BAB II

22
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batas Luar Busur Indonesia Bagian Timur (irian) Wilayah Indonesia secara geografis terletak diantara dua benua yaitu Asia dan Australia serta terletak diantara dua samudra yaitu Pasifik dan Hindia. Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan salah satu wilayah yang mempunyai tatanan geologi dan pola tektonik yang komplek dimuka Bumi ini. Secara tektonik lempeng, Indonesia merupakan lokasi benturan antara tiga lempeng utama litosfir yaitu Hindia- Australia di bagian selatan, Pasifik di sebelah timur laut dan Eurasia di barat laut. Karena interaksi antara lempeng- lempeng tersebut, terjadi berbagai gejala-gejala tektonik yang berkaitan dengan pembentukan busur kepulauan, kegunungapian, kegempaan, cekungan, dan struktur geologi yang kompleks.

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Batas Luar Busur Indonesia Bagian Timur (irian)

Wilayah Indonesia secara geografis terletak diantara dua benua yaitu

Asia dan Australia serta terletak diantara dua samudra yaitu Pasifik dan Hindia.

Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan salah satu wilayah yang

mempunyai tatanan geologi dan pola tektonik yang komplek dimuka Bumi ini.

Secara tektonik lempeng, Indonesia merupakan lokasi benturan antara tiga

lempeng utama litosfir yaitu Hindia-Australia di bagian selatan, Pasifik di sebelah

timur laut dan Eurasia di barat laut. Karena interaksi antara lempeng-lempeng

tersebut, terjadi berbagai gejala-gejala tektonik yang berkaitan dengan

pembentukan busur kepulauan, kegunungapian, kegempaan, cekungan, dan

struktur geologi yang kompleks.

Gambar 2.1Peta penyebaran lempeng di sekitar Indonesia (Hall, 2001 dalam Argapadmi, 2009)

Secara fisiografis wilayah Indonesia dibatasi  di sebelah selatan oleh

suatu palung laut dalam yang memanjang dan dapat diikuti mulai dari  Burma-

Andaman-Sumatra-Jawa hingga ke Kepulauan Banda di bagian Timur Indonesia,

yang merupakan jalur penekukan dan penyusupan lempeng Hindia-Australia ke

Page 2: BAB II

bawah lempeng Asia Tenggara.  Antara Indonesia bagian timur dan barat,

terdapat perbedaan fisiografis yang mencolok.

Gambar 2.2Southern Arc

Daerah busur tengah Irian Jaya memanjang dari kepala burung hingga

Papua Nugini. Hal ini berkaitan dengan pergerakan sabuk New Guinea, sebuah

zona sabuk metamorfik dan pembentukan ophiolit. Busur diikuti juga dengan

subduksi di selatan dan diikuti penumbukan. Kegiatan vulkanisme yang

mengikuti adalah bersifat andesitik. Busur tengah Irian Jaya terbentuk di lempeng

aktif Pasifik. Deformasi yang terus terjadi mengakibatkan pembentukan deposit

pada daerah benua pasif yang terbentuk sebelumnya dengan dasar berupa

batugamping jalur New Guinea. Mineralisasi yang terjadi berupa porfiri yang kaya

akan emas, badan bijih skarn.

Keberadaan ketujuh busur mayor ini berkaitan dengan mineralisasi aktif di

Indonesia, terutama terhadap emas dan tembaga. Jumlah endapan per km

panjang busur tergantung pada masing - masing busur dan kontrol lain yang

berkaitan dengan mineralisasi. Pada gambar di atas ditunjukkan daerah

mineralisasi aktif sepanjang busur magmatik di Indonesia.

Busur mayor ini juga diikuti dengan keberadaan busur minor di sekitar.

Busur minor tersebut terdiri atas :

1. Busur Schwaner mountain (west Kalimantan, tonalitic - granodioritic

batholiths, early cretaceous)

2. Busur Sunda shelf (Karimata island, granitic, late cretaceous)

Page 3: BAB II

3. Busur Moon utawa (northern head of Irian Jaya, andesitic - sedimentary

rocks - intruded dioritic, middle miocene)

4. Busur West sulawesi (western Sulawesi, granitic, late miocene - pliocene)

5. Busur Northwest Borneo (andesitic, middle miocene)

6. Busur Sumba Timor (andesitic - andesite porphyry intrusions,

palaeogene)

