BAB II final - DUMMY.docx

60
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada landasan teori ini akan dijelaskan tentang teori sinyal, investasi, teori risiko harga, definisi konsep obligasi, peringkat obligasi, dan pengaruh rasio keuangan yakni Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Coverage, serta faktor non-keuangan yakni Maturity terhadap Peringkat Obligasi (Bond Rating). 2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi terjadi karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor) (Wolk, et al., 2001). Informasi sangat dibutuhkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan atas suatu perusahaan. Ketidakseimbangan informasi

Transcript of BAB II final - DUMMY.docx

Page 1: BAB II final - DUMMY.docx

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Pada landasan teori ini akan dijelaskan tentang teori sinyal, investasi, teori

risiko harga, definisi konsep obligasi, peringkat obligasi, dan pengaruh rasio

keuangan yakni Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Coverage, serta faktor

non-keuangan yakni Maturity terhadap Peringkat Obligasi (Bond Rating).

2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk

pasar modal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi terjadi karena

perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang

akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor) (Wolk, et al., 2001). Informasi

sangat dibutuhkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan atas suatu perusahaan.

Ketidakseimbangan informasi menyebabkan pihak eksternal perusahaan sulit

untuk membedakan antara perusahaan yang memiliki kualitas tinggi atau rendah.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan, pihak

eksternal perusahaan seperti investor tentu membutuhkan informasi tentang

kondisi obligasi.

Dalam teori sinyal dikemukakan tentang bagaimana seharusnya

perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan. Sebagai

salah satu pengguna laporan keuangan, keputusan investor dipengaruhi oleh

kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan.

Page 2: BAB II final - DUMMY.docx

Menurut Kown (2004:107), hasil dari menganalisis laporan keuangan adalah rasio

keuangan berupa angka-angka dan rasio keuangan ini harus dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan. Investor yang berminat pada obligasi korporasi pastilah

melihat rasio keuangan yang dapat dicerminkan dari peringkat obligasinya apakah

dalam keadaan baik (investment grade) atau buruk (junk bond). Damodaran

(2012:80) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara peringkat

obligasi korporasi dan kinerja rasio keuangannya. Semakin baik rasio keuangan

(profitabilitas, likuiditas, leverage, dan coverage) suatu perusahaan maka

peringkat obligasinya akan semakin tinggi sehingga mampu menjawab pertanyaan

apakah investor layak menginvestasikan dananya pada instrumen pendapatan

tetap ini.

Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang

dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan

menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki

(Immachulatta, 2005). Dengan teori sinyal diharapkan manajemen memberikan

sinyal berupa informasi mengenai kualitas atau kondisi obligasi, apakah obligasi

berpotensi gagal bayar atau tidak. Investor maupun kreditur dapat mengetahui

kondisi perusahaan dari sinyal yang diberikan. Sinyal yang ditunjukkan pada

investasi obligasi adalah adanya peringkat obligasi.

2.1.2 Teori Investasi

Istilah investasi sering dikaitkan dengan menginvestasikan uang pada

tangible assets seperti tanah, rumah, emas, dan sebagainya, ataupun investasi

yang berupa financial assets seperti obligasi, saham ataupun reksa dana. Menurut

Page 3: BAB II final - DUMMY.docx

Jones (2004:98): “Investment is the commitment of funds to one or more assets

that will be held over some future time periode”. Investasi adalah komitmen

menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode

masa mendatang. Menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman

modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu

lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.”

Investasi dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu investasi riil dan

investasi finansial. Investasi riil secara umum melibatkan aset nyata, seperti tanah,

mesin-mesin, atau pabrik, sedangkan investasi finansial melibatkan kontrak-

kontrak tertulis (sekuritas), seperti saham biasa dan obligasi (Sharpe, 1997).

Investasi finansial banyak mendominasi di perekonomian modern, yang

menunjang berkembangnya investasi riil. Sektor riil sulit berkembang apabila

sumber pendanaan yang disediakan sektor finansial kurang memadai.

Menurut Sharpe (1997) proses investasi di bidang sekuritas berkenaan

dengan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan mengenai

pemilihan sekuritas, seberapa ekstensif investasi sebaiknya dilakukan dan kapan

investasi seharusnya dilaksanakan.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa tujuan investasi adalah

meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun di masa yang akan

datang. Pada umumnya para investor mempunyai sifat tidak menyukai risiko (risk

averse), yakni bila mereka dihadapkan pada suatu kesempatan investasi yang

mempunyai risiko tinggi maka para investor tersebut akan mensyaratkan tingkat

keuntungan (return) yang lebih besar.

Page 4: BAB II final - DUMMY.docx

Husnan (1990) menyatakan bahwa semakin tinggi risiko suatu kesempatan

investasi, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh

investor. Konsep ini pun berlaku pada investasi dalam saham maupun obligasi.

Dalam obligasi, risiko investasi dapat dicerminkan dari peringkat obligasinya

(Dudda & Shekar, 1991:273). Peringkat obligasi yang tinggi mencerminkan risiko

yang rendah sehingga yield-nya pun rendah, begitupun sebaliknya peringkat

obligasi yang rendah merupakan cerminan dari risiko yang tinggi sehingga yield

yang didapat investor tinggi (high yield bonds).

2.1.3 Teori Risiko Harga (Price Risk Theory)

Kebayakan investor pemula menganggap bahwa investasi di saham

berisiko, sedangkan di obligasi tidak. Sebenarnya, obligasi pun mengandung

risiko, meskipun bentuk dari risiko tersebut berbeda. Untuk dapat mengelola

portofolio investasi obligasinya dengan baik, investor perlu mengetahui risiko-

risiko dari investasi obligasi. Menurut Hirschey dan Nofsinger (2008:332),

investasi obligasi mengandung risiko harga (price risk). Risiko harga terjadi

karena harga obligasi berubah setiap hari di pasar. Risiko pasar mempunyai dua

komponen yaitu risiko tingkat bunga (interest rate risk) dan risiko gagal bayar

(default risk).

Strong (2006:107) mendefinisikan risiko tingkat bunga (interest rate risk)

sebagai chance of loss in the value of fixed-income investments following a rise in

interest rates (kemungkinan kerugian nilai investasi pendapatan tetap menyusul

kenaikan tingkat suku bunga). Tingkat bunga pasar keuangan dangan harga

obligasi mempunyai pengaruh negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat

Page 5: BAB II final - DUMMY.docx

bunga akan turun, demikian sebaliknya. Volatilitas harga obligasi bergantung

pada jangka waktu umur obligasinya (term to maturity). Semakin panjang term to

maturity-nya, maka semakin sensitif terhadap tingkat suku bunga. Dalam teorema

Malkiel (Malkiel’s Theorems) dikemukakan bahwa semakin panjang jatuh tempo

suatu obligasi, semakin tinggi kupon atau bunganya dan semakin fluktuatif

harganya (Hirschey dan Nofsinger, 2008:337). Harga yang memiliki fluktuasi

tinggi inilah yang menyebabkan risikonya ikut meninggi. Menurut Brigham dan

Houston (2001:230), obligasi dengan umur obligasi yang lebih pendek

mempunyai risiko yang lebih kecil, sehingga perusahaan yang peringkat

obligasinya tinggi mempunyai umur obligasi yang lebih pendek daripada

perusahaan yang menggunakan umur obligasi lebih lama.

