BAB II

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk dan Komponen Waduk Waduk sering disebut danau buatan yang besar. Menurut Komisi DAM dunia bendungan/waduk besar adalah bila tinggi bendungan lebih dari 15 m. Sedangkan embung merupakan waduk kecil dan tinggi bendungannya kurang dari 15 m. Sistem tata air waduk berbeda dengan danau alami. Pada waduk komponen tata airnya pada umumnya telah direncanakan sedemikian rupa sehingga volume, kedalaman, luas, presepitasi, debit inflow/outflow dan waktu tinggal air diketahui dengan pasti. Waduk memiliki beberapa komponen yaitu: 1. Waduk 2. Bendungan 3. Pelimpah (Spillway) 4. Tailrace Outlate (Pintu Keluar Saluran Akhir) 5. Pembangkit listrik (Power House) Gamber 1 Komponen Waduk Sumber: yogie-civil.blogspot.co.id 4

description

teknik konservasi waduk

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Waduk dan Komponen Waduk

Waduk sering disebut danau buatan yang besar. Menurut Komisi DAM dunia

bendungan/waduk besar adalah bila tinggi bendungan lebih dari 15 m. Sedangkan

embung merupakan waduk kecil dan tinggi bendungannya kurang dari 15 m. Sistem tata

air waduk berbeda dengan danau alami. Pada waduk komponen tata airnya pada

umumnya telah direncanakan sedemikian rupa sehingga volume, kedalaman, luas,

presepitasi, debit inflow/outflow dan waktu tinggal air diketahui dengan pasti. Waduk

memiliki beberapa komponen yaitu:

1. Waduk

2. Bendungan

3. Pelimpah (Spillway)

4. Tailrace Outlate (Pintu Keluar Saluran Akhir)

5. Pembangkit listrik (Power House)

Gamber 1 Komponen Waduk

Sumber: yogie-civil.blogspot.co.id

2. Bendungan (DAM)

Bendungan (DAM) adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju

air menjadi waduk. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air

ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Dam juga memiliki bagian yang

disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diperlukan secara bertahap atau

berkelanjutan. DAM berfungsi untuk menahan atau membelokkan arah aliran air.

4

Page 2: BAB II

5

Bangunan air yang bernama spillway ini mempunyai kegunaan untuk

mengendalikan tinggi air pada waktu saat terjadinya banjir, dimana pengendalian

spillway ini yakni dengan mengatur kedudukan pintunya. Pada saat terjadi hujan

dengan curah yang tinggi, maka kemungkinan permukaan air untuk itu guna

menghindari meluapnya air yang tinggi tersebut maka dapat diatasi dengan

membuka pintu spillway agar kedudukan air pada waduk dalam keadaan stabil.

Selain itu spillway juga berfungsi mengurangi banyak sedimen yang masuk ke

dalam waduk dengan cara yang sama yakni mengatur buka dan tutupnya pintu air

spillway. Konstruksi bangunan pelimpah terbuat dari beton, urugan batu, urugan

tanah atau gabungan dari ketiganya.

4. Tailrace Outlate (Pintu Keluar Saluran Akhir)

Suatu konstruksi khusus tempat keluarnya air dari spillway atau air

buangan rumah pembangkit. Konstruksinya dari beton.

5. Pembangkit listrik (Power House)

Power house hanya terdapat pada bendungan pembangkit listrik, atau

dapat disebut sebagai rumah pembangkit merupakan konstruksi tehnik khusus

yang berfungsi sebagai tempat merubah energi air menjadi energi listrik yang

melalui turbin. Konstruksi umumnya dari beton.

2.2. Manfaat adanya Waduk

Pembangunan waduk/bendungan merupakan salah satu upaya dalam

pengelolaan konservasi sumber daya air. Adapun manfaat dari keberadaan

waduk/bendungan adalah sebagai berikut :

1. Penyediaan air baku penduduk

Keberadaan bendungan/waduk dapat dijadikan cadangan ketersediaan air bagi

penduduk ketika musim kemarau telah tiba.