7. Busur Coastal Irian Jaya (Mamberamo, diorites, neogene possibly)

8. Busur Talaud (Northeast Sulawesi, andesitic-andesite blocks in melange,

neogene)

Di Indonesia bagian barat terdapat busur-busur kepulauan, yang dibatasi

oleh lautan dengan kedalaman rata-rata berkisar antara 200 meter dan

membentuk suatu paparan yang luas yang dikenal dengan Sundaland. Di

Indonesia bagian timur,  busur-busur kepulauannya dibatasi oleh lautan dengan

kedalaman mencapai ribuan meter, dengan palung-palung dalam yang terdapat

di antara busur lengkung yang tajam dan beda relief yang sangat tajam. Kedua

fisiografi yang berbeda tersebut dibatasi oleh suatu garis imajiner yang

membentang di atara Pulau Bali dan Pulau Lombok di selatan dan menerus ke

utara melalui Selat Makasar. Garis tersebut dikenal sebagai garis Wallace yang

awalnya merupakan garis pembatas yang memisahkan keragaman flora dan

fauna antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur. Fisiografi

pada dasarnya merupakan pencerminan dari kondisi geologi dan struktur suatu

wilayah.

Adanya perbedaan tersebut menunjukan adanya perbedaan

perkembangan tektonik yang menonjol antara Indonesia bagian  barat dan

bagian timur. Pada Jurasic Akhir diperkitakan Blok Banda yang sebelumnya

bergabung dengan Gondawa  terpisah dan menjauhi Sula Spur. Blok Argo lalu

terpisah kemudian melalui proses pemekaran (spreading).

Pemekaran berkembang ke barat menerus sampai pada margin dari

Greater India 2. Busur kepulauan dan fragmen-fragmen benua bergerak menjauh

dari Gondawa sebagai hasil dari rollback dari subduksi.  Lalu 135 juta tahun yang

lalu, India mulai terpisah dari Australia dan Papua yang masih bergabung

dengan Antartika. Pemekaran di Ceno Tethys memiliki orientasi rata-rata NW-

SE. Blok Argo dan Busur Woyla bergerak ke Asia Tenggara. Sekitar 25 juta

tahun kemudian India terpisah dari Australia. Blok Argo mendekati Sundaland

Page 4: BAB II

dan pemekaran pada Ceno-Tethys yang berarah NW-SE berhenti. Pusat

pemekaran antara India-Australia berkembang ke arah utara. Terjadi subduksi di

bagian selatan Sumatra dan tenggara Kalimantan. Pada 90 juta tahun yang lalu,

Blok Argo mendekati Kalimantan sebelah barat laut Kalimantan dan Busur Woyla

mendekati tepian Sumatra. Koalisi-koalisi tersebut menyebabkan subduksi yang

berlangsung sebelumnya berhenti. India terus bergerak ke utara melalui subduksi

pada Busur Incertus. Australia dan Papua mulai bergerak perlahan menjauhi

Antartika. Pada Kapur Akhir, India bergerak cepat ke utara dikarenakan

pemekaran yang cepat di bagian selatan dan terbentuk sesar-sesar tranform.

Gambar 2.3Evolusi Tektonik dari 45 juta tahun yang lalu sampai saat ini

Tidak ada pergerakan yang signifikan antara Australia dengan Sundaland

serta tidak terjadi subduksi di bawah pulau Sumatra dan Jawa.  Sekitar 55 juta

tahun yang lalu, pergerakan Australia-Sundaland menyebabkan terbentuknya

subduksi sepanjang barat tepi Sundaland, di bawah Pulau Sumba dan Sulawesi

Barat, dan mungkin menerus ke utara. Batas antara lempeng Australia-

Sundaland pada bagian selatan Jawa merupakan zona strike-slip sedangkan

pada selatan Sumatra berupa zona strike-slip tangensional. Busur Incertus dan

batas utara dari Greater India bergabung dan terus bergerak ke utara. Pada 45

juta tahun yang lalu, Australia dan Papua mulai bergerak dengan cepat menjauhi

Page 5: BAB II

Antartika. Terbentuk cekungan di sekitar daerah Celebes dan Filipina serta jalur

subduksi yang mengarah ke selatan pada proto area Laut Cina Selatan. Pada 35

juta tahun yang lalu, daerah Sundaland mulai berotasi berlawanan dengan arah

jarum jam, bagian timur Kalimantan dan Jawa secara relatif bergerak ke utara.