Komponen kedua dari risiko harga (price risk) yaitu risiko gagal bayar

(default risk). Risiko gagal bayar atau yang sering juga disebut risiko kredit

(credit risk) adalah kemungkinan kerugian akibat penerbit gagal bayar (chance of

loss due to issuer default) (Strong, 2006:107). Obligasi yang berkualitas rendah

(junk bonds) mempunyai risiko gagal bayar yang lebih besar dan pada umumnya

menawarkan yiled yang lebih tinggi untuk menarik investor. Begitupun

sebaliknya, obligasi berkualitas tinggi (investment grade) mempunyai default risk

yang kecil dan menawarkan yield yang lebih rendah. Jadi bisa dikatakan semakin

tinggi risiko gagal bayar obligasi maka semakin rendah kualitas yang dicerminkan

dari peringkat obligasinya yang di bawah investment grade.

Page 6: BAB II final - DUMMY.docx

2.1.3 Obligasi

2.1.3.1 Pengertian Obligasi

Obligasi adalah instrumen utang yang mewajibkan penerbitnya untuk

membayar kembali kepada lender/ investor jumlah yang dipinjamkan ditambah

bunga (kupon) selama periode waktu tertentu (Fabozzi, 1999:192).

Obligasi sering disebut sebagai fixed-income securities, karena obligasi

menawarkan aliran pendapatan yang tetap atau aliran pendapatan dengan formula

yang sudah ditentukan sebelumnya (Bodie, Kane, dan Marcus, 2009). Pendapatan

keuntungan yang diberikan kepada investor obligasi didasarkan pada tingkat suku

bunga yang telah ditentukan sebelumnya menurut perhitungan tertentu. Tingkat

pendapatan tersebut bisa berbentuk tingkat suku bunga tetap (fixed rate) dan

tingkat suku bunga mengambang (floating rate).

Menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2009), meskipun obligasi pada

umumnya menjanjikan pendapatan tetap, pendapatan tetap ini tidak serta merta

bebas dari risiko kecuali emiten dapat meyakinkan investor bahwa mereka tidak

akan mengalami gagal bayar (default). Untuk dapat mengetahui kemungkinan

suatu obligasi gagal bayar atau tidak, maka investor dapat melihatnya dari

peringkat yang diberikan oleh rating agency. Kebanyakan investor lebih memilih

instrumen obligasi karena keamanannya, bukan karena yield yang ditawarkan.

Obligasi yang berperingkat investment grade (BBB- atau lebih tinggi)

menawarkan yield yang lebih rendah dibanding dengan obligasi non investment

grade (junk bonds). Ini berpengaruh pada harga obligasi di pasar di mana high

yield bond ini dijual lebih murah dibanding dengan oblgasi berstatus investment

Page 7: BAB II final - DUMMY.docx

grade. Ini sejalan dengan yang dikemukan dalam teorema Malkiel (Malkiel’s

Theorems) di mana harga obligasi bergerak berlawanan dengan yield-nya

(Hirschey dan Nofsinger, 2008:337).

2.1.3.2 Jenis-Jenis Obligasi

Berdasarkan jenis penerbitnya, secara umum obligasi dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu obligasi pemerintah dan obligasi korporasi. Obligasi

pemerintah sendiri terbagi menjadi dua, yaitu obligasi pemerintah pusat (Treasury

Bonds) dan obligasi pemerintah daerah (Municipal Bonds).

Sedangkan berdasarkan strukturnya, obligasi dapat dibedakan menjadi:

a. Obligasi suku bunga tetap (Fixed Rate / Straight Bonds)

Obligasi jenis ini memiliki kupon bunga dengan besaran tetap yang

dibayar secara berkala kepada investor sepanjang masa berlakunya

obligasi.

b. Obligasi suku bunga mengambang (Floating Rate Notes)

Floating rate note (FRN) memiliki kupon yang perhitungan besaran

bunganya mengacu pada suatu indeks pasar uang seperti LIBOR atau

Euribor. Floating rate notes ini populer digunakan pada saat inflasi dan

tingkat bunga di masa yang akan datang sulit untuk diprediksi. Obligasi ini

biasanya dijual mendekati harga par karena penyesuaian yang otomatis

sesuai dengan kondisi pasar.

c. Obligasi tanpa kupon (Zero Coupon Bonds)

Zero Coupon Bonds adalah obligasi yang tidak memberikan pembayaran

bunga. Obligasi ini diperdagangkan dengan pemberian potongan harga

Page 8: BAB II final - DUMMY.docx

(discount) dari nilai par. Pemegang obligasi menerima secara penuh pokok

hutang pada saat jatuh tempo obligasi.

d. Obligasi Convertible dan Exchangeable

Obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham biasa (common stock) dari

perusahaan penerbit obligasi disebut convertible bonds. Sedangkan

exchangeable bonds dapat ditukarkan dengan saham biasa perusahaan

lain.

Obligasi dapat dibedakan pula menjadi dua, yaitu unsecured bonds dan

secured bonds. Berikut ini adalah klasifikasi obligasi menurut Gitman (2003):

a. Unsecured bonds

Debentures, hanya bisa diterbitkan oleh perusahaan yang

terpercaya. Biasanya convertible bonds adalah debentures.

Subordinated debentures, obligasi jenis ini tidak akan dibayar

sebelum obligasi lain yang lebih senior dibayarkan.

Income bonds, bunga hanya dibayarkan jika perusahaan dapat

menghasilkan laba. Biasanya diterbitkan untuk mereorganisasi

perusahaan yang kurang berhasil. Penerbit obligasi tidak dianggap

default jika gagal membayar bunga.

b. Secured bonds

Mortgage bonds, obligasi ini dijaminkan menggunakan bangunan

atau gedung.

Collateral trust bonds, obligasi ini dijaminkan menggunakan

saham dan atau obligasi yang dimiliki oleh penerbit obligasi. Nilai

Page 9: BAB II final - DUMMY.docx

jaminan biasanya 25% sampai 35% di atas nilai dari obligasi yang

diterbitkan.

Equipment trust certificates, obligasi ini biasanya digunakan untuk

mendanai aset seperti pesawat, truk, gerbong kereta, kapal, dan

sebagainya. Trustee membeli sebuah asset dengan dana yang

diperoleh dari penjualan obligasi lalu meminjamkan aset tersebut

ke perusahaan.

