BAB II
description
Transcript of BAB II
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
BAB II
INFARK MIOKARD
2.1 Pendahuluan
Infark miokard merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di
seluruh dunia. Infark miokard merupakan peristiwa kecil dalam sebuah penyakit
kronis bahkan dapat tidak terdeteksi dan juga dapat menjadi bahaya besar karena
dapat mengakibatkan kematian mendadak atau gangguan hemodinamik yang berat.1
Infark miokard biasanya disebabkan oleh thrombus arteri koroner. Terjadinya
thrombus disebabkan oleh ruptur plak yang kemudian di ikuti oleh pembentukan
thrombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya miokard infark tergantung pada arteri
yang oklusi dan aliran darah kolateral.2
Secara anatomi, arteri koronaria dibagi menjadi cabang epikardial yang
memperdarahi epikard dan bagian luar dari miokard, dan cabang profunda yang
memperdarahi endokard dan miokard bagian dalam.3
Arteri koronaria kanan berjalan di antara atrium kanan dan ventrikel kanan
kemudian berputar ke permukaan posterior jantung. Pada kebanyakan individu arteri
ini mengeluarkan cabang desendens yang memasok nodus AV.4
Arteri utama kiri bercabang menjadi arteri left anterior descending dan arteri
left circumflexa. Arteri desenden anterior kiri memasok dinding anterior jantung dan
sebagian besar septum interventrikulorum. Arteri sirkumfleksa berjalan di antara
atrium kiri dan ventrikel kiri dan memasok dinding lateral ventrikel kiri.4
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 18
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
Gambar 2.1. Anatomi arteri koroner jantung Dikutip dari NewYork-Presbyterian Hospital
Infark miokard yang mengenai endokardium sampai epikardium di namakan
infark transmural, namun juga bisa hanya mengenai subendokardial. Setelah 20
menit terjadinya sumbatan, infark sudah dapat terjadi rata-rata dalam 4 jam setelah
infark transmural.2
Bila arteri left anterior descending yang oklusi, infark mengenai dinding
anterior ventrikel kiri dan bisa mengenai dinding lateral dan posterior dari ventrikel
kiri. Bila arteri koroner kanan mengenai dinding inferior dari ventrikel kiri, tetapi
bisa juga septum dan ventrikel kanan. Oklusi arteri koronaria bisa juga tidak sampai
menimbulkan infark bila daerah yang di perdarahi arteri yang oklusi tersebut
mendapat pasokan oleh kolateral pembuluh arteri lainnya.2
Apabila arteri koronaria yang utama tersumbat, maka akan terjadi infark
miokard trasmural yang mana kerusakan mengenai seluruh dinding miokard, pada
EKG akan tampak Q patologis yang di sebut Q-wave myocardial infraction.3
Apabila hanya cabang profunda yang tersumbat, atau mungkin tidak
tersumbat namun tiba-tiba terjadi peningkatan konsumsi oksigen yang hebat, maka
kerusakan miokard terjadi hanya terbatas pada subendokard sehingga di sebut infark
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 19
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
miokard non-trasmural atau non Q-wave miocardial infraction, karena pada EKG
tidak tampak gelombang Q-patologis.
