BAB I1

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pedesaan selalu dicirikan dengan rendahnya tingkat produktivitas kerja, tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas hidup dan pemukiman. Pedesaan dianggap sebagai daerah yang tertinggal, miskin, dan pembangunannya lambat karena jauh dari pusat pemerintahan. Padahal sebenarnya kawasan pedesaan memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, hanya saja belum dimanfaatkan dengan maksimal. Masyarakat desa masih menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian, dan bergantung pada alam (musim). Pengembangan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya masih sangat minim. Hal tersebut dilatar belakangi oleh faktor pendidikan yang rendah, minimnya modal untuk pengembangan, dan anggapan bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang miskin yang hidup dengan sederhana dan kemiskinan tersebut merupakan warisan dari nenek moyangnya. Indonesia merupakan Negara agraris, dan pedesaan merupakan pusat perekonomian rakyat. Saat ini Indonesia dalam fase berkembang, untuk itu potensi-potensi yang

Transcript of BAB I1

Page 1: BAB I1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah pedesaan selalu dicirikan dengan rendahnya tingkat

produktivitas kerja, tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas

hidup dan pemukiman. Pedesaan dianggap sebagai daerah yang tertinggal,

miskin, dan pembangunannya lambat karena jauh dari pusat pemerintahan.

Padahal sebenarnya kawasan pedesaan memiliki potensi sumber daya alam

yang melimpah, hanya saja belum dimanfaatkan dengan maksimal.

Masyarakat desa masih menggantungkan kehidupannya pada sektor

pertanian, dan bergantung pada alam (musim). Pengembangan potensi

sumber daya alam maupun sumber daya manusianya masih sangat minim.

Hal tersebut dilatar belakangi oleh faktor pendidikan yang rendah,

minimnya modal untuk pengembangan, dan anggapan bahwa masyarakat

desa adalah masyarakat yang miskin yang hidup dengan sederhana dan

kemiskinan tersebut merupakan warisan dari nenek moyangnya. Indonesia

merupakan Negara agraris, dan pedesaan merupakan pusat perekonomian

rakyat. Saat ini Indonesia dalam fase berkembang, untuk itu potensi-potensi

yang dimiliki harus terus dikembangkan. Terutama potensi yang ada di desa

yang selama ini masih belum optimal pengembangannya. Desa memiliki

dua potensi yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangannya, yaitu sumber

daya alam dan sumber daya manusia. Kedua sumber daya tersebut harus

saling mendukung dan melengkapi, pengembangan sumber daya alam harus

dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusianya.

Kegiatan pengembangan masyarakat merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk mengembangkan suatu kelompok tertentu di suatu daerah.

Pengembangan masyarakat tersebut biasa dikenal dengan istilah

pemberdayaan (empowerment) masyarakat. pemberdayaan berpusat pada

Page 2: BAB I1

rakyat sehingga rakyat berperan aktif dalam proses pembedayaan tersebut.

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

mandiri, mampu menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada

didaerahnya, dan membantu masyarakat untuk terbebas dari

keterbelakangan atau kemiskinan. Setiap desa memiliki potensi, kondisi

daerah, dan karakteristik masyarakat yang berbeda-beda. Intinya bahwa

masing-masing desa memiliki ciri khas yang berbeda dengan desa lainnya.

Untuk itu dalam upaya pemberdayaan, masyarakat desa setempat harus

lebih banyak terlibat dalam kegiatan tersebut. Karena masyarakatnya lebih

mengetahui potensi dan kondisi desanya. Pemerintah hanya bertindak

sebagai fasilitator yang mendukung program pemberdayaan. Pemberdayaan

masyarakat tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, karena yang

menjadi subyek dari pemberdayaan adalah masyarakat desa itu sendiri.

Page 3: BAB I1

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH KELURAHAN

Membicarakan peran dan fungsi Pemerintah Kelurahan bila melihat masa

lalu dan sekarang maka yang menjadi rujukan sebagai batas antara masa lalu dan

sekarang adalah pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang Kelurahan itu sendiri yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Peran dan fungsi kelurahan masa lalu merujuk pada berbagai peraturan

perundangan antara lain :

1)       Undang – undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.

2)       Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 44 tahun 1980 tentang Susunan

Organisasi Pemerintah Kelurahan (STOK).