2. Suplay air irigasi daerah persawahan.

Lahan pertanian membutuhkan air secara terus menerus. Ketersediaan air yang

melimpah menjadikan tanaman dapat supply air dan tidak hanya mengandalkan dari

datangnya hujan.

Page 3: BAB II

6

3. Pengendalian banjir.

Melalui bendungan maka laju air dapat dikendalikan sebagai upaya pengendalian

banjir di hilir bendungan.

4. Pengembangan pariwisata.

Keberadaan bendungan/waduk sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata

yang berujung pada peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) dan kesejahteraan

masyarakat sekitar.

5. Suplay air untuk kegiatan industri.

Kegiatan industri membutuhkan air baku yang relatif banyak. Oleh karena itu dapat

merangsang investor untuk mendirikan industri.

2.3. Kendala dalam Pengelolaan Waduk

Pengelolaan sumber daya air di dalam waduk/bendungan tertuang dalam UU

No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang terdiri dari 3 komponen yaitu

konservasi, pemanfaatan dan pengendalian daya rusak air. Namun pada kenyataannya

konservasi sumber daya air masih jauh dari harapan malah semakin rusak baik kualitas

maupun kuantitasnya. Berbagai kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya

air waduk/bendungan antara lain :

a. Banyaknya instansi yang terkait dalam melakukan pengelolaan DAS waduk yaitu

setiap instansi lebih mementingkan ego sektoralnya daripada upaya

konservasinya.

b. Banyaknya instansi yang terkait dalam pemanfaatan air waduk sehingga

menimbulkan konflik kepentingan.

c. Perbedaan batas ekologis dan administratif, sehingga ada keengganan pemerintah

tempat berlokasinya waduk untuk melakukan konservasi.

d. Masih lemahnya kapasitas kemampuan instansi pengelola dalam melakukan

konservasi.

e. Kurangnya pemahaman dan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan, untuk

melakukan konservasi bagi penduduk yang ada di sekitar DAS atau penduduk di

sekitar waduk.

2.4. Permasalahan yang ditimbulkan akibat adanya waduk

Keberadaan bendungan/waduk juga menimbulkan berbagai permasalahan baik

terhadap lingkungan alamiah maupun bagi penduduk. Berbagai permasalahan tersebut

Page 4: BAB II

7

bukan berarti sebagai penghalang tetapi sebaiknya dijadikan pertimbangan dalam upaya

mewujudkan konservasi sumber daya air. Adapun permasalahan-permasalahan yang

dapat ditimbulkan oleh keberadaan bendungan/waduk adalah sebagai berikut :

a. Keberadaan waduk/bendungan dapat menghilangkan komunitas setempat.

Kondisi seperti ini berlaku pada area rencana waduk yang terdapat penduduk di

dalamnya. Permasalahan yang sering terjadi adalah masyarakat setempat harus

direlokasi dan terancam kehilangan tempat tinggal, tanah dan keberlangsungan

hidup termasuk mata pencaharian.

b. Keberadaan waduk/bendungan dapat menghilangkan habitat berbagai

jenis hewan.

Hutan, lahan basah, dan habitat lain dibanjiri air. Waduk juga dapat memisahkan

habitat hewan dan menghalangi rute migrasi.

c. Keberadaan waduk/bendungan dapat menciptakan permasalahan

kesehatan.

Berbagai penyakit seperti malaria akan meningkat seiring dengan bertambahnya

jumlah nyamuk.

d. Bendungan/waduk dapat membunuh ikan.

Hal ini tentunya akan merugikan masyarakat yang menggantungkan hidupnya

pada ikan di sungai.

e. Hasil panen berkurang

Waduk akan membanjiri lahan pertanian di sekitar sungai atau pinggiran sungai.

f. Waduk sebagai salah satu faktor penyebab cuaca buruk bagi daerah

sekitarnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hossain (2009) terdapat korelasi

antara keberadaan bendungan/waduk dengan tingkat curah hujan. Waduk dapat

meningkatkan proses penguapan yang kemudian meningkatkan kadar

kelembapan pada atmosfer. Hal inilah yang menyebabkan curah hujan di sekitar

waduk meningkat.

