BAB I.doc
-
Upload
onix-radempthus-obinayonk -
Category
Documents
-
view
16 -
download
1
description
Transcript of BAB I.doc
![Page 1: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penulisan
Globalisasi pendidikan masa kini diharapkan lebih modern dan
profesional sehingga mampu mewujudkan peranannya secara efektif
dengan keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar
mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim
sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatan orang
tua/masyarakat.
Permasalahan dalam peningkatan kualitas pendidikan berkaitan
dengan strategi pembangunan pendidikan, yang selama ini lebih
bersifat input oriented. Strategi tersebut didasarkan kepada asumsi
bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, maka secara
otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan
output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan.
Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education
production function tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga
pendidikan. Dengan demikian pembangunan pendidikan tidak hanya
terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan saja tetapi juga
harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan
merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu
1
![Page 2: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/2.jpg)
tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan
mutu pendidikan
Hal ini sejalan dengan pendapat Umaedi, (1999:24),
menyatakan bahwa :
Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan ditingkat makro (pusat) tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya ditingkat mikro (sekolah). Untuk itu dengan adanya Otonomi daerah, Sekolah didorong untuk diberdayakan dirinya dalam pengelolaan organisasinya.
Dalam mensikapi keadaan itu, seorang kepala sekolah dituntut
mampu memiliki kesiapan dalam mengelola sekolah. Kesiapan yang
dimaksud adalah berkenaan dengan kemampuan manajerial sebagai
seorang pimpinan. Kemampuan managerial yang dimaksudkan disini
adalah berkenaan dengan kemampuannya dalam membuat
perencanaan (planning), mengorganisasikan (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Dengan
kemampuan semacam itu, diharapkan setiap pimpinan mampu
menjadi pendorong dan penegak disiplin bagi para karyawannya agar
mereka mampu menunjukkan produktivitas kerjanya dengan baik.
Berangkat dari konsep Hersey (dalam Sumidjo, 2002:99) yang
menyatakan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial
diperlukan tiga macam bidang keterampilan, yaitu : technical, human
dan conceptual. Dengan memiliki ketiga keterampilan dasar tersebut di
2
![Page 3: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/3.jpg)
atas, Kepala Sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sesuai dengan ketentuan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan
yang bermutu. Maka dari itu kemampuan manajerial Kepala Sekolah
ditandai oleh kemampuan untuk mengambil keputusan (decision
making) dan tindakan secara tepat, akurat dan relevan. Ketiga
kemampuan manajerial Kepala Sekolah tersebut ditandai dengan
kemampuan dalam merumuskan program kerja, mengkoordinasikan
pelaksanaan program kerja, baik dengan dewan guru maupun dengan
yang lainnya yang terkait dalam pendidikan suatu kemampuan dalam
melakukan evaluasi terhadap program kerja sekolah yang telah
dilaksanakan. Penerapan kemampuan manajerial Kepala Sekolah di
atas, pada akhirnya akan tertuju pada penyelenggaraan dan
pencapaian mutu pendidikan.
Pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa seorang
pimpinan harus mampu mengarahkan dan sekaligus mempengaruhi
berbagai aktivitas yang berkaitan dengan tugas para anggotanya
(guru) yang ada di bawahnya. Berkenaan dengan Penulisan ini, maka
kemampuan tersebut sangat diperlukan. Maksudnya bahwa
kemampuan mengarahkan dan mempengaruhi anggotanya adalah
berkaitan dengan bagaimana seorang kepala sekolah mampu menjalin
suatu budaya sekolah dengan cara menanamkan nilai-nilai yang
dikembangkan di sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari
3
![Page 4: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/4.jpg)
keberadaan sekolah itu sendiri sebagai organisasi pendidikan, yang
memiliki peran dan fungsi untuk berusaha mengembangkan,
melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para siswanya.
Banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan
seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dan
guru, mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut
terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan.
Keterbartasan dana, sarana prasarana, fasilitas pendidikan, media,
sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah. lingkungan
pendidikan serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan
pendidikan. Memang semua kelemahan mutu dari komponen-
komponen pendidikan tersebut akhirnya berujung pada rendahnya
mutu lulusan.
Sejalan dengan hal tersebut Ikke Dewi Sartika (2002:8)
mengemukakan bahwa :
"Kualitas pada dasarnya dapat berupa kemampuan, barang, dan pelayanan, kualitas pendidikan dapat menunjuk kepada kualitas proses dan kualitas hasil (produk). Suatu pendidikan dapat bermutu dari segi proses (yang sudah barang tentu amat dipengaruhi kualitas masukannya) jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif, dan, peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan juga memperoleh pengetahuan yang berguna baik bagi dirinya maupun bagi orang lain (functional knowledge) yang ditunjang secara wajar oleh sumber daya (manusia, dana, sarana dan prasarana).”
4
![Page 5: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/5.jpg)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan Penulisan tentang “Upaya Kepala Sekolah dalam
Pengembangan Kinerja Sekolah Bermutu di Sekolah Dasar Negeri
Ciela 1 Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut”
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penulisan
yang disajikan dalam topik ini dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah upaya Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kinerja
Sekolah Bermutu di SD Negeri 1 Ciela Kecamatan Bayongbong
Kabupaten Garut”.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran
tentang Upaya Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kinerja Sekolah
Bermutu di SD Negeri 1 Ciela Kecamatan Bayongbong Kabupaten
Garut.
1.4 Kegunaan Penulisan
Diadakannya Penulisan tentang Upaya Kepala Sekolah dalam
pengembangan kinerja sekolah bermutu berkaitan erat dengan teori
manajerial serta pengembangan kinerja sekolah bermutu. Oleh karena
5
![Page 6: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/6.jpg)
itu, Penulisan ini diharapkan akan mempunyai kegunaan baik dari
segi teoritis maupun segi praktis sebagai berikut :
1.4.1Kegunaan Teoritis
Dalam Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan bagi peneliti di bidang manajerial dan pengembangan
kinerja sekolah bermutu, sehingga Penulisan ini akan menjadi bahan
lebih lanjut baik bagi peneliti maupun bagi guru-guru pada SD Negeri 1
Ciela Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut yang membutuhkan
guna mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil Penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada Kepala Sekolah dalam upaya meningkatkan mutu sekolah
pada SD Negeri 1 Ciela Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut.
6
![Page 7: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/7.jpg)
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Peran Kepala Sekolah
Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa kepala sekolah
harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator;
manajer; administrator; dan supervisor (EMAS). Dalam
perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan perkembangan zaman kepala sekolah juga harus mampu
berperan sebagai edukator, innovator, dan motivator di sekolahnya.
Dengan demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan,
kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator,
manajer, administrator, supervisor, leader, innovator motivator
(EMASLIM).
A. Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik)
Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk rneningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan
iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga
sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan,
serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team
7
![Page 8: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/8.jpg)
teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi
(acceleration) bagi peserta didik.
Sumidjo (1999:122) mengemukakan bahwa memahami arti
pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung
dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya
dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana
strategi pendidikan itu dilaksanakan.
Untuk itu, kepala sekolah harus berusaha melengkapi sarana,
prasarana, dan sumber belajar agar dapat memberi kemudahan
kepada para guru dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar.
Mengajar dalam arti memberikan kemudahan belajar bagi peserta
didik (facilitate of learning).
Pembinaan fisik; yaitu membina para tenaga kependidikan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan,
kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah.
Pembinaan artistik; yaitu membina tenaga kependidikan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan
keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui kegiatan karyawisata
yang bisa dilaksanakan setiap akhir tahun ajaran.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerjanya sebagai educator, khususnya dalam
8
![Page 9: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/9.jpg)
peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta
didik dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Pertama; mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-
penataran, untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah
juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kedua; kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim
evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja,
kemudiaan hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di
papan pengumuman.
Ketiga; menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah,
dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri
pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta
memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pembelajaran.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
0296/U/1996, merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah.
Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki kemampuan untuk
membimbing guru, membimbing tenaga kependidikan nonguru,
membimbing peserta didik, mengembangkan tenaga kependidikan,
mengikuti perkembangan iptek dan memberi contoh mengajar.
9
![Page 10: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/10.jpg)
B. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan
mengendalikan usaha para anggota organisasi serta
mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam
rangka mencapai tujan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu
proses, karena semua manajer dengan ketangkasan dan
keterampilan yang dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan
berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau
kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan
untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh
tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang
program sekolah.
