film Kartun (Cartoon Film)
Film ini dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebuah
film kartun tidak akan terlihat bagus jika cerita yang
disuguhkan dalam film tersebut juga tidak bagus
(Suyanto, 2006 : 15). Dapat dipastikan, kita semua
mengenal tokoh Donal Bebek (Donald Duck), putri Salju
(Snow White), Miki Tikus (Mickey Mouse) yang
diciptakan oleh seniman Amerika Serikat Walt Disney.
Film kartun lainnya yang cukup digemari anak-anak
adalah Spongebob Squarepants, Dora the Explorer, dan
lain-lain.
Umumnya sepanjang film kartun itu diputar kita
akan tertawa karena kelucuan-kelucuan dari para tokoh
pemainnya. Namun, ada juga film kartun yang membuat
iba penontonnya karena penderitaan tokohnya. Sekalipun
tujuan utamanya untuk menghibur, dapat pula film kartun
mengandung unsur pendidikan, minimal akan terekam
bahwa kalau ada tokoh jahat dan tokoh baik maka pada
akhirnya tokoh baiklah yang selalu menang.
40
4. Unsur-unsur Film
Film merupakan hasil karya bersama atau hasil
kerja kolektif. Dengan kata lain, proses pembuatan film
pasti melibatkan kerja sejumlah unsur atau profesi.
Unsur-unsur yang dominan di dalam proses pembuatan
film antara lain:
a. Produser atau producer
Produser mengepalai departemen produksi yang
menjadi penggerak awal sebuah produksi film.
Produser juga akan mengambil resiko keuangan
dengan mengeluarkan uang mereka sendiri khususnya
selama periode pra-produksi, sebelum sebuah film
dapat terdanai sepenuhnya (Effendi, 2009 : 40).
Sebagaimana kerap tercantum dalam opening credit
title, ada lebih dari satu orang yang menyandang
predikat setara produser dalam sebuah produksi film,
antara lain:
1. Executive producer
Executive producer bertanggungjawab atas pra
produksi proposal dan penggalangan dana
produksi.
2. Associate producer
Associate producer adalah orang yang punya
hak mengetahui jalannya produksi maupun
41
mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar
produksi.
3. Producer
Producer adalah orang yang memproduksi film
bukan membiayai film atau menanam investasi
dalam sebuah produksi film. Tugasnya adalah
memimpin seluruh tim produksi sesuai tujuan yang
ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif
maupun manajemen produksi, sesuai dengan
anggaran yang telah disepakati oleh executive
producer (Dennis, 2008 : 8).
4. Line producer
Tugasnya memberi masukan dan alternatif atas
masalah-masalah yang dihadapi oleh seluruh
departemen dalam lingkup manajerial dan dalam
batasan anggaran yang sudah disepakati.
b. Sutradara atau director
Kerja sutradara dimulai dari membedah skenario ke
dalam konsep pengambilan gambar.
Tanggungjawabnya meliputi aspek-aspek kreatif, baik
interpretatif maupun teknis, dari sebuah produksi film.
Selain mengatur laku di depan kamera dan
mengarahkan akting serta dialog, sutradara juga
mengontrol posisi kamera beserta gerak kamera,
suara, pencahayaan, di samping hal-hal lain yang
42
menyumbang kepada hasil akhir sebuah film
(Sumarno, 1996 : 34).
c. Skenario
Skenario merupakan naskah cerita yang digunakan
sebagai landasan bagi penggarapan sebuah produksi
film. Isi dari skenario merupakan dialog dan istilah
teknis sebagai perintah kepada crew atau tim
produksi. Skenario juga memuat informasi tentang
suara dan gambar ruang, waktu, peran dan aksi serta
pintu gerbang terciptanya sebuah film (Handry, 2006 :
55).
d. Penata Artistik
Penata artistik bertugas menyusun segala sesuatu yang
melatarbelakangi cerita sebuah film, melakukan
setting tempat-tempat dan waktu berlangsungnya
cerita film. Penata artistik juga bertugas
menterjemahkan konsep visual dan segala hal yang
meliputi aksi di depan kamera (setting peristiwa).
e. Penata Fotografi
Penata fotografi seringkali disamakan dengan operator
kamera atau kameraman. Hal ini sebenarnya berbeda
operator kamera atau kameraman merupakan orang
yang mengoperasikan kamera, sedangkan penata
fotografi merupakan pemimpin departemen yang
mengkoordinir sejumlah operator kamera.
