BAB II
-
Upload
alzur-zanni -
Category
Documents
-
view
115 -
download
0
Transcript of BAB II
![Page 1: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Batas Luar Busur Indonesia Bagian Timur (irian)
Wilayah Indonesia secara geografis terletak diantara dua benua yaitu
Asia dan Australia serta terletak diantara dua samudra yaitu Pasifik dan Hindia.
Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan salah satu wilayah yang
mempunyai tatanan geologi dan pola tektonik yang komplek dimuka Bumi ini.
Secara tektonik lempeng, Indonesia merupakan lokasi benturan antara tiga
lempeng utama litosfir yaitu Hindia-Australia di bagian selatan, Pasifik di sebelah
timur laut dan Eurasia di barat laut. Karena interaksi antara lempeng-lempeng
tersebut, terjadi berbagai gejala-gejala tektonik yang berkaitan dengan
pembentukan busur kepulauan, kegunungapian, kegempaan, cekungan, dan
struktur geologi yang kompleks.
Gambar 2.1Peta penyebaran lempeng di sekitar Indonesia (Hall, 2001 dalam Argapadmi, 2009)
Secara fisiografis wilayah Indonesia dibatasi di sebelah selatan oleh
suatu palung laut dalam yang memanjang dan dapat diikuti mulai dari Burma-
Andaman-Sumatra-Jawa hingga ke Kepulauan Banda di bagian Timur Indonesia,
yang merupakan jalur penekukan dan penyusupan lempeng Hindia-Australia ke
![Page 2: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/2.jpg)
bawah lempeng Asia Tenggara. Antara Indonesia bagian timur dan barat,
terdapat perbedaan fisiografis yang mencolok.
Gambar 2.2Southern Arc
Daerah busur tengah Irian Jaya memanjang dari kepala burung hingga
Papua Nugini. Hal ini berkaitan dengan pergerakan sabuk New Guinea, sebuah
zona sabuk metamorfik dan pembentukan ophiolit. Busur diikuti juga dengan
subduksi di selatan dan diikuti penumbukan. Kegiatan vulkanisme yang
mengikuti adalah bersifat andesitik. Busur tengah Irian Jaya terbentuk di lempeng
aktif Pasifik. Deformasi yang terus terjadi mengakibatkan pembentukan deposit
pada daerah benua pasif yang terbentuk sebelumnya dengan dasar berupa
batugamping jalur New Guinea. Mineralisasi yang terjadi berupa porfiri yang kaya
akan emas, badan bijih skarn.
Keberadaan ketujuh busur mayor ini berkaitan dengan mineralisasi aktif di
Indonesia, terutama terhadap emas dan tembaga. Jumlah endapan per km
panjang busur tergantung pada masing - masing busur dan kontrol lain yang
berkaitan dengan mineralisasi. Pada gambar di atas ditunjukkan daerah
mineralisasi aktif sepanjang busur magmatik di Indonesia.
Busur mayor ini juga diikuti dengan keberadaan busur minor di sekitar.
Busur minor tersebut terdiri atas :
1. Busur Schwaner mountain (west Kalimantan, tonalitic - granodioritic
batholiths, early cretaceous)
2. Busur Sunda shelf (Karimata island, granitic, late cretaceous)
![Page 3: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/3.jpg)
3. Busur Moon utawa (northern head of Irian Jaya, andesitic - sedimentary
rocks - intruded dioritic, middle miocene)
4. Busur West sulawesi (western Sulawesi, granitic, late miocene - pliocene)
5. Busur Northwest Borneo (andesitic, middle miocene)
6. Busur Sumba Timor (andesitic - andesite porphyry intrusions,
palaeogene)
7. Busur Coastal Irian Jaya (Mamberamo, diorites, neogene possibly)
8. Busur Talaud (Northeast Sulawesi, andesitic-andesite blocks in melange,
neogene)
Di Indonesia bagian barat terdapat busur-busur kepulauan, yang dibatasi
oleh lautan dengan kedalaman rata-rata berkisar antara 200 meter dan
membentuk suatu paparan yang luas yang dikenal dengan Sundaland. Di
Indonesia bagian timur, busur-busur kepulauannya dibatasi oleh lautan dengan
kedalaman mencapai ribuan meter, dengan palung-palung dalam yang terdapat
di antara busur lengkung yang tajam dan beda relief yang sangat tajam. Kedua
fisiografi yang berbeda tersebut dibatasi oleh suatu garis imajiner yang
membentang di atara Pulau Bali dan Pulau Lombok di selatan dan menerus ke
utara melalui Selat Makasar. Garis tersebut dikenal sebagai garis Wallace yang
awalnya merupakan garis pembatas yang memisahkan keragaman flora dan
fauna antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur. Fisiografi
pada dasarnya merupakan pencerminan dari kondisi geologi dan struktur suatu
wilayah.