2.5. Inflow Tampungan wadukRangkaian air yang memberikan kontribusi sebagai debit inflow sungai antara

lain adalah berasal dari presipitasi langsung, debit air tanah, dan termasuk juga limpasan

permukaan dan limpasan bawah permukaan.

Page 5: BAB II

8

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume total limpasan adalah:

1. Faktor-faktor iklim

a. Banyaknya presipitasi.

b. Banyaknya evapotranspirasi.

2. Faktor-faktor DAS

a. Ukuran daerah aliran sungai.

b. Tinggi tempat rata-rata daerah aliran sungai (pengaruh orografis).

Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran waktu limpasan adalah:

1. Faktor-faktor meteorologis

a. Presipitasi.

b. Intensitas curah hujan.

c. Lamanya curah hujan.

d. Distribusi curah hujan dalam daerah pengaliran.

e. Arah pergerakan curah hujan.

f. Curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah.

g. Kondisi-kondisi meteorologi yang lain.

2. Faktor-faktor daerah aliran sungai

a. Topografi.

b. Geologi.

c. Tipe tanah.

d. Vegetasi.

e. Jaringan drainasi.

3. Faktor-faktor manusiawi

a. Struktur hidrolik.

b. Teknik-teknik pertanian.

c. Urbanisasi.

Kapasitas tampungan mati dihitung berdasarkan pada berapa waktu yang

dibutuhkan oleh sedimen untuk mengisi kapasitas tampungan mati. Dengan diketahui

besarnya kapasitas tampungan mati dan besarnya kecepatan laju sedimen yang

mengendap, maka akan diketahui waktu yang dibutuhkan sedimen untuk mengisi pada

daerah tampungan mati. Semakin bertambah umur maka semakin berkurang kapasitas

tampungan matinya, yang kemudian akan mengganggu pelaksanaan operasional waduk.

Page 6: BAB II

9

Sehingga hal ini merupakan acuan untuk memprediksikan kapan kapasitas tampungan

mati tersebut akan penuh.

2.6. Permasalahan-Permasalahan yang Ada di Waduk

1) Erosi

Menurut Utomo (1987) erosi adalah proses perataan kulit bumi yang meliputi

proses penghancuran, pengangkutan dan pengendapan butir-butir tanah. Dalam hal ini

Ellison (1947) dan Morgan (1986), mengemukakan bahwa erosi tanah merupakan

proses pelepasan butir-butir tanah dan poses pemindahan atau pengangkutan tanah yang

disebabkan oleh angin dan air. Untuk Indonesia yang beriklim tropis basah maka proses

erosi tanah lebih banyak disebabkan oleh air, akibat air hujan yang turun di permukaan

tanah. Menurut Arsyad (1976), yang dimaksud dengan proses erosi yang disebabkan

oleh air merupakan kombinasi dua sub proses, yaitu:

a. Penghancuran struktur-struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi

tumbukan butir-butir hujan yang jatuh menimpa tanah dan peredaman oleh air

yang tergenang (proses dispersi).

b. Pengangkutan butir-butir primer tanah tersebut oleh air yang mengalir di atas

permukaan tanah.

Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di Indonesia maka air merupakan

penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan untuk daerah-daerah panas yang kering

maka angin merupakan faktor penyebab utamanya. Erosi tanah yang disebabkan oleh

air meliputi 3 tahap (Suripin, 2004), yaitu :

a. Tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah.

b. Tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin.

c. Tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup

lagi untuk mengangkut partikel.

Sedangkan Foster (1976) dan Lane dan Shirley (1982), mengemukakan proses

erosi tanah merupakan proses pelepasan butir-butir tanah akibat pukulan jatuhnya

butiran air hujan dan pengangkutan butir-butir tanah oleh aliran permukaan atau

limpasan permukaan atau pelepasan butir-butir tanah oleh aliran air dalam alur

pengangkutan butir-butir tanah oleh air dalam alur. Berdasarkan bentuknya erosi

dibedakan menjadi 7 tipe, diantaranya yaitu :

a. Erosi percikan (splash erosion) adalah terlepas dan terlemparnya partikel-partikel

tanah dari massa tanah akibat pukulan butiran air hujan secara langsung.