43
f. Penata Musik
Penata musik bertugas menata panduan musik yang
tepat. Fungsinya menambah nilai dramatik seluruh
cerita film. Tugas penata musik ini sangat
memengaruhi efek pengambilan gambar. Musik dapat
memberikan efek yang ingin ditimbulkan oleh
sutradara.
g. Penata Suara
Penata suara dibantu tenaga perekam lapangan yang
bertugas merekam suara baik di lapangan maupun di
studio. Selain itu, penata suara bertugas memadukan
unsur-unsur suara yang nantinya akan menjadi jalur
suara yang letaknya bersebelahan dengan jalur gambar
dalam hasil akhir film yang diputar di bioskop.
h. Pemeran
Pemeran atau cast bertugas untuk memerankan tokoh
yang ada dalam naskah film. Pemeran harus bisa
mengubah karakternya sesuai dengan apa yang telah
digambar oleh sutradara. Proses pemilihan pemeran
disebut casting. Casting semula dilakukan oleh
casting director atau orang yang bertugas mencari
pemeran, setelah itu daftar nama calon pemeran ini
akan dipilih kembali oleh sutradara.
44
i. Kameraman
Penyunting disebut kameraman yaitu orang yang
bertugas menyusun hasil shooting sehingga
membentuk rangkaian cerita sesuai konsep yang
diberikan oleh sutradara. Ada beberapa teknik yang
digunakan oleh kameraman dalam mengambil
gambar. Pengambilan gambar ini memengaruhi
penggambaran dari naskah.
j. Editor
Editor bekerja setelah film diproduksi. Editor bertugas
membenahi kembali film yang mentah menjadi film
yang matang untuk ditayangkan. Editor akan
berdiskusi dengan sutradara dalam mengedit film
mentah ini.
Gambar 1. Struktur organisasi
pelaksanaan produksi program TV
Sumber : (https://jogiesuaduon.com/2016/04/26/modul-
penyiaran-tv/)
45
Unsur-unsur di atas mempengaruhi keberhasilan
pembuatan film. Membuat film membutuhkan kerjasama
banyak orang. Komunikasi antar tim sangat dibutuhkan.
Setiap kepala departemen harus paham apa yang
dibutuhkan dalam departemennya.
Selain itu, adapula unsur teknik yang juga
mempengaruhi pembuatan film, antara lain (Effendi,
2009 : 67)
1. Audio terdiri dari dialog, musik dan sound effect
a. Dialog digunakan untuk menjelaskan perihal tokoh
atau peran, menggerakkan plot maju dan membuka
fakta. Dialog yang digunakan dalam film “Rudy
Habibie” ini menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Jerman.
b. Musik yang bertujuan untuk mempertegas adegan
agar lebih kuat maknanya. Apabila musik
dimaksudkan hanya untuk latar belakang, maka ini
termaksud dalam sound effect atau efek suara.
Contoh yang termasuk musik adalah musik
diskotik ketika adegan berada dalam ruangan
diskotik.
c. Sound effect atau efek suara adalah bunyi-bunyian
yang digunakan untuk melatarbelakangi adegan
yang berfungsi sebagai penunjang sebuah gambar
46
untuk membentuk nilai dramatik dan estetika
sebuah adegan.
2. Visual terdiri dari angle, lighting, teknik pengambilan
gambar dan setting.
a. Angle
Angle kamera dibedakan menurut karakteristik dari
gambar yang dihasilkan ada 3 yaitu:
1. Straight angle, merupakan sudut pengambilan
gambar yang normal, biasanya ketinggian
kamera setinggi dada dan sering digunakan
pada acara yang gambarnya tetap. Pengambilan
angle ini mengesankan situasi yang normal, bila
pengambilan straight angle secara zoom in
menggambarkan ekspresi wajah obyek atau
pemain dalam memainkan karakternya,
sedangkan pengambilan straight angle secara
zoom out menggambarkan secara menyeluruh
ekspresi gerak tubuh dari obyek atau pemain.