Adanya perbedaan tersebut menunjukan adanya perbedaan
perkembangan tektonik yang menonjol antara Indonesia bagian barat dan
bagian timur. Pada Jurasic Akhir diperkitakan Blok Banda yang sebelumnya
bergabung dengan Gondawa terpisah dan menjauhi Sula Spur. Blok Argo lalu
terpisah kemudian melalui proses pemekaran (spreading).
Pemekaran berkembang ke barat menerus sampai pada margin dari
Greater India 2. Busur kepulauan dan fragmen-fragmen benua bergerak menjauh
dari Gondawa sebagai hasil dari rollback dari subduksi. Lalu 135 juta tahun yang
lalu, India mulai terpisah dari Australia dan Papua yang masih bergabung
dengan Antartika. Pemekaran di Ceno Tethys memiliki orientasi rata-rata NW-
SE. Blok Argo dan Busur Woyla bergerak ke Asia Tenggara. Sekitar 25 juta
tahun kemudian India terpisah dari Australia. Blok Argo mendekati Sundaland
![Page 4: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/4.jpg)
dan pemekaran pada Ceno-Tethys yang berarah NW-SE berhenti. Pusat
pemekaran antara India-Australia berkembang ke arah utara. Terjadi subduksi di
bagian selatan Sumatra dan tenggara Kalimantan. Pada 90 juta tahun yang lalu,
Blok Argo mendekati Kalimantan sebelah barat laut Kalimantan dan Busur Woyla
mendekati tepian Sumatra. Koalisi-koalisi tersebut menyebabkan subduksi yang
berlangsung sebelumnya berhenti. India terus bergerak ke utara melalui subduksi
pada Busur Incertus. Australia dan Papua mulai bergerak perlahan menjauhi
Antartika. Pada Kapur Akhir, India bergerak cepat ke utara dikarenakan
pemekaran yang cepat di bagian selatan dan terbentuk sesar-sesar tranform.
Gambar 2.3Evolusi Tektonik dari 45 juta tahun yang lalu sampai saat ini
Tidak ada pergerakan yang signifikan antara Australia dengan Sundaland
serta tidak terjadi subduksi di bawah pulau Sumatra dan Jawa. Sekitar 55 juta
tahun yang lalu, pergerakan Australia-Sundaland menyebabkan terbentuknya
subduksi sepanjang barat tepi Sundaland, di bawah Pulau Sumba dan Sulawesi
Barat, dan mungkin menerus ke utara. Batas antara lempeng Australia-
Sundaland pada bagian selatan Jawa merupakan zona strike-slip sedangkan
pada selatan Sumatra berupa zona strike-slip tangensional. Busur Incertus dan
batas utara dari Greater India bergabung dan terus bergerak ke utara. Pada 45
juta tahun yang lalu, Australia dan Papua mulai bergerak dengan cepat menjauhi
![Page 5: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/5.jpg)
Antartika. Terbentuk cekungan di sekitar daerah Celebes dan Filipina serta jalur
subduksi yang mengarah ke selatan pada proto area Laut Cina Selatan. Pada 35
juta tahun yang lalu, daerah Sundaland mulai berotasi berlawanan dengan arah
jarum jam, bagian timur Kalimantan dan Jawa secara relatif bergerak ke utara.
Rotasi tersebut berlangsung disebabkan karena adanya interaksi lempeng India
ke Asia. Lalu pada 15 juta tahun yang lalu, bagian kerak samudra pada Blok
Banda yang berumur lebih tua dari 120 juta tahun yang lalu mencapai jalur
subduksi pada selatan Jawa. Palung berkembang ke arah timur sepanjang batas
lempeng sampai bagian selatan dari Sula Spur. Australia dan Papua mendekat
ke posisi sekarang ini dan lengan-lengan dari Sulawesi mulai bergabung. Lalu 5
juta tahun yang lalu jalur-jalur subduksi dan gunung berapi berkembang hampir
mendekati keadaan saat ini. Australia dan Papua terus bergerak ke utara.