Page 7: BAB II

10

b. Erosi aliran permukaan (overland flow erosion) akan terjadi hanya dan jika

intensitas dan/atau lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi atau kapasitas

simpan air tanah.

c. Erosi alur (rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan

partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-

saluran air.

d. Erosi parit/selokan (gully erosion) membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan

lebar dan merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur.

e. Erosi tebing sungai (streambank erosion) adalah erosi yang terjadi akibat

pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh

terjangan arus sungai yang kuat terutama pada tikungan-tikungan.

f. Erosi internal (internal or subsurface erosion) adalah proses terangkutnya partikel-

partikel tanah ke bawah masuk ke celah-celah atau pori-pori akibat adanya aliran

bawah permukaan.

g. Tanah longsor (land slide) merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau

gerakan massa tanah yang terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar.

(Sumber : Suripin, 2004)

Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi antara lain :

Iklim

Tanah

Topografi

Tanaman / Vegetasi

Macam penggunaan lahan

Kegiatan manusia

Karakteristik hidrolika sungai

Karakteristik penampung sedimen, check dam, dan waduk

Kegiatan gunung berapi

Hudson (1976), memandang erosi dari dua segi yakni :

1. Faktor penyebab erosi, yang dinyatakan dalam erosivitas hujan, dan

2. Faktor ketahanan tanah terhadap erosivitas hujan, yang dinyatakan sebagai

erodibilitas tanah.

2) Sedimentasi

Page 8: BAB II

11

Proses sedimentasi yaitu proses terkumpulnya butir-butir tanah. Keadaanini

terjadi karena kecepatan aliran air yang mengangkut bahan sedimen mencapai

kecepatan pengendapan. Proses sedimentasi dapat terjadi baik pada lahan-lahan

pertanian maupun

di sepanjang dasar sungai, dasar waduk, muara, dan sebagainya. Sedimentasi pada

sungai dan waduk menyebabkan daya tampung sungai dan waduk akan menurun.

Khusus untuk waduk dapat berakibat memperpendek umur waduk. Pada muara sungai,

proses pengendapan sedimen dapat membentuk suatu delta.

Dengan tersumbatnya muara sungai dengan sedimentasi dapat menghambat

kemampuan sungai membuang air banjir ke laut sehingga secara bersama-sama dapat

mendatangkan bahaya banjir dan kerusakan-kerusakan lain yang diakibatkan. Dari

proses terjadinya erosi tanah dan proses sedimentasi maka proses sedimentasi dapat

dibedakan menjadi 2 (dua) bagian :

1. Proses sedimentasi secara geologi. Proses sedimentasi secara geologi yaitu proses

erosi tanah dan sedimentasi yang berjalan secara normal atau berlangsung secara

geologi, artinya proses pengendapan yang berlangsung masih dalam batas-batas

diperkenankan atau dalam keseimbangan alam dari proses degradasi dan agradasi

pada perataan kulit bumi akibat pelapukan.

2. Proses Sedimentasi dipercepat. Proses Sedimentasi dipercepat yaitu proses terjadinya

sedimentasi yang menyimpang dari proses secara geologi dan berlangsung dalam

waktu yang cepat biasanya bersifat merusak atau merugikan dan dapat mengganggu

keseimbangan alam atau kelestarian lingkungan hidup. Kejadian ini biasanya

disebabkan karena kegiatan manusia dalam mengolah tanah. Cara mengolah tanah

yang salah dapat mengakibatkan erosi tanah yang sangat tinggi, sehingga sedimentasi

juga meningkat.

Disamping kegiatan manusia bencana alam seperti gunung meletus juga

merupakan penyimpangan besar-besaran yang dapat mendatangkan kesulitankesulitan

akibat timbulnya bahan sedimen yang tinggi baik yang menutup lahan-lahan pertanian,

daerah pemukiman, jalan-jalan maupun pendangkalan sungai-sungai, waduk-waduk dan

lain sebagainya.