Pertama; memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja
sama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah
harus mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan
pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai
manajer kepala sekolah harus mau dan mampu mendayagunakan
10
![Page 11: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/11.jpg)
seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi
dan mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui
orang lain (wakil-wakilnya), serta berusaha untuk senantiasa
mempertanggung jawabkan setiap tindakan. Kepala sekolah harus
mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara
analitik dan konseptual, dan harus senantiasa berusaha untuk
menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya,
serta berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan bagi
semua.
Kedua, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan
untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah
harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati.
Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan,
dimaksudkan bahwa kepala harus berusaha untuk mendorong
keterlibatan semua tenaga kependidikan dalanm setiap kegiatan di
sekolah (partisipatif).
Asas tujuan, bertolak dari anggapan bahwa kebutuhan tenaga
kependidikan akan harga dirinya mungkin dicapai dengan turut
menyumbang pada suatu tujuan yang lebil tinggi.
11
![Page 12: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/12.jpg)
Asas keunggulan, bertolak dari anggapan bahwa setiap tenaga
kependidikan membutuhkan kenyamanan serta harus memperoleh
kepuasan dan memperoleh penghargaan pribadi.
Asas mufakat, dalam hal ini kepala sekolah harus mampu
menghimpun gagasan bersama serta membangkitkan tenaga
kependidikan untuk berpikir kreatif dalam melaksanakan tugasnya.
Asas kesatuan, dalam hal ini kepala sekolah harus menyadari
bahwa tenaga kependidikan tidak ingin dipisahkan dari tanggung
jawabnya. Oleh karena itu, kepala sekolah harus berusaha untuk
menjadikan tenaga kependidikan sebagai pengurus upaya-upaya
pengembangan sekolah.
Asas persatuan, kepala sekolah harus mendorong para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesionalismenya dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi sekolah.
Asas empirisme, kepala sekolah harus mampu bertindak
berdasarkan atas nilai dan angka-angka yang menunjukkan prestasi
para tenaga kependidikan, karena data yang memuat semua
komponen sekolah memegang peranan yang sangat penting.
Asas keakraban, kepala sekolah harus berupaya menjaga
keakraban dengan para tenaga kependidikan, agar tugas-tugas dapat
dilaksanakan dengan lancar.
12
![Page 13: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/13.jpg)
Asas integritas, kepala sekolah harus memandang bahwa peran
kepemimpinannya merupakan suatu komponen kekuasaan untuk
menciptakan dan memobilisasi energi seluruh tenaga kependidikan
untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.
Sesuai dengan yang ditetapkan dalam penilaian kinerja kepala
sekolah, kepala sekolah harus memiliki kemarnpuan dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik, yang
diwujudkan dalam kemampuan menyusun program sekolah,
organisasi personalia, memberdayakan tenaga kependidikan, dan
mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal.
Kemampuan menyusun program sekolah harus diwujudkan
dalam (1) pengembangan program jangka panjang, baik program
akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu
lebih dari lima tahun; (2) pengembangan program jangka menengah,
baik program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan
dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun; (3) pengembangan
program jangka pendek, baik program akademis maupun
nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu satti tahun
(program tahunan), termasuk pengembangan rencana anggaran
pendapatan belanja sekolah (RAPBS) dan Anggaran Biaya Sekolah
(ABS).
13
![Page 14: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/14.jpg)
Kemampuan menyusun organisasi personalia sekolah harus
diwujudkan dalam pengembangan susunan personalia sekolah;
pengembangan susunan personalia pendukung, seperti pengelola
laboratorium, perpustakaan, dan pusat sumber belajar (PSB); serta
penyusunan kepanitiaan untuk kegiatan temporer, seperti panitia
penerimaan peserta didik baru (PSB), panitia ujian, dan panitia
peringatan hari-hari besar keagamaan.
Kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah
harus diwujudkan dalam pemberian arahan secara dinamis,
pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas,
pemberian hadiah (reward) bagi mereka yang berprestasi, dan
pemberian hukuman (punisment) bagi yang kurang disiplin dalam
melaksanakan tugas.
Kemampuan mendayagunakan sumber daya sekolah, yang
harus diwujudkan dalam pendayagunaan serta perawatan sarana dan
prasarana sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga kependidikan,
dan pengembangan program peningka-tan profesionalisme.
C. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang
sangat sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan
administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan
pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala
14
![Page 15: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/15.jpg)
sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum,
mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi
personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola
administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.
Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar
dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah
harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas
operasional sebagai berikut.
Kemampuan mengelola kurikulum harus diwujudkan dalam
penyusunan kelengkapan data administrasi pembelajaran;
penyusunan kelengkapan data administrasi bimbingan konseling;
penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan praktikum; dan
penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan belajar peserta
didik di perpustakaan.
Kemampuan mengelola administrasi peserta didik harus
diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi peserta
didik; penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan
ekstrakurikuler; dan penyusunan kelengkapan data administrasi
hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik.
Kemampuan mengelola administrasi personalia harus
diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi
tenaga guru; serta pengembangan kelengkapan data administrasi
15
![Page 16: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/16.jpg)
tenaga kependidikan nonguru, seperti pustaka-wan, laporan, pegawai
tata usaha, penjaga sekolah, dar teknisi.
Kemampuan mengolola administrasi sarana dan prasarana
harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data
administrasi gedung dan ruang; pengernbangan data administrasi
meubeler; pengernbangan kelengkapan data administrasi alat mesin
kantor (AMK); pengernbangan kelengkapan datj administrasi buku
atau bahan pustaka; pengembangai kelengkapan data administrasi
alat laboratorium; serta pengernbangan kelengkapan data
administrasi alat bengkel dan workshop.
Kemampuan mengelola administrasi kearsipan harus,
diwujudkan dalam pengernbangan kelengkapan data administrasi
surat masuk; pengembangan kelengkapan data administrasi surat ke
luar; pengembangan kelengkapan data admitrasi surat keputusan;
dan pengembangan kelengkapan dati administrasi surat edaran.
Kemampuan mengelola administrasi keuangan harus
diwujudkan dalam pengembangkan administrasi keuangan rutin;
pengembangan administrasi keuangan yang bersumber dari
masyarakat dan orang tua peserta didik; pengembangani!
administrasi keuangan yang bersumber dari pemerintah,: yakni uang
yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD), dan) dana bantuan
operasional (DBO); pengembangan proposal untuk mendapatkan
16
![Page 17: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/17.jpg)
bantuan keuangan, seperti hibah atau block grant; dan
pengembangan proposal untuk mencari berbagai kemungkinan dalam
mendapatkan bantuan keuangan dari berbagai pihak yang tidak
mengikat.
Dalam melaksanakan tugas-tugas di atas, kepala sekolal
sebagai administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan
produktivitas sekolah, dapat dianalisis berdasarkan beberapa
pendekatan, baik pendekatan sifat, pendekatan, perilaku, maupun
pendekatan situasional. Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu
bertindak situasional, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Meskipun demikian pada hakekatnya kepala sekolah harus lebih
mengutamakan tugas (task oriented), agar tugas-tugas yang diberikan
kepada setiap tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya. Di samping berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga
harus menjaga hubungan kemanusiaan dengan para sfatnya, agar
setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik,
tetapi mereka tetap merasa senang dalam melakukan tugasnya.
Dengan demikian, efektivitas kerja kepala sekolah bergantung pada
tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat
menyenangkan dalam situasi tertentu, ketika para tenaga
kependidikan melakukan tugas-tugas yang diembankan kepadanya.
17
![Page 18: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/18.jpg)
Pendekatan kepemimpinan kepala sekolah tidak akan terlepas
dari perilaku yang diciptakan yaitu paternalistik, kepatuhan semu,
kemandirian dalam bekerja lemah, konsensus, dan menghindar.
Perilaku paternalistik dalam kepemimpinan memunculkan sikap dan
keengganan bawahan untuk mengungkapkan pikiran, pendapat serta
kritik terhadap atasan karena khawatir dianggap menentang atasan,
dominasi atasan terhadap bawahan sangat kuat, sehingga bila
muncul gagasan pembaharuan dari bawah seringkali dianggap
sebagai tantangan terhadap kebijakan pemimpin.