2.2 Potensi busur indonesia bagian timur (irian)
Struktur Geologi Wilayah Indonesia Timur dihasilkan sebagai akibat
interaksi 4 buah lempeng lithosfer (Eurasia, Laut Philipina, India dan Pasific). Di
wilayah laut Maluku, zona Beniof memanjang berlawanan arah, yaitu ke arah
barat dan timur, dan busur vulkanik yangberkembang, yaitu busur Sangihe
(Morrice, dkk. , 1981). Zona Beniof memanjang 45o sepanjang 230 km di bawah
lempeng laut Philipina dibagian timur, tetapi penajaman (55o - 65o) sedalam 680
km bagian tenggara lempeng Asia yang terletak di atas busur Sangihe (Cardwell,
dkk., 1980). Perbedaan panjangzona seismik antara busur bagian barat dan
timur, mungkin berhubungan denganlamanya tumbukan atau kecepatan
tumbukan dari penajaman ke arah barat di bawah busur Sangihe. Busur Sangihe
relatif lurus berarah utara ± selatan sepanjang 300 km menunjukkan busur
khusus. Deretan vulkanik depan (Tongkoko ± Banua Wuhu) terletak 100 - 200km
di atas zona Beniof, dan gunungapi-gunungapi tumbuh meluas sampai 70 km
dibelakang deretan vulkanik depan, dengan demikian busur vulkanik berada 100
- 180km di atas sumber gempa. Di kepulauan Sangir terdapat 4 buah gunungapi
aktif (Awu, Banua Wuhu, Api Siau,Raung), yang terletak pada garis sepanjang 50
km. Disamping itu ada tiga pulaulainnya (Kalama, Makalehi, Tagulandang) yang
memiliki morfologi vulkanik muda. G. Awu merupakan gunungapi aktif di ujung
utara busur Sangir, dan berada dibagianutara pulau Sangihe. Struktur geologi
![Page 6: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/6.jpg)
yang berkembang di daerah G. Awudan sekitarnya, terdiri dari kaldera, kawah,
sesar dan kelurusan vulkanik.
2.3 Struktur Geologi
Geologi Papua merupakan priode endapan sedimentasi dengan masa
yang panjang pada tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada
Zaman Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari
lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan mengendapkan batuan
klatik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan
karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batugamping New Guinea yang berumur
Miosen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai + 12.000 meter. Pada Kala
Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan
akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur
Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa
fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benua membentuk
Jalur “Metamorf Rouffae” yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo" Akibat lebih
lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke tas
jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua Pada Kala Oligosen terjadi
aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan akibat dari tumbukan
Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng
Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau
berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benua membentuk Jalur “Metamorf
Rouffae” yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo”. Akibat lebih lanjut tektonik ini
adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke tas jalur malihan dan
membentuk Jalur Ofiolit Papua. Peristiwa tektonik penting kedua yang
melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang berawal dipertengahan
Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia dengan
Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat
batuan sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua.
Kelompok Batugamping New Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah.
Jalur ini dicirikan oleh sistem yang komplek dengan kemiringan ke arah utara,
sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat atau rebah dengan
kemiringan sayap ke arah selatan Orogenesa Melanesia ini diperkirakan
mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah. Dari pertengahan Miosen sampai
![Page 7: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/7.jpg)
Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke Utara maupun Selatan. Erosi
yang kuat dalam pembentukan pegunungan menghasilkan detritus yang
diendapkan di cekungan-cekungan sehingga mencapai ketebalan 3.000 – 12.000
meter. Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport, menemukan paling
tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan Tengah.