3)       Peraturan daerah Kabupaten Serang nomor 4 tahun 1994 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Pemerintah Kelurahan.

Pengertian Kelurahan menurut Undang-Undang nomor 5 Tahun 1979

dijelaskan bahwa kelurahan yaitu : Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah

penduduk yang mempunyai organisasi Pemerintahan terendah langsung dibawah

Camat yang tidak berhak menyelengarakan rumah tangganya sendiri.

Pengertian yang sama dijelaskan pula pada Peraturan Daerah Kabupaten

Serang nomor 4 tahun 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah

Kelurahan, bahwa yang dimaksud dengan Kelurahan adalah :”Suatu wilayah yang

ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai Organisasi Pemerintah

terendah langsung dibawah Camat yang tidak berhak menyelenggarakan rumah

tangganya sendiri”.

Selanjutnya pengertian Kepala Kelurahan menurut Peraturan Daerah

Kabupaten Serang nomor 4 tahun 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Pemerintah Kelurahan yang dimaksud dengan Kepala Kelurahan adalah: ”Aparat

Page 4: BAB I1

Pemerintah yang berada langsung dibawah Camat dan didalam melaksanakan

tugasnya bertangung jawab kepada Bupati Kepala Daerah Melalui Camat”.

Kemudian bila dilihat dari tugas pokok Kelurahan menurut Peraturan Daerah

Kabupaten Serang nomor 4 tahun 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Pemerintah Kelurahan antara lain : “Sebagai penyelenggara dan penangung jawab

utama di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka

penyelenggaraan urusan pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan umum

termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban”.

Untuk menyelengarakan tugas tersebut maka Kelurahan mempunyai

fungsi sebagi berikut :

1)       Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan kelurahan,

pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

2)       Melakukan tugas di bidang pemerintahan , pembangnan dan

kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya.

3)       Melakukan usaha dalam rangka peningkatan partisipasi dan swadya

gotong royong masyarakat .

4)       Melakukan fungsi – fungsi lain yang dilimpahkan kepada Pemerintah

Kelurahan.

b. Peran dan fungsi kelurahan masa sekarang merujuk pada berbagai

peraturan perundangan yang saat ini berlaku antara lain :

1)           Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004

2)           Peraturan Daerah nomor 16 tahun 2001 Tentang Pembentukan

Organisasi Kecamatan, Kecamatan dan Kelurahan

3)           Keputusan Bupati Serang nomor 41 Tahun 2001 tentang tugas

Pokok dan fungsi Kelurahan

Selanjutnya pengertian Kelurahan menurut Undang – Undang Nomor 32 tahun

2004 pada pasal 127 tentang Pemerintahan Daerah yaitu Kelurahan dipimpin oleh

lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperleh pelimpahan dari

bupati/walikota.

Sedangkan dalam pasal 127 ayat 3 Undang-undang 32 tahun 2004

disebutkan bahwa tugas Lurah adalah:

Page 5: BAB I1

(1)          Pelaksanaan kegiatan pemerintahan Kelurahan.

(2)          Pemberdayaan Masyarakat

(3)          Pelayanan Masyarakat

(4)          Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

(5)          Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

Selanjutnya dalam Keputusan Bupati nomor 41 Tahun 2001 disebutkan

bahwa Lurah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan pemerintahan

dari Camat serta memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan

dalam wilayah kerja kelurahan.

Sedangkan fungsi lurah antara lain :

1)           Penyelenggaraan kegiatan pelayanan masyarakat yang menjadi

kewenangannya.

2)           Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, administrasi kependudukan

dan pembinaan keagrarian.

3)           Penyelenggaraan administrasi pemerintahan kelurahan

4)           Penyelenggaraan pembinaan ketentraman dan ketertiban diwilayahnya

5)           Penyelenggaraan kegiatan pembinaan pembangunan, perekonomian,

produksi dan distribusi serta pembinaan lingkungan hidup.

6)           Penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan masyarakat diwilayah

Kelurahan

7)           Penyelenggaraan pembinaan kesejahteraan sosial

8)           Penyelenggaraan usaha dalam rangka peningkatan partisipasi dan

swadaya gotong royong masyarakat.

Dari kedua undang – undang yang mengatur tentang kelurahan baik itu

Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang – Undang Nomor 32

Tahun 2004, mempunyai kesamaan tentang penempatan kelurahan sebagai suatu

wilayah kerja yang memiliki organisasi pemerintahan di bawah kecamatan.