2.1.3.3 Penerbit Obligasi

Hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan obligasi. Namun,

peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini tergolong

ketat. Penggolongan penerbit obligasi biasanya terdiri atas:

1. Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank Investasi Eropa

(European Investment Bank) atau Bank Pembangunan Asia (Asian

Development Bank),

2. Pemerintah suatu negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata

uang negaranya misalnya di Indonesia dikenal sebagai Surat Utang

Negara (SUN), maupun obligasi pemerintah dalam denominasi valuta

asing yang biasa disebut dengan obligasi internasional (sovereign

bond), misalnya Eurodollar bond, Samurai bond, Bulldog bond,

Yankee bond, dan Panda bond.

3. Sub-sovereign, propinsi, atau otoritas daerah. Di Amerika dikenal

sebagai obligasi daerah (municipal bond).

4. Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bond.

Page 10: BAB II final - DUMMY.docx

5. Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta.

6. Special purpose vehicle adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu

tujuan khusus guna menguasai aset tertentu yang ditujukan guna

penerbitan suatu obligasi yang biasa disebut Efek Beragun Aset.

2.1.3.4 Kelebihan Obligasi

Investor mempunyai pilihan atas masing-masing sekuritas yang akan

dipilih dalam melakukan investasi di pasar modal, salah satunya adalah obligasi.

Dalam portofolionya, investor perlu melakukan diversifikasi agar tidak

mengalami kerugian besar. Instrumen obligasi mempunyai beberapa kelebihan

dibanding instumen investasi lainnya. Berikut adalah kelebihan dari investasi

obligasi:

1. Pendapatan tetap

Pendapatan tetap yang diterima dari investasi obligasi adalah berupa

bunga/ kupon dan pokok obligasi. Bunga/ kupon obligasi merupakan

kewajiban perusahaan yang diberikan kepada investor atas pinjaman yang

telah diberikan. Bagi investor kupon obligasi memberikan keuntungan atas

dana yang telah diinvestasikan. Dibandingkan dengan bunga deposito,

bunga yang ditawarkan obligasi pada umumnya relatif lebih tinggi

(Fakhrudin, 2008). Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menarik

minat investor untuk berinvestasi pada obligasi.

2. Hak klaim pertama

Obligasi memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan saham.

Apabila emiten atau penerbit obligasi mengalami likuidasi atau bangkrut

Page 11: BAB II final - DUMMY.docx

maka pemegang obligasi sebagai kreditur memiliki hak klaim pertama atas

aset perusahaan. Hal tersebut dikarenakan emiten telah terikat kontrak atas

kewajiban pelunasan terhadap pihak pemegang obligasi. Pemegang saham

mendapat bagian atas aset perusahaan jika obligasi sudah terbayar semua.

Namun tidak menutup kemungkinan aset perusahaan tidak mampu

melunasi semua obligasi yang beredar. Oleh karena itu, investasi obligasi

dan saham juga memiliki risiko tetapi risiko obligasi relatif lebih kecil

dibanding saham.

3. Konversi saham

Keuntungan lain dari obligasi yaitu obligasi dapat dikonversi menjadi

saham. Konversi ini hanya dapat dilakukan pada jenis obligasi tertentu

yaitu convertible bond. Investor yang telah mengkonversi obligasi ke

saham pada harga tertentu telah sepenuhnya memiliki manfaat atas saham

tersebut.

4. Portofolio yang lebih baik

Karena pendapatan obligasi dapat diprediksi, maka pemegang obligasi

dapat membuat portofolio obligasi yang lebih baik, dibandingkan dengan

portofolio saham (Sunariyah, 2004).

2.1.3.5 Kelemahan dan Risiko Obligasi

Di samping memiliki kelebihan, investasi melalui instrumen obligasi juga

memiliki bebe rapa kelemahan. Menurut Sunariyah (2004) beberapa kelemahan

dari obligasi adalah:

Page 12: BAB II final - DUMMY.docx

1. Tingkat bunga. Meskipun tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat

berfluktuasi. Harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan

pemerintah atau bank sentral. Tingkat bunga pasar keuangan dangan harga

obligasi mempunyai pengaruh negatif, apabila harga obligasi naik maka

tingkat bunga akan turun, demikian sebaliknya. Oleh karena itu, pemodal

harus memperhatikan pergerakan harga obligasi agar dapat

mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan.

2. Obligasi merupakan instrumen keuangan yang sangat konservatif,

sehingga menghasilkan yield yang cukup baik, dengan risiko rendah.

Misalnya, obligasi yang diterbitkan pemerintah lebih menguntungkan

dibandingkan dengan obligasi yang diterbitkan perusahaan swasta. Risiko

obligasi pemerintah relatif sangat rendah dibandingkan dengan obligasi

perusahaan swasta. Dalam kasus tersebut, pemodal yang ingin

mengoptimalkan keuntungan lebih baik melakukan investasi dalam

instrumen ini, meskipun risiko cukup tinggi. Namun, bila dibandingkan

dengan instrumen saham, return yang didapat dari obligasi tidak sebesar

saham karena saham termasuk jenis investasi dengan risiko yang tinggi.

3. Tingkat likuidasi obligasi rendah. Hal ini dikarenakan pergerakan harga

obligasi, khususnya apabila harga obligasi menurun. Dalam kasus tersebut

pemegang obligasi akan menahan obligasinya, dan berspekulasi bahwa

masa yang akan datang obligasi akan naik kembali.

4. Risiko penarikan. Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada

persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi

Page 13: BAB II final - DUMMY.docx

sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premium. Hal ini

kelihatannya menguntungkan pemegang obligasi, tetapi biasanya obligasi

yang diambil dijual kembali dengan tingkat bunga yang lebih rendah oleh

penerbit obligasi (yang disebut refunding). Sebagai akibatnya, pemegang

obligasi belum siap untuk reinvestasi, atau dinamakan reinvestment risk.

5. Risiko kecurangan. Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah

likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami

kebangkrutan maka pemegang obligasi akan menderita kerugian, karena

perusahaan akhirnya tidak dapat menepati janjinya. Dalam hal perusahaan

penerbit bangkrut, maka obligasi menjadi sesuatu hal yang tidak

mempunyai nilai.

2.1.4 Peringkat Obligasi

2.1.4.1 Pengertian Peringkat Obligasi

Peringkat obligasi merupakan opini dari lembaga pemeringkat serta

sumber informatif bagi pemodal atas risiko obligasi yang diperdagangkan

(Berdasarkan Keputusan BAPEPAM dan Lembaga keuangan Kep-151/BL/2009).

Strong (2006:402) mendefinisikan peringkat obligasi (bond rating) sebagai

measure of credit quality (ukuran kualitas kredit).

Menurut Dudda & Shekar (1991: 273), risiko dari investasi obligasi dapat

dicerminkan pada seberapa tinggi peringkat obligasi (bond rating) tersebut.

Semakin rendah risikonya maka peringkatnya akan semakin tinggi. Bagi emiten,

peringkat bermanfaat untuk mengetahui struktur obligasi dan mengetahui posisi

kinerjanya dibanding perusahaan lain (Raharjo, 2003).