Secara umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan dani
utara dengan pola yang dikenali oleh Davies (1990) di Papua Nugini. Fase
magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik, diperkirakan
berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik Derewo. Fase
kedua magmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam
Kelompok Kembelangan pada sisi Selatan Patahan Orogenesa Melanesia
Derewo yang berumur Miosen Akhir sampai Miosen Awal. Magmatisme termuda
dan terpenting berupa instrusi dioritik sampai monzonitik yang dikontrol oleh
suatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah sampai kini. Batuan-Batuan
intrusi tersebut menerobos hingga mencapai Kelompok Batugamping New
Guinea, dimana endapan porphiri Cu-Au dapat terbentuk seperti Tembagapura
dan OK Tedi di Papua Nugini. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Nabire Bhakti
Mining terhadap 5 contoh batuan intrusi di Distrik Komopa menghasilkan umur
antara 2,9 juta tahun sampai 3,9 juta tahun. Selama Pliosen (7 – 1 juta tahun
yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I – suatu tipe magma
yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi
Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi. Selama pliosen (3,5 – 2,5
JTL) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian
pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon
dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang
diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan
cekungan sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum. Menurut Smith
(1990), Sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya
penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen
diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil
penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan
tambaga yang berasosiasi dengan emas dan perak.
![Page 8: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/8.jpg)
Gambar 2.4Geologi Regional Irian
Stratigrafi
- Batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum (Pz)
Merupakan batuan tertua di daerah penyelidikan, terdiri dari batu
lempung, batupasir arkosa dan batugamping lapukan. Termasuk dalam
kelompok ini adalah batuan sedimen klastika laut termalihkan rendah,
termalihkan menengah dan termalihkan tinggi. Beberapa batugamping dan
marmer yang terhablur ulang, berlapis terlipat. Sebaran batuan malihan ini
menempati bagian tengah, bagian timur dan bagian tenggara daerah
penyelidikan, membentuk morfologi pegunungan.
- Batuan Plutonik berumur Paleozoikum-Mesozoikum (PTR)
Menerobos batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum (Pz).
Batuan ini terdiri dari granit urat dan retas pegmatite mengandung turmalin,
granodiorit, monzonit kuarsa dan granit porfir merah jambu. Sebaran batuan
plutonik ini mengikuti arah dan Sistim Sesar Sorong dan Sistim Sesar Ransiki,
terdapat di Kota Sorong, sebelah barat Manokwari dan daerah Ransiki,
membentuk morfologi pegunungan.
![Page 9: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/9.jpg)
- Batuan sedimen klastika laut berumur Paleozoikum (CP)
Secara tidak selaras menutupi batuan malihan tak terpisahkan berumur
Paleozoikum (Pz). Batuan ini berbutir halus sampai menengah, beberapa
konglomerat dan batubara, gampingan, membentuk morfologi pegunungan.
Yang termasuk dalam kelompok batuan ini adalah lapisan merah bukan endapan
laut kebanyakan berbutir halus pada puncaknya gunungapi. Sebaran batuan ini
di bagian tengah daerah Kepala Burung. Batuan ini membentuk morfologi
pegunungan.
- Batuan terobosan ultramafik berumur Jura Bawah (M)
Terdiri dari serpentin, peridotit, piroksenit dan gabro menempati bagian
utara Pulau Waigeo (merupakan batuan tertua di pulau tersebut) dengan
morfologi perbukitan sampai pegunungan.
- Batuan sedimen klastika laut berumur Mesozoikum (Kj)
Secara tidak selaras menutupi batuan sedimen klastika laut Palezoikum
(CP). Batuan ini bersifat gampingan, dengan sebaran batuan dibagian utara
tengah Kabupaten Sorong (Sausapor), bagian tengah Kepala Burung (sebelah
barat Ransiki) dileher Kepala Burung (sebelah barat Wassior) membentuk
morfologi perbukitan terjal sampai pegunungan.
- Batuan sedimen klastika laut berumur Tersier (Tm)
Bersifat gampingan yang secara tidak selaras menutupi batuan klastika
laut berumur Mesozoikum (Kj). Kelompok batuan ini adalah batuan sedimen
klastika laut umumnya berbutir halus dan gunungapi, batupasir kuarsa, setempat
konglomerat, dengan serpih pasiran dan batulanau. Sebarannya menempati
bagian tengah Pulau Misool, bagian baratdaya Pulau Waigeo, bagian utara
Pulau Batanta, bagian tengah daerah Kepala Burung (sekitar Ayamaru) dan
bagian leher Kepala Burung (Teluk Wandamen), membentuk morfologi
perbukitan landai sampai terjal, dengan topografi karst.