Perilaku kepatuhan semu dalam kepemimpinan kepala sekolah
merupakan pengaruh paternalistik selama kepala sekolah menduduki
posisi pimpinan, loyalitas dan rasa hormat terhadap pribadi kepala
sekolah tinggi, tetapi dapat hilang setelah kepala sekolah tersebut
tidak lagi tidak lagi menjadi pemimpin di sekolah, atau kepala sekolah
tersebut diganti atau mengalami rotasi, maka segala rasa hormat
akan hilang bersama jabatannya. Dalam pendekatan kepatuhan semu
ini sumber daya manusia sering digunakan secara tidak efektif.
Perilaku kemandirian kurang karena telah terkondisi kebiasaan
menunggu perintah dan instruksi atasan (pengarahan) sehingga
inisiatif, kreatif dan tanggung jawab kurang bagi bawahan. Perilaku
konsensus merupakan produk musyawarah atas dasar gotong
royong, tetapi dalam kenyataannya sering dimanipulasi menjadi arena
18
![Page 19: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/19.jpg)
penggarapan, kalau perlu dengan tekanan. Ini biasanya dilakukan
secara informal atau di luar forum resmi sehingga forum resmi hanya
tinggal mengukuhkan saja.
Perilaku menghindar sering juga disebut dengan tidak
konsekwen menghadapi kenyataan. Perilaku menghindar ini;
menghasilkan sikap yang tidak sejalan antara kata dengan perbuatan,
yang muncul dalam tanya jawab ditandai dengan pengutaraan yang
melingkar dan tidak pada masalah pokok. Perilaku ini seringkali
menimbulkan masalah komunikasi, seperti salah pengertian antara
pemimpin dengan bawahan. Respons pengikut terhadap atasannya
tergantung tingkat kematangan, bawahan yang tingkat
kematangannya rendah cenderung tidak mampu dan tidak mau,
sedangkan bawahan dalam tingkat kematangannya sedang
cenderung tidak mampu tetapi mau. Bawahan yang tingkat
kematangannya tinggi cenderung memiliki kemampuan tetapi kurang
memiliki kemauan dalam melakukan sesuatu.
Kepala sekolah hendaknya terbuka tetapi tetap menjaga jarak
dengan para tenaga kependidikan, agar mereka dapat
mengemukakan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kependidikan. Dengan
demikian, setiap permasalahan yang dihadapi oleh para tenaga
kependidikan dapat segera diselesaikan dan dipecahkan bersama,
19
![Page 20: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/20.jpg)
sehingga tidak ada masalah yang berlarut-larut dan mengganggu
tugas utama yang harus dikerjakan.
Pada umumnya kepala sekolah menggunakan gaya gabungan
antara pembagian tugas dan hubungan manusiawi. Pembagian tugas
merupakan strategi kepala sekolah yang lebih mengutamakan setiap
tugas dapat dilaksanakan dengan baik oleh masing-masing tenaga
kependidikan, sedangkan gaya hubungan manusiawi lebih
mengutamakan pemeliharaan manusiawi dengan masing-masing
tenaga kependidikan.
D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka
mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga
seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian
efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu
tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi
pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan
Starrat (1993) menyatakan bahwa "Supervision is a process designed
to help teacher and supervisor leam more about their practice; to
better able to use their knowledge ang skills to better serve parents
and schools; and to make the school a more effective learning
community".
20
![Page 21: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/21.jpg)
Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala
sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem
organisasi pendidikan modern diperlukan supervisor khusus yang
lebih independent, dan dapat meningkatkan objektivitas dalam
pembinaan dan pelaksanaan tugasnya.
Salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi
klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Supervisi diberikan berupu bantuan (bukan perintah), sehingga
inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.
2. Aspek yang disupervisi berclasarkan usul guru, yang dikaji
bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan
kesepakatan.
3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh
guru dan kepala sekolah.
4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan
mendahulukan interprctasi guru.
5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka,
dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab
pertanyaan guru daripada memberi saran dan peiigarahan.
6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan
awal, pengamatan, dan umpan balik.
21
![Page 22: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/22.jpg)
7. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai
supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positip sebagai
hasil pembinaan.
8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan
suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan; dalam
kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi
pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Dalam pelaksanaannya,
kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan prinsip-
prinsip: (1) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis, (2)
dilaksanakan secara demokratis, (3) berpusat pada tenaga
kependidikan (guru), (4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga
kependidikan (guru), (5) merupakan bantuan profesional.
Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara
efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas,
pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.
Diskusi Kelompok. Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan bersama guru-guru dan bisa juga melibatkan tenaga
administrasi, untuk memecahkan berbagai masalah di sekolah, dalam
mencapai suatu keputusan. Banyak masalah yang dipecahkan dalam
diskusi kelompok, seperti peningkatan kemampuan tenaga
22
![Page 23: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/23.jpg)
kependidikan, dan masalah-masalah hasil temuan kepala sekolah
pada kegiatan observasi di dalam atau di luar kelas.
Kunjungan kelas. Kunjungan kelas dapat digunakan oleh kepala
sekolah sebagai salah satu teknik untuk mengamati kegiatan
pembelajaran secara langsung. Kunjungan kelas merupakan teknik
yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan inforniasi secara
langsung tcntang berbagai hal yang berkaitan dengan profesionalisme
guru dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar; terutama dalam
pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran, media yang
digunakan oleh guru dalam pembelajaran, dan keterlibatan peserta
didii dalam pembelajaran, serta mengetahui secara langsunl
kemampuan peserta didik dalam menangkap materi yangj diajarkan.
Pembicaraan Individual. Pembicaraan individual merupakan
teknik bimbingan dan konseling, yang dapat digunakanf oleh kepala
sekolah untuk memberikan konseling kepadaj guru, baik berkaitan
dengan kegiatan pembelajaran maupun masalah yang menyangkut
profesionalisme guru.
Simulasi Pembelajaran. Simulasi pembelajaran meru pakan
suatu teknik supervisi berbentuk demonstrasi pembelajaran yang
dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga guru dapat menganalisa
penampilan yang diamatinya sebagai instrospeksi diri, walaupun
sebelumbya tidak ada cara mengajar yang paling baik.
23
![Page 24: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/24.jpg)
Pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan (guru) harus
disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. jika jumlah
guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan
wakilnya atau guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi.
E. Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga
kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan
tugas. Wahjosumijo (1999: 110) mengemukakan bahwa kepala
sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang
mencakup kepribadian, keahlian dasar, pegalaman dan pengetahuan
profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai
leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap
tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil
keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin
dalam sifat-sifat jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani
mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang
stabil, (7) teladan.
24
![Page 25: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/25.jpg)
Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan
akan tercermin dalam kemampuan (1) memahami kondisi tenaga
kependidikan (guru dan nonguru), (2) memahami kondisi dan
karakteristik peserta didik, (3) menyusun program pengembangan
tenaga kependidikan, (4) menerima masukan, saran dan kritikan dari
berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya.
Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari
kemampuannya untuk: (1) mengembangkan visi sekolah; (2)
mengembangkan misi sekolah, dan (3) melaksanakan program untuk
mewujudkan visi dan misi ke dalam tindakan.
Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari
kemampuannya dalam: (1) mengambil keputusan bersama tenaga
kependidikan di sekolah, (2) mengambil keputusan untuk kepentingan
internal sekolah, dan (3) mengambil keputusan untuk kepentingan
eksternal sekolah.
Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya
untuk (1) berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di
sekolah, (2) menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, (3)
berkomuikasi secara lisan dengan peserta didik, (4) berkomunikasi
secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan
sekolah.
25
![Page 26: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/26.jpg)
F. Kepala Sekolah sebagai Innovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai
innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan mencari
gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan
teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara
ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif kreatif, delegatif,
integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta
adaptabel dan fleksibel.
Kepala sekolah sebagai innovator harus mampu mencari,
menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah.
Gagasan baru tersebut misalnya moving class.
G. Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang
tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan
dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat
ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan
suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan
26
![Page 27: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/27.jpg)
penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat
Sumber Belajar (PSB).
Peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan harus
dimulai dengan sikap demokratis. Oleh karena itu, dalam membina
disiplin para tenaga kependidikan kepala sekolah harus berpedoman
pada filar demokratis, yakni dari, oleh dan untuk tenaga kependidikan,
sedangkan kepala sekolah tut wuri handayani.
Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan kepala
sekolah untuk mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu
meningkatkan profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan
yang dilakukannya menarik, dan menyenangkan.
2. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan
kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui
tujuan dia bekerja. Para tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan
dalam penyusunan tujuan tersebut.
3. Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil
dari setiap pekerjaannya.
4. Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-
waktu hukuman juga diperlukan.
5. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan
dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa
27
![Page 28: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/28.jpg)
aman, menunjukan bahwa kepala sekolah memperhatikan
mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap
pegawai pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan.
Penghargaan. Penghargaan (rewards) ini sangat penting untuk
meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, dan untuk
mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan
ini para tenaga kependidikan dapat dirangsang untuk
meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan
produktif.
2.2 Mutu Pendidikan
Dalam rangka umum mutu mengandung makna derajat (tingkat)
keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang
maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam
konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada
proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan"
yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif,
afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan
guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana
dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan
berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam
28
![Page 29: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/29.jpg)
interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana
pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler
maupun ekstrakurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis
maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses
pembelajaran. Mutu dalam konteks "hasil pendidikan" mengacu pada
prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu
(apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10
tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student
achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya
UN atau UAN). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di
suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu
misalnya : komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi
sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible)
seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan,
dsb.
Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling
berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah,
maka mutu dalam artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu
oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap
tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus
selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan
kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality
29
![Page 30: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/30.jpg)
improvement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab
akhirnya adalah pada hasil yang dicapai . Untuk mengetahui
hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah ' terutama yang menyangkut
aspek kemampuan akademik atau "kognitif" dapat dilakukan
benchmarking (menggunakan titik acuan standar,). Evaluasi terhadap
seluruh hasil pendidikan pada tiap sekolah baik yang sudah ada
patokannya (benchmarking) maupun yang lain (kegiatan ekstra-
kurikuler) dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri dan
dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan
tahun berikutnya. Dalam hal ini RAPBS harus merupakan penjabaran
dari target mutu yang ingin dicapai dan skenario bagaimana
mencapainya.
Kerangka kerja dalam manajemen peningkatan mutu diharapkan
sekolah dapat bekerja dalam koridor-koridor tertentu antara lain
sebagai berikut ;
1. Sumber daya; sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam
mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat.
Selain pembiayaan operasional/administrasi, pengelolaan
keuangan harus ditujukan untuk : (1) memperkuat sekolah dalam
menentukan dan mengalolasikan dana sesuai dengan skala
prioritas yang telah ditetapkan untuk proses peningkatan mutu, (2)
30
![Page 31: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/31.jpg)
pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses
pengadaannya, dan (3) pengurangan kebutuhan birokrasi pusat.
2. Pertanggung-jawaban (accountability); sekolah dituntut untuk
memilki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah.
Hal ini merupakan perpaduan antara komitment terhadap standar
keberhasilan dan harapan/tuntutan orang tua/masyarakat.
Pertanggung-jawaban (accountability) ini bertujuan untuk
meyakinkan bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan
kebijakan yang telah ditentukan dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk menyajikan informasi
mengenai apa yang sudah dikerjakan. Untuk itu setiap sekolah
harus memberikan laporan pertanggung-jawaban dan
mengkomunikasikannya kepada orang tua/masyarakat dan
pemerintah, dan melaksanakan kaji ulang secara komprehensif
terhadap pelaksanaan program prioritas sekolah dalam proses
peningkatan mutu.
3. Kurikulum; berdasarkan kurikulum standar yang telah ditentukan
secara nasional, sekolah bertanggung jawab untuk
mengembangkan kurikulum baik dari standar materi (content) dan
proses penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi tersebut
ada mafaat dan relevansinya terhadap siswa, sekolah harus
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melibatkan
31
![Page 32: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/32.jpg)
semua indera dan lapisan otak serta menciptakan tantangan agar
siswa tumbuh dan berkembang secara intelektual dengan
menguasai ilmu pengetahuan, terampil, memilliki sikap arif dan
bijaksana, karakter dan memiliki kematangan emosional. Ada tiga
hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini yaitu;
1. Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan
siswa.
2. Bagaimana mengembangkan keterampilan pengelolaan untuk
menyajikan kurikulum tersebut kepada siswa sedapat mungkin
secara efektif dan efisien dengan memperhatikan sumber daya
yang ada.
3. Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengatur
perubahan sebagai fenomena alamiah di sekolah.
Untuk melihat progres pencapain kurikulum, siswa harus dinilai
melalui proses test yang dibuat sesuai dengan standar nasional
dan mencakup berbagai aspek kognitif, affektif dan psikomotor
maupun aspek psikologi lainnya. Proses ini akan memberikan
masukan ulang secara obyektif kepada orang tua mengenai anak
mereka (siswa) dan kepada sekolah yang bersangkutan maupun
sekolah lainnya mengenai performan sekolah sehubungan dengan
proses peningkatan mutu pendidikan.
32
![Page 33: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/33.jpg)
4. Personil sekolah; sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam
proses rekrutmen (dalam arti penentuan jenis guru yang
diperlukan) dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, guru dan staf lainnya). Sementara itu
pembinaan profesional dalam rangka pembangunan
kapasitas/kemampuan kepala sekolah dan pembinaan
keterampilan guru dalam pengimplementasian kurikulum termasuk
staf kependidikan lainnya dilakukan secara terus menerus atas
inisiatif sekolah. Untuk itu birokrasi di luar sekolah berperan untuk
menyediakan wadah dan instrumen pendukung. Dalam konteks ini
pengembangan profesioanl harus menunjang peningkatan mutu
dan pengharhaan terhadap prestasi perlu dikembangkan.
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah memberikan
kewenangan kepada sekolah untuk mengkontrol sumber daya
manusia, fleksibilitas dalam merespon kebutuhan masyarakat,
misalnya pengangkatan tenaga honorer untuk keterampilan yang
khas, atau muatan lokal. Demikian pula mengirim guru untuk
berlatih di institusi yang dianggap tepat.
Konsekwensi logis dari itu, sekolah harus diperkenankan untuk:
1. Mengembangkan perencanaan pendidikan dan prioritasnya
didalam kerangka acuan yang dibuat oleh pemerintah.
33
![Page 34: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/34.jpg)
2. Memonitor dan mengevaluasi setiap kemajuan yang telah
dicapai dan menentukan apakah tujuannya telah sesuai
kebutuhan untuk peningkatan mutu.
3. Menyajikan laporan terhadap hasil dan performannya kepada
masyarakat dan pemerintah sebagai konsumen dari layanan
pendidikan (pertanggung jawaban kepada stake-holders).
Uraian tersebut di atas memberikan wawasan pemahaman
kepada kita bahwa tanggung jawab peningkatan kualitas
pendidikan secara mikro telah bergeser dari birokrasi pusat ke unit
pengelola yang lebih dasar yaitu sekolah. Dengan kata lain,
didalam masyarakat yang komplek seperti sekarang dimana
berbagai perubahan yang telah membawa kepada perubahan tata
nilai yang bervariasi dan harapan yang lebih besar terhadap
pendidikan terjadi begitu cepat, maka diyakini akan disadari bahwa
kewenangan pusat tidak lagi secara tepat dan cepat dapat
merespon perubahan keinginan masyarakat tersebut.
Kondisi ini telah membawa kepada suatu kesadaran bahwa
hanya sekolah yang sekolah yang dikelola secara efektiflah
(dengan manajemen yang berbasis sekolah) yang akan mampu
merespon aspirasi masyarakat secara tepat dan cepat dalam hal
mutu pendidikan.
34
![Page 35: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/35.jpg)
Institusi pusat memiliki peran yang penting, tetapi harus mulai
dibatasi dalam hal yang berhubungan dengan membangun suatu
visi dari sistem pendidikan secara keseluruhan, harapan dan
standar bagi siswa untuk belajar dan menyediakan dukungan
komponen pendidikan yang relatif baku atau standar minimal.
Konsep ini menempatkan pemerintah dan otorits pendiidikan
lainnya memiliki tanggung jawab untuk menentukan kunci dasar
tujuan dan kebijakan pendidikan dan memberdayakan secara
bersama-sama sekolah dan masyarakat untuk bekerja di dalam
kerangka acuan tujuan dan kebijakan pendidikan yang telah
dirumuskan secara nasional dalam rangka menyajikan sebuah
proses pengelolaan pendidikan yang secara spesifik sesuai untuk
setiap komunitas masyarakat.