Lokalisasi suatu infark sangat penting, karena dampak prognostic dan
terapetiknya banyak di tentukan oleh daerah jantung mana yang mati. Infark dapat di
kelompokkan menjadi beberapa kelompok anatomikum. Kelompok ini adalah infark
inferior, infark dinding lateral, infark anterior dan infark posterior. Kombinasi juga
dapat ditemukan, misalnya infark anterolateral.4
2.2 Definisi
Infark miokard adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot
jantung. Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak
umunya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan.1
Infark miokard dapat terjadi akibat oklusi koroner akut disertai iskemia yang
berkepanjangan yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel dan kematian
(infark) miokard. Iskemik sendiri merupakan suatu keadaan transisi dan reversible
pada miokard akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan miokard yang
menyebabkan hipoksia miokard.5
Infark miokard biasanya disebabkan oleh trombus arteri koroner, prosesnya
mula-mula berawal dari rupturnya plak yang kemudian di ikuti oleh pembentukan
thrombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya infark miokard tergantung pada jenis
arteri yang oklusi dan aliran darah kolateral.2
2.3 Etiologi
Semua proses yang menyebabkan hambatan pada aliran darah koroner dapat
menentukan timbulnya infark miokard. Proses tersebut dapat disebabkan oleh karena
rupture dari plak atheroklerosis maupun proses - proses yang lain. Etiologi dari
infark miokard dibagi menjadi dua, yaitu atheroklerosis dan non atheroklerosis.5
Ada empat factor resiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah,
yaitu usia, jenis kelamin, ras dan riwayat keluarga. Resiko ateroklerosis koroner
meningkat seiring bertambahnya usia. Penyakit yang serius jarang terjadi sebelum
usia 40 tahun. Factor resiko lain masih dapaat diubah diantaranya adalah,
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 20
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
hiperlipidemia (LDL-C) ≥ 160 mg/dl, hipertensi, merokok sigaret, diabetes mellitus,
obesitas, ketidakaktifan fisik dan hiperhomosisteinemia (≥ 16 µmol/L).6
Infark miokard dapat disebabkan oleh proses- proses non atheroklerosis, atau
sering juga disebut juga dengan infark miokard dengan gambaran angiografi koroner
yang normal. Penyebabnya antara lain karena penggunaan kokain, akibat infeksi,
pada penderita SLE, pada keadaan anti phospolipid syndrome, dan arena abnormal
pembuluh darah koroner congenital.7
2.4 Patofisiologi
Kejadian infark miokard diawali dengan terbentuknya atheroklerosis yang
kemudian rupture dan menyumbat pembuluh darah. Penyakit atheroklerosis ditandai
dengan formasi bertahap fatty plaque di dalam dinding arteri. Lama – kelamaan plak
ini terus tumbuh ke dalam lumen, sehingga diameter lumen menyempit. Penyempitan
lumen mengganggu aliran darah ke distal dari tempat penyumbatan terjadi.6
Factor – factor seperti usia, genetic, merokok, diabetes mellitus tipe II,
hipertensi dan inflamasi menyebabkan disfungsi dan aktivasi endothelial. Pemaparan
terhadap factor – factor di atas menimbulkan injury bagi sel endotel. Akibat disfungsi
endotel, sel – sel tidak dapat lagi memproduksi molekul – molekul vasoaktif seperti
nitric oxide, yang berkerja sebagai vasodilator, anti-trombotik dan anti-proliferasi.
Sebaliknya, disfungsi endotel justru meningkatkan produksi vasokontriktor,
endotelin-1, dan angiotensin II yang berperan dalam migrasi dan pertumbuhan sel.6
Leukosit yang bersirkulasi menempel pada sel endotel teraktivasi. Kemudian
leukosit bermigrasi ke sub endotel dan berubah menjadi makrofag. Di sini makrofag
berperan sebagai pembersih dan bekerja mengeliminasi kolesterol LDL. Sel
makrofag yang terpajan dengan kolesterol LDL teroksidasi disebut sel busa (foam
cell). Factor pertumbuhan dan trombosit menyebabkan migrasi otot polos dari tunika
media ke dalam tunika intima dan proliferasi matriks. Proses ini mengubah bercak
lemak menjadi ateroma matur. Lapisan fibrosa menutupi ateroma matur, membatasi
lesi dari lumen pembuluh darah. Perlekatan trombosit ke tepian ateroma yang kasar
menyebabkan terbentuknya thrombosis. Ulserasi atau rupture mendadak lapisan
fibrosa atau perdarahan yang terjadi dalam ateroma menyebabkan oklusi arteri.6
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 21
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
Penyempitan arteri koroner segmental banyak disebabkan oleh formasi plak.