- Batuan beku berumur Eosen Bawah sampai Miosen Bawah (TelTml)
Berupa lava basalan hingga andesitan, umumnya terubah, aglomerat,
breksi lava, tufa lava bantal, stok dan retas diorit, andesit dan porfir basalkan
gabro. Sebaran batuan ini terdapat dibagian tengah dan timur Pulau Waigeo,
sebagian besar Pulau Batanta, bagian baratlaut Pulau Salawati, bagian utara
Kepala Burung (Warmare) dan bagian timur Kepala Burung (sebelah utara
Ransiki), membentuk morfologi perbukitan sampai pegunungan.
![Page 10: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/10.jpg)
- Batuan beku berumur Miosen Tengah (Tmm)
Berupa batuan gunungapi andesit, sedikit dasit dan tufa basal, aglomerat,
lava dan tufa padu, sedimen klastika gunungapi tufaan, retas dan stok diorit,
andesit, porfir dasit dan dolesit beberapa sisipan batugamping. Sebaran batuan
ini dibagian utara (daerah Saukorem) dan sebelah tenggara Manokwari
(Pegunungan Arfak), membentuk morfologi pegunungan.
- Bancuh berumur Miosen Atas (Tux)
Serpihan tektonik dengan sedimen klastika laut fasies laut dalam, serpih
karbonan, kalkarenit, batupasir, sedikit batupasir koral-gampingan dan napal.
Sebaran satuan batuan ini mengikuti Sistim Sesar Sorong (dimulai dari bagian
timur laut Pulau Salawati, menerus ke Kota Sorong dan sebelah timur kota
Sorong), membentuk morfologi perbukitan.
- Batuan sedimen klastika laut dan darat berumur Miosen Atas sampai
Plistosen (TmuQp),
Umumnya berbutir halus dan batubara. Sebaran batuan ini menempati
bagian tenggara barat Kepala Burung (Klomosin), sekitar Teminabuan, Bintuni
dan Babo, membentuk morfologi perbukitan landai sampai dataran, secara tidak
selaras menutupi kelompok batuan sedimen klastika laut berumur Tersier (Tm).
- Batugamping terumbu, batulanau, batupasir dan lignit, berumur Kuarter
(Qm),
Menempati bagian utara Pulau Misool dan bagian timur Manokwari,
membentuk morfologi perbukitan.
- Endapan permukaan berupa endapan sungai, endapan danau dan
endapan pantai, berumur Kuarter (Q),
Merupakan batuan termuda di daerah Kepala Burung, secara tidak
selaras menutupi batuan yang lebih tua, membentuk morfologi dataran. Sebaran
endapan permukaan ini menempati bagian selatan Pulau Salawati dan bagian
selatan daerah Kepala Burung dan sebelah barat Manokwari, membentuk
morfologi dataran. Stratigrafi Lembar Misool secara umum dapat dikelompokkan
atas batuan sedimen, batuan malihan dan batuan piroklastik dengan kisaran
umur mulai dari Paleozoikum hingga Holosen. Batuan Pra Tersier berumur mulai
Pra Trias – Kapur Akhir terdiri atas Batuan Malihan Ligu, Formasi Keskain,
Batugamping Bogal, Batunapal Lios, Serpih Yefbi, Formasi Demu, Serpih Lelinta,
Kelompok Fageo, Batugamping Facet dan Formasi Fafanlap. Batuan Tersier
![Page 11: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/11.jpg)
terdiri atas Formasi Daram, Batugamping Zaag, Batunapal Kasim, Batugamping
Openta dan Batugamping Atkari. Endapan Kuarter adalah Aluvium yang
merupakan endapan permukaan yang tersebar di sepanjang pantai dan aliran
sungai utama. Fokus penyelidikan pada kegiatan ini adalah Batugamping Atkari
dan Batunapal Kasim berumur Plio-Plistosen yang berdasarkan pemerian
litologinya dijelaskan mengandung endapan batubara dari jenis lignit (Rusmana,
dkk., 1989)
Struktur Geologi Dari tatanan tektonik Irian Jaya Kepulauan Misool
terletak pada Misool – Onin High yang berbatasan dengan Cekungan Salawati di
utaranya. Struktur geologi Kepulauan Misool membentuk lajur antiklin yang
tersesarkan, dan diduga merupakan suatu antiklinorium dengan arah sumbu
sejajar dengan pantai selatan pulau Misool (Arah Barat – Timur). Berdasarkan
penafsiran tersebut P. Misool diperkirakan merupakan sayap utara antiklinorium
dengan sayap selatannya ditempati oleh pulau – pulau kecil di sebelah selatan
dan tenggara dari P. Misool. Antiklinorium ini dipotong oleh beberapa sesar
turun dan sesar geser yang berarah Timurlaut dan Timur – Tenggara. Disamping
itu terdapat kelurusan-kelurusan berarah Timurlaut dan Utara – Timurlaut di
bagian utara.