2. Low Angle, yaitu suatu pengambilan gambar
dari tempat yang letaknya lebih rendah dari
obyek. Hal ini membuat seseorang nampak
kelihatan mempunyai kekuatan yang menonjol
dan akan kelihatan kekuasaannya.
3. High Angle, yaitu sudut pengambilan gambar
dari tempat yang lebih tinggi dari obyek. Hal ini
47
akan memberikan kepada penonton sesuatu
kekuatan atau rasa superioritas.
b. Pencahayaan (Lighting)
Pencahayaan adalah tata lampu dalam film. Ada
dua pencahayaan yang dipakai dalam produksi
yaitu natural light (matahari) dan artifical light
(buatan), misalnya lampu. Jenis pencahayaan
antara lain:
1. Cahaya Depan (Front Lighting)
Cahaya yang diambil dari depan akan merata
dan tampak natural atau alami.
2. Cahaya Samping (Side Lighting)
Subyek lebih terlihat memiliki dimensi.
Biasanya banyak dipakai untuk menonjolkan
suatu benda karakter seseorang.
3. Cahaya Belakang (Back Lighting)
Cahaya yang berada di belakang membuat
bayangan dan dimensi.
4. Cahaya Campuran (Mix Lighting)
Merupakan gabungan dari tiga pencahayaan
sebelumnya. Efek yang dihasilkan lebih merata
dan meliputi setting yang mengelilingi obyek.
c. Teknik Pengambilan Gambar
Bagi seorang sutradara TV, pengambilan gambar
dari sebuah shot atau komposisi gambar sangat
48
berpengaruh pada cara sang sutradara untuk
memberikan Komando Penyutradaan (Director’s
Command) kepada seluruh kru produksi,
khususnya kepada penata kamera (Naratama, 2004
: 69). Berikut 10 shot size pada teknik pengambilan
gambar:
1. Established, adalah ukuran yang lebih lebar dari
Full Shot. Established Shot dimaksudkan untuk
mendapatkan suasana ruangan yang lebih luas,
misalnya Established Shot kota Jakarta dengan
gedung-gedung pencakar langit dan jalan-jalan
yang macet di sana-sini.
Tabel 1. Ukuran Gambar ES
Istilah Ukuran Fungsi
ES
(Establis
hed Shot)
Gambar 2. ES
Untuk
mendapat
kan
suasana
ruangan
yang
lebih luas.
2. Full Shot (FS), teknik ini memperlihatkan
interaksi antara subyek utama dengan subyek
lain, interaksi tersebut menimbulkan aktivitas
sosial tertentu.
49
Tabel 2. Ukuran Gambar FS
Istilah Ukuran Fungsi
FS
(Full
Shot)
Gambar 3. FS
Memperlihat
kan
objek dengan
lingkungan
sekitar.
3. Long Shot Setting (LSS), audience diajak oleh
sang kameraman untuk melihat keseluruhan
obyek dan sekitarnya. Mengenal subyek dan
aktivitasnya berdasarkan lingkup setting yang
mengelilinginya.
Tabel 3. Ukuran Gambar LSS
Istila
h
Ukuran Fungsi
LSS
(Long
Shot
Settin
g)
Gambar 4. LSS
Memperlihat
kan
secara
menyeluruh
terhadap
adegan
yang
diperankan
lebih dari
satu
orang.
50
4. Medium Shot (MS), teknik ini memperlihatkan
bagian pinggang ke atas pemeran. Audience
diajak untuk sekedar mengenal obyek dengan
menggambarkan sedikit suasana dari arah
tujuan kameraman.
Tabel 4. Ukuran Gambar MS
Istilah Ukuran Fungsi
MS
(Mediu
m
Shot)
Gambar 5. MS
Memperlihat
kan
seseorang
dengan
sosoknya.
5. Over Sholdier Shot (OSS), teknik ini
mengambil objek dengan memperlihatkan
punggung lawan mainnya, sehingga terkesan
sedang berbicara dengan lawan mainnya.
Tabel 5. Ukuran Gambar OSS
Istilah Ukuran Fungsi
OSS
(Over
Sholdi
er
Shot)
Gambar 6. OSS
Memperlihat
kan
punggung
lawan
mainnya,
terkesan
sedang
berbicara.