Kejadian tersebut secara temporer dapat memperburuk keadaan obstruksi,
menurunkan aliran darah koroner, dan memperburuk keadaanobstruksi, menurunkan
aliran darah koroner, dan menyebabkan manifestasi klinis infark miokard. Lokasi
obstruksi berpengaruh terhadap kuantitas iskemia miokard dan keparahan
manifestasi klinis penyakit. Oleh sebab itu, obstruksi kritis pada arteri koroner kiri
atau arteri koroner desendens kiri berbahaya.
Pada saat episode perfusi yang inadekuat, kadar oksigen ke jaringan miokard
menurun dan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi mekanis, biokimia dan
elektrikal miokard. Perfusi yang buruk ke subendokard jantung menyebabkan
iskemia yang lebih berbahaya. Perkembangan cepat iskemia yang disebabkan oklusi
total atau subtotal arteri koroner berhubungan dengan kegagalan otot jantung
berkontraksi dan berelaksasi.
Selama kejadian iskemia, terjadi beragam abnormalitas metabolism, fungsi dan
struktur sel. Miokard normal memetabolisme asam lemak dan glukosa menjadi
karbon dioksida dan air. Akibat kadar oksigen yang berkurang, asam lemak tidak
dapat dioksidasi, glukosa diubah menjadi asam laktat dan pH intrasel menurun.
Keadaan ini mengganggu stabilitas membrane sel. Gangguan fungsi membrane sel
menyebabkan kebocoran kanal K+ dan ambilan Na+ oleh monosit. Keparahan dan
durasi dari ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen menetukan
apakah kerusakan miokard yang terjadi reversible (< 20 menit) atau irreversible (>
20 menit). Iskemia yang irreversible berakhir pada infark miokard.6
Ketika aliran darah menurun tiba – tiba akibat oklusi thrombus di arteri
koroner, maka terjadi infark miokard tipe elevasi segmen ST (STEMI).
Perkembangan perlahan dari stenosis koroner tidak menimbulkan STEMI karena
dalam rentang waktu tersebut dapat terbentuk pembuluh darah kolateral. Dengan kata
lain STEMI hanya terjadi jika arteri koroner tersumbat cepat.8
No STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang
disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan rupture plak. Erosi dan ruptur
plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Pada
Non STEMI, thrombus yang terbentuk biasanya tidak menyebabkan oklusi
menyeluruh lumen arteri koroner.9
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 22
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
Infark miokard dapat bersifat transmural dan subendokardial (nontransmural).
Infark miokard transmural disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang terjadi cepat
yaitu dalam beberapa jam hingga minimal 6-8 jam. Semua otot jantung yang terlibat
mengalami nekrosis dalam waktu yang bersamaan. Infark miokard subendokardial
terjadi hanya di sebagian miokard dan terdiri dari bagian nekrosis yang telah terjadi
pada waktu berbeeda – beda.2
Gambar 2.4 Perubahan progresif pada aterosklerosis koroner
Infark miokard dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu:1
1. Tipe 1
Secara spontan terjadi karena rupture plak, fisura, atau diseksi plak
aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan ketersediaan oksigen dan
nutrient yang inadekuat memicu munculnya infark miokard. Hal – hal tersebut
merupakan akibat dari anemia, aritmia dan hiper atau hipotensi.
2. Tipe 2
Infark miokard jenis ini disebabkan oleh vasokonstriksi dan spasme arteri
menurunkan aliran darah miokard.
3. Tipe 3
Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak ditemukan. Hal ini
disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan atau penderita meninggal
sebelum kadar pertanda biokimiawi sempat meningkat
.
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 23
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
4. Tipe 4a
Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard (contohnya Troponin) 3
kali lebih besar dari nilai normal akibat pemasangan percutaneous coronary
intervention (PCI) yang memicu terjadinya infark miokard.
Tipe 4b
Infark miokard yang muncul akibat pemasangan Stent thrombosis.
5. Tipe 5
Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal. Kejadian infark
miokard jenis ini berhubungan dengan operasi bypass koroner.