Rotasi tersebut berlangsung disebabkan karena adanya interaksi lempeng India

ke Asia.  Lalu pada 15 juta tahun yang lalu, bagian kerak samudra pada Blok

Banda yang berumur lebih tua dari 120 juta tahun yang lalu mencapai jalur

subduksi pada selatan Jawa. Palung berkembang ke arah timur sepanjang batas

lempeng sampai bagian selatan dari Sula Spur. Australia dan Papua mendekat

ke posisi sekarang ini dan lengan-lengan dari Sulawesi mulai bergabung. Lalu 5

juta tahun yang lalu jalur-jalur subduksi dan gunung berapi berkembang hampir

mendekati keadaan saat ini. Australia dan Papua terus bergerak ke utara.

2.2 Potensi busur indonesia bagian timur (irian) 

Struktur Geologi Wilayah Indonesia Timur dihasilkan sebagai akibat

interaksi 4 buah lempeng lithosfer (Eurasia, Laut Philipina, India dan Pasific). Di

wilayah laut Maluku, zona Beniof memanjang berlawanan arah, yaitu ke arah

barat dan timur, dan busur vulkanik yangberkembang, yaitu busur Sangihe

(Morrice, dkk. , 1981). Zona Beniof memanjang 45o sepanjang 230 km di bawah

lempeng laut Philipina dibagian timur, tetapi penajaman (55o - 65o) sedalam 680

km bagian tenggara lempeng Asia yang terletak di atas busur Sangihe (Cardwell,

dkk., 1980). Perbedaan panjangzona seismik antara busur bagian barat dan

timur, mungkin berhubungan denganlamanya tumbukan atau kecepatan

tumbukan dari penajaman ke arah barat di bawah busur Sangihe. Busur Sangihe

relatif lurus berarah utara ± selatan sepanjang 300 km menunjukkan busur

khusus. Deretan vulkanik depan (Tongkoko ± Banua Wuhu) terletak 100 - 200km

di atas zona Beniof, dan gunungapi-gunungapi tumbuh meluas sampai 70 km

dibelakang deretan vulkanik depan, dengan demikian busur vulkanik berada 100

- 180km di atas sumber gempa. Di kepulauan Sangir terdapat 4 buah gunungapi

aktif (Awu, Banua Wuhu, Api Siau,Raung), yang terletak pada garis sepanjang 50

km. Disamping itu ada tiga pulaulainnya (Kalama, Makalehi, Tagulandang) yang

memiliki morfologi vulkanik muda. G. Awu merupakan gunungapi aktif di ujung

utara busur Sangir, dan berada dibagianutara pulau Sangihe. Struktur geologi

Page 6: BAB II

yang berkembang di daerah G. Awudan sekitarnya, terdiri dari kaldera, kawah,

sesar dan kelurusan vulkanik.

2.3 Struktur Geologi

Geologi Papua merupakan priode endapan sedimentasi dengan masa

yang panjang pada tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada

Zaman Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari

lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan mengendapkan batuan

klatik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan

karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batugamping New Guinea yang berumur

Miosen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai + 12.000 meter. Pada Kala

Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan

akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur

Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa

fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benua membentuk

Jalur “Metamorf Rouffae” yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo" Akibat lebih

lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke tas

jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua Pada Kala Oligosen terjadi

aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan akibat dari tumbukan

Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng

Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau

berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benua membentuk Jalur “Metamorf

Rouffae” yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo”. Akibat lebih lanjut tektonik ini

adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke tas jalur malihan dan

membentuk Jalur Ofiolit Papua. Peristiwa tektonik penting kedua yang

melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang berawal dipertengahan

Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia dengan

Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat

batuan sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua.

Kelompok Batugamping New Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah.

Jalur ini dicirikan oleh sistem yang komplek dengan kemiringan ke arah utara,

sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat atau rebah dengan

kemiringan sayap ke arah selatan Orogenesa Melanesia ini diperkirakan

mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah. Dari pertengahan Miosen sampai

Page 7: BAB II

Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke Utara maupun Selatan. Erosi

yang kuat dalam pembentukan pegunungan menghasilkan detritus yang

diendapkan di cekungan-cekungan sehingga mencapai ketebalan 3.000 – 12.000

meter. Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport, menemukan paling

tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan Tengah.