Page 14: BAB II final - DUMMY.docx

Penelitian ini menggunakan rating dari PT Pefindo sebagai sumber data.

Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan yang menerbitkan obligasi di pasar

lebih banyak yang menggunakan jasa Pefindo untuk memeringkat obligasinya.

Berikut adalah definisi Peringkat Pefindo :

Tabel 2.1Definisi Peringkat PT Pefindo

Peringkat

Definisi

idAAA Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idAAA didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan paling kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Pengaruh dari memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan terhadap kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut adalah minimal.

idAA Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idAA didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan yang sangat kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut tidak terlalu terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan.

idA Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idA didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan yang kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan Obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut cukup terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan.

idBBB Efek hutang dengan peringkat idBBB didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan yang memadai dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan Obligor untuk memenuhi kewajiban financial atas efek hutang tersebut lebih terpengaruh oleh memburuknya

Page 15: BAB II final - DUMMY.docx

perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan dibanding obligor dengan peringkat lebih tinggi.

idBB Efek hutang dengan peringkat idBB didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan yang agak lemah dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban financial atas efek hutang tersebut sangat terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan.

idB Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idB didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan yang lemah dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financial atas efek hutang tersebut. Pemburukan kondisi perekonomian, bisnis, dan keuangan dapat berakibat pada ketidakmampuan obligor untuk memenuhi kewajiban financial atas efek hutang tersebut .

idCCC Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idCCC menandakan terdapat risiko besar bahwa obligor tidak mampu memenuhi kewajiban financial atas efek hutang tersebut serta sangat bergantung pada perbaikan kondisi perekonomian, bisnis serta keuangan.

idD Efek hutang jangka panjang dengan peringkat idD menandakan obligor gagal memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Peringkat idD ini akan diberikan pada saa jatuh tempo tanpa menunggu sampai masa tenggang berakhir, kecuali PEFINDO yakin obligor akan mampu memenuhi kewajibannya dalam masa tenggang yang ditetapkan. Peringkat idD juga dapat diberikan kepada obligor yang sudah mengajukan pailit atau berhenti berusaha.

Sumber: Pefindo

Pada praktiknya, Pefindo memberi modifikasi peringkat dari idB ke idAA

dengan penambahan tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan

relatif dalam kategori penilaian. Jadi bisa dikatakan tanda plus (+) atau minus (-)

itu sama dengan fungsi angka. (AA+ lebih tinggi dari AA, dan AA lebih tinggi

dari AA-, dst.)

Page 16: BAB II final - DUMMY.docx

Karena kesulitan dalam mengukur efek marginal dari perubahan dalam

setiap variabel pada peringkat kredit dengan beberapa kategori, peneliti

menggunakan skema klasifikasi alternatif berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Ashbaugh (2004) di mana peringkat kredit dibagi menjadi dua kategori,

investment grade dan kelas non-investment grade (spekulatif). Manajer portofolio

obligasi banyak dibatasi untuk memiliki obligasi kelas non-investment grade

(spekulatif), karena perusahaan mengeluarkan biaya yang signifikan jika mereka

mendapatkan peringkat obligasi spekulatif. Dalam penelitian ini pengukuran

dilakukan dengan memberikan nilai 1 untuk obligasi yang investment grade dan 0

untuk obligasi yang non investment grade.

Berikut adalah tabel klasifikasi peringkat obligasi (bond rating):

Page 17: BAB II final - DUMMY.docx

Tabel 2.2Tabel Klasifikasi Peringkat Kredit (Bond Rating)

Standard & Poor’s (S&P’s) Bond Rating

Pefindo’s Bond Rating

Category

AAA idAAA Prime

Investment Grade

AA+AAAA-

idAA+idAAidAA-

High grade

A+AA-

idA+idAidA-

Upper medium grade

BBB+BBBBBB-

idBBB+idBBBidBBB-

Lower medium grade

BB+BBBB-

idBB+idBBidBB-

Non-Investment grade speculative

Non-Investment Grade

B+BB-

idB+idBidB-

Highly speculative

CCC+ Substantial risks

CCC idCCC Extremely speculative

CCC- In default with little prospect for recovery

D idD In defaultSumber: Hollis Ashbaugh, et. al., University of Wisconsin & Pefindo

2.1.4.2 Lembaga Pemeringkat (Rating Agency)

Lembaga pemeringkat atau juga disebut dengan rating agency adalah

suatu perusahaan yang menerbitkan peringkat kredit bagi para penerbit obligasi .

Di dunia sekarang terdapat 3 rating agency terbesar yakni Standard &

Poor's, Fitch Ratings, dan Moody's. Sedangkan di Indonesia sendiri terdapat 3

Page 18: BAB II final - DUMMY.docx

lembaga pemeringkat yaitu Pefindo, Fitch Ratings Indonesia, dan ICRA

(Indonesia Credit Rating Agency).

Lembaga pemeringkat di Indonesia mempunyai kewajiban harus

mempunyai technical assistant dengan lembaga pemeringkat di luar negeri.

Untuk itulah, Pefindo melakukan kerja sama dengan lembaga rating di luar negeri

yaitu Standard and Poor’s. Sedangkan, Fitch Ratings Indonesia berafiliasi dengan

dengan Fitch Ratings, dan ICRA (Indonesia Credit Rating Agency) berafiliasi

dengan Moody’s.

Saat ini, lembaga pemeringkat yang mendominari pasar atas rating di

Indonesia adalah PT.Pefindo. Hingga akhir tahun 2011 yang lalu, pangsa pasar

Pefindo mencapai 91% (www.investor.co.id). Jadi bisa dikatakan lebih dari 90%

korporasi di Indonesia diperingkat oleh lembaga pemeringkat ini.

Lembaga pemeringkat berfungsi sebagai perantara informasi dan berperan

dalam memeperbaiki efisiensi pasar modal dengan meningkatkan transparansi

sekuritas, sehingga dapat mengurangi asimetri informasi antara investor dan

penerbit obligasi. Jasa ini sangat berguna bagi investor kecil yang menghadapi

tingginya biaya dalam menilai kelayakan kredit (credit worthiness) obligasi. Oleh

karena itu, lembaga pemeringkat mampu menyediakan jasa yang lebih efisien

(Beaver, 2004 dalam Zaki Baridwan, 2005).

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi

Peringkat obligasi membantu investor dalam hal penilaian hutang dan

risiko kegagalan (default risk) dari obligasi. Peringkat obligasi mencoba

mengukur adanya risiko kegagalan berupa ketidakmampuan emiten sebagai

Page 19: BAB II final - DUMMY.docx

penghutang dalam membayar bunga selama umur obligasi dan pelunasannya pada

jatuh temponya.