2.5 Manifestasi Klinis
Keluhan utama adalah sakit dada yang terutama dirasakan di daerah sternum,
dapat menjalar ke dada kiri atau kanan, rahang, bahu kiri dan kanan dan pada lengan.
Penderita melukiskan seperti tertekan, terhimpit, diremas – remas atau kadang hanya
sebagai rasa sakit tidak enak di dada. Walau sifatnya dapat ringan, tapi rasa sakit itu
biasanya berlangsung lebih dari setengah jam. Jarang ada hubungannya dengan
aktifitas serta tidak hilang dengan istirahat atau pemberian nitrat. Pada sejumlah
penderita dapat timbul berbagai penyulit: aritmia, renjatan kardiogenik, gagal
jantung.2
Pada beberapa penderita, sakit tertutupi oleh gejala lain, misalnya sesak nafas
atau singkop. Kadang – kadang rasa sakit tak jelas karena terjadinya infark waktu
sedang diaestesi atau waktu terjadi sumbatan pembuluh darah otak. Jarang ada infark
yang betul –betul tanpa rasa sakit. Bila sakit dada sudah dapat di kontrol, pasien
dapat tanpa keluhan sama sekali sampai pemulihan, tetapi pada sejumlah penderita
dapat timbul berbagai penyulit.2
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.6.1 EKG pada Infark Miokard
Infark miokard terjadi jika aliran darah ke otot jantung terhenti atau tiba –
tiba menurun sehingga sel otot jantung mati. Sel infark yang tidak berfungsi tersebut
tidak mempunyai respon stimulus listrik sehingga arah arus yang menuju daerah
infark akan meninggalkan daerah yang nekrosis tersebut dan pada EKG memberikan
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 24
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
gambaran defleksi negative berupa gelombang Q patologis dengan durasi gelombang
Q lebih dari 0,04 detik dan dalamnya harus lebih dari sepertiga gelombang R pada
kompleks QRS yang sama.10
Sel miokard yang mengalami injuri tidak akan berdepolarisasi sempurna,
secara elektrik lebih bermuatan positif dibandingkan daerah yang tidak mengalami
injuri dan pada EKG tampak gambaran elevasi segmen ST pada sadapan yang
berhadapan dengan lokasi injuri. Elevasi segmen ST bermakna jika elevasi ≥ 1mm
pada sadapan perikordial di dua atau lebih sadapan yang menghadap daerah anatomi
jantung yang sama. Perubahan segmen ST, gelombang T dan komplek QRS pada
injuri dan infark mempunyai karakteristik tertentu sesuai waktu dan kejadian selama
infark.10
Iskemik miokard memperlambat proses repolarisasi, sehingga EKG dijumpai
perubahan segmen ST (depresi) dan gelombang T (inverse) tergantung beratnya
iskemia serta waktu pengambilan EKG. Di duga iskemia bila depresi dibawah garis
isoelektris dan 0.04 detik dari J point.
Berdasarkan gelombang Q-patologi dan elevasi ST pada sadapan EKG.infark
miokard dapat dibagi menjadi:3
Lokasi Infark Gelombang Q/elevasi ST
(sadapan)
Arteri koroner
Antero-septal V1 dan V2 LAD
Anterior V3 dan V4 LAD
Lateral V5 dan V6 LCX
Anterior Ekstensif I, aVL, V1 – V6 LAD, LCX
High – lateral I, aVL, V5 dan V6 LCX
Posterior V7 – V9 (V1 V2) LCX PL
Inferior II, III dan aVF PDA
Right ventrikel V2R – V4R RCA
Pada fase awal terjadinya infark ditandai gelombang T yang tinggi sekali
(hiperakut T) kemudian pada fase sub akut ditandai T terbalik. Pada fase akut
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 25
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
ditandai ST elevasi. Pada fase lanjut (old) ditandai dengan terbentuknya gelombang
Q patologis.1
Gambar 2.6 Perubahan EKG pada infark miokard transmural.
