BAB I Sudah Jadi

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia megaloblastik adalah gangguan pada darah yang ditandai dengan meningkatnya populasi sel darah merah yang berukuran sangat besar di darah tepi. Gangguan ini disebabkan karena pembentukan sel darah merah yang tidak sempurna sehingga, sel darah merah menjadi imatur. Dua penyebab utama anemia megaloblastik adalah kekurangan asam folat dan vitamin B 12 . (David R. Thomas, 2007). Di dunia, i nsidensi anemia megaloblastik berkisar antara 2 sampai 6 kasus persejuta penduduk pertahun dan diperkirakan lebih sering terjadi di negara t imur dibanding negara b arat. ( Helen M Sowers, 2001). Di Indonesia, prevalensi anemia megaloblastik masih sangat tinggi mencapai 8.2% pada balita dan 9.8 % pada lansia dengan gizi buruk . ( Pudjiadi , 2005) . Lebih dari 10 % populasi lansia di dunia yang berusia diatas 65 tahun adalah 1

Transcript of BAB I Sudah Jadi

Page 1: BAB I Sudah Jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia megaloblastik adalah gangguan pada darah yang ditandai dengan

meningkatnya populasi sel darah merah yang berukuran sangat besar di darah tepi.

Gangguan ini disebabkan karena pembentukan sel darah merah yang tidak

sempurna sehingga, sel darah merah menjadi imatur. Dua penyebab utama anemia

megaloblastik adalah kekurangan asam folat dan vitamin B12. (David R. Thomas,

2007). Di dunia, insidensi anemia megaloblastik berkisar antara 2 sampai 6 kasus

persejuta penduduk pertahun dan diperkirakan lebih sering terjadi di negara timur

dibanding negara barat. (Helen M Sowers, 2001). Di Indonesia, prevalensi

anemia megaloblastik masih sangat tinggi mencapai 8.2% pada balita dan

9.8 % pada lansia dengan  gizi buruk. (Pudjiadi, 2005). Lebih dari 10 % populasi

lansia di dunia yang berusia diatas 65 tahun adalah penderita anemia dan 50 %

diantaranya bersifat kronik. (WHO, 1992). Lansia yang mengalami anemia

megaloblastik tidak menunjukkan gejala yang spesifik, hanya 60% penderita yang

menunjukan gejala anemi. (Escobar, 2012).

Gejala anemi yang dialami menyebabkan lansia tidak mampu untuk

menjalani aktifitas sehari-hari termasuk ibadah. Allah SWT selalu memberikan

keringanan bagi hambanya yang tidak mampu menjalani ibadah.

1

Page 2: BAB I Sudah Jadi

Allah SWT berfirman Qs. Al-Baqarah186

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.”

Terapi vitamin B12 secara intramuskular adalah terapi awal anemia

megalobastik pada lansia. (Emmanuel Andres, 2008). Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lane dan Rojan Fernandez tahun 2002 menunjukkan, terapi injeksi

vitamin B12 secara intramuskular tidak meningkatkan kadar eritrosit secara

signifikan. (Lane dan Rojan-Fernandez, 2002). Sejak tahun 1950, pemberian

vitamin B12 secara oral dengan dosis tinggi diketahui dapat meningkatkan

konsentrasi vitamin B12 dalam serum dibandingkan dengan pemberian vitamin B12

secara intramuskular. (Lane dan Rojan-Fernandez, 2002). Studi terbaru yang

dilakukan oleh Castelli menjelaskan bahwa, telah ditemukan formulasi terapi oral

dengan bioavaibilitas yang lebih baik. N-[8-(2-hydroxybenzoyl)amino]caprylate

(SNAC) adalah bentuk sediaan oral terbaru yang mengandung amphipilic carrier

molecule. (Renata Kozyraki dan Olivier Cases, 2013). Dalam beberapa tahun ini,

peneliti masih memberikan terapi vitamin B12 secara intramuskular dikarenakan

sejumlah penelitian menunjukan terjadi penurunan absorbsi vitamin B12 pada

saluran cerna lansia. Injeksi vitamin B12 secara intramuskular ditemukan banyak

kekurangan, antara lain pasien akan merasa nyeri saat dilakukan injeksi. (Lane

dan Rojan-Fernandez, 2002).

Berdasarkan uraian tersebut penulis merasa penting untuk membahas

anemia megaloblastik pada lansia dan perbandingan efektifitas terapi oral dan

2

Page 3: BAB I Sudah Jadi

intramuskular B12 (cyanocobalamin) dari sudut pandang kedokteran dan islam

agar kedepannya para dokter memahami perbandingan keduanya dan dapat

mengaplikasikannya.

1.2 Permasalahan

1. Bagaimana proses terjadinya anemia megaloblastik pada lansia?

2. Bagaimana peran vitamin B12 sebagai terapi anemia megaloblastik?

3. Bagaimana perbandingan efektifitas terapi oral dan intramuskular B12

(cyanocobalamin) pada lansia?

4. Bagaimana pandangan Islam mengenai peranan vitamin B12 sebagai terapi

anemia megaloblastik pada lansia?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana efektifitas pemberian vitamin B12

(cyanocobalamin) secara oral dan intramuskular pada geriatri dengan

anemia megaloblastik

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan tentang proses terjadinya anemia megaloblastik pada lansia

2. Menjelaskan tentang pemberian vitamin B12 secara oral dan intramuskular

pada lansia dengan anemia megaloblastik.

3. Memberikan informasi tentang pandangan Islam mengenai peranan

vitamin B12 sebagai terapi anemia megaloblastik pada lansia.

3

Page 4: BAB I Sudah Jadi

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Penulis

Sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar dokter muslim Fakultas

Kedokteran Universitas Yarsi serta untuk menambah wawasan ilmu

pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran dan agama islam mengenai

mengenai efektivitas pemberian vitamin B12 secara oral dan intramuskular

sebagai terapi anemia megaloblastik pada lansia serta menemukan

hubungan antara pandangan Islam dengan ilmu kedokteran mengenai topik

yang dibahas.

1.4.2 Bagi Civitas Akademika Univesitas YARSI

Diharapkan skripsi ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi

civitas akademika Universitas YARSI, dapat menjadi tambahan

kepustakaan selain buku pedoman ilmu kedokteran yang lain.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Diharapkan penulisan skirpsi ini dapat menambah pengetahuan

masyarakat mengenai efektivitas pemberian vitamin B12 secara oral dan

intramuskular sebagai terapi anemia megaloblastik pada lansia.

4