Jelaslah bahwa konsep manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah ini membawa isu desentralisasi dalam
manajemen (pengelolaan) pendidikan dimana birokrasi pusat
bukan lagi sebagai penentu semua kebijakan makro maupun mikro,
tetapi hanya berperan sebagai penentu kebijakan makro, prioritas
pembangunan, dan standar secara keseluruhan melalui sistem
monitoring dan pengendalian mutu. Konsep ini sebenarnya lebih
memfokuskan diri kepada tanggung jawab individu sekolah dan
masyarakat pendukungnya untuk merancang mutu yang diinginkan,
35
![Page 36: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/36.jpg)
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya, dan secara terus
menerus mnyempurnakan dirinya. Semua upaya dalam
pengimplementasian manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah ini harus berakhir kepada peningkatan mutu siswa
(lulusan).
Sementara itu pendanaan walaupun dianggap penting dalam
perspektif proses perencanaan dimana tujuan ditentukan,
kebutuhan diindentifikasikan, kebijakan diformulasikan dan prioritas
ditentukan, serta sumber daya dialokasikan, tetapi fokus perubahan
kepada bentuk pengelolaan yang mengekspresikan diri secara
benar kepada tujuan akhir yaitu mutu pendidikan dimana berbagai
kebutuhan siswa untuk belajar terpenuhi. Untuk itu dengan
memperhatikan kondisi geografik dan sosiekonomik masyarakat,
maka sumber daya dialokasikan dan didistribusikan kepada
sekolah dan pemanfaatannya dipercayakan kepada sekolah sesuai
dengan perencanaan dan prioritas yang telah ditentukan oleh
sekolah tersebut dan dengan dukungan masyarakat. Pedoman
pelaksanaan peningkatan mutu kalaupun ada hanya bersifat umum
yang memberikan rambu-rambu mengenai apa-apa yang
boleh/tidak boleh dilakukan. Secara singkat dapat ditegaskan
bahwa akhir dari itu semua bermuara kepada mutu pendidikan.
Oleh karena itu sekolah-sekolah harus berjuang untuk menjadi
36
![Page 37: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/37.jpg)
pusat mutu (center for excellence) dan ini mendorong masing-
masing sekolah agar dapat menentukan visi dan misi nya utnuk
mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan masa depan siswanya.
5. Strategi pelaksanan di tingkat sekolah
Dalam rangka mengimplementasikan konsep manajemen
peningkatan mutu yang berbasis sekolah ini, maka melalui
partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf
lainnya termasuk institusi yang memliki kepedulian terhadap
pendidikan sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai
berikut :
1. Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif,
akurat, valid dan secara sistimatis menyangkut berbagai aspek
akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
2. Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa
kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah,
personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai
target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan
dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun
aspek lainnya.
3. Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus
mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi,
misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang
37
![Page 38: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/38.jpg)
berkualitas bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan
pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan
perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa
belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan kurikulum
termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
4. Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut
sekolah bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan
dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek
(tahunan termasuk anggarannnya. Program tersebut memuat
sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai
dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan dan harus
memperhitungkan kunci pokok dari strategi perencanaan tahun
itu dan tahun-tahun yang akan datang. Perencanaan program
sekolah ini harus mencakup indikator atau target mutu apa yang
akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan
mutu pendidikan (misalnya kenaikan UAS-BN rata-rata dalam
prosentase tertentu, perolehan prestasi dalam bidang
keterampilan, olah raga, dsb). Program sekolah yang disusun
bersama-sama antara sekolah, orang tua dan masyarakat ini
sifatnya unik dan dimungkinkan berbeda antara satu sekolah
dan sekolah lainnya sesuai dengan pelayanan mereka untuk
38
![Page 39: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/39.jpg)
memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Karena fokus kita
dalam mengimplementasian konsep manajemen ini adalah
mutu siswa, maka program yang disusun harus mendukung
pengembangan kurikulum dengan memperhatikan kurikulum
nasional yang telah ditetapkan, langkah untuk
menyampaikannya di dalam proses pembelajaran dan siapa
yang akan menyampaikannya.
Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini
adalah kondisi alamiah total sumber daya yang tersedia dan
prioritas untuk melaksankan program. Oleh karena itu,
sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dimungkinkan
bahwa program tertentu lebih penting dari program lainnya
dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar. Kondisi ini
mendorong sekolah untuk menentukan skala prioritas dalam
melaksanakan program tersebut. Seringkali prioritas ini
dikaitkan dengan pengadaan preralatan bukan kepada output
pembelajaran. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan
konsep manajemen tersebut sekolah harus membuat skala
prioritas yang mengacu kepada program-program pembelajaran
bagi siswa. Sementara persetujuan dari proses pendanaan
harus bukan semata-mata berdasarkan pertimbangan keuangan
melainkan harus merefleksikan kebijakan dan prioritas tersebut.
39
![Page 40: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/40.jpg)
Anggaran harus jelas terkait dengan program yang mendukung
pencapaian target mutu. Hal ini memungkinkan terjadinya
perubahan pada perencanaan sebelum sejumlah program dan
pendanaan disetujui atau ditetapkan.
5. Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu
tahun program sekolah, oleh karena itu sekolah harus membuat
strategi perencanaan dan pengembangan jangka panjang
melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan
jangka panjang ini dapat dinyatakan sebagai strategi
pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi tujuan
esensial, yaitu : (1) mampu mengidentifikasi perubahan pokok di
sekolah sebagai hasil dari kontribusi berbagai program sekolah
dalam periode satu tahun, dan (2) keberadaan dan kondisi
natural dari strategi perencanaan tersebut harus menyakinkan
guru dan staf lain yang berkepentingan (yang seringkali
merasakan tertekan karena perubahan tersebut dirasakan harus
melaksanakan total dan segera) bahwa walaupun perubahan
besar diperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang
representatif untuk melaksanakannya, sementara urutan dan
logika pengembangan telah juga disesuaikan. Aspek penting
dari strategi perencanaan ini adalah program dapat dikaji ulang
40
![Page 41: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/41.jpg)
untuk setiap periode tertentu dan perubahan mungkin saja
dilakukan untuk penyesuaian program di dalam kerangka acuan
perencanaan dan waktunya.
6. Melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah
program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai
dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan sejauh mana
pencapaiannya. Karena fokus kita adalah mutu siswa, maka
kegiatan monitoring dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan
untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa. Secara
keseluruhan tujuan dan kegiatan monitoring dan evaluasi ini
adalah untuk meneliti efektifitas dan efisiensi dari program
sekolah dan kebijakan yang terkait dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan. Seringkali evaluasi tidak selalu bermanfaat
dalam kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain hasil
evaluasi juga diperlukan informasi lain yang akan dipergunakan
untuk pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan
dan pelaksanaan program di masa mendatang. Demikian
aktifitas tersebut terus menerus dilakukan sehingga merupakan
suatu proses peningkatan mutu yang berkelanjutan.
Beragamnya kondisi lingkungan sekolah dan bervariasinya
kebutuhan siswa di dalam proses pembelajaran ditambah lagi
dengan kondisi geografi Indonesia yang sangat kompleks,
41
![Page 42: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/42.jpg)
seringkali tidak dapat diapresiasikan secara lengkap oleh birokrasi
pusat. Oleh karena itu di dalam proses peningkatan mutu
pendidikan perlu dicari alternatif pengelolaan sekolah. Hal ini
mendorong lahirnya konsep manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah. Manajemen alternatif ini memberikan
kemandirian kepada sekolah untuk mengatur dirinya sendiri dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan, tetapi masih tetap mengacu
kepada kebijakan nasional. Konsekwensi dari pelaksanaan
program ini adanya komitmen yang tinggi dari berbagai pihak yaitu
orang tua/masyarakat, guru, kepala sekolah, siswa dan staf lainnya
di satu sisi dan pemerintah (Depdikbud) di sisi lainnya sebagai
partner dalam mencapai tujuan peningkatan mutu.
Dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen ini, strategi
yang dapat dilaksanakan oleh sekolah antara lain meliputi evaluasi
diri untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan sekolah.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut sekolah bersama-sama orang
tua dan masyarakat menentukan visi dan misi sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan atau merumuskan mutu yang
diharapkan dan dilanjutkan dengan penyusunan rencana program
sekolah termasuk pembiayaannya, dengan mengacu kepada skala
prioritas dan kebijakan nasional sesuai dengan kondisi sekolah dan
sumber daya yang tersedia. Dalam penyusunan program, sekolah
42
![Page 43: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/43.jpg)
harus menetapkan indikator atau target mutu yang akan dicapai.