Pada awal infark terlihat elevasi segmen ST, kemudian pembentukan
gelombang Q. dengan semakin dalamnya gelombang Q, elevasi segmen ST menurun
dengan gelombang T menjadi terbalik. Pada infark yang sudah lama, gelombang T
menjadi tegak kembali. Di daerah yang berhadapan dengan lokasi infark, gambaran
EKG adalah kebalikannya.2
2.6.2 Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium leukosit sedikit meningkat, demikian pula
LED, hal ini merupakan reaksi terhadap nekrosis miokard.2
Beberapa enzim yang terdapat dalam konsentrasi tinggi di otot jantung akan
dilepas dengan nekrosis miokard, karena itu aktivasinya dalam serum meningkat dan
menurun kembali setelah infark miokard.2
Peningkatan nilai enzim diatas 2 kali nilai batas normal menunjukkan ada
nekrosis jantung (infark miokard).8
1. CKMB: meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai pun-
cak dalam 10 – 24 jam dan kembali normal dalam 2 – 4 hari. Operasi jantung,
miokarditis dan kardioversi elektrik dapat meningkatkan CKMB.
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 26
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
2. cTn (cardiac specific troponin): ada 2 jenis yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini
meningkat setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam
10 – 34 jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5 – 14 hari, sedangkan
cTn I setelah 5 – 10 hari.
Pemeriksaan enzim jantung yang lain:8
1. Mioglobin: dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak
dalam 4 – 8 jam.
2. Creatinin kinase (CK): meningkat setelah 3 – 8 jam bila ada infark
miokard dan mencapai puncak dalam 10 – 36 jam dan kembali normal
dalam 3 – 4 hari.
3. Lactic dehydrogenase (LDH): meningkat setelah 24 – 48 jam bila ada in-
fark miokard, mencapai puncak 3 – 6 hari dan kembali normal dalam 8 –
14 hari.
2.7 Penatalaksanaan
Intervensi dini infark miokard ditujukan pada:3,8
1. Mengatasi nyeri dada dan perasaan takut
Dapat dilakukan dengan memberikan oksigen 2 – 4 liter/menit untuk
meningkatkan suplai oksigen.
Pemberian nitrat oral atau intravena untuk angina dan morfin atau pe-
tidin untuk nyeri infark.
Khusus pada infark miokard ventrikel kanan, maka
penatalaksanaan terutama ditujukan untuk mempertahankan preload
ventrikel kanan dengan pemberian cairan. Sebaliknya dihindari
penggunaan nitrat, diuretic atau morfin. Sama halnya pada infark
miokard inferior, apabila terjadi hipotensi dan bradikardi, maka dapat
diberikan atropine dan cairan (50 cc/10 menit) secara bertahap.
2. Menstabilkan hemodinamik
Penderita dipuasakan pada jam 8 pertama serangan kemudian makan
makanan lunak, dan diberikan laksantia agar tidak mengedan. Selama itu
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 27
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
penderita diharuskan istirahat dengan tirah baring sampai 24 jam bebas
serangan.
Tekanan darah dan laju jantung harus dikontrol secara ketat dengan
beta bloker, antagonis kalsium atau ACE Inhibitor.
Beta bloker
Pemberian penyekat beta bertujuan untuk memperbaiki
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokard, mengurangi nyeri,
mengurangi luasnya infark dan menurunkan resiko kejadian aritmia
ventrikel.8
Terdapat dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol, antenolol dan
acebutol) dan non-cardioselective (propanolol, pindolol dan nadolol)
Kontraindikasi untuk penyekat beta antara lain: nadi 60 < kali per
menit, tekanan darah sistolik < 100 mmHg, adanya tanda – tanda gagal
jantung, perfusi perifer yang jelek, aritmia, penyakit paru obstruktif
kronis.3
ACE Inhibitor
Obat – obatan ini dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi
cedera pada otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk
memperlambat kelemahan pada otot jantung, misalnya captopril.
Antagonis kalsium
Antagonis kalsium memberi keuntungan untuk penderita infark
miokard adalah diltiazem (herbesser, diltikor) pada penderita non-Q-wave
myocardial infarction. Obat ini dapat diberikan pada hari – hari pertama
dengan dosis 30 - 90 mg setiap 6 jam.