Menurut Bringham dan Houston (2001:229), faktor-faktor yang

mempengaruhi peringkat obligasi adalah sebagai berikut:

1. Berbagai macam risiko rasio-rasio keuangan, termasuk leverage, liquidity,

profitability dan lainnya. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut

semakin tinggi rating tersebut.

2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila

obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating pun akan

membaik.

3. Kedudukan obligasi dengan jenis hutang lain (subordination provision)..

Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari utang lainnya maka rating

akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.

4. Penjamin (Underwriter). Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh

perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat.

5. Adanya sinking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok

pinjaman sedikit demi sedikit setiap bulan).

6. Umur obligasi (Maturity). Obligasi dengan umur yang lebih pendek

mempunyai risiko yang lebih kecil.

7. Stabilitas (Stability) atas laba dan pendapatan emiten.

8. Peraturan (Regulations) yang berkaitan dengan industri emiten.

9. Faktor-faktor lingkungan (Environmental factors) dan tanggung jawab

produk (Product liability).

Page 20: BAB II final - DUMMY.docx

10. Kebijakan akuntansi (Accounting policies). Penerapan kebijakan akuntansi

yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih

berkualitas.

2.1.5.1 Rasio Keuangan

Untuk dapat memproleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu

perusahaan, perlu mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data finansial

dari perusahaan bersangkutan, di mana data finansial itu tercermin didalam

laporan keuangan.

Ukuran yang sering digunakan dalam analisis finansial adalah rasio.

Menurut Kown (2004:107), hasil dari menganalisis laporan keuangan adalah rasio

keuangan berupa angka-angka dan rasio keuangan harus dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan. Menurut Van Horne (2005:234), rasio keuangan adalah

alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

Rasio keuangan merupakan ekspektasi hubungan antara angka-angka

laporan keuangan sehingga menghasilkan informasi yang lebih bermakna.

Analisis rasio keuangan ini merupakan salah satu perwujudan ketentuan Statement

of Finansial Accounting Concept (SFAC) no. 1, yang pada intinya menyebutkan

bahwa laporan keuangan harus menyajikan yang bermanfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan dalam membuat keputusan yang rasional. Rasio keuangan

merupakan hasil bagi antara dua angka, yang mana dua angka berisikan item-item

laporan keuangan (Beaver, 1966).

Menurut Hanafi dan Halim (2003:70), ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam analisis laporan keuangan yaitu:

Page 21: BAB II final - DUMMY.docx

1. Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya tren-tren

tertentu dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan lima atau enam tahun

barangkali bisa digunakan untuk melihat menculnya tren tertentu.

2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu

diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya

angka yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bisa dan biasa

dipakai sebagai pembanding. Meskipun angka rata-rata industri ini

barangkali bukan merupakan pembanding yang paling tepat karena

beberapa hal, misal karena perbedaan karakteristik rata-rata perusahaan

dalam industri dengan perusahaan tersebut. Alternatif lain apabila rata-rata

industri tidak ada adalah dengan membandingkan perusahaan dengan

perusahaan lain yang sejenis. Perusahaan yang menjadi pembanding bisa

jadi perusahaan yang menjadi leader dalam industri.

3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan

dengan hati-hati adalah penting. Diskusi atau pernyataan-pernyataan yang

melengkapi laporan keuangan, seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi

rencana ekspansi atau restrukturisasi, merupakan bagian integral yang

harus dimasukkan dalam analisis.

4. Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain. Kadangkala semua

informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis mendalami

laporan keuangan. Kadangkala informasi tambahan di luar laporan

keuangan diperlukan. Informasi tambahan ini bisa memberi analisis yang

lebih tajam lagi. Sebagai contoh, analisis penurunan penjualan bila disertai

Page 22: BAB II final - DUMMY.docx

dengan analisis perkembangan market share akan memberi pandangan

baru kenapa penjualan bisa menurun.

Munawir (2002) menyatakan rasio keuangan pada dasarnya dapat digunakan:

1. Untuk keperluan pengukuran kinerja keuangan secara menyeluruh (overall

measures).

2. Untuk keperluan pengukuran profitabilitas atau rentabilitas, kemampuan

perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari operasinya (profitability

measures).

3. Untuk keperluan pengujian investasi (test of investment utylization).

2.1.5.1.1 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri (Sartono, 2002)

Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2000), profitabilitas adalah rasio yang

mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat

penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Investasi dalam bentuk obligasi secara

langsung sebenarnya tidak berpengaruh oleh profitabilitas perusahaan, karena

tetap menerima sebesar tingkat bunga yang telah ditentukan. Akan tetapi para

analis tetap tertarik terhadap profitabilitas perusahaan karena profitabilitas

mungkin merupakan satu-satunya indikator yang paling baik mengenai kesehatan

keuangan perusahaan.

Rasio ini direpresentasikan oleh Net Profit Margin (NPM). Menurut

Alexandri (2008) Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk

Page 23: BAB II final - DUMMY.docx

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih

setelah dipotong pajak.

Menurut Bastian dan Suhardjono (2006) Net Profit Margin adalah

perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka

kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan

kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh

dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik

kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.

Laba yang diperoleh perusahaan mengindikasikan bahwa kondisi

keuangan emiten baik. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan

kemampuan perusahaan untuk mempertahankan going concern (kelangsungan

hidup) dan pelunasan kewajiban (Purwaningsih, 2008).

Sejati (2010) menyatakan bahwa ketika laba perusahaan tinggi maka

peringkat obligasi juga tinggi. Hal itu dikarenakan laba perusahaan dapat

digunakan untuk melunasi kewajiban perusahaan termasuk obligasi. Dengan

demikian tingkat profitabilitas dapat digunakan sebagai pengukur risiko default

perusahaan.

2.1.5.1.2 Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio keuangan yang mengukur tingkat

kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban finansial jangka pendek

(Sartono, 2002). Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2000), rasio likuiditas

mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva

Page 24: BAB II final - DUMMY.docx

lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam ini merupakan

kewajiban perusahaan).

Analis keuangan dapat menggunakan beberapa rasio likuiditas untuk

menilai apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar

kewajibannya yang segera jatuh tempo. Rasio likuiditas bisa diukur dengan

menggunakan Current ratio (CR).

Angka dari rasio ini sangat tergantung dari jenis dan sifat industrinya,

sehingga dalam melakukan interpretasi terhadap likuiditas suatu perusahaan harus

berhati-hati. Likuiditas suatu perusahaan yang tinggi belum tentu baik, jika

ditinjau dari segi profitabilitas perusahaan tersebut. Sehingga terhadap trade off

antara likuditas dan profitabilitas. Burton et al (2000) menyatakan bahwa tingkat

likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan

sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi.

2.1.5.1.3 Leverage

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari

pasti membutuhkan modal. Modal tersebut berasal dari modal sendiri maupun

modal yang berasal dari pinjaman. Perusahaan yang menggunakan sumber dana

dari luar untuk membiayai operasional perusahaan baik yang merupakan sumber

pembiayaan jangka pendek maupun jangka panjang merupakan penerapan dari

kebijakan leverage.