Page 9: BAB II

12

Gambar 2 Masalah Sedimentasi di Hilir Bengawan Solo

Sumber: PU Pengairan, 2014

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi

Proses terjadinya sedimentasi merupakan bagian dari proses erosi tanah.

Timbulnya bahan sedimen adalah sebagai akibat terjadinya erosi tanah. Kegiatan ini

berlangsung baik oleh air maupun angin. Proses erosi dan sedimentasi di Indonesia yang

lebih berperan adalah faktor air, sedangkan faktor angin relatif kecil. Faktor-faktor yang

mempengaruhi erosi tanah juga merupakan sebagian besar dari faktor-faktor yang

menpengaruhi sedimentasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi sedimentasi yaitu :

Iklim

Tanah

Topografi

Tanaman

Macam Penggunaan Lahan

Kegiatan Manusia

Karakteristik Hidrolika Sungai

Karakteristik Penampungan Sedimen, Cekdam-cekdam dan waduk-waduk

Kegiatan Gunung Berapi

2.6. Alternatif dalam pengupayaan konservasi energi

Page 10: BAB II

13

Dalam rangka menciptakan kondisi air yang dapat memenuhi berbagai

kebutuhan, maka keberadaan bendungan/waduk sangat potensial untuk dikembangkan.

Permasalahan yang paling sulit adalah dampak sosial dari pembangunan

bendungan/waduk. Banyak penduduk yang harus kehilangan tempat tinggal beserta

mata pencaharian. Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain selain bendungan/waduk

dalam rangka upaya konservasi sumber daya air, menghasilkan energi dan mencegah

banjir. Alternatif-alternatif tersebut diantaranya adalah :

a. Alternatif konservasi air

Upaya yang dapat dilakukan adalah mengurangi permintaan terhadap air,

menampung air hujan melalui pembuatan sumur resapan, pembangunan porous paving,

pembuatan bendungan kecil di lahan pertanian dan meningkatkan RTH baik kualitas

maupun kuantitasnya serta aplikasi ecodrainase.

b. Alternatif penghasil energi

Mengurangi kebutuhan energi, meningkatkan kualitas bendungan/waduk dan

tranmisi yang ada, membangun sumber energi lain seperti hydropower kecil, energi

biomassa, energi matahari, tenaga angin dan energi geothermal.

c. Alternatif pencegahan banjir

Pada dasarnya banjir terjadi karena air permukaan yang melebihi ambang batas

yang tidak terserap ke dalam tanah. Oleh karena itu perlu upaya perlindungan dan

pengembalian area penangkapan air, serta perlunya sistem peringatan dini terhadap

banjir.

2.7. Hidrolika

Hidrolika merupakan satu topik dalam Ilmu terapan dan keteknikan yang

berurusan dengan sifat-sifat mekanis fluida, yang mempelajari perilaku aliran air secara

mikro maupun makro. Mekanika Fluida meletakkan dasar-dasar teori hidrolika yang

difokuskan pada rekayasa sifat-sifat fluida. Dalam tenaga fluida, hidrolika digunakan

untuk pembangkit, kontrol, dan perpindahan tenaga menggunakan fluida yang

dimampatkan. Topik bahasan hidrolika membentang dalam banyak aspek sains dan

disiplin keteknikan, mencakup konsep-konspen seperti aliran tertutup (pipa),

perancangan bendungan, pompa, turbin, tenaga air, hitungan dinamika fluida,

pengukuran aliran, serta perilaku aliran saluran terbuka seperti sungai dan selokan.

2.8. Prinsip Utama Teknik Hidrolika

Page 11: BAB II

14

Prinsip utama dari teknik hidrolika mencakup mekanika fluida, aliran fluida,

sifat fluida, hidrologi, jaringan perpipaan, hidrolika saluran terbuka, mekanika

transportasi sedimen, permodelan, permesinan hidrolika, dan hidrolika drainase.