Secara umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan dani

utara dengan pola yang dikenali oleh Davies (1990) di Papua Nugini. Fase

magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik, diperkirakan

berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik Derewo. Fase

kedua magmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam

Kelompok Kembelangan pada sisi Selatan Patahan Orogenesa Melanesia

Derewo yang berumur Miosen Akhir sampai Miosen Awal. Magmatisme termuda

dan terpenting berupa instrusi dioritik sampai monzonitik yang dikontrol oleh

suatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah sampai kini. Batuan-Batuan

intrusi tersebut menerobos hingga mencapai Kelompok Batugamping New

Guinea, dimana endapan porphiri Cu-Au dapat terbentuk seperti Tembagapura

dan OK Tedi di Papua Nugini. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Nabire Bhakti

Mining terhadap 5 contoh batuan intrusi di Distrik Komopa menghasilkan umur

antara 2,9 juta tahun sampai 3,9 juta tahun. Selama Pliosen (7 – 1 juta tahun

yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I – suatu tipe magma

yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi

Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi. Selama pliosen (3,5 – 2,5

JTL) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian

pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon

dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang

diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan

cekungan sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum. Menurut Smith

(1990), Sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya

penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen

diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil

penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan

tambaga yang berasosiasi dengan emas dan perak.

Page 8: BAB II

Gambar 2.4Geologi Regional Irian

Stratigrafi

- Batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum (Pz)

     Merupakan batuan tertua di daerah penyelidikan, terdiri dari batu

lempung, batupasir arkosa dan batugamping lapukan. Termasuk dalam

kelompok ini adalah batuan sedimen klastika laut termalihkan rendah,

termalihkan menengah dan termalihkan tinggi. Beberapa batugamping dan

marmer yang terhablur ulang, berlapis terlipat. Sebaran batuan malihan ini

menempati bagian tengah, bagian timur dan bagian tenggara daerah

penyelidikan, membentuk morfologi pegunungan.

- Batuan Plutonik berumur Paleozoikum-Mesozoikum (PTR)

        Menerobos batuan malihan tak terpisahkan berumur Paleozoikum  (Pz).

Batuan ini terdiri dari granit urat dan retas pegmatite mengandung turmalin,

granodiorit, monzonit kuarsa dan granit porfir merah jambu. Sebaran batuan

plutonik ini mengikuti arah dan Sistim Sesar Sorong dan Sistim Sesar Ransiki,

terdapat di Kota Sorong, sebelah barat Manokwari dan daerah Ransiki,

membentuk morfologi pegunungan.

Page 9: BAB II

- Batuan sedimen klastika laut berumur Paleozoikum (CP)

        Secara tidak selaras menutupi batuan malihan tak terpisahkan berumur

Paleozoikum (Pz). Batuan ini berbutir halus sampai menengah, beberapa

konglomerat dan batubara, gampingan, membentuk morfologi pegunungan.

Yang termasuk dalam kelompok batuan ini adalah lapisan merah bukan endapan

laut kebanyakan berbutir halus pada puncaknya gunungapi. Sebaran batuan ini

di bagian tengah daerah Kepala Burung. Batuan ini membentuk morfologi

pegunungan.

- Batuan terobosan ultramafik berumur Jura Bawah (M)

        Terdiri dari serpentin, peridotit, piroksenit dan gabro menempati bagian

utara Pulau Waigeo (merupakan batuan tertua di pulau tersebut) dengan

morfologi perbukitan sampai pegunungan.

- Batuan sedimen klastika laut berumur Mesozoikum (Kj)

        Secara tidak selaras menutupi batuan sedimen klastika laut Palezoikum

(CP). Batuan ini bersifat gampingan, dengan sebaran batuan dibagian utara

tengah Kabupaten Sorong (Sausapor), bagian tengah Kepala Burung (sebelah

barat Ransiki) dileher Kepala Burung (sebelah barat Wassior) membentuk

morfologi perbukitan terjal sampai pegunungan.

- Batuan sedimen klastika laut berumur Tersier  (Tm)  

        Bersifat gampingan yang secara tidak selaras menutupi batuan klastika

laut berumur Mesozoikum (Kj). Kelompok batuan ini adalah batuan sedimen

klastika laut umumnya berbutir halus dan gunungapi, batupasir kuarsa, setempat

konglomerat, dengan serpih pasiran dan batulanau. Sebarannya menempati

bagian tengah Pulau Misool, bagian baratdaya Pulau Waigeo, bagian utara

Pulau Batanta, bagian tengah daerah Kepala Burung (sekitar Ayamaru) dan

bagian leher Kepala Burung (Teluk Wandamen), membentuk morfologi

perbukitan landai sampai terjal, dengan topografi karst.