1. Diastrofisme
Adalah proses pergerakan lempeng muka bumi yang satu terhadap yang
lainnya, mengakibatkan adanya berbagai bentuk di permukaan bumi. Bentuk
bentuk tersebut adalah :
- Sesar
Biasanya terjadi pada batuan beku atau batuan lainnya seperti batuan
metamorfosa. Bagian patahan yang rendah disebut palung (graben). Bagian
yang terangkat istilahnya horst.
- Kekar
Kekar adalah retakan pada batuan yang dibentuk oleh tekanan yang
dihasilkan oleh kejadian-kejadian tektonik, pendinginan, atau pantulan isostasi.
Panjangnya bervariasi mulai dari milimeter hingga kilometer. Pada singkapan
batuan kekar dapat berupa retakan kecil seukuran rambut yang panjangnya
hanya beberapa millimeter atau rekahan terbuka sepanjang satu meter atau
lebih. Kekar dapat terisi atau bisa juga tidak terisi, bila terisi biasanya diisi oleh
![Page 12: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/12.jpg)
tanah atau tanah liat. Mereka dibedakan dari sesar melalui sedikitnya pergerakan
antara dua sisi kekar.
- Lipatan
Lipatan adalah struktur yang tadinya datar namun telah dibengkokkan
oleh gaya-gaya horizontal dan vertikal pada kerak bumi. Lipatan dapat 6
dihasilkan dari berbagai proses: kompresi kerak bumi, pengangkatan balok di
bawah selimut yang terdiri dari batuan sedimen sehingga selimut tersebut
tersampir di atas balok yang terangkat, dan luncuran gravitasional serta pelipatan
di mana batuan berlapis meluncur ke bawah sisi-sisi balok yang terangkat lalu
remuk. Bentang alam lipatan adalah:
1. Antiklin
2. Sinklin
3. Monoklin
4. Asymmetric fold
5. Recumbent fold
- Cembungan (Dome)
Proses terjadinya seperti lipatan namun bentuk yang dihasilkan bukan
memanjang melainkan seperti mangkuk terbalik.
- Cekungan (Basin)
Proses terjadinya sama dengan cembungan, hanya saja berlawanan
dengan cembungan kulit bumi melentur ke bawah seperti sinklinal. Bentuknya
seperti mangkuk yang badannya terkubur.
- Plateau
Permukaan bumi yang datar dan cukup luas dengan tepiannya terjal.
Garis tinggi di permukaan plateau berjarak jauh, tetapi rapat di tepinya yang
terjal.
- Volkanisme
Volkanisme adalah bentuk-bentuk di alam yang dihasilkan oleh aktivitas magma
dan gunung api. Bentang alam vulkanisme digolongkan menjadi dua golongan
besar yaitu intrusif dan ekstrusif.
- Antesedensi
7 Lipatan memiliki dampak yang besar terhadap sistem sungai. Apabila
terjadi pengangkatan muka bumi secara bertahap dan pelan-pelan di tempat
kikisan sungai berjalan lebih cepat dari proses pengangkatan sehingga
![Page 13: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/13.jpg)
kenampakan yang terjadi seakan-akan sungai tersebut mengalir ke arah muka
bumi yang lebih tinggi, maka pengangkatan akan membentuk teras atau undak-
undak dengan tebing sungai yang terjal.
- Atol
Atol umumnya adalah cincin setengah lingkaran tersusun dari batu karang
mengelilingi sebuah laguna tanpa ada daratan kering kecuali beberapa pulau
(disebut motu) yang terbuat dari pasir dan detritus berukuran kerikil terlempar ke
atas karang selama badai.