51
6. Close Up (CU), pengambilan gambar ini hanya
memperlihatkan wajah tokoh. Gambar dengan
teknik ini memiliki efek yang kuat sehingga
menimbulkan perasaan emosional karena
audience hanya melihat pada satu titik interest.
Pembaca dituntut untuk memahami kondisi
subyek.
Tabel 6. Ukuran Gambar CU
Istila
h
Ukuran Fungsi
CU
(Close
Up)
Gambar 7. CU
Memberi
gambara
n objek
secara
jelas.
7. Pan Up atau Frog Eye, teknik ini dilakukan
dengan mengarahkan kamera ke atas. Film
dengan teknik ini menunjukkan kesan bahwa
obyek lemah dan kecil.
52
Tabel 7. Ukuran Gambar PU
Istilah Ukuran Fungsi
PU
(Pan
Up)
Gambar 8. PU
Mengarahkan
kamera ke
atas.
8. Pan Down atau Bird Eye, pengambilan gambar
dengan teknik ini mengarahkan kamera ke arah
bawah. Teknik ini menunjukkan kesan obyek
sangat agung, berkuasa, kokoh dan berwibawa.
Namun juga bisa menimbulkan kesan bahwa
subyek dieksploitasi karena hal tertentu.
Tabel 8. Ukuran Gambar PD
Istilah Ukuran Fungsi
PD
(Pan
Down)
Gambar 9. PD
Mengarahkan
kamera ke
arah
bawah.
9. Parralel Cutting, adalah teknik editing dimana
ada dua shot berbeda di buat paralel. Contohnya
seorang tokoh berlari ingin menyelamatkan si
53
gadis, sementara si gadis yang hendak
ditolongnya sedang disiksa oleh penjahat.
Tabel 9. Ukuran Gambar PC
Istilah Ukuran Fungsi
PC
(Parrale
l
Cutting)
Gambar 10. PC
Memperlihatka
n
dua shot yang
berbeda.
10. Off Sound (OS), artinya hanya pendengar efek
suara saja, sedangkan dialog diam.
Tabel 10. Ukuran Gambar OS
Istilah Ukuran Fungsi
OS (Off
Sound)
Gambar 11. OS
Pendengar
efek
suara saja.
d. Setting
Setting yaitu tempat atau lokasi untuk pengambilan
sebuah visual dalam film. Setting atau lokasi
disesuaikan dengan cerita yang ada dalam naskah.
54
Lokasi ini akan memengaruhi penggambaran yang
ada pada naskah.
5. Film sebagai Media Dakwah
Film dapat menjangkau banyak segmen sosial.
Selain itu, film juga dapat mempengaruhi khalayaknya.
Karakteristik film sebagai media massa juga mampu
membentuk khalayak secara visual. Film dapat dijadikan
sebagai media dakwah. Keunikan film sebagai media
dakwah ini antara lain, pertama, secara psikologis
penyuguhan secara hidup dan tampak yang dapat
berlanjut dengan animation memiliki keunggulan daya
efektifnya terhadap penonton. Banyak hal yang abstrak
dan samar-samar dan sulit diterangkan dengan kata-kata
dapat disuguhkan kepada khalayak lebih baik dan efisien
dengan media ini. Kedua, media film menyuguhkan
pesan hidup dapat mengurangi keraguan yang
disuguhkan, lebih mudah diingat dan mengurangi
kelupaan (Aziz, 2004 : 426).
Kata media merupakan jamak dari bahasa Latin
yaitu medion, yang secara etimologi berarti alat
perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa
media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara lebih
55
spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat
fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti
buku, film, video, kaset, slide dan sebagainya.
Film selalu bertautan dengan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat. Dengan kata lain, film dapat
merangkum pluralitas nilai yang ada dalam masyarakat
(Irawanto, 1999 : 14). Film dapat dijadikan sebagai
media dalam berdakwah. Film dapat dikatakan sebagai
media dakwah ketika film tersebut memasukkan pesan-
pesan edukatif, pesan keagamaan baik secara eksplisit
maupun tidak (Muhtadi, 2012 : 112). Melalui film suatu
pesan dakwah dapat dikemas untuk disampaikan, dengan
mengaplikasikan nilai-nilai agama di dalamnya.