Dengan kata lain bahwa nuansa kelurahan tetap sama yaitu tetap menjadi lini

terdepan dalam melaksanakan pemerintahan. Adapun yang membedakan

kelurahan menurut Undang – Undang Nomor 5 tahun 1979 dengan Undang –

Page 6: BAB I1

Undang Nomor 22 tahun 1999 terletak pada : (1) Kewenangan yang dimilikinya,

(2) Perubahan perangkat dari perangkat Pemerintah pusat menjadi perangkat

Daerah, (3) Adanya perubahan asas yang dilaksanakan yaitu dari asas

dekonsentrasi dan asas desentralisasi menjadi azas desentralisasi.

B.     KONSEPSI PEMBERDAYAAN DAN PENYELENGGARAAN

LAYANAN PUBLIK

Secara konsepsional, pemberdayaan atau empowerment memiliki dua

makna pokok, yaitu :

a.            Memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan

otoritas.

b.           Meningkatkan kemampuan institusi.

Dari dua makna tersebut dikaitkan dengan fungsi dan peran Kelurahan

maka konsekuensi pemberdayaan adalah adanya komitment untuk meningkatkan

dan menguatkan institusi Kelurahan sebagai lini terdepan dalam berbagai

pelayanan pemerintahan kepada masyarakat dimasing-masing wilayah kerjanya.

Hal ini sejalan dengan bergesernya peran dan fungsi Kelurahan yang pada

awalnya sebagai aparat dekonsentrasi menjadi perangkat daerah (Aparat

Desentralisasi) sehingga penguatan institusi Kelurahan merupakan bagian yang

tak terpisahkan dari institusi lain sebagai perangkat daerah.

Penguatan – penguatan institusi Kelurahan dapat dilakukan pada tigas

aspek yaitu :

a.            Aspek Kelembagaan, yaitu mendudukan Kelurahan sama dengan

institusi perangkat daerah lainnya sehingga Kelembagaan kelurahan

menjadi penguat bagi pelaksanaan kegiatan pemerintahan.

b.           Aspek Personil, yaitu menempatkan perangkat Kelurahan yang

memiliki Kapabilitas dan Kapasitas sesuai tuntutan masyarakat yang

menginginkan pelayanan yang baik. Hal ini mengharuskan bahwa

Kelurahan sebagai lini terdepan harus dikuatkan dengan personil –

personil yang memiliki kualifikasi baik dilihat dari latar belakang

Page 7: BAB I1

pendidikan formal, pengalaman bekerja, Mental prilaku dan human

relation.

c.            Aspek Pembiayaan, yaitu bahwa Kelurahan harus diperhatikan dari segi

operasional pembiayaan rutin dalam penyelenggaraan tugas pokoknya.

Selanjutnya konsepsi layanan publik dapat diuraikan pada beberapa

pengertian yang berkaitan dengan pelayanan antara lain :

Menurut Fred Luthans yang dikutip oleh Moenir (1998:17) yaitu suatu

proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang dilakukan secara

langsung.

Proses pemenuhan kebutuhan ini dilakukan dengan berbagai tindakan

yang bersifat langsung sehingga orang yang memerlukan pelayanan merasakan

hal yang dibutuhkan telah terpenuhi oleh orang lain yang melakukan kegiatan

pelayanan dimaksud.

Sampara Lukman mendefiniskan pelayanan (1999:6) sebagai suatu

kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara

seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan

pelanggan.

Titik fokus pengertian pelayanan diatas adalah pada suatu kegiatan yang

dilakukan pada kerangka proses yang pada hasil yang diharapkan adalah suatu

kepuasan pelanggan. Dengan demikian tujuan pelayanan dimaksudkan adalah

untuk memberikan kepuasaan terhadap pelanggan atau dalam pelayanan umum

kepada masyarakat.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:93) diartikan

pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Pengertian ini

memberikan makna bahwa kata pelayanan adalah suatu interaksi sosial dari

individu-individu dalam hal pemenuhan kebutuhannya masing-masing.

Lebih lanjut pengertian pelayanan umum menurut Moenir (2000:12)

adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain yang ditujukan untuk

pemenuhan kebutuhan dan kepentingan orang banyak.