2. Denudasi
Denudasi adalah semua kegiatan yang terjadi di atas muka bumi yang
mengakibatkan terkikisnya lapisan batuan di muka bumi baik secara mekanik
ataupun kimia, baik berupa pengikisan ataupun pelapukan. Peneplain adalah
suatu istilah yang diberikan oleh W.M. Davis untuk menyatakan suatu permukaan
dengan relief rendah yang terkikis hingga mencapai permukaan laut dan
terbentuk melalui erosi pada jangka waktu yang lama. Degradasi Secara
keseluruhan, muka bumi yang dapat dilihat saat ini merupakan hasil degradasi
atau perusakan yang diakibatkan oleh tenaga destruktif. Tenaga destruktif utama
adalah air yang menyebabkan kerusakan karena mengalir dan karena larutnya
berbagai zat di air yang juga mengakibatkan terjadinya peristiwa kimia merusak
batuan tertentu. Di wilayah Nabire yang memiliki vegetasi padat (dengan hampir
seluruh wilayahnya didominasi oleh hutan) dan aliran sungai yang banyak dan
bercabang-cabang, pengikisan yang terjadi dapat dipastikan dilakukan oleh agen
destruktif air. Oleh karena itu, pengikisan mekanik disini adalah pengikisan oleh
aliran air dan pengikisan kimia adalah pengikisan yang diakibatkan oleh zat-zat
yang terlarut dalam air. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pengikisan
dapat dilakukan pula oleh angin atau gletser.
Pengikisan mekanik pada patahan 8 Pola pengairan yang dihasilkan
bentuknya bersudut siku-siku dinamakan rectangular. Namun, apabila
topografinya tua (berarti mengalami pengikisan lebih lanjut) pola pengairannya
dendritik yaitu menyerupai tulang daun. Jenis sungainya subsekuen atau
insekuen. Pengikisan mekanik pada lipatan Pola pengairan yang dihasilkan
lazimnya trelis. Jenis sungainya konsekuen pada topografi muda, resekuen pada
topografi dewasa, serta obsekuen dan subsekuen pada topografi tua.
![Page 14: BAB II](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062300/557201ed4979599169a2a085/html5/thumbnails/14.jpg)
Pengikisan mekanik pada cembungan (dome) Pola pengairannya anular
atau melingkar untuk kemudian berlanjut menjadi radial sementara anak-anak
sungainya berpola trelis. Jenis sungai pada awalnya subekuen. Apabila sungai
pada cembungan yang kikisannya sudah lanjut, sungai yang mengalir ke arah
pusat cembungan adalah sungai obsekuen. Sedangkan sungai-sungai yang
mengalir ke arah menjauhi pusat cembungan adalah sungai sungai resekuen.
Pengikisan mekanik pada cekungan Pola pengairannya seperti pada lipatan
karena dia menyerupai sinklinal. Jenis sungainya awalnya sungai konsekuen
pada dasar cekungan. Apabila pengikisannya telah lanjut, sungai menjadi
obsekuen, atau resekuen dan subsekuen. Pengikisan mekanik pada plateau
Mengingat bahwa plateau terjadi sebagai akibat proses pengangkatan bagian
dari muka bumi yang cukup luas, dapat dipastikan bahwa plateau itu sendiri
terdiri dari lapisan yang agak keras di permukaannya sedangkan lapisan-lapisan
yang di bawah permukaannya itu memiliki batuan yang sifatnya kurang keras.
Pola pengairannya beragam yaitu:
a. Plateau terangkat tinggi, tata airnya berupa sungai-sungai yang dalam
dan bertebing terjal.
b. Plateau yang tidak terangkat tinggi, pengikisan dasar sungai terhambat
oleh ambang erosi.
c. Plateau di daerah kering, pengikisan membentuk sudut-sudut tajam.
d. Plateau di daerah basah, sudut-sudut kikisan tumpul diakibatkan lebatnya
vegetasi atau tumupukan tanah akibat pelapukan. Plateau yang banyak
terkikis meninggalkan bentuk mesa dan bila pengikisan berlanjut, bentuk
mesa menyempit menjadi butte.
3. Agradasi
Agradasi, atau pengendapan yang dilakukan oleh agen-agen pengerosi
seperti angin, air, dan es. Oleh karena di wilayah Indonesia agradasi aktif
dilakukan oleh air dan khususnya di wilayah Nabire, tidak terjadi agradasi selain
yang dilakukan air, maka hanya akan dipaparkan mengenai agradasi yang
dilakukan oleh air. Agradasi oleh air terjadi apabila daya angkutnya menurun.
Penurunan daya angkut air diakibatkan oleh menurunnya volume air atau
menurunnya gradien lereng.