2.8.1. Mekanika Fluida

Hidrostatika adalah studi terhadap fluida dalam keadaan diam.[1] Pada fluida

dalam keadaan diam terdapat gaya yang disebut dengan tekanan yang bekerja pada

sekelilingnya. Tekanan ini diukur dalam satuan N/m2, dan tidak konstan pada seluruh

badan air. Tekanan, p, meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Sehingga gaya ke

atas dapat didefinisikan dengan persamaan:

Mengembalikkan persamaan akan memberikan tinggi tekanan (pressure head) p/ρg = y.

Empat alat dasar untuk pengukuran tekanan yaitu piezometer, manometer, manometer

diferensial, manometer miring, dan Bourdon gauge.

2.8.2. Sifat Fluida Real

1. Fluida ideal dan fluida real

Perbedaan mendasar antara fluida ideal dan fluida real adalah p1 = p2 untuk aliran

fluida ideal, dan p1 > p2 untuk aliran fluida real. Fluida ideal tidak bisa ditekan

('incompressible) dan tidak memiliki viskositas. Fluida real memiliki viskositas.

Fluida ideal hanyalah fluida imajiner karena semua fluida, termasuk udara,

memiliki viskositas.

2. Aliran berviskositas

Fluida berviskositas akan terdeformasi secara kontinu di bawah gaya geser, di mana

fluida ideal tidak terdeformasi.

3. Aliran laminar dan turbulen

Gangguan pada aliran berviskositas akan menghasilkan aliran laminar (stabil),

transisi, hingga turbulen (tidak stabil).

Page 12: BAB II

15

4. Persamaan Bernoulli

Untuk fluida ideal, berlaku persamaan Bernoulli:

p/ρg + u²/2g = p1/ρg + u1²/2g = p2/ρg + u2²/2g

5. Lapisan batas

Asumsikan aliran dibatasi hanya pada satu sisi saja, dan aliran mendatar melewati

bidang datar yang sejajar dengan aliran. Aliran yang berada tepat di atas bidang

datar akan memiliki kecepatan yang seragam. Dan ketika aliran mengalami kontak

dengan bidang, lapisan fluida akan bergesekan dengan permukaan bidang padat.

Sehingga akan ada gaya geser antara lapisan fluida di atas permukaan bidang datar

dan lapisan kedua dari fluida. Lapisan kedua akan memperlambat lapisan ketiga,

meski tidak sampai membuatnya berhenti, dan menciptakan gaya geser terhadap

lapisan ketiga. Dan seterusnya. Gaya kohesi intermolekuler pada fluida tidak

cukup untuk menahan molekul fluida. Sehingga fluida akan terus mengalir selama

masih ada jalan untuk mengalir. Aliran di dalam lapisan bisa berupa aliran laminar

atau aliran turbulen, tergantung pada bilangan Reynolds.

2.9. Pembangunan Sungai dengan Konsep Hidraulika Murni

Konsep pembangunan hidraulika murni tidak mempertimbangkan aspek ekologi

dan dampak yang akan terjadi setelah pembangunan.Metode ini telah merubah

penampakan alami dan alur alamiah sungaim enjadi buatan yang berbentuk trapesium

dengan alur relatif lurus. Beberapa pembangunan sungai yang dilakukan dengan konsep

hidraulika murni antara lain koreksi sungai (river correction) atau normalisasi sungai

berupa pelurusan, sudetan, penyempitan alur,penyederhanaan tampang sungai.

a. Pelurusan Sungai

Dengan beda tinggi yang sama dan panjang alur yang lebih pendek, akan

menghasilkan slope yang lebih besar sehingga kecepatan aliran tinggi. Indikasi dampak

negatif dari pelurusan sungai ini adalah retensi tahanan aliran berkurang, peningkatan

sedimentasi didaerah hilir, dan erosi di daerah hulu. Pemendekkan berdampak

menurunkan tingkat peresapan (waktu untuk meresap ke dalam tanah)yang

mengakibatkan banjir di hilir dan kekeringan (saat musimkemarau), sehingga

konservasi air di hulu rendah.

Page 13: BAB II

16

b. Penyempitan alur

Penyempitan alur merupakan usaha/pembangunan sungai yangmerubah tampang

melintang sungai alamiah menjadi alur dengan tampang teknis yang sempit.