- Batuan beku berumur Eosen Bawah sampai Miosen Bawah (TelTml)

        Berupa lava basalan hingga andesitan, umumnya terubah, aglomerat,

breksi lava, tufa lava bantal, stok dan retas diorit, andesit dan porfir basalkan

gabro. Sebaran batuan ini terdapat dibagian tengah dan timur Pulau Waigeo,

sebagian besar Pulau Batanta, bagian baratlaut Pulau Salawati, bagian utara

Kepala Burung (Warmare) dan bagian timur Kepala Burung (sebelah utara

Ransiki), membentuk morfologi perbukitan sampai pegunungan.

Page 10: BAB II

- Batuan beku berumur Miosen Tengah (Tmm)

        Berupa batuan gunungapi andesit, sedikit dasit dan tufa basal, aglomerat,

lava dan tufa padu, sedimen klastika gunungapi tufaan, retas dan stok diorit,

andesit, porfir dasit dan dolesit beberapa sisipan batugamping. Sebaran batuan

ini dibagian utara (daerah Saukorem) dan sebelah tenggara Manokwari

(Pegunungan Arfak), membentuk morfologi  pegunungan.

- Bancuh berumur Miosen Atas (Tux) 

        Serpihan tektonik dengan sedimen klastika laut fasies laut dalam, serpih

karbonan, kalkarenit, batupasir, sedikit batupasir koral-gampingan dan napal.

Sebaran satuan batuan ini mengikuti Sistim Sesar Sorong (dimulai dari bagian

timur laut Pulau Salawati, menerus ke Kota Sorong dan sebelah timur kota

Sorong), membentuk morfologi perbukitan.

- Batuan sedimen klastika laut dan darat berumur Miosen Atas sampai

Plistosen (TmuQp),

        Umumnya berbutir halus dan batubara. Sebaran batuan ini menempati

bagian tenggara barat Kepala Burung (Klomosin), sekitar Teminabuan, Bintuni

dan Babo, membentuk morfologi perbukitan landai sampai dataran, secara tidak

selaras menutupi kelompok batuan sedimen klastika laut berumur Tersier (Tm).

- Batugamping terumbu, batulanau, batupasir dan lignit, berumur Kuarter

(Qm),

        Menempati bagian utara Pulau Misool dan bagian timur Manokwari,

membentuk morfologi perbukitan.

- Endapan permukaan berupa endapan sungai, endapan danau dan

endapan pantai, berumur Kuarter (Q),

        Merupakan batuan termuda di daerah Kepala Burung, secara tidak

selaras menutupi batuan yang lebih tua, membentuk morfologi dataran. Sebaran

endapan permukaan ini menempati bagian selatan Pulau Salawati dan bagian

selatan daerah Kepala Burung dan sebelah barat  Manokwari, membentuk

morfologi dataran. Stratigrafi Lembar Misool secara umum dapat dikelompokkan

atas batuan sedimen, batuan malihan dan batuan piroklastik dengan kisaran

umur mulai dari Paleozoikum hingga Holosen. Batuan Pra Tersier berumur mulai

Pra Trias – Kapur Akhir terdiri atas Batuan Malihan Ligu, Formasi Keskain,

Batugamping Bogal, Batunapal Lios, Serpih Yefbi, Formasi Demu, Serpih Lelinta,

Kelompok Fageo, Batugamping Facet dan Formasi Fafanlap. Batuan Tersier

Page 11: BAB II

terdiri atas Formasi Daram, Batugamping Zaag, Batunapal Kasim, Batugamping

Openta dan Batugamping Atkari. Endapan Kuarter adalah Aluvium yang

merupakan endapan permukaan yang tersebar di sepanjang pantai dan aliran

sungai utama. Fokus penyelidikan pada kegiatan ini adalah Batugamping Atkari

dan Batunapal Kasim berumur Plio-Plistosen yang berdasarkan pemerian

litologinya dijelaskan mengandung endapan batubara dari jenis lignit (Rusmana,

dkk., 1989)

Struktur Geologi Dari tatanan tektonik Irian Jaya Kepulauan Misool

terletak pada Misool – Onin High yang berbatasan dengan Cekungan Salawati di

utaranya. Struktur geologi Kepulauan Misool membentuk lajur antiklin yang

tersesarkan, dan diduga merupakan suatu antiklinorium dengan arah sumbu

sejajar dengan pantai selatan pulau Misool (Arah Barat – Timur). Berdasarkan

penafsiran tersebut P. Misool diperkirakan merupakan sayap utara antiklinorium

dengan sayap selatannya ditempati oleh pulau – pulau kecil di sebelah selatan

dan tenggara dari P. Misool. Antiklinorium ini dipotong oleh beberapa sesar

turun dan sesar geser yang berarah Timurlaut dan Timur – Tenggara. Disamping

itu terdapat kelurusan-kelurusan berarah Timurlaut dan Utara – Timurlaut di

bagian utara.