Kegiatan yang tak kalah pentingnya adalah melakukan monitoring
dan evaluasi program yang telah direncanakan sesuai dengan
pendanaannya untuk melihat ketercapaian visi, misi dan tujuan
yang telah ditetapkan sesuai dengan kebijakan nasional dan target
mutu yang dicapai serta melaporkan hasilnya kepada masyarakat
dan pemerintah. Hasil evaluasi (proses dan output) ini selanjutnya
dapat dipergunakan sebagai masukan untuk
perencanaan/penyusunan program sekolah di masa mendatang
(tahun berikutnya). Demikian terus menerus sebagai proses yang
berkelanjutan.
Untuk pengenalan dan menyamakan persepsi sekaligus untuk
memperoleh masukan dalam rangka perbaikan konsep dan
pelaksanaan manajemen ini, maka sosialisasi harus terus
dilakukan. Kegiatan-kegiatan yang bersifat pilot/uji coba harus
segera dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang mungkin
muncul di dalam pelaksanaannya untuk dicari solusinya dalam
rangka mengantisipasi kemungkinan-kemungkian kendala yang
muncul di masa mendatang. Harapannya dengan konsep ini, maka
peningkatan mutu pendidikan akan dapat diraih oleh kita sebagai
pelaksanaan dari proses pengembangan sumber daya manusia
menghadapi persaingan global yang semakin ketat dan ditunjang
43
![Page 44: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/44.jpg)
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara
cepat.
Apabila penulis gambarkan mengenai implementasi program
peningkatan mutu pendidikan, maka penulis sajikan sebagai berikut
44
PENGHARGAAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM:Evaluasi Kinerja, Penghargaan atas Kinerja, Pengembangan Karir, Perlindungan Hukum
MANAJEMEN PROGRAM PENGEMBANGAN TENDIK(Regulasi, Standarisasi, Advokasi, Subsidi)
MANAJEMEN PROGRAM PENGEMBANGAN TENDIK(Regulasi, Standarisasi, Advokasi, Subsidi)
LINGKUNGAN EKSTERNAL:Persaingan Global Desentralisasi Tuntutan Governance dan Akuntabilitas
LINGKUNGAN EKSTERNAL:Persaingan Global Desentralisasi Tuntutan Governance dan Akuntabilitas
FOKUS KEPADA MUTU DAN PROFESIONALITAS TENDIKFOKUS KEPADA MUTU DAN PROFESIONALITAS TENDIK
MUTU PENDIDIKAN
PENGADAAN TENDIK:
Pemetaan, Rekruitmen, Seleksi Pemerataan
Sebaran
UU Sisdiknas No. 20 Tahn 2003UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan NasionalPermendiknas No. 8 Tahun 2005 tentan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional
PENGEMBANGAN TENDIK:Kompetensi, Kualifikasi, Sertifikasi, Pengembangan mutu Tendik, Bertaraf Internasional, Capacity Building
![Page 45: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/45.jpg)
BAB III
KONDISI SEKOLAH
3.1Isu pokok yang dirumuskan
Berbicara tentang mutu sekolah yang diharapkan, tentulah kita
akan menginginkan sesuatu yang ideal. Ideal maksudnya memenuhi
standar yang sesuai dengan kebutuhan minimal sekolah yang
dikategorikan bermutu. Namun untuk mencapai sekolah yang bermutu,
menghadapi masalah yaitu :
a. Kepemimpinan sekolah yang belum optimal
b. Kualitas guru yang belum memenuhi standar nasional pendidikan
c. Pengembangan kurikulum yang belum maksimal
d. Pengalokasian dana pendidikan belum optimal
e. Sarana dan prasarana sekolah yang masih kurang memadai
3.2Analisis SWOT
1. Kekuatan (strength)
a. Memiliki potensi berubahnya posisi kepemimpinan sekolah baru
mengingat masa jabatan kepala sekolah yang hampir habis.
b. Beberapa guru sudah mulai melanjutkan kuliah kejenjang strata
satu
c. Beberapa guru sudah pernah mengikuti pelatihan KTSP
45
![Page 46: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/46.jpg)
d. Adanya subsidi pendidikan baik dari pemerintah pusat maupun
dari pemerintah daerah
2. Kelemahan (Weakness)
a. Resiko kehilangan guru berpengalaman karena akibat
memasuki masa pensiun
b. Sikap guru yang kurang merespons terhadap adanya pelatihan
KTSP.
c. Anggaran belanja yang belum mencukupi
d. Sarana dan prasarana dalam kondisi yang sudah tua
3. Peluang (Oppurtunity)
a. UU 19 tahun 2005 yang mengharuskan guru untuk
mendapatkan kualifikasi pendidikan strata satu serta terbukanya
peluang untuk sertifikasi guru.
b. Banyaknya peluang untuk mengikuti pelatihan pengembangan
kurikulum.
c. Dianggarkannya pembangunan sarana dan prasarana sekolah
pada akhir tahun 2008
4. Tantangan (Threat)
a. Partisipasi masyarakat khususnya orang tua murid terhadap
pembiayaan pendidikan kurang.
b. Adanya ketimpangan pembangunan antara sekolah daerah
dengan daerah kota
46
![Page 47: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/47.jpg)
BAB IV
PEMBAHASAN
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah melalui optimalisasi peran kepala Sekolah. Kepala
Sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja
personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru. Perlu
digarisbawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional di
sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi
mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi yang harus di
miliki. Kinerja Kepala Sekolah dalam proses pembinaan guru tersebut
merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan proses belajar
mengajar.
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
diantaranya :
A. Kompetensi Kepribadian
1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin :
Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat
dalam setiap melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi
Memiliki komitmen/loyalitas/ dedikasi/etos kerja yang tinggi
dalam setiap melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi.
47
![Page 48: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/48.jpg)
Tegas dalam dalam mengambil sikap dan tindakan sehubungan
dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.
Disiplin dalam melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi.
2. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai
kepala sekolah:
Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap kebijakan,
teori, praktik baru sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas
pokok dan fungsinya.
Mampu secara mandiri mengembangkan diri sebagai upaya
pemenuhan rasa keingintahuannya terhadap kebijakan, teori,
praktik baru sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas
pokok dan fungsi.
3. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi:
Kecenderungan untuk selalu menginformasikan secara
tranparan dan proporsional kepada orang lain atas segala
rencana, proses pelaksanaan, dan keefektifan, kelebihan dan
kekurangan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi
Terbuka atas saran dan kritik yang disampikan oleh atasan,
teman sejawat, bawahan, dan pihak lain atas pelaksanaan
suatu tugas pokok dan fungsi.
48
![Page 49: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/49.jpg)
4. Mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam
pekerjaan sebagai kepala sekolah:
Memiliki stabilitas emosi dalam setiap menghadapi masalah
sehubungan dengan suatu tugas pokok dan fungsi
Teliti, cermat, hati-hati, dan tidak tergesa-gesa dalam
melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi
Tidak mudah putus asa dalam menghadapai segala bentuk
kegagalan sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok
dan fungsi.
5. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan:
Memiliki minat jabatan untuk menjadi kepala sekolah yang
efektif
Memiliki jiwa kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan
sekolah
B. Kompetensi Manajerial
1. Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan
perencanaan:
Menguasai teori perencanaan dan seluruh kebijakan pendidikan
nasional sebagai landasan dalam perencanaan sekolah, baik
perencanaan strategis, perencanaan orpariosanal, perencanaan
tahunan, maupun rencana angaran pendapatan dan belanja
sekolah,
49
![Page 50: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/50.jpg)
Mampu menyusun rencana strategis (renstra) pengembangan
sekolah berlandaskan kepada keseluruhan kebijakan
pendidikan nasional, melalui pendekatan, strategi, dan proses
penyusunan perencanaan strategis yang memegang teguh
prinsip-prinsip penyusunan rencara strategis baik
Mampu menyusun rencana operasional (Renop)
pengembangan sekolah berlandaskan kepada keseluruhan
rencana strategis yang telah disusun, melalui pendekatan,
strategi, dan proses penyusunan perencanaan renop yang
memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencana
operasional yang baik.
Mampu menyusun rencana tahunan pengembangan sekolah
berlandaskan kepada keseluruhan rencana operasional yang
telah disusun, melalui pendekatan, strategi, dan proses
penyusunan perencanaan tahunan yang memegang teguh
prinsip-prinsip penyusunan rencana tahunan yang baik.