Arti leverage sacara harfiah adalah pengungkit. Pengungkit biasanya

digunakan untuk membantu mengankat beban yang berat. Dalam keuangan

Page 25: BAB II final - DUMMY.docx

leverage juga mempunyai maksud yang serupa, yaitu leverage bisa digunakan

untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan.

Istilah leverage biasanya dipergunakan untuk menggambarkan

kemampuan perusahaan untuk menggunakan aset atau dana yang mempunyai

beban tetap (fixed cost assets or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan

(return) bagi pemilik perusahaan. Bambang Riyanto (1997:375) mendefinisikan

leverage sebagai penggunaan aktiva atau dana di mana untuk penggunaan tersebut

perusahaan harus menutup biaya tetap atau beban tetap.

Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan proporsi

penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki.

Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan

utang dalam membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage

berarti sepenuhnya menggunakan modal sendiri.

Penggunaan hutang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi

(Saharul dan Nizar, 2000):

1. Pemberian kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas

kredit yang diberikan.

2. Dengan penggunaan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan

keuntungan akan meningkat.

3. Dengan menggunakan hutang maka pemilik memperoleh dana dan

tidak kehilangan kendali perusahaan. Para investor maupun kreditor

akan mendapatkan manfaat sepanjang laba atas hutang perusahaan

Page 26: BAB II final - DUMMY.docx

melebihi biaya bunga dan apabila terjadi kenaikan pada nilai pasar

sekuritas.

Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur leverage adalah dengan

menggunakan debt to equity ratio (DER). Semakin besar leverage perusahaan,

semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan,

semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Burton, Adam &

Hardwick, 1998).

Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi

cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya.

Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar aset didanai dari hutang. Kondisi

tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada default risk atau peringakat

obligasi yang rendah. Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko gagal bayar

perusahaan (Lina, 2010).

2.1.5.1.4 Coverage Ratio

Rasio ini mengukur pendapatan perusahaan terhadap fixed cost yang

dimiliki (Bodie et al, 2009). Biasanya dalam rasio ini digunakan Times Interest

Earned Ratio (TIER), yaitu rasio yang mengukur kemampuan operasi perusahaan

dalam memberikan proteksi terhadap kreditor jangka panjang, khusunya dalam

membayar bunga. Rasio ini mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang

(turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak

mampu membayar bunga. Coverage ratio yang rendah menunjukkan bahwa

perusahaan sedang mengalami kesulitan arus kas.

Page 27: BAB II final - DUMMY.docx

Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini dapat mengakibatkan adanya

tindakan hukum dari kreditur perusahaan, dan mungkin menimbulkan

kebangkrutan (Brigham & Houston, 2001).

Semakin tinggi rasio ini makin baik bagi para investor maupun pihak

manajemen, karena akan semakin terjamin pembayaran bunga obligasi bagi

investor, atau semakin besar sisa laba yang akan digunakan untuk kebutuhan lain.

2.1.5.2 Faktor Non-Keuangan

Faktor- faktor non-keuangan yang turut dipertimbangkan adalah keterangan

tentang obligasi yang terdapat dalam prospektus. Keterangan tersebut salah

satunya ialah jangka waktu jatuh tempo instrumen obligasi (maturity) (Sari,

2004).

2.1.5.2.1 Umur Obligasi (Maturity)

Umur obligasi (maturity) adalah tanggal di mana pemegang obligasi akan

mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang

dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai

dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan

lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memilki risiko yang lebih kecil

dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5

tahun (Almilia dan Devi, 2007). Dalam teorema Malkiel (Malkiel’s Theorems)

dikemukakan bahwa semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi

kupon atau bunganya dan semakin fluktuatif harganya (Hirschey dan Nofsinger,

2008). Harga yang memiliki fluktuasi tinggi inilah yang menyebabkan risikonya

ikut meninggi.

Page 28: BAB II final - DUMMY.docx

Menurut Brigham dan Houston (2001:230), obligasi dengan umur obligasi

yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil. Sehingga perusahaan yang

peringkat obligasinya tinggi menggunakan umur obligasi yang lebih pendek

daripada perusahaan yang menggunakan umur obligasi lebih lama.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang menguji faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap peringkat obligasi menunjukkan hasil yang berbeda. Adams dan Burton

(2000) melakukan penelitian dengan judul The Determinants of Credit Ratings in

the United Kingdom Insurance Industry. Variabel yang dipilih sebagai variebel

bebas adalah capital adequacy, profitability, liquidity, growth, size, mutual/

stockowner status, reinsurance level, dan short/ long-term nature of busines.

Sampel yang diambil adalah perusahaan asuransi pada tahun 1993-1997. Hasil

penelitian yang didapat dengan menggunakan ordered logit models dan ordered

probit models menunjukkan bahwa profitability, leverage, dan growth,

berpengaruh positif signifikan, sedangkan company size, dan the extent of

reinsurance berpengaruh negatif signifikan.

Kamstra, Kennedy, dan Suan (2001) dalam penelitiannya yang berjudul

Combining Bond Rating Forecast Using Logit, menggunakan interest coverage,

debt ratio, return on assets, total firm assets, subordination status sebagai

variabel independen. Hasil penelitian menggunakan logit regression menunjukkan

bahwa secara statistik seluruh variebel independen berpengaruh signifikan dan

berguna dalam memprediksi peringkat obligasi.

Page 29: BAB II final - DUMMY.docx

Dalam penelitiannya yang berjudul Effect of Corporate Governance on

Bond Ratings and Yields: The Role of Institutional Investors and Outside

Directors, Bhojraj dan Sengupta (2003) menggunakan corporate governance

(institutional ownership dan control of the board) sebagai variabel bebas yang

dipilih. Hasil penelitian menggunakan OLS regression didapatkan bahwa

institutional ownership dan control of the board berpengaruh positif signifikan

terhadap ratings (greater institutional ownership and stronger outside control of

the board, enjoy higher ratings).

Andry (2005) meneliti tentang faktor akuntansi dan non akuntansi yang

mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Variabel yang diuji adalah growth,

size, sinking fund, risiko, umur obligasi, dan auditor. Sampel yang diambil adalah

perusahaan non-keuangan dan perbankan pada tahun 2000-2002. Hasil penelitian

yang didapat adalah dari 6 (enam) variabel yang diuji terdapat empat variabel

yang signifikan yaitu growth, sinking fund, umur obligasi, dan auditor.

Penelitian lain dilakukan oleh Kim (2005) dengan judul Predicting bond

ratings using publicly available information. Penelitian ini menggunakan teknik

non-parametrik (artificial intelligence (AI) technique) dan menemukan bahwa

peringkat obligasi dapat dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, profitabilitas,

leverage, manajemen aset, likuiditas, dan kas perusahaan.

Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Diana Laura Darmawan

pada tahun 2007 dengan judul penelitian Pengaruh Debt to Equity Ratio, Current

Ratio, Return on Asset, dan Risiko Sistematik Terhadap Peringkat Obligasi.

Penelitian tersebut menggunakan variabel-variabel yang menggambarkan

Page 30: BAB II final - DUMMY.docx

likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan risiko sistematik. Selain itu, penelitian

tersebut menggunakan 23 perusahaan yang menerbitkan obligasi dan peringkatnya

diumumkan oleh Pefindo pada tahun 2004. Penelitian oleh Darmawan tersebut

menemukan bahwa Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan risiko sistematik

(Beta) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh

lembaga pemeringkat. Sedangkan Return on Asset berpengaruh terhadap peringkat

obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat.

Almilia & Devi (2007) meneliti faktor yang mempengaruhi peringkat

obligasi dengan menggunakan variabel profitabilitas, likuiditas, firm size, growth,

jaminan, umur obligasi, dan reputasi auditor. Sampel yang diambil sebanyak 119

perusahaan manufaktur tahun 2001-2005. Dengan menggunakan regresi logit

didapatkan hasil penelitian bahwa yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat

obligasi adalah growth dan rasio likuiditas (CR).

Raharja & Sari (2008) meneliti variabel leverage, likuiditas, profitabilitas,

solvabilitas, dan produktivitas. Sampel yang diambil adalah perusahaan

manufaktur tahun 2004-2005. Metode analisis yang dipakai analisis diskriminan.

Hasil penelitian menyatakan bahwa model prediksi memiliki keakuratan 96,2%,

artinya model dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi peringkat obligasi.

Magreta dan Nurmayanti (2009) meneliti faktor yang mempengaruhi

peringkat obligasi dengan menggunakan variabel firm size, liquidity, profitability,

leverage, productivity, secure, maturity, dan auditor reputation. Sampel yang

diambil adalah 80 perusahaan non finansial pada tahun 2005-2008. Hasil

Page 31: BAB II final - DUMMY.docx

penelitian yang didapat adalah dari 8 (delapan) variabel yang diuji terdapat tiga

variabel yang signifikan yaitu profitability, productivity, dan secure.

Nurmayanti dan Setiawati (2009) menguji variabel yaitu rasio coverage

(time interest earned ratio), leverage (debt to total asset ratio), likuiditas (current

ratio dan quick ratio), profitabilitas (operating profit margin, dan return on

asset), dan aktivitas (total asset turn over). Penelitian ini dilakukan terhadap 38

perusahaan go public yang listing di PT.Pefindo pada tahun 2007 dan 2008. Hasil

uji hipotesis menunjukkan bahwa coverage (time interest earned ratio) dan

aktivitas (total asset turn over) memiliki pengaruh terhadap bond rating.

Penelitian yang dilakukan oleh Gopalan, Song, dan Yerramilli (2010)

dengan judul Debt Maturity Structure and Credit Quality menggunakan debt

maturity structure sebagai pilihan variabel bebas. Sampel yang digunakan adalah

perusahaan yang mempunyai long-term credit rating oleh Standard & Poor’s

(S&P) selama tahun 1980-2008. Hasil penelitian dengan menggunakan logit

regression menunjukkan bahwa debt maturity structure berpengaruh negatif

signifikan terhadap rating.

Sejati (2010) meneliti tentang faktor yang mempengaruhi peringkat

obligasi dengan variabel independen auditor, likuiditas (CR), growth, ROA, dan

size. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur pada periode 2003-

2008. Pengukuran auditor dilakukan dengan variabel dummy, yaitu kategori 1

untuk perusahaan yang diaudit oleh big 4 (empat firma jasa profesional dan

akuntansi internasional terbesar) dan kategori 0 untuk perusahaan yang diaudit

selain big 4. Hasil penelitian menyatakan bahwa hanya growth yang berpengaruh

Page 32: BAB II final - DUMMY.docx

signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan uji simultan menyatakan bahwa

variabel tidak signifikan secara bersamaan terhadap rating obligasi.

Susilowati dan Sumarto (2010) menguji variabel profitabilitas, likuiditas,

size, dan umur obligasi untuk mendapatkan hasil tentang faktor yang berpengaruh

terhadap prediksi peringkat obligasi. Sampel yang digunakan adalah perusahaan

manufaktur 2002-2006. Hasil penelitian tersebut adalah hanya variabel likuiditas

yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

Rangkuman penelitian-penelitian terdahulu di atas yang menganalisis

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rating obligasi terdapat pada tabel 2.2

sebagai berikut:

Tabel 2.2Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel independen

Metode analisis

Hasil penelitian

Adams dan Burton (2000)

Capital Adequacy, Profitability,Liquidity, Growth, Size, Mutual/ Stockowner Status, Reinsurance Level, and Short/ Long-Term Nature of Business

Ordered Logit Models and Ordered Probit Model

Profitability,Leverage and Growth, berpengaruh positif dan signifikan, sedangkanCompany Size, dan The Extent of Reinsurance berpengaruh negatif signifikan.

Kamstra, Kennedy, dan Suan (2001)

Interest Coverage, Debt Ratio, Return on Assets, Total Firm Assets, Subordination Status

Logit Regression

Secara statistik seluruh variebel independen berpengaruh signifikan dan berguna dalam memprediksi peringkat obligasi.

Bhojraj dan Sengupta (2003)

Corporate Governance (Institutional Ownership dan Control of the Board)

OLS Regression

Institutional Ownership dan Control of the Board berpengaruh positif signifikan terhadap Ratings (Greater Institutional Ownership

Page 33: BAB II final - DUMMY.docx

and stronger outside control of the board, enjoy higher ratings.

Andry, Widya (2005)

Growth, Size, Sinking Fund,Risiko Jaminan, Umur Obligasi, dan Auditor

Regresi logit Growth, Sinking Fund, Umur Obligasi, dan Auditor signifikan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Kim (2005) Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Manajemen Aset, Likuiditas, dan Kas perusahaan.

Teknik Non-Parametrik (Artificial Intelligence (AI) Technique)

Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Manajemen Aset, Likuiditas, dan Kas Perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Almilia &Devi (2007)

Growth, Size,Profitabilitas,Likuiditas, Umur Obligasi, Jaminan,dan Reputasi Auditor.

Regresi logit Hanya variabel growth dan likuiditas yang signifikan terhadap peringkat obligasi

Diana Laura Darmawan (2007)

Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Return on Asset, dan Risiko Sistematik

Description Method

Hanya ROA yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

Raharja & Sari (2008)

RasioKeuangan

Multiple Discriminant Analysis (MDA)

Leverage(LEVLTLTA);solvensi (SOLCFOTL;profitabilitas (PROFOIS);prduktivitas (PRODSTA)

Purwaningsih (2008)

RasioKeuangan

Regresi Backward & Analisis Faktor

leverage (LEVLTLTA&LEVNWT); produktivitas(PRODSFA); solvabilitas (SOLCFOTL); dan likuiditas (LIKCACL).