Penyederhanaan profil tampang sungai menjadi berbentuk trapesium atau segiempat.

Profil ini dibuat dengan tujuan mempermudah pemeliharaan, mendrain

kawasan,membersihkan kawasan, dan juga mempermudah hitunganhidroliknya.

Dampak negatifnya adalah berkurangnya retensi alur sungai, rusaknya ekologi sungai,

dan menurunnya konservasi air

c. Pembuatan tanggul

Pembuatan tanggul memanjang sungai adalah rekayasa teknik hidrolik dengan

tujuan untuk membatasi limpasan atau luapan air sungai, sehingga banjir dapat

dihindari. Namun kelemahannya adalah apabilaterjadi kegagalan tanggul akan

mengarah kepada jebolnya tanggul akibat rembesan karena bocoran konstruksi lapisan

kedap air dan over tapping. Selain itu, bangunan ini tidak mampu menahan

genanganyang relatif lama (lebih dari 2 hari).

2.10. Pembangunan Sungai dengan Konsep Ekohidraulika

Konsep ekohidrolika merupakan konsep pembangunan sungaiintegratif yang

berwawasan lingkungan. Dalam konsep ini, sungaididefinisikan sebagai suatu sistem

keairan terbuka yang padanya terjadiinteraksi antara faktor biotis dan abiotis yaitu flora

dan fauna disatu sisidan hidraulika air dan sedimen disisi yang lain, serta seluruh

aktivitas manusia yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan sungai.

Beberapa aktivitas yang terkait dengan konsep ekohidrolik ini antara lain:

a. Aktivitas peningkatan retensi sungai

Aktivitas peningkatan retensi sungai dilakukan dengan berbagai cara, salah

satunya dengan menanami kembali bantaran-bantaran sungai yang dulunya sudah

dibersihkan atau diratakan pada saat pelurusan sungai. Vegetasi di sepanjang sungai

tersebut akan dapat menurunkankecepatan air mengalir ke arah hilir sekaligus

menghidupkan dinamika sungai serta deversifikasi kecepatan, kedalaman air, turbulensi

aliran, dll. Dalam rangka meningkatkan ruang retensi sepanjang alur sungai, sehingga

dapat menurunkan banjir di hilir maka dilakukan peningkatan retensi bantaraan

sepanjang alur sungai dengan cara membuka lahan-lahan pinggir sungai yang secara

geografis dapat dikembangkanmenjadi kolam konservasi semi-ilmiah

Page 14: BAB II

17

b. Mengembalikan kondisi dinamik sungai

Melakukan kondisi dinamik sungai dapat dilakukan dengan cara menanami

daerah bantaran sungai yang hilang vegetasinya. Cara lain dengan membuat pulau-pulau

buatan ditengah sungai. Dengan ini maka kecepatan aliran air akan berkurang, arus air

akan terbendung secara tidak permanen. Muka air akan naik dibagian hulu dan di hilir

turun serta timbul loncat air di beberapa tempat. Hal ini tentu saja dapat menurunkan

kecepatan aliran air, sehingga erosi di berbagai tempat di sungai ini bisa dihindari serta

flora dan fauna akan tumbuh kembali menuju komposisi flora dan fauna alamiah

semula.

c. Pembukaan lagi sungai-sungai lama yang telah ditutup

Hal ini dilakukan untuk menambah kemampuan retensi air pada waktu banjir,

sekaligus untuk menghidupkan kembali ekosistem sungai lama yang telah

mati,meningkatkan konservasi lain, menurunkan kecepatan air, mengurangiresiko banjir

hilir dan meningkatkan kualitas ekosistem danmenghidupkan kembali sungai lama.

d. Konsep drainase ramah lingkungan

Menstabilkan muka air tanah dengan cara memperbanyak ruang retensi alamiah di

bagian hulu dan meningkatkan resapan air hujan ke tanah dengan cara memperbanyak

daerah tangkapan air hujan yangdilindungi. Konsep drainase ramah lingkungan dengan

cara mengalirkankelebihan air (air hujan) dengan cara meresapkan air ke dalam tanah