Mampu menyusun rencana anggaran belanja sekolah (RAPBS)
berlandaskan kepada keseluruhan rencana tahunan yang telah
disusun, melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan
RAPBS yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan
RAPBS yang baik.
50
![Page 51: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/51.jpg)
Mampu menyusun perencanaan program kegiatan
berlandaskan kepada keseluruhan rencana tahunan dan
RAPBS yang telah disusun, melalui pendekatan, strategi, dan
proses penyusunan perencanaan program kegiatan yang
memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan perencanaan
program yang baik.
Mampu menyusun proposal kegiatan melalui pendekatan,
strategi, dan proses penyusunan perencanaan program
kegiatan yang memegang teguh prinsip-prinsip-prinsip
penyusunan proposal yang baik.
2. Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan
kebutuhan:
Menguasai teori dan seluruh kebijakan pendidikan nasional
dalam pengorganisasian kelembagaan sekolah sebagai
landasan dalam mengorganisasikan kelembagaan maupun
program insidental sekolah.
Mampu mengembangkan struktur organisasi formal
kelembagaan sekolah yang efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan melalui pendekatan, strategi, dan proses
pengorganisasian yang baik.
51
![Page 52: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/52.jpg)
Mampu mengembangkan deskripsi tugas pokok dan fungsi
setiap unit kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses
pengorganisasian yang baik.
Menempatkan personalia yang sesuai dengan kebutuhan
Mampu mengembangan standar operasional prosedur
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja melalui
pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang baik
Mampu melakukan penempatan pendidik dan tenaga
kependidikan sesuai dengan prinsip-prinsip tepat kualifikasi,
tepat jumlah, dan tepat persebaran.
Mampu mengembangkan aneka ragam organisasi informal
sekolah yang efektif dalam mendukung implementasi
pengorganisasian formal sekolah dan sekaligus pemenuhan
kebutuhan, minat, dan bakat perseorangan pendidikan dan
tenaga kependidikan
3. Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan
sumber daya manusia secara optimal:
Mampu mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan
program strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf.
Mampu mengkoordinasikan guru dan staf dalam
merelalisasikan keseluruhan rencana untuk mengapai visi,
mengemban misi, mengapai tujuan dan sasaran sekolah
52
![Page 53: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/53.jpg)
Mampu berkomunikasi, memberikan pengarahan penugasan,
dan memotivasi guru dan staf agar melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya masing-masing sesuai dengan standar
operasional prosedur yang telah ditetapkan
Mampu membangun kerjasama tim (team work) antar-guru,
antar- staf, dan antara guru dengan staf dalam memajukan
sekolah
Mampu melengkapi guru dan staf dengan keterampilan-
keterampilan profesional agar mereka mampu melihat sendiri
apa yang perlu dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing
Mampu melengkapi staf dengan ketrampilan-ketrampilan agar
mereka mampu melihat sendiri apa yang perlu dan diperbaharui
untuk kemajuan sekolahnya
Mampu memimpin rapat dengan guru-guru, staf, orangtua siswa
dan komite sekolah
Mampu melakukan pengambilan keputusan dengan
menggunakan strategi yang tepat
Mampu menerapkan manajemen konflik
53
![Page 54: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/54.jpg)
4. Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan
sumber daya manusia secara optimal:
Mampu merencanakan kebutuhan guru dan staf berdasarkan
rencana pengembangan sekolah
Mampu melaksanakan rekrutmen dan seleksi guru dan staf
sesuai tingkat kewenangan yang dimiliki oleh sekolah
Mampu mengelola kegiatan pembinaan dan pengembangan
profesional guru dan staf
Mampu melaksanakan mutasi dan promosi guru dan staf sesuai
kewenangan yang dimiliki sekolah
Mampu mengelola pemberian kesejahteraan kepada guru dan
staf sesuai kewenangan dan kemampuan sekolah
5. Mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal:
Mampu merencanakan kebutuhan fasilitas (bangunan,
peralatan, perabot, lahan, infrastruktur) sekolah sesuai dengan
rencana pengembangan sekolah
Mampu mengelola pengadaan fasilitas sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Mampu mengelola pemeliharaan fasilitas baik perawatan
preventif maupun perawatan terhadap kerusakan fasilitas
sekolah
54
![Page 55: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/55.jpg)
Mampu mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana
sekolah sesuai sistem pembukuan yang berlaku.
Mampu mengelola kegiatan penghapusan barang inventaris
sekolah
6. Mampu mengelola hubungan sekolah – masyarakat dalam rangka
pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah:
Mampu merencanakan kerjasama dengan lembaga pemerintah,
swasta dan masyarakat
Mampu melakukan pendekatan-pendekatan dalam rangka
mendapatkan dukukungan dari lembaga pemerintah, swasta
dan masyarakat
Mampu memelihara hubungan kerjasama dengan lembaga
pemerintah, swasta dan masyarakat
7. Mampu mengelola kesiswaan, terutama dalam rangka penerimaan
siswa baru, penempatan siswa, dan pengembangan kapasitas
siswa:
Mampu mengelola penerimaan siswa baru terutama dalam hal
perencanaan dan pelaksanaan penerimaan siswa baru sesuai
dengan kebutuhan sekolah
Mampu mengelola penempatan dan pengelompokan siswa
dalam kelas sesuai dengan maksud dan tujuan pengelompokan
tersebut.
55
![Page 56: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/56.jpg)
Mampu mengelola layanan bimbingan dan konseling dalam
membantu penguatan kapasitas belajar siswa
Mampu menyiapkan layanan yang dapat mengembangkan
potensi siswa sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat,
kreativitas dan kemampuan
Mampu menetapkan dan melaksanakan tata tertib sekolah
dalam memelihara kedisiplinan siswa
Mampu mengembangkan sistem monitoring terhadap kemajuan
belajar siswa
Mampu mengembangkan sistem penghargaan dan
pelaksanaannya kepada siswa yang berprestasi
8. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional:
Menguasai seluk beluk tujuan nasional, tujuan pembangunan
nasional, dan tujuan pendidikan nasional, regional, dan lokal
secara tepat dan kompherensif sehingga memiliki sikap positif
akan pentingnya tujuan-tujuan tersebut sebagai arah
penyelenggaraan pendidikan dan terampil menjabarkannya
menjadi kompetensi lulusan dan kompetensi dasar.
Memiliki wawasan yang tepat dan komprehensif tentang
kedirian peserta didik sebagai manusia yang berkarakter,
berharkat, dan bermartabat, dan mampu mengembangan
56
![Page 57: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/57.jpg)
layanan pendidikan sesuai dengan karakter, harkat, dan
martabat manusia.
Memiliki pemahaman yang komprehensif dan tepat, dan sikap
yang benar tentang esensi dan tugas profesional guru sebagai
pendidik
Menguasai seluk beluk kurikulum dan proses pengembangan
kurikulum nasional sehingga memiliki sikap positif terhadap
kebaradaan kurikulum nasional yang selalu mengalami
pembaharuan, serta terampil dalam menjabarkannya menjadi
kurikulum tingkat satuan pendidikan
Mampu mengembangkan rencana dan program pembelajaran
sesuai dengan kompetensi lulusan yang diharapkan
Menguasai metode pembelajaran efektif yang dapat
mengembangkan kecerdasan intelektual, spritual, dan
emosional sesuai dengan materi pembelajaran
Mampu mengelola kegiatan pengembangan sumber dan alat
pembelajaran di sekolah dalam mendukung pembelajaran aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan
Menguasai teknik-teknik penilaian hasil belajar dan
menerapkannya dalam pembelajaran
Mampu menyusun program pendidikan per tahun dan per
semester
57
![Page 58: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/58.jpg)
Mampu mengelola penyusunan jadwa pelajaran per semester
Mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi program
pembelajaran dan melaporkan hasil-hasilnya kepada
stakeholders sekolah.
9. Mampu mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip
pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien:
Mampu merencanakan kebutuhan keuangan sekolah sesuai
dengan rencana pengembangan sekolah, baik untuk jangka
pendek maupun untuk jangka panjang.
Mampu mengupayakan sumber-sumber keuangan terutama
yang bersumber dari luar sekolah dan dari unit usaha sekolah.