1. Diastrofisme

Adalah proses pergerakan lempeng muka bumi yang satu terhadap yang

lainnya, mengakibatkan adanya berbagai bentuk di permukaan bumi. Bentuk

bentuk tersebut adalah :

- Sesar

Biasanya terjadi pada batuan beku atau batuan lainnya seperti batuan

metamorfosa. Bagian patahan yang rendah disebut palung (graben). Bagian

yang terangkat istilahnya horst.

- Kekar

Kekar adalah retakan pada batuan yang dibentuk oleh tekanan yang

dihasilkan oleh kejadian-kejadian tektonik, pendinginan, atau pantulan isostasi.

Panjangnya bervariasi mulai dari milimeter hingga kilometer. Pada singkapan

batuan kekar dapat berupa retakan kecil seukuran rambut yang panjangnya

hanya beberapa millimeter atau rekahan terbuka sepanjang satu meter atau

lebih. Kekar dapat terisi atau bisa juga tidak terisi, bila terisi biasanya diisi oleh

Page 12: BAB II

tanah atau tanah liat. Mereka dibedakan dari sesar melalui sedikitnya pergerakan

antara dua sisi kekar.

- Lipatan

Lipatan adalah struktur yang tadinya datar namun telah dibengkokkan

oleh gaya-gaya horizontal dan vertikal pada kerak bumi. Lipatan dapat 6

dihasilkan dari berbagai proses: kompresi kerak bumi, pengangkatan balok di

bawah selimut yang terdiri dari batuan sedimen sehingga selimut tersebut

tersampir di atas balok yang terangkat, dan luncuran gravitasional serta pelipatan

di mana batuan berlapis meluncur ke bawah sisi-sisi balok yang terangkat lalu

remuk. Bentang alam lipatan adalah:

1. Antiklin

2. Sinklin

3. Monoklin

4. Asymmetric fold

5. Recumbent fold

- Cembungan (Dome)

Proses terjadinya seperti lipatan namun bentuk yang dihasilkan bukan

memanjang melainkan seperti mangkuk terbalik.

- Cekungan (Basin)

Proses terjadinya sama dengan cembungan, hanya saja berlawanan

dengan cembungan kulit bumi melentur ke bawah seperti sinklinal. Bentuknya

seperti mangkuk yang badannya terkubur.

- Plateau

Permukaan bumi yang datar dan cukup luas dengan tepiannya terjal.

Garis tinggi di permukaan plateau berjarak jauh, tetapi rapat di tepinya yang

terjal.

- Volkanisme

Volkanisme adalah bentuk-bentuk di alam yang dihasilkan oleh aktivitas magma

dan gunung api. Bentang alam vulkanisme digolongkan menjadi dua golongan

besar yaitu intrusif dan ekstrusif.

- Antesedensi

7 Lipatan memiliki dampak yang besar terhadap sistem sungai. Apabila

terjadi pengangkatan muka bumi secara bertahap dan pelan-pelan di tempat

kikisan sungai berjalan lebih cepat dari proses pengangkatan sehingga

Page 13: BAB II

kenampakan yang terjadi seakan-akan sungai tersebut mengalir ke arah muka

bumi yang lebih tinggi, maka pengangkatan akan membentuk teras atau undak-

undak dengan tebing sungai yang terjal.

- Atol

Atol umumnya adalah cincin setengah lingkaran tersusun dari batu karang

mengelilingi sebuah laguna tanpa ada daratan kering kecuali beberapa pulau

(disebut motu) yang terbuat dari pasir dan detritus berukuran kerikil terlempar ke

atas karang selama badai.