Page 8: BAB I1

Selanjutnya tolok ukur tentang pelayanan yang didambakan oleh

masyarakat dijelaskan oleh Moenir (1998:41) dengan memenuhi kreteria-kreteria

sebagai berikut:

1.           Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan

yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadangkala dibuat-buat.

Beberapa hambatan yang sering ditemui terasa menjengkelkan karena

terlihat ada unsur-unsur kesengajaan, artinya dengan sadar dilakukan.

2.           Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu, sindiran atau untaian

kata lain semacam itu yang nadanya mengarah kepada permintaan sesuatu,

baik dengan alas an dinas atau alasan untuk kesejahteraan.

3.           mendapatkan perlakukan yang sama dalam pelayanan terhadap

kepentingan yang sama, tertib dan tidak pandang “bulu” artinya siapa yang

memesan lebih awal harus dilayani lebih awal pula.

4.           Pelayanan yang jujur dan terus terang, artinya apabila terdapat kendala

atau karena sesuatu hal tidak dapat dilayani maka hendaknya

diberitahukan, sehingga orang yang menerima pelayanan tidak merasa

dipermainkan.

Kebutuhan orang banyak atau yang dikenal sebagai masyarakat adalah

kebutuhan yang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat secara perorangan

sehingga pemenuhan kebutuhan masyarakat harus dilakukan oleh pemerintah. Hal

ini membawa tanggungjawab yang harus dipikul oleh pemerintah karena tugas

utama pemerintah pada dasarnya adalah sebagai pelayanan masyarakat dalam

rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pelayanan

umum oleh pemerintah selalu menjadi sorotan publik dikarenakan kinerja

pemerintah terhadap pelayanan publik terasa masih jauh dari harapan.

Kemudian bila kita telaah lebih dalam maka dimensi pelayanan sangat

berkaitan erat dengan proses pelayanan itu sendiri. Proses pelayanan meliputi

berbagai aktivitas yang saling terkait dan merupakan suatu mekanisme sistem

dengan unsur –unsur yang terdapat didalamnya yaitu : (1) adanya maksud dan

tujuan pelayanan, (2) adanya sistem prosedur pelayanan yang ditentukan, (3)

Page 9: BAB I1

adanya kegiatan pelayanan sebagai kegiatan utama, (4) adanya pelaksana

pelayanan. Keempat unsur ini merupakan satu kesatuan yang melahirkan suatu

keadaan dimana pelayanan dapat dikatakan baik atau buruk manakala unsur-unsur

yang terkandung dalam proses pelayanan dapat berjalan secara keseluruhan

dengan baik pula.

Lebih jauh membahas pelayanan maka Moenir (2000: 88-121) menyatakan

bahwa bila pelayanan ingin dikatakan bagus atau prima maka dalam melakukan

pelayanan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) kesadaran (2) aturan

(3) organisasi (4) pendapatan (5) kemampuan –ketrampilan (5) sarana pelayanan.

Page 10: BAB I1

BAB III

KESIMPULAN

Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan dalam Penyelenggaraan Layanan

Publik pada hakekatnya adalah memberikan penguatan dan peningkatan kapasitas

dan kapabilitas kelurahan itu sendiri. Penguatan Pemerintah Kelurahan dapat

dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu : (1) Pendekatan dalam aspek

Kelembagaan, (2) Pendekatan dalam Aspek Personil dan (3) Pendekatan dalam

aspek Pembiayaan.

Penguatan Pemerintah Kelurahan dapat dilakukan dengan baik manakala

terjadi pula sinergi antara para Pengambil Keputusan dan aparat Kelurahan itu

sendiri. Pada konteks ini maka aparat Kelurahan harus mulai melakukan reposisi

dan melakukan perubahan-perubahan yang mendasar terhadap performance /

kinerja kelurahan itu sendiri. Karena tanpa adanya keinginan untuk berubah maka

penguatan dari para pengambil Keputusan tidak dapat berjalan dengan efektif.

Page 11: BAB I1

DAFTAR PUSTAKA

Poerwadarminta, 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Pamuji, Suparni, 1985. Pelaksanaan Azas Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Jakarta : Depdagri.

Sampara Lukman, 1999. Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta :

STIA LAN

Toha Moftah, 1983. Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan

Aplikasinya,Jakarta : PT Raja Grafindo Persada