Magreta dan Nurmayanti (2009)

firm size, liquidity, profitability, leverage, productivity, secure, maturity, dan auditor reputation

Regresi logistik

Terdapat tiga variabel yang signifikan yaitu profitability, productivity, dan secure.

Nurmayanti dan Setiawati (2009)

rasio coverage (time interest earned ratio), leverage (debt to total asset ratio), likuiditas

Regresi linear berganda

Coverage (time interest earned ratio) dan aktivitas (total asset turn over) memiliki pengaruh terhadap bond rating.

Page 34: BAB II final - DUMMY.docx

(current ratio dan quick ratio), profitabilitas (operating profit margin, dan return on asset), dan aktivitas (total asset turn over)

Gopalan, Song, dan Yerramilli (2010)

Debt Maturity Structure

Logit Regression

Debt Maturity Structure berpengaruh negatif signifikan terhadap rating.

Sejati (2010) auditor, profitabilitas, likuiditas, size, dan growth

Regresi logit Hanya growth yang signifikan terhadap peringkat obligasi.

Susilowati & Sumarto (2010)

profitabilitas, likuiditas, size, dan maturity

Regresi logit Hanya likuiditas yang signifikan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka yang menjadi

variabel-variabel dalam penelitian ini adalah profitabilitas, likuiditas, leverage,

coverage dan umur obligasi (maturity) sebagai variabel independen (bebas).

Sedangkan peringkat obligasi (bond rating) sebagai variabel dependen (terikat).

Oleh karena itu, kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut (Gambar 2.1)

Page 35: BAB II final - DUMMY.docx

Gambar 2.1Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu diatas maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

2.4.1 Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Peringkat Obligasi

Profitabilitas menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba. Profitabilitas yang tinggi pada perusahaan mencerminkan

kinerja yang baik. Penerbit obligasi yang memiliki profitabilitas tinggi akan

berperingkat baik karena laba yang dihasilkan dapat digunakan untuk melunasi

kewajiban. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Burton (2003 dalam Susilowati

& Sumarto, 2010) bahwa tingkat profitabilitas yang tinggi menurunkan risiko

insolvency (ketidakmampuan membayar utang). Dengan demikian rating obligasi

perusahaan akan semakin membaik.

Page 36: BAB II final - DUMMY.docx

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina (2010), profitabilitas secara

signifikan dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi. Berdasarkan

uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi

perusahaan non finansial.

2.4.2 Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Peringkat Obligasi

Likuiditas mencerminkan tingkat kemampuan perusahaan untuk melunasi

kewajiban jangka pendek. Carson & Smith (1997 dalam Purwaningsih 2008)

menemukan pengaruh antara likuiditas terhadap peringkat obligasi. Tingkat

likuiditas yang tinggi menandakan pelunasan kewajiban jangka pendek yang baik.

Apabila kemampuan melunasi utang jangka pendek baik maka setidaknya

kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka panjang juga semakin baik.

Hal tersebut dikarenakan pengelolaan keuangan perusahaan yang baik, dengan

terlunasinya kewajiban jangka pendek maka mengindikasikan bahwa kewajiban

jangka panjang juga dapat terpenuhi. Burton et al (2000 dalam Devi, 2007)

menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya

kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi

prediksi peringkat obligasi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Devi (2007)

menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H2: Likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi

perusahaan non finansial.

Page 37: BAB II final - DUMMY.docx

2.4.3 Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Obligasi

Rasio leverage yang merupakan pengukur tingkat proporsi penggunaan

utang untuk kegiatan investasi. Jika perusahaan memiliki kesempatan utang maka

dapat menambah manfaat perusahaan untuk melakukan expansi usaha. Proporsi

utang yang baik adalah adanya keseimbangan antara hasil utang dengan

kemampuan pelunasan kewajiban perusahaan. Penelitian Burton, dkk (1998 dalam

Raharja & Sari, 2008) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap

peringkat obligasi. Semakin rendah nilai rasio, maka semakin kecil aset yang

didanai dengan utang. Tingkat leverage yang tinggi kurang baik karena

tanggungan beban bunga utang. Apabila tingkat leverage yang tinggi (extreme

leverage) menyebabkan perusahaan tidak mampu melunasi seluruh kewajibannya

(termasuk obligasi), maka peringkat obligasi perusahaan menjadi turun.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2007), leverage secara

signifikan dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi. Berdasarkan

uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H4: Leverage berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi

perusahaan non finansial.

2.4.4 Pengaruh Coverage terhadap Peringkat Obligasi

Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar bunga

obligasi, informasi keuangan yang harus tersedia dalah time interest earned ratio.

Time interest earned ratio (TIER) merupakan cerminan dari rasio coverage.

Manurung (2008) menyatakan bahwa TIER mampu mengukur kemampuan

operasi perusahaan dalam memberikan proteksi terhadap kreditor jangka panjang,

Page 38: BAB II final - DUMMY.docx

khusunya dalam membayar bunga. Rasio TIER yang rendah menunjukkan bahwa

perusahaan sedang mengalami kesulitan arus kas. (Lindrianasari dan Budi

Wahyono (2006) menyatakan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar

bunga atas utang perusahaan berpengaruh terhadap pemeringkatan obligasinya.

Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Simon dan Coates (1980)

dalam Lindrianasari dan Budi Wahyono (2006) yang juga memperoleh hasil

penelitian yang sama.

Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini dapat mengakibatkan adanya

tindakan hukum dari kreditur perusahaan, dan mungkin menimbulkan

kebangkrutan (Brigham & Houston, 2001). Semakin tinggi rasio ini makin baik

bagi para investor maupun pihak manajemen, karena akan semakin terjamin

pembayaran bunga obligasi bagi investor, atau semakin besar sisa laba yang akan

digunakan untuk kebutuhan lain.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmayanti dan Setiawati (2009)

menunjukkan bahwa coverage berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H5: Coverage berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi perusahaan

non finansial.

2.4.5 Pengaruh Umur Obligasi terhadap Peringkat Obligasi

Umur obligasi (maturity) adalah tanggal di mana pemegang obligasi akan

mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang

dimilikinya. Mark dan David (1996) menyatakan bahwa perusahaan yang rating

obligasinya tinggi, menggunakan umur obligasi yang pendek. Sedangkan

Page 39: BAB II final - DUMMY.docx

menurut Diamonds (1991) terdapat pengaruh non-monotonik antara struktur umur

obligasi dan kualitas kredit untuk perusahaan yang tercantum dalam peringkat

obligasi. Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih

panjang karena risiko yang akan didapat juga akan semakin besar. Sehingga umur

obligasi yang pendek ternyata menunjukkan peringkat obligasi investment grade.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andry (2005) menunjukkan bahwa

umur obligasi (maturity) berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H6: Umur obligasi berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi

perusahaan non finansial.