3. Reperfusi miokard
Trombolitik
Trombolitik awal (kurang dari 6 jam) dengan streptokinase atau
tissue plasminogen activator (t-PA) terbukti menghambat perluasan
infark, menurunkan mortalitas dan memperbaiki fungsi ventrikel kiri.
Indikasi pemberian trombolitik adalah usia < 70 tahun; nyeri dada
yang khas, lebih dari 20 menit dan tidak hilang dengan pemberian nitrat;
elevasi segmen ST > 0,1 mV sekurang – kurangnya pada 2 sadapan EKG.
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 28
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
Kontraindikasi pemberian trombolitik adalah perdarahan aktif organ
dalam; resusitasi kardiopulmonal dan traumatic; trauma kepala yang baru
atau adanya neoplasma; kehamilan; diabetic hemoragic retinopati;
tekanan darah > 200/120 mmHg.
Streptokinase adalah trombolitik yang paling sering digunakan
USA. Obat ini dapat diberikan secara intravena atau secara intrakoroner
melalui kateter. Dosis streptokinase adalah 1,5 juta unit diencerkan dalam
100 ml Nacl 0,9% diinfus dalam 1 jam.
Untuk mencegah reaksi anafilaksis atau alergi, sebelum pemberian
streptokinase selalu diberikan premedikasi 100 mg hidrokortison atau 0,2
mg deksametasone secara intravena, ditambah 50 mg difenhidramin.
Antiplatelet
Obat – obatan ini (missal aspirin dan clopidogrel) menghentikan
platelet untuk membentuk bekuan yang tidak diinginkan.
Aspirin Dosis awal 162 – 325 mg formula
non enterik dilanjutkan 75 – 160
mg/hari formula enteric atau non
enteric.
Clopidogrel Dosis loading 300 mg dilanjutkan
75 mg/hari.
Antikoagulan
Obat – obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan
bekuan darah pada arteri. Misalnya heparin dan enoksaparin.
Dalteparin 120 IU/kg SC tiap 12 jam
(maksimum 10.000 IU 2 kali
sehari)
Enoksaparin 1 mg/kg SC tiap 12 jam; dosis awal
boleh didahului bolus 30 mg
intravena.
Heparin Bolus 60 – 70 U/kg (maksimum
5000 U) IV dilanjutkan infuse 12 –
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 29
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
15 U/kg per jam (maksimum awal
1000 U/jam) di titrasi sampai aPTT
1,5 – 2,5 kali kontrol.
Jika obat – obatan tidak mampu menangani/menghentikan serangan jantung,
maka dapat dilakukan tindakan medis, yaitu antara lain:8
1. Angioplasty
Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri
koroner yang tersumbat oleh bekuan darah. Selama angioplasty kateter
dengan balon pada ujungnya dimasukkan melalui pembuluh darah menuju
arteri koroner yang tersumbat. Kemudian balon dikembangkan untuk
mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya bagian dalam arteri
akan mengembalikan aliran darah.
2. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
Setelah pasien kembali ke rumah maka penanganan tidak berhenti,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Mematuhi manajemen terapi lanjutan di rumah baik berupa obat –
obatan maupun mengikuti program rehabilitasi.
Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat yang bertujuan untuk
menurunkan kemungkinan kekambuhan, misalnya antara lain:
menghindari merokok, menurunkan BB, merubah diet dan
meningkatkan aktivitas fisik.
2.8 Komplikasi
1. Gangguan irama dan konduksi
2. Renjatan kardiogenik
3. Gagal jantung kiri
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 30
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
4. Gagal ventrikel kanan
5. Emboli paru dan infark paru
6. Emboli arteri sistemik
7. Sumbatan pembuluh darah otak
8. Rupture jantung
2.9 Progonosis
Pada 25% episode IMA kematian terjadi mendadak dalam beberapa menit
setelah serangan, karena itu banyak yang tidak sampai ke rumah sakit. Mortalitas
keseluruhan 15 – 30%. Resiko kematian tergantung pada factor: usia penderita,
riwayat penyakit jantung koroner, adanya penyakit lain – lain dan luasnya infark.