2. Denudasi

Denudasi adalah semua kegiatan yang terjadi di atas muka bumi yang

mengakibatkan terkikisnya lapisan batuan di muka bumi baik secara mekanik

ataupun kimia, baik berupa pengikisan ataupun pelapukan. Peneplain adalah

suatu istilah yang diberikan oleh W.M. Davis untuk menyatakan suatu permukaan

dengan relief rendah yang terkikis hingga mencapai permukaan laut dan

terbentuk melalui erosi pada jangka waktu yang lama. Degradasi Secara

keseluruhan, muka bumi yang dapat dilihat saat ini merupakan hasil degradasi

atau perusakan yang diakibatkan oleh tenaga destruktif. Tenaga destruktif utama

adalah air yang menyebabkan kerusakan karena mengalir dan karena larutnya

berbagai zat di air yang juga mengakibatkan terjadinya peristiwa kimia merusak

batuan tertentu. Di wilayah Nabire yang memiliki vegetasi padat (dengan hampir

seluruh wilayahnya didominasi oleh hutan) dan aliran sungai yang banyak dan

bercabang-cabang, pengikisan yang terjadi dapat dipastikan dilakukan oleh agen

destruktif air. Oleh karena itu, pengikisan mekanik disini adalah pengikisan oleh

aliran air dan pengikisan kimia adalah pengikisan yang diakibatkan oleh zat-zat

yang terlarut dalam air. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pengikisan

dapat dilakukan pula oleh angin atau gletser.

Pengikisan mekanik pada patahan 8 Pola pengairan yang dihasilkan

bentuknya bersudut siku-siku dinamakan rectangular. Namun, apabila

topografinya tua (berarti mengalami pengikisan lebih lanjut) pola pengairannya

dendritik yaitu menyerupai tulang daun. Jenis sungainya subsekuen atau

insekuen. Pengikisan mekanik pada lipatan Pola pengairan yang dihasilkan

lazimnya trelis. Jenis sungainya konsekuen pada topografi muda, resekuen pada

topografi dewasa, serta obsekuen dan subsekuen pada topografi tua.

Page 14: BAB II

Pengikisan mekanik pada cembungan (dome) Pola pengairannya anular

atau melingkar untuk kemudian berlanjut menjadi radial sementara anak-anak

sungainya berpola trelis. Jenis sungai pada awalnya subekuen. Apabila sungai

pada cembungan yang kikisannya sudah lanjut, sungai yang mengalir ke arah

pusat cembungan adalah sungai obsekuen. Sedangkan sungai-sungai yang

mengalir ke arah menjauhi pusat cembungan adalah sungai sungai resekuen.

Pengikisan mekanik pada cekungan Pola pengairannya seperti pada lipatan

karena dia menyerupai sinklinal. Jenis sungainya awalnya sungai konsekuen

pada dasar cekungan. Apabila pengikisannya telah lanjut, sungai menjadi

obsekuen, atau resekuen dan subsekuen. Pengikisan mekanik pada plateau

Mengingat bahwa plateau terjadi sebagai akibat proses pengangkatan bagian

dari muka bumi yang cukup luas, dapat dipastikan bahwa plateau itu sendiri

terdiri dari lapisan yang agak keras di permukaannya sedangkan lapisan-lapisan

yang di bawah permukaannya itu memiliki batuan yang sifatnya kurang keras.

Pola pengairannya beragam yaitu:

a. Plateau terangkat tinggi, tata airnya berupa sungai-sungai yang dalam

dan bertebing terjal.

b. Plateau yang tidak terangkat tinggi, pengikisan dasar sungai terhambat

oleh ambang erosi.

c. Plateau di daerah kering, pengikisan membentuk sudut-sudut tajam.

d. Plateau di daerah basah, sudut-sudut kikisan tumpul diakibatkan lebatnya

vegetasi atau tumupukan tanah akibat pelapukan. Plateau yang banyak

terkikis meninggalkan bentuk mesa dan bila pengikisan berlanjut, bentuk

mesa menyempit menjadi butte.

3. Agradasi

Agradasi, atau pengendapan yang dilakukan oleh agen-agen pengerosi

seperti angin, air, dan es. Oleh karena di wilayah Indonesia agradasi aktif

dilakukan oleh air dan khususnya di wilayah Nabire, tidak terjadi agradasi selain

yang dilakukan air, maka hanya akan dipaparkan mengenai agradasi yang

dilakukan oleh air. Agradasi oleh air terjadi apabila daya angkutnya menurun.

Penurunan daya angkut air diakibatkan oleh menurunnya volume air atau

menurunnya gradien lereng.