Mampu mengkoordinasikan pembelanjaan keuangan sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan berdasarkan asas
prioritas dan efisiensi
Mampu mengkoordinasikan kegiatan pelaporan keuangan
sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
10.Mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung
kegiatan-kegiatan sekolah:
Mampu mengelola administrasi surat masuk dan surat keluar
sesuai dengan pedoman persuratan yang berlaku
58
![Page 59: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/59.jpg)
Mampu mengelola administrasi sekolah yang meliputi
administrasi akademik, kesiswaan, sarana/prasarana,
keuangan, dan hubungan sekolah-masyarakat
Mampu mengelola administrasi kearsipan sekolah baik arsip
dinamis maupun arsip lainnya
Mampu mengelola administrasi akreditasi sekolah sesuai
dengan prinsip-prinsip tersedianya dokumen dan bukti-bukti
fisik.
11.Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan kesiswaan di sekolah:
Mampu mengelola laboratorium sekolah agar dapat
dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan pembelajaran
siswa
Mampu mengelola bengkel kerja agar dapat dimanfaatkan
secara optimal bagi kepentingan pembelajaran keterampilan
siswa
Mampu mengelola usaha kesehatan sekolah dan layanan
sejenis untuk membantu siswa dalam pelayanan kesehatan
yang diperlukan
Mampu mengelola kantin sekolah berdasarkan prinsip
kesehatan, gizi, dan keterjangkauan
59
![Page 60: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/60.jpg)
Mampu mengelola koperasi sekolah baik sebagai unit usaha
maupun sebagai sumber belajar siswa
Mampu mengelola perpustakaan sekolah dalam menyiapkan
sumber belajar yang diperlukan oleh siswa
12.Mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam
menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah:
Mampu bertindak kreatif dan inovatif dalam melaksanakan
pekerjaan melalui cara berpikir dan cara bertindak
Mampu memberdayakan potensi sekolah secara optimal ke
dalam berbagai kegiatan-kegiatan produktif yang
menguntungkan sekolah
Mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan (kreatif, inovatif, dan
produktif) di kalangan warga sekolah
13.Mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi
pembelajaran siswa:
Mampu menata lingkungan fisik sekolah sehingga menciptakan
suasana nyaman, bersih dan indah
Mampu membentuk suasana dan iklim kerja yang sehat melalui
penciptaan hubungan kerja yang harmonis di kalangan warga
sekolah
Mampu menumbuhkan budaya kerja yang efisien, kreatif,
inovatif, dan berorientasi pelayanan prima
60
![Page 61: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/61.jpg)
14.Mampu mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan:
Mampu mengembangkan prosedur dan mekanisme layanan
sistem informasi
Mampu menyusun format data base sekolah sesuai kebutuhan
Mampu mengkoordinasikan penyusunan data base sekolah baik
sesuai kebutuhan pendataan sekolah
Mampu menerjemahkan data base untuk merencanakan
program pengembangan sekolah
15.Terampil dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah:
Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dalam manajemen sekolah
Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komukasi dalam
pembelajaran, baik sebagai sumber belajar maupun sebagai
alat pembelajaran
16.Terampil mengelola kegiatan produksi/jasa dalam mendukung
sumber pembiayaan sekolah dan sebagai sumber belajar sisiwa:
Mampu merencanakan kegiatan produksi/jasa sesuai dengan
potensi sekolah
Mampu membina kegiatan produksi/jasa sesuai dengan prinsip-
prinsip pengelolaan yang profesional dan akuntabel
61
![Page 62: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/62.jpg)
Mampu melaksanakan pengawasan kegiatan produksi/jasa dan
menyusun laporan
Mampu mengembangkan kegiatan produksi/jasa dan
pemasarannya
17.Mampu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan sekolah sesuai standar pengawasan yang berlaku:
Memahami peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan
dengan standar pengawasan sekolah
Melakukan pengawasan preventif dan korektif terhadap
pelaksanaan kegiatan sekolah
C. Kompetensi Kewirausahaan
Menciptakan pembaharuan,
Keunggulan komparatif,
Memanfaatkan berbagai peluang.
Melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya,
termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan
proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.
D. Kompetensi Supervisi
1. Mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik
yang tepat:
Mampu merencanakan supervisi sesuai kebutuhan guru
62
![Page 63: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/63.jpg)
Mampu melakukan supervisi bagi guru dengan menggunakan
teknik-teknik supervisi yang tepat
Mampu menindaklanjuti hasil supervisi kepada guru melalui
antara lain pengembangan profesional guru, Penulisan
tindakan kelas, dsb.
2. Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program
pendidikan sesuai dengan prosedur yang tepat:
Mampu menyusun standar kinerja program pendidikan yang
dapat diukur dan dinilai.
Mampu melakukan monitoring dan evaluasi kinerja program
pendidikan dengan menggunakan teknik yang sesuai
Mampu menyusun laporan sesuai dengan standar pelaporan
monitoring dan evaluasi
E. Kompetensi Sosial
1. Terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang
saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah:
Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan
kemajuan sekolah
Mampu bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite
sekolah, dan orang tua siswa bagi pengembangan dan
kemajuan sekolah
63
![Page 64: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/64.jpg)
Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi
pemerintah terkait dalam rangka pengembangan sekolah
Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan
kota/kabupaten dan stakeholders sekolah lainnya bagi
pengembangan sekolah
2. Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan:
Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah
Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan
Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian,
olahraga atau kegiatan masyarakat lainnya
Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah
3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain:
Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan
sebagai problem finder)
Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver)
Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat, & pemerintah
dalam memecahkan masalah kelembagaan
Mampu bersikap obyektif/tidak memihak dalam mengatasi
konflik internal sekolah
Mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain
Mampu bersikap empatik/sambung rasa terhadap orang lain,
64
![Page 65: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/65.jpg)
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari berbagai uraian diatas, maka dapatlah disimpulkan :
1. Mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan tetapi layanan, di
mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan
keinginan semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak
pada peserta didik (leaners)
2. Kondisi mutu di SD Negeri 1 Ciela 1 Kecamatan Bayongbong
Kabupaten Garut yang belum sepenuhnya memenuhi standar
nasional pendidikan tentunya harus diperbaiki. Semua komponen
yang terlibat baik dari internal sekolah maupun eksternal sekolah
harus libatkan agar target mutu pendidikan di SD Negeri 1 Ciela 1
Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut bisa tercapai sesuai
dengan yang diharapkan.
b. Rekomendasi
Dari berbagai uraian tentang potret mutu SD Negeri 1 Ciela 1
Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut sekarang dan kondisi yang
diharapkan serta dari hasil analisis SWOT, maka dapatlah
dikemukakan arternatif-alternatif pemecahan masalah sebagai berikut :
65
![Page 66: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/66.jpg)
1. Perlunya meningkatkan kulifikasi akademik kepala sekolah . Hal ini
penting dilakukan mengingat banyak hal yang bisa diperoleh dari
disiplin ilmu yang berhubungan dengan manajemen sekolah.
Kepemimpinan sekolah juga harus mampu merumuskan visi dan
misi sekolah agar target perbaikan mutu lebih terencana dan
terarah.
2. Perlunya perbaikan mutu tenaga edukasi dengan mensupport guru
yang belum Sarjana untuk kuliah serta menambah frekuensi
pelatihan dan pendidikan (Diklat) yang berhubungan dengan 4
kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesionalitas dan kompetensi sosial. seperti a) Mengadakan
workshop KTSP, b) Mengirimkan workshop KTSP, c) Magang di
sekolah lain, d) PTK, f) Mengikutkan guru pada KKG.
3. Perlunya pendekatan birokratis kepada seluruh stakeholders
pendidikan dalam upaya perbaikan sampras sekolah yang sudah
tidak layak lagi. Pendekatan birokratis tersebut dilakukan supaya
stakeholders pendidikan bisa merumuskan, memprogramkan serta
menganggarkan perbaikan sampras di SD Negeri 1 Ciela 1
Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut mengingat perbaikan
sapras tersebut merupakan hal yang mendesak.
4. Perlu sosialisasi ke masyarakat tentang MBS terutama keikutertaan
atau partisipasi masyarakat tentang pembiayaan pendidikan yang
66
![Page 67: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/67.jpg)
tidak mungkin hanya mengharapkan subsidi pemerintah yang tidak
mencukupi seluruh kebutuhan sekolah.
67
![Page 68: BAB I.doc](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022042820/55cf9b4c550346d033a57e71/html5/thumbnails/68.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. PT. Remaja Rosdakarya Bandung.
Tilaar, H. A. R. 2003. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
—————–, PP.No.19 Tahun 2005, Jakarta: BP Dharma Bhakti
—————–, Standar Kompetensi Kepala Sekolah, 2006, Jakarta: BP Dharma Bhakti
68