Mortalitas serangan akut naik dengan meningkatnya umur. Kematian kira – kira 10 –
20 % pada usia di bawah 50 tahun dan 20% pada usia lanjut.2
BAB III
KESIMPULAN
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 31
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
Pasien M, laki-laki, 54 tahun, didiagnosis dengan Infark Miokard Inferior
dengan ST Elevasi. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan criteria WHO yaitu: dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan nyeri dada yang khas pada infark
miokard berupa nyeri dada substernal hebat seperti diremas, tertimpa, terasa penuh di
dada, terasa panas, tidak menghilang dengan istirahat, berlangsung lebih dari 30
menit, disertai gejala berkeringat dingin, jantung berdebar-debar, lemas dan gelisah.
Hasil EKG menunjukkan adanya kesan infarfk miokard akut inferior.
Factor resiko yang tidak dapat diubah pada pasien M adalah jenis kelamin
laki-laki berumur ≥ 45 tahun, sedangkan factor resiko yang dapat diubah adalah
merokok. Factor resiko ini meningkatkan terjadinya aterosklerosis pada pembuluh
darah koronaria sehingga pembuluh darah menyempit yang berakibat terjadinya
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan oksigen ke miokard. Pada
pasien M diduga terjadinya kerusakan pada arteri koronaria dekstra. Hal ini dapat
dilihat dari hasil EKG yang menunjukkan terdapat ST elevasi di sadapan inferior.
Penatalaksanaan pada pasien M harus dilakukan sesegera mungkin, berupa
pemberian oksigen, nitrat, morfin, anti agregasi trombosit dan diazepam.
Penatalaksanaan yang cepat dan tepat akan berdampak terhadap prognosis yang baik.
Pada pasien M, perlu dilakukan pemeriksaan enzim jantung berupa CKMB,
Troponin I dan Troponin T pada 6 jam pertama setelah serangan terjadi. Evaluasi
lebih lanjut yang perlu dilakukan pada pasien M adalah pemeriksaan angiografi dan
Percutaneous Coronary Intervention (PCI).
DAFTAR PUSTAKA
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 32
Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsyiah
1. Thygesen, K. Universal Definition of Myocardial Infarction. Journal of the
American College of Cardiology. 2007;50:2173-2183
2. Irmalita. Infark Miokard. dalam: Rilantono LI, Karo Karo S, Roebianto PS.
Buku Ajar Kardiologi. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.
2002. Hal : 173-178.
3. Kabo P, Karim S. EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung Untuk
Dokter Umum. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. Hal:
141-147.
4. Thaler, M S. satu-satunya Buku EKG yang Anda Perlukan Edisi 5. Jakarta.
Hipokrates. 2000. Hal : 197-219.
5. Rizal, A. infark Miokard pada Pasien Dewasa Muda. Fakultas Kedokteran UN-
AIR-RSUD Dr. Soetomo. 2011. Hal: 1-13.
6. Price, S A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Edisis 6.
Jakarta. EGC. 2005. Hal : 580-595.
7. Alwi, I. infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. dalam: Sudoyo AW, Setio-
hadi A, Setiani S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Uni-
versitas Indonesia. 2006. Hal : 1615-1624.
8. Haru S, Alwi I. infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST. dalam : Sudoyo AW,
Setiohadi A, Setiani S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2006. Hal : 1626-1630.
9. Dharma, S. Pedoman Praktis Sistemika Interprestasi EKG. Jakarta. EGC. Hal :
15-19.
Tugas Kepaniteraan klinik Senior Bagian Kardiologi dan Kedokteran VaskularKasus Ruangan“infarc miocard”Oleh: Rendi Thantawi (0707101050058)
Pembimbing : dr. Adi Purnawarman, Sp.JP-FIHA Page 33